Anda di halaman 1dari 14

TUGAS PATIENT SAFETY

TOPIK 10-11

Dosen Pembimbing:
Dr. Armaidi Darmawan, M.Epid

KELOMPOK 4

Sinta Ahni Salwati G1A113069


Abdul Aziz G1A113072
Chika Marzelina G1A113073
Nadya Nurbany Rafman G1A113074
Rts Wahyu Rizky Ananda G1A113075
Mutiara Putri Syafira G1A113078
Fitri Pebriandani G1A113079
Widia Yuni Tiffany G1A113080
Putri Iffah Musyahrofah G1A113081

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016
Skenario 1

Pertanyaan :
Penyebab utama timbulnya efek samping dalam tindakan invasif adalah buruknya
pencegahan infeksi, manajemen pasien, serta koordinasi dan komunikasi.
1. Berdasarkan gambar diatas, temukan masalah-masalah yang dapat menimbulkan efek
samping tindakan invasif!!!
2. Setiap masalah yg ditemukan, diskusikan dengan kelompok Anda, bagaimana cara
menyelesaikan masalahnya...!!!

Jawaban :
1. Masalah yang dapat menimbulkan efek samping tindakan invasif

A. Buruknya koordinasi atau komunikasi antar petugas medis sebelum, selama maupun
setelah prosedur invasif
1. Petugas tidak fokus pada tugas kerja masing-masing, masih ada petugas yang
bermain gadget, mendengarkan musik, batuk dengan cara yang salah dan tidak ada
yang mengontrol peralatan serta kondisi ruangan
2. Kurangnya toleransi dan saling membantu terhadap kerja team
B. Kurangnya pengontrolan infeksi
1. Sampah medis berserakan tidak dibuang pada tempatnya
2. Peralatan medis yang tidak steril
3. Meja operasi tidak sesuai standar karena tangan dan kaki pasien terjuntai
4. Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan petugas medis tidak lengkap
5. Sterilisasi ruangan yang kurang baik, seperti pintu kamar operasi terbuka, lemari
penyimpanan obat ataupun peralatan dibiarkan terbuka dan penataan ruangan yang
kurang baik
6. Sirkulasi udara kurang baik terlihat pada gambar ventilasi yang sudah jelek
7. Penangan limbah pasien yang tidak baik terlihat dari banyaknya darah yang
berceceran dan cairan kateter
C. Management pasien yang buruk
1. Tenaga kerja yang kurang terlatih, pada gambar di skenario tersebut terlihat saat
menangani pasien, petugas medis kurang berkompeten karena timbul asap di meja
operasi
2. Etos kerja yang kurang baik, pada gambar di skenario tersebut terlihat petugas medis
bermain gadget, menyalakan musik dengan keras selama operasi berlangsung, serta
ada petugas yang telat baru cuci tangan
3. Peralatan ataupun penanganan next case sebaiknya tidak berada dalam satu ruangan
yang sama saat operasi berlangsung
4. Kerjasama atau kepemimpinan tim yang buruk

2. Cara menyelesaikan masalah tersebut


1. Melakukan tindakan dan prosedur sesuai dengan SOP yang berlaku
2. Memperhatikan prinsip steril dan non steril
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan invasif
b. Pastikan kembali alat-alat yang digunakan steril, dan letakkan alat steril dan non
steril di tempat yang khusus berbeda
c. Buanglah sampah dan bekas tindakan medis tersebut pada tempat yang telah
disediakan (tempat sampah) sehingga tidak berserakan di lantai dan bekas darah yang
beceran.
3. Menggunakan alat pelindung diri yang baik dan benar
4. Kurangi suara bising sehingga dapat berkonsentrasi
5. Meningkatkan komunikasi efektif, koordinasi, kerjasama, kepemimpinan dan
manajemen tim
6. Memperhatikan kembali manajemen pasien yang baik
Skenario 2

Pertanyaan
Berdasarkan gambar di atas, jawab dan diskusikan dengan kelompok Anda mengenai
pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
1. Apa yang ditunjukkan pada gambar di atas?
2. Apa tujuan prosedur di atas dalam tindakan invasif?
3. Sudah benarkah prosedur yang dilakukan pada gambar di atas ? Jelaskan !
4. Diskusikan dengan kelompok Anda, bagaimana prinsip dan langkah-langkah yang
seharusnya dilakukan dalam melakukan prosedur di atas!

