Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 38

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-NYA Buletin Informasi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun
Geofisika Nganjuk edisi bulan September 2023 dapat diterbitkan.
Buletin ini merupakan akumulasi dari kegiatan bulanan pengamatan dan
pengolahan dan analisa data meteorologi, klimatologi dan geofisika bulan September
2023, yang terdiri dari informasi gempa bumi, informasi unsur cuaca bulanan serta
informasi tanda waktu.
Semoga buletin ini dapat memberikan manfaat sebesar besarnya bagi
masyarakat dan khususnya bagi para pengguna informasi cuaca, iklim dan
gempabumi. Namun kami menyadari bahwa bulletin ini masih jauh dari sempurna oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun akan sangat kami harapkan demi
kesempurnaan bulletin ini dimasa mendatang.

Nganjuk, Oktober 2023


Kepala Stasiun Geofisika Nganjuk

Sumber Harto, S.Pd, S.P

i
TIM REDAKSI

Pengarah dan Penanggung Jawab : Sumber Harto, S. Pd, S. P.

Dewan / Staf Redaksi

Ketua : Tekad Sumardi

Redaktur : 1. Sofyan Hadi Rahmawan, S. Si

2. Nur Hasyim Asyari, S.P

3. Muhammad Aji Permana, S.P, S.T

4. Ihsan Bagus Fahad Arafat, S. Tr

5. Purwo Yuliatmoko, S.P

6. Setiyaris, S.P

7. Suyono

8. Agung Wilis Nurcahyo

9. Atthoriq Palevi Akhrom, S.Tr. Geof.

10. Moch Hadiid Annas, S.Tr. Inst.

Percetakan dan Distribusi : 1. Agus Suhendro, S. Kom

2. Hendrik Setyobudi, S.T

3. Siti Zulaekah, S.E

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

TIM REDAKSI ................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii

DAFTAR ISTILAH ............................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

BAB II AKTIVITAS GEMPABUMI DAN TSUNAMI ............................................ 3

BAB III BULETIN GEMPABUMI DAN TSUNAMI ............................................ 11

BAB IV GEMPABUMI SIGNIFIKAN DAN MERUSAK ..................................... 13

BAB V INFORMASI PETA SAMBARAN DAN KERAPATAN PETIR ............... 16

BAB VI INFORMASI TANDA WAKTU ........................................................... 18

BAB VII INFORMASI UNSUR CUACA / IKLIM ............................................... 22

BAB VIII KESIMPULAN .................................................................................. 32

LAMPIRAN ..................................................................................................... 33

iii
DAFTAR ISTILAH

Istilah Penjelasan
Gempabumi : gempabumi yang terjadi di suatu tempat dan menimbulkan
signifikan getaran/guncangan hingga dirasakan oleh masyarakat luas
Date : tanggal terjadinya gempabumi
Origin time : waktu terjadinya gempabumi dalam universal time (skala
pembagian waktu berdasarkan rotasi Bumi, mengacu pada
Greenwich Mean Time/GMT)
Epicenter : lokasi pusat gempabumi pada permukaan Bumi sebagai
hasil proyeksi tegak lurus dari hiposenter
Hiposenter sumber gempabumi pada kedalaman tertentudi dalam Bumi
(km)
Latitude (lat.) : koordinat lintang tempat terjadinya gempabumi (°), lintang
selatan (-), lintang utara (tanpa tanda -)
Longitude (lon.) : koordinat bujur tempat terjadinya gempabumi(°)
Depth : kedalaman hiposenter gempabumi dinyatakan dalam km
(kilometer)
Magnitudo (mag.) : Skala kekuatan energi gempabumi
MB : magnitudo menggunakan gelombang badan
ML : magnitudo menggunakan gelombang lokal
MW : magnitudo menggunakan momen seismik
Azimuth : Arah epicenter dari stasiun pencatat, dalam derajat (°)
Remarks : Keterangan parameter gempabumi
Begin of Astronomical : waktu saat cahaya matahari mulai terlihat di ufuk walaupun
Twilight
matahari masih berada di bawah horison
End of astronomical : saat cahaya matahari sudah tidak terlihat lagi di langit,
twilight
kurang lebih 1.5 jam setelah matahari terbenam (isya’)
transit : posisi saat matahari berada pada titik kulminasi atas
(dzuhur)
konjungsi : peristiwa ketika bujur ekliptika Bulan sama dengan bujur
ekliptika Matahari dengan pengamat diandaikan berada di
pusat Bumi

iv
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stasiun Geofisika Nganjuk merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis dari Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika di daerah yang mempunyai tugas pokok dan fungsi
untuk melaksanakan pengamatan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika khususnya
pengamatan gempa bumi, listrik udara dan observasi udara permukaan. Stasiun Geofisika
Nganjuk berdiri tahun 1976, dan terletak di lereng gunung wilis Sedudo, Kecamatan
Sawahan, Kabupaten Nganjuk pada koordinat 111.76 BT dan 7.75 LS dengan ketinggian
675 m diatas permukaan laut.
Peralatan yang pertama kali yang dipasang adalah seismographSPS-112 K
(Telemetri) pada tahun 1976, kemudian pada tahun 1986 ditambah dengan peralatan
seismograph SPS-28 K. Pada tahun 1995 BMKG Stasiun Geofisika Nganjuk memulai
pengamatan udara permukaan dengan ditandai pemasangan peralatan meteorologi dan
klimatologi, seperti penakar hujan, anemometer, termometer, barometer, panci penguapan,
dan campbell stockes. Pengamatan udara permukaan tersebut meliputi unsur-unsur cuaca
seperti suhu udara, tekanan udara, kecepatan angin, penguapan, curah hujan dan lama
penyinaran matahari. Pengamatan tersebut berlangsung selama 13 jam sehari.
Sejak tahun 2007 peralatan pengamatan gempabumi beralih menggunakan sistim
digital yaitu dengan seismograph short period TDS-303, 3 komponen menggantikan SPS
28K yang masih menggunakan sistem analog. Peralatan ini dikhususkan untuk mengamati
kejadian gempa dalam skala lokal. Selain dari pada itu digunakan pula WGSN plot untuk
analisis broad band seimometer jaringan gempa bumi LIBRA untuk membantu pemantauan
gempa bumi baik lokal maupu tele. Pada tahun 2008 dipasang Lightning Detector untuk
melakukan pemantauan aktivitas kejadian petir (listrik udara). Peralatan ini merekam
aktivitas petir selama 24 jam sehari, sehingga sangat berguna terutama untuk memberikan
informasi daerah rawan kejadian petir ataupun dapat digunakan untuk klaim asuransi.
Pada tahun 2014 pengamatan gempabumi di Stasiun Geofiska Nganjuk mulai
menggunakan sistem multi station dengan dipasangnya software analisis JISView. Software
ini merupakan softrware akuisisi dan analisis semi realtime yang dapat digunakan utnuk
menentukan parameter gempa bumi dan mekanisme patahan dari suatu sumber gempa
bumi (focal mechanism).

