Anda di halaman 1dari 72

KONSEP RESPIRATORI,

ASKEP pada Pasien dengan


Gangguan Oksigenasi
Ns. Yohana Wiratikusuma.,S.Kep.M.Kep

Matakuliah: KPS 611036– Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia


(4 SKS; 3 T, 1 P), Semester 1 Kelas A
26 September 2022
Tata tertib perkuliahan
Video Camera On Matikan MIC Menggunaan user name_NIM
Berpakaian &
pada tampilan zoom
Penampilan rapih
Silahkan menyalakan video Selama perkuliahan
kamera, tidak menyala silahkan matikan mic, Menggunakan pakaian Gunakan nama asli_NIM.
video dianggap tidak hadir silahkan dinyalakan rapih,; kemeja atau
perkuliahan apabila ingin bertanya pakaian yang telah
atau saat berdiskusi ditentukan dan sopan
01 Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat memahami konsep
asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan oksigenasi.

02 Tujuan Umum
Tujuan 1. Konsep Respirasi
2. Konsep Oksigenasi
3. Cara Edukasi latihan nafas,
4. Cara Konsep Edukasi pengaturan posisi,
5. Cara pemberian oksigen dengan masker rebreathing
atau non rebreathing,
6. Cara pemberian oksigen dengan masker wajah,
7. Cara pemberian oksigen dengan nasal kanul.
LATAR BELAKANG
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
di gunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh
mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel.
Dalam keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar 300 cc
oksigen setiap hari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit.
Sehingga di perlukan fungsi respirasi yang adekuat. Respirasi
juga berarti gabungan aktifitas mekanisme yang berperan dalam
proses suplai O2 ke seluruh tubuh dan pembuangan CO2

Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2 Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan
kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk
mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang
tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan
biasanya pasien akan meninggal (Asmadi, 2008).
STRUKTUR SISTEM RESPIRATORI
ANATOMI, FISIOLOGI SIS-

1. Struktur Utama
a. Saluran Pernapasan Atas,
TEM RESPORATORI

b. Saluran Pernapasan Bawah


c. Paru-paru
2. Struktur Pelengkap
d. Otot Pernapasan,
e. Pleura
3. Pengontrol Pernapasan
f. Volunter
g. Involunter
h. Kemoreseptor perifer
i. Refleks pernapasan
Saluran Pernapasan Secara Anatomi
Saluran Pernapasan Atas
Hidung
Faring
Laring
Saluran Pernapasan
Bawah
 Trachea

 Bronchus

 Bronchiolus

 Alveoli
Anatomi fungsional system pernapasan

Secara fungsional (faal) saluran pernafasan


dapat dibagi menjadi dua bagian :
● Zona konduksi berperan sebagai saluran tempat
lewatnya udara pernapasan, serta membersihkan,
melembabkan dan menyamakan suhu udara
pernapasan dengan suhu tubuh
● Terdiri dari Hidung, faring, trakea, bronkus, dan
bronkiolius terminalis.

● Zona respiratorik merupakan tempat terjadinya


pertukaran gas O2 dan CO2
● Terdiri dari ductus alveoli, alveoli dan struktur yang
saling berhubungan

West B, Respiratory Book chapter 1 p 6


Rongga
Hidung
Rongga hidung dimulai dari
vestibulum yakni pada bagian
anterior ke bagian posterior yang
berbatasan dengan nasofaring

Rongga hidung terbagi atas dua bagian


yakni secara longitudinal oleh septum
hidung dan secara tranversal konka
superior, medialis, dan inferior
Fungsi Preventif
Bulu Hidung sebagai penyaring debu
Silia yang menyaring partikel benda asing, ditangkap di konka superior,
hanya udara berpartikel 4-6 mikron yang bisa masuk ke bawah
Fungsi Lubrikasi
Jalan napas menjadi tidak kering karena lubrikasi dari kelenjar submukosa
dan sel goblet
Fungsi Pemanas dan Pendingin Udara
Karena kayanya vaskularisasi di dalam rongga hidung, yang berfungsi
sebagai konduksi dari panas, dan adanya perputaran udara inspirasi dan
ekspirasi
FARING
• Faring merupakan pipa Panjang
berkisar 12-15 cm
• Terletak di posterior cavum nasi dan
cavum oral
• Terdiri dari Nasofaring (bagian
yang berbatasan dengan rongga
hidung), Orofaring (bagian yang
berbatasan dengan rongga mulut)
dan Laringofaring (bagian
posterior laring)
• Bagian dimana pemisahan antara
makanan dan udara terjadi
FUNGSI FARING
The surface of the nasopharynx Permukaan Oropharinx dan
is covered by pseudo-stratified laringopharinx dilapisi oleh
columnar epithelium. This is the epitel squamosa stratifikatum
same epithelium found in the
nasal cavity and similarly the
non keratin karena daerah ini
same mechanism of mucous dilalui makanan sehingga
secretion from goblet cells in mudah terjadi abrasi
the epithelium to filter, warm,
and humidify the inhaled air
occurs here.

