Pemodelan Rangkaian Listrik Orde - 2 Baru
Pemodelan Rangkaian Listrik Orde - 2 Baru
Dua fenomena fisik berbeda (yaitu: sistem gerak benda pada pegas dan
rangkaian listrik) menghasilkan model persamaan matematika dan solusi yang
sama. Perilaku sistem gerak pada pegas dapat dimodelkan pada model fisis
rangkaian listrik. Rangkaian Listrik orde-2 adalah rangkaian listrik yang dapat
dimodelkan dengan Persamaan Diferensial orde-2. Rangkaian tersebut
diantaranya: LC seri, RLC seri
Rangkaian LC seri
Rangkaian LC seri dengan sumber baterai E volt digambarkan pada Gambar
Rangkaian LC seri. Dengan hukum Tegangan Kirchoff didapatkan model
persamaan pada Gambar Rangkaian LC seri, yaitu:
VL+VC=E
𝑑𝐼
dengan: VL adalah tegangan pada induktor L yaitu 𝐿
𝑑𝑡
1
VC adalah tegangan pada kapasitor C yaitu ∫ 𝐼𝑑𝑡
𝐶
𝑑𝑄
diketahui bahwa 𝐼 = dengan Q adalah muatan dalam Coulomb. Sehingga
𝑑𝑡
model persamaan dapat dituliskan:
𝑑𝐼 1
𝐿 + ∫ 𝐼𝑑𝑡 = 𝐸
𝑑𝑡 𝐶
untuk menghilangkan tanda integral, persamaan dideferensialkan, maka:
𝑑 𝑑𝐼 1 𝑑 𝑑
𝐿 ( ) + ∫ 𝐼𝑑𝑡 = (𝐸)
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝐶 𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑2 𝐼 1 𝑑
𝐿 2
+ 𝐼 = (𝐸)
𝑑𝑡 𝐶 𝑑𝑡
L
E C
Model persamaan untuk Gambar 33 dapat juga dinyatakan dalam muatan Q(t),
yaitu:
𝑑𝐼 1
𝐿 + ∫ 𝐼𝑑𝑡 = 𝐸
𝑑𝑡 𝐶
𝑑 𝑑𝑄 1 𝑑𝑄
𝐿 ( )+ ∫ 𝑑𝑡 = 𝐸
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝐶 𝑑𝑡
𝑑2 𝑄 1
𝐿 2 + 𝑄=𝐸
𝑑𝑡 𝐶
𝑑
Kasus A. Jika sumber baterai E= 0 ( (𝐸) = 0)
𝑑𝑡
Model persamaan rangkaian dinyatakan sebagai:
𝑑2 𝐼 1
𝐿 + 𝐼=0
𝑑𝑡 2 𝐶
atau
𝑑2 𝐼 1
2
+ 𝐼=0
𝑑𝑡 𝐶𝐿
penyelesaian persamaan homogen orde-2 di atas adalah
persamaan karakteristik dari PD di atas:
1
𝑟2 + =0
𝐶𝐿
akar-akar persamaan karakteristik:
1
𝑟1,2 = ±𝑖√
𝐶𝐿
sehingga penyelesaian umum PD (lihat bahasan subbab 4.5)
𝑦 = 𝑐1 𝑒 ( + 𝑖)𝑥 + 𝑐2 𝑒 ( − 𝑖)𝑥 = 𝐴𝑒 𝑥 𝑐𝑜𝑠 𝑥 + 𝐵𝑒 𝑥 𝑠𝑖𝑛 𝑥
dengan 𝑐1 , 𝑐2 , 𝐴, 𝐵 = 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎; 𝑟 = ± 𝑖
maka:
1 1
𝑦(𝑡) = 𝐴 𝑐𝑜𝑠 √ 𝑡 + 𝐵 𝑠𝑖𝑛 √ 𝑡
𝐶𝐿 𝐶𝐿
Latihan Soal:
Tentukan kuat arus I(t) pada rangkaian LC seperti Gambar 32 jika:
