Anda di halaman 1dari 13

Tujuan pembelajaran:

Setelah mempelajari mata kuliah ini mahasiswa


diharapkan dapat menguasai pengolahan data
dalam analisis kuantitatif dan menggunakan
serta memilih metoda volumetri.

Tujuan pembelajaran khusus Kompetensi Sarjana Farmasi


Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan mampu;
1 Mengolah data analisis volumetri yang terkait dengan . kecermataan
kesalahan, nilarrata-rata,varian standardeviasr. rentang, batas Kompetesi Sarjana Farmasi lndonesia antara lain:
keper€yaan, cara menyatakan hasil akhtr dan cara mengilung
kadar sampel obat
2 Memahamr, memilih dan menjelaskan meloda pengambrlan sampel Mampu menganalisis senyawa endogen dan
dan penanganannya untuk dianalisis secara volumelri eksogen dalam matriks biologis, senyawa beracun,
3 Menlelaskan berbagai reaksi dan mekanisme analisis volumetri menentukan kualitas. khasiat dan keamanan bahan
terhadap senyawa obat baku, sediaan farmasi, makanan dan minuman serta
4. Menlelaskan teori dan metoda analisis reduksr-oksidimetri serta produk kesehatan rumah tangga (PKRT)
penerapannya
5 Menjelaskan leori dan metode analisis argentometri dan nitrimetri
serta penerapannya MATA KULIAH APA YANG MENDUKUNG
6. Menlelaskan teori dan analisis elektrometri serta penerapannya KOMPETENSI TERSEBUT ?
Daftar Pustaka
1. Connors, K. A., 1982, A Textbook of pharmaceutical Bagan Perkuliahan
Analysis, John Wlley & Sons, New york.
2. Departemen Kesehatan Rl, 1995, Farmakope lndonesia, l. Pendahuluan
Edisi lV, Dep Kes. Dirj pOM, Jakarta
3. Gandjar, l. G., dan Rochman, A.,2007, Kimia Farmasi
ll. Penyiapan sampel
Anallsis, Pustaka pelajar, yogyakarta. lll. Kesalahan dan Pengolahan Data
4. Kat, A.,2005, Pharmaceuticat Drug Analysls, New Age lV. Analisis Volumetri
lnt. Limited Publ., New Delhj.
V. Titrasi Oksidi-reduksimetri
5. Vogel's, 1998, Texbook of Quantitatif Analysls, 5rh.
Ed. ,
Vl. Argentometri
Longman Green and Co., London
6. Watson, D.G.,'1999, pharmaceutical Analysls,2nd. Ed, Vll. Nitrimetri
Churchitt Livingston. Vlll.Potensiometri

I. PENDAHULUAN Kimia analisis mempunyai penerapan


l.a.Teknik Analisis yang luas karena :
Lb. Metode Anatisis
l.c. Prosedur Analisis L KA banyak digunakan dalam berbagai disiptin itmu kimia
l.d. Skala Operasional Analisis yang lain seperti kimia organik, kimia anorganik, kimia
fisika, dan biokimia.
Kimia Analisrs melibatkan penggunaan sejumlah teknik
dan metode untuk memperoleh aspek kLalitatif. ll. KA dipakai secara luas di cabang ilmu_ilmu lain seperti
kuantitatif, dan informasi struktur dari suatu senyawa ilmu-ilmu farmasi, ilmu-ilmu kedokteran, rlmu-ilmu
obat pada khususnya, dan bahan kimia pada umumnya pertanian, ilmu-ilmu lingkungan dan sebagainya.

Analisis kuantitatif adalah analisis untuk menentukan


lumlah (kadar) absolut atau relatif dari suatu elemen

l. a. Teknik Analisis

Teknik analisis terkait dengan proses fistka_kimia yang


dapat digunakan untuk memberikan informasi ana]isis
Proses yang mendasari teknik analisisj
- sifat atom dan molekul,
- fenomena-fenomenayang mampu menjadikan
elemen-elemen atau senyawa-senyawa tersebut
dapat dideteksi atau dapat diukur secara kualitatif
dan kuantitatif
- kondisi yang dapat dikontrot.

2
l. b. Metode Analisis
d. Jumlah sampel yang dianalisis
e. Ketepatan dan ketelitian yang diinginkan untuk
Suatu metode analisis terdiri atas serangkaian langkah
yang harus diikuti untuk tuiuan analisis kualitatif, analisis kuantitatif.
kuantitatif, dan informasi struktur dengan menggunakan f. Ketersediaan bahan rujukan, senyawa baku,
teknik tertentu. bahan-bahan kimia, dan pelarut yang
Ada I
faktor sebagai berikut: dibutuhkan.
a. Tujuan analisis, biaya yang dibutuhkan, serta waktu g. Peralatan yang tersedia.
yang diperlukan.
h. Kemungkinan adanya gangguan pada saat
b. Level analit yang diharapkan dan batas deteksi yang
diperlukan. deteksi atau pada saat pengukuran sampel.
c. Macam sampel yang akan dianalisis serta pra-
perlakuan sampel yang dibutuhkan.