Jawaban

1. Pada skenario, terlihat pada gambar bahwa:


 Seorang dokter yang ingin melakukan tidakan pembedahan
 Dokter menggunakan alat pelindung diri (APD) yaitu handscoon
 Dokter menggunakan beberapa alat hecting yaitu duk steril, kassa steril, pisau bedah,
dan klem
 Dokter terlihat akan melakukan desinfeksi di area yang akan dilakukan penyayatan
 Sebelum melakukan penyayatan dokter memberi tanda pola garis untuk menghindari
kesalahan dalam penyayatan
 Cara menjepit kapas yang salah menggunakan klem
 Cara penandaan lokasi penyayatan dilakukan dengan tanda silang
2. Tujuan prosedur di atas dalam tindakan invasif:
Tujuan dari prosedur invasif harus diberikan sebelum dilakukan suatu tindakan
operasi baik yang bersifat diagnostik atau terapeutik bertujuan sebagai perlindungan hak
pasien untuk menetukan ingin melakukan tindakan medis atau tidak.
Bagi dokter bertujuan untuk membantu lancarnya tindakan kedokteran, dapat
mengurangi timbulnya efek samping dari komplikasi, mempercepat proses pemulihan,
meningkatkan mutu pelayanan dan dapat melindungi dokter dari kemungkinan tuntutan
hukum.

3. Belum benar, karena:


a. Melakukan desinfeksi yang dikepit dengan klem, sebaiknya melakukan desinfeksi
dengan kasa yang dikepit oleh pinset steril.
b. penandaan lokasi penyayatan ini bisa menggunakan tanda centang namun bukan
silang karena dapat menimbulkan ambiguitas apakah tanda silang tersebut adalah
lokasi yang akan diinsisi atau yang tidak diinsisi.

4. Prinsip pembedahan
a. Prinsip asepsis ruangan
Antisepsis dan asepsis adalah suatu usaha untuk agar dicapainya keadaan yang
memungkinkan terdapatnya kuman-kuman pathogen dapat dikurangi atau ditiadakan,
baik secara kimiawi, tindakan mekanis atau tindakan fisik. Termasuk dalam cakupan
tindakan antisepsis adalah selain alat-alat bedah, seluruh saranakamar operasi, semua
implantat, alat-alat yang dipakai personel operasi (sandal, celana, baju, masker, topi
dan lain-lainnya) dan juga cara membersihkan/melakukan desinfeksi dari kulit/tangan.

b. Prinsip asepsis personel


Teknik persiapan personel sebelum operasi meliputi 3 tahap, yaitu : Scrubbing (cuci
tangan steril), Gowning (teknik peggunaan gaun operasi), dan Gloving(teknik
pemakaian sarung tangan steril). Semua anggota tim operasi harus memahami konsep
tersebut diatas untuk dapat memberikan penatalaksanaan operasi secara asepsis dan
antisepsis sehingga menghilangkan atau meminimalkan angka kuman. Hal ini
diperlukan untuk menghindarkan bahaya infeksi yang muncul akibat kontaminasi
selama prosedur pembedahan (infeksi nosokomial). Disamping sebagai cara
pencegahan terhadap infeksi nosokomial, teknik-teknik tersebut juga digunakan untuk
memberikan perlindungan bagi tenaga kesehatan terhadap bahaya yang didapatkan
akibat prosedur tindakan. Bahaya yang dapat muncul diantranya penularan berbagai
penyakit yang ditularkan melalui cairan tubuh pasien (darah, cairan peritoneum, dll)
seperti HIV/AIDS,Hepatitis dll.

c. Prinsip asepsis pasien


Pasien yang akan menjalani pembedahan harus diasepsiskan. Maksudnyaadalah
dengan melakukan berbagai macam prosedur yang digunakan untukmembuat medan
operasi steril. Prosedur-prosedur itu antara lain adalahkebersihan pasien, desinfeksi
lapangan operasi dan tindakan drapping.

d. Prinsip asepsis instrumen


Instrumen bedah yang digunakan untuk pembedahan pasien
harusberada dalam keadaan steril. Tindakan yang dapat dilakukan diantaranya adalah
perawatan dan sterilisasi alat, mempertahankan kesterilan alat pada saat pembedahan
dengan menggunakan teknik tanpa singgung dan menjaga agar tidak bersinggungan
dengan benda-benda non steril.

