Anda di halaman 1dari 28

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Pelaksanaan Magang

BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) merupakan suatu


instansi pemerintah yang bergerak dibidang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika.
Berdasarkan fungsi dan perannya BMKG merupakan Lembaga Pemerintah Non
Departemen (LPND) yang bertugas melakukan observasi, analisis, serta pelayanan
jasa informasi Meteorologi, Klimatologi, Kualitas udara, dan Geofisika (MKKuG).
BMKG Padang Panjang yang kajian utamanya adalah gempabumi. BMKG
bertanggung jawab mengontrol, menganalisis dan melaporkan data gempabumi.
Gempabumi adalah gejala alamiah yang berupa gerakan goncangan atau
getaran tanah yang ditimbulkan oleh adanya sumber-sumber getaran tanah akibat
terjadinya patahan atau sesar akibat aktivitas tektonik, letusan gunungapi akibat
aktivitas vulkanik, hantaman benda langit (misalnya meteor dan asteroid), dan/atau
ledakan bom akibat ulah manusia. Gempabumi terjadi akibat adanya pelepasan
energi yang mendadak pada pusat gempabumi. Pusat-pusat gempa bumi berada di
pertemuan lempeng tektonik dan jalur sesar/jalur patahan.
Indonesia merupakan salah satu wilayah rawan gempabumi tektonik, hal ini
merupakan wilayah Indonesia merupakan daerah pertemuan tiga lempeng tektonik,
yaitu: Lempeng Eurasia yang bergerak dari utara ke selatan tenggara, lempeng Indo-
Australia yang bergerak dari selatan menuju utara dan lempeng pasifik yang
bergerak dari timur ke barat. Pertemuan dan pergerakan 3 lempeng besar bumi ini
menciptakan jajaran gunung aktif serta potensi gempa bumi pada sebagian besar
wilayah kepulauan di Indonesia. Selain pertemuan lempeng ini telah menimbulkan
adanya zona subduksi (penunjaman) dan zona sesar (patahan) pada sebagian besar
wilayah di Indonesia, zona – zona ini dengan senantiasa aktif pada skala waktu
geologi yang tidak dapat diprediksi kapan terjadinya.
Sumatera merupakan salah satu pulau yang memiliki seismitas paling aktif
di Indonesia. Tatanan tektonik sumatera dipengaruhi oleh aktivitas lempeng
Samudera Indo-Australia yang bertumbukan dengan lempeng benua Eurasia.
Aktivitas tersebut mengakibatkan terjadinya pristiwa geologi berupa lipatan dan
patahan aktif, sehingga terbentuklah busur luar Sumatera (outer arc ridge). Jajaran
pulau yang merupakan representasi dari segmen – segmen sesar besar sumatera
(megathrust) dan memanjang sepanjang busur kepulauan tersebut (Ibrahim, 2012).
Sesar Sumatera ini membelah wilayah Sumatera Barat yang terbagi menjadi

1
beberapa segmen sesar, adapun di Provinsi Sumatera Barat terdapat 4 (empat)
segmen patahan aktif yang merupakan bagian dari sistem sesar Sumatera yaitu
Segmen Sempur, Segmen Sianok, Segmen Sumani, dan Segmen Suliti (Triyono,
2015).
Dalam beberapa tahun belakang ini sering terjadi gempa di Sumatera Barat
baik itu yang berkekuatan besar maupun kecil, seperti gempabumi yang terjadi di
padang pada tahun 2009 dengan kekuatan Mw= 7,6 dan gempa Mentawai 2010 yang
berkekuatan Mw= 7,8. Gempa – gempa tersebut telah banyak memakan korban jiwa
dan menghancurkan ribuan bangunan, sehingga merugikan banyak pihak. Sampai
saat ini belum ada yang dapat memprediksi kapan gempabumi terjadi, sehingga
ketika gempabumi berlangsung tidak memberikan kesempatan untuk
mempersiapkan diri. Gempabumi merupakan salah satu fenomena alam yang sering
terjadi, karena adanya pelepasan energi yang terakumulasi akibat adanya
perpindahan material dalam skala besar didalam kerak bumi atau pergerakan elastis
didaerah patahan untuk waktu tertentu. Meskipun gempabumi belum bisa
diprediksi secara pasti, namun tanda – tanda kejadian gempabumi dapat dikenali
melalui pengamatan terhadap perubahan medan magnet bumi sebelum terjadinya
gempabumi, sehingga dapat dijadikan sebagai precursor gempabumi dan suatu cara
untuk mitigasi bencana.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan kegiatan magang ini adalah sebagai berikut :


1. Mengetahui daerah tingkat rawan bencana
2. Menginterpretasikan intensitas gempabumi berdasarkan peta geologi lembar padang
terhadap peta shakemap
3. Meningkatkan keterampilan dan wawasan dalam bidang kegempaan

1.3. Manfaat Magang

Adapun manfaat kegiatan magang ini adalah mahasiswa mendapatkan


pengetahuan dan pengalaman secara nyata tentang dunia kerja baik di instansi
ataupun perusahaan. Sehingga mahasiswa akan lebih siap jika terjun ke dunia kerja,
mahasiswa juga dapat mengetahui berbagai masalah yang timbul di lapangan saat
melaksanakan magang. Selain itu mahasiswa juga dapat mengenal peralatan dan
fungsinya terutama dalam bilang kegempaan ataupun cuaca.

2
II. METODE PELAKSANAAN

2.1. Waktu Pelaksanaan Magang

Waktu pelaksanaan magang dilakukan dimulai dari tanggal 20 Desember


2017 sampai dengan 26 Januari 2018. Adapun pelaksanaan magang dalam tiap
minggunya, yaitu :

Tabel 2.1 Pelaksanaan Magang

Minggu ke - Kegiatan

I a. Pengenalan staf dan Alat-Alat analisa gempa secara umum

b. Gotong Royong

c. Kunjungan Ketua BMKG Nasional

II a. Pencarian bahan tentang batuan yang mempengaruhi

gelombang seismik

III – IV a. Proses penyusunan laporan

b. Melakukan pengamatan Hilal

c. Sosialisasi DAMKAR

V a. Presentasi

b. Kunjungan dari BIG (Badan Informasi Geospasial)

VI Revisi Laporan

2.2. Lokasi Magang

Kegiatan magang dilakukan di BMKG Stasiun Geofisika Padang Panjang Jl.


