Rangkuman Buku "Jurnalistik Indonesia" PDF
Rangkuman Buku "Jurnalistik Indonesia" PDF
com
Penulis:
Drs. A.S. Haris Sumadiria M.Si
1. Pengertian Jurnalistik
Secara etimologis, jurnalistik berasal dari kata journ. Dalam bahasa Prancis, journ berarti
catatan atau laporan harian. Dalam kamus, jurnalsitik diartikan sebagai kegiatan untuk
menyiapkan, mengedit, dan menulis untuk surat kabar, majalah, atau berkala lainnya
(Assegaff, 1983:9).
2. Definisi Jurnalistik
B. Bentuk Jurnalistik
Jurnalistik media cetak dipengaruhi dua faktor, faktor verbal dan visual. Verbal, sangat
menekankan pada kemampuan memilih dan menyusun kata dalam kalimat dan paragraf yang
efektif dan komunikatif.
Disebut juga jurnalistik radio siaran. Banyak dipengaruhi dimensi verbal, teknologikal, dan
fisikal. Teknologikal, berkaitan dengan teknologi yang memungkinkan daya pancar radio
dapat ditangkap dengan jelas dan jernih oleh pesawat radio penerima. Fisikal, erat kaitannya
dengan kesehatan fisik dan kemampuan pendengar khalayak dalam menyerap dan mencerna
setiap pesan.
Disebut juga jurnalistik televise. Merupakan gabungan dari segi verbal, visual, teknologikal,
dan dimensi gramatikal. Dramatikal, berarti bersinggungan dengan aspek serta nilai dramatic
yang dihasilkan oleh rangkaian gambar.
C. Produk Jurnalistik
1. Tajuk Rencana : opini berisi pendapat dan sikap resmi suatu media sebagai suatu institusi
penerbitan terhadap persoalan aktual, fenomenal, dan atau controversial yang berkembang
dalam masyarakat.
3. Pojok : kutipan pernyataan singkat narasumber atau peristiwa tertentu yang dianggap
menarik atau kontroversi.
4. Artikel : tulisan lepas berisi opini seseorang yang mengupas tuntas suatu masalah tertentu
yang sifatnya aktual atau controversial bertujuan untuk memberi tahu (informatif),
memengaruhi dan meyakinkan (persuasif argumentatif), atau menghibur khalayak pembaca
(rekreatif). Terdapat beberapa jenis artikel yaitu artikel praktis yang lebih banyak bersifat
petunjuk praktis cara melakukan sesuatu; artikel ringan yang lazim ditemukan pada rubrik
anak-anak, remaja, dan keluarga; artikel halaman opini yang lazim ditemukan pada
halaman khusus opini bersama tulisan opini lain yakni tajuk rencana, karikatur, pojok, kolom,
dan surat pembaca; artikel analisis ahli yang biasa ditemukan pada halaman muka, halaman-
halaman berita, atau halaman rubrik-rubrik khusus tertentu.
5. Kolom : opini singkat seseorang yang lebih banyak menekankan aspek pengamatan dan
pemaknaan terhadap persoalan yang terdapat dalam masyarakat.
6. Surat pembaca : opini singkat yang ditulis pembaca dan dimuat khusus pada rubrik
khusus surat pembaca. Biasanya berisi komentar atau keluhan pembaca tentang apa saja yang
menyangkut kepentingan dirinya.
2. Jurnalistik di Eropa
Tidak terdapat data yang dapat menjelaskan secara pasti surat kabar dan siapa yang
menerbitkannya unruk pertama kali. Tapi pada 1605 Abraham Verhoeven di Antwerpen
mendapat izin untuk menerbitkan selebaran Nieuwe Tijdinghen. Pada 1617 selebaran ini
sudah terbit teratur 8-9 hari sekali. Pada 1629 Nieuwe Tijdinghen berganti nama menjadi
Wekelijkscje Tijdinghen.