Langkah selanjutnya
a. Insisi (penyayatan)
Insisi dilakukan sesuai dengan arah lipatan kulit agar luka sembuh lebih baik tanpa
meninggalkan bekas yang mencolok atau menimbulkan keloid.
b. Ligasi vena
Ligasi dilakukan untuk mencegah komplikasi emboli paru (ligasi vena cava
inferior), hal ini dilakukan bila terpaksa, dan dilakukan bersama dengan pengikatan
vena spermatika atau vena ovarica.
c. Interupsi vena cava inferior
Emboli pulmoner dapat dicegah dengan interupsi filter perkutaneus vena cava
inferior.
d. Trombektomi vena
e. Proses penjahitan
Skenario 3

Pertanyaan
1. Masalah apa yang dapat timbul pada gambar di atas terkait dengan pengobatan yang
aman?
2. Apa penyebab timbulnya kesalahan pengobatan dalam pemberian obat-obatan di
atas kepada pasien?
3. Bagaimana mengatasi masalah pengobatan yang aman terkait gambar di atas di rumah
sakit tempat Anda bekerja?

Jawaban :
1. Masalah apa yang dapat timbul pada gambar di atas terkait dengan pengobatan yang
aman?
a. Salah memberi obat akibat tata letak obat-obatan yang tidak baik sehingga
memungkinkan orang salah mengambil obat.
b. Dosis obat yang diberikan tidak sesuai akibat kotak-kotak obat yang berserakan
sehingga memungkinkan petugas farmasi salah memberikan kotak yang isinya
ternyata bukan obat yang dimaksud.
c. Diperlukan waktu yang lebih lama dalam mencari obat yang diperlukan.
d. Obat-obatan dapat hilang tanpa sepengetahuan petugas farmasi.
e. Dapat terjadi kebakaran karena kotak-kotak obat menumpuk dan tidak tertata
dengan baik.
f. Adanya obat yang sudah kadaluarsa (expired) tanpa sepengetahuan petugas
farmasi.
g. Adanya obat yang rusak karena disimpan secara tidak benar.
h. Adanya stok obat yang habis tapi tidak diketahui oleh petugas farmasi.
2. Apa penyebab timbulnya kesalahan pengobatan dalam pemberian obat-obatan di atas
kepada pasien?
a. Tata letak obat yang kurang baik
b. Obat-obatan tidak dikelompokkan menurut golongannya masing-masing.
c. Lingkungan penempatan obat yang kurang steril.
d. Petugas yang kurang bertanggungjawab dalam menempatkan sediaan obat.

3. Bagaimana mengatasi masalah pengobatan yang aman terkait gambar diatas di rumah
sakit tempat anda bekerja?
Standar penyimpanan obat yang sering di gunakan adalah sebagai berikut :
1) Persyaratan gudang
a) Luas minimal 3 x 4 m2
b) Ruang kering tidak lembab
c) Ada ventilasi agar ada aliran udara dan tidak lembab
d) Cahaya cukup
e) Lantai dari tegel atau semen
f) Dinding dibuat licin
g) Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam
h) Ada gudang penyimpanan obat
i) Ada pintu dilengkapi kunci ganda
j) Ada lemari khusus untuk narkotika

2) Pengaturan penyimpanan obat


a) Menurut bentuk sediaan dan Alfabetis
b) Menerapkan sistem FIFO dan FEFO
c) Menggunakan almari, rak dan pallet
d) Menggunakan almari khusus untuk menyimpan narkotika dan psikotropika
e) Menggunakan almari khusus untuk perbekalan farmasi yang memerlukan
penyimpanan pada suhu tertentu
f) Dilengkapi kartu stock obat