1
1.2 Tujuan
Buletin bulanan meteorologi,klimatologi,dan geofisika ini disusun dengan tujuan sebagai
berikut :
a. Laporan kegiatan pengamatan, pengolahan dan analisis kejadian gempabumi bulan
September 2023 . Informasi ini berguna untuk mengetahui bahaya dan dampak dari
kejadian gempabumi di wilayah Pulau Jawa, khususnya Jawa Timur dengan
membuat klasifikasi berdasarkan magnitudo, kedalaman, jarak serta intensitas
guncangan yang dirasakan oleh masyarakat.
b. Sebagai salah satu upaya mitigasi peringatan dini agar masyarakat bisa terhindar
dari dampak gempabumi dan tsunami.
c. Memberikan data informasi meteorologi,klimatologi khususnya unsur-unsur cuaca
yang terjadi selama bulan September 2023 .
d. Memberikan informasi waktu terbit dan terbenam matahari di wilayah Kabupaten
Nganjuk.

2
BAB II. AKTIVITAS GEMPABUMI DAN TSUNAMI

2.1 Teori gempabumi


Gempabumi adalah peristiwa bergetarnya bumi akibat pelepasan energi di dalam
bumi secara tiba-tiba yang ditandai dengan patahnya lapisan batuan pada kerak bumi.
Akumulasi energi penyebab terjadinya gempabumi dihasilkan dari pergerakan lempeng-
lempeng tektonik. Energi yang dihasilkan dipancarkan ke segala arah berupa gelombang
gempa bumi sehingga efeknya dapat dirasakan sampai ke permukaanbumi.
Menurut teori lempeng tektonik, permukaan bumi terpecah menjadi beberapa
lempeng tektonik besar. Lempeng tektonik adalah segmen keras kerak bumi yang
mengapung di atas astenosfer yang cair dan panas. Oleh karena itu, maka lempeng tektonik
ini bebas untuk bergerak dan saling berinteraksi satu sama lain. Daerah perbatasan
lempeng-lempeng tektonik, merupakan tempat-tempat yang memiliki kondisi tektonik yang
aktif, yang menyebabkan gempabumi, gunung berapi dan pembentukan dataran tinggi.
Zona batas antara lempeng dapat diklasifikan menjadi 3 tipe, yaitu :
a. Divergen yaitu dimana zona batas antara lempeng ketika dua lempeng yang
berdekatan bergerak saling menjauhi. Pada zona ini dikenal dengan istilah sea floor
spreading dimana terbentuk kerak bumi yang abru akibat keluarnya magma dalam
bumi yang muncul ke permukaan. Zona ini biasanya terletak di laut antara dua
lempeng samudera.
b. Konvergen yaitu zona pertemuan antara dua lempeng yang bergerak saling
mendekat. Apabila dua lempeng yang bertemu antara kerak samudera dan benua
maka kerak samudera akan menunjam ke dalam kerak benua karena rapat massa
yang lebih besar. Hal ini seperti pada zona tunjaman (subduction zone) lempeng Indo
Australia dan Eurasia di Selatan Jawa. Apabila kedua lempeng yang bertemu
merupakan kerak benua maka akan terbentuk pegunungan seperti di Himalaya
(collision zone).
c. Transform yaitu zona pertemuan antara dua patahan dimana antara patahan yang
satu dengan yang lainnya saling bergesekan satu sama lain secara horizontal. Zona
pertemuan transformasi ini terdapat seperti pada sesar geser Sumatera.