Anestesiologi dan Terapi Intensif (2019). Buku Teks KATI PERDATIN . Bab 2, Hal 10-11
Nasal anatomy, physiology, and function . Journal allergy and immunology
LARIN
G
Fungsi utamanya sebagai alat suara

The laryngeal skeleton memiliki 9 kartilago3 tidak


berpasangan (thyroid/adam’s apple, cricoid, and
epiglottis) and tiga berpasangan (arytenoid, corniculate,
and cuneiform. dihubungkan oleh membrane dan
ligamen

Dibawah tulang krikoid biasanya dilakukan tindakan


trakeostomi yang bertujuan untuk mengurangi dead
space dan mempermudah penghisapan sekresi, selain itu
bisa juga dilakukan Tindakan cricotirodectomy pada kasus
sumbatan jalan nafas atas sbg tindakan sementara

Laring bertugas sebagai katup yang


mentransmisikan udara dari orofaring dan
nasofaring menuju trakea
• Cincin tulang rawan yang tidak lengkap
(berbentuk U)
• Panjangnya 10-20 cm
• Dibentuk oleh 20 lapis kartilago yang
berbentuk huruf C dan berakhir ketika
bercabang dua karina
• Bagian yang tidak berkatilago disebut Trakea
membranosa, berada di posterior
• Pada ketinggian vertebra torakalis 4, trakea
bercabang dua di karina menjadi bronkus
utama kanan dan kiri
• Di atas tempat masuknya bronkus utama, kedua
kartilago bertemu membentuk cincin
sempurna, tidak hanya C, melainkan O
TRACHEA
BRONKUS
• Percabangan dari trakea sebelum masuk ke
mediatinum disebut bifurkasi dan sudut tajam yang
dibentuk oleh percabangan ini disebut karina
• Karina membentuk sudut 20-30 derajat pada
bronkus kiri dan 45-55 derajat pada bronkus kanan
• Bronkus utama kanan mempunyai 3 percabangan
yakni siperior, medialis, dan inferior
• Bronkus utama kiri mempunyai 2 percabangan
yaitu bronkus lobaris superior dan inferior
• Bronkus segmental merupakan percabangan
dari bronkus lobaris
BRONKU
S
• Bronkus bukan merupakan pipa
yang kaku,
• merupakan berupa saluran dari
otot dengan inervasi vagal yang
dapat membuatnya berdilatasi
dan berkontraksi sebagai respon
thdp rangsangan neurohumoral
dan kimia
Saluran napas yang tidak berkartilago
Pada saat paru kolaps, bronkus besar masih
tetap paten, sedangkan bronkus kecil,
bronkiolus, dan alveolus ikut kolaps.
Bronkiolus Bronkiolus paling ujung (distal) disebut
terminalis
3-5 bronkiolus terminalis
membentuk asinus
Bronkiolus

Secara fungsional,
bronkiolus dibagi 2
bagian

Bronkiolus non Bronkiolus Respiratorius,


respiratorius, dimana dimana terjadi
tidak terdapat pertukaran pertukaran gas, bersama
gas (dead space) dengan duktus alveolaris
dan sakus alveolaris
PARU-PARU
 Paru kanan terdiri
atas 3 lobus
Superior, Medialis
& Inferior, dan 10
segmen