Di Jerman pada 1609 telah terbit Avisa Relation Order Zeitung. Pada tahun yang sama juga
terbit surat kabar Relation di Strassburg. Di Belanda surat kabar tertua bernama Courante Uyt
Italien en Duytscland terbit pada 1618. Di Inggris surat kabar pertama bernama Curant of
General News pada 1662. Di Prancis, pemerintah menerbitkan surat kabar Gassete de France
pada 1631.
Sejarah jurnalistik di Indonesia dimulai pada abad 18, tepatnya pada 1744 ketika Bataviasche
Nouvelles diterbitkan oleh penjajah Belanda. Pada 1776 juga terbit Vendu Niews yang berisi
tentang berita pelelangan, juga diterbitkan oleh Belanda sebagai penjajah Indonesia.
Sedangkan surat kabar pertama sebagai bacaan orang pribumi ialah majalah Bianglala pada
1854 dan Bromartani pada 1885, keduanya di Weltevreden. Pada 1856 terbit Soerat Kabar
Bahasa Melajoe di Surabaya.
Sejarah jurnalistik Indonesia pada abad 20 ditandai dengan munculnya Medan Prijaji yang
didirikan oleh dan modal orang Indonesia, yaitu Tirtohadisuryo, untuk bangsa Indonesia.
Mulanya pada 1907, surat kabar ini berbentuk dan baru pada 1910 berubah menjadi harian.
Pers Indonesia yang pada era kemerdekaan 1945, menjadi pers yang berusaha dan
berorientasi untuk mengisi dan mempertahankan kemerdekaan berubah haluan menjadi pers
partisan pada 1950. Pers pada saat itu hanya merupakan corong bagi partai politik, hanyut
dalam dunia politik praktis.
Era pers partisan tidak berlangsung lama karena setelah Dekrit Presiden 1 Juli 1959, pers
Indonesia memasuki masa gelap gulita. Setiap perusahaan penerbitan haris memiliki Surat
Izin Terbit (SIT). Apalagi ketika setiap surat kabar harus menginduk pada organisasi pokitik
atau organisasi massa. Hal ini membuat wartawan sulit untuk mengeluarkan pikirannya lewat
media tempat ia bekerja. Wartawan harus mengikuti kebijakan redaksi yang menginduk pada
suatu paham organisasi tertentu.
Pada era setelah 1965 banyak terjadi perubahan. Perubahan ini disebabkan oleh tiga hal.
Pertama, peristiwa-peristiwa tegang yang terjadi setelah G-30S. Kedua, kebebasan pers
menjadi lebih leluasa dibanding dengan periode sebelumnya. Ketiga, barangkali juga embrio
sikap profesionalisme dalam redaksi dan dalam pengelolaan bisnis berupa sirkulasi, iklan,
serta pengelolaan keuangan (Oetama, 1987:26).
Konflik-konflik yang terjadi mendorong masyarakat untuk mencari informasi lewat pers.
Kemudian terjadilah proses lahir dan didiskusikannya gagasan politik, ekonomi, budaya.
Surutnya partai-partai membuat media massa tidak lagi berafiliasi dengan parpol. Kondisi ini
membuat pers dapat menjadi media yang independen cenderung mengambil jarak dengan
parpol yang pada akhirnya menjadi alat kontrol sosial.
Sistem ekonomi yang ditetapkan oleh pemerintah pada saat itu, yaitu sistem ekonomi yang
merujuk pada sistem pasar internasional, turut mempengaruhi pertumbuhan pers Indonesia.
Bagian substansial dari ekonomi pasar adalah persaingan produk, promosi, dan periklanan.
Bisnis iklan dan mimbar promosi lewat iklan, berkembang, di antaranya adalah surat kabar.
Surat kabar bermunculan akibat dari kondusifnya situasi untuk berbisnis surat kabar. Surat
kabar berkembang menjadi sarana ekonomi dan dapat tumbuh dengan subur. Tetapi sebagai
wahana ekspresi, peyalur pendapat umum, dan pengemban fungsi kontrol sosial, pers
dihadapkan pada berbagai pembatasan dan tekanan dari pihak penguasa (pemerintah).