1. L=0,2 henry, C=0,05 farad, E= 0 volt
2. L=0,2 henry, C=0,1 farad, E= 0 volt
3. L=0,2 henry, C=0,05 farad, E= 100 volt
4. L=0,2 henry, C=0,1 farad, E= 100 volt
5. L=10 henry, C=0,05 farad, E= 0 volt, I(0)=0, Q(0)=Q
6. Apa yang dapat disimpulkan dari jawaban soal 1-4?
𝑑2 𝑄 1 𝐸
2
+ 𝑄=
𝑑𝑡 𝐶𝐿 𝐿
persamaan di atas adalah PD tak homogen orde-2, penyelesaiannya disebut
penyelesaian lengkap terdiri atas penyelesaian homogen dan penyelesaian
takhomogen.
Penyelesaian Homogen:
𝑑2 𝑄 1
2
+ 𝑄=0
𝑑𝑡 𝐶𝐿
persamaan karakteristik dari PD di atas:
1
𝑟2 + =0
𝐶𝐿
akar-akar persamaan karakteristik:
1
𝑟1,2 = ±𝑖√
𝐶𝐿
penyelesaian homogen:
1 1
𝑄ℎ (𝑡) = 𝐴 𝑐𝑜𝑠 √ 𝑡 + 𝐵 𝑠𝑖𝑛 √ 𝑡
𝐶𝐿 𝐶𝐿
Penyelesaian Takhomogen:
𝑑2 𝑄 1 𝐸
2
+ 𝑄=
𝑑𝑡 𝐶𝐿 𝐿
dengan menggunakan metode koefisien taktentu (subbab 4.8.1)
𝐸
𝐹(𝑡) = → 𝑄𝑝 (𝑡) = 𝐾0
𝐿
substitusi 𝐐𝐐 (𝐐) = 𝐐𝐐 pada PD, yaitu:
1 𝐸
𝐾0 =
𝐶𝐿 𝐿
𝐾0 = 𝐸𝐶
jadi penyelesaian tak homogen adalah
𝑄𝑝 (𝑡) = 𝐸𝐶
Penyelesaian lengkap
1 1
𝑄(𝑡) = 𝑄ℎ (𝑡) + 𝑄𝑝 (𝑡) = 𝐴 𝑐𝑜𝑠 √ 𝑡 + 𝐵 𝑠𝑖𝑛 √ 𝑡 + 𝐸𝐶
𝐶𝐿 𝐶𝐿
Contoh kasus LC2:
Jika pada contoh kasus LC1 di atas diketahui, E=250 volt, arus I(0)=0 dan
muatan Q(0)=0 tentukan solusi khusus I(t)
Penyelesaian:
model persamaan rangkaian menggunakan fungsi Q(t), karena jika dipakai
model fungsi I(t) maka substitusi Q(0) untuk mendapatkan solusi khusus, yaitu
dengan integrasi solusi umum I(t) akan menghasilkan konstanta baru, sehingga
solusi khusus I(t) tidak dapat ditentukan.
𝑑2 𝑄 1 𝐸0 𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡
+ 𝑄 =
𝑑𝑡 2 𝐶𝐿 𝐿
Penyelesaian model persamaan di atas adalah penyelesaian lengkap muatan
fungsi waktu, terdiri atas penyelesaian homogen dan penyelesaian
takhomogen.
