Anda di halaman 1dari 17

PEDOMAN

PENYELENGGARAAN
PENGOBATAN TRADISIONAL ( BATRA )

PUSKESMAS ULAK PACEH


KECAMATAN LAWANG WETAN
2018
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
C. SASARAN
D. RUANG LINGKUP
E. BATASAN OPERASIONAL

BAB II STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
C. JADWAL KEGIATAN

BAB III STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG
B. STANDAR FASILITAS

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN

A. LINGKUP KEGIATAN
B. METODE
C. LANGKAH KEGIATAN

BAB V LOGISTIK

BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN ATAU PROGRAM

BAB VII KESELAMATAN KERJA

BAB VIII PENGENDALIAN MUTU

BAB IX PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengobatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan dengan cara, obat dan
pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman, keterampilan turun temurun, dan atau
pendidikan atau pelatihan, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam
masyarakat.
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian ( galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang
secara turun menurun telah digunakan untuk pengobatan,dan dapat diterapkan sesuai dengan
norma yang berlaku di masyarakat.
Dalam undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, disebutkan bahwa tujuan
pembangunan kesehatan meningkatkan kesadaran, kamauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setaiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai
investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomis dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Puskesmas merupakan ujung tombak terdepan dalam pembangunan kesehatan tersebut
diatas. Upaya kesehatan yang diselenggarakan puskesmas terdiri dari pelayanan kesehatan
perorangan primer dan pelayanan kesehatan masyarakat primer. Upaya kesehatan tersebut
dikelompokkan menjadi upaya kesehatan wajib dan upaya kesehatan pilihan. Oleh karena itu
upaya pengobatan trasisional merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari
pelaksanaan upaya kesehatan di puskesmas, maka puskesmas wajib menyelenggarakan upaya
pengobatan tradisional.

B. Tujuan
1. Membina upaya pengobatan tradisional
2. Memberikan perlindungan kepada masyarakat
3. Menginventarisasi jumlah pengobatan tradisional, jenis dan cara pengobatannya

C. Sasaran
Sasaran dari pedoman ini adalah semua yang terkait untuk bekerja sama dalam
pelaksanaan pembinaan pengobatan tradisional yang baik di wilayah Puskesmas Ulak
Paceh.

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini meliputi pelayanan pengobatan tradisional yang ada di
wilayah kerja Puskesmas Ulak Paceh.
E. Batasan Operasional
1. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatan untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung maupun tidak
langsung di Puskesmas.
2. Pengobatan Tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara, obat, dan
pengobatannya yang mengacu kepada pengalaman,keterampilan,turun menurun,dan atau
pendidikan dan pelatihan yang diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam
masyarakat
3. Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian(galenik) atau campuran bahan tersebut yang secara
turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, berdasarkan pengalaman,
4. Pijat tradisional adalah penekanan pada bagaian –bagian tubuh tertentu dengan tujuan
untuk menghilangkan rasa sakit yang diderita dan mengembalikan tubuh menjadi segar
bugar kembali.
5. Akupresur adalah salah satu bentuk fisioterapi dengan memberikan pemijatan dan
stimulasi pada titik-titik tertentu pada tubuh. Berguna untuk mengurangi bermacam-macam
sakit dan nyeri serta mengurangi ketegangan, kelelahan dan penyakit.
6. Bekam adalah metode pengobatan dengan cara mengeluarkan darah statis (kental) yang
mengandung toksin dari dalam tubuh manusia. Berbekam dengan cara melakukan
pemvakuman di kulit dan pengeluaran darah darinya.
7. Pijat patah tulang/keseleo adalah proses pemijatan / Tahap perbaikan dengan
Menggunakan Bahan Tradisional yang dilakukan dengan Proses manual, dengan cara di
Pijat di sekitar daerah tulang yang patah
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Jenis / kualifikasi dan jumlah tenaga penyelenggaraan pengobatan tradisional adalah


sebagai berikut :

NO. JENIS TENAGA KUALIFIKASI KONDISI DI


PUSKESMAS
1. Penanggung Jawab Dokter 1 orang 1 orang
2. Tenaga Teknis Tenaga Kesehatan Kefarmasian 1
minimal DIII orang
3. Tenaga Teknis Tenaga Kesehatan Kebidanan 1
minimal DIII orang
Tabel 1. Jenis / kualifikasi dan jumlah tenaga penyelenggaraan pengobatan tradisional
puskesmas

B. Distribusi Ketenagaan
Tenaga Kesehatan yang ada di Puskesmas Bumi Lampung berdasarkan standar
ketenagaan Permenkes No.75 tahun 2014