Meteorologi, Silaing Bawah, Padang Panjang Sumatra Barat.

2.3. Bidang Unit Kerja

Kegiatan magang ini dilaksanakan pada unit Lembaga Pemerintah Non


Kementrian (LPNK) yang bergerak dalam Bidang Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika.

3
III. GAMBARAN UMUM INSTANSI

3.1. Sejarah Instansi

Stasiun Geofisika Kelas I Padang Panjang didirikan di Kota Padang Panjang


sejak tahun 1975 pada ketinggian 775 meter di atas permukaan laut (mdpl) dengan
curah hujan yang cukup tinggi.
Alat deteksi Gempabumi pertama kali dipasang adalah SPS-1 Kinematrics yaitu
pada tanggal 16 Januari 1976. Tahun 1993 peralatan Seismograph diperbaharui dengan
memasang Seismograph 3 (tiga) komponen SPS-3. Tahun 1998 di pasang peralatan
Seismograph broadband “JINSET” yang dilengkapi dengan program analisa parameter
gempa.
Pasca kejadian Gempabumi dan Tsunami Aceh tahun 2004 lalu secara cepat
terjadi pembaharuan besar di BMKG mulai dari pembangunan gedung dan
penambahan peralatan deteksi Gempabumi serta pendukung lainnya. Tahun 2006
dibangun Pusat Gempabumi Regional (PGR) di 10 wilayah di Indonesia dan salah
satunya di Stasiun Geofisika Padang Panjang sebagai PGR VI. Tahun 2007 gedung
PGR VI baru selesai dibangun dan sudah mulai dioperasikan.
Pada PGR VI ini di pasang peralatan monitoring dan analisa gempabumi yang
baru seperti Server LIBRA, SeisComp, ONYX, ATLAS-Libra, Accelerograph,
SeisComp-3. Di samping itu dilengkapi pula dengan alat pendukung lainnya seperti
sarana komunikasi dan informasi yaitu : LAN Internet, Radio SSB, DVB, Video
Teleconference.
Pada tahun 2008 dipasang alat monitoring pendeteksi petir Lightning Detector
2000. Stasiun Geofisika Padang Panjang sebagai PGR VI dilengkapi dengan Stasiun
Mini Regional yang sudah dapat dioperasikan sejak April 2009. Pada tahun 2010 ada
pemasangan GPS Stationary kerjasama BMKG dengan Jerman dan pada tahun 2011
dilakukan pemasangan server Earthquake Repository, Buletin, Shakemap dan Control
Quality Seiscomp. Pada tahun 2012 dipasang juga Intensitymeter yang berfungsi untuk
mengetahui intensitas di wilayah Padang Panjang ketika ada kejadian gempabumi.
Dengan adanya PGR VI yang dilengkapi dengan peralatan monitoring dan analisa

4
gempabumi dan peralatan pendukung lainnya diharapkan PGR VI ini dapat secara
optimal melayani masyarakat dalam memperoleh informasi gempabumi dan tsunami
di wilayah Sumatera Barat dan sekitarnya.

5
3.2. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Stasiun Geofisika Kelas I Silaing Bawah-Padang Panjang

KEPALA STASIUN
RAHMAT TRIYONO, ST,Dipl. Seis, M.Sc.
NIP. 19700705 199803 1 002

KEPALA SUBAG TATA USAHA KEPALA SEKSI OBSERVASI KEPALA DATA DAN INFORMASI
DIAN PURNAMA SARI,SE, M.Si FAJAR DWI P, ST MA’MURI, S. Si
NIP. 19860721 200812 2 001 NIP. 19740509 199503 1 002 NIP. 19810207 200312 1 001

RUSMAN,SH DEDY HERMANTO ANDIYANSYAH Z S, S.Si, M.DM


NIP. 19670114 200701 1 002 NIP. 19770406 199703 1 001 NIP. 19780521 200604 1 004

IRFA DESTRAYANTI YULI FITRIA, S.Si MAYA MINANGSIH,S.Si


NIP. 19941214 201312 2 002 NIP. 19820724 200604 2 005 NIP. 19790714 200604 2 002

YOSSE FRANSISCO LESIK YENI KURNIAWATI, S.Si WIDYA SAPTA R, ST


NIP. 19940827 201411 1 002 NIP. 19791210 200604 2 006 NIP. 19850722 200604 2 004

SIGIT EKO KURNIAWAN SYAMSIR OKRAINDI,S.Si ROBBY HENDRA, Ah. MG


NIP. 19940927 2014 11 1 002 NIP. 19851016 200812 1 001 NIP.19840123 200701 1 002

ANGGI FERINA LARASATI DIAN MEGA Y,S.Kom, M.Si FITRI ANGGRAINI, Ah.MG
NIP. 19941203 201411 2 001 NIP. 19800629 200812 2 001 NIP. 19860614 200812 2 003

MAULITA ARISTYA F RESA IDHA, SH SUPRIYADI, A.Md


NIP. 19950809 201411 2 001 NIP. 19920606 201201 2 001 NIP.19870908 200911 1 001

SHANDY YOGASWARA TRI UBAYA, A.Md


NIP. 19941212201312002 NIP. 19881013 201012 1 001

Gambar 3.1. Struktur Organisasi BMKG Padang Panjang

6
3.3. Kegiatan Umum Organisasi

BMKG mempunyai status sebuah Lembaga Pemerintahan Non Departemen


(LPND) yang dipimpin olehseorang Kepala Badan. BMKG mempunyai tugas:
melaksanakan tugas pemerintahan di Bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas
udara dan Geofisika sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku:
Adapun fungsi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika adalah:
a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dibidang Klimatologi,
Kualitas Udara dan Geofisika.
b. Koordinasi kegiatan fungsional di bidang Klimatologi, Kualitas Udara dan
Geofisika.
c. Fasilitas dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintahan dan
swasta di bidang Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika.
d. Penyelenggaraan pengamatan,pengumpulan dan penyebaran,pengolahan
dan analisis serta pelayanan di bidang Klimatologi, Kualitas Udara dan
Geofisika.
e. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang
perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana,
kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan, dan
rumah tangga.
Dalam melaksanakan fungsi, Badan Meteorologi dan Geofisika mempunyai
kewenangan:
a. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya.
b. Perumusan kebijakan dibidangnya untuk mendukung pembangunan secara
makro.
a. Penetapan sistem informasi di bidangnya.
b. Penetapan standar teknis peralatan serta pelayanan meteorologi penerbangan
dan maritim.
c. Pengaturan system jaringan meteorologi dan klimatologi.
d. Pemberian jasa meteorologi dan klimatologi.
Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan yang
berlaku yaitu:
a. Pengamatan dan pemberian jasa geofisika.
b. Pengamatan dan pemberian jasa kualitas udara.
c. Pengaturan sistem jaringan pengamatan geofisika.