Metode Analisis kuantitatif yang baik harus memenuhi


beberapa kriteria (pTTSTp)
4. Selektif, aninya untuk penetapan kadar senyawa tertsnlu, metode
1. Peka (sersitiye), artinya metode harus dapat digunakan untuk lersebut tidak banyak torpengaruh oleh adanya senyawa lain,
menetapkan kadar senyawa dalam konsentrasi yang kecil
Misalnya pada penetapankadat zal-zat racun. melabolit obat 5. Tangguh (rugged), artinya adanya perubahan komposisi petarut
dalam jaringan dan sebagainya
atau variasi lingkungan tidak menyebabkan perubahan hasil
analisis
2. Tepat (preciss), arlinya metode t6rsebut menghasilkan sualu hasil
analisis yang sama atau hampir sama dalam satu seri
6. Praktis, artinya metode tersebut mudah dikorjakan serta tidak
pengukuran (penetapan)
banyak memerlukan waktu dan biaya Syarat ini diperlukansebab
banyak senyawa-senyawa yang tidak mantap (stabil) apabila waktu
3. Teliti (accul.are), artinya metode dapat menghasitkan nilai rata_rata penetapan terlalu lama
lmeanlyang sangat dekat dengan nilai sebenarnya ltrue valuel-

L c. Prosedur Analisis 4. Pra-perlakuan sampel atau pengkondisian


Ada 6 macam langkah prosedur analisis: lnformasi2 Pengubahan analit ke bentuk yang sesuai sehingga
analisis, teknik dan prosedur, pengambtlan sampel pra- analit dapat dideteksi atau dapat diukur harus juga
perlakuan, pengukuran dan perhitungan diperhatikan.
1. lnformasi-informasianalisisyangberhubungandengan tingkat
akurasi, lama waktu, biaya, ketersediaan atai/bahan/p;tarul dsb.
5. Pengukuran analit yang diinginkan
2. Pemilihan teknik dan metode analisis yang terbaik yang akan Berbagai sifat tisika atau kimia dapat digunakan sebagai
digunakan untuk analisis sampel suatu cara identifikasi kualitatif dan pengukuran
kuantitatif atau keduanya.
3. Pengambilan qampel
Sampel haruslah dapat mewakili materi yang akan dianalisis 6. Penghitungan dan interpretasi data analisis
secara utuh. Masalah pengambilan sampel merupakan hal yang
tidak boleh dipandang ringan karena dari cara pengambilan sampel Analisis dapat dikatakan selesai bila hasil-hasilnya
akan diperoleh hasil analisis yang benar atau saiah. dinyatakan sedemikian rupa sehtngga si analisis dapat
memahami artinya.
L d. Skala Operasionalnya
erkait dengan konsentrasinya
1). makro adalah sampel yang beratnya lebih besar dari
0,100 gram,
a. Komponen dari sampel yang konsentrasinya antara 1 -
100% dikenal sebagai analit mayor/utama,
2). semimikro antara 0,010 - 0, 100 gram,

b. Analit-analit minor berkonsentrasi antara 0,01 - 1%.


3). mikro kurang dari 0,010 gram
c. Analil yang konsentrasinya di bawah 0,01% disebut
4). submikro atau ultramikro jika kurang dari 0,001 sebagai konsentrasi kelumit (trace elements).
gram.

ll. a. Pengambilan sampel


II. PENYIAPAN SAMPEL
Cara pengambjlan sampel sangat tergantung pada sifat
1 Pengelahuan yang baik tenlang proses samprrg {pengambitan dan jumlah bahan yang dianalisis. Pengambilan sampel
sampel) dan tujuan analisis dapat menghindarkan dari kesalahan
padat akan berbeda dengan cara pengambilan sampel
analisis Tingkat kepercayaan terhadap data analisisluga sangal
terganlung pada bagaimana suatu samplmg dilakukan. Sampel cair, dan gas. Namun, pada prinsipnya sampel yang
yang diambil harus bersifat representatif (mewakili) populasi dianalrsis harus bersifat representatif, artinya sampel
dari zatlbahan yang akan dianalasis dan haruslah homogen. yang akan dianalisis benar-benar mewakili populasinya.

2. Dalam banyak hal, sediaan obat atau sampel secara umum tidak
dapat dianalisis secara langsung. Ada dua (2) macam cara pengambrlan sampel :

Misalkan dalam analisis kromatografi harus lerlebih dahutu dilakukan 1. Pengambilan sampel representatif
perlakuan awal terhadap sampel tersebul Langkah inr 2. Pengambilan sampel random
dikategorisasikan s€bagai samp/mg atau langkah pembersihan
sampel dari pengotor yang mungkin ada sehingga dapat
mengganggu analisislebih lanlut Dalam bab ini akan dibjcarakan
lentang prosedur penyiapan sampel.

ll. a. 1. Pengambilan sampel representatif

ll. a. 2. Pengambilan sampel random (cuplikan


Cara pengambilan sampel ini dilakukan terhadap
bahan yang tidak homogen. random, cuplikan acak).
Dalam hal ini, sampel harus diambil dari bagian-
bagian yang berbeda-beda dari setiap wadah (bagian Cara pengambilan sampel ini dilakukan
atas, tengah, bawah, samping, dan sebagainya).
terhadap bahan yang serba sama (homogen)
Masing-masing sampel harus dicampur homogen
kemudian sampel diambil secara random untuk
atau dianggap serba sama. Misalnya larutan
dianalisis. sejati, bafch tablet, ampul dan sebagainya.
Sampel yang diterima untuk dianalisis harus
dianggap bukan sampel yang homogen.