Penyelesaian Homogen:
𝑑2 𝑄 1
2
+ 𝑄=0
𝑑𝑡 𝐶𝐿
persamaan karakteristik dari PD di atas:
1
𝑟2 + =0
𝐶𝐿
akar-akar persamaan karakteristik:
1
𝑟1,2 = ±𝑖√
𝐶𝐿
penyelesaian homogen:
1 1
𝑄ℎ (𝑡) = 𝐴 𝑐𝑜𝑠 √ 𝑡 + 𝐵 𝑠𝑖𝑛 √ 𝑡
𝐶𝐿 𝐶𝐿
atau
1
𝑄ℎ (𝑡) = 𝐶 𝑐𝑜𝑠 (√ 𝑡 − 𝜃)
𝐶𝐿
1
jika 𝜔0 2 = , maka
𝐶𝐿
𝑄ℎ (𝑡) = 𝐶 𝑐𝑜𝑠 (𝜔0 𝑡 − 𝜃)
Penyelesaian Takhomogen:
𝑑2 𝑄 1 𝐸0 𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡
2
+ 𝑄=
𝑑𝑡 𝐶𝐿 𝐿
dengan menggunakan metode koefisien taktentu (subbab 4.8.1)
𝐸0 𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡
→ 𝑄𝑝 (𝑡) = 𝐾𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡 + 𝑀𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡
𝐿
𝑄𝑝 ′ (𝑡) = −𝜔𝐾𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡 + 𝜔𝑀𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡
1 𝐸0
−𝜔2 𝐾𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡 − 𝜔2 𝑀𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡 + (𝐾𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡 + 𝑀𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡) = 𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡
𝐶𝐿 𝐿
1 𝑀 𝐸0
( 𝐾 − 𝜔2 𝐾) 𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡 + ( − 𝜔2 𝑀) 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡 = 𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡
𝐶𝐿 𝐶𝐿 𝐿
dengan menyamakan koefisiennya maka:
1 − 𝐶𝐿𝜔2 𝐸0 𝐸0 𝐶
( )𝐾 = →𝐾=
𝐶𝐿 𝐿 (1 − 𝐶𝐿𝜔 2 )
𝐸0 𝐶 : 𝐶𝐿
𝑄𝑝 (𝑡) = 𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡
(1 − 𝐶𝐿𝜔 2 ) : 𝐶𝐿
𝐸0
= 𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡
1
𝐿(𝐶𝐿 − 𝜔 2 )
1
jika didefinisikan 𝜔0 2 = , sehingga:
𝐶𝐿
𝐸0
𝑄𝑝 (𝑡) = 𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡
𝐿(𝜔0 2 − 𝜔 2 )
Penyelesaian lengkap:
𝐸0
𝑄(𝑡) = 𝑄ℎ (𝑡) + 𝑄𝑝 (𝑡) = 𝐶 𝑐𝑜𝑠 (𝜔0 𝑡 − 𝜃) + 𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡
𝐿(𝜔0 2 − 𝜔 2 )
Keluaran ini menggambarkan superposisi dua gelombang cosinus dengan
frekuensi selaras yang disebut sebagai frekuensi dasar/alamiah (natural
𝜔0
frequency) besarnya 𝑓0 = .