Sejarah menunjukkan bahwa kekuasaan orde baru sangat represif ketika pers menyentuh
bidang politik (kekuasaan) pemerintah. Ditandai dengan dibreidelnya mingguan Mahasiswa
Indonesia di Bandung dan diikuti sebelas penerbitan pers umum (peristiwa Malari).
Ruang lingkup pers mencakup media cetak dan media elektronik. Pers dalam arti luas disebut
juga media massa.
2. Edukasi (to educate) : informasi yang disampaikan hendaknya dalam rangka mendidik.
5. Mediasi (to mediate) : peran pers sebagai mediator/ penghubung antara informasi kepada
masyarakat.
B. Karakteristik Pers
4. Universalitas : berkaitan dengan kesemestaan sumber dan materi media massa tersebut.
5. Objektifitas : nilai etika dan moral yang harus dipegang teguh oleh media massa dalam
menjalankan tugas jurnalistiknya.
C. Tipologi Pers
1. Pers Berkualitas : memilih cara penyajian yang etis, moralis, dan intelektual.
2. Pers Populer : memilih cara penyajian yang sesuai dengan selera zaman, cepat berubah-
ubah, sederhana, tegas lugas, enak dipandang mata, sangat kompromistis dengan tuntutan
pasar.
3. Pers Kuning : menggunakan pendekatan jurnalistik SCC (sex, conflict, crime)
2. Pers Lokal : hanya beredar di sebuah kota dan sekitarnya. Kebijakan redaksionalnya
bertumpu pada pengembangan dimensi kedekatan geografis dan kedekatan psikologis.
1. Idealisme : cita-cita, obsesi, sesuatu yang terus dikejar untuk bisa dijangkau dengan segala
daya menurut etika dan norma profesi yang berlaku serta diakui oleh masyarakat dan negara.
3. Profesionalisme : tujuan dan aspirasi professional adalah kesetiannya pada bidang tugas.
Profesional melayani masyarakat, memiliki kepedulian terhadap bidangnya, memiliki
otonomi, mengatur dirinya sendiri
3. Landasan Yuridis Formal : UU Pokok Pers No. 40/ 1999 untuk pers dan UU Pokok
Penyiaran No. 32/ 2002 untuk media radio siaran dan televisi.
5. Landasan Sosiologis Kultural : berpijak pada nilai dan norma sosial budaya agama yang
berlaku pada dan sekaligus dijunjung tinggi oleh masyarakat Indonesia.
2. Singkat
3. Padat
4. Lugas
5. Jelas
6. Jernih
7. Menarik
8. Demokratis
A. Definisi Berita
v Paul Des Massener dalam Here’s The News: Unesco Associate menyatakan bahwa news
adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta minat khalayak
v Doug Newsom dan James A. Wollert dalam Media Writing News for the Mass Media:
berita adalah apa saja yang ingin dan perlu diketahui orang atau lebih luas lagi oleh
masyarakat.
v Williard C. Bleyer dalam Newspaper Writing and Editing: berita adalah sesuatu yang
termasa yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabat, karena dia menarik
minat atau memunyai makna bagi pembaca surat kabar, atau karena dia dapat menarik
pembaca untuk membaca berita tersebut
v William S. Maulby dalam Getting the News: berita bisa didefiniskan sebagai suatau
penuturan secara benar dan tak memihak dari fakta-fakta yang memunyai arti penting dan
baru terjadi, yang dapat menarik perhatian para pembaca surat kabar yang memuat berita
tersebut.
B. Klasifikasi Berita
Dapat dikelompokkan menjadi dua kategori. Berita berat (hardnews) dan berita ringan
(softnews). Berdasarkan lokasi peristiwanya, berita dibagi dua, ditempat terbuka atau tempat
tertutup. Berdasarkan sifatnya berita dibagi dua, berita diduga dan berita tak terduga.
