Anda di halaman 1dari 35

SASBEL PBL 1 RESPI (saluran pernapasan yang paling ujung) menuju ductuli alveolares ke

sacculi alveolares dan berakhir di alveoli pulmonis yang merupakan


1. Anatomi Saluran Nafas Bagian Atas
tempat pertukaran gas (difusi O2 dan CO2) yang sesungguhnya yang
Saluran Pernapasan digolongkan menjadi dua berdasarkan letaknya, yaitu:
disebut “ARBOR BRONCHIALIS”
1. Saluran Pernapasan Bagian Atas (Upper Respiratory Airway) dengan
fungsi utama sebagai berikut:
a. Makro
a. Air conduction (penyalur udara), sebagai saluran yang meneruskan
Saluran pernapasan bagian atas terdiri atas:
udara menuju saluran napas bagian bawah untuk pertukaran gas;
a. Hidung merupakan organ pertama yang berfungsi sebagai saluran
Hidung
nafas. Hidung dibentuk oleh tulang sejati (os) dan tulang rawan
b. Protection ( perlindungan), sebagai pelindung saluran napas bagian
(kartilago). Hidung dibentuk oleh sebagian kecil tulang sejati,
bawah agar terhindar dari masuknya benda asing.
sisanya terdiri atas kartilago dan jaringan ikat (connective tissue).
c. Warming, filtrasi, dan humudifikasi yakni sebagai bagian yang
Bagian dalam hidung merupakan suatu lubang yang dipisahkan
menghangatkan, menyaring, dan memberi kelembaban udara yang
menjadi lubang kiri dan kanan oleh sekat (septum). Rongga hidung
diinspirasi (dihirup).
mengandung rambut (fimbriae) yang berfungsi sebagai penyaring
Pada waktu inspirasi udara masuk hidung melalui dua lubang
(filter) kasar terhadap benda asing yang masuk.
hidung (apertura nasalis anterior/nares anterior) kemudian melewati
Pada permukaan (mukosa) hidung terdapat epitel bersilia
vestibulum nassi yang terdapat bulu-bulu halus untuk menyaring udara
yang mengandung sel goblet. Sel tersebut mengeluarkan lendir
yang masuk ke dalam cavum nasi. Udara dari cavum nasi akan
sehingga dapat menangkap benda asing yang masuk ke dalam
diteruskan ke pharynx melalui nares posterior/choana melewati
saluran pernapasan. Kita dapat mencium aroma karena di dalam
nasopharynx terus oropharynx dan laryngopharynx. Selanjutnya ada
lubang hidung terdapat reseptor. Reseptor bau terletak pada
epigottis yang berfungsi membuka aditus laryngis sehingga udara bisa
cribriform plate, di dalamnya terdapat ujung dari saraf kranial I
masuk ke dalam larynx.
(Nervous Olfactorius).
2. Saluran Pernapasan Bagian Bawah (Lower Airway) yang secara umum
Hidung berfungsi sebagai jalan napas, pengatur udara,
dibagi menjadi dua komponen ditinjau dari fungsinya, yaitu:
pengatur kelembaban udara (humidifikasi), pengatur suhu,
a. Saluran udara konduktif, sering disebut sebagai percabangan
pelindung dan penyaring udara, indra pencium, dan resonator suara.
trakheobronkhialis (tracheobronchial tree) yang terdiri atas trakea
Terdiri dari :
(cartilago cricoidea), bronkus, dan cabang-cabangnya sampai alveoli
a. Nasus externus (Rangka hidung), bagian luar yang dibentuk oleh
pulmonalis.
tulang-tulang.
b. Saluran bronkiolus terminalis yang berfungsi sebagai penyalur
- Radix nasi (nasalis)
(konduksi) gas masuk dan keluar dari saluran bronkhiolus respiratorius
- Dorsum nasi
- Apex nasi  Nares anterior/apertura nasalis anterior
- Ala nasi  Septum nasi, dibagi menjadi
a. Pars membranacea
b.Pars cartilaginea
c. Pars ossea
 Vestibulum nasi
 Concha nasalis suprema
 Concha nasalis superior
 Concha nasalis media
 Concha nasalis media
 Concha nasalis inferior
 Meatus nasi superior
 Meatus nasi medius
 Meatus nasi inferior
 Meatus nasopharyngeus
 Nares posterior
b. Cartilaginis nasi (nasales), terdiri dari:
- Cartilago alaris major
- Cartilago alares minores
- Cartilago septi nasi
1. Cavitas nasi (nasalis)
Dasar : dibentuk oleh processus palatinus os maxilla dan lamina
horizontal os palatinus
Atap : bagian bawah atap dibentuk os frontale dan os nasal,
bagian tengah oleh lamina cribrosa os ethmoidalis
Dinding : bagian lateral oleh tonjolan tulang chonchae nasalis 3
buah superior, media dan inferior. Diantaranya ada saluran yang
dinamakan meatus nasi.
Dalam cavitas nasalis terdapat:
2. Sinus Paranasales 3. Pharynx
Sinus paranasalis merupakan daerah yang terbuka pada Faring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong yang
tulang kepala. Dinamakan sesuai dengan tulang tempat dia berada letaknya bermula dari dasar tengkorak sampai persambungannya
yaitu sinus frontalis, sinus ethmoidalis, sinus sphenoidalis, dan dengan esofagus pada ketinggian tulang rawan (kabrtilago) krikoid.
sinus maxillaris. Sinus berfungsi untuk: Faring digunakan pada saat ‘digestion’ (menelan) seperti pada saat
1. Membantu menghangatkan dan humidifikasi bernapas. Berdasarkan letaknya faring dibagi menjadi tiga yaitu di
2. Meringankan berat tulang tengkorak belakang (naso-faring), belakang mulut (oro-faring), dan belakang
3. Mengatur bunyi suara manusia dengan ruang resonansi laring (laringofaring). Naso-faring terdapat pada superior di area
a. Sinus maxillaris, terdapat dalam corpus maxillare di belakang yang terdapat epitel bersilia (pseudo stratified) dan tonsil (adenoid),
pipi serta merupakan muara tube eustachius
b. Sinus sphenoidalis, ke meatus superior
c. Sinus frontalis, ke meatus media
d. Sinus ethmoidalis, ke meatus superior an meatus media
3. Aditus laryngis; pintu masuk ke dalam cavitas laryngis
4. Glottis; terdapat plica vocalis meruakan pita suara asli yaitu pita
suara yang terbentuk dari lipatan mucusa ligamentum vocale
dan ligamentum vestibularis.
5. Rima glottidis; rongga yang terdapat antara plica vocalis dextra
dan sinistra
6. Cartilago thyroid (1 buah) ; kartilago yang terbesar pada
trakhea, terdapat di bagian depan, membentuk jakun atau
Adam’s Apple; melekat ke atas dengan os hyoid dan ke bawah
dengan cartilago cricoid, ke belakang dengan cartilago
arytenoidea; jaringan ikatnya yaitu “membrana thyrohyoidea”;
vaskularisasiya berasal dari A. Thyroidea superior dan inferior.
7. Cartilago cricoid (1 buah); cincin kartilago yang utuh di laring;
terletak di bawah kartilago tiroid; batas bawah cartilago throidea
4. Larynx (daerah larynx); batas bawah adalah cincin pertama trachea.
Laring sering disebut dengan ‘voice box’ dibentuk oleh 8. Cartilago arythenoidea; digunakan pada pergerakan pita suara
struktur epiteliumlined yang berhubungan dengan faring (di atas) bersama dengan kartilago tiroid; memiliki cartilago cornuculata
dan trakhea (di bawah). Laring terletak di anterior tulang belakang dan cornu cuneiforme.
(vertebrae) ke-4 dan ke-6. Bagian atas dari esofagus berada di
posterior laring. Fungsi utama laring adalah untuk pembentukan
suara, sebagai proteksi jalan napas bawah dari benda asing dan
untuk memfasilitasi proses terjadinya batuk. Selain itu salah satu
fungsi larynx adalah membantu respirasi dengan mengatur besar
kecilnya rima glottidis.
Laring terdiri atas:
1. Tulang hyoid; mempunyai dua cornu yaitu cornu majus dan
cornu minus; berfungsi sebagai tempat perlekatan otot mulut
dan cartilago thyroid.
2. Epiglotis; katup kartilago yang menutup dan membuka aditus
laryngs selama menelan;terletak di bawah radix lingue.
- M. Omohioideus
- M. Sternokleidomastoideus
- M. Tirohioideus
Kelompok otot-otot depresor dipersarafi oleh ansa
hipoglossi C2 dan C3 dan penting untuk proses menelan
(deglutisi) dan pembentukan suara (fonasi). Muskulus
konstriktor faringeus medius termasuk dalam kelompok ini dan
melekat pada linea oblikus kartilago tiroidea. Otot-otot ini
penting pada proses deglutisi.

Otot–otot laring terbagi dalam 2 (dua) kelompok besar


yaitu otot-otot ekstrinsik dan otot-otot intrinsik yang masing-
masing mempunyai fungsi yang berbeda.
a. Otot-otot ekstrinsik.
Otot-otot ini menghubungkan laring dengan struktur
disekitarnya. Kelompok otot ini menggerakkan laring secara
keseluruhan. Terbagi atas :
1. Otot-otot suprahioid / otot-otot elevator laring, yaitu :
- M. Stilohioideus
- M. Milohioideus
- M. Geniohioideus
- M. Digastrikus
- M. Genioglosus
- M. Hioglosus
2. Otot-otot infrahioid / otot-otot depresor laring, yaitu :
b. Otot-otot intrinsik mengakibatkan suara menjadi lemah dan serak.
Menghubungkan kartilago satu dengan yang lainnya.
Berfungsi menggerakkan struktur yang ada di dalam laring
terutama untuk membentuk suara dan bernafas. Otot-otot pada
kelompok ini berpasangan kecuali m. interaritenoideus yang
serabutnya berjalan transversal dan oblik. Fungsi otot ini dalam
proses pembentukkan suara, proses menelan dan berbafas. Bila
m. interaritenoideus berkontraksi, maka otot ini akan bersatu di
garis tengah sehingga menyebabkan adduksi pita suara.
Yang termasuk dalam kelompok otot intrinsik adalah :
1. Otot-otot adduktor :
 Mm. Interaritenoideus transversal dan oblik
 M. Krikotiroideus
 M. Krikotiroideus lateral
Berfungsi untuk menutup pita suara.
2. Otot-otot abduktor :
 M. Krikoaritenoideus posterior
Berfungsi untuk membuka pita suara.
3. Otot-otot tensor :
 Tensor Internus : M. Tiroaritenoideus dan M. Vokalis
 Tensor Eksternus : M. Krikotiroideus
Mempunyai fungsi untuk menegangkan pita suara.
Pada orang tua, m. tensor internus kehilangan sebagian
tonusnya sehingga pita suara melengkung ke lateral
berhubungan dengan daerah larynx melalui cartilago cricoidea
oleh ligamentum cricotrachealis.