7
d. Pengmatan standar teknis peralatan meteorologi, klimatologi, kualitas udara
dan geofisika.
3.4 . Peralatan
Secara umum peralatan – peralatan yang ada di stasiun BMKG Padang
Panjang meliputi peralatan geofisika untuk pengamatan data geofisika, yaitu
peralatan Gempabumi, peraltan tanah dan kelistrikan udara (petir) serta peralatan
meteorologi untuk pengamatan data cuaca harian dan peralatan pendukung
komunikasi dan informasi.
Adapun Peralatan Geofisika meliputi:
a. SPS-3 (Shot Periode Seismograph 3) komponen untuk mencatat getaran
gempabumi secara analog seismogram (kertas pias) dengan sensor pendeteksi
gempabumi yaitu SSI Range yang berada di Lubuk Mata Kucing.
b. Seismograpf Broadband JISNET (Japan-Indonesia Seismic Network), untuk
mencatat getaran Gempabumi yang direkandan di analisa secara digital
sebagai bagian kerja sama jaringan seismic antara Indonesia-Jepang.
c. Accelerograpf ETNA dan TSA-100S merupakan alat untuk menetukan nilai
percepatan tanah.
d. Sistem Pengamatan Gempabumi Mini Regional, jaringan seismograf local
yang digunakan untuk memonitor aktifitas seismic di wilayah daratan
Sumatera Barat. Mini Regional yang terdiri dari 4 stasiun yang terpasang di
daerah Kamang (Kab.Agam), Puncak Lawang (Kab.Agam), Gunung Merapi
(Kab.Tanah Datar), dan Lubuk Mata Kucing (Padang panjang). Tujuannya
untuk memonitor aktifitas sesar Sumatera Barat.
e. SeisCompP3, system akuisi dan analisa Gempabumi yang terdiri atas
jaringan sesimograf yang telah terpasang diseluruh Indonesia maupun
luarnegeri. Dapat menentukan parameter Gempabumi secara otomatis dan
kemudian dilakukan analisa manual oleh operator (pengawai BMKG) agar
mendapatkan parameter yang lebih akurat.
f. PC Drum merupakan alat pendeteksi Gempabumi yang stand alone yang
ditempatkan di StaGeo Padang Panjang.
g. Lightning Detector berfungsi sebagai alat pendeteksi listrik udara (petir) dan
mengetahui besarnya energi yang terjadi dari aktifitas listrik udara tersebut.
h. Sensor Trilium sebagai sensor pendeteksi gempabumi ditempatkan menyebar
diseluruh Indonesia.

8
i. Teropong Hilal alat untuk pengamatan posisi bulan sebagai tanda perubahan
waktu pada penanggalan Hijriyah.
Sedangkan Peralatan Meteorologi meliputi :
a. Termometer
Alat ukur suhu udara. Terdapat termometer bola kering, bola basah,
termometer maksimum dan minimum.
b. Windrun Anemometer
Alat untuk mengukur besar kelajuan angin yang terjadi.
c. ARG Otomat
Alat pengamatan hujan secara otomatis.
d. Camble Stokes
Alat untuk mengukur lamanya penyinaran matahari (duration of sunshine)
dalam jangka waktu sehari yang dapat dilihat dari kertas pias matahari
tersebut.
e. Penakar Hujan Observasi
Alat penampung curah hujan yang terjadi dan diukur menggunakan gelas
ukur.
f. Penakar Hujan Hellman
Alat penampung curah hujan dan besar curah hujan yang terjadi dapat
dilihat pada kertas pias berskala yang ada didalamnya.
g. Evaporimeter (panci penguapan)
Alat untuk mengukur besar penguapan yang terjadi dan diukur dengan
mancatat skala yang ada pada Hook Evaporimeter.
h. Barometer
Alat untuk mengukur besar suhu ruang dan juga pengukur tekanan udara
yang dicatat tiap jam nya.
i. Young Anemometer
Monitor dan pencatat besar angin dan juga arah angin.
Sedangkan Peralatan Pendukung Sarana Komunikasi dan Informasi :
a. Server internet merupakan server internet yang mendukung dalam kegiatan
operasional berjalan dengan baik dan tetap lancar.
b. VSAT TCA berfungsi sebagai VSAT Internet, menggunakan layanan provider
dari PT Transnetwork Communication Asia.

9
c. VSAT CMSS berfungsi sebagai media pertukaran data meteorologi,
klimatologi kualitas udara dan geofisika, sekaligus sebagai transceiver dari
sensor jinset.
d. DVB receiver berfungsi sebagai penerima informasi meteorologi, klimatologi
kualitas udara dan geofisika, dan peringatan info dini Tsunami.
e. Radio SSB berfungsi sebagai alat pertukaran informasi ke beberapa instansi
terkait melalui radio SSB.
f. Kamera teleconferen.

10
IV. PELAKSANAAN MAGANG

4.1. Topik Magang

Topik yang diambil dalam kegiatan magang ini adalah TINGKAT RESIKO
KERUSAKAN AKIBAT GEMPABUMI DI WILAYAH SUMATERA BARAT
BERDASARKAN PERBANDINGAN PETA GEOLOGI LEMBAR PADANG TERHADAP
PETA SHAKEMAP (Gempabumi padang 30 September 2009).