 Paru kiri terdiri


atas 2 lobus
Superior dan
inferior dan 8
segmen

Respiratory Medicine , 7th ed chapter 1 P. 14


Disetiap lobus terbagi lagi menjadi segmen-segmen
dan lobulus lobulus. Terdapat ruang diantara kedua
paru tersebut yang berisi jantung pembuluh darah
besar dan esofagus yang disebut Mediastinum.
ALVEOLUS Alveolus
dibentuk dan
dibatasi oleh
dinding alveolus
yang dibentuk
oleh 2 macam
sel, yaitu

Sel Alveolar tipe I Sel Alveolar tipe II


atau Pneumosit atau Pneumosit
Tipe I, Merupakan Tipe II, Disebut juga
Sel Pneumosit Granular
Squamosa, Pneumocyt, Tugas
Pertukaran gass Pneumosit Tipe II
menembus dinding yaitu menghasilkan
Pneumosit Tipe I surfaktan.

Sherwood, 7th ed chapter 13 P. 465


ALVEOLUS

• Terdapat lebih dari 300 juta gelembung


alveoli dengan diameter 0,3 mm.
• Struktur gelembung ini cenderung tidak
stabil
• Adanya tegangan muka cairan yang
melapisi alveoli menyebabkan gelembung
cenderung menjadi kolaps
• Namun berkat adanya surfaktan yang
menurunkan tegangan muka cairan di
dinding alveoli menyebabkn gelembungn
tsb tidak mudah kolaps, tetapi
mengembang dan stabil

Sherwood, 7th ed chapter 13 P. 465


Tegangan Permukaan Alveoli dan Surfaktan

Sherwood, 7th ed chapter 13 P. 477-478


● Terdapat dua faktor yang melawan kecenderungan
alveolus untuk kolaps sehingga stabilitas alveolus dapat
dipertahankan, yaitu surfaktan paru dan interdependensi
alveolus

● Keberadaan surfaktan membantu menstabilkan ukuran


alveolus serta membantu alveolus tetap terbuka pada saat
pertukaran udara

● Interdependensi alveolus (alveolar interdependence)


dapat dikatakan sebagai suatu fenomena “saling
ketergantungan” antara alveolus-alveolus yang
berdekatan
Dinding dada dan Otot-otot pernapasan

● Tulang pembentuk dinding thoraks antara lain


costae (12 buah), vertebra thoracalis (12 buah),
sternum, clavicula dan scapula

● Bagian apeks dada berbentuk kecil yang


memungkinkan hanya sebagai jalan masuk
trakea, esophagus, dan pembuluh darah, dengan
bagian dasarnya dibentuk oleh diafragma

● Otot bantu pernapasan saat inspirasi dan


ekspirasi

Sherwood, 7th ed chapter 13 P. 469


Rongga pleura

● Pleura merupakan membran serosa yang


melingkupi parenkim paru, mediastinum,
diafragma serta costae terdiri dari pleura
viseral dan pleura parietal

● Rongga pleura (cavum pleura) terisi


sejumlah tertentu cairan

● Pada keadaan normal jumlah cairan pleura


sangat sedikit (0,1 - 0,2 mL/kgBB)

Charalampidis et al, Pleural Space in Journal Of Thoracics Disease p 29


OKSIGENASI
Pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2) Kebutuhan fisiologis
oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan
Oksigen digunakan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel.
oleh sel tubuh
untuk
mempertahankan
kelangsungan
metabolisme sel
dan sumber energi

Oksigen adalah salah satu


kebutuhan yang paling vital
bagi tubuh. Apabila kekurangan
oksigen berlangsung lebih dari
5 menit, maka terjadi kerusakan
sel otak secara permanen
Peredaran darah dalam paru-paru
Sirkulasi pulmonal: pertukaran gas dan mengirim nutisi ke jaringan paru-
paru.
Ventrikel Kanan menuju arteri pulmonalis lalu ke kapiler lalu ke vena
pulmonal lalu ke atrium kanan dan berakhir ke ventrikel kiri.
Sirkulasi bronkial: merupakan bagian dari sirkulasi sistemik yang berguna
menyediakan nutrisi pada saluran nafas penghubung, pembuluh darah paru
besardan membrane yang meliputi paru.
Aorta lalu ke a.interkostalis menuju a. bronkialis lalu ke kapiler menuju v.
bronkialis lalu ke atrium kanan
Diafragma
Merupakan otot yang berbentuk kubah yang memisahkan rongga thoraks dan abdomen yang
terlibat dalam proses ventilasi.