3
Gambar 2.1 Tipe Batas Lempeng (A. Divergen, B. Transform, C. Konvergen (Subduction)
D. Konvergen (Collision))

2.2. Seismisitas Jawa Timur


Pulau Jawa merupakan salah satu wilayah Indonesia yang rawan terkena bencana
gempa bumi. Hal ini disebabkan karena Pulau Jawa terletak dekat dengan zona perbatasan
lempeng Indo-Australia(kerak samudera) dan Eurasia (kerak benua) yang terletak di selatan
Pulau Jawa (Samudera Hindia). Pada zona ini terjadi tumbukan antara lempeng Indo-
Australia yang menyusup/menunjam ke bawah lempeng Eurasia. Penunjaman ini
mengakibatkan wilayah Pulau Jawa sering dilanda gempa bumi yang berasal dari selatan
Jawa. Zona bidang penunjaman lempeng ini semakin keutara semakin dalam, hal ini pulalah
yang menyebabkan kejadian gempa bumi yang terjadi, pada umumnya semakin ke utara
Jawa merupakan kejadian gempa bumi kategori menengah atau dalam (>60 km). Gempa
akibat zona penunjaman ini dapat menimbulkan tsunami apabila gempa bumi terjadi di laut,
skala kekuatannya M > 7, kedalamnnya dangkal < 60 km, dan pola mekanisme patahannya
naik atau turun.
Selain dari zona penunjaman lempeng tersebut sumber gempa bumi lainnya untuk
wilayah Pulau Jawa berasal dari sesar (fault) yang berada di darat. Sesar-sesarini
merupakan akibat dari aktivitas pergerakan lempeng tektonik, sehingga menyebabkan
lempeng kerak benuasobek. Sobekan ini sering mengakibatkan kejadian gempa bumi
dengan kedalaman dangkal sehingga gempa bumi akibat sesar patahan (fault) cenderung
lebih berbahaya karena lokasinya berada di darat dekat dengan pemukiman penduduk.
Di Pulau Jawa terdapat beberapa sesar yang sudah didefinisikan secara baik, yaitu
sesar Cimandiri dan Lembang di Jawa Barat, sesar Opak di Yogyakarta, sesar Pati dan
4
Lasem di utara Jawa Tengah. Sesar-sesar tersebut sudah diperhitungkan dalam
penyusunan peta rawan bencana gempa bumi 2010, baik lokasi, kecepatan (slip rate), dip,
dan panjang patahan. Pada tahun 2016 kemarin telah dilakukan updating peta hazard
gempa bumi untuk wilayah Indonesia. Di JawaTimur terdapat sumber gempa baru yang
teridentifikasi yaitu sesar Kendeng yang memanjang dari Kendeng hingga Surabaya
Berdasarkan peta pemutakhiran hazard gempa bumi 2016 wilayah Jawa Timur dibagi
dalam 3 zona gempa.
a. Daerah Rawan I
Daerah ini merupakan wilayah yang paling rawan di Jawa Timur, dengan nilai
percepatan anatara 0.25-0.30 g pada kondisi PGA (untuk peluang terlampaui 10%
dalam kurun waktu 50 tahun. Wilayah inimeliputi wilayah Selatan Jawa Timur bagian
barat antara lain Pacitan, Trenggalek, Tulungagung, dan Blitar.
b. Daerah Rawan II
Daerah ini merupakan wilayah rawan ke II di Jawa Timur, dengan nilai percepatan
antara 0.20-0.25 g pada kondisi PGA untuk peluang terlampaui 10% dalam kurun
waktu 50 tahun. Wilayah ini meliputi sebagian besar wilayah bagian tengah Jawa
Timur, seperti Ngawi, Madiun, Nganjuk, Jombang, Kediri, Malang, Mojokerto,
Pasuruan, Banyuwangi, Lumajang, Jember.
c. Daerah Rawan III
Daerah ini merupakan wilayah rawan ke III di Jawa Timur, atau wilayah yang relatif
lebih aman dibandingkan daerah lainnya, dengan nilai percepatan antara 0.15-0.20 g
pada kondisi PGA untuk peluang terlampaui 10% dalam kurun waktu 50 tahun.
Wilayah ini meliputi sebagian besar wilayah bagian utara Jawa Timur, seperti Tuban,
Lamongan, Gresik, Surabaya, Probolinggo, Bondowoso, Banyuwangi dan Madura.

5
Gambar 2.2 Peta Pemutakhiran Hazard Gempa Bumi 2016

2.3. Statistik GempaBumi Bulan September 2023


Selama September 2023 tercatat sebanyak 419 kali kejadian gempabumi dengan
magnitudo M antara 1-5, kedalaman sumber gempa terbanyak pada kedalaman dangkal
(<60 Km).

Tabel 2.1. Jumlah kejadian gempabumi Bulan September 2023


Dekade Jumlah kejadian gempabumi
Dekade 1 151
Dekade 2 123
Dekade 3 145
Total 419 Kejadian

6
Gambar 2.3. Jumlah kejadian gempabumi per dekade

Gambar 2.4. Persentase jenis gempa bumi tercatat

7
2.3.1 Gempa Bumi Berdasarkan Magnitudo
Tabel 2.2. Jumlah gempabumi Bulan September 2023 berdasarkan magnitudo
Magnitudo
Dekade Jumlah
1.0 – 3.0 3.0 – 4.0 4.0 – 5.0 5.0 – 6.0 6.0 – 7.0 >7.0
Dekade 1 121 26 4 0 - - 151
Dekade 2 83 35 4 1 - - 123
Dekade 3 119 25 1 0 - - 145
Total 323 86 9 1 - - 419

Gambar 2.5. Jumlah gempabumi per dekade September 2023 berdasarkan magnitudo

Gambar 2.6. Jumlah frekuensi gempabumi September 2023 berdasarkan magnitudo

8
2.3.2 Gempa Bumi Berdasarkan Kedalaman

Tabel 2.3.Jumlah gempabumi bulan September 2023 berdasarkan hiposenter

Gempabumi
Dekade dangkal menengah dalam Jumlah
(h<60 km) (60≤h≤300) (h>300 km)
Dekade I 128 23 0 151
Dekade II 101 21 1 123
Dekade III 118 27 0 145
Total 347 71 1 419

Gambar 2.7. Jumlah gempabumi per dekade September 2023 berdasarkan kedalaman

Gambar 2.8. Jumlah gempabumi Bulan September 2023 berdasarkan kedalaman

9
2.3.3 Gempa Bumi Dirasakan
Tabel 2.4.Jumlah gempabumi per dekade berdasarkan dirasakan dan tidak dirasakan

Gempabumi
Dekade Tidak
Dirasakan
Dirasakan
Dekade I 150 1
Dekade II 122 1
Dekade III 144 1
Total 416 3

Gambar 2.9. Jumlah Gempabumi per dekade September 2023 berdasarkan dirasakan

Gambar 2.10. Jumlah Gempabumi September 2023 berdasarkan dirasakan dan tidak
dirasakan
10
BAB III. BULETIN GEMPABUMI DAN TSUNAMI

Selama bulan September 2023 total terjadi gempabumi di daerah Jawa Timur dan
sekitarnya sebanyak 419 kejadian dan terjadi 3 kali kejadian gempabumi dirasakan.
Gempabumi yang terjadi selama bulan September 2023 didominasi oleh
gempabumi dangkal pada kedalaman kurang dari 60 km dengan kekuatan magnitudo M < 3.
Selama bulan September terjadi gempabumi dirasakan di wilayah Jawa Timur dan
sekitarnya sebanyak 3 kejadian. Berikut data kejadian gempabumi dirasakan tersebut :