Saluran pernafasan bagian bawah terdiri atas:


1. Trachea (Batang Tenggorok)
Terdiri dari tulang rawan dan otot berbentuk pipa yang 2. Bronchi (Bronchus)
terletak di tengah-tengah leher sampai incisura jugularis Percabangan trachea setinggi batas vertebrae Thoracalis
dibelakang manubrium sterni masuk cavum thoraks melalui IV-V yang dikenal dengan bifurcartio trachealis memberi cabang
apertura thoracis superior tepatnya pada mediastinum superior. 2 buah yaitu bronchus primarius. Bronchi principales dextra dan
Dimulai dari bagian bawah cartilago cricoid setinggi sinistra.
cervical V1 sampai bercabang menjadi bronchus principales dextra Dinding bronchus terdiri dari cincin tulang rawan, tapi di
dan sinistra setinggi vertebrae thoracal ke I-V. Percabangan bagian posterior membentuk membrane yang disebut paries
tersebut dikenal sebagai “Bifucartio trachelis” membranaceus trachea. Bronchus dextra lebih sering terkena
Panjang trachea 10-12 cm, pria 12 cm, dan wanita 10 cm infeksi bila dibandingkan dengan bronchus sinistra, hal ini
yang terdiri dari 16-20 cincin yang berbentuk lingkaran, disebabkan karena:
a. Lumen yang bronchus deextr lebih luas dibandingkan i) Bronchus lobaris inferior sinister, bercabang 5 segmen:
dengan lumen bronchus sinistra - Bronchus segmentalis superior
b. Bronchus dextra lebih pendek dengan panjang 2.5 cm dan - Bronchus segmentalis basalis medialis
sebanyak-6-8 buah cincin dan bronchus sinistra dengan - Bronchus segmentalis basalis anterior
panjang 5 cm dengan 9-12 buah cincin. - Bronchus segmentalis basalis lateralis
c. Bronchus dextra membentuk sudut 25o dengan garis tegah, - Bronchus segmentalis basalis posterior
sedangkan bronchus sinistra 45o sehingga posisi bronchus
kanan lebih curma dari yang kiri.
I. Bronchi primer dexter, cabang 3:
i) Bronchus lobaris superior dexter, bercabang 3 segmen:
- Bronchus segmentalis apicalis
- Bronchus segmentalis posterior
- Bronchus segmentalis anterior
i) Bronchus lobaris medius dexter, bercabang 2 segmen:
- Bronchus segmentalis lateralis
- Bronchus segmentalis medialis
i) Bronchus lobaris inferior dexter, bercabang 5 segmen:
- Bronchus segmentalis superior
- Bronchus segmentalis basalis medialis
- Bronchus segmentalis basalis anterior
- Bronchus segmentalis basalis lateralis
- Bronchus segmentalis basalis posterior
i. Bronchi primer sinister, cabang 2:
i) Bronchus lobaris superior sinister, bercabang 2 segmen: a. Mikro
a. Segmen atas
Sistem pernapasan merupakan sistem yang berfungsi
- Bronchus segmentalis apicoposterior untuk mengabsorbsi O2 dan mengeluarkan CO2 dalam tubuh
- Bronchus segmentalis anterior yang bertujuan untuk mempertahankan homeostasis. Fungsi ini
b. Segmen bawah disebut sebagai respirasi. Sistem pernapasan dimulai dari
- Bronchus lingularis superior rongga hidung/mulut hingga ke alveolus, di mana pada alveolus
- Bronchus linguilaris inferior
terjadi pertukaran oksigen dan karbondioksida dengan dan inferior ditutupi oleh epitel respirasi, sedangkan konka
pembuluh darah. superior ditutupi oleh epitel olfaktorius yang khusus untuk
Sistem pernapasan bisaanya dibagi menjadi 2 daerah utama: fungsi menghidu/membaui.
1. Bagian konduksi: meliputi rongga hidung, Epitel olfaktorius tersebut terdiri atas sel penyokong/sel
nasofaring, laring, trakea, bronkus, sustentakuler, sel olfaktorius (neuron bipolar dengan dendrit
bronkiolus dan bronkiolus terminalis yang melebar di permukaan epitel olfaktorius dan bersilia,
2. Bagian respirasi: meliputi bronkiolus berfungsi sebagai reseptor dan memiliki akson yang bersinaps
respiratorius, duktus alveolaris dan alveolus. dengan neuron olfaktorius otak), sel basal (berbentuk piramid)
Sebagian besar bagian konduksi dilapisi epitel respirasi, dan kelenjar Bowman pada lamina propria.
yaitu epitel bertingkat silindris bersilia dengan sel goblet. Kelenjar Bowman menghasilkan sekret yang
Dengan menggunakan mikroskop elektron dapat dilihat ada 5 membersihkan silia sel olfaktorius sehingga memudahkan akses
macam sel epitel respirasi yaitu sel silindris bersilia, sel goblet neuron untuk membaui zat-zat. Adanya vibrisa, konka dan
mukosa, sel sikat (brush cells), sel basal, dan sel granul kecil. vaskularisasi yang khas pada rongga hidung membuat setiap
 Rongga hidung udara yang masuk mengalami pembersihan, pelembapan dan
Rongga hidung terdiri atas vestibulum dan fosa nasalis. penghangatan sebelum masuk lebih jauh.
Pada vestibulum di sekitar nares terdapat kelenjar sebasea dan Silia berfungsi untuk mendorong lendir ke arah nasofaring
vibrisa (bulu hidung). Epitel di dalam vestibulum merupakan untuk tertelan atau dikeluarkan (batuk) .Sel goblet dan kelenjar
epitel respirasi sebelum memasuki fosa nasalis. campur di lamina propria mnghasilkan sekret, untuk menjaga
Pada fosa nasalis (cavum nasi) yang dibagi dua oleh septum kelembaban hidung dan menangkap partikel debu halus . Di
nasi pada garis medial, terdapat konka (superior, media, bawah epitel chonca inferior terdapat swell bodies, merupakan
inferior) pada masing-masing dinding lateralnya. Konka media fleksus vonosus untuk menghangatkan udara inspirasi
 Faring
Nasofaring dilapisi oleh epitel respirasi pada bagian yang
berkontak dengan palatum mole, sedangkan orofaring dilapisi
epitel tipe skuamosa/gepeng.
Terdiri dari :
 Nasofaring (epitel bertingkat torak bersilia, dengan sel
goblet)
 Orofaring (epitel berlapis gepeng dengan lapisan
tanduk)
 Laringofaring (epitel bervariasi)
 Laring
 Sinus paranasalis Laring merupakan bagian yang menghubungkan faring
Terdiri atas sinus frontalis, sinus maxillaris, sinus dengan trakea. Pada lamina propria laring terdapat tulang rawan
ethmoidales dan sinus sphenoid, semuanya berhubungan hialin dan elastin yang berfungsi sebagai katup yang mencegah
langsung dengan rongga hidung. Sinus-sinus tersebut dilapisi masuknya makanan dan sebagai alat penghasil suara pada
oleh epitel respirasi yang lebih tipis dan mengandung sel goblet fungsi fonasi. Epiglotis merupakan juluran dari tepian laring,
yang lebih sedikit serta lamina propria yang mengandung meluas ke faring dan memiliki permukaan lingual dan laringeal.
sedikit kelenjar kecil penghasil mukus yang menyatu dengan Bagian lingual dan apikal epiglotis ditutupi oleh epitel gepeng
periosteum. Aktivitas silia mendorong mukus ke rongga hidung. berlapis, sedangkan permukaan laringeal ditutupi oleh epitel
respirasi bertingkat bersilindris bersilia. Di bawah epitel
terdapat kelenjar campuran mukosa dan serosa.
Di bawah epiglotis, mukosanya membentuk dua lipatan
yang meluas ke dalam lumen laring: pasangan lipatan atas
membentuk pita suara palsu (plika vestibularis) yang terdiri dari
epitel respirasi dan kelenjar serosa, serta di lipatan bawah
membentuk pita suara sejati yang terdiri dari epitel berlapis
gepeng, ligamentum vokalis (serat elastin) dan muskulus
vokalis (otot rangka). Otot muskulus vokalis akan membantu
terbentuknya suara dengan frekuensi yang berbeda-beda.
kelenjar membentuk lapisan yang memungkinkan pergerakan
silia untuk mendorong partikel asing. Sedangkan tulang rawan
hialin berfungsi untuk menjaga lumen trakea tetap terbuka.
Pada ujung terbuka (ujung bebas) tulang rawan hialin yang
berbentuk tapal kuda tersebut terdapat ligamentum fibroelastis
dan berkas otot polos yang memungkinkan pengaturan lumen
dan mencegah distensi berlebihan.

