Anda di halaman 1dari 9

BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN


2.1. Kondisi Real di Indonesia
2.2.1. Industri LABS di Indonesia
Terdapat dua buah pabrik LAB, yaitu PT Unggul Indah Cahaya Tbk dan PT Sinar Antjol.
 PT Unggul Indah Cahaya, Tbk
PT Unggul Indah Cahaya Tbk (UIC) berdiri pada tahun 1983 dan mulai beroperasi secara
komersial sejak November 1985. UIC didukung oleh teknologi berlisensi dari UOP LLC,
Amerika Serikat. Produk utama UIC adalah Alkylbenzene (AB) yang merupakan salah satu
bahan baku utama deterjen. UIC adalah produsen tunggal AB di Indonesia dan memproduksi
dua jenis AB, yaitu Linear Alkylbenzene (LAB) dan Branched Alkylbenzene (BAB), dengan
produk samping Heavy Alkylate (HA) dan Light Alkylate (LA).
UIC merupakan perusahaan dengan kapasitas produksi terbesar dalam satu lokasi di
kawasan Asia Pasifik dan telah berhasil memperkuat posisinya di kawasan tersebut dengan
melakukan investasi pada beberapa perusahaan yang bergerak dalam bidang industri sejenis di
Indonesia, Vietnam, Singapura, Australia, dan Selandia Baru. PT Unggul Indah Cahaya, Tbk
memiliki tiga unit pabrik Alkylbenzene yang semuanya berada dalam satu lokasi dengan total
kapasitas produksi 270.000 MT per tahun (kombinasi LAB dan BAB). Produsen deterjen di
Indonesia merupakan konsumen utama PT Unggul Indah Cahaya Tbk (UIC), dan sebagian
produknya diekspor ke berbagai negara seperti Australia, Perancis, Jerman, Jepang, Singapura,
Vietnam dan Amerika Serikat. Berikut ini adalah profil dari PT. Unggul Indah Cahaya, Tbk.

Gambar 2.1. Profil Perusahaan PT. Unggul Indah Cahaya


(Sumber: Anonim. http://www.uic.co.id diakses pada 28 Februari 2018 pukul 22.00 WIB)
Dan berikut ini adalah spesifikasi dari LAB hasil produksi PT Unggul Indah Cahaya.

Gambar 2.2. Spesifikasi Produk LAB PT Unggul Indah Cahaya


(Sumber: Anonim. http://www.uic.co.id diakses pada 28 Februari 2018 pukul 22.00 WIB)

 PT. Sinar Antjol


Pabrik kedua adalah PT Sinar Antjol. Pabrik ini merupakan pabrik LAB tertua yang ada
di Indonesia yaitu dari tahun 1942. Hingga kini, pabrik ini masih beroperasi namun dengan
kapasitas yang tidak terlalu besar. PT. Sinar Antjol menawarkan bermacam-macam produk
sabun/pembersih untuk memenuhi kebutuhan setiap segmentasi pasar termasuk kebutuhan
perorangan. Produk-produk yang ditawarkan meliputi antara lain sabun batangan, pembersih
lantai, cairan pembersih untuk peralatan rumah tangga, pembersih cream dan bubuk serta
laundry bar.
PT. Sinar Antjol memproduksi Consumer product dan Industrial Product. Produksi yang
berupa barang Consumer product mencakup produk sabun batang, pembersih lantai, cairan
pembersih tangan, pencuci piring, krim, deterjen bubuk dan juga laundry bar. Produksi yang
berupa barang Industrial Product antara lain BABS, Glycerine, LABS, Laundry Soap Chips
dan Toilet Soap Chips.
2.2.2. Produksi dan Kebutuhan LABS Indonesia
Dengan jumlah penduduk Indonesia yang lebih dari 250 juta penduduk, tentunya akan
membuat total konsumsi akan LABS atau deterjen sangatlah banyak atau tinggi.
Gambar 2.3. Proyeksi Konsumsi LABS Dunia Tahun 2015
(Sumber: Anonim, http://chemical.ihs.com diakses pada 28 Februari 2018 pukul 22.20 WIB)
Sekarang ini, deterjen adalah hal yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan kita sehari-
hari dimana hampir setiap hari masyarakat Indonesia menggunakan deterjen atau LABS
sebagai pembersih pakaian. Seiring dengan banyaknya permintaan, tentunya total produksi
LABS di Indonesia harus dapat mengimbangi permintaan karena jika produksi tidak mampu
mengimbangi permintaan maka pada akhirnya kita akan melakukan import. Berikut ini adalah
tabel banyaknya produksi LABS di Indonesia.
Tabel 2.1. Perkembangan Produksi Industri LABS di Indonesia
Tahun Volume (ton)
2000 141.400
2001 193.257
2002 208.500
2003 216.042
2004 231.890
(Sumber: Indochemical, 2002)
Tabel 2.2. Perkembangan Konsumsi LABS Indonesia
Tahun Volume (ton)
2000 151.478
2001 163.899
2002 169.635
2003 175.753
2004 181.718
(Sumber: Indochemical, 2002)
Dari kedua tabel diatas dapat disimpulkan bahwa total produksi LABS di Indonesia
masih cukup sehingga Indonesia bisa menjadi negara pengekspor LABS. Selama Ini Indonesia
mengekspor LABS ke Cina dan India.

