LP Askep Gangguan Eliminasi Urin
LP Askep Gangguan Eliminasi Urin
OLEH:
2012
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi Pengertian
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin
atau bowel (feses).
Eliminasi urine adalah pengeluaran cairan proses pengeluaran ini sangat
tergantung pada fungsi organ-organ eliminasi seperti ginjal, ureter, bladder dan uretra.
Ginjal memindahkan air dari darah dalam bentuk urin. Ureter mengalirkan urine ke
bladder. Dalam bledder urine di tampung sampai mencapai batas tertentu yang
kemudian di keluarkan melalui uretra.
Eliminasi urine adalah proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh yang
berupa cairan yang tergantung dari fungsi ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
Sehingga urine dapat keluar dengan baik.
Gangguan eliminasi urin adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
atau berisiko mengalami disfungsi eliminasi urine. Biasanya orang yang mengalami
gangguan eliminasi urin akan dilakukan kateterisasi urine, yaitu tindakan memasukan
selang kateter ke dalam kandung kemih melalui uretra dengan tujuan mengeluarkan
urine.
2. Penyebab/Faktor Predisposisi
i. Obat – obatan
Diuretik mencegah reabsorpsi air dan elektrolit tertentu untuk meningkatkan
haluaran urin. Retensi urin dapat disebabkan oleh penggunaan obat antikolinergik
(mis. atropin), antihistamin (mis. sudafed), antihipertensi (mis. aldomet), dan obat
penyekat beta – adrenergic (mis. Inderal).
j. Prosedur Bedah
Klien post bedah sering memiliki perubahan keseimbangan cairan analgetik
narkotik dan anestesi dapat memperlambat laju filtrasi glomerolus, mengurangi
haluaran urin. Anastesi spinalis terutama menimbulkan risiko retensi urin.
Perubahan struktur panggul dan abdomen bagian bawah dapat merusak urinasi
akibat trauma local pada jaringan sekitar. Pembentukandiversi urinarius melalui
pembedahan di daerah kandung kemih atau uretra yang bersifatsementara (kanker
kandung kemih), memiliki stoma untuk mengeluarkan urin.
Inkontinensia
urine
5. Gejala Klinis
a. Urgensi : merasakan kebutuhan untuk berkemih
b. Disuria : merasa nyeri atau sulit berkemih
c. Frekuensi : berkemih dengan sering
d. Poliuria : mengeluarkan urine yang banyak
e. Oliguria : haluaran urine yang menurun dibandingkan dengan yang masuk
f. Nokturia : berkemih yang sering pada malam hari
g. Hematuria : terdapat darah dalam urine
h. Dribling (urine yang menetes) : kebocoran/rembesan urine walaupun ada kontrol
terhadap pengeluaran urine
i. Retensi : akumulasi urine di kandung kemih disertai ketidakmampuan
mengosongkan kandung kemih
j. Residu urine : volume urine yang tersisa setelah berkemih (volume 100 ml atau
lebih)
6. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
- Perawat mengkaji kondisi mukosa mulut untuk mengetahui status hidrasi
klien
- Perawat dapat melihat adanya pembengkakan atau lekukan konveks pada
abdomen bagian bawah.
- Perawat mengkaji meatus urinarius untuk melihat adanya rabas, peradangan
dan luka
b. Palpasi
- Perawat mengkaji status hidrasi klien dengan melalui turgor kulit
- Perawat dapat mengkaji adanya nyeri tekan di daerah pinggul pada awal
c. Perkusi
- Perawat memperkusi sudut kostovertebra, peradangan menimbulkan nyeri
7. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Urinalisis
2) Kultur Urine
b. Radiologi
1) Rontgenogram Abdomen
2) Pielogram Intravena
3) Pemindaian (scan) ginjal
4) Computerized Axial Tomography
5) Ultrasound ginjal
6) Sistoskopi
7) Biopsi ginjal
8) Angiografi (arteriogram)
8. Theraphy/Tindakan Penanganan
a. Mempertahankan kebiasaan eliminasi
Perawat mempelajari waktu saat klien berkemih normal, seperti saat bangun
tidur atau sebelum makan. Klien biasanya memerlukan waktu untuk berkemih.