 Epiglottis
Memiliki permukaan lingual dan laryngeal. Seluruh
permukaan laringeal ditutupi oleh epitel berlapis gepeng,
mendekati basis epiglottis pada sisi laringeal, epitel ini
mengalami peralihan menjadi
epitel bertingkat silindris
bersilia
 Trakea
Permukaan trakea dilapisi
oleh epitel respirasi.
Terdapat kelenjar serosa
pada lamina propria dan
tulang rawan hialin
berbentuk C (tapal kuda),
yang mana ujung bebasnya
berada di bagian posterior
trakea. Cairan mukosa yang dihasilkan oleh sel goblet dan sel
b. Fisiologi Sal Nafas Bagian Atas
a. Fungsi
Menurut Syaifuddin (2006), fungsi paru adalah tempat pertukaran
gas oksigen dan karbondioksida pada pernafasan melalui
paru/pernafasan eksterna. Tubuh melakukan usaha memenuhi
kebutuhan O2 untuk proses metabolisme dan mengeluarkan CO2
sebagai hasil metabolisme dengan perantara organ paru dan
saluran napas bersama kardiovaskuler sehingga dihasilkan darah
yang kaya oksigen.
Proses pernapasan dibagi menjadi 2,yaitu:
1. Pernapasan luar (eksternal)
Dimana terjadi penyerapan O2 dan pengeluaran CO2 dari
tubuh secara keseluruhan.
Dalam pernafasan eksternal terdapat proses:
epitel trakea dipotong memanjang,epitel trakea, khas berupa i. Ventilasi
adanya tulang rawan hialin yang berbentuk tapal kuda ("c- Proses keluar dan masuknya udara ke dalam paru, serta
shaped") keluarnya karbondioksida dari alveoli ke udara luar. Alveoli
yang sudah mengembang tidak dapat mengempis penuh karena
masih adanya udara yang tersisa didalam alveoli yang tidak
dapat dikeluarkan walaupun dengan ekspirasi kuat. Volume
udara yang tersisa ini disebut dengan volume residu. Volume
ini penting karena menyediakan O2 dalam alveoli untuk
menghasilkan darah (Guyton & Hall, 2008).
ii. Difusi
Proses berpindahnya oksigen dari alveoli ke dalam darah, serta
keluarnya karbondioksida dari darah ke alveoli. Dalam
keadaan beristirahan normal, difusi dan keseimbangan antara
O2 di kapiler darah paru dan alveolus berlangsung kira-kira
0,25 detik dari total waktu kontak selama 0,75 detik. Hal ini
menimbulkan kesan bahwa paru normal memiliki cukup
cadangan waktu difusi (Price dan Wilson, 2006).
iii. Perfusi pulmonal 2. Mekanisme pernapasan berdasarkan fisiologinya
Merupakan aliran darah aktual melalui sirkulasi pulmonal Inspirasi merupakan proses aktif ,akan terjadi kontraksi
dimana O2 diangkut dalam darah membentuk ikatan (oksi Hb) otot – otot,inspirasi akan meningkatkan volume intra
/ Oksihaemoglobin(98,5%) sedangkan dalam eritrosit torakal,tekanan intrapleura dibagian basis paru akan turun dari
bergabung dgn Hb dalam plasma sbg O2 yg larut dlm plasma normal sekitar -2,5 mm Hg (relatif terhadap tekanan atmosfer)
(1,5%). CO2 dalam darah ditrasportasikan sebagai bikarbonat. pada awal inspirasi menjadi – 6 mmHg. Jaringan paru semakin
2. Pernapasan dalam (internal) tegang ,tekanan di dalam saluran udara menjadi sedikit lebih
Akan terjadi penggunaan O2 dan pembentukan CO2 oleh sel- negatif dan udara mengalir ke dalam paru.
sel serta pertukaran gas antara sel-sel tubuh dengan media cair Pada akhir inspirasi daya rekoil paru mulai menarik
sekitarnya. dinding dada kembali kedudukan ekspirasi ,sampai tercapai
keseimbangan kembali antara daya rekoil jaringan paru dan
b. Mekanisme Pernafasan dinding dada.tekanan didalam saluran udara menjadi sedikit
1. Mekanisme pernapasan berdasarkan antomi positif dan udara mengalir meninggalkan paru,selama
Pada waktu inspirasi udara masuk melalui kedua nares pernapasan tenang,ekspirasi merupakan proses pasif yang tidak
anterior →vestibulum nasi →cavum nasi lalu udara akan memerlukan kontraksi otot untuk menurunkan volume intra
keluar dari cavum nasi menuju → nares posterior (choanae) → torakal, namun pada awal ekspirasi masih terdapat kontraksi
masuk ke nasopharynx,masuk ke oropharynx (epiglottis ringan otot inspirasi,kontraksi ini berfungsi sebagai peredam
membuka aditus laryngis) → daerah larynx →trakea masuk ke daya rekoil paru dan memperlambat ekspirasi.
bronchus primer → bronchus sekunder → bronchioles
segmentalis (tersier) → bronchiolus terminalis → melalui
bronchioles respiratorius → masuk ke organ paru → ductus
alveolaris → alveoli.Pada saat di alveoli terjadi pertukaran
CO2 (yang dibawa A.pulmonalis)lalu keluar paru dan O2
masuk kedalam vena pulmonalis.lalu masuk ke atrium sinistra
→ ventrikel sinistra → dipompakan melalui aorta ascendens
→masuk sirkulasi sistemik → oksigen (O2) di distribusikan
keseluruh sel dan jaringan seluruh tubuh melalui respirasi
internal,selanjutnya CO2 kembali ke jantung kanan melalui
kapiler / vena → dipompakan ke paru dan dengan ekspirasi
CO2 keluar bebas.
Batuk merupakan suatu tindakan refleks pada saluran
pernafasan yang digunakan untuk membersihkan saluran udara
atas. Batuk kronis berlangsung lebih dari 8 minggu yang umum di
masyarakat. Penyebab termasuk merokok, paparan asap rokok, dan
paparan polusi lingkungan, terutama partikulat.
Refleks batuk terdiri dari 5 komponen utama; yaitu reseptor
batuk, serabut saraf aferen, pusat batuk, susunan saraf eferen dan
efektor. Batuk bermula dari suatu rangsang pada reseptor batuk.
Reseptor ini berupa serabut saraf non mielin halus yang terletak
baik di dalam maupun di luar rongga toraks. Yang terletak di dalam
rongga toraks antara lain terdapat di laring, trakea, bronkus dan di
pleura. Jumlah reseptor akan semakin berkurang pada cabang-
cabang bronkus yang kecil, dan sejumlah besar reseptor didapat di
laring, trakea, karina dan daerah percabangan bronkus. Reseptor
bahkan juga ditemui di saluran telinga, lambung, hilus, sinus
paranasalis, perikardial dan diafragma.
Serabut aferen terpenting ada pada cabang nervus vagus,
yang mengalirkan rangsang dari laring, trakea, bronkus, pleura,
lambung dan juga rangsang dari telinga melalui cabang Arnold dari
n. Vagus. Nervus trigeminus menyalurkan rangsang dari sinus
paranasalis, nervus glosofaringeus menyalurkan rangsang dari
faring dan nervus frenikus menyalurkan rangsang dari perikardium
dan diafragma.

c. Mekanisme Pernafasan saat Batuk


Batuk dalam bahasa latin disebut tussis adalah refleks yang
dapat terjadi secara tiba-tiba dan sering berulang-ulang yang
bertujuan untuk membantu membersihkan saluran pernapasan dari
lendir besar, iritasi, partikel asing dan mikroba. Batuk dapat terjadi
secara sukarela maupun tanpa disengaja.
MEKANISME TERJADINYA BATUK

