Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Taman Nasional Alas Purwo merupakan kawasan yang digunakan sebagai kawasan
pengembangan ilmu pengetahuan, pelestarian sumber daya alam, menunjang budidaya,
pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi merupakan salah satu aset
Nasional yang secara resmi terpisah dari kawasan Taman Nasional Baluran sejak tahun 1990.
Tempat ini merupakan cagar alam dan suaka margasatwa yang dapat digunakan sebagai media
dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pelestarian SDA. Secara geografis kawasan Taman
Nasional Alas Purwo terletak di ujung Timur pulau Jawa, tepatnya berada di Kecamatan Tegal
Dlimo, Kabupaten Banyuwangi, dengan luas 433.420 Ha.

Taman Nasional Alas Purwo merupakan suatu ekosistem hutan tropis dataran rendah
yang di dalamnya terdapat vegetasi hutan pantai, padang rumput, dan hutan bamboo yang
mendominasi 40% dari luas kawasan. Menurut Dharmawan (2004) ekosistem lahan basah di
Alas Purwo yang terdiri dari hutan mangrove dan hutan perairan laguna, yang secara fungsional
kedua ekosistem ini saling berinteraksi.

Hutan Mangrove pada dasarnya adalah suatu kawasan yang terletak menyebar di
sepanjang garis pantai atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air. Komponen
abiotik dan biotik di hutan mangrove tersebut saling berinteraksi membentuk suatu mangrove.

Ekosistem mangrove yang identik dengan ekosistem perairan akan sangat


mempengaruhi keanekaragaman jenis-jenis hewan lautnya. Hutan mangrove pada prinsipnya
berfungsi sebagai tempat asuhan (nusery ground) bagi berbagai jenis hewan akuatik yang
beranekaragam, seperti ikan, udang, dan berbagai jenis hewan mollusca. Hutan mangrove di
Indonesia terdapat 88 jenis Crustaceae dan 65 jenis Mollusca (Nontji, 1987).

Daerah pasang surut tidak luput dari pengaruh komponen-komponen yang ada dalam
hutan mangrove. Di daerah pasang surut ini secara langsung ataupun tidak langsung akan saling
berinteraksi dengan komponen-komponen yang ada dalam hutan mangrove baik berbagai
komponen biotik maupun abiotiknya. Berbagai komponen biotik tersebut akan saling
berinteraksi membentuk suatu populasi. Berbagai komponen biotik dan abiotik di daerah
pasang surut akan membentuk suatu rangkaian proses dekomposisi melalui suatu rantai
makanan yang hasilnya merupakan makanan bagi komponen biotik laguna, yaitu berbagai jenis
Mollusca, decapoda, dan berbagai mikroba. Rangkaian proses tersebut dapat diketahui dari
kepadatan organisme yang terdapat di tempat tersebut, dan merupakan indikator dalam
memprediksi adanya unsur hara yang terkandung di dalamnya (Odum, 1993).

Ciri-ciri Mollusca secara umum adalah tubuh lunak dan tidak berbuku-buku biasanya
tubuh bercangkok (berubah) dari zat kapur, hewan ini ada yang hidup di darat, di air tawar dan ada pula
yang hidup di laut, tubuh simetri bilateral, jenis kelamin umumnya terpisah, tetapi dapat juga
hermaprodit, cangkang dibentuk oleh mantel, badan terdiri dari kepala, kaki dan massa jerohan, kaki
termodifikasi untuk merayap, berenang bahkan untuk menangkap makanan (Kastawi, 1986). Tujuan

1. Mengetahui jenis-Jenis Mollusca apa saja yang kita temukan di Pantai Pancur Taman Nasional Alas
Purwo Banyuwangi

2. Mengetahui Keanekaragaman, Kemerataan, dan Kekayaan Mollusca berdasarkan substrat yang


ada

3. Mengetahui Indeks Similaritas Mollusca yang ditemukan di Pantai Pancur Taman Nasional Alas
Purwo Banyuwangi

4. Mengetahui spesies yang mendominasi pada setiap substrat

Batasan Masalah

1. Teknik pengambilan data mengggunakan metode transek

2. Spesies yang diamati adalah molusca

3. Sampel spesies yang diambil, dimasukkan kedalam botol plakon

Kegunaan Penelitian

1. Menjadi sumber informasi bagi tentang macam spesies mollusca yang hidup disekitar panti
plengkung.
2. Memudahkan untuk mengetahui spesies mollusca yang hidup pada zona-zona tertentu yang
memiliki substrat yang berbeda.

