TEKSTUR KUARSA
BAB II
TEKSTUR KUARSA
deskripsi detail tentang karakteristik urat kuarsa secara mikroskopis, dan diikuti
peneliti yang lainnya yaitu Spurr (1926), Shaub (1934), Stillwell (1950), Lovering
(1972), Boyle (1979), Sander dan Black (1988), Saunders (1990) dan Dong dkk.
(1995). Menurut Dong dkk (1995) klasifikasi tekstur kuarsa dalam urat epitermal
telah dikembangkan dari tinjauan literatur serta hasil evaluasi dari 400 sampel dan
150 sayatan tipis dari kurang lebih 20 endapan epitermal. Tekstur kuarsa
dideskripsi agar siap untuk diidentifikasi pada contoh setangan. Banyak tekstur
kuarsa yang memiliki ciri khas yang berbeda dalam sayatan tipis.
Dasar klasifikasi tekstur kuarsa secara deskriptif adalah kumpulan kristal
kuarsa secara alami. Tekstur telah dikelompokkan dalam tiga kelas besar untuk
membantu interpretasi pembentukan dan lingkungan formasinya. Definisi tekstur
kuarsa oleh Dong dkk (1995) yaitu:
Gambar 3. Klasifikasi tekstur rekristalisasi dan tekstur penggantian (Dong dkk, 1995 )
tekstur kuarsa kriptokristalin dan mungkin sebagian dari tekstur ini tidak
jelas mengenai rekristalisasi yang ekstensif.
3. Tekstur penggantian: Tekstur penggantian menggambarkan penggantian
sebagian atau lengkap pseudomorf mineral lain oleh silika dalam urat
epitermal. Tekstur ini mewakili pseudomorphs mineral perintis yang lain.
Tekstur ini meliputi tekstur penggantian pengisisan ruang seperti bladed
kuarsa menggantikan bladed kalsit.
Foto 1. Kuarsa kriptokristalin (kalsedon) dengan bentuk masif, kilap lilin dan pecahan konkoidal.
Bimurra, North Queensland. (Morrison dkk, 1990)
2. Crustiform
Istilah crustiform analog dengan crustification banding yang dinyatakan
oleh Adams (1920), Lindgren (1933), dan Shaub (1934). Tekstur ini menunjukkan
suatu suksesif tertentu, ukuran terbatas (sampai beberapa centimeter) dan struktur
pita (band) subparalel yang menjadikan ciri perbedaan dalam tekstur, serta
Foto 2. Tekstur crustiform dengan banding yang halus pada dinding urat yang terdiri dari kuarsa
cerah abu – abu dan adularia kristalin dengan warna putih (Morrison dkk, 1990)
2.1. Cockade
Tekstur ini merupakan subtipe dari tekstur crustiform, yang telah
digambarkan oleh Taber dalam Adams (1920) dan Spurr (1926). Dalam breksi,
crustiform band yang terpusat akan menyelubungi fragmen yang terisolasi pada
dinding batuan atau material urat pertama menghasilkan tekstur cockade.
Foto 3. Tekstur cockade yang merupakan tipikal ore shoot pada urat breksi berasosiasi dengan
urat crustiform – colloform (Morrison dkk, 1990)
3. Colloform
Menurut Dong dkk (1995), istilah ini pertama kali dikemukakan oleh
Roger (1917). Secara umum permukaan luar dari mineral atau kumpulan mineral
menunjukkan kombinasi lingkaran, botryoidal, reniform dan bentuk mammillary.
Untuk mineral silika, tekstur ini merupakan suatu ciri - ciri agregat kalsedon
dalam struktur pita (bands) yang halus beraturan. Dibawah mikroskop, kalsedon
dalam colloform banding sering menunjukkan sifat dengan sudut masuk yang
tajam antara spheroid - spheroid yang saling berbatasan.