1. Iritasi
Iritasi dari salah satu saraf sensoris nervus vagus di laring,
Serabut aferen membawa rangsang ini ke pusat batuk yang trakea, bronkus besar, atau serat afferen cabang faring dari nervus
terletak di medula oblongata, di dekat pusat pemapasan dan pusat glosofaringeus dapat menimbulkan batuk. Batuk juga timbul bila
muntah. Kemudian dari sini oleh serabut-serabut eferen n. Vagus, reseptor batuk di lapisan faring dan esofagus, rongga pleura dan
n. Frenikus, n. Interkostal dan lumbar, n. Trigeminus, n. Fasialis, saluran telinga luar dirangsang.
n. Hipoglosus dan lain-lain menuju ke efektor. Efektor ini terdiri 2. Inspirasi
dari otot-otot laring, trakea, brrmkus, diafragma, otot-otot Terjadi inspirasi dalam untuk meningkatkan volume gas
interkostal dan lain-lain. Di daerah efektor inilah mekanisme batuk yang terinhalasi. Semakin dalam inspirasi semakin banyak gas
kemudian terjadi. yang terhirup, teregang otot-otot napas dan semakin meningkat
tekanan positif intratorakal.
3. Kompresi
Terjadi penutupan glotis setelah udara terhirup pada fase
inspirasi. Penutupan glotis kira-kira berlangsung selama 0.2 detik.
Tujuan penutupan glotis adalah untuk mempertahankan volume
paru pada saat tekanan intratorakal besar. Pada keadaan ini terjadi
pemendekan otot ekspirasi dengan akibat kontraksi otot ekspirasi, penyaring udara.Mekanisme pertahanan utama dari saluran napas
sehingga akan meningkatkan tekanan intratorakal dan juga intra adalah epitel permukaannya yang cukup istimewa yaitu epitel
abdomen. respiratorius atau epitel bertingkat (berlapis semu) silindris bersilia
4. Ekspirasi(eksplusif) dan bersel goblet.
Pada fase ini glotis dibuka, dengan terbukanya glotis dan Epitel ini terdiri dari lima macam jenis sel yaitu:
adanya tekanan intratorakal dan intra abdomen yang tinggi maka 1. Sel silindris bersilia: sel terbanyak (1 sel mengandung 300
silia). Silia ini terus bergerak utuk menangkap dna
terjadilah proses ekspirasi yang cepat dan singkat (disebut juga
mengeluarkan partikel asing.
ekspulsif). Derasnya aliran udara yang sangat kuat dan cepat maka 2. Sel goblet mukosa: bagian apikal mengandung droplet
terjadilah pembersihan bahan-bahan yang tidak diperlukan seperti mukus yang terdiri dari glikoprotein.
mukus dll. 3. Sel sikat (brush cells): sel yang memiliki ujung saraf aferen
5. Relaksasi pada permukaan basal (reseptor sensorik penciuman).
Terjadi relaksasi dari otot-otot respiratorik. Waktu 4. Sel basal (pendek)
relaksasi dapat terjadi singkat ataupun lama tergantung rangsangan 5. Sel granul kecil: mirip sel basal tetapi mempunyai banyak
pada reseptor batuk berikutnya. granul dengan bagian pusat yang padat.
Lamina propria dibawah dari epitel ini banyak mengandung
d. Mekanisme Pernafasan saat Bersin pembuluh darah yang berguna untuk menghangatkan udara masuk
Refleks bersin mirif dengan refleks batuk, hanya refleks serta dibantu dengan silia yang membersihkan udara dari partikel
bersin tejadi di saluran hidung, bukan pada saluran nafas bagian asing dan kelenjar serosa dan mukosa yang melembabkan udara
masuk.Kombinasi hal ini memungkinkan tubuh untuk
bawah. Rangsang yang memulai refleks bersin adalah iritasi pada mendapatkan udara lembab, hangat serta bersih.
saluran hidung, impuls aferennya berjalan di dalam saraf Selain itu, epitel respiratorius dilapisi oleh 5-10 μm lapisan
maksilaris ke medulla oblongata dimana refleks ini digerakkan. mukus gelatinosa (fase gel) yang mengambang pada suatu lapisan
Terjadi serangkaian reaksi yang mirip dengan yang terjadi pada cair yang sedikit lebih tipis (fase sol).Lapisan gel/mukus dan
refleks batuk, di sini uvula tertekan sehingga sejumlah besar udara cair/sol mengandung mekanisme pertahanan imunitas humoral dan
mengalir dengan cepat melalui hidung dan mulut, sehingga seluler.
1. Lapisan gel terdiri atas albumin, glikoprotein, IgG,
membersihkan saluran hidung dari benda asing.
IgM, dan faktor komplemen.
e. Mekanisme Pertahanan Tubuh pada Saluran Pernafasan 2. Lapisan cair terdiri atas sekresi serosa, laktoferin,
Hidung merupakan penjaga utama dari udara yang masuk lisozim, inhibitor sekresi leukoprotease, dan
pertama kali.Dalam sehari, kita menghirup sekitar 10.000-20.000 sekretorik IgA.
liter udara.Fungsi hidung selain sebagai jalan masuk udara,
menghangatkan udara, dan melembabkan udara, juga sebagai
Silia pada sel-sel epitel berdenyut secara sinkron, sehingga yang berasal dari neutrofil, enzim tersebut memberikan imunitas
ujungnya dijumpai pada fase gel dan menyebabkannya bergerak ke non spesifik pada saluran napas.
arah mulut, membawa partikel dan debris seluler bersamanya Imunoglobulin sekretori (IgA) adalah imunoglobulin
(transpor mukosilier atau bersihan).Banyak faktor dapat utama dalam sekresi jalan napas dan dengan IgM dan IgG
mengganggu mekanisme tersebut, termasuk peningkatan mengaglutinasi dan mengopsonisasi partikel antigenik; IgA juga
viskositas atau ketebalan mukus, membuatnya lebih sulit untuk menahan perlekatan mikroba ke mukosa.IgA sekretori terdiri dari
bergerak (misalnya peradangan, asma), perubahan pada fase sol suatu dimer dua molekul IgA yang dihasilkan oleh sel-sel plasma
yang menghambat gerakan silia atau mencegah perlekatan pada (limfosit B teraktivasi) dan suatu komponen sekretori
fase gel dan gangguan aktivitas silia (diskinesia silia).Transpor glikoprotein.Komponen tersebut dihasilkan pada permukaan
mukosilier ini menurun performanya akibat merokok, polutan, basolateral sel-sel epitel, tempatnya mengikat dimer
anestetik, dan infeksi serta pada fibrosis kistik dan sindrom silia IgA.Kompleks IgA sekretori kemudian dipindahkan ke permukaan
imotil kongenital yang jarang terjadi.Transpor mukosilier yang luminal sel epitel dan dilepaskan ke dalam cairan bronkial.
berkurang menyebabkan infeksi respirasi rekuren yang secara Kompleks tersebut merupakan 10% protein total dalam cairan
progresif merusak paru, misalnya bronkiektasis.Pada keadaan lavase bronkoalveolar.
tersebut dinding bronkus menebal, melebar, dan meradang, secara Jaringan Limfoid
permanen. Struktur jaringan limfoid membentuk sistem limfoid yang
Mukus (sekret kelenjar) dihasilkan oleh sel-sel goblet pada terdiri dari limfosit, sel epitelial, dan sel stromal.Terdapat dua
epitel dan kelenjar submukosa.Unsur utamanya adalah organ limfoid yaitu primer dan sekunder.Organ limfoid primer
glikoprotein kaya karbohidrat yang disebut musin yang merupakan tempat utama pembentukan limfosit (limfopoesis)
memberikan sifat seperti gel pada mukus.Fluiditas dan komposisi yaitu timus dan sumsum tulang. Limfosit dewasa yang diproduksi
ionik fase sol dikontrol oleh sel-sel epitel. Mukus mengandung organ limfoid primer akan bermigrasi menuju organ limfoid
beberapa faktor yang dihasilkan oleh sel-sel epitel dan sel lain atau sekunder. Organ limfoid sekunder merupakan tempat terjadinya
yang berasal dari sel plasma: antiprotease seperti α1-antitripsin interaksi antara limfosit dengan limfosit dan antara limfosit dengan
yang menghambat aksi protease yang dilepaskan dari bakteri dan antigen, dan diseminasi respons imun.Organ limfoid sekunder
neutrofil yang mendegradasi protein, defisiensi α1-antitripsin yaitu limpa dan jaringan limfoid pada mukosa seperti tonsil, BALT
merupakan predisposisi terjadinya gangguan elastin dan (bronchus-associated lymphoid tissue), GALT (gut-associated
perkembangan emfisema. Protein surfaktan A, terlepas dari lymphoid tissue)/Peyer’s patch. Sirkulasi limfe akan berlanjut
aksinya pada tegangan permukaan, memperkuat fagositosis menuju duktus torasikus yang akan berhubungan dengan sistem
dengan menyelubungi atau mengopsonisasi bakteri dan partikel- pembuluh darah sehingga dapat mengirimkan berbagai unsur
partikel lain. Lisozim disekresi dalam jumlah besar pada jalan sistem limfoid.
napas dan memiliki sifat antijamur dan bakterisidal; bersama Di dalam jaringan limfoid mukosa (MALT) terdapat sel
dengan protein antimikroba, laktoferin, peroksidase, dan defensin dendrit yang berasal dari sumsum tulang.Sel dendrit berfungsi
sebagai Antigen Presenting Cell (APC) dan mengirim sinyal udara diinspirasi. Kedua, epiglotis menutup; dan pita suara
aktivasi kepada limfosit T naive atau virgin untuk memulai respon menutup erat-erat dan menjerat udara dalam paru.Ketiga, otot-otot
imun, karena itu sel dendrit disebut juga imunostimulatory cells. perut berkontraksi dengan kuat mendorong diafragma, sedangkan
Sel dendrit dapat mengekspresikan MHC-kelas II sendiri pada otot-otot ekspirasi lainnya, seperti interkostalis internus, juga
level yang tinggi serta MHC-kelas I dan reseptor komplemen tipe berkontraksi dengan kuat.Keempat, pita suara dengan epiglotis
3. Sinyal dari Th (CD4+) akan menginduksi limfosit untuk terbuka lebar, sehingga udara bertekanan tinggi dalam paru
menghasilkan sitokin. Aktivasi limfosit B dibantu oleh sel Th2 (IL- meledak keluar.Kemudian, penekanan kuat pada paru yang
2, IL-4, IL-5) serta membentuk diferensiasi sel B menjadi klon menyebabkan bronkus dan trakea menjadi kolaps sehingga bagian
yang memproduksi antibodi berupa sekretorik IgA.MALT tidak yang tidak berkartilago ini berinvaginasi ke dalam, akibatnya udara
ada di saluran napas bawah. yang meledak tersebut benar-benar mengalir melalui celah-celah
bronkus dan trakea bersama partikel asing. Peristiwa ini terjadi
Sistem Khusus Traktus Respiratorius Atas sama persis dengan refleks batuk, namun ketika refleks bersin
1. Refleks nasofaringo-bronkial terjadi penekanan uvula, sehingga sejumlah besar udara dengan
Refleks ini mengurangi puncak aliran ekspirasi akibat cepat melalui hidung, dengan demikian membantu membersihkan
alergen yang memasuki hidung. Baru-baru ini dilaporkan, sekitar saluran hidung dari benda asing.
6 jam setelah refleks ini menyebabkan penurunan FEV1 dan forced 2. Fungsi protektif hidung
vital capacity yang signifikan. Refleks ini bisa dikenal dengan Menghangatkan dan melembabkan udara, menyaring
refleks bersin. Mekanisme refleks bersin sama halnya dengan partikel atau iritan, dan produksi nitrit oksida (NO). Hal ini
refleks batuk. Hanya saja, refleks ini terjadi pada kavitas nasal ditujukan agar udara yang diinhalasi bisa mencapai saluran napas
bukan pada saluran napas bawah. bawah dalam keadaan yang tidak membahayakan