Dinding Dada
Bagian yang melindungi paru dari kerusakan. Terdiri dari kulit, iga dan otot interkosta. Terdapat
pleura (membrane serosa) yang menempel pada paru, kemudian melipat otomatis dan menempel
erat juga pada dinding dada. Membran yang melapisi paru disebut pleura viseralis, sedangkan
membran yang melapisi rongga paru (terluar) disebut pleura parietalis. Terdapat area di antara
pleura disebut rongga pleura. Normalnya terdapat cairan pleura sebagai pelumas yang memenuhi
rongga pleura, sehingga kedua lapisan tersebut dapat bergerak atau bergeser tanpa terpisah.
Terdapat Otot-otot utama dan otot-otot tambahan
Otot inspirasi utama: Diafragma dan m.interkostalis eksterna (otot di antara iga)
Otot inspirasi tambahan: m. sternocleidomastoideus dan scalenus.
Otot ekspirasi utama: tidak ada karena proses ekspirasi bersifat pasif.
Otot ekspirasi tambahan: m. interkostalis internal dan m.abdomen (m. eksternal oblique dan internal
oblique, m.rectus abdominis, transversus abdominis)
OKSIGENASI
Kebutuhan Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme tubuh dalam mempertahankan kelangsungan hidup
dan berbagai aktivitas sel tubuh dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan oksigenasi
dipengaruhi oleh beberapa factor seperti fisiologis, perkembangan, perilaku, dan
lingkungan (Ernawati, 2012).

Oksigenasi merupakan proses penambahan oksigen (O2) ke dalam sistem tubuh baik itu
bersifat kimia atau fisika. Oksigen ditambahkan kedalam tubuh secara alami dengan cara
bernapas. Pernapasan atau respirasi merupakan proses pertukaran gas antara individu
dengan lingkungan yang dilakukan dengan cara menghirup udara untuk mendapatkan
oksigen dari lingkungan dan kemudian udara dihembuskan untuk mengeluarkan karbon
dioksida ke lingkungan (Saputra, 2013).
PROSES OKSIGENASI Transportasi Gas dalam
darah vena pulmonalis,
Difusi gas merupakan pertukaran masuk dalam darah secara
Ventilasi Merupakan antara oksigen di alveoli dengan difusi). Transportasi Gas
proses keluar masuknya kapiler paru dan CO2 di kapiler merupakan proses
oksigen dari atmosfer dengan alveoli. Proses pertukaran pendistribusian O2 kapiler ke
ke dalam alveoli atau ini dipengaruhi oleh beberapa jaringan tubuh dan CO2
dari alveoli ke atmosfer. faktor, yaitu luasnya permukaan Faktor-Faktor Yang
Proses ventilasi di paru, tebal membrane Mempengaruhi Kebutuhan
pengaruhi oleh respirasi/permeabilitas yang terdiri Oksigenasi jaringan tubuh ke
beberapa hal, yaitu atas epitel alveoli dan interstisial kapiler. Transportasi gas
adanya perbedaan (keduanya dapat mempengaruhi dapat dipengaruhi oleh
tekanan antara proses difusi apabila terjadi proses beberapa faktor, yaitu curah
atmosfer dengan paru- penebalan). Perbedaan tekanan jantung (Cardiac output),
paru, semakin tinggi dan konsentrasi O2 (hal ini kondisi pembuluh darah,
tempat maka tekanan sebagaimana O2 dari alveoli latihan (exercise),
udara semakin rendah, masuk kedalam darah oleh karena perbandingan sel darah
demikian sebaliknya, tekanan O2 dalam rongga alveoli dengan darah secara
semakin rendah tempat lebih tinggi dari tekanan O2 dalam keseluruhan (hematokrit),
tekanan udara semakin darah vena pulmonalis, masuk serta eritrosit dan kadar Hb.
tinggi. dalam darah secara difusi) (Hidayat, 2006)
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN
OKSIGENASI

a. Saraf Otonomik Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonomik dapat

dipengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi, hal ini dapat terlihat simpatis maupun
parasimpatis.Ketika terjadi rangsangan, ujung saraf dapat mengeluarkan neurotransmitter
(untuk simpatis dapat mengeluarkan norodrenalin yang berpengaruh pada bronkodilatasi dan
untuk parasimpatis mengeluarkan asetilkolin yang berpengaruh bronkhokonstriksi) karena pada
saluran pernafasan terdapat reseptor adrenergenik dan reseptor kolinergik.