4
Untuk zat padat, cara reduksi dilakukan sebagai
berikut: Jumlah sampel yang:
1. sampeldiluangkanperlahan-lahansehinggadiperolehbenluk (1) beratnya lebih dari 100 kg diambit 500 g,
kerucut (2) sampel dengan berat 100 kg diambil 2SO g,
2 Ujung kerucut ditekan, kemudian dibagi empal dengan menaflk (3) sampel yang beratnya kurang dari 1O kg diambil sampel
garis tengah yang saling tegak {urus latu diambil dui bagian yang ofisial paling banyak 125 g.
berssberangan, dan dikumpulkan.
3 Pekerjaan seperti semuta djulangr sehingga didapatkan sampet
Penyerjaan sampel:
ofisial yang sesuai
(a). Jika tidak langsung dianatisas sampel diberi label untuk
memudahkan mencarinya.
(b). Sampel harus disimpan dalam tempat yang sesuai
untuk menjamin bahwa Sifat fisika kimia sampel tidak
-.>
E--@u.sa berubah.

ll. b. Penyimpanan sampel


ll. c. Pra-perlakuan sampel (sampte pretreatmentl
Harus diperhatikan selama penyimpanan :
a. Suhu, yang meningkat : (.j ) hilangnya analit yang bersifat volatil,
(2) degradasi baik oteh panas alau oleh agen bjotogis, (3) terjadj Keadaan sampel i
peningkatanreaktifitaskimiawi (4) Suhu yang rendahakan
menyebabkan terdepositnya atau terondapkannya analil
(1) berasal dari berbagai macam ukuran dan bentuk,
b, Kelembaban akan berpengaruh pada kandungan air pada bahan (2) mengandung analit dari yang berkadar tinggi sampai
padat hrgroskoprs atau dapat dengan berkadar sangat rendah
luga memyebabkan terjadinya reaksi
hidrolisis
(3) mempunyai kandungan air yang bervariasi,
c. Radiasi ultraviolet, khususnya dari sinar matahari s€cara langsung
akan menginduksi reaksi-reaksj fotokimia, fotodekomposisi, aLau (4) kandungan komponen yang beraneka ragam.
polimerisasi
d. Oksidasi yang diinduksi oleh udara dapat menyebabkan kerusakan
Pra-perlakuan diperlukan untuk mengkondisrkan sampel
sampel terutama untuk sampel-sampel yang sensitif terhadap
oksidasi sehingga siap untuk dianalisis dengan metode tertentu.

Pra-perlakuan sampel yang dapat dilakukan . Teknik pra-perlakuan sampel yang sering digunakan
a. Memanaskan sampel yang mengandung analit yang dalam analisis.
tahan panas pada suhu 100 -1200C untuk menghilang-
kan pengaruh variasi kandungan air.
a. Analsis langsung

b. Menimbang sampel sebelum dan sesudah pemanasan


b. Ekstraksi padat-cair
sehingga kandungan air dapat diketahui.

c. Ekstraksi cair-can (Liquidliquid extraction, LLE)


c. Memisahkan analit yang berkarakteristik tertentu
dengan menggunakan berbagai teknik pemisahan
d. Ekstraksi fase padat (So/rd phase Extractjon, SpE)
d. Menghilangkan komponen matriks sampel yang dapat
mengganggu analisis komponen yang dituju.

5
III. KESALAHAN DAN lll. b. Kesalahan dalam Analisis
PENGOLAHAN DATA
Pada dasarnya setiap pengukuran dalam analisis kimia
lll. a. Pendahuluan selalu mengandung kesalahan. Semakin banyak
langkah dalam melakukan tahapan analisis, maka
lstilah kesalahan didasarkan pada perbedaan antara hasil kesalahan yang terjadi semakin besar.
pengukuran (nilai perhitungan) dengan nitai sebenarnya (true
yalue), Nilai sebenarnya dari suatu kuantilas yang diukur
merupakan s€suaiu yang tjdak pernah kita kelahui secara pasli Ada 3 macam kesalahan dalam analisis kimia yaitu :

- kesalahan gamblang (gross errorl,


Meskipun demikian, seorang analisis akan menerima suatu nilai
- kesalahan acak (random error\, dan
sebenarnya (lrue yaiue), lika nilar lersebul mempunyai ketidak_
paslian yang paling kecil diantara nitai-nilai tarn dari sualu - kesalahan sistematik (systematic error).
pengukuran kuantitas

Kesalahan gamblang merupakan kesalahan yang sudah Kesalahan acak (random error) atau disebut juga
kesalahan yang tidak tergantung (indeterminate erroi
lelas karena melibatkan kesalahan yang besar akibatnya
kita harus memutuskan untuk mengabaikan percobaan merupakan kesalahan yang nilainya tidak dapat
yang telah kita lakukan dan memulainya dari awal lagi diramalkan dan tidak ada aturan yang mengaturnya
secara menyeluruh. serta nilanya berfl uktuatif.

Contoh kesalahan gamblang adalah sampel tumpahi Kesalahan sistematik merupakan kesalahan yang
pereaksi yang akan digunakan tercemar; larutan yang mempunyai nilai definitif (nilai tertentu). Hasil analisis
dipersiapkan salah, dan alat yang digunakan rusak. yang mengandung kesalahan ini dapat mengarah ke
arah yang lebih kecil atau ke arah yang lebih besar dari
(ala+ala.