Kegiatan penyimpanan obat meliputi:


1. Pengaturan Gudang Obat
Dalam pengaturan gudang yang akan dipakai untuk penyimpanan haruslah dapat
menjaga agar obat:
a) Tidak rusak secara fisik dan kimia. oleh karena itu, harus diperhatikan ruangnya
tetap kering, adanya ventilasi untuk aliran udara agar tidak panas, cahaya yang cukup,
gudang harus ditata berdasarkan sistem arus lurus, arus U, agar memudahkan dalam
bergerak, dan penempatan rak yang tepat serta penggunaan Pallet akan dapat
meningkatkan sirkukasi uara dan gerakan stok obat.
b) Aman. Agar obat tidak hilang maka perlu adanya ruangan khusus untuk gudang
dan pelayanan, dan sebaiknya ada lemari/rak yang terkunci, serta ada lamari laci
khusus untuk narkotika yang selalu terkunci.
Untuk mendapatkan kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan, pencarian dan
pengawasan obat-obat, maka diperlukan pengaturan tata ruang gudang dengan baik.
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang gudang adalah sebagai
berikut:
1) Kemudahan bergerak
Untuk kemudahan bergerak, maka gudang perlu ditata sebagai berikut :
a)Gudang menggunakan sistem satu lantai jangan menggunakan sekat-sekat karena
akan membatasi pengaturan ruangan. Jika digunakan sekat, perhatikan posisi
dinding dan pintu untuk mempermudah gerakan.
b)Berdasarkan arah arus penerimaan dan pengeluaran obat, ruang gudang dapat
ditata berdasarkan sistem, arus garis lurus, arus U dan arus L
2) Sirkulasi udara yang baik
Salah satu faktor penting dalam merancang gudang adalah adanya sirkulasi udara
yang cukup didalam ruangan gudang. Sirkulasi yang baik akan memaksimalkan umur
hidup dari obat sekaligus bermanfaat dalam memperpanjang dan memperbaiki kondisi
kerja. Idealnya dalam gudang terdapat AC, namun biayanya akan menjadi mahal
untuk ruang gudang yang luas. Alternatif lain adalah menggunakan kipas angin.
Apabila kipas angin belum cukup maka perlu ventilasi melalui atap.
3) Kondisi penyimpanan khusus.
Vaksin memerlukan “Cold Chain” khusus dan harus dilindungi dari kemungkinan
putusnya aliran listrik.
a)Narkotika dan bahan berbahaya harus disimpan dalam lemari khusus dan selalu
terkunci,
b)Bahan-bahan mudah terbakar seperti alkohol dan eter harus disimpan dalam
ruangan khusus, sebaiknya disimpan di bangunan khusus terpisah dari gudang
induk.