3. Merupakan sarana penambah wawasan bagi pembaca tentang Pantai Plengkung dan mollusca
yang ditemukan di pantai tersebut.

4. Dapat digunakan sebagai bahan penelitian yang lebih lanjut apabila ingin meneliti mollusca lebih
dalam lagi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Molusca
Molusca merupakan hewan avertebrata yang dapat dengan mudah ditemui di daerah perairan
pantai. Mollusca dapat dengan mudah ditemui menempel pada batu-batu karang diperairan pantai.
Mollusca memiliki keanekaragaman yang banyak. Jenis mollusca juga beragam. Setiap jenis memiliki ciri-
ciri morfologi yang berbeda setiap jenisnya. Menurut (Kastawi, 2005) ciri-ciri umum yang dimiliki
anggota Mollusca adalah :

2. Tubuh bersimetri bilateral, tidak bersegmen, kecuali pada Monoplacophora.


3. Memiliki kepala yang jelas dengan organ reseptor kepala yang bersifat khusus.
4. Coelom mereduksi, dinding tubuh tebal dan berotot.
5. Pada permukaan ventral dinding tubuh terdapat kaki berotot dan secara umum digunakan untuk
bergerak.
6. Dinding tubuh sebelah dorsal meluas menjadi satu atau sepasang lipatan yaitu mantel atau pallium.
Fungsi mantel adalah mensekresi cangkang dan melingkupi rongga mantel yang di dalamnya berisi
insang.
7. Lubang anus dan ekskretori umumnya membuka ke dalam rongga mantel.
8. Saluran pencernaan berkembang baik. Sebuah rongga bukal yang umumnya mengandung radula
berbentuk seperti proboscis. Esophagus merupakan perkembangan dari stomodium yang umumnya
merupakan daerah khusus untuk menyimpan makanan dan fragmentasi. Pada daerah pertengahan
saluran pencernaan terdapat ventrikulus atau lambung dan sepasang kelenjar pencernaan yaitu hati.
Sedangkan daerah posterior saluran pencernaan terdiri atas usus panjang yang berakhir dengan anus.
9. Memiliki sistem peredaran darah dan jantung. Jantung dibedakan atas aurikel dan ventrikel. Meskipun
memiliki pembuluh darah namun darah biasanya mengalami sirkulasi melalui ruang terbuka. Darah
mengandung hemosianin, merupakan pigmen respirasi.
10. Organ sekresi berupa ginjal yang berjumlah sepasang atau terkadang hanya berjumlah satu buah.
Ginjal berhubungan dengan rongga perikardium, tempat jantung berada.
11. Memiliki sebuah cincin saraf yang berhubungan dengan dua pasang tali saraf. Satu pasang tali saraf
menuju ke kaki dan sepasang lainnya menuju ke organ viseral dan mantel. Memiliki ganglion saraf
yang biasanya berhubungan dengan cincin saraf dan tali saraf.
12. Ovum berukuran kecil dan mengandung sedikit kuning telur.
Filum Mollusca dibagi menjadi tujuh atau delapan kelas, berdasarkan atas kaki dan cangkang.
Menurut Harris (1992) dalam Kastawi (2001) filum Mollusca dibedakan menjadi tujuh kelas yaitu :

1. Kelas Aplacophora
Tidak memiliki cangkang, tubuh memiliki sisik kalkareus dan spikula sebagai pengganti cangkang.
Sebagian besar hewan ini berjalan perlahan di dasar laut dan juga ditemukan melilit pada hydroid atau
karang lunak (filum Cnidaria) yang merupakan makanannya. Anggota kelas ini ada yang memiliki radula
ada juga yang tidak. Umumnya Aplacophora (neomeniomorf) adalah hermafrodit dan saluran gonad
meluas ke rongga mantel, bahkan salah satunya langsung dari gonad lainnya biasanya dari rongga
perikardial.