Untuk memahami adanya kesalahan acak dan sistematrk


Ralaiata hasil pengukuran dapat diperoleh dengan persamaan
dapat dibedakan dengan menggunakan contoh berikut.
berikul

Satu batch tabtet paraselamol dinyatakan mempunyat


kandungan 500 mg parasetamot tiap tabtetnya Diasumsikan bahwa
kandungan parasetamolnya (nitai sebenarnya, true vatue) adalah
100%. Sebanyak 4 orang mahasiswa melakukan penetapan kadar : rala-rala pengukuran
paraselamol secara spektrofotometri UV dan hasil yang diperoteh : Nilai masing-masing pengukuran
adalah sebagat benkut. : Banyaknya pengukuran

Rala-rala hasil pengukuran sbb


l\4ahasrswa 1 : 9p.5 %, 99.9%. jOO.2a/o.99 4 %, 100,5 % Mahasiswal = 99.90o/o
Mahasiswa2 . 95,6 %, 96,1 o/o 95,2 o/o 9S,1 %. 96,1 o/o
Mahasiswa2=95,62%
N,lahasiswa 3 = 96 88 o/o
Mahasiswa 3 : 93,5 o/o: 98,3 %: 92,5 o/o. iO2 5 o/o: 97.6 o/o Mahasaswa4=99.72olo
Mahasiswa4 94,4 % 1OO,2o/o. 1O4.So/o,gt.4 % 102.1 %.

o
teliti (accurafe) jika nital
Suatu hasil analisis drkatakan
{
Rilo.mh

Gla-rala hasil pengukuran sangat dekat dengan nilai Tcptrr dan Trdal Tclili
sebenarnya (true value),
,dnL Tcp.l dnn Trdnl TcIr,
R.r
sedangkan suatu hasil analisis dikatakan tepat (p,,ecise) Mahnsrs\\al
Tidal Tcpal dil Tclilr
jika dalam satu seri pengukuran mempunyai selisih yang
95
sangat kecil antar satu nilai dengan yang lain.
K

Mahasiswa 1 memperoleh hasil pengukuran yang teliti (akurat)


karena rata-rala kandungan parasetamol yang diperoteh(99,90%
sangat dekat dengan nilai sebenarnya (100%) dan juga tepat
(prease) karena dalam seri pengukuran hasil yang diperoleh

Kesalahan acak merupakan jenis kesalahan yang selalu ierjadi dalam


Mahasiswa 2 memperoleh hasrl p6ngukuran yang tidak teliti karena sebagai akibal adanya sedikit variasi yang tidak dapat ditentukan
rata-raiapengukurannya jauh (95 62 %) dari nilai sebenarnya, (dikonlrol) dalam pelaksanaan prosedur analisis Kesalahan acak dapat
namun tepat (pre6lse) karena dalam seri pengukuran hasil yang digambarkan sebagai kurva normal (Gaussia, curye) pada gambar bgrikut
diperoleh mempunyai perbedaan yang sangal kecil
Dalam hal ini, mahasiswa tersebut tidak menghasilkan kesalahan
acak akan tetapi mengalami kesalahan sistematik.
Mahasiswa 3 memperoleh hasil pengukuran yang tidak teliti karena
rata-rata pengukurannya jauh (96,88 %) dari nilai sebenarnya dan
juga tidak tepat karena adanya varjasi yang cukup besar antar hasil
pengukuran.
Mahasrswa 4 memperoleh hasil pengukuran teliti karena nilai rata_
rclanya(99,74 %) mendekati hasil sebenarnya, akan tetapr tidak Dari kurva ini dapat dikemukakan:
lepal karena adanya variasi yang tlesar antar hasil pengukuran 1 ) Kesalahan yang kecil lebih sering terjadi

Dalam hal inr mahasrswa 4 mengalamr kesalahan acak 2) Kesalahan yang besar dapat dikatakan jarang terjadi
3) Besarnya kesalahan positifdan negatifsama
Jadi
*
kesalahan acak berpengaruh pada ketepatan (presisi), sistematjk bersifat ajeg (konstan) dan berhubungan dengan
akurasr) hasrl analisis. Kesatahan jenis ini mengakibatkan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesalahan Adanya kesalahan sistematik, kadang-kadang menyebabkah rata_rata
sistematik antara lain: yang didapat menyimpang lebih besar dari nilai sebenarnya.
a. Kesalahan personil dan operasronal Walaupun kesalahan ini tidak mungkin dihindari secara mutlak.
Kesalahan ini disebabkan oleh €ra pelaksanaan analisjs dari analis tetapi dengan cara tertentu dapat diperkecil sehingga hasil yang
(personil) dan bukan karena metode. Kesalahan operasional pada diperoleh tidak terlalu menyimpang dari nitai sebenarnya.
umumnya bersifat fisika (bukan khemis) misatnya berkurangnya
endapan akibat kekeltruan cara pencucran Untuk memperkecil kesalahan sistematik dapat dilakukan beberapa
b. Kesalahan alat dan pereaksi €ra, antara lain
Kesalahan ini dapat disebabkan oleh pereaksi yang kurang murni, a. Kalibrasi (peneraan) dan koreksi alat yang dipakai
alat yang kurang valid atau pemakaian alat yang kurang tepal b. Dilakukan penetapan blanko.
walaupun alatnya sendiri baik
c Melakukan kontrot dengan zat baku (referencesubstance)
c. Kesalahan metpde
d Menetapkan dengan metode tain (perbandjngan metode)
Kesalahan metode dapal disebabkan kesalahan pengambilan
e Melakukan penetapanpa?tet ( in dupto atau in triplo)
sampel dan kesalahan akrbat reaksr krmia yang tidak sempurna
f Menetapkan dengan meloda penambahanbakr (standard addition
nethod)