4.2. Permasalahan yang Dihadapi beserta Solusi

Permasalahan yang dihadapi selama pelaksanaan Magang yaitu kurangnya


data yang diperlukan untuk mendapatkan informasi tentang tingkat resiko bencana
tersebut.
Penyelesaian masalah tersebut ialah dengan banyaknya melakukan diskusi
baik dari pembimbing lapangan saat Magang maupun dari seluruh Staf BMKG-
Padang Panjang lainnya serta ditambahkannya literatur oleh pembimbing lapangan.

4.3. Pembahasan
4.3.1. Proses Terjadinya Gempabumi
Gempa bumi yang terjadi di Sumatera Barat 30 september 2009 ini
merupakan gempa tektonik yang disebabkan oleh aktivitas zona penunjaman yang
terdapat di laut dan sesar aktif yang terdapat di darat maupun di laut. Sebagaimana
diketahui, kawasan yang berada di sepanjang Bukit Barisan di Pulau Sumatera
terletak pada zona aktif serta pantai barat Sumatera terletak dekat dengan zona
penujaman. Tumbukan Lempeng Samudera Hindia dan Lempeng Australia yang
menyusup di bawah Lempeng Eurasia membentuk Zona Benioff, yang secara terus
menerus aktif bergerak berarah Barat - Timur yang merupakan zona bergempa
dengan seismisitas cukup tinggi. Kondisi ini menyebabkan Kota Padang menjadi
daerah tektonik giat dan merupakan sumber gempa merusak. Gambar 4.1
menunjukkan peta zonasi potensi bahaya gempabumi untuk Indonesia. Dalam peta
ini ditunjukkan distribusi intensitas besarnya percepatan (getaran) gempa di
permukaan tanah dalam rasio terhadap percepatan gravitasi bumi (g), yang
selanjutkan dinyatakan dalam klasifikasi intensitas yaitu sangat rendah, rendah,
sedang, tinggi dan sangat tinggi. Terlihat bahwa di kawasan sepanjang daratan
pantai Barat Sumatera berpotensi terjadi gempa berintensitas tinggi.

11
Gambar 4.1 Tatanan Tektonik Pulau Sumatera – Samudera Hindia (USGS,2013)

4.3.2. Parameter Gempabumi

Parameter dari sebuah gempa adalah sebagai berikut:


1. Waktu kejadian gempabumi
Waktu kejadian gempabumi menunjukan waktu terlepasnya akumulasi
tegangan (stress) yang berbentuk penjajaran gelombang gempabumi yang dinyatakan
dalam hari, tanggal, bulan, tahun, jam, menit, detik dengan satuan waktu
internasional GMT.
2. Episenter
Episenter merupakan titik pertemuan gempabumi yang merupakan refleksi
tegak lurus dari hiposenter atau fokus gempabumi. Lokasi episenter dibuat dalam

12
sistem koordinat geografis kartesian bola bumi atau sistem koordinat geografis yang
dinyatakan dalam derajat lintang dan bujur.
3. Intensitas
Intensitas gempabumi merupakan ukuran kerusakan akibat gempabumi
berdasarkan hasil pengamatan efek gempabumi terhadap manusia, struktur
bangunan dan lingkungan pada tempat tertentu, dinyatakan dalam skala MMI
(Modified Mercalli Intensity).
4. Magnitudo
Magnitude merupakan ukuran kekuatan gempabumi yang menunjukkan
besarnya energi yang dilepaskan saat gempabumi terjadi. Besarnya magnitude
berdasarkan hasil pengamatan seismograph dan dinyatakan dalam Skala Ricter (SR).
Dari hasil parameter diatas dapat diketahui bahwa Kejadian bencana gempa
bumi mengguncang wilayah Provinsi Sumatera Barat dan sekitarnya pada tanggal
30 September 2009, pada pukul 17:16:17.4 WIB. kekuatan gempa diperkirakan
berkisar 7,6 SR dengan pusat gempa berada pada koordinat 0.84 LS ‐ 99.65 BT pada
kedalaman 71 km di dasar laut dan berjarak 57 km arah barat daya Pariaman,
Sumatera Barat. Berselang 22 menit kemudian, tepatnya pada pukul 17:38:52 WIB
terjadi gempa susulan berkekuatan 6,2SR. Pusat gempa berada pada koordinat 0.72
LS ‐ 99.94 BT, pada kedalaman 77.8 km dan berjarak 22 km arah barat daya
Pariaman, Sumatera Barat.

SOUTHERN SUMATRA, INDONESIA


Date: 2009/ 9/30 Centroid Time: 10:16:17.4 GMT
Lat= -0.79 Lon= 99.67
Depth= 77.8 Half duration=14.7
Centroid time minus hypocenter time: 8.2
Moment Tensor: Expo=27 1.760 -0.765 -0.992 0.658 -0.991 -1.940
Mw = 7.6 mb = 7.1 Ms = 7.5 Scalar Moment = 2.73e+27
Fault plane: strike=74 dip=52 slip=139
Fault plane: strike=193 dip=58 slip=46

Gambar 4.2 Data Gempa Padang 30 September 2009 (USGS, 2009)

4.3.3. Stratigrafi Regional Padang

Daerah lembar Padang tersusun atas aneka ragam batuan yaitu endapan
permukaan, batuan sedimen, batuan gunungapi, batuan metamorf, batuan tektonik
dan batuan terobosan. Berikut pemerian tiap satuan batuan penyusun lembar
Padang:

13
• Endapan permukaan
- Aluvial (Qal): Lanau, pasir dan kerikil umumnya terdapat di dataran pantai
termasuk endapan rawa di sebelah utara Tiku, sebelah baratdaya Lubukalung
dan sebelah timur Padang. Setempat kadang-kadang terdapat sisa batuapung
tufa.
- Kipas Aluvial (Qf): kebanyakan terdiri dari hasil rombakan andesit berasal dari
gunungapi strato. Permukaannya ditutupi oleh bongkah-bongkah andesit.
Kipas-kipas aluvial yang terdapat pada lereng-lereng gunungapi kuarter
dipetakan sebagai hasil-hasil dari gunungapi tersebut.
• Batuan Sedimen
- Batupasir Miosen (Tsc): terutama batupasir kuarsa dengan sisipan
konglomerat, lapisan tipis serpih pasiran dan batupasir glaukonit. Fosil yang
ditemukan pada batupasir glaukonit adalah Globigerinoides sicanus DE
STEFANI, Globigerinoides altiaperturus BOLLI, Globorotalia
bella JENKINS, Globorotalia mayeri CUSHMAN & ELLISOR, Globorotalia
siakensis LEROY dan Catapsydrax sp menunjukkan umur Miosen Awal-
Miosen Tengah.
- Konglomerat Polimiktos Miosen (Tpc): fragmen-fragmen kuarsit, kuarsa,
rijang, granit dan batubara dalam matriks batupasir. Berwarna kelabu muda
sampai kelabu kehijauan. Tersingkap hanya sepanjang batas utara daerah
lembar, fragmen granit lebih banyak di bagian selatan daerah singkapan.
- Batugamping Miosen (Tls): berwarna kelabu muda, berongga dan terkekarkan.
Menunjukkan perlapisan semu, bagian bawah batuan yang tersingkap dari
satuan ini adalah napal yang berwarna putih sampai kekuningan. Tersingkap
di sungai Sinamar di bagian timurlaut daerah pemetaan.
• Batuan Gunungapi
- Tufa batuapung hornblende hipersten (Qhpt): hampir seluruhnya terdiri dari
lapili batuapung, ukuran garis tengah berkisar antara 2 hingga 10 cm,
mengandung 3-10% hornblende, hipersten dan biotit, agak kompak. Berwarna
putih atau kuning keabu-abuan pada yang segar dan kecoklatan pada yang
lapuk.
- Tufa batuapung dan andesit (Qpt): tufa batuapung umumnya terdiri dari
serabut-serabut gelas dan 5-80% fragmen-fragmen batuapung putih (hampir
tidak mengandung mineral-mineral mafik), berukuran 1-20 cm, agak kompak.
Setempat terdapat lapisan-lapisan pasir yang kaya akan kuarsa, juga lapisan-

14
lapisan kerikil yang terdiri dari komponen kuarsa, batuan gunungapi dan
batugamping. Setempat bongkah-bongkah obsidian dan pitchstone berwarna
kelabu kemerahan sampai kecoklatan baik yang masih segar maupun yang
sudah lapuk. Endapan tufa ini mungkin berasal dari erupsi terakhir kaldera
Maninjau atau erupsi celah yang hubungannya dengan jalur sesar besar
Sumatera. Kumpulan batuan bersusunan andesit terdiri dari aliran-aliran
yang tak teruraikan, lahar, konglomerat dan endapan koluvium yang lain,
berasal dari gunungapi strato yang berbentuk kerucut dan kurang mengalami
pengikisan, berumur Plistosen-Holosen. Biasanya berwarna kelabu gelap
dengan tekstur halus-kasar. Zona plagioklas berkomposisi An57-85,
berdasarkan x10 pada sayatan tegak lurus pada (001) untuk plagioklas
bersuhu tinggi, 2 - 8% piroksin (baik augit maupun hipersten), 1 - 5% magnetit
dan jarang terdapat olivin.
- Andesit dari Gunung Marapi (Qama): hasil-hasil gunung Marapi dianggap
yang termuda karena gunung Marapi mempunyai kegiatan pada masa sejarah
dan mempunyai fumarol-fumarol yang giat. Juga tufa lapili Marapi menutupi
tufa sebelah utara Baso, ini menunjukkan bahwa setidaknya beberapa hasil
gunungapi Marapi adalah lebih muda daripada tufa batuapung.
- Andesit dari gunung Singgalang dan gunung Tandikat (Qast): hasil-hasil dari
Singgalang dan Tandikat dianggap pertengahan dalam umur antara Qama dan
Qamj karena Tandikat tercatat erupsinya pada masa sejarah, tetapi sekarang
tidak menunjukkan kegiatan fumarol.
- Andesit dari kaldera danau Maninjau (Qamj): bentuk kaldera yang memanjang
mungkin menunjukkan masa erupsi yang lama pada waktu terjadi pergeseran
lateral kanan pada jalur sesar besar Sumatera, juga tufa batuapung
tampaknya menutupi semua batuan gunungapi Maninjau.
- Andesit dari gunung Talamau (Qat): aliran-aliran lava, lahar, tufa,
konglomerat dan endapan-endapan koluvium lain yang tak diketahui dengan
pasti sumbernya yang mungkin berumur Kuarter atau Tersier. Termasuk
andesit di bukit batas tinjau laut, bukit Batubalah dan daerah pegunungan
sebelah timur laut Padang. Batuannya umumnya mengandung dua macam
piroksin dan plagioklas yang jelas zoningnya yang berkisar antara Andesin-
Labradorit karena mempunyai komposisi yang sama dengan Andesit berumur
Kuarter. Tetapi beberapa contoh menunjukkan bahwa piroksin dan mineral
mafik yang lain jarang didapatkan bahkan kadang-kadang tidak ada. Di