2.Kelas Monoplacophora
Memiliki sebuah cangkang dan bersifat bilateral simetri. Cangkang Monoplacophora memiliki 3
sampai 8 pasang. Cangkang berbentuk perisai, kaki pipih berguna untuk bergerak perlahan, sedikitnya
sefalisasi, insang dan otot retraktor yang jumlahnya berlipat, memiliki radula dan perut berbentuk
kerucut menyebabkan para ahli Mollusca berpendapat bahwa Monoplacophora merupakan ancestor
untuk gastropoda, bivalvia dan cephalopoda. Sistem pencernaannya termasuk juga sebuah radula dan
sebuah organ subradular terdapat di dalam rongga bukal. Perut mengandung sebuah style sac dan
crystalline style. Usus berkelok-kelok bermuara pada anus. Sistem saraf Monoplacophora terdiri atas
sepasang ganglia serebra dan cincin saraf sirkum oral yang berhubungan dengan sepasang tali saraf
menuju organ viseral.

3. Kelas Polyplacophora
Tubuhnya dilindungi oleh delapan keping cangkang yang tersusun tumpang tindih seperti
genting. Tepi setiap keping cangkang ditutup oleh jaringan mantel dan luas sempitnya penutupan
tersebut berbeda antara satu spesies dengan spesies lainnya. Cangkangnya hanya terdiri atas dua
lapisan. Kakinya terletak di permukaan ventral tubuh dan berfungsi untuk melekat juga untuk bergerak.
Biasanya bersifat fototaksis negatif, sehingga memiliki kecenderungan untuk hidup di bawah batu
karang. Alat respirasinya adalah insang bipectinate (ktenidia) yang terletak di dalam lekuk mantel yaitu
ruang yang terletak antara kaki dan ruang mantel. Sistem pencernaannya tersusun atas: mulut yang
terletak di daerah pusat kepala, kemudian berlanjut pada faring yang mengandung jajaran gigi keras
(radula). Sistem sirkulasinya terdiri atas jantung dan pembuluh darah. Alat ekskresinya terdiri atas
nefridium yang berjumlah sepasang, bermuara pada lekuk mantel. Sistem sarafnya terdiri atas cincin
sirkum-esofangeal dan dua pasang tali saraf longitudinal. Sistem reproduksinya terdiri atas sebuah
gonad yang terdapat di anterior rongga perikardium di bawah keping cangkang bagian pertengahan.

4. Kelas Scaphopoda
Dikenal sebagai siput gading atau Mollusca bercangkang gigi, kepala dan kaki terdapat pada
daerah terbesar dari cangkang yaitu daerah interior. Cangkang sedikit melengkung, daerah konkaf
cangkang merupakan daerah dorsal. Umumnya Scaphopoda memiliki kebiasaan membenamkan diri di
pasir pada kedalaman air lebih dari 6 meter. Ujung posterior tubuh merupakan tempat penghisapan dan
pengeluaran air. Sistem sirkulasi mereduksi dan kemungkinan tidak memiliki jantung namun hanya
sebuah sistem sinus darah. Scaphopoda bersifat diosius.

5. Kelas Gastropoda
Memiliki ciri-ciri Mollusca yaitu adanya cangkang, mantel, kaki, organ viseral, radula, dan
biasanya memiliki sebuah atau beberapa insang. Cangkang berbentuk spiral melindungi masa jerohan
yang terdiri atas bagian-bagian dari saluran pencernaan, alat peredaran, alat respirasi dan alat
reproduksi. Alat sirkulasi dan respirasi: Darah bekicot terdiri atas sel-sel darah dan plasma darah yang
tidak berwarna. Alat ekskresi, terdiri atas ginjal yang terletak dekat jantung. Sistem saraf, sebagian besar
jaringan saraf berpusat di belakang masa bukal dan membentuk cincin di sekitar esofagus. Inderanya
terdapat di daerah kaki dan tentakel.