C. Jenis-jenis Berita
Berita berdasarkan jenisnya dibagi menjadi tiga kelompok yaitu elementary, intermediate,
advance. Berita elementary mencakup berita langsung (straight news), berita mendalam
(depth news report), dan berita menyeluruh (comprehensive news report). Berita intermediate
meliputi pelaporan berita interpretatif (interpretatif news report) dan pelaporan karangan
khasc(feature story report). Sedangkan untuk kelompok advance merujuk pada pelaporan
mendalam (depth reporting), pelaporan penyelidikan (investigative reporting), dan penulisan
tajuk rencana (editorial writing).
D. Konsep Berita
Menurut George Fox Mott dalam New Survey of Journalism (1958), terdapat delapan konsep
berita :
1. Keluarbiasaan (unusualness)
2. Kebaruan (newness)
3. Akibat (impact)
4. Aktual (timelines)
5. Kedekatan (proximity)
6. Informasi (information)
7. Konflik (conflict)
1. Berita diduga yang baik hanya bisa diperoleh melalui persiapan yang baik.
2. Masyarakat kita semakin dinamis dan kritis sebagai dampak langsung bergulirnya era
reformasi.
3. Media massa sebagai industri jasa komunikasi dan informasi, kini dihadapkan pada pola
persaingan ketat.
Berdasarkan sifatnya, sumber berita dibagi dua, sumber berita resmi dan tidak resmi. Sumber
berita resmi berasal dari pusat kegiatan pemerintahan. Sumber berita tidak resmi diperoleh
dari anggota masyarakat, para ilmuwan, peneliti lapangan.
Menurut Errol Jonathan, berdasarkan materi isinya, sumber berita dklasifikasikan ke dalam
tiga kelompok besar :
1. paper trail, bahan yang tertulis atau tercetak berupa press release, makalah, dan dokumen.
3. Fokuskan perhatian pada apa yang sedang dibicarakan oleh sumber berita
4. Jika sumber berita itu hadir dan menyaksikan bagaimana wartawan membuat catatan,
buatlah catatan yang to the point
5. Asah keterampilan membuat catatan
1. Wartawan Indonesia menghargai dan melindungi sumber berita yang tidak bersedia
disebutkan namanya.
2. Keterangan yang diberikan secara off the record tidak disiarkan, kecuali apa bila wartawan
yang bersangkutan secara nyata-nyata dapat membuktikan bahwa ia sebelumnya memiliki
keterangan yang kemudian diberikan secara off the record.
3. Wartawan Indonesia dengan jujur menyebut sumbernya dalam mengutip berita, gambar,
tulisan dari suatu penerbitan pers.
Wawancara berita adalah kegiatan tanya jawab yang dilakukan repeorter atau wartawan
dengan narasumber untuk memperoleh informasi penting dan menarik.
2. Efisien
3. Menyenagkan
5. Melibatkan khalayak
6. Menimbulkan spontanitas
8. Mengembangkan logika
1. Menjaga suasana
2. Bersikap wajar
3. Memelihara situasi
6. Kritis
7. Sopan santun
1. Pertanyaan terbuka : pertanyaan yang menghendaki jawaban yang luas dan bebas.
4. Pertanyaan tertutup : membatasi ruang gerak penjawab, bahkan jawaban telah tersedia.
1. Wawancara faktual (the factual interview) : dilakukan untuk menggali, mencari, dan
mengumpulkan fakta-fakta.
2. Wawancara riset pendapat (the opinion research interview) : untuk mengetahui apa
yang sebenarnya menjadi perhatian, pemikiran, pendapat narasumber.
3. Wawancara penegasan kredibilitas narasumber (a well known personality interview) :
wawancara pakar untuk menguji kesahihan informasi yang berkembang dalam masyarakat.
Pesan berita disusun secara deduktif. Kesimpulan dinyatakan lebih dulu pada paragraf
pertama.
Setiap peristiwa yang dilaporkan harus memiliki unsur apa (what), siapa (who), kapan
(when), di mana (where), mengapa (why), dan bagaimana (how).
1. Teras berita yang menempati alinea pertama harus mencerminkan pokok terpenting berita.
Judul adalah identitas berita. Judul juga pemicu daya tarik pertama bagi pembaca. Judul
berita yang baik harus memenuhi tujuh syarat :
1. Provokatif : judul yang dibuat harus mampu membangkitkan minat dan perhatian
khalayak.
