Anda di halaman 1dari 6

NAMA : Pretty Pujiarti

NPM : 1506759124

JURUSAN : Fisioterapi

THE EFFECTIVENESS OF GALVANIC ELECTROTHERAPY AND A


CONSERVATIVE HAND EXERCISE PROGRAM IN A RHEUMATOID HAND:
A RANDOMIZED CONTROLLED TRIAL

Oleh:
Deniz Dülgeroğlu, Ajda Bal, Özgür Karaahmet, Ebru Umay, Sema Noyan, Aytül Çakcı
Department of Physical Medicine and Rehabilitation, Ankara Dışkapı Yıldırım Beyazıt
Training and Research Hospital, Ankara, Turkey

LATAR BELAKANG

Rheumatoid Arthritis (RA) adalah suatu penyakit yang mengakibatkan sendi tangan
dan pergelangan tangan kehilangan ROM-nya, penurunan kekuatan otot, kerusakan dan
deformitas pada sendi. Fokus utama dari terapi ini adalah untuk mencegah deformitas dan
mempertahankan fungsi sendi, serta mengurangi pembengkakan dan rasa nyeri pada sendi.

Hingga saat ini, belum ditemukan studi yang menggunakan elektroterapi galvanik
untuk mengurangi nyeri pada RA. Sementara itu, beberapa penelitian mengutarakan bahwa
adanya peningkatan kekuatan pegangan tangan dan berkurangnya kekakuan pada sendi
setelah dilakukan hand exercise.

TUJUAN

Tujuan dari terapi ini adalah untuk meningkatkan ROM sendi, kekuatan pegangan
tangan dengan melakukan hand exercise, dan mengurangi rasa nyeri pada sendi dengan
melakukan elektroterapi galvanik. Penelitian ini bertujuan untuk menilai dan membandingkan
efektivitas elektroterapi dan conservative hand exercise program (CEP).
METODE

Penelitian ini melibatkan 33 orang wanita yang menderita Rheumatoid Arthritis dan
dilakukan dalam kurun waktu Maret 2012 hingga November 2012. Penelitian dirancang
dengan percobaan yang dilakukan secara acak. Para pasien yang menderita RA kronis dengan
durasi penyakit setidaknya satu tahun, tangan kanan lebih dominan, dan menerima terapi
yang sama selama enam bulan terakhir, dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama
(study group) menerima elektroterapi dan juga hand exercise. Kelompok kedua (control
group), hanya melakukan hand exercise saja. Satu orang pasien di study group kemudian
memutuskan untuk mengundurkan diri dari penelitian karena pada sesi pertama elektroterapi,
rasa nyeri yang dialaminya malah semakin bertambah. Dua orang pasien di control group
menghilang pada sesi kedua. Akhirnya, penelitian dilanjutkan dengan 30 orang pasien
(rentang usia 50-75 tahun).

Selam pemeriksan fisik, rasa nyeri yang dirasakan pasien diukur dengan Visual
Analog Scales 0-100 mm (VAS). Kekuatan pegangan dan cubitan tangan diukur dengan
dinamometri. Level disabilitas diperiksa dengan Health Assessment Questionnaire (HAQ).
Fungsional disabilitas tangan dinilai dengan Duruöz Hand Index (DHI) yang terdiri atas 18
pertanyaan seputar fungsi tangan dan pergelangan tangan, jawabannya dinilai pada skala 0-
90.
Seluruh pengukuran dilakukan pada kedua tangan pasien baik sebelum, tepat setelah
terapi, maupun lima minggu setelah terapi. Dosis terapi pada masing-masing kelompok
adalah sebagai berikut:
1. Study group:
- Elektroterapi galvanik pada kedua tangan di dalam wadah yang berisi air selama
20 menit sehari dengan durasi 10 hari di klinik fisioterapi
- CEP dua kali sehari dengan durasi 10 hari (setiap latihan diulangi tiga kali)
2. Control group: hanya melakukan CEP di rumah

HASIL
Setelah penelitian selesai dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut:
 Nilai VAS di antara dua kelompok tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
 Pada study group, terjadi peningkatan pada kekuatan pegangan kedua tangan
dibandingkan pada saat pengukuran pertama. Pada control group, tidak ada perbedaan
yang signifikan

 Pada study group, tercatat perbedaan skor HAQ di antara pengukuran pertama dan
pengukuran berikutnya

KESIMPULAN

Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa elektroterapi galvanik dan hand
exercise efektif dalam pengobatan rheumatoid arthritis.