Reproduksi beberapa Gastropoda bersifat dioecius, sedangkan yang lain bersifat monocioeus.

6. Kelas Pelecypoda
Disebut juga dengan Bivalvia dan Lamellibrankhiata. Kaki berbentuk kapak, cangkang berfungsi
atau melindungi tubuh. Pada Bivalvia insang biasanya berukuran sangat besar dan pada sebagian besar
spesies dianggap memiliki fungsi tambahan yaitu pengumpul makanan, disamping berfungsi sebagai
tempat pertukaran gas. Kepala tidak berkembang namun sepasang palpus labial mengapit mulutnya.
Tubuh bilateral simetris dan memiliki kebiasaan menggali liang pada pasir dan lumpur yang merupakan
substrat hidupnya dengan menggunakan kakinya.

Biasanya bersifat diosius.


7. Kelas Cephalopoda
Kepala digunakan untuk alat gerak. Organ respirasi terdiri atas sepasang insang berbentuk bulu
yang terdapat di rongga mantel. Sistem sirkulasi berkembang baik dan sirkulasi darah melalui sistem
pembuluh darah tertutup. Biasanya memiliki dua ginjal atau nefridia berbentuk segitiga berwarna putih
yang berfungsi menapis cairan dari ruang perikardium dan membuangnya ke dalam rongga mantel
melalui lubang yang terletak di sisi usus. Organ pencernaan dimulai dari mulut yang mengandung radula
dan dua rahang yang terbuat dari zat khitin dan berbentuk seperti paruh burung betet. Sistem saraf
terdiri atas ganglion dan saraf dan biasanya bersifat diosius. Cephalopoda memiliki ukuran tubuh
terbesar dibandingkan hewan Avertebrata lainnya.

Penyebaran hewan Mollusca sangat luas dan umumnya memiliki kesamaan pola dasar tubuh.
Mollusca adalah salah satu jenis organisme yang memiliki rentangan habitat yang cukup lebar mulai dari
dasar laut sampai garis pasang surut tertinggi. Selain itu ada yang hidup di air tawar bahkan terkadang
ditemukan di habitat terestrial, khususnya yang memiliki kelembaban tinggi. Sifat hidup Mollusca
bervariasi, ada yang hidup bebas namun beberapa spesies lainnya bersifat parasit pada organisme lain.

Mollusca memiliki kelimpahan spesies terbesar di samping Artrhopoda. Diperkirakan spesies


mollusca yang hidup sampai saat ini sekitar 80.000 sampai 150.000 spesies, dan 35.000 spesies menjadi
fosil. Bedasarkan habitatnya Mollusca memiliki rentangan habitat yang cukup lebar mulai dari dasar laut
sampai garis pasang surt tertinggi. Selain itu ada yang hidup di air tawar, bahkan terkadang hidup di
daerah terestrial, khususnya yang memiliki kelembapan tinggi. Sifat hidup mollusca bervariasi, ada yang
hidup bebas namun beberapa organisme lainnya bersifat parasit pada organisme lain (Kastawi, 2005)

Mollusca dapat dengan mudah ditemui dipinggiran pantai. Mollusca hidup dengan cara
menempel pada substrat yang bermacam-macam, misalnya substrat yang berupa batu,dan sabagainya.
Pada satu jenis substrat bisa terdapat beragam spesies mollusca yang dapat ditemukan. Ukuran
mollusca juga beragam. Mulai dari yag berukuran kecil hingga besar. Semua lengkap apabila ingin
dilakukan penelitian terkait mollusca ini.

Menurut Adhi (2008) tubuh mollusca terdiri dari tiga bagian utama, yaitu kaki merupakan
penjulur bagian ventral tubuhnya yang berotot. Kaki berfungsi untuk bergerak merayap atau menggali.
Pada beberapa molluska kakinya ada yang termodifikasi menjadi tentakel yang berfungsi untuk
menangkap mangsa. Massa viseral adalah bagian tubuh mollusca yang lunak.Massa viseral merupakan
kumpulansebagaian besar organ tubuh seperti pencernaan, ekskresi, dan reproduksi.
Mantel membentuk rongga mantel yang berisi cairan.Cairan tersebut merupakan lubang insang, lubang
ekskresi, dan anus.Selain itu, mantel dapat mensekresikan bahan penyusun cangkang pada mollusca
bercangkang.