2. Singkat dan padat : mewakili isi berita. Ada dua alasan mengapa penulisan judul sangat
singkat. Pertama, karena keterbatasan tempat.Kedua, keterbatasan waktu pembaca.
3. Relevan : berkaitan dengan pokok susunan pesan terpenting yang ingin disampaikan.
4. Fungsional : setiap kata yang terdapat pada judul bersifat mandiri dan memiliki arti yang
tegas dan jelas.
7. Merujuk pada bahasa baku : media massa dituntut untuk memberi contoh yang baik karena
salah satu fungsi media massa yaitu to educate.
8. Spesifik : jangan gunakan kata-kata umum. Makin umum, makin kabur gambarannya
dalam angan-angan. Sebaliknya, makin khusus, makin jelas (Soedjito, 1988:5-6).
Teras adalah paragraf pertama yang memuat fakta atau informasi terpenting dari keseluruhan
uraian berita. Teras berita memiliki empat fungsi :
1. Atraktif : arus dapat membangkitkan minat pembaca terhadap topik yang dilaporkan.
2. Introduktif : harus mampu mengantar pembaca kepada pokok persoalan. Maka dari itu
teras berisi harus berisi rumus 5W 1H.
3. Korelatif : kalimat dalam teras harus dapat menjadi penghubung dengan bagian
selanjutnya dari berita, yaitu bagian perangkai dan tubuh.
4. Kredibilitas : kredibilitas seorang wartawan akan tampak pada tulisan pada teras
beritanya.
1. Who Lead (Teras Berita Siapa) : unsur who dipilih dengan pertimbangan unsur siapa
memiliki nilai berita yang lebih besar.
2. What Lead (Teras berita apa) : memiliki nilai berita yang jauh lebih tinggi daripada unsur-
unsur yang lain.
3. When Lead (Teras Berita kapan) : dipilih dengan pertimbangan unsur waktu peristiwa.
4. Where Lead (Teras Berita Dimana) : dipilih dengan pertimbangan unsur tempat peristiwa.
5. Why Lead (Teras Berita Mengapa) : dipilih dengan pertimbangan unsur mengapa peristiwa
itu dapat terjadi.
6. How Lead (Teras Berita Bagaimana) : dipilih dengan pertimbangan unsur bagaimana suatu
peristiwa dapat terjadi.
7. Contrast Lead (Teras berita Kontras) : dipilih dengan pertimbangan unsur sesuatu yang
berlawanan pada subjek pelaku peristiwa memiliki nilai berita yang jauh lebih besar
dibanding dengan unsur yang lain.
8. Quotation Lead (Teras Berita Kutipan) : dipilih dengan pertimbangan unsur perkataan
langsung yang dilontarkan oleh narasumber atau pelaku peristiwa memiliki nilai berita yang
jauh lebih besar dibanding dengan unsur yang lain.
9. Question Lead (Teras Berita Pertanyaan) : pertanyaan yang dilontarkan narasumber
diyakini memiliki nilai berita yang tinggi.
10. Descriptive Lead (Teras Berita Pemaparan) : teras berita pemaparan dipilih dengan
pertimbangan unsur suasana yang melekat dalam suatu peristiwa memiliki nilai berita yang
jauh lebih besar dibanding dengan unsur yang lain.
11. Narative Lead (Teras berita Bercerita) : teras berita bercerita dipilih dengan
pertimbangan unsur realitas cerita yang terdapat dalam suatu peristiwa memiliki nilai berita
yang jauh lebih besar dibanding dengan unsur yang lain.
12. Exclamation Lead (Teras Berita Menjerit) : teras berita menjerit dipilih dengan
pertimbangan unsur yang dilontarkan oleh narasumber peristiwa memiliki nilai berita yang
jauh lebih besar dibanding dengan unsur yang lain.