15
daerah sebelah selatan jalur yang menghubungkan bukit Cubadak dengan air
Tiris dan sebelah utara bukit Bulat dan di sebelah jalan Padang-Indarung
batuan andesit dan tufa pengiringnya terpropilitisasikan sedang-kuat akibat
proses hidrothermal atau metamorfosa rendah. Hal ini merupakan dasar
untuk menganggap bahwa satuan ini lebih tua daripada andesit Kuarter.
- Aliran yang tak teruraikan (QTau): terdiri atas lahar, konglomerat dan
endapan-endapan koluvium yang lain.
- Tufa kristal yang telah mengeras (QTt): terdapat dibagian selatan daerah
pemetaan, pejal dan tersemen baik. Didekat sungai Buluh berwarna muda dan
terdiri dari matriks yang banyak mengandung serabut-serabut gelas dengan
fragmen-fragmen kuarsa, plagioklas dan batuan gunungapi yang
berkomposisi menengah hingga asam dengan ukuran sampai 10 cm. Lebih
keselatan berwarna kelabu muda-kelabu tua kehijauan dan komposisinya
lebih mafik, matriks umumnya kloritik dan tufa mengandung fragmen-
fragmen batuan berkomposisi menengah sampai mafik disamping kuarsa dan
plagioklas, tidak terdapat serabut gelas, terdapat kontak selaras maupun
kontak sesar antara tufa dan andesit.
- Andesit dan tufa (QTta): berselingan dan atau andesit sebagai inklusi di dalam
tufa.
- Andesit atau porfiri dasit (QTp): umumnya mengandung hornblende, massa
dasar agak gelasan dengan beberapa mineral mafik yang telah tergantikan
oleh epidot dan klorit. Terjadi sebagai sumbat-sumbat yang berasosiasi
dengan andesit Kuarter dan Kuarter-Tersier.
- Riolit Afanitik (QTpr): pada sebuah singkapan kurang lebih 5 km sebelah
baratdaya Pahambatan (sebelah timur danau Maninjau).
- Batuan gunungapi Oligo-Miosen (Tomv): batuan gunungapi dengan sejumlah
kecil batuan sedimen. Batuan gunungapi terdiri dari lava, breksi, breksi tufa,
tufa hablur, ignimbrit dan tufa sela. Kebanyakan bersusunan andesitan dan
dasitan. Tufa sela ini terdiri dari rombakan pecahan andesit, lempung pasiran,
gelas dan rijang dengan massa dasar gelas, kalsit lembut, kuarsa dan feldspar.
Tufa hablur mengandung banyak feldspar dan kuarsa dengan massa dasar
serisit, mineral lempung dan gelas. Termasuk arkosa, serpih bitumen,
batubara serpihan, batupasir tufaan, serpih tufaan, tufa andesitan dan breksi
tufa. Dalam formasi ini termasuk batuan sedimen berumur Miosen Awal yang
mengandung fosil Dicotylendenblad di sebelah selatan gunung Kerinci. Umur

16
formasi ini dinyatakan sebagai Oligo-Miosen. Tebalnya mencapai 700 meter.
Di lembar Painan dinamakan sebagai formasi Painan.
- Andesit (basal Tersier) awal (Ta): mendasari gunung Sirabungan dan beberapa
bukit-bukit yang lebih rendah di sebelah timurnya. Suatu contoh dari gunung
Sirabungan adalah breksi mikro dengan fenokris plagioklas (An42-67),
hornblende yang telah teroksidasikan dan terubah, hipersten, augit dan biotit,
disamping fragmen-fragmen basal olivin dan mungkin batuan gunungapi yang
lain. Pada massa dasar mikrolit plagioklas dan afanitik.
• Batuan Metamorf
- Batugamping jura (Jl): batugamping kompak, berwarna putih sampai kelabu
kebiruan, pejal dan berongga. Diduga mengandung hydrozoa milleporidium
dan algae yang berumur Jura. Dapat dikorelasikan dengan Anggota
Batugamping Formasi Siguntur (Jls) di lembar Painan dan bagian timurlaut
Muara siberut.
- Batuan sedimen Jura (Js): kuarsit, serpih, lanau, batusabak dan lain-lain.
Terkena metamorfosis lemah. Kuarsit, pejal, berwarna kelabu kehijauan,
sedikit terubah, setempat menyerupai rijang. Serpih, pelitik, berwarna biru
tua. Batulanau, pejal, setempat terkersikkan, berwarna kelabu kebiruan
sampai kehijauan. Batusabak dijumpai sebagai sisipan dalam kuarsit. Phyllite
berwarna kelabu kemerahan dengan foliasi lemah.
- Batugamping Perm (Pl): batugamping pejal, berongga, berwarna putih, kelabu
dan kemerahan. Mengandung sisipan tipis batusabak, phyllite, serpih
terkersikkan dan kuarsit. Pada umumnya membentuk topografi kasar
berpunggung tajam.
Batugamping danau Singkarak mengandung Neoschwagerina aff. N.
sraticulifera (SCHWAGER), Verbeekina sp., Chusenella sp. dan foraminifera
kecil Lunucammina sp. dan Climacamminasp., yang telah diteliti oleh Donald
A. Myers, 1971 menunjukkan umur Perm Tengah bagian atas. Dapat
dikorelasikan dengan Anggota Batugamping Formasi Kuantan di lembar
Solok.
- Batuan metamorf Perm (Ps): phyllite, slate, hornfels dan mika greywacke.
Phyllite berwarna kelabu kebiruan sampai biru tua. Slate berwarna kelabu
kebiruan sampai biru muda dan coklat. Greywacke mika dan tufa terdapat
sebagai sisipan dalam slate. Satuan ini diterobos oleh intrusi granit Kapur dan
Tersier.

17
- Anggota kuarsit batuan Perm (Pq): kompak, rijangan, berwarna kelabu sampai
kecoklatan. Setempat mengandung urat – urat kuarsa, pirit dan sisipan-
sisipan batulanau berwarna kelabu tua dan berlapis baik, greywacke yang
terubah dan batuan gunungapi. Beberapa singkapan batuan gunungapi
tersebut mengalami propilitisasi dan klorotisasi.
Derajat metamorfosis batuan pra-Tersier mungkin sama dengan fasies
sekis hijau rendah. Jurus utama umumnya adalah baratlaut dengan
kemiringan yang terjal ke arah timurlaut dan baratdaya. Beberapa kontak
antara satuan batuan pra-Tersier adalah secara pengendapan, lainnya adalah
sesar. Sesar – sesar bongkah tegak atau hampir tegak menempatkan
batugamping pada andesit Kuarter dan dapat diamati di beberapa tempat
sepanjang jalur sesar berarah baratlaut, sebelah timurlut kaldera Maninjau.
Jalur sesar ini merupakan bagian dari sistem sesar terban Sumatera atau
jalur sesar besar Sumatera.
- Batuan metamorf Karbon (Cs): biasanya mendasari bukit – bukit dan
punggungan – punggungan landai, berwarna kemerahan, sedikit sekisan,
setempat menunjukkan laminasi dan lineasi terpilin dari beberapa meter
sampai beberapa puluh meter. Batuan lanauan bergradasi ke batupasir meta
lunak yang sebagian besar terdiri dari butiran-butiran kuarsa dalam matriks
lempungan. Kuarsit kompak dan konglomerat kuarsa terdapat di beberapa
tempat di bagian timur laut daerah yang dipetakan. Di sudut tenggara peta
didapatkan kuarsit hijau yang mengandung klorit, keras dan berbutir halus,
berasosiasi dengan phyllite yang berwarna kemerahan.
- Batuan karbonat Karbon (Cl): dengan ciri khas membentuk punggungan-
punggungan tajam (di timurlaut bukittinggi), berwarna putih sampai keabu-
abuan pada singkapan yang segar dan kelabu gelap pada yang lapuk. Besar
butir pada umumnya berkisar antara 0,5-5,0 mm, setempat mungkin lebih
besar. Umumnya pejal dan berongga, satu atau lebih kumpulan kekar-kekar
mungkin terdapat, tetapi adanya perlapisan yang pasti sangat jarang.
Batugamping yang terletak 7 km sebelah utara danau Singkarak mengandung
fosil Schwagerina sp. yang di determinasikan oleh Darwin Kadar dan
menunjukkan umur Perm. Di lembar Solok satuan ini dinamakan Anggota
batugamping Formasi Kuantan.