1. Gempabumi tanggal 5/9/2023 pukul 21:35:54 WIB, M 4.7 Kedlmn: 10 km, 76 km


Tenggara Cilacap-Jawa Tengah. Dirasakan di Pangandaran dengan skala III MMI
(Getaran dirasakan seperti truk yang melintas), di Garut dan Tasikmalaya dengan skala
II-III MMI dan di Cilacap dan Bantul dengan skala II MMI (Getaran dirasakan sedikit
orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang)
2. Gempabumi tanggal 13/9/2023 pukul 12:34:31 WIB, M 5.3 Kedlmn:666 km, 90 km Barat
Laut Jepara-Jawa Tengah. di daerah Jepara dan Kendal dengan skala intensitas II MMI
(Getaran sedikit orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang).
3. Gempabumi tanggal 28/9/2023 pukul 01:19:17 WIB, M 2.6 Kedlmn:7 km, 26 km Barat
Daya Kendal – Jawa Tengah. daerah Kendal dengan skala intensitas II MMI (Getaran
sedikit orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang).

11
Gambar 3.1 Peta Seismisitas Bulan September 2023 Stasiun Geofisika Nganjuk (Regonal VII)
12
BAB IV. GEMPABUMI SIGNIFIKAN DAN MERUSAK

Selama bulan September 2023 telah terjadi gempabumi signifikan di wilayah


Jawa Timur dan sekitarnya sebanyak 3 kali kejadian. Adapun gempabumi signifikan
selama bulan September 2023 di wilayah Jawa Timur dan sekitarnya adalah sebagai
berikut:
1. Gempabumi tanggal 5/9/2023 pukul 21:35:54 WIB, M 4.7 Kedlmn: 10 km, 76 km
Tenggara Cilacap-Jawa Tengah. Adapun parameternya seperti yang dijelaskan
dalam Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Kejadian Gempa Bumi Dirasakan
Jam Bujur Lintang Kedalaman
Tanggal Magnitudo Intensitas
(WIB) (°) (°) (km)
Pangandaran III MMI, Garut dan
05-Sep-23 21:35:54 109.05 -8.41 4.7 10 Tasikmalaya II-III MMI, Cilacap
dan Bantul II MMI

Dampak gempabumi tersebut berdampak dan dirasakan di Pangandaran


dengan skala III MMI (Getaran dirasakan seperti truk yang melintas), di Garut dan
Tasikmalaya dengan skala II-III MMI dan di Cilacap dan Bantul dengan skala II MMI
(Getaran dirasakan sedikit orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang).
Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempabumi tersebut tidak berpotensi tsunami.

Gambar 4.1 Peta Shakemap gempabumi Cilacap Jawa Tengah

13
2. Gempabumi tanggal 13/9/2023 pukul 12:34:31 WIB, M 5.3 Kedlmn:666 km, 90 km
Barat Laut Jepara-Jawa Tengah. Adapun parameternya seperti yang dijelaskan
dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Kejadian Gempa Bumi Dirasakan
Jam Bujur Lintang Kedalaman
Tanggal Magnitudo Intensitas
(WIB) (°) (°) (km)
13-Sep-23 12:34:31 110.09 -6.02 5.3 666 Jepara dan kendal II MMI

Dampak gempabumi tersebut berdampak dan dirasakan di daerah Jepara dan


Kendal dengan skala intensitas II MMI (Getaran sedikit orang, benda-benda ringan
yang digantung bergoyang). Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempabumi
tersebut tidak berpotensi tsunami.

Gambar 4.2 Peta Shakemap gempabumi Jepara Jawa Tengah

14
3. Gempabumi tanggal 28/9/2023 pukul 01:19:17 WIB, M 2.6 Kedlmn:7 km, 26 km
Barat Daya Kendal – Jawa Tengah. Adapun parameternya seperti yang dijelaskan
dalam Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Kejadian Gempa Bumi Dirasakan
Jam Bujur Lintang Kedalaman
Tanggal Magnitudo Intensitas
(WIB) (°) (°) (km)
28-Sep-23 01:19:17 110.02 -7.08 2.6 7 Kendal II MMI

Dampak gempabumi tersebut berdampak dan dirasakan di daerah Kendal


dengan skala intensitas II MMI (Getaran sedikit orang, benda-benda ringan yang
digantung bergoyang). Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempabumi tersebut
tidak berpotensi tsunami.

Gambar 4.3 Peta Shakemap gempabumi Kendal Jawa Tengah

15
BAB V. INFORMASI PETA KERAPATAN DAN SAMBARAN PETIR

Selama bulan September 2023 di wilayah Kab. Nganjuk dan sekitarnya tidak
terdapat kejadian sambaran petir, sehingga tampak clear peta kerapatan sambaran
petir pada periode tersebut. Hal ini mengingat saat ini wilayah Nganjuk dan sekitarnya
masih dalam musim kemarau. Adapun sebaran kerapan sambaran petir bulan
September tahun 2023 disajikan dalam Gambar 5.1.