2𝜋
Amplitudo maksimum pada persamaan gelombang keluaran adalah:
𝐸0 𝐸0 1
𝐴𝑚𝑎𝑘𝑠 = 𝐿(𝜔 2 2 = 𝜌 dengan 𝜌 = (𝜔 2 −𝜔2 )
0 −𝜔 ) 𝐿 0
1.5
1
faktor resonansi p
0.5
-0.5
-1
-1.5
-2
0 1 2 3 4 5 6
frekuensi
Jika terdapat kondisi awal yaitu Q(0)=0 dan Q’(0)=0 maka persamaan lengkap
menjadi:
Untuk kondisi awal Q(0)=0:
𝐸0
𝑄(𝑡) = 𝐶 𝑐𝑜𝑠 (𝜔0 𝑡 − 𝜃) + 𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡
𝐿(𝜔0 2 − 𝜔 2 )
𝐸0
0 = 𝐶 𝑐𝑜𝑠 (0 − 𝜃) + 𝑐𝑜𝑠 0
𝐿(𝜔0 2 − 𝜔 2 )
𝐸0
𝐶 𝑐𝑜𝑠 (𝜃) = −
𝐿(𝜔0 2 − 𝜔 2 )
𝐸0
𝑄 ′ (𝑡) = −𝐶 𝜔0 𝑠𝑖𝑛 (𝜔0 𝑡 − 𝜃) + 𝜔 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡
𝐿(𝜔0 2 − 𝜔 2 )
𝐸0
0 = −𝐶 𝜔0 𝑠𝑖𝑛 (0 − 𝜃) + 𝜔 𝑠𝑖𝑛 0
𝐿(𝜔0 2 − 𝜔 2 )
𝐶 𝑠𝑖𝑛 (𝜃) = 0
Sehingga jika:
𝐸0
𝐶 𝑐𝑜𝑠 (𝜔0 𝑡 − 𝜃) = − 𝑐𝑜𝑠𝜔0 𝑡
𝐿(𝜔0 2 − 𝜔 2 )
sehingga:
𝐸0
𝑄(𝑡) = 𝐶 𝑐𝑜𝑠 (𝜔0 𝑡 − 𝜃) + 𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡
𝐿(𝜔0 2 − 𝜔 2 )
𝐸0 𝐸0
=− 2 2
𝑐𝑜𝑠𝜔0 𝑡 + 𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡
𝐿(𝜔0 − 𝜔 ) 𝐿(𝜔0 2 − 𝜔 2 )
𝐸0
= (𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡 − 𝑐𝑜𝑠𝜔0 𝑡)
𝐿(𝜔0 2 − 𝜔 2 )
𝐴+𝐵 𝐵−𝐴
jika 𝑐𝑜𝑠 𝐴 − 𝑐𝑜𝑠 𝐵 = 2 𝑠𝑖𝑛 𝑠𝑖𝑛 (buktikan!) maka:
2 2
2𝐸0 𝜔0 + 𝜔 𝜔0 − 𝜔
𝑄(𝑡) = 2 2
𝑠𝑖𝑛 𝑡 𝑠𝑖𝑛 𝑡
𝐿(𝜔0 − 𝜔 ) 2 2
Gambar berikut mengilustrasikan osilasi Q(t) jika selisih ω dengan ω0 kecil
(Gambar a - c):
80
60
40
20
Muatan Q(t)
-20
-40
-60
-80
0 10 20 30 40 50 60 70 80
sumbu waktu (t)
𝟐𝑬𝟎 𝜔0 +𝜔
Gambar a. Osilasi 𝑸(𝒕) = 𝑳(𝜔 2 −𝜔2 )
𝑠𝑖𝑛 𝑡
0 2
80
60
40
20
Muatan Q(t)
-20
-40
-60
-80
0 10 20 30 40 50 60 70 80
sumbu waktu (t)
𝟐𝑬𝟎 𝜔0 −𝜔
Gambar b. Osilasi 𝑸(𝒕) = ± 𝑳(𝜔 2 −𝜔2 )
𝑠𝑖𝑛 𝑡
0 2
80
60
40
20
Muatan Q(t)
0
-20
-40
-60
-80
0 10 20 30 40 50 60 70 80
sumbu waktu (t)
Dari Gambar a. menunjukkan osilasi Q(t) lebih cepat daripada osilasi Q(t) pada
Gambar b. Gambar c. adalah hasilkali persamaan Gambar a. dan b. yang
merupakan penyelesaian lengkap rangkaian LC dengan 𝝎 ≠ ω0 . Fenomena fisik
model persamaan ini dapat dirasakan pada proses penalaan nada sistem
akustik dimana akan terdengar gejala naik turun suara pada saat frekuensi dua
sumber suara mendekati sama.
