BERBASIS GEOSPASIAL
Abstrak
Kode tutur multilingual di Kabupaten Cirebon menimbulkan variasi bahasa yang
statusnya masih diperdebatkan, apakah sebagai dialek dari bahasa Jawa, dialek
bahasa Sunda atau sebagai bahasa tersendiri, yaitu bahasa Cirebon (Cerbon). Status
variasi bahasa yang seperti ini lazim dinamakan dengan istilah isolek. Oleh karena
itu, penelitian ini berupaya menginventarisasikan isolek tersebut berdasarkan
leksikal dan ciri akustiknya dengan tujuan mendokumentasikan dan memetakannya
sebagai salah satu kekayaan bangsa Indonesia yang patut dilestarikan. Penelitian ini
menggunakan metode pupuan lapangan dengan teknik simak, libat, dan cakap,
kemudian ditranskripsikan. Seluruh data ditinjau dari segi geospasial. Dalam hal
ini, geospasial atau ruang kebumian adalah aspek keruangan yang menunjukkan
lokasi, letak, dan posisi suatu objek atau kejadian yang berada di bawah, pada, atau
di atas permukaan bumi yang dinyatakan dalam sistem koordinat tertentu. Salah
satu keunggulan dari penelitian ini adalah inventarisasi isolek berbasis geospasial
yang divisualisasikan dengan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG). Data
lisan diperoleh dari percakapan sehari-hari masyarakat dan sastra lisan, sementra
data tulis diperoleh dari naskah-naskah kuno yang dipercayai masyarakat
mengandung kosakata khas Cirebon. Naskah-naskah tersebut diambil dari
pesantren-pesantren yang menurut masyarakat setempat sebagai pusat bahasa asli
Cirebon.
1. Pendahuluan
Kabupaten Cirebon merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang terletak di
bagian timur dan berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Kondisi ini
menyebabkan munculnya beberapa variasi bahasa. Variasi tersebut sampai saat ini
masih diperdebatkan statusnya, apakah sebagai dialek dari bahasa Jawa, dialek
bahasa Sunda atau sebagai bahasa tersendiri, yaitu bahasa Cirebon (Cerbon). Status
kode tutur yang seperti ini lazim dinamakan dengan istilah isolek (Mahsun, 1995;
Kisyani, 1998). Menurut pengakuan masyarakat, bahasa yang digunakan disana
yaitu bahasa Cirebon. Mereka menganggap bahasa Cirebon merupakan bahasa
yang cukup berbeda dengan bahasa Jawa standar. Bahasa Cirebon memiliki
wyakarana atau tatabahasanya tersendiri yang tidak mengikuti pola tata bahasa
standar, Tata Bahasa Jawa Solo dan Surakarta. Kode tutur ini digunakan di bagian
barat Kabupaten Cirebon dan di seluruh kecamatan pesisir di bagian timur
Kabupaten Cirebon.
2. Metodologi
Penelitian ini menggunakan metode pupuan lapangan dengan teknik simak, libat,
dan cakap dengan tahapan sebagai berikut.
(3) Sosialisasi daftar tanyaan (uji coba daftar tanyaan penelitian untuk
menghasilkan daftar tanyaan yang siap pakai).
Kabupaten Cirebon terdiri atas 40 kecamatan, yang dibagi lagi atas 412 desa dan
12 kelurahan. Pusat pemerintahan Kabupaten Cirebon di Kecamatan Sumber, yang
berada di sebelah selatan Kota Cirebon. Penelitian ini berupaya
menginventarisasikan isolek yang ada di Kabupaten Cirebon berdasarkan leksikal
dan ciri akustiknya. Penginventarisasian dilakukan dengan merekam data lisan dan
tulisan. Data lisan diperoleh dari percakapan sehari-hari masyarakat dan sastra
lisan, yang ada. Data tulis memanfaatkan naskah-naskah kuno yang dipercayai
masyarakat mengandung kosakata khas Cirebon. Naskah-naskah tersebut diambil
dari pesantren-pesantren yang merupakan pusat bahasa asli Cirebon.
Seluruh data ditinjau dari segi geospasial. Dalam hal ini, geospasial atau ruang
kebumian adalah aspek keruangan yang menunjukkan lokasi, letak, dan posisi suatu
objek atau kejadian yang berada di bawah, pada, atau di atas permukaan bumi yang
dinyatakan dalam sistem koordinat tertentu. Salah satu keunggulan dari penelitian
ini adalah inventarisasi isolek berbasis geospasial yang divisualisasikan dengan
teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG).
Daftar Pustaka