Gambar 5.1 Peta Kerapatan Sambaran Petir Wilayah Nganjuk Bulan September 2023

16
Selama bulan September 2023 tidak terdapat sambaran petir di wilayah Kab.
Nganjuk dan sekitarnya, sehingga tampak clear pada peta sambaran petir seperti
dijelaskan pada peta sambaran petir maksimum sebagai berikut:

Gambar 5.2 Peta Sambaran Petir Maksimum Wilayah Kab. Nganjuk dan Sekitarnya
September 2023

17
BAB VI. INFORMASI TANDA WAKTU

6.1 Informasi terbit dan terbenam matahari


Pada tabel di bawah ini disajikan waktu terbit dan terbenam matahari untuk
wilayah Kabupaten Nganjuk. Begin of Astronomical Twilight adalah waktu saat cahaya
matahari mulai terlihat di ufuk walaupun matahari masih berada di bawah horison. Hal
ini biasa dikenal dengan istilah fajar shadiq (subuh). End of astronomical twilight
adalah saat cahaya matahari sudah tidak terlihat lagi di langit, kurang lebih 1.5 jam
setelah matahari terbenam (isya’). Sedangkan transit adalah posisi saat matahari
berada pada titik kulminasi atas (dzuhur).
Tabel 6.1 Informasi terbit terbenam Matahari Bulan Oktober 2023 Kab. Nganjuk
Begin End
Tanggal Astron. Terbit Azimuth Transit Terbenam Az. Astron.
Twilight Twilight
1 Oktober 2023 4:08 5:17 93 11:22 17:27 267 18:37
2 Oktober 2023 4:07 5:17 94 11:22 17:27 266 18:37
3 Oktober 2023 4:07 5:16 94 11:22 17:27 266 18:37
4 Oktober 2023 4:06 5:16 94 11:21 17:27 266 18:37
5 Oktober 2023 4:06 5:15 95 11:21 17:27 265 18:36
6 Oktober 2023 4:05 5:15 95 11:21 17:27 265 18:36
7 Oktober 2023 4:05 5:14 95 11:20 17:27 264 18:36
8 Oktober 2023 4:04 5:14 96 11:20 17:27 264 18:36
9 Oktober 2023 4:03 5:13 96 11:20 17:26 264 18:36
10 Oktober 2023 4:03 5:13 97 11:20 17:26 263 18:36
11 Oktober 2023 4:02 5:12 97 11:19 17:26 263 18:36
12 Oktober 2023 4:02 5:12 97 11:19 17:26 262 18:36
13 Oktober 2023 4:01 5:11 98 11:19 17:26 262 18:36
14 Oktober 2023 4:01 5:11 98 11:19 17:26 262 18:37
15 Oktober 2023 4:00 5:11 98 11:18 17:26 261 18:37
16 Oktober 2023 4:00 5:10 99 11:18 17:26 261 18:37
17 Oktober 2023 3:59 5:10 99 11:18 17:26 261 18:37
18 Oktober 2023 3:59 5:09 100 11:18 17:26 260 18:37
19 Oktober 2023 3:58 5:09 100 11:17 17:26 260 18:37
20 Oktober 2023 3:58 5:08 100 11:17 17:26 259 18:37
21 Oktober 2023 3:57 5:08 101 11:17 17:26 259 18:37
22 Oktober 2023 3:57 5:08 101 11:17 17:26 259 18:37
23 Oktober 2023 3:56 5:07 101 11:17 17:26 258 18:37
24 Oktober 2023 3:56 5:07 102 11:17 17:26 258 18:38
25 Oktober 2023 3:55 5:07 102 11:17 17:26 258 18:38
26 Oktober 2023 3:55 5:06 102 11:16 17:27 257 18:38
27 Oktober 2023 3:55 5:06 103 11:16 17:27 257 18:38
28 Oktober 2023 3:54 5:06 103 11:16 17:27 257 18:38
29 Oktober 2023 3:54 5:06 103 11:16 17:27 256 18:39
30 Oktober 2023 3:53 5:05 104 11:16 17:27 256 18:39
31 Oktober 2023 3:53 5:05 104 11:16 17:27 256 18:39
Sumber : MICA (Multiyear Interactive Computer Almana), US Naval Observatory
18
6.2 Informasi Hilal Saat Matahari Terbenam Penanda
Rabiulakhir 1445 H

Konjungsi geosentrik atau konjungsi atau ijtima’ akan kembali terjadi pada hari
Ahad, 15 Oktober 2023 M, pukul 00:55:07 WIB. Berdasarkan data konjungsi yang
terjadi sebelum matahari terbenam tanggal 15 Oktober 2023, maka rukyat dapat mulai
dilakukan tanggal 15 Oktober 2023. Sedangkan yang berpedoman hisab perlu
diperhitungkan kriteria-kriteria hisab saat matahari terbenam tanggal 15 Oktober 2023.

Pada gambar 6.1 ditampilkan ketinggian Hilal pada tanggal 15 Oktober 2023
wilayah dunia sedangkan gambar 6.2 ditampilkan ketinggian hilal tanggal 15 Oktober
2023 untuk wilayah Indonesia. Tinggi Hilal yang ditampilkan pada gambar tersebut
dinyatakan sebagai ketinggian pusat piringan Bulan dari horizon-teramati dengan
elevasi pengamat dianggap 0 meter dpl dan efek refraksi atmosfer standar telah
diikutsertakan dalam perhitungan.

Ketinggian Hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 15 Oktober 2023


berkisar antara 5.0° di Merauke, Papua sampai dengan 6.2° di Banten, sedangkan
untuk wilayah Jawa Timur sendiri ketinggian hilal pada tanggal 16 September 2023
berkisar antara 5.8°.

19
Gambar 6.1 Peta Ketinggian Hilal 14 Oktober 2023 untuk wilayah global

20
Gambar 6.2 Peta Ketinggian Hilal 15 Oktoberber 2023 untuk wilayah Indonesia

21
BAB VII. INFORMASI UNSUR CUACA / IKLIM

7.1 DINAMIKA ATMOSFER


Kondisi cuaca yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh sirkulasi umum angin
global, regional, dan lokal. Dengan letak Indonesia yang diapit oleh dua benua dan
samudera yang wilayahnya terdiri dari 2/3 perairan (lautan) dan 1/3 kepulauan
(daratan) merupakan daerah yang mendapatkan aliran uap air cukup banyak dalam
kondisi normal. Interaksi yang saling mempengaruhi antara sirkulasi umum tersebut
dapat menentukan kondisi cuaca yang akan terjadi.