Sistem saraf mollusca terdiri dari cincin saraf yang nengelilingi esofagus dengan serabut saraf
yang melebar.Sistem pencernaan mollusca lengkap terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan
anus.Ada pula yang memiliki rahang dan lidah pada mollusca tertentu.Lidah bergigi yang melengkung
kebelakang disebut radula.Radula berfungsi untuk melumat makanan.Mollusca yang hidup di air
bernapas dengan insang.Sedangkan yang hidup di darat tidak memiliki insang.Pertukaran udara mollusca
dilakukan di rongga mantel berpembuluh darah yang berfungsi sebagai paru-paru.Organ ekskresinya
berupa seoasang nefridia yang berperan sebagai ginjal.

B. Komunitas
Komunitas merupakan satu kesatuan yang di dalamnya terjadi interaksi antara faktor abiotik dan
biotik, maupun sebaliknya. Komunitas dapat berisi tentang macam-macam populasi yang terkandung di
dalam sebuah komunitas. Komunitas dapat dengan mudah ditemui disekitasr kita, tak terkecuali dengan
pantai. Disini banyak komunitas yang dapat ditemukan. Contohnya pada kolam ikan. Apabila diteliti lebih
lanjut, maka akan ditemukan beberapa macam populasi.

C. Pantai Plengkung
Pantai plengkung G-Land, The Seven Giant Waves Wonder" Julukan tersebut diberikan oleh
peselancar asing untuk gulungan ombak di pantai Plengkung yg berlokasi di Taman Nasional Alas Purwo
(TNAP), Banyuwangi, Jawa Timur. G punya tiga konotasi yg berbeda:

Green, krn lokasinya di tepi hutan, Grajagan, nama point terdekat sebelum ada jalan melintas di hutan
atau Great krn salah ombak yg terbaik di dunia. Apapun artinya, itulah julukan buat sebuah namalokal
bernama Plengkung. Ombak di Plengkung merupakan salah satu yg terbaik di dunia. Ombak setinggi 4-6
meter sepanjang 2 km dlm formasi 7 gelombang bersusun cocok ditunggangi oleh peselancar kidal.
Selain Plengkung utk peselancar profesional, ada juga Pantai Batu Lawang utk belajar. Ombak disini
disebut "twenty-twenty" yg artinya twenty minute utk mendayung ketengah dan twenty minute
menikmati titian ombak (Anonim,2011).

Selain keindahan yang ditawarkan, pantai pancur merupakan pantai yang kaya akan spesiesnya,
terutama spesies yang berada diperairan pantai. Contohnya saja banyak spesies mollusca yang dapat
ditemukan di karang perairan pantai ketika pantai mengalami masa pasang surut air laut yang rendah.
Sehingga akan mudah untuk mengamati dan mencari mollusca yang berapa pada macam-macam
substrat.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, sebab dilakukan dengan cara mengamati
secara langsung sampel yang ada yaitu berupa Mollusca di Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo
Banyuwangi.

B. Waktu Dan Tempat Penelitian


Waktu : tanggal 26 maret 2011, pada pukul pukul 15.00-17.00 WIB.
Tempat penelitian : Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi

C. Populasi dan Sampel


1. Obyek yang diteliti adalah semua jenis Mollusca yang ada di Pantai Pancur Taman Nasional
Alas Purwo Banyuwangi.
2. Sampel yang diamati adalah jenis Mollusca yang ada dalam 7 zona amatan dalam 15 transek
daerah transek yang diamati.