Standar Menurut
Kondisi di
No. Jenis tenaga Permenkes
Puskesmas
No.75/2014
1. Dokter atau Dokter Layanan 1 1
Primer
2. Perawat 5 3
3. Bidan 4 2
4. Tenaga Kesehatan Masyarakat 2 0
5. Tenaga Kesehatan Lingkungan 1 0
6. Ahli Teknologi laboratorium 1 0
medic
7. Tenaga Gizi 1 0
8. Tenaga Kefarmasian 1 1
9. Tenaga Administrasi 3 5
10. Pekarya 2 0
C. Jadwal Kegiatan
Jadwal Pembinaan Batra terlampir

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Jadwal    
Pembinaan Batra
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. DenahRuang
Koordinasi pelaksanaan kegiatan penyelenggaraan pengobatan tradisional dilakukan
oleh Penanggung jawab program di ruangan yang masih bergabung dengan unit obat.
Tata ruang yang digunakan oleh penanggung jawab pengobatan tradisional puskesmas bumi
Lampung sebagai berikut.

Jendela LEMARI OBAT


GUDANG
OBAT
meja

Kulkas PINTU
vaksin

B. StandarFasilitas
NO. STANDAR KONDISI
PUSKESMAS
1. Ruang kerja dengan ukuran minimal 2x2,5 m2 Belum ada
2. Ruang tunggu Belum ada
3. Papan nama pengobatan tradisional dengan Belum ada
mencantumkan surat terdaftar/surat izin
4. Kamar kecil yang terpisah dari ruang pengobatan Belum ada
5. Penerangan yang baik sehingga dapat Belum ada
membedakan warna yang jelas
6. Sarana dan prasarana yang memenuhi persyaratah Belum ada
hygiendan sanitasi
7. Pencatatan sesuai kebutuhan Sudah Dilakukan sesuai
dengan kegiatan yang
ada
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup Kegiatan
Kunjungan ke tempat pengobatan tradisional yang dibina di wilayah kerja Puskesmas Ulak
Paceh. Adapun kegiatannya berupa berikut ini.
1. Pendataan jenis pengobatan tradisional yang dilakukan.
2. Jumlah kunjungan yang melakukan pengobatan tradisional di tempat tersebut per bulan.
3. Pembinaan yang berhubungan dengan kesehatan pribadi dan lingkungan, berupa
kebersihan sarana dan prasarana yang ada, menyampaikan dan menugaskan jika ada
pelatihan pengobatan tradisional yang diadakan oleh dinas kesehatan Kabupaten Musi
banyuasin(Muba).
4. Mengadakan kemitraan antara Puskesmas dengan pusat Pengobatan tradisional yang
telah dibina, berupa sistem perujukan untuk kasus-kasus penyakit yang membutuhkan
pengobatan medis.
B. Metode atau Cara Kerja
Metode Penyelenggaraan pengobatan tradisional yang dilakukan di puskesmas Ulak Paceh
menggunakan metode pembinaan dan pengawasan yang di arahkan untuk meningkatkan
mutu, manfaat dan keamanan Pengobatan tradisional ,pendataan dan kemitraan.
C. Langkah kegiatan
1. Perencanaan
Perencanaan akan menghasilkan penentuan prioritas, rumusan tujuan, rumusan intervensi
dan jadwal kegiatan yang akan dilaksanakan. Perencanaan kegiatan pembinaan batra
hendaknya terintergrasi dengan kegiatan perencanaan di wilayah kerja puskesmas.
Kegiatan perencanaan terdiri dari berikut ini.
a. Menentukan prioritas masalah
b. Menentukan tujuan
c. Menentukan kegiatan
d. Menyusun jadwal kegiatan
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan upaya yang akan dilakukan sesuai dengan rencana kegiatan.
Kegiatannya merupakan implementasi dari kegiatan terpilih. Mekanisme pelaksanaan
dapat dilakukan dengan berbagai cara, sebagaimana dijelaskan di lingkup kegiatan di
atas.
3. Monitoring
Monitoring adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian
dan pelaksanaan pembinaan Batra di wilayah puskesmas. Monitoring dapat dilakukan
pada saat pelaksanaan kegiatan baik dalam gedung maupun di luar gedung. Mekanisme
monitoring dapat dilakukan dengan cara melakukan pelaporan pelaksanaan dan
pencapaian program pengobatan tradisional di Puskesmas, yang disampaikan oleh
pengelola program Batra di puskesmas kepada kepala puskesmas setiap bulannya (secara
langsung ataupun melalui mini lokakarya bulanan puskesmas).
4. Evaluasi
Evaluasi sebaiknya dilakukan di setiap tahapan manajerial mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan hasil evaluasi dilakukan pada setiap pertengahan dan akhir tahun untuk
menilai proses dan hasil pelaksanaan kegiatan di Puskesmas. Hal tersebut dimaksudkan
uintuk menilai sejauh mana kemajuan kegiatan dan hasil yang dicapai. Evaluasi
dilakukan dengan menggunakan indikator kinerja program pembinaan Batra di
Puskesmas Ulak Paceh.
5. Pelaporan
Menyampaikan laporan kegiatan pembinaan dan pengawasan Batra setiap bulan nya
kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten.
Laporan kegiatan pembinaan Batra setiap bulan nya merupakan bahan pertimbangan untuk
memantau berapa banyak masyarakat yang memanfaatkan pengobatan tradisional dalam
wilayah kerja Puskesmas Ulak Paceh.
BAB V
LOGISTIK