7
Berbeda dengan kesalahan absolut, kesalahan
lll. c. Cara menyatakan kesalahan relatif merupakan perbandingan antara kesalahan
absolul dengan nilai sebenarnya. Jadi kesalahan relatif
Kesalahan hasil analisis yang diuraikan dj atas dapat dinyatakan (e) adalah:
dengan dua cara yaitu sebagai kesatahan absolut (d) dan kesalahan
relalif(nisbi: e) Yang dimaksud dengan kesatahan absolui adatah p-X
besarnya perbsdaan antara hasil analisis (& denqan nilai c - --------
sebenarnya (p). Dengan rumus
p

Kesalahan absolut(d)= I p . X biasanya kesalahan relatif dtnyatakan dalam persen,


p = nilai sebenarnya
I
sehingga rumusnya_menjadil
X-= rata-hasil analisis p-X
Kesalahan absolut monyatakan perbedaan anlara hasil analisis
dengan nilai sebenarnya yang keduanya dinyatakan dengan satuan
yan9 sama (persen, m9, ml dan sebagainya) maka kesalahan
absolut mempunyai dimensr yang sama dengan hasil analisis
Dengan demikian kesalahan absotut dapat dinyatakan misalnya: d =

Dalam banyak hal kesalahan relatif lebih sering dipakai. Dari kedua contoh di atas, maka kesalahan retatifpenetapan kadar
Hal ini disebabkan karena kesalahan absolut seringkali vitamin C sebesar 0,05/50 x 1OO % = 0,1 %,
belum dapat menunjukkan ketelitian hasil analisis yang Sedangkan kesalahan relatifpada penetapan kadar arsen =
didapat. 0.05/0.0'l x 100 % = 500 o/o.

Sebagai contoh: Oari perhitungan inr jelas bahwa kesalahan relatif lsbih sesuai untuk
memberikan gambaran akan ketelitian hasil analisis yang didapat
Kesalahan absolut sebesar 0,05 %.
Kalau kesalahan itu terjadi pada PK tablet vitamin C Cara ini sering membingungkan apabila hasil anatisis dinyatakan
yang mengandung 50 % vitamin C, maka dapat dalam persen Untuk menghindari kesalahan ini, k6salahan relatif
dikatakan hasil tersebut sangat baik. sering pula diluliskan dalam bagian perseribu (ppt = palt per
lhousard), atau bagian perjuta lppm = part per miilion) dan
Akan tetapi kalau kesalahan absolut sebesar 0,05 % itu sebagainya.
terjadi pada penetapan kadar arsen dalam makanan
yang mengandung 0,01 ok arsen, maka hasil tersebut
akan sangat tidak baik

lll. d. Ketepatan dan ketelitian 3. Standar deviasi (SO)


Standardeviasi mgrupakan akar jumtah kuadrat deviasa masing-masing
Suatu hasal dikatakan tepal apabila penyebaran (dispersi) hasil datam hasil penetapan terhadap rctajata (mean) dibagi dengan derajat
satu seri penetapan kecil sedang hasil itu tetitilika mendekali harga kebebasannya (deg@es of f@edoml.
yang sebenarnya. ' Dengan rumus, SD dapal dinyatakan:

Dalam hal ini dapat dikemukakan 4 macam ukuran ketepatan yaitu: I lX_ x),
=i
1. Kisaran (Rarge). ro ---.----
Kisaran merupakan selisih hasil penetapan yang paling besar N-1
denganyang paling kecil Semakin keql setisihnyaberarti hasitnya dimana l
semakin tepat
X = nilai da.i masing-masing pengukuran
2. Deviasi rata-rata lmean deviationl tr= rctarata (nean) dari pengukuran
Deviasi rata-ra'la (q) merupakan devtasi dari masing_masing hasjl N: frekuensi penelapan
penetapan terhadap rata-rata, dengan tidak memperhatikan tanda N-1 = derajat kebobasan
deviasinya (posiiif atau negatif). €(x - xT
f I x_x l Nilai dari -----* disebut sebagai varian (V)....
Rumus (o1=--J-.----------- N-1