Mekanisme refleks sebagai berikut: bronkus dan trakea sedemikian homeostasis.Panas dihasilkan dari banyak kapiler yang berada di
sensitifnya terhadap sentuhan halus, sehingga benda asing dalam sub epitelial yang berpenestrasi menuju permukaan lumen serta
jumlah berapa pun atau penyebab iritasi lainnya akan membantu transportasi air menuju interstisium.Melembabkan
menimbulkan refleks batuk. Laring dan karina (tempat di mana udara dimediasi oleh aktivasi sekitar 45.000 kelenjar seromukosa
trakea bercabang menjadi bronkus) adalah yang paling sensitif, dan pada kavitas nasal dan sel goblet yang menghasilkan sejumlah air
bronkiolus terminalis dan bahkan alveoli bersifat sensitif terhadap yang signifikan.Adanya “kolam” yang terisi oleh sejumlah besar
rangsangan bahan kimia yang korosif seperti sulfur dioksida dan volume darah yang berasal dari sinusoid vena yang terletak di
klorin. subepitelial bisa membuat jaringan submukosa untuk menyerap
Impuls aferen yang berasal dari saluran napas terutama berjalan udara dan menambah perluasan kontak dengan aliran udara.Mukus
melalui nervus vagus ke medula. Di sana, suatu rangkaian hidung dan mukosiliar merupakan komponen penting dalam
peristiwa otomatis digerakkan oleh lintasan neuronal medula, pembersihan.Partikel dengan diameter aerodinamik 5-10 μm
menyebabkan efek sebagai berikut: pertama, kira-kira 2,5 liter ditangkap dalam mukosa nasal. Gas yang larut dalam air akan
dihilangkan total dari udara yang diinhalasi di saluran masuk mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen
hidung. spesifik tersebut (von Pirquet, 1986). Menurut WHO ARIA
3. Gas yang bersifat iritan (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2001 adalah
Gas yang bersifat iritan dapat menstimulasi saraf sensorik
kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa
hidung dan menginduksi sekresi yang membuat deposit yang lebih
besar. NO dihasilkan dari saluran napas atas (terutama sinus gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang
paranasal) yang berperan protektif untuk cabang respiratorius. NO diperantarai oleh IgE.
memiliki aktivitas antiviral dan bakteriostatik yang kuat, b. Etiologi
meningkatkan oksigenasi, menghasilkan efek bronkodilator, dan Rhinitis alergi dan atopi secara umum disebabkan oleh
menjaga masuknya udara melalu saluran napas bawah. interaksi dari pasien yang secara genetik memiliki potensi alergi
4. Peran inflamasi pada nasal dengan lingkungan. Genetik secara jelas memiliki peran penting.
Sejumlah eosinofil di mukosa saluran napas bawah akan Pada 20 – 30 % semua populasi dan pada 10 – 15 % anak semuanya
meningkat yang mengekspresikan molekul adesi setelah diinduksi atopi. Apabila kedua orang tua atopi, maka risiko atopi menjadi 4
oleh alergen hidung. kali lebih besar atau mencapai 50 %. Peran lingkungan dalam
5. Drainase material inflamatori.
dalam rinitis alergi yaitu alergen, yang terdapat di seluruh
Saluran napas atas terdiri dari hidung, telinga, dan
lingkungan, terpapar dan merangsang respon imun yang secara
tenggorok.Salah satu struktur penunjang yang terletak di sistem ini
genetik telah memiliki kecenderungan alergi. Adapun alergen yang
adalah tuba eustachius yang menghubungkan nasofaring dengan
biasa dijumpai berupa alergen inhalan yang masuk bersama udara
telinga tengah.Struktur ini berfungsi dalam menjaga tekanan
pernapasan yaitu debu rumah, tungau, kotoran serangga, kutu
atmosfer tetap seimbang.Kompleks osteomeatal (OMC) adalah
binatang, jamur, serbuk sari, dan lain-lain.
daerah cavum nasalis antara meatus media dan inferior, tempat
c. Klasifikasi
pertemuan drainase dari sinus frontal, etmoidalis (etmoidalis
Berdasarkan rekomendasi dari WHO Initiative ARIA tahun 2000,
anterior), dan maxillaris.Terjadinya penurunan tekanan oksigen
menurut sifat berlangsungnya rinitis alergi dibagi menjadi:
dalam kompleks ini juga bisa memicu rasa pusing.Seperti halnya
• Intermiten, yaitu bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau
saluran napas atas, OMC juga memiliki transpor silia.
kurang dari 4 minggu.
• Persisten, yaitu bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan/atau lebih
2. Rhinitis Alergi
dari 4 minggu.
a. Definisi
Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, rinitis alergi
Rhinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan
dibagi menjadi: • Ringan, yaitu bila tidak ditemukan gangguan
oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah
tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu
tidur, gangguan aktivitas harian, bersantai, berolahraga, belajar, pengelolaan untuk setiap pasien
bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu.
• Sedang atau berat, yaitu bila terdapat satu atau lebih dari
gangguan tersebut di atas.
IgE -mediated ( alergi ) , otonom , infeksi dan idiopatik (
tidak diketahui ) . Meskipun fokus dari artikel ini adalah rhinitis
alergi , deskripsi singkat tentang bentuk-bentuk lain dari rhinitis
diberikan dalam Tabel 1 .
Secara tradisional , rhinitis alergi telah dikategorikan sebagai
musiman ( terjadi selama musim tertentu ) atau perennial ( terjadi
sepanjang tahun ) . Namun, tidak semua pasien masuk ke dalam skema
klasifikasi ini . Sebagai contoh, beberapa pemicu alergi , seperti serbuk
sari , mungkin musiman di daerah beriklim dingin , tapi abadi di iklim
hangat , dan pasien dengan beberapa " musiman " alergi mungkin memiliki
gejala hampir sepanjang tahun [ 4 ] . Oleh karena itu , rhinitis alergi kini
diklasifikasikan menurut durasi gejala ( intermiten atau terus-menerus )
dan tingkat keparahan ( ringan , sedang atau berat ) ( lihat Gambar 1 ) [ 1,5
] . Rhinitis dianggap intermiten ketika total durasi episode peradangan
kurang dari 6 minggu , dan terus-menerus bila gejala terus berlanjut
sepanjang tahun . Gejala diklasifikasikan sebagai ringan ketika pasien Menurut sifatnya :
biasanya dapat tidur normal dan melakukan aktivitas normal ( termasuk a. Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan
kerja atau sekolah ) ; gejala ringan biasanya berselang. Gejala membran mukosa hidung dan sinus-sinus aksesoris yang
dikategorikan sebagai mod - erate / parah jika mereka secara signifikan disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. Penyakit ini dapat
mempengaruhi tidur dan aktivitas sehari-hari dan / atau jika mereka mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali
dianggap mengganggu . Hal ini penting untuk mengklasifikasikan tingkat terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal
keparahan dan durasi gejala karena hal ini akan memandu pendekatan musim hujan dan musim semi.
b. Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran
mukosa yang disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi,
atau karena rinitis vasomotor.
2) Berdasarkan penyebabnya, dapat dibedakan menjadi: Rhinitis medikamentosa adalah suatu kelainan hidung
a. Rhinitis alergi berupa gangguan respon normal vasomotor sebagai akibat
Merupakan penyakit umum yang paling banyak di derita pemakaian vasokonstriktor topical (obat tetes hidung atau obat
oleh perempuan dan laki-laki yang berusia 30 tahunan. Merupakan semprot hidung) dalam waktu lama dan berlebihan.
inflamasi mukosa saluran hidung yang disebabkan oleh alergi c. Rhinitis atrofi
terhadap partikel, seperti: debu, asap, serbuk/tepung sari yang ada Rhinitis Atrofi adalah satu penyakit infeksi hidung kronik
di udara. dengan tanda adanya atrofi progesif tulang dan mukosa konka.
Macam-macam rhinitis alergi, yaitu: Dahulu rhinitis alergika dibedakan dalam dua macam berdasarkan
1. Rinitis alergi musiman (Hay Fever), sifat berlangsungnya, yaitu:
Biasanya terjadi pada musim semi.Umumnya disebabkan 1. Rhinitis alergika musiman (seasonal, hay fever, polinosis)
kontak dengan allergen dari luar rumah, seperti benang sari dari Di Indonesia tidak dikenal rhinitis alergika musiman, hanya
tumbuhan yang menggunakan angin untuk penyerbukannya, debu ada di negara yang mempunyai empat musim. Alergen
dan polusi udara atau asap. penyebabnya spesifik, yaitu tepungsari (pollen) dan spora
2. Rinitis alergi yang terjadi terus menerus (perennial) jamur. Oleh karena itu nama yang tepat adalah nosis atau rino
Disebabkan bukan karena musim tertentu ( serangan yang konjungtivitis karena gejala klinik yang tampak ialah gejala
terjadi sepanjang masa (tahunan)) diakibatkan karena kontak pada hidung dan mata (mata merah, gatal disertai lakrimasi).
dengan allergen yang sering berada di rumah misalnya kutu debu Penyakit ini timbulnya periodik, sesuai dengan musim, pada
rumah, bulu binatang peliharaan serta bau-bauan yang menyengat waktu terdapat konsentrasi alergen terbanyak di udara. Dapat
3) Rhinitis Non Alergi mengenai semua golongan umur dan biasanya mulai
Rhinitis non allergi disebabkan oleh infeksi saluran napas timbulnya pada anak-anak dan dewasa muda. Berat ringannya
karena masuknya benda asing kedalam hidung, deformitas gejala penyakit bervariasi dari tahun ke tahun, tergantung pada
struktural, neoplasma, dan massa, penggunaan kronik dekongestan banyaknya alergen di udara. Faktor herediter pada penyakit ini
nasal, penggunaan kontrasepsi oral, kokain dan anti hipertensif. sangat berperan.
Macam-macam rhinitis non alergi, yaitu: 2. Rhinitis alergika sepanjang tahun (perenial)
a. Rhinitis vasomotor Gejala pada penyakit ini timbul intermiten atau terus-menerus,
Rhinitis vasomotor adalah terdapatnya gangguan fisiologik tanpa variasi musim, jadi ditemukan sepanjang tahun.
lapisan mukosa hidung yang disebabkan oleh bertambahnya Penyebab yang paling sering adalah alergen inhalan, terutama
aktivitas parasimpatis. pada orang dewasa, dan alergen ingestan. Alergen inhalan
b. Rhinitis medikamentosa utama adalah alergen dalam rumah (terdapat di kasur kapuk,
tutup tempat tidur, selimut, karper, dapur, dan tumpukan baju,
buku serta sofa. Komponen alergennya terutama berasal dari
serpihan kulit dan fases tungau) dan alergen di luar rumah
berupa polen dan jamur. Alergen ingestan sering merupakan
penyebab pada anak-anak dan biasanya disertai dengan gejala
alergi yang lain, seperti urtikaria, gangguan pencernaan.
Gangguan fisiologik pada perenial lebih ringan dibandingkan
dengan golongan musiman tetapi karena lebih persisten maka
komplikasinya lebih sering ditemukan.