𝟏
Kasus D. Jika sumber baterai E= E0 cos ωt dengan 𝝎 = √
𝑪𝑳
𝑑2 𝑄 1
𝐿 2 + 𝑄 = 𝐸0 𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡
𝑑𝑡 𝐶
atau
𝑑2 𝑄 𝐸0 𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡
2
+ 𝜔2 𝑄 =
𝑑𝑡 𝐿
Penyelesaian Homogen:
𝑑2 𝑄
+ 𝜔2 𝑄 = 0
𝑑𝑡 2
persamaan karakteristik dari PD di atas:
𝑟 2 + 𝜔2 = 0
akar-akar persamaan karakteristik:
𝑟1,2 = ±𝑖𝜔
penyelesaian homogen:
𝑄ℎ (𝑡) = 𝐴 𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡 + 𝐵 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡 atau 𝑄ℎ (𝑡) = 𝐶 𝑐𝑜𝑠 (𝜔𝑡 − 𝜃)
Penyelesaian Takhomogen:
𝑑2 𝑄 𝐸0 𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡
2
+ 𝜔2 𝑄 =
𝑑𝑡 𝐿
dengan menggunakan metode koefisien taktentu aturan modifikasi maka
bentuk solusi partikular (lihat subbab 4.8.1)
30
20
10
Muatan Q(t)
0
-10
-20
-30
-40
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
sumbu waktu (t)
𝟏
Gambar Solusi Partikular untuk Kasus 𝝎 = √
𝝎𝑳
clear all;
close all;
clc;
t=(0:0.01:4);
I=10*t.*sin(5*t);
plot(t,I,'b','linewidth',2)
xlabel('sumbu waktu (t)','fontsize',14)
ylabel('Muatan Q(t)','fontsize',14)
VR+VL+VC=E
E
L
𝒅
Kasus B. Jika sumber baterai yaitu (𝑬) = 𝐸0 𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡
𝒅𝒕
Model persamaan rangkaian dinyatakan sebagai:
𝑑2 𝐼 𝑑𝐼 1
𝐿 2
+ 𝑅 + 𝐼 = 𝐸0 𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝐶
Penyelesaian model persamaan di atas terdiri atas penyelesaian homogen dan
penyelesaian takhomogen.
Untuk penyelesaian homogen sama dengan penyelesaian pada kasus A.
Penyelesaian TakHomogen:
𝑑2 𝐼 𝑑𝐼 1
𝐿 2
+ 𝑅 + 𝐼 = 𝐸0 𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝐶
dengan menggunakan metode koefisien taktentu aturan modifikasi maka
bentuk solusi partikular (lihat subbab 4.8.1)
𝑰𝒑 (𝒕) = 𝐾𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡 + 𝑀𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡
𝟏 1
(𝜔𝑅𝑀 + ( − 𝜔2 𝐿) 𝐾) 𝑐𝑜𝑠 𝜔𝑡 + (−𝜔𝑅𝐾 + ( − 𝜔2 𝐿) 𝑀) 𝑠𝑖𝑛 𝜔𝑡 = 𝑬𝟎 𝒄𝒐𝒔 𝝎𝒕
𝑪 𝐶
dengan menyamakan koefisiennya maka:
1
−𝜔𝑅𝐾 + ( − 𝜔2 𝐿) 𝑀 = 0 … … … . (𝑖)
𝐶
𝜔𝑅 𝑅
𝑀= 𝐾= 𝐾
1 1
( − 𝜔 2 𝐿) ( − 𝜔𝐿)
𝐶 𝜔𝐶
1
Jika didefiniskan reaktansi −𝑆 = ( − 𝜔𝐿) maka
𝜔𝐶
−𝑅
𝑀= 𝐾
𝑆
𝟏