7.1.1 Dipole Mode Index (DMI)


Fenomena DMI ditandai dengan adanya interaksi laut-atmosfer di Samudera
Hindia, dimana terjadi penurunan suhu muka laut dari keadaan normalnya di
Samudera Hindia tropis bagian timur (pantai barat Sumatera) dan kenaikan temperatur
dari normalnya di Samudera Hindia tropis bagian barat atau bagian timur Afrika.

Gambar 7.1 Dipole Mode Index

Bulan September 2023 akhir analisis DMI dalam kondisi positif +1,45, tidak signifikan
pengaruhnya terhadap penambahan suplai uap air di wilayah Indonesia yang berasal
dari Samudera Hindia barat Sumatera. Diprediksi DMI akan bernilai positif hingga akhir
tahun 2023 yang berpengaruh terhadap berkurangnya hujan di wilayah Indonesia.

7.1.2 El-Nino Southern Oscillation (ENSO)


Secara umum para ahli membagi ENSO menjadi ENSO hangat (El-Nino) dan
ENSO dingin (La-Nina). Kondisi tanpa kejadian ENSO biasanya disebut sebagai
kondisi normal. Referensi penggunaan kata hangat dan dingin adalah berdasarkan

22
pada nilai anomali suhu permukaan laut (SPL) di daerah NINO3.4 di Samudera Pasifik
dekat ekuator bagian tengah dan timur.

Gambar 7.2 El-Nino Southern Oscillation (ENSO)

Anomali suhu muka laut di Nino 3.4 di akhir bulan September 2023 sebesar +1.45
menunjukkan kondisi el nino moderate. Banyak lembaga iklim dunia memprediksikan
kondisi el nino moderate akan berlangsung hingga periode DJF atau Desember 2023,
Januari dan Februari 2024.

7.1.3 Suhu Muka Laut (SST)


Laut adalah sumber uap air utama dalam pembentukan awan, oleh karena itu
peningkatan suhu muka laut sangat banyak pengaruhnya. Memanasnya SST disekitar
Indonesia akan sangat berpengaruh terhadap suplai uap air.

Gambar 7.3 SST SST Bulan September dan Prediksi Bulan Oktober

Anomali Suhu perairan Indonesia bulan September 2023 menunjukkan kondisi dingin
hingga hangat. Wilayah utara lebih hangat dibandingkan wilayah selatan katulistiwa,
sedangkan untuk bulan Oktober 2023 diprediksi anomali SST di perairan Indonesia
didominasi kondisi yang dingin.

7.1.4 Madden Jullian Oscillation (MJO)


MJO merupakan suatu gelombang atau osilasi sub musiman yang terjadi di
lapisan troposfer wilayah tropis dengan cakupan daerah 100 LU – 100 LS. Pada masa

23
aktif, MJO ditandai dengan pergeseran suatu wilayah banyak hujan lebat (konveksi
kuat) dan wilayah kurang hujan (konveksi terhambat) di daerah tropis. Metode yang
digunakan adalah dengan Out Going Long Wave Range (OLR), radiasi gelombang
panjang keluar (OLR) sering digunakan sebagai cara untuk mengidentifikasi tinggi,
tebal, awan hujan konvektif.

Gambar 7.4 Prediksi Fase MJO

Analisis akhir September 2023 MJO tidak aktif atau dalam kondisi netral dan diprediksi
tetap tidak aktif hingga pertengahan bulan Oktober. Berdasarkan peta prediksi spasial
anomali OLR hingga pertengahan bulan Oktober wilayah Indonesia tidak menunjukkan
adanya aktivitas konvektif atau potensi terjadinya awan - awan hujan sangat kecil.

7.1.5 Monsun
Monsun merupakan angin yang bertiup sepanjang tahun dan berganti arah dua
kali dalam setahun. Monsun merupakan sistem sirkulasi regional yang mempunyai
variasi musiman, dengan adanya gerak semu matahari terhadap bumi secara periodik
di belahan bumi utara dan selatan menyebabkan angin di wilayah Indonesia sangat
dipengaruhi oleh adanya perbedaan sel tekanan tinggi dan sel tekanan rendah di
benua Asia dan Australia secara bergantian.

Gambar 7.5 Vektor Angin Lapisan 850mb


24
Aliran masa udara bulan September 2023 hampir seluruh wilayah Indonesia
didominasi oleh angin timuran, diprediksikan di bulan oktober 2023 monsun Australia
tetaf aktif dan angin timuran masih akan mendominasi wilayah Indonesia.

Gambar 7.6 Monsun Asia dan Australia

Monsun Asia tidak aktif dan monsun Australia akhir September 2023 tetap aktif dengan
intensitas kuat dan diprediksi berlangsung hingga akhir bulan Oktober. Monsun Asia
mendukung pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia, sedangkan monsun
Australia membawa udara dingin yang sifatnya kering.

Gambar 7.7 Komponen Angin Zonal dan Meridional

Dilihat dari pola angin zonal (timur-barat) angin timuran mendominasi seluruh wilayah
Indonesia. Sedangkan jika dilihat dari pola angin meridional (Utara-Selatan) wilayah
Indonesia didominasi oleh angin dari selatan.

7.1.6 Indek Cold Surge


Indek Cold Surge sering disebut Seruakan dingin (gelombang dingin Asia)
adalah aliran udara dingin yang berasal dari daratan Asia Timur bergerak menuju ke
arah tenggara dan dapat mencapai Laut China Selatan dengan lama penjalaran sekitar
72 jam. Fenomena ini dapat diketahui jika perbedaan tekanan udara permukaan di
Stasiun Meteorologi Gushi (30° LU 115° BT) dengan tekanan udara di Hongkong (22°

25
LU 114° BT) lebih dari atau sama dengan 10 mb maka dapat dikatakan telah terjadi
seruakan dingin di Belahan Bumi Utara (BBU).

Gambar 7.8 Indek Cold Surge

Indek Cold Surge terakhir sebesar 6,7 atau kurang singnifikan. Indek Cold Surge
mengindikasikan adanya seruakan dingin yang menjadi indikator monsun dingin Asia
yang bisa memberikan pengaruh terhadap kondisi cuaca di Indonesia.