D. Alat Dan Bahan


Alat yang dipakai dalam pengamatan mollusca antara lain :
Plastik sampel
Plakon
Tali rafia
pH meter
Pinset
Roll meter
Spidol marker

Timba
Nampan

Sedangkan Bahan yang digunakan antara lain :


Formalin 4%
Aquades

E. Prosedur Kerja
Langkah pertama yaitu menentuan lokasi pengambilan sampel dengan langkah sebagai berikut :

1. Menentukan tempat pengambilan sampel. Dalam hal ini ditentukan 7 zona dalam 15 transek.
2. Setelah menentukan transek untuk setiap kelompok kemudian menarik garis lurus (dijadikan
sebagai batas transek);
3. Dari transek tersebut dibuat 10 plot yang berukuran 1 x 1 m yang diatur dalam metode belt
transek dengan jarak antar plot 1 m;

Langkah yang kedua yaitu cara pengambilan sampel dengan langkah sebagai berikut:
1. Mengambil sampel pada tiap plot dengan mencatat tiap jenis Mollusca yang ditemukan dan
dihitung jumlahnya;
2. Untuk keperluan identifikasi diambil satu spesies dan dimasukkan ke dalam botol plakon dan
kemudian diberi nama;

Langkah yang ketiga yaitu pengukuran abiotik dengan langkah sebagai berikut :
1. Mengukur faktor abiotiknya, yaitu salinitas air dengan menggunakan pH meter untuk
mengukur keasaman air laut.

Langkah yang terkhir yaitu pembuatan hasil laporan


1. Mengidentifikasi spesies yang sudah ditemukan.
2. Mengadakan kompilasi data dan membuat laporan hasil penelitian.

F. Teknik Analisis Data

A. Teknik Analisi Data

Dari hasil praktikum dianalisis secara statistik untuk mendapatkan:

a. Indek keanekaragaman Shannon dan Wienner (H’)

H` = - ∑ ( piln pi) ÷pl =


ni
N
Keterangan:

H’ = Indeks keanekaragaman Shannon – Wienner N

= Total semua jenis individu dalam komunitas ni

= Jumlah individu jenis ke- i pi = Kelimpahan

proporsional

(Shannon dan Wienner, 1949 dalam Kendoigh, 1980 dalam Soetjipto, 1993)

b. Nilai Evennes atau kemerataan (E)


H`
E=

ln s

Keterangan:

E = Evenness/kemerataan

H’ = Indeks keananekaragaman

S = Jumlah spesies

(Soetjipto, 1993)

c. Nilai Richness atau kekayaan (R)


S −1
R=

ln n
Keterangan:

R = Richness/kekayaan
S = Banyaknya spesies

N = Total semua jenis individu dalam komunitas

BAB IV

DATA dan ANALISIS

A. Hasil Pengamatan

Dari hasil yang didapatkan dari pengambilan sampel, didapatkan data per substrat sebagai
berikut

Substrat : Batu Kecil


Spesies Jumlah
Nerita albicilla 68
Cancellaria reticulata 57
Nerita exuvia 98
Pictocollumbella ocellata 2
spesies no 3 188
spesies 28 1
Nassarius sp 15
Cypraea annulus 1
Burca rana 2
spesies 18 14
Nassarius stolatus 1
spesies 17 112
spesies 39 8
spesies 32 15
Jhantina jantina 28
Columbela pusticata 5
Nerita albicilla 1
Substrat : Batu Kecil Beralga

Spesies Jumlah
Spesies 18 4
spesies no 3 48
spesies 13 56
Cancellaria reticulata 404
Nerita exuvia 17
spesies 16 44
Pictocollumbella ocellata 61
spesies 28 2
Nerita exuvia 92
Burca rana 11
Spesies 14 1
Spesies 39 5
Gibbula mogus 118
Spesies 24 9

Substrat : Batu Beralga

Spesies Jumlah
spesies 3 145
spesies 47 3
Nerita albicilla 9
Nerita exuvia 19
spesies 16 4
spesies 28 1
spesies 24 2
Substrat : Batu Pasir Beralga
Spesies Zona Batu Pasir Beralga Jumlah
spesies 3 56
Cancellaria reticulata 289
spesies 18 17
spesies 13 2
Jhantina jantina 3
spesies 28 1
spesies 31 2

Substrat : Batu Kecil berpasir Beralga

Spesies Jumlah
Cypraea annulus 20
spesies 3 186
Turbo brunerus 25
Columbela pusticata 4
Burca rana 1