2.2. Proses Pembuatan LABS


Dalam subbab ini akan dibahas mengenai bahan baku LABS, skema proses, uraian
proses, parameter, reaksi-reaksi yang terkait, dan pengolahan limbah dari LABS itu sendiri.
2.2.1. Sifat-Sifat Bahan Baku
a. Linear Alkyl Benzene (LAB)
Table 2.3. Sifat Fisika LAB
Rumus Molekul C12H25C6H5
Berat Molekul 246,435 kg/kmol
Titik Didih 327,61OC
Titik Leleh 2,78OC
Densitas 855,065 kg/m3
Wujud Cair
Energi Panas 1787 kj/mol
Kapasitas Panas 750,6 Kkal/kmolOC
Viskositas 12 Cp
(Source: Ratna, dkk, http://www.chem-is-try.org/ diakses pada 27 Februari 2018 pukul 21.00 WIB)
Sifat Kimia LAB:
 Tidak larut dalam air
 Mudah terbakar dan beracun
b. Oleum
Oleum (H2SO4.SO3) merupakan sulfur trioksida (SO3) yang dilarutkan dalam asam
sulfat pekat (H2SO4) (konsentrasi > 98%).
Table 2.4. Sifat Fisika Oleum
Rumus Molekul H2SO4.SO3
Berat Molekul 178,14 g/mol
Titik Didih 138OC
Titik Leleh 21OC
Densitas 1930 kg/m3
Wujud Cair
Warna Tidak berwarna
Viskositas 8,7 Cp
(Source: Ratna, dkk, http://www.chem-is-try.org/ diakses pada 27 Februari 2018 pukul 21.00 WIB)
Sifat kimia Oleum :
 Oleumbersifat menarik air dan mudah larut dalam air
 Oleumsangat korosif dan mudah meledak
 Bahan pengoksidasi yang sangat kuat
c. NaOH
Table 2.5. Sifat Fisika NaOH
Rumus Molekul NaOH
Berat Molekul 40 g/mol
Titik Didih 1390OC
Titik Leleh 323OC
Temperatur Kritis 2546,85OC
Tekanan Kritis 249,998 atm
Kapasitas Panas -36,56 Kkal/kg.OC
Densitas 1090,41 kg/m3
Panas Pembentukan -47,234 Kkal/kmol
Wujud Padat, Kristal higroskopis
Warna Putih
(Source: Ratna, dkk, http://www.chem-is-try.org/ diakses pada 27 Februari 2018 pukul 21.00 WIB)
Sifat Kimia Natrium Hidroksida :
 NaOH merupakan zat berwarna putih dan rapuh dengan cepat dapat mengabsorbsi uap
air dan CO2 dari udara,
 Kristal NaOH berserat membentuk anyaman.
 NaOH mudah larut dalam air, jika kontak dengan udara akan mencair dan jika dibakar
akan meleleh.
2.2.2. Proses Pembentukan LABS
Linear alkil benzene sulfonat (LABS) dihasilkan dari proses sulfonasi linear alkil
benzene (LAB). Struktur dari LAB dan LABS diunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 2.4. Struktur Linear Alkil Benzene (LAB)


(Sumber: Adami, Icilio. Production of Linear Alkylbenzene Sulfonate and α-Olefin Sulfonate)

Gambar 2.5.. Struktur Linear Alkil Benzene Sulfonate (LABS)


(Sumber: Adami, Icilio. Production of Linear Alkylbenzene Sulfonate and α-Olefin Sulfonate)
2.2.3. Produksi Linear Alkil Benzene (LAB)
Saat ini, LAB diproduksi melalui reaksi alkilasi benzene dengan katalis Lewis-type acid
seperti AlCl3, HF, dan Detal. Proses pembentukan LAB melalui reaksi alkilasi benzene dengan
katalis AlCl3, HF, dan Detal ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 2.6. Skema Proses Produksi Melalui Reaksi Alkilasi Benzene dengan Berbagai Katalis
(Sumber: Adami, Icilio. Production of Linear Alkylbenzene Sulfonate and α-Olefin Sulfonate)
Saat ini, produksi LAB umumnya dilakukan melalui proses DETAL yang merupakan proses
terbaru dan paling banyak digunakan. Sebelumnya, proses dengan katalis HF adalah yang
paling banyak digunakan. Namun, pelepasan HF ke lingkungan sangat beresiko karena sifat
HF yang mudah menguap dan beracun.
Proses Pembentukan LAB melalui Proses DETAL