Manajemen Logistik alat kesehatan adalah suatu pengetahuan atau seni serta proses
mengenai perencanaan, penentuan kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, pemeliharaan serta
penghapusan material atau alat-alat kesehatan. Tujuan dari manajemen logistik adalah
tersedianya setiap bahan setiap saat dibutuhkan, baik mengenai jenis, jumlah maupun kualitas
yang dibutuhkan secara efesien. Dengan demikian manejemen logistik dapat dipahami sebagai
proses pergerakkan dan pemberdayaan semua sumber daya yang dimiliki dan atau potensial
untuk dimanfaatkan, untuk operasional, secara efektif dan efisien. Oleh karena itu untuk menilai
apakah pengelolaan logistik sudah memadai adalah dengan menilai apakah sering terjadi
keterlambatan dan atau bahan yang dibutuhkan tidak tersedia, berapa kali frekuensinya, berapa
banyak persediaan yang menganggur (idle stock) dan berapa lama hal itu terjadi. Berapa banyak
bahan yang kadaluwarsa atau rusak atau tidak dapat dipakai lagi.
Manajemen logistik sebagai suatu fungsi mempunyai kegiatan-kegiatan:
A. Perencaan kebutuhan
Fungsi perencanaan ini pada dasarnya adalah menghitung berapa besar kebutuhan
bahan logistik yang diperlukan untuk periode waktu tertentu, biasanya untuk satu tahun.
Ada dua cara pendekatan yang digunakan dalam perencanaan kebutuhan, yaitu:
1. Dengan mengetahui atau menghitung kebutuhan yang telah dengan nyata dipergunakan
dalam periode waktu yang lalu :
a. Jumlah sisa/persediaan pada awal periode
b. Jumlah pembelian pada periode waktu
c. Jumlah bahan logistik yang terpakai selama periode
d. Membuat analisis efisiensi penggunaan bahan logistik, dikaitkan dengan kinerja
yang dicapai.
e. Membuat analisis kelancaran penyediaan bahan logistik, misalnya frekuensi barang
yang diminta “habis” atau tidak ada penyedian jumlah barang yang menumpuk,
serta penyebab terjadinya keadaan tersebut.
2. Dengan melihat program kerja yang akan datang:
a. Membuat analisa kebutuhan untuk dapat menunjang pelaksanaan kegiatan
pelayanan, pola penyakit, target kinerja kerja
b. Memperhatikan kebijakan pimpinan mengenai standarisasi bahan, ataupun
kebijakan dalam pengaduan. ( untuk obat misalnya ada formularium, untuk
pengadaan di puskesmas).
c. Menyesuaikan perhitungan dengan memperhatikan persediaan awal, baik meliputi
jenis, jumlah maupun spesifikasi logistic.
d. Memperhatikan kemampuan gudang tempat penyimpanan barang.

B. Penganggaran
Fungsi berikutnya adalah menghitung kebutuhan diatas dengan harga satuan (dapat
didasarkan harga pembeli waktu yang lalu atau menurut informasi yang terbaru) sehingga
akan diketahui kebutuhan untuk pengadaan bahan logistik tersebut.