Substrat : Batu Besar Beralga

Spesies Jumlah
spesies 3 36
Cancellaria reticulata 374
spesies 28 1

Substrat : Lempeng Berbatu Kecil Beralga


Spesies Jumlah
spesies 17 6
spesies 3 12
spesies 39 1
spesies 24 2
spesies 18 5
Nerita exuvia 23

Substrat : Lempeng Berbatu Kecil


Spesies Jumlah
spesies 17 112
spesies 3 11
spesies 39 8
spesies 18 11
Nerita exuvia 74
spesies 32 15
Jhantina jantina 28
Columbela pusticata 5
Nerita albicilla 1

Substrat : Lempeng Berbatu Besar


Spesies Jumlah
spesies 18 17
spesies 17 4
spesies 32 13
spesies 8 5
spesies 27 1
Substrat : Lempeng Batu Berlamun

Spesies Jumlah
spesies 16 17
Nerita exuvia 6

Sunstrat : Batu Berpasir


Spesies Jumlah
spesies 3 281
Nerita albicilla 5
spesies 6 22
spesies 31 4
BAB V
PEMBAHASAN

A. Jenis Mollusca yang Ditemukan Pada Pantai Pancur Taman Nasional


Alas Purwo Banyuwangi

Tabel Spesies Mollusca Berdasarkan Macam-Macam Substrat


Spesies
Zona
Lempeng
Batu Spesies Zona
Berlamun Batu Berpasir
spesies 16 spesies 3
Nerita Nerita
exuvia albicilla
spesies 6
spesies 31

B. Tingkat Keragaman Mollusca

Dari data yang telah diperoleh, keragaman spesies mollusca paling tinggi ada pada substrat batu
kecil. Hal dapat dilihat dari jenis spesies yang telah ditemukan dan jumlahnya yang banyak. Apabila
dibandingkan tinggkat keragaman pada substrat yang lain, substrat batu kecil masih mendominasi
jumlah dan jenis spesiesnya. Hal in terjadi dikarenakan letak batu kecil pada plot yang letaknya tidak
terlalu jauh dari bibir pantai, sehingga arus ombak yang diterima tidak begitu besar. Dari sini nampak
bahwa spesies pada batu kecil lebih banyak dan lebih bervariasi.

Selain itu pada substrat batu kecil, kondisinya lebih stabil. Hal ini terlihat dari banyaknya
komunitas molusca yang taredapat pada substrat ini. Dengan kondisi lingkungan yang mendukung
seperti ini, menyebabkan organisme yang hidup dapat melaksanakan kelangsungan hidupnya dengan
baik. Atau dapat dikatakan organisme dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik.

C. Kemerataan macam-macam spesies mollusca dari masing-masing zona.

Dari data yang diperoleh, tingkat kemerataan paling tinggi ada pada substrat lempeng batu
berlamun dengan kemerataan sebesar 1,06634. Substrat lempeng batu berlamun merupakan zona
dengan nilai kemerataan yang paling tinggi, karena besarnya kemampuan Mollusca untuk bertahan
hidup pada substrat pasir berlamun tersebut sama, sehingga menyebabkan kehidupan Mollusca menjadi
merata. Nurhadi (1999) menjelaskan bahwa perbedaan kepadatan jenis

Mollusca antar lokasi menggambarkan kesesuaian jenis Mollusca terhadap kondisi fisik, kimia pada
masing-masing lokasi. Zona dengan kemerataan jenis tertinggi menunjukkan bahwa kondisi lingkungan
di setiap zona-zona tersebut merupakan habitat yang cocok bagi kehidupan jenis Mollusca yang
bersangkutan. Hal ini merajuk terdapatnya perbedaan kemerataan antar semua zona berarti setiap jenis
Mollusca yang ditemukan memiliki kesesuaian yang berbeda terhadap kondisi lingkungan yang
ditempatinya.

Sedangkan untuk kemerataan yang terendah adalah pada substrat batu beralga dengan
kemerataan 0,005905. Hal ini terlihat dari spesiesnya yang tidak mengelompok secara rata.