DAFTAR PUSTAKA

Dülgeroğlu D, Bal A, Karaahmet Ö, Umay E, Noyan S, Çakcı A. The effectiveness of


galvanic electrotherapy and a conservative hand exercise program in a rheumatoid hand: a
randomized controlled trial. Turk J Phys Med Rehab 2016;62:132-42.
NAMA : Pretty Pujiarti

NPM : 1506759124

JURUSAN : Fisioterapi

BILATERAL FACIAL PARALYSIS IN A PATIENT


WITH B-CELL LOW-GRADE LYMPHOMA AND ITS REHABILITATION

Oleh:
İlke COŞKUN BENLİDAYI, Pelin AYTAN, Neslihan GÖKÇEN,
Sibel BAŞARAN, Emel GÜRKAN, Rengin GÜZEL
Department of Pyhsical Medicine and Rehabilitation, Çukurova University Faculty of
Medicine, Adana, Turkey
Department of Internal Medicine, Division of Hematology, Çukurova University Faculty of
Medicine, Adana, Turkey

LATAR BELAKANG
Kelumpuhan dua sisi wajah secara bersamaan (facial diplegia) adalah sebuah kasus
yang sangat jarang. Penyakit ini belum diketahui penyebabnya (idiopatik) atau bisa jadi
disebabkan oleh penyakit Lyme, sindrom Guillain-Barre, sarcoidosis, sindrom Moebius,
infeksi virus, sifilis, fraktur tulang basilar, pontine gliomas, leukemia, dan limfoma. Hanya
ada sedikit kasus terkait kelumpuhan dua sisi wajah yang disebabkan oleh limfoma. Oleh
karena itu, penderita penyakit ini membutuhkan kemoterapi serta program rehabilitasi yang
menyeluruh.
Seorang pria berumur 63 tahun dirujuk ke Departemen Hematologi dengan hasil tes
darah yang menunjukkan leukositosis dan riwayat kelemahan sisi kanan wajah selama dua
minggu terakhir. Berdasarkan biopsi, pasien didiagnosa memiliki jumlah sel-B limfoma yang
rendah. Karena pasien juga mengalami kelemahan pada sisi kiri wajah pada hari ke-7 di
rumah sakit, ia kemudian dirujuk ke Departemen Rehab Medik.
Dari assessment awal, terungkap bahwa pasien mengalami kelemahan pada seluruh
saraf wajah dan ketidakmampuan untuk menutup atau mengedipkan mata, menutup mulut,
dan mengulaikan alis dan juga sudut mulut, serta kekeringan pada mata dan mati rasa pada
kedua sisi wajah. Pasien kemudian didiagnosa dengan kelumpuhan wajah sisi kanan derajat
VI dan dan kiri derajat V.
TUJUAN
Tujuan utama adalah untuk menghentikan perkembangan limfoma sebelum terjadi
degenerasi pada saraf wajah yang tidak dapat dikembalikan lagi.

METODE
Pasien memulai program rehabilitasi yang meliputi elektroterapi, pijat manual, dan
exercise yang terdiri dari latihan ekspresi wajah, mimetherapy, latihan koordinasi, dan latihan
neuromuskular. Selama melakukan terapi, pasien diminta untuk mengamati setiap otot di
cermin untuk memperkirakan kapasitas fungsional otot. Ia juga diminta untuk melakukan
gerakan perlahan-lahan secara berangsur-angsur untuk mengendalikan gerakan yang
abnormal. Pendekatan ini membawa peningkatan pada pergerakan dan koordinasi otot. Arus
Galvanik dengan 80 peak/detik selama 10 menit untuk setiap sesi diterapkan pada kedua otot
wajah. Terapi ini dilakukan sebanyak tiga sesi dalam seminggu bersamaan dengan pijat
manual dan exercise. Saat kontraksi otot tercapai, elektroterapi harus dihentikan dan exercise
harus dilakukan untuk meningkatkan pemulihan fungsional

HASIL
Setelah melakukan pijat manual, exercise, dan 12 sesi elektroterapi selama empat
minggu, pasien diperiksa kembali. Terjadi peningkatan yang signifikan pada kedua sisi wajah
dan kekuatan otot wajah. Menurut skala House-Brackmann, pasien mengalami peningkatan
satu derajat pada setiap sisi wajah (derajat V pada sisi kanan dan derajat IV pada sisi kiri).
Saat pasien diperiksa kembali pada minggu ke-12, terjadi peningkatan lebih lanjut (derajat IV
pada sisi kanan dan derajat III pada sisi kiri).

KESIMPULAN
Di dalam laporan ini ditampilkan sebuah kasus yang luar biasa jarang yaitu
kelumpuhan seluruh wajah yang disebabkan oleh kadar sel B limfoma yang rendah dan
dilakukan fisioterapi menggunakan elektroterapi. Penting sekali untuk waspada mengenai
perbedaan diagnosa pada penyakit ini dan membantu pasien dengan pendekatan rehabilitatif
yang menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA
Coşkun Benlidayı İ, Aytan P, Gökçen N, Başaran S, Gürkan E, Güzel R. Bilateral Facial
Paralysis in a Patient with B-Cell Low-Grade Lymphoma and its Rehabilitation.
Turk J Phys Med Rehab 2015 doi: 10.5152/tftrd.2015.32068

Anda mungkin juga menyukai