C. Pengadaan
Fungsi berikutnya adalah pengadaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk
mengadakan bahan logistik yang telah direncanakan, baik melalui prosedur :
1. Pembelian
2. Produksi sendiri, maupun dengan
3. Sumbangan dari pihak lain yang tidak mengikat
Untuk pengadaan obat di puskesmas dilakukan oleh Gudang farmasi Kabupaten
berdasarkan usulan kebutuhan obat dari puskesmas

D. Penyimpanan
fungsi penyimpanan ini sebenarnya termasuk juga fungsi penerimaan barang, yang
sebenarnya juga mempunyai peran strategi. Secara garis besar yang haris dicek
kebenarannya adalah:
1. Kesesuaian dengan jenis, jumlah dan spesifikasi bahan serta waktu penyerahan barang
terhadap surat pesan (SP), surat perintah kerja (SPK) atau purchase order (PO).
2. Kondisi fisik bahan, apakah tidak ada perubahan warna, kemasan, bau, noda dan
sebagainya yang menindikasikan tingkat kualitas bahan.
3. Kesesuain waktu penerimaan bahan terhadap batas waktu SP/PO
Barang yang diterima tersebut kemudian dibuatkan berita cara penerimaan
(BAP)barang. Berdasarkan sifat dan kepentingan barang/bahan logistik ada beberapa jenis
barang logistik, yaitu biasanya tidak langsung disimpan digudang, akan tetapi diterimakan
langsung kepada pengguna. Yang penting adalah bahwa mekanisme ini harus diatur
sedemikian rupa sehingga tercipta internal check (saling uji secra otomatis) yang memadai,
yang ditetapkan oleh yang berwenang (pimpinan)
Fungsi penyimpanan ini sangat menetukan kelancaran distribusi. Bebrapa keuntungan
melakukan fungsi penyimpanan ini adalah:
1. Untuk mengantisipasi keadaan yang fluktuatif, karena sering terjadi kesulitan
memperkirakan kebutuhan secara akurat.
2. Untuk menghindari kekosongan bahan (out of stock)
3. Untuk menghemat biaya, serta mengantisipasi fluktuasi kenaikan harga beban.
4. Untuk menjaga agar kualitas bahan dalam keadaan siap pakai
5. Untuk mempercepat pendistribusian.
Metode yang sering digunakan dalam pengendalian persediaan di puskesmas adalah
dengan memperhatikan sifat barang/obat, apakah termasuk barang vital, esensial atau
normal (VEN system), digabungkan dengan apakah barang tersebut termasuk fast atau
slow moving. Kombinasi kedua metode ini selama periode tertentu kemudian dihitung
kebutuhan atau penggunaannya akan diketahui rata rata penggunaan perbulan, juga
fluktuasi permintaannya. Dari perhitungan itu secara empiris, dapat ditentukan berapa
besar jumlah.
1. Persediaan minimal/jenis barang perbulan
2. Persediaan maksimal/jenis barang per bulan
3. Persediaan pengaman (iron stock/idle stock)
Dalam program pengobatan tradisional ini adapun logistik yang dibutuhkan
berupa Atk (buku, pena, dan kertas untuk membuat laporan).
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Keselamatan pasien adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat asuhan pasien
lebih aman yang meliputi asesmen resiko, identifikasi dan penggelolaan hal yang berhubungan
dengan resiko pasien dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
serta imfementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko dan mencegah terjadinya cidera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melakukan tindakan.
Standar keselamatan pasien tersebut antara lain :
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan
4.Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien.
5. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
6. Mendidik stap tentang keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien dan tindakan
yang diambil.
Adapun identifikasi resiko keselamatan sasaran kegiatan pengobatan tradisional sebagai
berikut

Identifikasi Resiko Keselamatan Sasaran Upaya Pencegahan


Kesalahanpahaman atau salah persepsi Melakukan kegiatan sesuai dengan SOP
terhadap pembinaan yang dilakukan
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Setiap kegiatan yang dilakukan, mulai dari persiapan pasien sampai selesai dapat
menimbulkan bahaya atau resiko terhadap petugas.
Untuk mengurangi dan mencegah bahaya yang akan terjadi, setiap pemegang program
harus mengerjakan pekerjaannya dengan hati-hati mengenali bahan potensial berbahaya dan
penanggungannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kegiatan tersebut merupakan upaya
kesehatan dan keselamatan kerja
Bebarapa hal yang perlu di perhatikan antara lain :
1. Kesehatan dan keselamatan kerja yang bersifat umum
2. Kesehatan dan keselamatan kerja yang bersifat khusus.
Adapun identifikasi keselamatan kerja bagi petugas Puskesmas Bumi Lampung dalam
kegiatan Batra adalah sebagai berikut.