AWESOME
b. Alergi pada Saluran Nafas Banyak faktor yang dapat menimbulkan alergi, antara lain debu

SLIDE
yang terdapat dalam hawa pernafasan, bulu binatang, serbuk benang sari bunga, kapuk,
makanan, dan lain-lain.
Lanjutan FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN OKSIGENASI

c. Perkembangan Adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan


arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.

d. Lingkungan Kondisi lingkungan dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi


seperti factor alergi, ketinggian tanah, dan suhu kondisi tersebut mempengaruhi
kemampuan adaptasi.

AWESOME
e. Perilaku Faktor perilaku yang dapat memengaruhi kebutuhan oksigenasi
adalah perilaku dalam mengkonsumsi makanan atau status nutrisi (Wartonah,
Tarwoto, 2006) SLIDE
Gangguan Oksigenasi

Permasalahan dalam hal pemenuhan kebutuhan oksigen tidak


terlepas dari adanya gangguan yang terjadi pada sistem
respirasi baik pada anatomi maupun fisiologi dari organ
respirasi. (Potter & Perry, 2006).

Gangguan pada sistem respirasi dapat disebabkan


diantaranya oleh karena peradangan obstruksi, trauma
kanker, degenerative, dan lain-lain. Gangguan tersebut akan
menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi
secara adekuat.
Gangguan respirasi dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

Gangguan Irama/frekuansi Pernafasan

1. Gangguan irama pernafasan antara lain:


a. Pernafasan ‘cheyne-stokes’ yaitu siklus pernafasan yang amplitudonya mula-mula
dangkal, makin naik kemudian menurun dan berhenti. Lalu pernafasan dimulai lagi
dengan siklus baru. Jenis pernafasan ini biasanya terjadi pada klien gagal jantung
kongesti.
b. Peningkatan tekanan intracranial, overdosis obat. Namun secara fisiologis, jenis
pernafasan ini terutama terdapat pada orang di ketinggian 12.000-15.000 kaki diatas
permukaan laut dan pada bayi saat tidur.
c. Pernafasan ‘biot’ yaitu pernafasan yang mirip dengan pernafasan cheynestokes, tetapi
amplitudonya rata dan disertai apnea, keadaan pernafasan ini kadang ditemukan pada
penyakit radang selaput otak.
d. Pernafasan ‘kussmaul’ yaitu pernafasan yang jumlah dan kedalaman meningkat sering
melebihi 20 x/menit. Jenis pernafasan ini dapat ditemukan pada klien dengan asidosis
metabolik dan gagal ginjal.
2. Gangguan frekuansi pernafasan
a. Takipnea/hipernea, yaitu frekuensi pernafasan yang jumlahnya meningkat
diatas frekuensi pernafasan normal.
b. Bradipnea, yaitu kebalikan dari takipnea dimana frekuensi pernafasan yang
jumlahnya menurun dibawah frekuensi pernafasan normal.
3. Insufisiensi Pernafasan
Penyebab insufisiensi pernafasan dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:
1. Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus.
2. Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru.
3. Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen dari
paru-paru ke jaringan.
4 Hipoksia adalah kekurangan oksigen dijaringan, istilah ini lebih tepat dari pada anoksia. Sebab
jarang terjadi tidak ada oksigen sama sekali dalam jaringan. Hipoksia dapat dibagi kedalam
kelompok, yaitu:
a. Hipoksemia adalah kekurangan oksigen darah arteri.Terbagi atas dua jenis yaitu hipoksemia
hipotonik (anoksia anoksik) dan hipoksemia isotonic (anoksia anemik).Hipoksemia hipotonik
terjadi dimana tekanan oksigen darah arteri rendah karena karbondioksida dalam darah
tinggi dan hipoventilasi.Hipoksemia isotonik terjadi dimana oksigen normal, tetapi jumlah
oksigen yang dapat diikat hemoglobin sedikit.Hal ini terdapat pada kondisi anemia,
keracunan karbondioksida.
b. Hipoksia hipokinetik (stagnant anoksia/anoksia bendungan) yaitu hipoksia yang terjadi akibat
adanya bendungan atau sumbatan.
c. Overventilasi hipoksia yaitu hipoksia yang terjadi karena aktivitas yang berlebihan sehingga
kemampuan penyediaan oksigen lebih rendah dari penggunaannya .
4. Hipoksia histotoksik yaitu keadaan dimana darah di kapiler jaringan mencukupi, tetapi
jaringan tidak dapat menggunakan oksigen karena pengaruh racun sianida.Hal tersebut
mengakibatkan oksigen kembali dalam darah vena dalam jumlah yang lebih banyak dari
pada normal (oksigen darah meningkat).
Penatalaksanaan Pemenuhan Oksigenasi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terapi oksigen adalah tindakan
pemberian oksigen melebihi pengambilan oksigen melalui atmosfir atau
FiO2 > 21 %. Tujuan terapi oksigen adalah mengoptimalkan oksigenasi
jaringan dan mencegah respirasi respiratorik, mencegah hipoksia jaringa,
menurunkan kerja napas dan kerja otot jantung, serta mempertahankan
PaO2 > 60 % mmHg atau SaO2 > 90 %. Indikasi pemberian oksigen dapat
dilakukan pada : 1) Perubahan frekuensi atau pola napas 2) Perubahan
atau gangguan pertukaran gas 3) Hipoksemia 4) Menurunnya kerja napas
5) Menurunnya kerja miokard 6) Trauma berat
Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan menggunakan beberapa metode, diantaranya
adalah inhalasi oksigen (pemberian oksigen), fisiotrapi dada, napas dalam dan batuk
efektif, dan penghisapan lender atau subtioning (Abdullah ,2014).