8
4. Standar Deviasi relatif (RSD)
5. Perolehan Kembali (Recovery)
Sementara itu, untuk menilai ukuran ketelitian (kedekatan hasil analisis
Standar Deviasi relatif (rerative sra ndard deviation,RSD) yang
juga dikenal dsngan koefisien variasi merupakan ukuran dengan rata-ratanya atau dengan true yalue-nya) digunakan
parameter perolehan kembali (recoyery-nya).
ketepatan relatif dan umumnya dinyatakan dalam persen. RSD
dirumuskan dengan persamaan
SD Ada beberapa pendapat suatu metode dikatakan teliti jika nilai
recovery-nya anlaa 90-1 00 %i ada yang berpondapat antara 95-
RSD=---"x l00o/.
1 05 %, dan ada yang berpendapat anlaaS0-120o/o.
x- Pendapat mana yang akan diacu seharusnya memperhatikan
dimana. seberapa kompleks penyiapan sampel dan seberapa besar tingkat
RSD Standar deviasi relatif (%) kesulitan darr metode analisis
SD : Standardeviasi
X : Rata-rata Semakin kompleks tahap penyiapan sampel dan semakin sulit metode
. Semakin kecil nilai RSD dari serangkaian pengukuran maka metode analisis yang digunakan, maka recoyery yang diperbolehkan
yang digunakan semakin tepal. semakrn rendah atau kisarannya semakin lebar (misalkan antara 80-
120 vo)

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan ketidaktepatan


dan ketidaktelitian dalam pengukuran adalah:
lll. e. Uji kebermaknaan (significance fesf)
UJi kebermaknaan (slgnif,bance test) melibatkan suatu porbandingan
1. Penimbangan yang tidak benar, demikian juga antara faktor eksperimental terhitung dengan faktor yang sudah ada
di dalam tabel statistik yang ditentukan dengan sejumlah nilai dari
pemindahan analit dan baku yang tidak sesuai.
suatu serangkaian data percobaan dan tingkat probabilitas terpilih
2. Ekstraksi analit dari suatu matriks (misal tablet) yang sehingga membuat kepulusan yang diambil menjadi benar.
tidak efisien.
3. Penggunaan buret, pipet, dan labu takar yang tidak Uji kebermaknaan digunakan untuk beberapa tujuan, antara laini
benar. 1 Untuk mengecek apakah nilai individual dari suatu serangkaian dala
menyjmpang dari rata-ratanya
4. Pengukuran menggunakan alat yang tidak terkalibrasi.
2 Unluk membandingkan ketepatan (presisi) dua atau lebih
5. Kegagalan dalam melakukan analisis blanko. serangkaian data
6. Pemilihan kondisi pengukuran yang menyebabkan 3. Untuk membandingkan rata-rata dua atau lebih serangkaian data
kerusakan analit. dengan data lain yang sudah diketahui akurasinya.

Jika digunakan SD sebagai kriteria maka hasil analisis (X) ditolak jika:
lll. e. 1. Penolakan hasil analisis (Rejection of
Result) >2 SO atau jika b)Xi
a)X, -x -; >3 SD
Diantara hasil yang diperoleh dari satu sefl penetapan kadar terhadap
satu macam sampel, adakalanya terdapat hasil yang sangat
Rumus mana yang dipakai sebagaa dasar penolakan data, a)
menyimpang bila dibandingkan dengan yang lain tanpa diketa-
atau b) pada hakikatnya didasarkan atas taraf kepercayaan (/evel ol
hui kesalahannya secara pasti sehingga timbul kecenderungan
co n fi de n ce) y ang dipilih
untuk menolak hasil yang sangat menyimpang tadi. Hasil yang
sangal menyimpang ini disebut dengan pencilan (outlier).
Untuk memastikan hasil yang sangat menyimpang tadi ditolak atau Dalam percobaan kimia umumnya dipilih taraf kepercayaan 99
o/o(P = 0,99) Dengan taral kepercayaan ini, hasil analisis Xi ditolak
ditenma, perlu dilakukan analisis data secara statistik. Di sini hanya
akan dikemukakan cara pemakaiannya saja, yang pada prinsipnya jrka X,-x > 4 d atauX, -i>3SD
sebagai dasa penolakan hastl pengukuran dapat digunakan deviasi Akan tetapi berhubung banyaknya penetapan kimia pada
rata{ata {glatau standar devjasr (SD) umumnya sedikit (3 atau 4 kali saja), maka sering dianjurkan untuk
Kalau dipakai deviasi rata-rata (d), maka hasit analisis (Xi) ditotak jikal memakai larat kepercayaan93 o/o (P = 0,95), sehingga hasit
. a) X,-i>2,5!Latau b) X,-x>4d analisisXi ditolakjika Xi-i> 2,5!L atau Xr-x > 2SD.
Catatan : t adalah rata2 hasrl analisis yang lain yang tidak dicurigai

I
Contoh perhitungan.
Pada penelapan kadar NaCl secara argentometfl, diperoleh hasil
sebagaiberikul yailu 95,72o/o.95 81 %. 95,83 %: 95 92 o/o dan x o= l,-x]
96,18 o/o. Solidiki apakah ada hasit yang dalotak -l d2

Jawab: 95.72 95,82 010 0.0100


Kalau diperhatikan, harga 96,18 % sangat menyimpang dari yang
lain dan karenanya nilai ini patut dicurigai. Untuk menghjtung rata- 95.8'1 0,01 0.0001
rata, nilai yang dicurigai tidak dimasukkan.
95,72 o/o + 95,81 o/o + 95.83 o/o + 95,92 ok 95.83 0.01 0 0001
Jadi rata-rata = --- --.-**---*-__- = 95,92
o/o.