D. Kekayaan
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kekayaan jenis Mollusca yang terdapat di
Pantai Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi berbeda antara satu dengan yang lain. Kekayaan
merupakan bagian dari adanya keanekaragaman. Kekayaan dapat dipengaruhi oleh banyak hal.
Diantaranya adalah suhu,pH,salinitas cahaya,besar gelombang air,dan lain sabagainya. Kekayaan
menunjukkan keragaman spesies yang banyak hidup pada substrat tertentu.

E.Spesies yang mendominasi

Dari pendataan yang telah dilakukan, diketahui ada spesies yang dapat dikatakan mendominasi.
Hal ini dikarenakan pada substrat yang berbeda, spesies ini selalu muncul dan sering munculnya pada
substrat yang berbeda, memiliki rasio yang paing banyak. Apabila melihat rasio spesies yang paling
banyak muncul pada data yang telah diperoleh, diketahui spesies nomor 3 (belum teridentifikasi) paling
banyak muncul pada substrat yang berbeda. Hal ini dikarenakan kemungkinan spesies ini mudah untuk
beradaptasi ditempat yang berbada. Misalnya spesies ini dapat memakan makanan yang berbeda pada
tiap substratnya, sehingaa spesies ini dapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik. Dengan adanya
faktor yang seperti ini, spesies nomor 3 dapat dikatakan mendominasi pada setiap substrat yang
berbeda. Selain itu mungkin pada spesies nomor 3 ini memiliki tingkat reproduksi yang paling tinggi
diantara spesies yang lainnya, sehingga dapat ditemukan pada subatrat yang berbeda.

BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari data yang telah diperoleh, spesies yang ditemukan dari Pantai Pancur Alas Purwo Banyuwangi
adalah Pictocollumbella ocellata, Columbela pusticata, Cancellaria reticulata, Planaxis sulcatus,
Nerita exuvia, Nerita albicilla, Cancellaria cassidiformis, Cypraea annulus, Gibbula mogus, hantina
jantina, Turbo brunerus, Chlamys pallium, Nassarius sp, Nassarius stolatus, Pyrene ocellata, Pyrene
ocellata, Aphera spengleriana, Cancellaria urcoelata
2. Dari data yang telah diperoleh, keragaman spesies mollusca paling tinggi ada pada substrat batu
kecil, Dari data yang diperoleh, tingkat kemerataan paling tinggi ada pada substrat lempeng batu
berlamun dengan kemerataan sebesar 1,06634,
3. Spesies yang paling mendominasi adalah spesies nomor 3 (belum teridentifikasi)

B. Saran
- Dalam melakukan suatu identifikasi data, hendaknya dilakukan dengan lebih cermat agar diperoleh
data yang benar-benar valid.
- Apabila akan melaksanakan pengambilan data di lapangan, hendaknya semua peralatan yang
diperlukan dipersiapkan terlebih dahulu.
- Jika data yang akan diproses merupakan data kompilasi, secepatnya kompilasi dilakukan agar tidak
terjadi keterlambatan penyusunan laporan.
- Sebelum pengambilan data perlengkapan serta alat yang dipergunakan harus disiapkan serta
diperiksa fungsinya.

C. DAFTAR RUJUKAN

Adhi, I Ketut Diana. 2011. ,http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/12/phylummollusca/


(Online), Diakses pada tanggal 26 April 2011

Anonim, 2011. http://dusunpasinanbarat.blogspot.com/2011/04/pantai-plengkung-surgabagi-


para.html (Online), Diakses pada tanggal 26 April 2011

Dharmawan, Agus, dkk. 2004. Ekologi Hewan. Malang : Jurusan Biologi FMIPA UM Malang

Kastawi, Yusuf. 2001. Zoologi Avertebrata. Malang : Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UM
Malang

Nontji, Anugerah. 1987. Laut Nusantara. Jakarta : University Press


Nurhadi. 1999. Keanekargaman Jenis Mollusca Di Pantai Wilayah Kecamatan Kraton
Kabupaten Pasuruan Jawa Timur. Skripsi Tidak Di Terbitkan. Malang : Jurusan Biologi
FMIPA UM Malang

Odum, E. P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Anda mungkin juga menyukai