Foto 4. Tekstur colloform yang tersusun dari kalsedon banded yang halus dengan bentuk
botryoidal pada penampang melintang (Morrison dkk, 1990)
4. Moss
Tekstur ini memiliki ciri - ciri yang sama dengan “ struktur gel micro-
botryoidal” yang digambarkan oleh Adams (1920). Pada contoh setangan,
kumpulan silika menunjukkan kenampakan heterogen yang keruh, kenampakan
yang hampir mirip dengan lumut. Dibawah mikroskop, kelompok lingkaran
(biasanya diameter berkisar 0,1 – 1mm) ditandai oleh penyebaran pengotor dalam
kumpulan mineral silika. Beberapa pengotor lingkaran juga menunjukkan pola
konsentrik internal atau pola radial. Tekstur moss akan menjadi tekstur colloform
jika lingkaran menjadi saling berhubungan.
Foto 5. Tekstur moss yang terdiri dari kumpulan butir spheroidal (Morrison dkk, 1990)
5. Comb
Tekstur comb mengacu pada kelompok kristal kuarsa yang saling sejajar
atau subparalel. Kelompok kristal kuarsa ini saling berorientasi tegak lurus
dengan dinding urat, kemudian menunjukkan kenampakan menyerupai gigi - gigi
pada sebuah sisir. Secara normal kristal menunjukkan ukuran butir yang seragam
dan memiliki batas kristal euhedra. Tekstur ini sering disebut dalam literatur
antara lain oleh Adams (1920), Schieferdecker (1959), dan Boyle (1979).
Foto 6. Tekstur comb dengan kuarsa jernih sampai abu – abu yang tegak dengan dinding banding
(Morrison dkk, 1990)
6. Zonal
Tekstur zonal menunjukkan suatu perselingan kenampakan zona yang
jernih dan keruh dalam individu kristal kuarsa. Zona yang keruh biasanya penuh
dengan fluida atau inklusi solid, selalu sejajar dengan muka pertumbuhan kristal.
Foto 7. Tekstur zonal dengan kristal – kristal kuarsa euhedra dengan zona yang berwarna jernih
sampai keruh susu yang sejajar dengan muka pertumbuhan kristal (Morrison dkk, 1990)
7. Mosaic
Tekstur ini menunjukkan kumpulan kristal kuarsa mikrokristalin atau
kristalin yang memiliki batas butir saling menembus dan saling tidak beraturan.
Pada contoh setangan, sampel biasanya memiliki tekstur jigsaw dan memiliki
kenampakan sangat rapat. Menurut Lovering (1972) dalam Dong dkk (1995),
tekstur ini ekuivalen dengan tekstur jigsaw yang merupakan salah satu tekstur
yang umum pada jasperoid serta beberapa endapan epitermal.
8. Feathery
Dibawah mikroskop polarisasi nikol bersilang, kristal kuarsa secara
individu menunjukkan splintery atau feathery. Kristal kuarsa ini terlihat dalam
perbedaan optik yang kecil dalam posisi sudut pemadaman maksimum. Tekstur
ini biasanya tumbuh dengan baik pada tepi kristal kuarsa dengan inti euhedra yang
jernih atau sebagai potongan kristal kuarsa seluruhnya. Istilah “Feathery”
diadopsi dari Adams (1920), dan tekstur yang sama dituliskan oleh Sander dan
Black (1988), yang disebut “plumose”.
Foto 8. Kenampakan tekstur feathery dalam kristal – kristal kuarsa (Morrison dkk, 1990)
9. Flamboyant
Menurut Dong dkk (1995), tekstur ini telah dikemukakan oleh Adams
(1920) dan Sander dan Black (1988). Karakteristik utama dari tekstur ini adalah
bentuk radial atau pemadaman flamboyant dari kristal kuarsa individu dengan
lebih kurang kenampakan kristal rounded. Hampir sama dengan tekstur feathery,
Tekstur flamboyant dapat tumbuh pada lingkaran kristal kuarsa dengan inti
euhedra yang jernih.
11. Pseudobladed
Kumpulan kuarsa atau kalsedon mungkin tersusun dalam bentuk pipih
atau bladed. Tiga subtipe ditentukan sebagai dasar morfologi dari kumpulan
tekstur blades.