𝜔𝑅𝑀 + ( − 𝜔2 𝐿) 𝐾 = 𝑬𝟎 … … … (𝒊𝒊)
𝑪
Jika kedua ruas dibagi dgn 𝜔, maka
𝟏 𝑬𝟎
𝑅𝑀 + ( − 𝜔 𝐿) 𝐾 =
𝜔𝑪 𝜔
−𝑅 𝑬𝟎
𝑅 𝐾 − 𝑠𝐾 =
𝑆 𝜔
2
𝑅 𝑬𝟎 𝑅2 + 𝑆 2 𝑬𝟎
− ( + 𝑆) 𝐾 = ↔ −( )𝐾 =
𝑆 𝜔 𝑆 𝜔
−𝑬𝟎 𝑆
𝑲=
𝝎(𝑹𝟐 + 𝑆 𝟐 )
−𝑹 𝑬𝟎 𝑹
𝑴= 𝑲=
𝑆 𝝎(𝑹𝟐 + 𝑆 𝟐 )
Jadi penyelesaian takhomogen adalah:
−𝑬𝟎 𝑺 𝑬𝟎 𝑹
𝑰𝒑 (𝒕) = [ 𝟐 𝟐 ] 𝒄𝒐𝒔 𝝎𝒕 + [ ] 𝒔𝒊𝒏 𝝎𝒕
𝝎(𝑹 + 𝑺 ) 𝝎(𝑹𝟐 + 𝑺𝟐 )
Contoh 1:
Tentukanlah muatan Q dan I sebagai fungsi watku t dalam rangkaian RLC seri
jika R = 16 Ω, L = 0,02 H, C = 2×10-4 F dan E = 12 volt. Anggaplah pada saat
t= 0, arus I = 0 dan muatan kapasitor Q = 0
Penyelesaian:
Persamaan yang digunakan untuk menyelesaikan kasus ini:
𝑑2 𝑄 𝑑𝑄 1
𝐿 + 𝑅 + 𝑄 = 𝐸(𝑡)
𝑑𝑡 2 𝑑𝑡 𝐶
Dengan substitusi R = 16 Ω, L = 0,02 H, C = 2×10-4 F dan E = 12 volt, maka
diperoleh:
𝑑2 𝑄 𝑑𝑄 1
0,02 2
+ 16 + 𝑄 = 12
𝑑𝑡 𝑑𝑡 (2 × 10−4 )
𝑑2 𝑄 800 𝑑𝑄
+ + 250.000 𝑄 = 600
𝑑𝑡 2 𝑑𝑡
Penyelesaian Persamaan Homogen
Persamaan karakteristik r2 + 800 r + 250.000 = 0, mempunyai akar-
akar:
[−800 ± √640.000−1.000.000]
𝑟1,2 = 2
= -400 ± 300 i
Sehingga penyelesaian homogen:
𝑄ℎ = 𝑒 −400𝑡 (𝐶1 𝑐𝑜𝑠 300𝑡 + 𝐶2 𝑠𝑖𝑛 300𝑡)
Penyelesaian TakHomogen
Dengan menggunaan metode koefisien taktentu (subbab 4.8.1), maka:
𝑑𝑄𝑘 𝑑 2 𝑄𝑘
𝑄𝑘 = 𝐴, = 0, = 0
𝑑𝑡 𝑑𝑡 2
𝑑𝑄𝑘 𝑑 2 𝑄𝑘
Substitusi 𝑄𝑘 = 𝐴, = 0, = 0 ke dalam persamaan :
𝑑𝑡 𝑑𝑡 2
𝑑2 𝑄𝑘 𝑑𝑄𝑘
2
+ 800 + 250.000 𝑄 = 600
𝑑𝑡 𝑑𝑡
Menghasilkan 𝑄𝑘 = 2,4 × 10−3
Karena itu penyelesaian lengkap adalah,
𝑄(𝑡) = 2,4 × 10−3 + 𝑒 −400𝑡 (𝐶1 𝑐𝑜𝑠 300𝑡 + 𝐶2 𝑠𝑖𝑛 300𝑡)
I(t) diperoleh dengan diferensiasi 𝑄(𝑡) didapatkan:
𝑑𝑄
𝐼(𝑡) = 𝑑𝑡
= −400𝑒 −400𝑡 (𝐶1 𝑐𝑜𝑠 300𝑡 + 𝐶2 𝑠𝑖𝑛 300𝑡)
+ 𝑒 −400𝑡 (−300𝐶1 𝑠𝑖𝑛 300𝑡 + 300𝐶2 𝑐𝑜𝑠 300𝑡)
𝐼(𝑡) = 𝑒 −400𝑡 [(−400𝐶1 + 300𝐶2 ) 𝑐𝑜𝑠300𝑡 + (−300𝐶1 − 400𝐶2 ) 𝑠𝑖𝑛300𝑡]
Bila diberlakukan syarat awal, t = 0, I = 0, Q = 0, maka:
0 = 2,4 × 103 + 𝐶1 → 𝐶1 = −2,4 × 103
4𝐶1
0 = −400𝐶1 + 300𝐶2 → 𝐶2 = = −3,2 × 10
3
Jadi penyelesaian lengkap muatan listrik adalah
Q(t) = 10-3 [2,4 – e-400t (2,4 cos 300t + 3,2 sin 300t)]
Contoh 2:
Suatu induktor 2 henry, resistor 16 ohm dan kapasitor 0,02 farad dihubungkan
secara seri dengan sutu baterai dengan ggl.E = 100 sin 3t. Pada t=0 muatan
dalam kapasitor dan arus dalam rangkaian adalah nol. Tentukanlah (a) muatan
dan (b) arus pada t>0.