 Inhalasi oksigen Pemberian oksigen merupakan tindakan keperawatan dengan cara


memberikan oksigen kedalam paru-paru melalui saluran pernapsan dengan menggunakan alat bantu
oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu melalui kanula,
nasal, dan masker dengan tujuan memenuhi kebutuhan oksigen dan mencega terjadinya hipoksia
(Hidayat, 2009). Menurut Tarwoto dan Wartonah (2011), terdapat dua sistem inhalasi oksigen yaitu
sistem aliran rendah dan sistem aliran tinggi.

1) Sistem aliran rendah ditujukan pada klien yang memerlukan oksigen dan masih mampu
bernapas sendiri dengan pola pernafasan yang normal.
a. Nasal kanula/binasal kanula. Nasal kanula merupakan alat yang sederhana dan dapat
memberikan oksigen dengan aliran 1 -6 liter/menit dan konsentrasi oksigen sebesar 20% - 40%
b) Sungkup muka sederhana diberikan secara selang-seling atau dengan aliran 5 – 10
liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40 - 60 %.
c) Sungkup muka dengan kantong rebreathing memiliki kantong yang terus mengembang
baik pada saat inspirasi dan ekspirasi. Pada saat pasien inspirasi, oksigen akan masuk
dari sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantong reservoir, ditambah oksigen dari
udara kamar yang masuk dalam lubang ekspirasi pada kantong. Aliran oksigen 8 – 10
liter/menit, dengan konsentrasi 60 – 80%.
d) Sungkup muka dengan kantong nonrebreathing mempunyai dua katup, satu katup terbuka
pada saat inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi dan satu katup yang fungsinya
mencegah udara masuk pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi.
Pemberian oksigen dengan aliran 10 – 12 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 80 –
100%.
2. Sistem aliran tinggi

Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2 lebih stabil dan tidak terpengaruh
oleh tipe pernapasan, sehingga dapat menambah konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan
teratur. Contoh dari sistem aliran tinggi adalah dengan ventury mask atau sungkup muka
dengan ventury dengan aliran sekitar 2 – 15 liter/menit. Prinsip pemberian oksigen dengan
ventury adalah oksigen yang menuju sungkup diatur dengan alat yang memungkinkan
konsenstrasi dapat diatur sesuai dengan warna alat, misalnya : warna biru 24%, putih 28%,
jingga 31%, kuning 35%, merah 40%, dan hijau 60%.
Fisioterapi dada

Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan dengan cara postural
drainase, clapping, dan vibrating, pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan.
Tindakan ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan
membersihkan jalan napas (Hidayat, 2009)..
1. Vibrasi merupakan suatu tindakan keperawatan dengan cara memberikan getaran yang
kuat dengan menggunakan kedua tangan yang diletakkan pada dada pasien secara
mendatar, tindakan ini bertujuan untuk meningkatkan turbulensi udara yang dihembuskan
sehingga sputum yang ada dalam bronkus terlepas.
2. Perkusi adalah suatu tindakan menepuk-nepuk kulit tangan pada punggung pasien yang
menyerupai mangkok dengan kekuatan penuh yang dilakukan secara bergantian dengan
tujuan melepaskan sekret pada dinding bronkus sehingga pernapasan menjadi lancar
4) Napas dalam dan batuk efektif. Latihan napas dalam merupakan cara bernapas
untuk memperbaiki ventilasi alveolus atau memelihara pertukaran gas, mencegah
atelektasis, meningkatkan efisiensi batuk, dan mengurangi stress. Latihan batuk
efektif merupakan cara yang dilakukan untuk melatih pasien untuk memiliki
kemampuan batuk secara efektif dengan tujuan untuk membersihkan laring, trakea,
dan bronkiolus, dari sekret atau benda asing di jalan napas (Hidayat, 2009).
5) Penghisapan lendir (suction) merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan
pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan sekret atau lender sendiri. Tindakan
ini memiliki tujuan untuk membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan
oksigen (Hidayat, 2009).
ASUHAN
KEPERAWATAN
A. Anamnase
 Batuk
Menanyakan keluhan batuk, kapan dimulai, apakah sering atau jarang? Kapan batuk itu muncul? Apakah batuk kering atau
berdahak, bila berdahak apakah banyak atau dikit, dan warna dahak. Apakah ada batuk berdarah ? bagaimana wrna dan jumlah
darah?
 Sesak nafas
Apakah ada sesak nafas? Sejak kapan dan berapa lama? Kapan sesak itu muncul? Kegiatan apa yang dapat menambah sesak, posisi
apa yang dapat membuat sesak dapat berkurang?
 Nyeri dada
Apakah ada nyeri dada, dimana posisinya, sejak kapan? Bagaimana nyeri dada yang dirasa? Terbakar atau seperti ditusuk?
 Demam/ keringat di malam hari
Apakah pernah merasa demam, sejak kapan, dan waktu kapan demam itu bisa muncul?
 Penurunan berat badan
Apakah selama batuk ada penurunan berat badan atau tidak nafsu makan? Kalau ada berapa berat badan turun, dan mulai kapan?
 Riwayat penyakit lain dan penyakit pernapasan
Adakah penyakit penyerta lain, seperti jantung, dm, tbc dll
 Riwayat obat dan alergi
Aadakah pemakaian obat rutin? Oabat apa saja? Adakah alergi obat?
 Riwayat keluarga (Riwayat penyakit pernapasan)
Adakah keluarga mempunyai riwayat sakit yang sama saat ini, atau adakah riwayat sakit pernapasan pada keluarga?
 Keadaan rumah (debu, ventilasi, dll)
Bagimana kondisi rumah, apakah mempunyai ventilasi, apakah dilakukan pembersihan berkala, apakah banyak
kotoran atau debu?
 Riwayat merokok
Adakah merokok? Bila ada berapa habis rokok dalam sehari?
 Riwayat pekerjaan
Menanyakan pekerjaan dan aktivitas sehari-hari? Apakah pekerjaan terasa berat, melelahkan atau bekerja di kondisi
seperti apa
Masalah Keperawatan Berkaitan dengan Kebutuhan Oksigen
Masalah keperawatan yang umum terjadi terkait dengan
kebutuhan oksigen ini, antara lain:

1. Tidak Efektifnya Jalan Nafas


Masalah keperawatan ini menggambarkan kondisi jalan napas yang tidak bersih, misalnya karena
adanya sumbatan, penumpukan sekret, penyempitan jalan napas oleh karena spasme bronkus, dan lain
lain. Tidak efektifnya pola napas ini merupakan suatu kondisi dimana pola napas, yaitu inspirasi dan
ekspirasi, menunjukkan tidak normal. Penyebab biasanya karena kelemahan neuromuskular, adanya
sumbatan ditrakeobronkhinal, kecemasan dan lain lain.
2. Gangguan pertukaran gas
Gangguan pertukaran gas merupakan suatu keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara oksigen
yang dihirup dengan karbondioksida yang dikeluarkan pada pertukaran gas antara alveoli dan kapiler.
Penyebabnya bisa karena perubahan membrane alveoli, kondisi anemia, proses penyakit, dan lain lain.