11.1. Lattice - bladed
Menurut Dong dkk (1995), tekstur ini dapat dibandingkan dengan
tekstur kuarsa “pseudomorphic lamellar, platy atau tabular” yang dikemukakan
oleh Lindgren (1899), Schrader (1912), dan Morgan (1925). Tekstur ini
menunjukkan jaringan saling memotong antara blades silika yang terisi dengan
kristal kuarsa comb pada sebagian lubang polyhedral. Pada sayatan tipis, setiap
blade terdiri dari rangkaian seams yang sejajar. Seam tersebut saling dipisahkan
oleh kristal kuarsa atau kristalit yang memiliki pertumbuhan simetri dengan seam
dan saling tegak lurus dengan seam itu.
Foto 9. Tekstur Lattice bladed dengan bentuk menyerupai jaring (Morrison dkk, 1990)
11.2. Ghost bladed
Blades yang diidentifikasikan pada permukaan poles pada contoh
setangan, dengan adanya konsentrasi pengotor. Biasanya blades terpisah secara
acak dengan kumpulan kuarsa dan berkurangnya lubang antara blades. Dibawah
mikroskop, blades dibedakan dari matrik oleh perbedaan ukuran butir, bentuk,
dan atau tampilan pengotor.
Foto 10. Tekstur ghost bladed yang diidentifikasi dengan adanya konsentrasi pengotor
daripada pola kristalisasi kuarsa (Morrison dkk, 1990)
11.3. Parallel bladed
Foto 11. Tekstur Paralel bladed yang menunjukkan dalam grup yang bersebelahan
mempunyai orientasi yang berbeda (Morrison dkk, 1990)
Blades silika saling sejajar dalam satu grup tapi dengan grup yang saling
berbatasan memiliki orientasi yang berbeda. Tampilan grup ditentukan dari
sejumlah pola butiran pada contoh setangan. Ciri - ciri mikroskopik dari tekstur
ini sangat mirip dengan tekstur lattice bladed, tiap - tiap grup meliputi satu set
lapisan yang sejajar, dipisahkan antara satu dengan yang lain oleh kristal kuarsa
dengan bentuk segi empat, atau oleh kristal - kristal prismatik dan atau kristalit -
kristalit yang tumbuh tegak lurus dengan seams. Adams (1920) menyatakan
tekstur ini sebagai tekstur kuarsa lamelar.
12. Pseudo acicular
Menurut Dong dkk (1995), tekstur pseudo acicular pertama dikemukakan
oleh Lindgren dan Bancroft (1914) dan dikemukakan juga oleh Adams (1920) dan
Schrader (1923). Pada contoh setangan, kumpulan mineral silika sangat umum
berasosiasi dengan adularia atau hasil pelapukannya (sericite atau kaolinite),
menunjukkan kenampakan acicular radial. Dibawah mikroskop, tekstur ini
dicirikan oleh susunan kristal – kristal kuarsa dan distribusi adularia atau hasil
pelapukannya yang linier dengan butiran halus, kadang secara kasar memiliki pola
segiempat.
13. Saccharoidal
Pada tekstur ini, dalam contoh setangan agregat kuarsa memiliki
kenampakan seperti gula, kenampakan seperti kaca dengan kemas lepas-lepas
sampai berbutir halus seperti susu. Dibawah mikroskop, sejumlah kristal subhedra
dengan pola memanjang secara acak terdistribusi dalam matrik berbutir anhedra
yang berukuran lebih kecil. Secara lokal terdapat kelurusan kristal yang
memanjang yang memberikan kesan ayakan kasar atau jaring. Menurut Dong dkk
(1995), tekstur ini adalah “struktur retiform”yang dikemukakan oleh Lindgren
(1901), Adams (1920) dan “tekstur reticulated” oleh Lovering (1972).
Foto 12. Tekstur Sakaroidal dengan kumpulan butir kristal kuarsa masif yang halus dengan
kenampakan seperti butiran gula (Morrison dkk, 1990)