7.2 PARAMETER CUACA


Data parameter cuaca yang teramati di Stasiun Geofisika Nganjuk bulan
September 2023 adalah sebagai berikut:

7.2.1 CURAH HUJAN


Pengamatan curah hujan dilakukan dengan alat penakar hujan type
observatory untuk mengukur jumlah curah hujan dan type Hellman untuk mengetahui
besarnya intensitas hujan kurun waktu 24 jam.Curah hujan 1 mm artinya banyaknya
hujan yang jatuh ke permukaan tanah dan jika diukur setinggi 1 mm, tanpa ada yang
meresap, mengalir (run-off) dan menguap. Apabila dikonversi, maka dalam satuan luas
permukaan tanah 1 m2 tertampung jumlah hujan sebanyak 1 liter.

Gambar 7.9 Grafik Curah Hujan Bulan September 2023

Selama bulan September 2023 tidak tercatat hujan yang turun (0,0 mm) di Stasiun
Geofisika Nganjuk.

26
7.2.2 SUHU UDARA
Suhu juga disebut temperatur yang diukur dengan alat termometer. Pengamatan suhu
udara meliputi suhu minimum, maksimum dan harian. Pembacaan thermometer
minimum tiap pagi jam 07.00 WIB, pembacaan thermometer maksimum tiap jam 19.00
WIB dan suhu udara harian pembacaannya tiap jam dengan thermometer bola kering
dan bola basah.

Gambar 7.10 Grafik Suhu Udara Bulan September 2023

Suhu udara rata-rata bulan September 2023 berkisar 22,5 – 27,0ºC. Suhu udara
maksimum absolut terjadi pada tanggal 30 September sebesar 32,6ºC sedangkan
suhu udara minimum absolut terjadi pada tanggal 3 September sebesar 17,6ºC.
.
7.2.3 TEKANAN UDARA
Tekanan udara merupakan tenaga yang bekerja untuk menggerakkan massa
udara dalam setiap satuan luas tertentu. Diukur dengan menggunakan barometer,
dinyatakan dalam milibar (mb).

Gambar 7.11 GrafikTekanan Udara Bulan September 2023

27
Tekanan udara rata rata pada bulan September 2023 adalah 1016,4 mb. Tekanan
udara tertinggi 1017,4 mb terjadi pada tanggal 30 September, sedangkan tekanan
udara terendah 1014,7 mb terjadi tanggal 4 September 2023.

7.2.4 KELEMBABAN UDARA


Kelembaban udara adalah banyaknya kandungan uap air di atmosfer. Diukur
berdasarkan perbandingan antara thermometer bola basah dan bola kering.
Kelembaban atau relative humidity mencerminkan nilai perbandingan antara tekanan
uap air yang ada pada saat pengukuran dan besarnya tekanan uap air maksimum
yang dapat dicapai pada suhu dan tekanan udara pada saat itu.

Gambar 7.12 Grafik Kelembaban Udara Bulan September 2023

Pada bulan September 2023 Kelembaban Udara rata-rata 57 - 75%. Kelembapan


maksimum tercatat 82% tanggal 16 September, sedangkan kelembapan minimum
tercatat pada tanggal 23 September sebesar 40%.

7.2.5 PENGUAPAN
Penguapan diukur dengan open pan evaporimeter. Besarnya penguapan
dinyatakan dengan bilangan dalam millimeter yang menyatakan banyaknya air yang
hilang karena menguap melalui tiap satuan luas tiap satuan waktu.

28
Gambar 7.13 Grafik Penguapan Bulan September 2023

Nilai rata-rata penguapan yang terukur pada bulan September 2023 sebesar 5,4 mm.
Penguapan maksimum sebesar 9,0 mm terjadi pada tanggal 28 September dan
bernilai minimum pada tanggal 9 dan 18 September sebesar 2,0 mm.

7.2.6 MATAHARI
Penyinaran matahari diukur dengan alat Campbell stockes, perhitungan lama
penyinaran berdasarkan jejak pias yang terbakar selama 12 jam yaitu mulai pukul
07.00 WIB -18.00 WIB.

Gambar7.14 Grafik Penyinaran Matahari Bulan September 2023

Rata-rata lama penyinaran matahari pada bulan September 2023 adalah 8,6 jam/hari.
Lama penyinaran tertinggi 10,4 jam/hari pada tanggal 14 September, sedangkan
penyinaran matahari terendah 4,7 jam/hari tanggal 18 September 2023.

7.2.7 ANGIN
Angin adalah udara yang bergerak dari tempat bertekanan udara tinggi ke
bertekanan udara rendah. Untuk mengetahui arah dan kecepatan angin digunakan alat

29
Anemometer. Satuan yang biasa digunakan dalam menentukan kecepatan angin
adalah km/jam atau knot (1 knot = 0,5148 m/det = 1,854 km/jam). Sistem penamaan
angin dihubungkan dengan arah datangnya massa udara tersebut.

Gambar 7.15 Prosentase Arah dan Kecepatan Angin Bulan September 2023

Pada gambar Windrose bulan September di atas menunjukkan bahwa angin terbanyak
yang terjadi pada bulan September berasal dari arah Barat Daya dengan kecepatan
angin maksimum 12 knot.

Gambar 7.16 Distribusi Frekuensi Angin Bulan September 2023

Sedangkan untuk distribusi frekuensi kejadian didominasi angin dengan kecepatan 0-4
knot sebesar 97,9%. Selengkapnya distribusi berdasarkan frekuensinya adalah
sebagai berikut:
▪ calm sebesar 3,3%,
▪ 0 - 4 knots sebesar 97,9%,
▪ 4 - 7 knots sebesar 6,5%,

30
▪ 7 - 11 knots sebesar 1,5%,
▪ 11 - 17 knot sebesar 0,3%,
▪ 17 - 21 knot sebesar 0,0% dan
▪ >= 22 knot sebesar 0,0%.