Kebutuhan untuk berespons terhadap keinginan berkemih klien juga merupakan
hal yang penting. Penundaan dalam membantu klien ke kamar mandi dapat
mengganggu proses berkemih normal dan menyebabkan inkontinensia.
b. Penggunaan obat-obatan
Terapi obat-obatan yang diberikan secara tersendiri atau yang bersamaan
dengan terapi lain dapat membantu masalah inkontinesia dan retensi. Terdapat 3
tipe obat-obatan. Satu obat merelaksasi kandung kemih yang mengalami
ketegangan atau spasme sehingga meningkatkan kapasitas kandung kemih. Satu
obat menstimulasi kontraksi kandung kemih sehingga meningkatkan
pengosongan kandung kemih. Dan satu obat lainya menyebabkan relaksasi otot
polos prostat, mengurangi obstruksi pada aliran uretra.
c. Kateterisasi
Kateterisasi kandung kemih dilakukan dengan memasukan selang plastic
atau karet melalui uretra kedalam kandung kemih. Kateter memungkinkan
mengalirnya urine yang berkelanjutan pada klien yang tidak mampu mengontrol
perkemihan atau klien yang mengalami obstruksi. Kateter juga menjadi alat
yang digunakan untuk mengukur haluan urine per jam pada klien yang status
hemodinamiknya tidak stabil.
d. Pencegahan infeksi
Klien yang dikateterisasi dapat mengalami infeksi melalui berbagai cara.
Mempertahankan drainase urine tertutup, merupakan tindakan yang penting
untuk mengotrol infeksi. System yang rusak dapat menyebabkan masuknya
organism. Daerah yang memiliki resiko ini, adalah daerah insersi kateter,
kantung drainase, clap, dan sambungan antara selang dan kantung. Irigasi dan
instilasi kateter diperlukan untuk mempertahankan kepatenan urine menetap,
kadang-kadang perlu untuk mengirigasi atau membilas kateter.
e. Menguatkan otot dasar panggul
Latihan dasar panggul meningkatkan kekuatan otot dasar panggul yang
terdiri dari kontraksi kelompok otot yang berulang (Burke, 1992)
f. Bladder retraining
Tujuan bladder retraining ialah untuk mengembalikan pola normal
perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengeluaran air kemih
(AHCPR, 1992)
5) Pengkajian Fisik
- Keadaan umum pasien
- Kesadaran
- Pemeriksaan TTV
6) Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Laboratorium
- Pemeriksaan radiologic
Analisa data:
a. Data subjektif :
- Klien mengatakan sulit untuk berkemih
- Klien merasakan nyeri ketika sedang berkemih
- Klien merasakan perutnya kembung (distensi kandung kemih)
- Klien mengatakan tidak dapat merasakan keinginan berkemih
- Klien mengatakan tidak dapat menghambat berkemih secara volunter
b. Data objektif :
a. Inspeksi
- Mukosa mulut kering
- Terlihat adanya pembengkakan pada abdomen bagian bawah.
b. Palpasi
- Palpasi ginjal selama untuk mengetahui adanya masalah seperti tumor.