d. Patofisiologi
Hal ini menyebabkan sel Antigen Presenting Cell (APC)
akan menangkap alergen yang menempel tersebut. Kemudian
antigen tersebut akan bergabung dengan HLA kelas II membentuk
suatu kompleks molekul MHC (Major Histocompability Complex)
kelas II.
Kompleks molekul ini akan dipresentasikan terhadap sel T
helper (Th 0). Th 0 ini akan diaktifkan oleh sitokin yang dilepaskan
oleh APC menjadi Th1 dan Th2. Th2 akan menghasilkan berbagai
sitokin seperti IL3, IL4, IL5, IL9, IL10, IL13 dan lainnya. IL4 dan
IL13 dapat diikat reseptornya di permukaan sel limfosit B,
sehingga sel B menjadi aktif dan memproduksi IgE. IgE yang
bersirkulasi dalam darah ini akan terikat dengan sel mast dan
basofil yang mana kedua sel ini merupakan sel mediator.
Adanya IgE yang terikat ini menyebabkan teraktifasinya
kedua sel tersebut. Reaksi Alergi Fase Cepat Reaksi cepat terjadi
dalam beberapa menit, dapat berlangsung sejak kontak dengan
alergen sampai 1 jam setelahnya. Mediator yang berperan pada
fase ini yaitu histamin, tiptase dan mediator lain seperti leukotrien,
prostaglandin (PGD2) dan bradikinin. Mediator-mediator tersebut
menyebabkan keluarnya plasma dari pembuluh darah dan dilatasi
dari anastomosis arteriovenula hidung yang menyebabkan
terjadinya edema, berkumpulnya darah pada kavernosus sinusoid
dengan gejala klinis berupa hidung tersumbat dan oklusi dari
saluran hidung.
Sensitisasi
Rangsangan terhadap kelenjar mukosa dan sel goblet
Rhinitis alergi merupakan penyakit inflamasi yang diawali
menyebabkan hipersekresi dan permeabilitas kapiler meningkat
oleh adanya proses sensitisasi terhadap alergen sebelumnya.
sehingga terjadi rinore. Rangsangan pada ujung saraf sensoris
Melalui inhalasi, partikel alergen akan tertumpuk di mukosa
(vidianus) menyebabkan rasa gatal pada hidung dan bersin-bersin.
hidung yang kemudian berdifusi pada jaringan hidung.
Reaksi Alergi Fase Lambat Reaksi alergi fase cepat terjadi setelah termasuk edema kelopak mata, kongesti konjugtiva, lingkar hitam
4 – 8 jam setelah fase cepat. Reaksi ini disebabkan oleh mediator dibawah mata (allergic shiner). Tanda pada telinga termasuk
yang dihasilkan oleh fase cepat beraksi terhadap sel endotel retraksi membran timpani atau otitis media serosa sebagai hasil
postkapiler yang akan menghasilkan suatu Vascular Cell Adhesion dari hambatan tuba eustachii. Tanda faringeal termasuk faringitis
Mollecule (VCAM) dimana molekul ini menyebabkan sel leukosit granuler akibat hyperplasia submucosa jaringan limfoid. Tanda
seperti eosinofil menempel pada sel endotel. laryngeal termasuk suara serak dan edema pita suara. Gejala lain
Faktor kemotaktik seperti IL5 menyebabkan infiltrasi sel- yang tidak khas dapat berupa: batuk, sakit kepala, masalah
penciuman, mengi, penekanan pada sinus dan nyeri wajah, post
sel eosinofil, sel mast, limfosit, basofil, neutrofil dan makrofag ke
nasal drip. Beberapa orang juga mengalami lemah dan lesu, mudah
dalam mukosa hidung. Sel-sel ini kemudian menjadi teraktivasi
marah, kehilangan nafsu makan, dan sulit tidur.
dan menghasilkan mediator lain seperti Eosinophilic Cationic
Protein (ECP), Eosinophilic Derived Protein (EDP), Major Basic f. Dd Db
Protein (MBP) dan Eosinophilic Peroxidase (EPO) yang Diagnosis rinitis alergi ditegakkan berdasarkan:
menyebabkan gejala hiperreaktivitas dan hiperresponsif hidung. 1. Anamnesis
Gejala klinis yang ditimbulkan pada fase ini lebih didominasi oleh
sumbatan hidung. Perlu ditanyakan gejala-gejala spesifik yang mengganggu
pasien (seperti hidung tersumbat, gatal-gatal pada hidung, rinore,
e. Mk
bersin), pola gejala (hilang timbul, menetap) beserta onset dan
Gejala khas dari rhinitis alergi adalah serangan bersin keparahannya, identifikasi faktor predisposisi, respon terhadap
berulang. Bersin dianggap patologik bila terjadinya lebih dari 5 pengobatan, kondisi lingkungan dan pekerjaan. Karena rinitis
kali setiap serangan, sebagai akibat dilepaskannya histamine. alergi seringkali berhubungan dengan konjungtivitis alergi, maka
Gejala lain ialah keluar ingus yang encer dan banyak, hidung adanya gatal pada mata dan lakrimasi mendukung diagnosis rinitis
tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang disertai lakrimasi. alergi. Riwayat keluarga merupakan petunjuk yang cukup penting
Tanda alergi juga terlihat di hidung, mata, telinga, faring, atau dalam menegakkan diagnosis pada anak.
laring.
2. Pemeriksaan Fisik
Tanda hidung termasuk garis hitam melintang pada
punggung hidung akibat sering menggosok hidung ke atas Pada muka biasanya didapatkan garis Dennie-Morgan dan
menirukan pemberian hormat (allergic salute), pucat dan edema allergic shinner, yaitu bayangan gelap di daerah bawah mata
mukosa hidung yang dapat muncul kebiruan. Lubang hidung karena stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung. Selain itu,
bengkak disertai dengan secret mukoid dan cair. Tanda di mata dapat ditemukan juga allergic crease yaitu berupa garis melintang
pada dorsum nasi bagian sepertiga bawah. Garis ini timbul akibat alergi serta dosis inisial untuk imunoterapi. Selain itu, dapat pula
hidung yang sering digosokgosok oleh punggung tangan (allergic dilakukan tes provokasi hidung dengan memberikan alergen
salute). langsung ke mukosa hidung. Untuk alergi makanan, dapat pula
dilakukan diet eliminasi dan provokasi atau Intracutaneous
Pada pemeriksaan rinoskopi ditemukan mukosa hidung
Provocative Food Test (IPFT).
basah, berwarna pucat atau livid dengan konka edema dan sekret
DIAGNOSIS BANDING
yang encer dan banyak. Perlu juga dilihat adanya kelainan septum
Penyakit-penyakit yang perlu dibedakan dengan rinitis alergi
atau polip hidung yang dapat memperberat gejala hidung
diantaranya adalah:
tersumbat. Selain itu, dapat pula ditemukan konjungtivis bilateral
1. Drug induced rhinitis
atau penyakit yang berhubungan lainnya seperti sinusitis dan otitis
2. Rinitis hormonal
media.
3. Rinitis infeksi (virus, bakteri atau penyebab lainnya)
3. Pemeriksaan Penunjang 4. Rinitis karena pekerjaan
Pemeriksaan sitologi hidung tidak memastikan diagnosis, 5. Non Allergic Rhinitis with Eosinophilic Syndrome (NARES)
tetapi berguna sebagai pemeriksaan pelengkap. Ditemukannya 6. Rinitis karena iritan
eosinofil dalam jumlah banyak (5 sel/lapang pandang) 7. Rinitis vasomotor
menunjukkan kemungkinan alergi. Hitung jenis eosinofil dalam 8. Rinitis atropi
darah tepi dapat normal atau meningkat. Pemeriksaan IgE total 9. Rinitis idiopatik
seringkali menunjukkan nilai normal, kecuali bila tanda alergi pada g. Tatalaksana (Antihistamin& Dekongestan)
pasien lebih dari satu penyakit. Lebih bermakna adalah i. Antihistamin
pemeriksaan IgE spesifik dengan cara RAST (Radioimmuno 1. BEPOTASTIN BESILAT
Sorbent Test) atau ELISA (Enzyme Linked Immuno Sorbent Test). Indikasi:
Uji kulit alergen penyebab dapat dicari secara invivo. Ada Rinitis alergi, urtikaria.
dua macam tes kulit yaitu tes kulit epidermal dan tes kulit Peringatan:
intradermal. Tes epidermal berupa tes kulit gores (scratch) dengan Gangguan fungsi ginjal, mengemudi, pengobatan steroid jangka
menggunakan alat penggores dan tes kulit tusuk (skin prick test). panjang: penurunan dosis steroid secara bertahap dengan
Tes intradermal yaitu tes dengan pengenceran tunggal pengawasan memadai, hindari pemakaian jangka panjang,
(single dilution) dan pengenceran ganda (Skin Endpoint Titration rinitis alergi musiman: terapi dimulai sebelum hingga
– SET). SET dilakukan untuk alergen inhalan dengan
berakhirnya musim dengan frekuensi alergen tinggi, lansia,
menyuntikkan alergen dalam berbagai konsentrasi. Selain dapat
mengetahui alergen penyebab, juga dapat menentukan derajat
kehamilan, merencanakan kehamilan, menyusui, bayi, dan bayi baru lahir, prematur, pasien dalam terapi penghambat
anak. MAO, serangan asma akut.
Kontraindikasi: Efek Samping:
sedasi, gangguan saluran cerna, efek antimuskarinik, hipotensi,
Hipersensitivitas.
kelemahan otot, tinnitus, euforia, nyeri kepala, stimulasi SSP,
Efek Samping: reaksi alergi, kelainan darah.
Umum: leukositosis, leukopenia, eosinofilia, kantuk, malaise, Dosis:
sakit kepala, pusing, rasa haus, mual, muntah, sakit perut, diare, Dewasa: 2 mg, Anak: 2 - 6 tahun 0,5 mg; 6 - 12 tahun: 1 mg.
rasa tidak nyaman pada lambung, ruam, peningkatan ALT Diberikan 3 - 4 kali/hari.
(GPT), AST (GOT), gama-GTP, LDH, dan total bilirubin, urin 3. DESLORATADIN
yang mengandung darah. Jarang: rasa berat pada kepala, mulut Indikasi:
gejala yang berkaitan dengan rinitis alergi seasonal (SAR),
kering, glositis, nyeri abdomen, bengkak, proteinuria,
urtikaria idiopatik kronis.
glikosuria, urinary urobilinogen. Frekuensi tidak Peringatan:
diketahui: penurunan volume urin. efikasi dan keamanan pada anak dibawah 2 tahun belum
Dosis: diketahui, penurunan fungsi ginjal berat, obat yang mengandung
Oral: dewasa, dosis tunggal 10 mg dua kali sehari, dapat sukrosa, sorbitol, pasien dengan masalah intoleransi fruktosa
disesuaikan dengan umur dan gejala. Gangguan fungsi ginjal: herediter, malabsorbsi glukosa-galaktosa atau penurunan fungsi
dosis awal 5 mg. sukrosa-isomaltase.
Interaksi:
2. DEKSKLORFENIRAMIN MALEAT
Kontraindikasi:
Indikasi: hipersensitif terhadap desloratadin, kehamilan, menyusui.
gejala alergi seperti rinitis alergi, urtikaria, saluran napas atas