3. Penurunan perfusi jaringan


Penurunan perfusi jaringan adalah suatu keadaan dimana sel kekurangan suplai nutrisi dan
oksigen.Penyebabnya dapat terjadi karena kondisi hipovelemia, hipervolemia, retensi karbon dioksida.

4 . Intoleransi aktivitas
Intoleransi aktivitas adalah keadaan dimana seseorang mengalami penurunan kemampuan untuk
melakukan aktivitasnya. Penyebabnya antara lain karena ketidak seimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen, produksi yang dihasilkan menurun, dan lain-lain
5. Perubahan pola tidur
Gangguan kebutuhan oksigen dapat mengakibatkan pola tidur terganggu. Kesulitan bernafas (sesak
nafas) menyebabkan seseorang tidak bisa tidur. Perubahan pola tidur juga dapat terjadi karena
kecemasan dengan penyakit yang dideritanya.

6. Resiko terjadinya iskemik otak


Gangguan oksigenasi mengakibatkan suplai darah keotak berkurang.Hal tersebut disebabkan oleh
cardiac output yang menurun, aliran darah ke otak berkurang, gangguan perfusi jaringan otak, dan
lain-lain. Akibatnya, otakkekurangan oksigen sehingga beresiko terjadinya kerusakan jaringan otak.
(Alimul, 2006)
Rumusan Masalah Diagnosa keperawatan mengidentifikasi perubahan kesejajaran tubuh dan
mobilisasi aktual dan potensial berdasarkan pengumpulan data selama pengkajian. Analisa
menampilkan kelompok data yang mengidentifikasikan ada atau resiko terjadi masalah (Potter &
Perry, 2005 ).
Perencanaan Klien yang mengalami oksigenasi membutuhkan rencana asuhan keperawatan yang ditunjuk
untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi actual dan potensial klien. Sasaran individual berasal dari
kebutuhan yang berpusat pada klien. Perawat mengidentifikasi hasil akhir khusus dari asuhan
keperawatan yang diberikan. Rencana tersebut meliputi satu atau lebih sasaran yang berpusat pada klien
berikut ini:

1. Klien mempertahankan kepatenan jalan nafas


2. Klien yang mempertahankan dan meningkatkan ekspansi paru
3. Klien yang mengeluarkan sekresi paru
4. Klien mencapai peningkatan toleransi aktivitas
5. Oksigenasi jaringan dipertahankan atau ditingkatkan
Tingkat kesehatan klien, usia, gaya hidup, dan resiko lingkungan yang mempengaruhi
tingkat oksigenasi jaringan. Klien yang mengalami kerusakan oksigenasi yang berat
acap kali membutuhkan intervensi keperawatan yang ditujukan untuk mencapai keenam
sasaran tersebut. Alur yang kritis memberikan pedoman perawatan untuk klien yang
membutuhkan perawatan dari banyak disiplin perawatan kesehatan (Potter & Perry,
2005).

Sebagai rencana tindakan dari diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada
gangguan oksigenasi North American Nursing Diagnosis Association-Internasional
(NANDA), Nursing Intervention Classification (NIC), dan Nursing Outcome Classification
(NOC)
Daftar pustaka
Huether. (2019). Buku Ajar Patofisiologi. Singapore. Elsevier
Bickley. L.S (2017). Bate’s Guide to Physical Examination And History Taking. Twelfth edition.
Philadelphia. Wolters Kluwer.
Jarvis. (2016). Physical Examination and Health Assessment. Eight Edition. Missouri. Elsevier
Macleod. J. (2018). Clinical Examination. Edition 14. Europe. Elsevier Ltd
Smeltzer. S. (2003). Brunner & Suddarth Textbook of Medical-Surgical Nursing. Edition 10. USA.
LWW
Thank You

Anda mungkin juga menyukai