4) Pencegahan kebakaran
Perlu dihindari adanya penumpukan bahan-bahan yang mudah terbakar seperti dus,
kartun dan lain-lain. Alat pemadam kebakaran harus dipasang pada tempat yang
mudah dijangkau.
2. Penyusunan Stok Obat.
Obat disusun menurut bentuk sediaan dan alfabetis, apabila tidak memungkinkan obat
yang sejenis dapat dikelompokkan menjadi satu.
Untuk memudahkan pengendalian stok maka dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut :
a) Gunakan prinsip FIFO dalam penyusunan obat yaitu obat yang pertama diterima
harus pertama juga digunakan sebab umumnya obat yang datang pertama biasanya
juga diproduksi lebih awal dan akan kadaluwarsa lebih awal pula.
b) Susun obat yang berjumlah besar di atas pallet atau diganjal dengan kayu secara
rapi dan teratur.
c) Gunakan lemari khusus untuk menyimpan narkotika dan obat-obatan yang
berjumlah sedikit tetapi mahal harganya.
d) Susun obat yang dapat dipengaruhi oleh temperatur, udara, cahaya dan
kontaminasi bakteri pada tempat yang sesuai.
e) Susun obat dalam rak dan berikan nomor kode, pisahkan obat dalam dengan
obat-obatan untuk pemakaian luar.
f) Cantumkan nama masing-masing obat pada rak dengan rapi
g) Apabila gudang tidak mempunyai rak maka dus-dus bekas dapat dimanfaatkan
sebagai tempat penyimpanan.
h) Barang-barang yang memakan tempat seperti kapas dapat disimpan dalam dus
besar, sedangkan dus kecil dapat digunakan untuk menyimpan obat-obatan dalam
kaleng atau botol.
i) Apabila persediaan obat cukup banyak, maka biarkan obat tetap dalam box
masing-masing, ambil seperlunya dan susun dalam satu dus bersama obat-obatan
lainnya. Pada bagian luar dus dapat dibuat daftar obat yang disimpan dalam dus
tersebut.
j) Obat-obatan yang mempunyai batas waktu pemakaian maka perlu dilakukan
rotasi stok agar obat tersebut tidak selalu berada dibelakang yang dapat
menyebabkan kadaluarsa obat
3. Pencatatan Stok Obat
Kartu stok berfungsi:
a) Kartu stok digunakan untuk mencatat mutasi obat (penerimaan, pengeluaran,
hilang, rusak atau kadaluwarsa)
b) Tiap lembar kartu stok hanya diperuntukkan mencatat data mutasi 1 (satu) jenis
obat yang berasal dari 1 (satu) sumber dana
c) Tiap baris data hanya diperuntukkan mencatat 1 (satu) kejadian mutasi obat
d) Data pada kartu stok digunakan untuk menyusun laporan, perencanaan
pengadaan-distribusi dan sebagai pembanding terhadap keadaan fisik obat dalam
tempat penyimpanannya.

Adapun Kegiatan yang harus dilakukan :


a) Kartu stok diletakkan bersamaan/berdekatan dengan obat bersangkutan
b) Pencatatan dilakukan secara rutin dari hari ke hari
c) Setiap terjadi mutasi obat ( penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak/ daluwarsa )
langsung dicatat di dalam kartu stok
d) Penerimaan dan pengeluaran dijumlahkan pada setiap akhir bulan

Adapun Informasi yang didapat yaitu:


a) Jumlah obat yang tersedia (sisa stok)
b) Jumlah obat yang diterima
c) Jumlah obat yang keluar
d) Jumlah obat yang hilang/rusak/daluwarsa
e) Jangka waktu kekosongan obat

Adapun manfaat informasi yang didapat :


a) Untuk mengetahui dengan cepat jumlah persediaan obat.
b) Perencanaan pengadaan dan penggunaan pengendalian persediaan.
Obat disusun menurut ketentuan-ketentuan berikut :
a) Obat dalam jumlah besar ( bulk ) disimpan diatas pallet atau ganjal kayu secara
rapi, teratur dengan memperhatikan tanda-tanda khusus (tidak boleh terbalik, berat,
bulat, segi empat dan lain-lain).
b) Penyimpanan antara kelompok/jenis satu dengan yang lain harus jelas sehingga
memudahkan pengeluaran dan perhitungan.
c) Penyimpanan bersusun dapat dilaksanakan dengan adanya forklift untuk obat-obat
berat.
d) Obat-obat dalam jumlah kecil dan mahal harganya disimpan dalam lemari terkunci
dipegang oleh petugas Penyimpanan.
e) Satu jenis obat disimpan dalam satu lokasi ( rak, lemari dan lain-lain ).
f) Obat dan alat kesehatan yang mempunyai sifat khusus disimpan dalam tempat
khusus. Contoh : Eter, Film dan lain-lain.