Penyelesaian:
Misalkan Q dan I menyatakan muatan dan arus sesaat pada waktu t,
berdasarkan Hukum Kirchhoff, maka diperoleh persamaan:
𝑑𝑙 𝑄
2 + 16I + = 100 sin 3t
𝑑𝑡 0,02
Atau karena I=dQ/dt,
𝑑2 𝑄 𝑑𝑄
+ 8 + 25Q = 20 sin 3t
𝑑𝑡 2 𝑑𝑡
Selesaikan ini terhadap syarat Q = 0,dQ/dt = 0 pada t = 0, kita memperoleh
hasil akhir:
25 25
(a) Q = (2 sin 3t – 3 cos 3t) + e-4t(3 cos 3t + 2 sin 3t)
52 52
𝑑𝑄 75 25
(b) I = = (2 cos 3t + 3 sin 3t) - e-4t(17 sin 3t + 6 cos 3t)
𝑑𝑡 52 52
Suku pertama adalah arus stabil (steady-state) dan suku kedua, yang dapat
diabaikan untuk waktu yang bertambah, dinamakan arus transien.
SOAL-SOAL
1. Tentukan arus l(t) dalam rangkaian LC seri dimana L=1H, C=1F dan
E=100 volt! Anggaplah bahwa pada saat t=0, arus l=0 dan muatan
kapasitor Q=0.
2. Tentukan arus l(t) dalam rangkaian LC seri dimana L=1H, C=0,25F dan
E=30 sin t volt! Anggaplah bahwa pada saat t=0, arus l=0 dan muatan
kapasitor Q=0.
3. Tentukan arus l(t) dalam rangkaian LC seri dimana L=10H, C=1/90F dan
E=10 cos 2t volt! Anggaplah bahwa pada saat t=0, arus l=0 dan muatan
kapasitor Q=0.
4. Tentukan arus l(t) dalam rangkaian LC seri dimana L=10H, C=0,1F dan
E=10t volt! Anggaplah bahwa pada saat t=0, arus l=0 dan muatan
kapasitor Q=0.
5. Tentukan arus l(t) dalam rangkaian LC seri dimana L=2,5H, C=10-3F dan
E=10t2 volt! Anggaplah bahwa pada saat t=0, arus l=0 dan muatan
kapasitor Q=0.
6. Tentukan arus l(t) dalam rangkaian LC seri dimana L=1H, C=1F dan E=1
volt jika 0<t<1 dan E=0 jika t>1! Anggaplah bahwa pada saat t=0, arus
l=0 dan muatan kapasitor Q=0.
7. Tentukan arus l(t) dalam rangkaian LC seri dimana L=1H, C=1F dan
E=1-e-t volt jika 0<t<∏ dan E=0 jika t>∏! Anggaplah bahwa pada saat
t=0, arus l=0 dan muatan kapasitor Q=0.
8. Tentukan arus steady state dalam rangkaian RLC seri dimana R=4 Ω,
L=1H, C=2x10-4 F dan E= 220 volt! Anggaplah bahwa pada saat t=0,
arus l=0, dan muatan kapasitor Q=0.