Efek Samping:
sistemik.
umum: takikardi, mulut kering, pusing, hiperaktif psikomotor,
Peringatan: faringitis, anoreksia, konstipasi, sakit kepala, letih,
glaukoma sudut sempit, tukak lambung, obstruksi piloro
insomnia, somnolence , gangguan tidur, gugup;
duodenal, hipertrofi prostat, obstruksi struktural kandung
Tidak umum: palpitasi, premature atrial contractions,
kencing, penyakit kardiovaskuler, kenaikan tekanan intraokuler,
hiperkinesia, kulit memerah, kebingungan, rinitis, sinusitis,
hipertiroidisme, hindari mengemudi dan menjalankan mesin.
epistaksis, iritasi hidung, rinorea, tenggorokan kering, hiposmia,
Interaksi: dispepsia, mual, nyeri abdomen, gastroenteritis, feses abnormal,
penghambat MAO, alkohol, antidepresan trisiklik, barbiturat,
disuria, gangguan micturition, gangguan frekuensi micturition,
depresan SSP, antikolinergik.
Kontraindikasi:
pruritus, rasa haus, glikosuria, hiperglikemia, perburukan sakit Kontraindikasi:
kepala, peningkatan enzim hati, agitasi, ansietas, iritabilitas; hipersensitif, glaukoma sudut sempit, retensi urin, pasien yang
Telah dilaporkan: pusing, halusinasi, somnolence, insomnia, menerima pengobatan penghambat MAO atau baru berhenti
hiperaktif psikomotor, kejang, takikardi, nyeri abdomen, mual, pengobatan dalam 14 hari, hipertensi berat, penyakit arteri
muntah, dispepsia, diare, peningkatan bilirubin, mialgia, reaksi koroner berat, riwayat stroke hemoragik atau risiko terjadi
hipersentivitas (anafilaksis, angioedema, dispnea, pruritus, stroke hemoragik.
ruam, urtikaria). Efek Samping:
Dosis: Umum: takikardia, mulut kering, pusing, hiperaktivitas
Anak 6-11 tahun: 5 mL (2,5 mg) sirup 1 kali sehari dengan atau psikomotor, faringitis, anoreksia, sakit kepala, kelelahan,
tanpa makanan, anak 2-5 tahun 2,5 mL (1,25 mg) sirup 1 kali insomnia, mengantuk, gangguan tidur, kecemasan.
sehari dengan atau tanpa makanan, dewasa dan anak di atas 12 Tidak umum: palpitasi, kontraksi atrial prematur, hiperkinesia,
tahun:10 mL (5 mg) sirup 1 kali sehari dengan atau tanpa kemerahan, kebingungan, pandangan kabur, mata kering,
makanan. rhinitis, sinusitis, epistaksis, iritasi nasal, rinorea,
4. DESLORATADIN + PSEUDOEFEDRIN SULFAT kerongkongan kering, hiposmia, dyspepsia, mual, nyeri perut,
Indikasi: gastroenteritis, ketidaknormalan feses, gatal-gatal, disuria,
untuk melegakan gejala nasal dan non nasal pada rhinitis gangguan mikturia, sakit kepala memburuk, rigor, peningkatan
alergi, termasuk hidung tersumbat. enzim hepatik, agitasi, kecemasan, iritabilitas.
Peringatan: Dosis:
tidak untuk digunakan pada anak dibawah usia 12 tahun. Dewasa ( > 12 tahun): dua kali sehari 1 tablet. Telan tablet
Hentikan pengobatan jika terjadi hipertensi, takikardi, palpitasi, secara utuh, jangan dikunyah atau dihancurkan.
aritmia jantung, mual atau gejala neurologis lainnya. 5. FEKSOFENADIN HCL
Interaksi: Indikasi:
obat ini menurunkan efek antihipertensi jika dikonsumsi gejala alergi yang berkaitan dengan rinitis alergi pada anak 6-11
bersama penghambat beta adrenergik, metildopa, mecamilamin, tahun.
reserpin dan alkaloid veratrum. Pseudoefedrin yang dikonsumsi Peringatan:
bersama dengan digitalis dapat meningkatkan hamil dan menyusui, gangguan ginjal dan hati.
aktivitas pacemaker etopi. Tidak dianjurkan kombinasi dengan Interaksi:
bromokriptin, kabergolin, lisurdin, pergolida. Penggunaan eritromisin, ketokonasol, antasid yang mengandung aluminium
bersamaan dengan penghambat MAO dapat menyebabkan hidroksida dan magnesium hidroksida (feksofenadin diberikan
vasokonstriksi dan peningkatan tekanan darah. Penggunaan 2 jam setelah pemberian antasid).
bersama antasid meningkatkan kecepatan absorpsi Kontraindikasi:
pseudoefedrin sulfat, sedangkan kaolin menurunkannya. hipersensitif terhadap feksofenadin dan komponennya.
Efek Samping: hati-hati penggunaan pada anak usia di bawah 6 tahun,
sakit kepala, mengantuk, kelelahan, mual, pusing; jarang terjadi: pengguna alkohol, pasien dengan masalah intoleransi galaktosa
urtikaria, pruritus, kulit kemerahan, reaksi hipersensitif. herediter, defisiensi laktase atau malabsorbsi glukosa-galaktosa.
Dosis:
Interaksi:
anak 6-11 tahun dosis rekomendasi: 30 mg 2 kali sehari. Tidak
untuk anak di bawah 6 tahun. teofilin 400 mg/hari menurunkan 16 % klirens setirizin, pada
6. HOMOKLORSIKLIZIN HIDROKLORIDA pasien sensitif penggunaan bersama alkohol atau penekan SSP
Indikasi: memberikan efek pada SSP, hal ini tidak ditunjukkan oleh
gejala alergi seperti rinitis alergi, urtikaria. rasematnya, absorbsi menjadi lambat tetapi tidak menurun
Peringatan: dengan adanya makanan.
glaukoma sudut sempit, retensi urin, hipertrofi prostat, Kontraindikasi:
gangguan ketrampilan mengemudi dan menjalankan mesin,
hipersensitif terhadap levosetirizin atau komponen
hamil, pasien mendapat penghambat MAO, sensitivitas silang
pada obat sejenis. penyusunnya atau derivat piperasinPenderita gangguan ginjal
Interaksi: berat dengan klirens kreatinin kurang dari 10 mL/menit,
depresan SSP, antikolinergik, antidepresan trisiklik, kehamilan (lihat Lampiran 4) dan menyusui (lihat Lampiran 5).
penghambat MAO, alkohol. Efek Samping:
Efek Samping: sakit kepala, mengantuk, mulut kering, kelelahan, astenia.
mengantuk, sedasi, gangguan saluran cerna, penglihatan kabur, Dosis:
kesulitan buang air kecil, mulut kering, reaksi alergi, efek pada
Dewasa dan Anak di atas 6 tahun: 5 mg/hari, untuk anak di
SSP.
Dosis: bawah 6 tahun dimungkinkan penyesuaian dosis.
Dewasa 1-2 tablet (tiap tablet 10 mg), 3 kali/hari. Lansia: penyesuaian dosis dimungkinkan pada lansia dengan
7. LEVOSETIRIZIN DIHIDROKLORIDA gangguan ginjal sedang sampai berat. Penyesuaian dosis
Indikasi: dimungkinkan pada gangguan ginjal dan hati. Tidak diperlukan
gejala alergi yang berkaitan dengan rhinitis alergi seasonal penyesuaian dosis pada penderita gangguan hati saja. Pada
(termasuk gejala okular), rhinitis alergi menahun, urtikaria penderita gangguan ginjal dosis bersifat individu. Lama
idiopati kronis. penggunaan pada hay fever: 3-6 minggu, pada kasus terpapar
Peringatan: serbuk bunga: 1 minggu, lama penggunaan secara klinis 4
minggu, untuk rinitis alergi kronis dan urtikaria pengalaman
klinis penggunaan selama 1 tahun, 18 bulan untuk pasien ii. Dekongestan
dengan pruritus yang berkaitan dengan dermatitis atopik. 1. BEKLOMETASON DIPROPIONAT
8. RUPATADIN Indikasi:
Indikasi: profilaksis dan pengobatan rinitis alergi dan rinitis vasomotor.
Peringatan:
rinitis alergi untuk anak diatas 12 tahun dan dewasa.
infeksi nasal yang tidak ditangani, pemakaian yang
Peringatan: berkepanjangan pada anak, pengobatan terdahulu dengan
lansia, anak dibawah 12 tahun, gangguan fungsi ginjal dan kortikosteroid per oral.
hati, kehamilan, menyusui, penggunaan bersama dengan Efek Samping:
depresan saraf pusat. bersin setelah penggunaan; kadang-kadang hidung kering,
Interaksi: iritasi hidung dan tenggorokan, epistaksis, gangguan indera
penggunaan bersama jus jeruk meningkatkan kadar rupatadin, kecap; reaksi hipersensitivitas (termasuk bronkospasme),
perforasi septum nasal dilaporkan.
tidak boleh digunakanbersama dengan golongan statin, Penggunaan:
ketokonazol dan antibiotik golongan makrolida (eritromisin, DEWASA dan ANAK di atas usia 6 tahun, beri 100 mcg (2
klaritromisin, azitromisin). semprotan) ke dalam tiap lubang hidung dua kali sehari atau 50
Kontraindikasi: mcg (1 semprotan) ke dalam tiap lubang hidung 3-4 kali
hipersensitivitas. sehari; total maksimum 400 mcg (8 semprotan) tiap hari.
Efek Samping: 2. BUDESONID
Indikasi:
Umum, mengantuk, sakit kepala, pusing, mulut kering, lemas
profilaksis dan pengobatan rhinitis alergi dan rinitis
dan lelah. Tidak umum, peningkatan nafsu makan, lekas marah, vasomotor; polip nasal.
kesulitan konsentrasi, mimisan, hidung kering, sakit Peringatan:
tenggorokan, rinitis, mual, sakit pada bagian perut, gangguan lihat pada beklometason dipropionat; juga pasien dengan
pencernaan, muntah, konstipasi, kemerahan pada kulit, nyeri tuberkulosis paru-paru.
punggung, nyeri sendi, nyeri otot, haus, rasa tidak nyaman, Interaksi:
demam, hasil pemeriksaan hati tidak normal, kenaikan berat lihat Lampiran 1 (Kortikosteroid).
Efek Samping:
badan.
lihat pada beklometason dipropionat.
Dosis: Penggunaan:
10 mg satu kali sehari dengan atau tanpa makanan. rinitis, DEWASA dan ANAK di atas usia 12 tahun, beri 200
mikro- gram (2 semprotan) ke dalam tiap lubang hidung 1 kali
sehari di pagi hari atau 100mcg (1 semprotan) ke dalam lubang janin; Keamanan penggunaan pada ibu menyusui dan anak usia
hidung 2 kali sehari; bila gejala dapat dikendalikan, kurangi dibawah 6 tahun, belum diketahui pasti; Sediaan nasal dan
hingga 100 mcg (1 semprotan) ke dalam lubang hidung 1 kali inhalasi kortikosteroid dapat menyebabkan glaukoma atau
tiap hari. katarak. Hati-hati jika terjadi perubahan penglihatan, riwayat
Polip hidung, DEWASA dan ANAK di atas 12 tahun, 100 mcg peningkatan tekanan intra okular, glaukoma, katarak.
(1 semprotan) ke dalam lubang hidung 2 kali sehari selama 3 Interaksi:
bulan. Pemberian bersama dengan ritonavir tidak disarankan karena
3. FLUNISOLID potensi risiko dan paparan sistemik yang meningkat terhadap
Indikasi: flutikason furoat.
profilaksis dan pengobatan rinitis alergi. Kontraindikasi:
Peringatan: hipersensitif terhadap semua bahan yang terkandung.
lihat pada beklometason dipropionat; catatan medis Efek Samping:
tuberkulosis paru-paru. sangat umum (>1/10): epitaksis; umum (>1/1000 dan <1/10):
Efek Samping: ulserasi hidung.
lihat keterangan pada beklometason dipropionat. Dosis:
Penggunaan: untuk mendapatkan efek yang maksimal, pasien harus
DEWASA, beri 50 mcg (2 semprotan) ke dalam lubang hidung diinformasikan untuk menggunakan obat ini secara rutin sesuai
2 kali sehari, ditingkatkan bila perlu hingga maksimum 3 kali jadwal. Mula kerja biasanya diperoleh pada 8 jam setelah
sehari kemudian kurangi untuk perawatan; ANAK di atas usia penggunaan pertama, dan mungkin diperlukan waktu beberapa
5 tahun, mula-mula 25 mcg (1 semprotan) ke dalam lubang hari untuk memperoleh manfaat maksimal. Lama pengobatan
hidung sampai 3 kali sehari untuk pengobatan yang tidak lebih harus dibatasi pada masa dimana terjadi pemaparan alergenik.
lama dari 4 minggu berturut-turut. Dewasa/remaja (12 tahun dan lebih): dosis awal, dua semprotan
4. FLUTIKASON FUROAT (27,5 mikrogram per semprot) ke dalam masing-masing lubang
Indikasi: hidung sekali sehari (total dosis per hari 110 mikrogram); dosis
pengobatan gejala rinitis alergi. pemeliharaan satu semprotan ke dalam masing-masing lubang
hidung sekali sehari (total dosis per hari 55 mikrogram). Dosis
Peringatan: harus dititrasi hingga dosis terendah yang cukup memberi
Efek sistemik muncul pada penggunaan sediaan nasal dalam respon pemeliharaan.
jangka panjang dan dosis tinggi; Pengobatan terdahulu/ Anak (6-11 tahun): dosis awal, satu semprotan (27,5 mikrogram
bersamaan dengan kortikosteroid oral; pemakaian yang per semprot) ke dalam masing-masing lubang hidung sekali
berkepanjangan pada anak; Flutikason furoat hanya digunakan sehari (total dosis per hari 55 mikrogram). Pasien yang tidak
pada wanita hamil jika manfaat bagi ibu melebihi risiko bagi memberikan respon yang cukup terhadap dosis tersebut dapat
diberikan dua semprot ke dalam masing-masing lubang hidung sehingga terjadi penurunan oksigenasi dan tekanan udara
sekali sehari (total dosis per hari 110 mikrogram). Dosis rongga sinus. Hal tersebut akan menyuburkan pertumbuhan
pemeliharaan satu semprotan pada kedua lubang hidung sekali bakteri terutama bakteri anaerob dan akan menyebabkan
sehari (total dosis 55 mikrogram per hari). rusaknya fungsi barier epitel antara lain akibat dekstruksi
h. Komplikasi mukosa oleh mediator protein basa yang dilepas sel eosinofil
i. Polip hidung yang memiliki tanda patognomonis: inspisited (MBP) dengan akibat sinusitis akan semakin parah
mucous glands, akumulasi sel-sel inflamasi yang luar bisa iv. Masalah ortodonti dan efek penyakit lain dari pernafasan mulut
banyaknya (lebih eosinofil dan limfosit T CD4+), hiperplasia yang lama khususnya pada anak-anak.
epitel, hiperplasia goblet, dan metaplasia skuamosa. v. Asma bronkial. Pasien alergi hidung memiliki resiko 4 kali lebih
ii. Otitis media yang sering residif, terutama pada anak-anak. besar mendapat asma bronkial.
iii. Sinusitis paranasal merupakan inflamasi mukosa satu atau lebih i. Prognosis
sinus paranasal. Terjadi akibat edema ostia sinus oleh proses
alergis dalam mukosa yang menyebabkan sumbatan ostia Rhinitis alergi musiman cenderung berkurang. Semakin dini gejala
mulai , semakin besar kemungkinan untuk perbaikan . Orang-orang
yang mengembangkan rhinitis alergi musiman pada anak usia dini
cenderung tidak memiliki alergi di usia dewasa . Dalam beberapa
kasus , alergi masuk ke remisi selama bertahun-tahun dan Orang dengan rhinitis alergi , terutama mereka dengan rinitis
kemudian kembali di kemudian hari . Orang-orang yang alergi perennial , mungkin mengalami gangguan tidur dan
mengembangkan alergi setelah usia 20 , bagaimanapun, kelelahan siang hari . Seringkali mereka atribut ini untuk obat-
cenderung terus memiliki rhinitis alergi setidaknya sampai usia obatan , tetapi studi menunjukkan kemacetan mungkin menjadi
pertengahan . penyebab gejala ini . Pasien yang memiliki rhinitis alergi yang
parah cenderung memiliki masalah tidur lebih buruk , termasuk
KUALITAS HIDUP
mendengkur , dibandingkan dengan rhinitis alergi ringan .
Meskipun rhinitis alergi tidak dianggap sebagai kondisi yang
RISIKO TINGGI UNTUK ASMA DAN ALERGI LAIN
serius , itu tetap dapat mengganggu banyak aspek penting
kehidupan. Survei penderita alergi hidung melaporkan bahwa Asma dan alergi sering hidup berdampingan . Pasien dengan
gejala seperti rasa lelah , sedih , atau marah yang hadir dalam 50- rhinitis alergi sering memiliki asma atau peningkatan risiko
75 % pasien . Rhinitis alergi dapat mengganggu pekerjaan atau mengembangkan itu . Rhinitis alergi juga berhubungan dengan
kinerja sekolah . eksim ( dermatitis atopik ) , reaksi alergi pada kulit yang ditandai
dengan gatal , scaling, dan kulit bengkak merah. Kronis rhinitis
alergi yang tidak terkontrol dapat memperburuk serangan asma j. Pencegahan
dan eksim .
Cara terbaik untuk mencegah reaksi alergi adalah dengan  Gunakan basah , kain bersih untuk menyeka permukaan
menghindari alergen yang menyebabkannya. Namun, hal ini tidak karena debu kering dapat menyebarkan alergen lanjut .
selalu mudah . Alergen, seperti tungau debu , akan sulit untuk spot  Memusatkan upaya Anda pada pengendalian tungau debu
dan dapat berkembang biak bahkan rumah terbersih. Hal ini juga di daerah rumah Anda di mana Anda menghabiskan
kadang-kadang bisa sulit untuk menghindari kontak dengan sebagian besar waktu , seperti kamar tidur dan ruang tamu.
hewan peliharaan , terutama jika mereka milik teman-teman dan
keluarga. Berikut adalah beberapa saran untuk membantu Anda Hewan
menghindari alergen yang paling umum . Hal ini bukan bulu yang menyebabkan reaksi alergi , tetapi
Tungau debu rumah paparan serpihan kulit mati mereka, air liur dan urin dikeringkan
.Jika Anda tidak dapat secara permanen menghapus hewan
Debu tungau adalah salah satu penyebab terbesar alergi. peliharaan dari rumah , Anda mungkin menemukan tips berikut
Mereka adalah serangga mikroskopis yang berkembang biak berguna :
dalam debu rumah tangga . Berikut adalah beberapa cara yang
dapat Anda membatasi jumlah tungau di rumah Anda :  menjaga hewan peliharaan di luar sebanyak mungkin atau membatasi
mereka untuk satu ruangan , sebaiknya satu tanpa karpet
 Pertimbangkan membeli udara - permeabel kasur dan selimut  tidak membiarkan hewan peliharaan di kamar tidur
penutup oklusif ( jenis tempat tidur bertindak sebagai  mencuci hewan peliharaan setidaknya sekali dua minggu
penghalang terhadap tungau debu dan kotoran mereka ) .  pengantin pria anjing secara teratur di luar
 Pilih kayu atau hard penutup lantai vinyl bukannya karpet .  mencuci semua selimut dan soft furnishing hewan peliharaan Anda
 Roller blinds Fit yang dapat dengan mudah dibersihkan . telah di
 Bantal bersih , mainan , tirai dan furnitur berlapis secara  Jika Anda mengunjungi teman atau saudara dengan hewan peliharaan
teratur , baik dengan mencuci atau debu mereka . , meminta mereka untuk tidak debu atau vacuum pada hari Anda
 Gunakan bantal sintetis dan selimut akrilik bukannya selimut mengunjungi karena akan mengganggu alergen ke udara. Mengambil
wol atau bulu selimut . obat antihistamin satu jam sebelum memasuki rumah yang dihuni
 Gunakan vacuum cleaner dilengkapi dengan udara hewan peliharaan dapat membantu mengurangi gejala .
partikulat efisiensi tinggi ( HEPA ) filter karena dapat
mengeluarkan debu lebih dari penyedot debu biasa . serbuk sari
Tanaman yang berbeda dan pohon menyerbuki pada waktu  memakai kacamata hitam sampul untuk melindungi mata Anda dari
yang berbeda tahun ini , jadi ketika Anda mendapatkan rhinitis serbuk sari
alergi akan tergantung pada apa jenis serbuk sari ( s ) Anda alergi.  menjaga pintu dan jendela tertutup selama pertengahan pagi dan sore
Kebanyakan orang yang terkena selama musim semi dan musim hari , ketika ada sebagian serbuk sari di udara
panas bulan karena ini adalah ketika sebagian besar pohon dan  mandi , cuci rambut Anda dan mengubah pakaian Anda setelah berada
tanaman penyerbukan. Untuk menghindari paparan terhadap di luar
serbuk sari , Anda mungkin menemukan tips berikut berguna :  menghindari daerah berumput , seperti taman dan ladang
 memeriksa laporan cuaca untuk menghitung serbuk sari dan tinggal  jika Anda memiliki rumput , meminta orang lain untuk memotong
di dalam rumah ketika itu tinggi rumput untuk Anda
 menghindari line- pengeringan pakaian dan tempat tidur ketika
jumlah serbuk sari tinggi

3. Menjaga Pernafasan Dalam Islam

DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.undip.ac.id/46168/3/Adisty_Octaviyani_220101111
40171_Lap.KTI_Bab2.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/21820/C
hapter%20II.pdf;jsessionid=FF7239CAF83F79FBC3DAEA7989
07D65A?sequence=4

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/28894/?s
equence=1

http://repository.lppm.unila.ac.id/5252/1/refleks%20bersin.pdf

http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-3-sistem-saluran-napas-0/34-
antihistamin-hiposensitisasi-dan-kedaruratan-alergi/341

http://pionas.pom.go.id/ioni/bab-12-telinga-hidung-dan-
tenggorok/122-obat-yang-bekerja-pada-hidung/1221-obat-
untuk-alergi

Anda mungkin juga menyukai