1. Pengertian Feature
Secara sederhana, feature adalah cerita atau karangan khas yang berpijak pada data dan fakta
yang diperoleh melalui proses jurnalistik.
v Mc.Kinney, feature adalah suatu tulisan yang berada di luar tulisan yang bersifat berita
langsung. Dalam tulisan ini pegangan 5W 1H dapat diabaikan.
v Wolseley dan Campbell dalam Exploring Journalism (1957) memasukkan feature pada
surat kabar ke dalam segi hiburan.
2. Definisi Feature
v Feature adalah cerita khas kretif yang berpijak pada jurnalistik sastra tentang suatu situasi,
keadaan, atau aspek kehidupan, dengan tujuan untuk memberi informasi sekaligus menghibur
khalayak media massa.
v Jullian Harris dalam The Complete Reporter (1985), secara umum arti kata feature meliputi
suatu daftar panjang mulai dari komik sampai daftar panjang yang disebut kolom, yang tidak
digolongkan dalam berita lempang.
v Richard Weiner dalam Webster’s New World Dictionary of Media and Communication
(1990), feature adalah suatu karangan yang lebih ringan atau lebih umum tentang daya pikat
manusiawi atau gaya hidup daripada berita lempang yang ditulis dari peristiwa yang masih
hangat.
v Daniel R. Williamson dalam Feature Writing for Newspaper (1975), feature adalah artikel
yang kreatif, kadang subjektif, yang dirancang terutama untuk menghibur dan memberi tahu
pembaca tentang peristiwa.
Kedudukan feature sangat penting dalam media massa. Bagi surat kabar yang dikelola secara
professional, kedudukan feature sebagai salah satu bentuk karya jurnalistik sastra, tidak
hanya untuk memenuhi aspek kesemestaan media massa semata. Lebih dari itu, feature
sekaligus juga diharapkan dapat meningkatkan citra media di mata khalayak.
2. Fungsi feature
2. Pemberi informasi tentang suatu situasi, keadaan, atau peristiwa yang terjadi.
D. Jenis-jenis Feature
Menurut Wolseley dan Campbell dalam Exploring Journalism, paling tidak terdapat enam
jenis feature :
1. Feature minat insani : dimaksudkan untuk mengaduk-aduk perasaan, suasana, hati, dan
bahkan menguras air mata khalayak.
3. Feature biografi (Biografiocal feature) : feature biografi atau tentang riwayat hidup
seseorang terutama kalangan tokoh seperti pemimpin negara dan masyarakat atau mereka
yang selalu mengabdikan hidupnya untuk negara, bangsa, atau sesuatu yang bemanfaat bagi
peradaban umta manusia.
6. Feature ilmiah (Scientific feature) : feature yang mengungkap sesuatu yang berkaitan
dengan dunia ilmu pengetahuan.
Di Amerika pada awal 1960-an lahir dan tumbuh jurnalisme baru. Pada dasarnya, penganut
aliran jurnalisme baru menolak berbagai paham dan kinerja yang sudah lama dikembangkan
jurnalisme konvensional. Mengutip kalangan akademisi Amerika, secara umum hasil kerja
para jurnalis baru itu itu dapat didefinisikan dalam empat bentuk pengembangan :
Jurnalisme sastra menekankan pada penceritaan pasda pelaporan berita. Dengan teknik
berkisah maka laporan yang dibuat dapat disimak khalayak secara informatif dan imajinatif.
Karena sifatnya yang imajinatif maka pembaca seakan merasakan kata demi kata yang
tertulis pada laporan tersebut. Maka teknik berkisah tersebut dibangun berdasarkan unsur-
unsur :
2. Dialog : berita disampaikan melalui dialog antara si pelaku dalam peristiwa yang
dilaporkan melalui tulisan feature tersebut.
3. Sudut pandang orang ketiga : melalui alat ini, pembaca disuguhi setiap suasana
peristiwa-peristiwa melalui pandangan mata seorang tokoh yang sengaja dimunculkan.
4. Mencatat detail : mencatat semua detail yang berhubungan dengan peristiwa. Contohnya :
perilaku, adat istiadat, gaya hidup, dekorasi rumah, hubungan sosial, dan lainnya.