9. Tentukan arus steady state dalam rangkaian RLC seri dimana R=20 Ω,
L=10H, C=10-3F dan E=100 cos t volt! Anggaplah bahwa pada saat t=0,
arus l=0, dan muatan kapasitor Q=0.
10. Tentukan arus transien dalam rangkaian RLC seri dimana R=200 Ω,
L=100H, C=0,005F dan E=500 sin t volt! Anggaplah bahwa pada saat
t=0, arus l=0 dan muatan kapasitor Q=0.
11. Tentukan arus transien dalam rangkaian RLC seri dimana R=20 Ω,
L=5H, C=10-2F dan E=85 sin 4t volt! Anggaplah bahwa pada saat t=0,
arus l=0 dan muatan kapasitor Q=0.
12. Tentukan arus lengkap dalam rangkaian RLC seri dimana R=80 Ω,
L=20H, C=10-2 F dan E=100 volt! Anggaplah bahwa pada saat 1=0, arus
l=0 dan muatan kapasitor Q=0.
13. Tentukan arus lengkap dalam rangkaian RLC seri dimana R=160 Ω,
L=20H, C=2x10-3 F dan E=481 sin 10t volt! Anggaplah bahwa pada saat
1=0, arus l=0 dan muatan kapasitor Q=0.
14. Tentukan arus dalam rangkaian RLC seri dimana R=6 Ω, L=1H, C=0,04
F dan E=24 cos 5t volt! Anggaplah bahwa pada saat 1=0, arus l=0 dan
muatan kapasitor Q=0.
15. Tentukan arus steady state dalam rangkaian RLC seri dimana R=50 Ω,
L=30H, C=0,025 F dan E=200 sin 4t volt! Anggaplah bahwa pada saat
1=0, arus l=0 dan muatan kapasitor Q=0.
16. Tentukan arus transien dalam rangkaian RLC seri dimana R=20 Ω,
L=4H, C=0,5 F dan E=10 sin 10t volt. Anggaplah bahwa pada saat 1=0,
arus l=0 dan muatan kapasitor Q=0.
17. Tentukan arus lengkap dalam rangkaian RLC seri dimana R=8 Ω, L=2H,
C=0,125 F dan E=10 sin 5t volt! Anggaplah bahwa pada saat 1=0, arus
l=0 dan muatan kapasitor Q=0.
18. Tentukan arus transien dalam rangkaian RLC dimana R=15 Ω, L=5H,
C=1,25x10-2 F dan E=15 sin 4t volt! Anggaplah bahwa pada saat 1=0,
arus l=0 dan muatan kapasitor Q=0.
19. Tentukan arus steady state dalam rangkaian RLC seri dimana R=8 Ω,
L=4H, C=0,125 F dan E=2 sin 2t volt! Anggaplah bahwa pada saat 1=0,
arus l=0 dan muatan kapasitor Q=0.
20. Tentukan arus lengkap dalam rangkaian RLC seri dimana R=250 Ω,
L=125H, C=0,002 F dan E=250 sin 3t volt! Anggaplah bahwa pada saat
1=0, arus l=0 dan muatan kapasitor Q=0.
DAFTAR PUSTAKA
Kreyszig, Erwin, Matematika Teknik lanjutan. Jakarta: Gramedia, 1988.
Stroud, K.A., Matematika untuk Teknik. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1987.
Farlow, Stanley J., An Introduction to Diffrenential Equations and Their Applications,
McGraw-Hill, Singapore, 1994
Howard, P., Solving ODE in MATLAB, Fall, 2007
Thompson, S., Gladwell, I., Shampine, L.F., Solving ODEs with MATLAB, Cambridge
University Press, 2003
Rosenberg, J.M., Lipsman, R.L., Hunti, B.R., A Guide to MATLAB for Beginners and
Experienced Users, Cambridge University Press, 2006