- Palpasi abdomen bagian bawah, kandung kemih dalam keadaan normal
Inkontinensia Setelah diberikan NIC Label: Urinary NIC Label: Urinary S : klien
asuhan keperawatan Incontinence Care Incontinence Care mengatakan sudah
urine reflex
selama ..x24 jam 1. Agar klien bisa mengontrol
berhubungan 1. Jelaskan penyebab mengetahui mengetahui
diharapkan
dari masalah dan mengenai kondisi bagaimana pola
dengan gangguan inkontinensia pada klien
rasional dari dan tujuan dari eliminasi urinenya
neurologis berkurang tindakan yang tindakan yang O : output dan
dilakukan dilakukan intake cairan sudah
ditandai dengan NOC Label: Urinary 2. Untuk mengetahui normal dan
tidak adanya Continence 2. Monitor eliminasi karakteristik dari seimbang (1cc/kg
urine, meliputi haluaran urine BB/jam), frekuensi
sensasi penuh dengan criteria hasil : frekuensi, 3. Untuk melatih dan berkemih yang
pada kandung konsistensi, bau, membiasakan sering pada klien
1. Mengetahui volume, dan warna pasien mengetahui mulai berkurang
kemih keinginan berkemih keinginan A : Urinary
(5) 3. Membantu untuk berkemihnya Incontinence Care
2. Pengosongan meningkatkan/ 4. Sebagai tercapai sebagian
mempertahankan perbandingan P : intervensi
kandung kemih (5)
keinginan berkemih sehingga dapat Urinary
3. Berkemih > 150cc
setiap kali berkemih 4. Instruksikan terlihat perubahan Incontinence Care
(4) yang terjadi pada dilanjutkan
pasien/keluarganya
pasien
untuk mencatat
NIC Label: Urinary
keluaran urine dan
Catheterization
pola eliminasi
1. Agar klien
NIC Label: Urinary mengetahui
Catheterization kegunaan dan
tujuan dari
1. Jelaskan prosedur pemasangan kateter
dan rasional dari 2. Untuk mengetahui
pemasangan kateter apakah terjadi
ketidakseimbangan
dan perubahan
2. Monitor intake dan pada keluaran urine
output cairan
(jumlah, warna,
frekuensi)
Retensi urine Setelah diberikan NIC Label: Urinary NIC Label: Urinary S : klien mengatakan
berhubungan asuhan keperawatan Elimination Elimination perutnya sudah tidak
dengan sumbatan selama ..x24 jam Management Management nyeri
1. Monitor eliminasi 1. Untuk mengetahui O : intake dan output
diharapkan retensi urine
urine meliputi ada atau tidaknya cairan sudah normal
pada klien dapat frekuensi, ketidaknormalan dari dan seimbang
berkurang/teratasi. konsistensi, bau, berkemih klien (1cc/kg BB/jam)
NOC Label: Urinary volume, dan warna 2. Untuk mengetahui A: Urinary
Elimination 2. Identifikasi faktor hal-hal yang Elimination
yang berpengaruh menyebabkan Management
dengan criteria hasil : terhadap inkotinensia inkontinensia tercapai sebagian
3. Anjurkan pasien 3. Agar pasien dapat
1. Pola eliminasi urine untuk segera mengetahui dan P: Urinary
klien (5) merespon dorongan mulai membiasakan Elimination
2. Pengosongan berkemih untuk mengetahui Management
kandung kemih (5) pola berkemihnya dilanjutkan
3. Retensi urine (5) 4. Agar mengetahui
4. Nyeri saat berkemih 4. Catat waktu terakhir interval perkiraan
(5) berkemih berkemih
NOC Label: Symptom selanjutnya
Severity NIC Label: Urinary NIC Label: Urinary
1. ketidaknyamanan (5) Catheterization Catheterization
2. ansietas (5) 1. Agar pasien
3. kegelisahan (5) 1. Jelaskan prosedur mengetahui tujuan
dan rasional dari dari tindakan dan
dapat mengurangi
pemasangan kateter kecemasannya
2. Tetap menggunakan 2. Agar terhindar dari
teknik aseptik paparan mikroba
3. Monitor intake dan yang dapat
menyebabkan
output cairan infeksi
(jumlah, warna, 3. Untuk mengetahui
apakah terjadi
frekuensi) ketidakseimbangan
dan perubahan
pada keluaran urine
DAFTAR PUSTAKA