Sebagai sebuah cerita, feature dibangun dengan berpijak kepada beberapa unsur pokok :
1. Tema : ide cerita. Ide yang muncul berasal dari peristiwa yang sifatnya faktual dan aktual.
2. Sudut pandang : sudut pandang yang dipilih pengarang untuk melihat suatu kejadian.
Terdapat empat sudut pandang yang asasi menurut Jakob Sumardjo, yaitu sudut pandang
yang berkuasa, sudut pandang objektif, sudut pandang orang pertama, dan sudut pandang
peninjau.
3. Plot :
4. Karakter : dalam dunia penulisan bergaya berkisah, tokohlah yang dapat menghidupkan
cerita tersebut.
5. Gaya : cara khas seorang penulis feature menuliskan feature tersebut.
7. Lokasi Peristiwa : menunjukkan tempat kejadia dan kapan terjadinya. Bukan hanya
background.
Setiap cerita feature harus dapat membawa atau melahirkan pesan moral tertentu. Dari pesan
moral itu, kahlayak dapat menrik pelajaran berharga mengenai kehidupan. Pesan moral
feature disampaikan melalui dua cara. Pertama, dinyatakan secara tersurat melalui penuturan
reporter secara langsung (manisfest message). Kedua, dinyatakan secara tersirat melalui jalan
cerita, tokoh, karakter, plot, suasana, dan setting.
Susunan bangunan cerita feature terdiri atas judul, intro, perangkai, tubuh, penutup. Bagian
penceritaan disebut tubuh cerita. Pada bagian inilah cerita dikembangkan. Bagian penutup
lazim disebut juga klimaks.
Secara sederhana, topik adalah pokok bahasan. Secara teknis topik diartikan sebagai
pernyataan isi pokok bahasan yang sudah dibatasi lingkupnya secara spesifik. Dalam
penulisan cerita feature topik sebaiknya dirumuskan dalam satu kalimat utuh denga syarat
kalimat itu tidak menyimpulkan, hanya memaparkan.
1.Topik feature merujuk kepada berita yang sedang berkembang, aktual, dan faktual.
2. topik feature sejalan dengan kualifikasi jenis, fokus, wilayah sirkulasi media yang akan
memuatnya.
3.Topik feature sesuai dengan filosofi, visi, misi, dan kebijakan media penerbitan
4. Topik feature berpijak pada kaidah dan etika dasar jurnalistik seperti objektifitas, bobot,
dan nilai.
5.Topik feature tidak bertentangan dengan aspek ideologis, aspek yuridis, aspek sosilogis,
dan aspek etis yang terdapat dalam suatu masyarakat
6.Topik feature senantiasa berorientasi pada nilai-nilai luhur peradaban universal seperti
kemanusiaan.
2. Singkat dan padat : mewakili isi berita. Ada dua alasan mengapa penulisan judul sangat
singkat. Pertama, karena keterbatasan tempat.Kedua, keterbatasan waktu pembaca.
3. Relevan : berkaitan dengan pokok susunan pesan terpenting yang ingin disampaikan.
4. Fungsional : setiap kata yang terdapat pada judul bersifat mandiri dan memiliki arti yang
tegas dan jelas.
7. Merujuk pada bahasa baku : media massa dituntut untuk memberi contoh yang baik karena
salah satu fungsi media massa yaitu to educate.
8. Spesifik : jangan gunakan kata-kata umum. Makin umum, makin kabur gambarannya
dalam angan-angan. Sebaliknya, makin khusus, makin jelas.
Intro pada feature yaitu paragraf pertama. Fungsi intro terutama pemicu perhatian khalayak
sekaligus sebagai pintu masuk ke dalam bangunan cerita.
1. Intro ringkasan
2. Intro bercerita
3. Intro deskriptif
4. Intro kutipan
5. Intro pertanyaan
8. Intro unik
9. Intro gabungan
1 Penutup Ringkasan
2 Penutup penyengat
3 Penutup klimaks
4 Penutup menggantung