18
• Batuan Tektonik
- Ultrabasa (Kub): terdiri atas serpentin dan diabas-basal. Serpentin
berhubungan dengan sesar. Di Kototinggi terdapat serpentin geseran. Di
sebelah baratlaut Kototinggi di sungai Balit didapatkan serpentin geseran
lemah yang mengandung epidot, klorit dan sedikit plagioklas soda. Satu
kilometer sebelah selatan Padangkubu didapatkan breksi dengan komponen-
komponen batuhijau pada massa dasar serpentin. Diabas-basal, warna segar
kelabu tua sampai kelabu kehijauan dan lapuk berwarna kecoklatan. Secara
tektonika umurnya diduga Kapur.
• Batuan Terobosan
- Batuan granitik Miosen (Tmgr): berupa stock, berkomposisi antara granit dan
diorit kuarsa. Sampel dari stock besar di sebelah timur Kayutanam dan
sebelah selatan Padangpanjang adalah granit (kuarsa + mikropertit mikroklin
+ plagioklas An5-30 + sedikit biotit), sedangkan sampel dari bagian utara stock
adalah diorit kuarsa (plagioklas An28-35 + kuarsa + sedikit mikroklin klorit
sekunder dan epidot). Kaolinisasi dan serisitisasi pada plagioklas, adanya
epidot serta klorit dan singkapan yang terkersikkan dan terpiritkan
menunjukkan adanya ubahan hidrothermal yang berarti pada stock tersebut.
Berbeda dengan stock yang mendasari bukit Karang (batas utara peta), disini
didapatkan diorit kuarsa yang tidak terubah dengan komposisi plagioklas
An20-58, kuarsa, hornblende dan biotit. Stock-stock granit ini sementara
ditentukan berumur Tersier.
- Granit Kapur (Kgr): bersusunan lenco-granit sampai monzonit kuarsa.
Umumnya bertekstur faneritik-porfiritik, setempat pegmatit. Berdasarkan
hasil pentarikhan isotop, umur granit di sebelah tenggara danau Singkarak
lembar Solok menunjukkan umur 112 + 24 juta tahun.

19
Gambar 4.3 Korelasi Satuan Peta Geologi Lembar Padang, Sumatera

4.3.4. Penyebab Gempabumi Yang Menimbulkan Bencana

Penyebab terjadinya bencana yang menimbulkan gempa bumi dilakukan


dengan cara membandingkan peta Shakemap dan peta geologi. Peta Shakemap
adalah sebuah peta yang menggambarkan suatu tingkat getaran atau goyangan yang
dirasakan saat terjadinya gempabumi. Sedangkan peta geologi adalah peta yang
menggambarkan data atau informasi suatu wilayah dengan tingkat skala yang
digunakan dan menggambarkan informasi sebaran, jenis dan sifat batuan,
stratigrafi, struktur, tektonika, fisiografi dan potensi sumber daya mineral serta
energi yang disajikan dalam bentuk gambar dengan warna, simbol dan corak
ataupun gabungannya. Dari kedua peta tersebut adalah membandingkan tingkat
resiko kerusakan untuk mengetahui daerah yang rawan terhadap gempabumi yang
terjadi pada 30 september 2009. Membandingkan kedua peta tersebut dengan cara
menggabungkan kedua peta dan melakukan interpretasi. Melakukan interpretasi
dilakukan dengan cara melihat litologi setiap wilayah. Pada gambar 4.4 adalah
sebuah peta shakemap yang merupakan peta gempabumi yang dirasakan. Pada

20
gambar 4.5 adalah peta geologi lembar Padang. Pada perbandingan kedua peta
tersebut dapat dilihat dari peta geologi bahwa memiliki perbedaan litologi seperti
endapan, batuan sedimen, batuan beku, maupun batuan metamorf. Pada peta
Shakemap dapat dilihat dimana titik gempa berada di daerah sumatera barat
tepatnya di Pariaman. Dari perbandingan kedua peta tersebut yang mempengaruhi
terjadinya kerusakan akibat gempabumi yang pertama adalah skala atau magnitude
gempabuminya, dimana semakin kuat gempabumi atau semakin besar skalanya
maka semakin tinggi tingkat resiko kerusakannya. Kemudian yang ke dua adalah
durasi gempabumi, dari hasil yang didapatkan bahwa durasi gempabumi sangat
berpengaruh terhadap tingkat kerusakannya, semakin lama tingkat durasi
gempabumi semakin tinggi tingkat kerusakannya. Yang ke tiga adalah kedalaman
gempabumi, gempabumi memiliki jenis terhadap kedalammnya yaitu gempa bumi
dangkal yang memiliki kedalam 0 – 70 km, gempabumi menengah memiliki
kedalaman 70 – 300 km, dan gempabumi dalam memiliki kedalaman 300 – 800 km.
Dari jenis gempabumi terhadap kedalamannya bahwa gempabumi yang terjadi di
sumatera barat ini merupakan gempabumi menengah yang memiliki kedalaman 77.8
km. Yang ke empat adalah jenis batuannya atau litologinya, untuk mendapatkan
daerah rawan bencana dilihat dari jenis litologi wilayah Padang – Pariaman
merupakan daerah yang sangat rawan pada zona kerusakan dari dampak
gempabumi karena litologinya merupakan aluvial yang terdiri dari lanau, pasir dan
kerikil dan terdapat rawa yang berarti di wilayah tersebut memiliki litologi yang
lunak. Dari hasil interpretasi adalah daerah yang lebih labil dan memilii efek yang
dirasakan dan efek kerusakan adalah diwilayah Padang – Pariaman karena memiliki
litologi yang lunak, dapat dilihat dari gambar 4.6 yang merupakan daerah yang
memiliki tingkat kerusakan yang parah.