No Identifikasi Resiko Keselamatan Kerja Petugas Upaya Pencegahan


1. Petugas menggunakan kendaraan beroda Mematuhi rambu-rambu lalu lintas dan
dua menuju rumah sasaran/klien. menggunakan alat perlindungan sesuai
Resikonya berupa Kecelakaan Lalu lintas dengan standar (menggunakan helm SNI,
dalam perjalanan. jaket, sepatu dan sarung tangan jika
menggunakan motor, menggunakan
sabuk pengaman jika menggunakan
mobil)
2. Saat penyampaian maksud pembinaan di tempat Melakukan kegiatan sesuai dengan SOP
pengobatan tradisional, pemilik salah paham
mengenai maksud dan tujuan kegiatan, sehingga
menimbulkan resiko terhadap keamanan
keselamatan petugas (dapat terjadi tindakan
kekerasan atau tidak diinginkan)
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu (quality control) dalam manjemen mutu merupakan suatu sistem
kegiatan teknis yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai mutu produk
atau jasa yang diberikan kepada pasien. Pengendalian mutu pada pelayanan kesehatan diperlukan
agar produk layanan kesehatan terjaga kualitasnya sehingga memuaskan masyarakat sebagai
pelanggan. Penjaminan mutu pelayanan kesehatan dapat diselenggarakan melalui berbagai model
manajemen kendali mutu. Salah satu model manajemen yang dapat digunakan adalah model
PDCA (Plan, Do, Check, Actinon) yang akan menghasilkan pengembangan berkelanjutan
(continuous improvement) atau kaizen mutu pelayan kesehatan.
Yoseph M, jurusan terkenal dengan konsep “Trilogy” mutu dan mengidentifikasikannya
dalam tiga kegiatan.
1. Perencanaan mutu meliputi siapa pelanggan, apa kebutuhannya, meningkatkan produk
sesuai kebutuhan, dan merencanakan proses untuk suatu produksi.
2. Pengendalian mutu mengevaluasi kinerja untuk mengidentifikasi perbedaan antara
kinerja aktual dan tujuan
3. Peningkatan mutu membentuk infrastruktur dan team untuk melaksanakan peningkatan
mutu.
Ada empat langkah menuju pelaksanaan solusi yang efektif, yaitu
1. Merencanakan (PLAN): sebelum dilaksanakan solusi, perlu ditentukan tujuan dan apa
kriteria keberhasilan
2. Pelaksanaan (DO): melaksanakn solusi sering melibatkan pelatihan, termasuk proses
pengumpulan data/informasi untuk memantau perubahan yang terjadi dan mengamati
tingkat kemudahan atau kesulitan pelsanaan solusi.
3. Cek (CHECK): amati efek pelaksanaan solusi dan simpulkan pelajaran apa yang
diperoleh dari tindakan yang sudah dilakukan.
4. Bertindak (ACTION): ambil langkah-langkah praktis sesuai dengan pelajaran yang
diperoleh dari tindakan yang sudah diambil
Demi menjamin tercapai dan terpeliharanya mutu dari waktu ke waktu, diperlukan bakuan
mutu berupa pedoman yang tertulis dan dapat dijadikan pedoman kerja bagi tenaga pelaksana.
1. Tiap pedoman yang ditunjuk memiliki pegangan yang jelas tentang apa dan bagaimana
prosuder untuk melakukan suatu aktifitas
2. Standar yang tertulis memudahkan proses pelaksanaan bagi tenaga pelaksana baru yang
akan mengerjakan suatu aktifitas
3. Kegiatan yang dilaksanakan mengikuti prosedur yang tertulis akan menjamin konsistensi
hasil yang dicapai.
4. Kebijakan mutu dibuat oleh penanggung jawab program.
5. Standar opersional prosedur dan instruksi kerja dibuat oleh penanggung jawab program.
6. Audit internal dilakukan oleh tim audit.
BAB IX
PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan pagi staf puskesmas dalam melaksankan penyelenggaraan
pengobatan tradisional
Penyelenggaraan pengobatan tradisional merupakan kesehatan masyarakat. Pedoman ini
sebagai acuan bagi petugas puskesmas dan lintas sektor terkait dalam penyelenggaraan
pengobatan tradisional. Keberhasilan kegiatan pelayanan pengobatan tradisional ini tergantung
pada komitmen yang kuat dari semua pihak terkait dalam upaya meningkatkan kualitas
pelayanan pengobatan tradisional dan menurunnya penyakit atau gangguan kesehatan dari
faktror risiko terjadinya kecelakaan kerja serta meningkatkan pencapaian standar pelayanan
minimal kota palembang

Anda mungkin juga menyukai