4. Pengamatan mutu obat.


Istilah mutu obat dalam pelayanan farmasi berbeda dengan istilah mutu obat secara
ilmiah, yang umumnya dicantumkan dalam buku-buku standard seperti farmakope.
Secara teknis, kriteria mutu obat mencakup identitas, kemurnian, potensi,
keseragaman, dan ketersediaan hayatinya.
Beberapa hal berikut perlu mendapat perhatian sehubungan dengan mutu obat, oleh
karena di samping berkaitan dengan efek samping, potensi obat, juga dapat
mempengaruhi efek obat aktif, yaitu:
a) Kontaminasi. Beberapa jenis sediaan obat harus selalu berada dalam kondisi
steril, bebas pirogen dan kontaminan, misalnya obat injeksi. Oleh sebab itu proses
manufaktur, pengepakan, dan distribusi hingga penyimpanannya harus memenuhi
syarat-syarat tertentu. Dalam prakteknya kerusakan obat jenis ini umumnya
berkaitan dengan kesalahan dalam penyimpanan dan penyediaannya. Sebagai
contoh, di kamar suntik pusat pelayanan kesehatan acap kali ditemukan obat
injeksi yang diatasnya diletakkan jarum dalam posisi terbuka. Dengan alasan
apapun (misalnya segi kepraktisan saat pemindahan obat ke dalam spuit), cara ini
jelas keliru dan harus dihindari, oleh karena memungkinkan terjadinya kontaminasi
dengan udara luar dan berbagai bakteri, sehingga prinsip obat dalam kondisi steril
sudah tidak tercapai lagi. Untuk sediaan lain seperti cream, salep atau sirup,
meskipun risikonya lebih kecil, tetapi sering juga terjadi kontaminasi, misalnya
karena udara yang terlalu panas, kerusakan pada pengepakannya, dsb, yang tentu
saja mempengaruhi mutu obatnya.
b) Medication error. Keadaan ini tidak saja dapat terjadi pada saat manufaktur
(misalnya kesalahan dalam mencampur 2 atau lebih obat sehingga dosisnya
menjadi terlalu besar atau terlalu kecil), tetapi dapat juga terjadi saat praktisi medik
ingin mencampur beberapa jenis obat dalam satu sediaan sehingga menimbulkan
risiko terjadinya interaksi obat-obat. Akibatnya efek obat tidak seperti yang
diharapkan bahkan dapat membahayakan pasien.
c) Berubah menjadi toksik (toxic degradation). Beberapa obat, karena proses
penyimpanannya dapat berubah menjadi toksik (misalnya karena terlalu panas atau
lembab), misalnya tetrasiklin. Beberapa obat yang lain dapat berubah menjadi
toksik karena telah kadaluwarsa. Oleh sebab itu obat yang telah expired
(kadaluwarsa) atau berubah warna, bentuk dan wujudnya, tidak boleh lagi
dipergunakan.
d) Kehilangan potensi (loss of potency). Obat dapat kehilangan potensinya sebagai
obat aktif antara lain apabila ketersediaan hayatinya buruk, telah melewati masa
kadaluwarsa, proses pencampuran yang tidak sempurna saat digunakan, atau proses
penyimpanan yang keliru (misalnya terkena sinar matahari secara langsung). Setiap
obat sebenarnya telah memiliki batas keamanan (margin of safety) yang dapat
dipertanggung jawabkan

Adapun Tanda-tanda perubahan mutu obat sesuai standar yang di tetapkan yaitu :
1) Tablet.
a) Terjadinya perubahan warna, bau atau rasa
b) Kerusakan berupa noda, berbintik-bintik, lubang, sumbing, pecah, retak dan
atau terdapat benda asing, jadi bubuk dan lembab
c) Kaleng atau botol rusak, sehingga dapat mempengaruhi mutu obat
2) Kapsul.
a) Perubahan warna isi kapsul
b) Kapsul terbuka, kosong, rusak atau melekat satu dengan lainnya
3) Tablet salut.
a) Pecah-pecah, terjadi perubahan warna dan lengket satu dengan yang lainnya
b) Kaleng atau botol rusak sehingga menimbulkan kelainan fisik
4) Cairan.
a) Menjadi keruh atau timbul endapan.
b) Konsistensi berubah
c) Warna atau rasa berubah
d) Botol-botol plastik rusak atau bocor
5) Salep
a) Warna berubah
b) Konsistensi berubah
c) Pot atau tube rusak atau bocor
d) Bau berubah
6) Injeksi.
a) Kebocoran wadah (vial, ampul)
b) Terdapat partikel asing pada serbuk injeksi
c) Larutan yang seharusnya jernih tampak keruh atau ada endapan
d) Warna larutan berubah

Anda mungkin juga menyukai