Gambar 2.7.Skema Pembentukan LAB Melalui Proses Detal


(Sumber: http://www.petre.sa.ca/en/product.asp)
Tahapan proses pembentukan LAB melalui proses DETAL yaitu:
1. Parafin didistilasi crude oil menjadi olefin melalui proses dehidrogenasi di dalam reaktor
PACOL menggunakan katalis Platinum.
2. Olefin melalui tahap pemurnian untuk menghasilkan olefin sesuai dengan kriteria
pembuatan LAB.
3. Benzene dan olefin bereaksi di dalam reaktor DETAL menghasilkan LAB dan HAB (High
alkyl benzene) dengan sistem katalis padatan.
4. LAB diproses lebih lanjut menjadi LABS.
Paraffin linear yang digunakan untuk produksi LAB dihasilkan dari ekstraksi fasa liquid
atau uap dari kerosin yang dilanjutkan dengan fraksinasi untuk menghasilkan potongan C10-
C13 atau panjang rantai-C yang lebih kecil dan juga menghasilkan rantai alkil dengan berat
molekul yang berbeda, seperti yang terlihat pada dibawah ini.

Gambar 2.8. Jenis Karateristik LAB


Panjang rantai C dari n-parafin yang digunakan untuk produksi LAB secara langsung
mempengaruhi berat molekul dari rantai alkil yang dihasilkan, dimana katalis yang berbeda
akan berpengaruh terhadap komposisi dan struktur LAB di akhir. Pada umumnya, isomer 2
phenyl dan dialkyltetralins (DAT) merupakan komponen yang dapat dipertimbangkan sebagai
hasil samping proses alkilasi.

Gambar 2.9 .Sifat dari LAB C-12 Komersial


2.2.4. Produksi Linear Alkil Benzene Sulfonate (LABS)
LABS diproduksi dengan cara mereaksikan LAB dengan gugus fungsi SO3 dengan
perbandingan 1:1. Beberapa sumber gugus fungsi SO3 diantaranya H2SO4, oleum, gas SO3,
CISO3H, dan asam sulfamik. Skema dan mekanisme reaksi pembentukan LABS dari LAB
ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar X. Mekanisme Reaksi LAB-SO3


(Sumber: Adami, Icilio. Production of Linear Alkylbenzene Sulfonate and α-Olefin Sulfonate.)
Reaksi antara SO3 dan LAB adalah reaksi substitusi elektrofilik orde kedua. Spesifikasi
dari LAB yang diperlukan untuk produksi LAS dengan sulfonasi adalah beberapa karateristik
penting seperti:
 Berat molekul/distribusi rantai molekul C (membutuhkan pengaturan yang benar dari
kondisi sulfonasi)
 Sulfonabilitas (untuk memastikan konversi tertinggi LAB ke LAS dan meminimalkan
produk samping dan kehadiran materi yang tidak tersulfonasi dalam produk LAS)
 Indeks Bromin (nilai yang rendah menunjukkan ketidakjenuhan yang rendah dalam
rantai alkil dan masing-masing warna cahaya dari produk LAS, yang melibatkan
kesempurnaan hasil sulfonasi dalam kondisi sejuk)
 Kandungan 2-Phenyl isomer (nilai yang tinggi memastikan kelarutan yang tinggi dalam
air dan viskositas tinggi dari LAS)
 Kandungan DAT (nilai rendah berarti kemurnian lebih tinggi, kinerja yang lebih baik,
dan biodegradasi lebih tinggi dari produk LAS)
Ketika mensulfonasi LAB akan dihasilkan juga produk samping. Selain itu, produk
samping pembentukan LAB seperti branced alkylate, DAT, dan difenil alkilat juga mengalami
reaksi sulfonasi, meskipun dengan kecepatan reaksi yang berbeda-beda. Kontrol dari reaksi
adalah titik kunci untuk memastikan produksi LAS memiliki kualitas terbaik. Oleh karena itu,
kondisi operasi tertentu harus dipenuhi untuk meminimalkan reaksi samping yang akan
mempengaruhi hasil konversi dan kualitas produk.

Gambar X. Reaksi Sulfonasi dari Produk Samping LAB


(Sumber: Adami, Icilio. Production of Linear Alkylbenzene Sulfonate and α-Olefin Sulfonate.)
Hasil konversi dan kualitas produk juga dapat dipengaruhi oleh karakteristik utama dari
olahan bahan baku LAB.

Anda mungkin juga menyukai