4 0,10 0,01 00

Hasil yang dicurigai = 96,'1 I % dibandingkan dengan hasil rata-rata


yang tidak dicurigai Jumlah d= 0,22 Jumlah d2 =
0.0202

Dari tabel diatas diperoleh


Cac lain unluk melakukan analisis pencilan (oullyers) adalah dengan
d=O,22t4=OO55 Q-test yang juga dikenal dengan Dixon's e-test yang dirumusian
sebagai berikut:
0.0202
so = i ------= { o,oooz = o.ooz Nitai yang dicurigai
] - Nitai yang terdekar
3 . Qntuns=
I

Selisih antsra hasil yang dicurigai dan .ata-rata 96,1 g


- 95,82 = 0.36 (Nilai tertinggi - Nitaa terrendah)
1). Jika kita mengikuli kiteria d maka:
X1 -x 0,36
= 6,54 ini tebih besar dari 2,5 (p =0,9S), Selanjutnya nilai Q hitung ini dibandingkan dengan nilai O_*drE (e1"b
)
d 0,055 Jadi hasil 96.18 % DTTOLAK atau nrlar yang drperoteh dafl tabet statistik) Jrka nilai e.n*" tebih
kecil dari nilai Q-.,,r,r. maka hipotesrs nul (nuil hypothess) diieima
2) Menurutkrileria SD- bsrarti tidak ada perbedaan antara nilai yang dicurigaj dengan nilai_
X1 -x 0.36 nilaiyang laan.
: 5,04 rni tebih besar dari 2 (p= O 95) Sebalrknya. Jrka nilai Q-r,rung tebrh besar dari nrlai e
k,(,s. maka hrpotests
SD 0,082 Jadi hasil 96,18 o/o OTTOLAK nul ditolak berarti ada perbedaan yang bermakna antara nilar yang

Contoh parhltungan A
Tabel . Nilai Q.kin! pada taraf kepe.qayaan 95 o/o (p = O,OS) pada Pada penolapan cemaran pestisida dalam sayuran didapat kadar 0,403; 0,4.10;
uji dua siri. 0,401 i dan 0,380 Fg/g. Apakah nitai 0,380 adatah suatu pencitan?
Jawab.
dats Q-tabol (Nilai Q-kritis) Nilai O.hi,ury dihitung dengan rumus seperti di atas sehingga didapatkan:
Q-hilqi,= [0,s80-0,401]/[0,4io-O,3sO]= 0,021/0,03= O,70
4 0,E31
' Nilai Q.kiG unluk 4 data pada laraf kepercayaan 95 o/o (p O,O5) adalah
= =
0,831 Karena harga O.h.ru"c tebih kecil dari O.k.B berarti nrtai O,3gO
5 0,7't7 bukanlah sualu pencrtan sehrngge nitai 0.380 dapat DTTERIUA

6 0,621 Contoh perhhungan B


Sekarang perhatikan jika pada contoh da alas ditambah dengan 3 nilai yaitu
7 0,570 0,400; 0,413i dan 0,41 1 pg/t. Apakah nilai 0,380 adalah iuatu pencilan?

E 0,524 o-hiru"! = I0,380 - 0,4001/10,41 3 - o,3BOl


= o,O2o/0,033 = 0,61
. Harga Q-kirs unluk 7 data pada taraf kepercayaan 95 o/o (p O,O5) adalah
=
sebsar 0,570 sehrnggs harga e h,tu.s tebih besar dan e*,,us berarti nital
0.380 adalah sualu pencrlan sehrngga nrlar O 380 harus DtiOLAK.

10
Contoh perhltungan C
lll. e. 2. Ujideviasi normal. Pada penelapan kadar N dari benzanilada menurul cara Kieldahl, diperoleh
hasil sebagai berikut: 7, 1 1 a/a, 7,0A a/o: 7.OG o/o; I,06 o/. dan 7,O4 oh. Kada.
Uji ini digunakan untuk menguji apakah hasrl yang diperoleh sama
sebenarnya menurut perhitungan beral molekulnya (8.M. nya) adalah
dengan hasil sebenarnya Dan salu seri penetapan kadar. mula- =
7,10 o/.. Ujilah apakah hasit yang diperoteh berbeda dengan hasil
mula dihitung mean dan SD-nya. kemudian dihitung harga I dengan sebenarnya?
rumus _ Jawab:
(X - tr) dimana X = rata-rata hasrl dan p = harga
t= -"-.-------- sobenarnya dan SD/\IN = slandar error x d(x-, ) d2

SD/.IN 7 .07
Harga I rnr it-4ru.s) setanJutnya drbandingkan dengan harga t.knui (t-,ad) /06
dengan derajat kebebasan = (N-l) Jika harga t+ilun" lebih besar
dari l-kil\ berartr rata-rata berbeda signifikan d€ngjn harga
sebsnarnya (true yaiue) S€baliknya kalau harga tiftu.s lobih kecil Jumlah:35.35 Jumlah d= 0.00 Jumlah d? =0.0028
dari pada t.k,irik maka antar rata-rata dengan nilai sebenlrnya tidak
berbeda signifikan atau dengan perkaiaan lain datam staiistika:
rata-rala sama dengan nilai sebenarnya

Perhitungan t hitune
Harga t-n,,,nn = 2, 51 ini lebih kecil dari t-r,,itir, =
35,35 3,75 (untuk P = 0,99 dan O = 4). Jadi
X = ----=7,07 rata-rata dapat dikatakan sama dengan
5
d2 0,0028 o.oo28 harga sebenarnya.
so = {-----,--- {-- --- -"- = {------= o,ozoc
N-1 5_1 4 Lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa
metode Kjeldahl untuk penetapan kadar
7,10-7.O7
Hargatheuhe - ----------------- = 2,51 unsur N dalam persenyawaan memberi-
o.ozoais kan hasil yang teliti.