21
Gambar 4.4 Peta Shakemap, Gempabumi 30 September 2009 (USGS,2009)

22
Gambar 4.5 Peta Geologi Lembar Padang

23
Gambar 4.6 Peta kerusakan akibat gempabumi (BPBD, Sumatera Barat 2009)

24
4.3.5. Mitigasi

Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik


melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana. Usaha mitigasi dapat berupa prabencana, saat
bencana dan pasca bencana. Prabencana berupa kesiapsiagaan atau upaya
memberikan pemahaman pada penduduk untuk mengantisipasi bencana, melalui
pemberian informasi, peningkatan kesiagaan kalau terjadi bencana ada langkah-
langkah untuk memperkecil resiko bencana.
Penanganan bencana harus dengan strategi proaktif, tidak semata-mata
bertindak pascabencana, tetapi melakukan berbagai kegiatan persiapan untuk
mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana. Berbagai tindakan yang bisa
dilakukan untuk mengantisipasi datangnya bencana dengan membentuk sistem
peringatan dini, identifikasi kebutuhan dan sumber-sumber yang tersedia,
penyiapan anggaran dan alternatif tindakan, sampai koordinasi dengan pihak-pihak
yang memantau perubahan alam. Dalam mitigasi dilakukan upaya-upaya untuk
meminimalkan dampak dari bencana yang akan terjadi yaitu program untuk
mengurangi pengaruh suatu bencana terhadap masyarakat atau komunitas
dilakukan melalui perencanaan tata ruang, pengaturan tata guna lahan,
penyusunan peta kerentanan bencana, penyusunan data base, pemantauan dan
pengembangan.
Mitigasi bencana merupakan kegiatan yang amat penting dalam
penanggulangan bencana karena kegiatan ini merupakan kegiatan sebelum
terjadinya bencana yang dimaksudkan untuk mengantisipasi agar korban jiwa dan
kerugian materi yang ditimbulkan dapat dikurangi. Masyarakat yang berada di
daerah rawan bencana maupun yang berada di luar sangat besar perannya, sehingga
perlu ditingkatkan kesadarannya, kepeduliannya dan kecintaannya terhadap alam
dan lingkungan hidup serta kedisiplinan terhadap peraturan dan norma-norma yang
ada. Istilah program mitigasi bencana mengacu kepada dua tahap perencanaan
yaitu: Pertama, perencanaan sebelum kejadian untuk manajemen bencana,
mencakup aktivitas-aktivitas mitigasi dan perencanaan bencana; Kedua,
perencanaan serta tindakan sesudah kejadian, meliputi peningkatan standar teknis
dan bantuan medis serta bantuan keuangan bagi korban.

25
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari kegiatan magang yang telah dilaksanakan disimpulkan :
1. Daerah rawan bencana gempabumi merupakan daerah yang umum terletak dekat
dengan titik gempabumi dan memiliki litologi yang lunak. Pada gempabumi 30
september 2009 wilayah yang memiliki kerusakan yang sangat parah berada pada
wilayah Pariaman – Padang.
2. Peta Shakemap adalah sebuah peta yang menggambarkan suatu tingkat getaran
atau goyangan yang dirasakan saat terjadinya gempabumi. Sedangkan peta
geologi adalah peta yang menggambarkan data atau informasi suatu wilayah
dengan tingkat skala yang digunakan dan menggambarkan informasi sebaran,
jenis dan sifat batuan, stratigrafi, struktur, tektonika, fisiografi dan potensi
sumber daya mineral serta energi yang disajikan dalam bentuk gambar dengan
warna, simbol dan corak ataupun gabungannya. Pada perbandingan kedua peta
tersebut untuk mendapatkan daerah rawan bencana dilihat dari jenis litologi
wilayah Padang – Pariaman merupakan daerah yang sangat rawan pada zona
kerusakan dari dampak gempabumi karena litologinya merupakan aluvium yang
terdiri dari lanau, pasir dan kerikil dan terdapat rawa yang berarti di wilayah
tersebut memiliki litologi yang lunak.
3. Dari kedua perbandingan kedua peta, kerusakan tidak hanya di sebabkan oleh
litologi batuan, tatapi juga disebabkan oleh jarak episenter gempabumi, durasi
gempabumi dan yang paling utama yaitu magnitude atau kekuatan gempa.

5.2. Saran
Untuk memperoleh hasil yang akurat dalam menentukan tingkat kebencaan
akibat gempabumi sebaiknya dilakukan pemetaan kelapangan agar hasil dan data
yang didapatkan lebih maksimal dan lebih akurat.

26
DAFTAR PUSTAKA

Gempapadang.wordpress.com/2009/09/30/data-gempa-dan-perbedaan-besaran-
magnitude-30-sepember-2009/#more-1327
Gunawan, M. T. Dan Wandono 2000. Tinjauan Statistik Resiko Gempabumi di
Indonesia. Year Book Mitigasi Bencana 200. BMG: Jakarta
Ibrahim, Gunawan. 2004. Buku Seismologi. Jakarta : BMG.
Kastowo, Gerhard W. Leo, S. Gafoer dan T.C. Amin. Peta geologi lembar Padang,
Sumatera. Bandung, 1996
Sukandarrumidi. 2010. Bencana Alam dan Bencana Anthropogene: Petunjuk Praktis
untuk Menyelamatkan. Yogyakarta: Kanisius. Hlm: 43-48.
Tim BPBD, 2013. Zonasi Gempabumi Padang. Provinsi Sumatera Barat
Triyono, Rahmat. 2015. Ancaman Gempabumi di Sumatera Tidak Hanya Bersumber
dari Mentawai Megathrust. Artikel Stasiun Geofisika Klas I Padang Panjang.
Diakses 14 Agustus 2015

27
LAMPIRAN I

28

Anda mungkin juga menyukai