31
BAB VIII. KESIMPULAN

1. Sumber gempa bumi dominan untuk wilayah Pulau Jawa khususnya Jawa
Timur didominasi dari subduksi megathrust.
2. Pada bulan September 2023 terjadi gempabumi sebanyak 419 kali, kedalaman
rata rata dangkal (H < 60 km). sedangkan jumlah gempabumi dirasakan
sebanyak 3 kali dengan skala intensitas II-III MMI.
3. Konjungsi atau ijtima sebagi penanda awal bulan Rabiulakhir 1445 H terjadi
pada hari Ahad, tanggal 15 Oktober 2023 pada jam 00:55:07 WIB atau
sebelum matahari terbenam, sehingga bagi yang berpedoman rukyat, rukyat
mulai dapat dilakukan pada tanggal 15 Oktober 2023. Untuk wilayah Jawa
Timur, pada tanggal 15 Oktober 2023 ketinggian hilal berkisar 5.8°.
4. Selama bulan September 2023 tidak terjadi sambaran petir di wilayah Kab.
Nganjuk dan sekitarnya, sehingga tampak clear pada peta kerapatan dan
sambaran petir di wilayah Kab. Nganjuk dan sekitarnya pada periode bulan
September 2023.
5. Kabupaten Nganjuk dengan kondisi topografi disebelah barat daya merupakan
deretan pegunungan Wilis dengan ketinggian 1000 – 2300 mdpl, bagian tengah
dataran rendah dengan ketinggian 60 – 140 mdpl dan bagian utara merupakan
deretan pegunungan Kendeng dengan ketinggian 60 -300 mdpl dapat
menghasilkan interaksi sirkulasi lokal yaitu angin lembah dan gunung. Secara
klimatologisnya untuk wilayah Nganjuk bulan Oktober 2023 masih memasuki
musim kemarau dan dengan melihat perkembangan dinamika atmosfer di
sekitar wilayah Indonesia, Jawa Timur dan kabupaten Nganjuk khususnya,
dapat disimpulkan bahwa wilayah kabupaten Nganjuk hanya berpeluang hujan
dengan intensitas ringan ( <50 mm/bulan).
6. Dihimbau kepada masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana agar
mewaspadai peluang cuaca ekstrim saat musim kemarau terutama bagi
wilayah yang rawan berdampak kekringan, kebakaran serta fenomena lain yang
merusak.

32
Lampiran 1. Klasifikasi Gempabumi

1. Klasifikasi gempabumi berdasarkan magnitudo


No. Klasifikasi Gempabumi Magnitudo
1 Gempabumi Hebat (great) M >7,0
2 Gempabumi Besar (major) 6,0 - 7,0
3 Gempabumi Kuat (strong) 5,0 - 6,0
4 Gempabumi Sedang (moderate) 4,0 - 5,0
5 Gempabumi Ringan (light) 3,0 - 4,0
6 Gempabumi Kecil (minor) 1,0 - 3,0
(Sumber: Michigan Technological University)

2. Klasifikasi gempabumi berdasarkan kedalaman hiposenter


No. Klasifikasi Kedalaman
1 Gempabumi Dangkal (h < 60 km)
2 Gempabumi Menengah (60 ≤ h ≤ 300)
3 Gempabumi Dalam (h > 300 km)

3. Klasifikasi gempabumi berdasarkan jarak


No. Klasifikasi Gempabumi Jarak
1 Gempabumi Lokal < 2°
2 Gempabumi Tele >2°

33
Lampiran 2. Skala intensitas menurut Modified Mercally Intensity (MMI)

Skala Keterangan
I Getaran tidak dirasakan kecuali dalam keadaan luar biasa oleh beberapa
orang
II Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang
digantung bergoyang
III Getaran dirasakan nyata di dalam rumah. Terasa getaran seakan-akan
ada truk berlalu.
IV Pada siang hari dirasakan oleh orang banyak di dalam rumah, di luar oleh
beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu bergerincing dan dinding
berbunyi.
V Getaran dirasakan oleh hampir semua penduduk, orang banyak
terbangun, gerabah pecah, jendela dan sebagainya pecah, barang-barang
terpelanting, tiang-tiang dan barang besar tampak bergoyang, bandul
lonceng dapat berhenti.
VI Getaran dirasakan oleh semua penduduk. Kebanyakan semua terkejut dan
berlari ke luar, plester dinding jatuh dan cerobong asap pada pabrik rusak,
kerusakan ringan.
VII Setiap orang keluar rumah. Kerusakan ringan pada rumah-rumah dengan
bangunan dan konstruksi yang baik. Sedangkan pada bangunan dengan
kontruksi yang kurang baik terjadi retak-retak bahkan hancur, cerobong
asap pecah. Terasa oleh orang yang naik kendaraan.
VIII Kerusakan ringan pada bangunan dengan kontruksi yang kuat. Retak-
retak pada bangunan dengan kontruksi yang kurang baik, dinding dapat
lepas dari rangka rumah, cerobong asap pabrik dan monumen-monumen
roboh, air menjadi keruh
IX Kerusakan pada bangunan yang kuat, rangka-rangka rumah menjadi tidak
lurus, banyak retak-retak. Rumah tampak berpindah dari pondasinya.
Pipa-pipa di dalam rumah putus.
X Bangunan dari kayu yang kuat rusak, rangka rumah lepas dari pondasinya,
tanah terbelah, rel melengkung, tanah longsor di tiap-tiap sungai dan di
tanah-tanah yang curam.
XI Bangunan-bangunan hanya sedikit yang tetap berdiri. Jembatan rusak,
terjadi lembah. Pipa di dalam tanah tidak bisa dipakai sama sekali, tanah
terbelah, rel melengkung sekali.
XII Hancur sama sekali. Gelombang tampak pada permukaan tanah.
Pemandangan menjadi gelap. Benda-benda terlempar ke udara.

34

Anda mungkin juga menyukai