lll. e. 3. Uji t ( t-test)


Jika harga t_h,rus ini lebih kecil daripada harga t_kd,k (t-ber) berarti kedua
Uji ini digunakan untuk menguji dua buah rata.rata. pertama rataiata (Xa dan Xb ) tidak berbeda signifikan atau secara statistik
dihitung standar error perbedaan (slanda r error difference\ kedua dikatakan rata-rata metode A sama dengan rata-rata metode B (Xa
rata-rata hastl yang akan drbandtngkan dengan rumus. :_ Xb). Sebaliknya, kalau harga
t-hiluns Iebih besar dari t,kdik, berari

Sa?Naz + Sb2Nb2 Na + Nb Xa berbeda signifikan dengan Xb. D-alam hal ini harga i-ri,* Oieri
berdasarkan atas derajat kebebasan sebesar (Ha+NO - 2i'
S.E. diff: i ------------."------------- x
(Na + P5 -21
Contoh perhitungan Fresl
Sa dan Sb berturut-turut adalah SD metode A dan metode B, Pada metode penetapan kadar vitamin C dengan medium larutan asam
sedangkan Na'dan Nb adalah frekuensi penetapan metode A dan metafosfat (metode A) dengan frekuensi 5 kali, didapatkan rata-rata
metode B. Selanjutnya dihitung harga l_hiruns dengan rumus Xa= 94,83 % dan SD = 0,90 %.
Dengan medium larutan asam sikat (metode B), diperoleh rata-rata

Xb), S.E. diff X! = 97,79 % dan SD = 0,73 0,6, apakah kedua rata_rata berbeda
t+runo = ( !a "
signifikan?

11
JAWABAN YANG BENAR :

0,902 5? + 0732.52 5+5 Jadi dapat dikatakan bahwa dua rata.mta (Xa dan Xb) TTDAK
Dari data di atas, S.E. diff-nya - J - ---- ---- - ---.-, i ------- = befteda. Dari kenyataan inj dapat disimpulkan bahwa metode
asam sitrat MEMPUNYAI KETELITIAN yang sama dengan metode
5+5-2 55 asam metafosfat.
(0,81x25)+(0,533x25)
s.E Dirf =n- ---, -,--
8
20.2SA + 13.25

= {:___-,____.,..', i o,o
B

={<,razsr{o,q
= 2,046338 x 0,632455 = 1.294

Harga = [97,79 - 9a.$)t1 ,294 = 2,96t1|.25a = 2,297


lhiene
Harga l.hiruns rni LEBIH KECIL dari t.kdik (p = 0,99 dan 0 r B) yang nitainya

lll. e. 4. Ujit berpasangan (paired f-tesf/ Jawab:


Jika digunakan uji t (sebagaimana dalam 3 contoh di atas) tidak @cok
Soring kali 2 melode analisis harus djbandingkan dengan mongkaji sampol ujj lagi karena setiap variasj yang dissbabkan oteh melode akan
yang mengandung anatit yang jumlahnya sangat berbeda sebagaimana ' sangat dipengaruhi oleh perbedaan antara sampel uji. Kesulitan ini
dijelaskan dalam contoh be.ikut: diatasi dengan memperhalikan selisih antara setiap pasang hasil
Conloh pehitungan kedua metode. Dengan Uji t-berpasangan
Dala berikql menyajikan kadar timbat (!g/L) yang dtperoteh dari 2 melode yang Untuk keempat pasang nilai tersebut, selisihnya adalah sebesar _5, -7,
berbeda untuk 4 sampel uiil
2; dan 3. Rata{ata selisihnya adatah -1,75 dan simpangan baku
Sampel selisihnya {SD) adalah sebesar 4,99. Nitai p 6
Metode 1 l4etode 2 =
(oksidasi basah) (penyarian langsung)
Nilai l_hluns dapat dicfl dengan rumus:
1 7 76 (x - u) (-1,7s-0) -1.75
2 61 86 t: ------------- *t-nrung= -----=-0,7O.
3 50 48 so/iN 4,99/ \l4 2.495
4 60 57 Nilai t,hru.s ani lebah keqt daripada nitai t-kdir (N : 4 atau O 3; p 0,0S;
= =
Apaksh kedua metode dj atas membenkan rata-.ata kadar timbat yang nilai t.k.irik-nya adalah 3,.18). Jadi dari sini dapat dikatakan bahwa
berbeda
kedua metode tidak memberikan petbedaan ruta-rata kadar

Daftar harga f (tes dua sisi) lll. e. 5. UjiVarian (F-test)


o
Haroa I Haroa t
P=0,951P=0.99 o Tes varian (uii-F) digunakan unluk membandingkan kqtepatan dua
buah
P = 0,95 P= hasil (metods). pertama djtentukan besarnya
1 12.t1 63.70 11 2.20 3.11
,erbandingan anlara varian
yang besar lerhadap yang kecil (F), kemudian ha.ga F ini
2 4,30 I 9 92 12 218 3,05
dibandingkao
dengan F.Dd (F.rtul). Apabita F."au.e tebrh kecil daripada F.EEr, mak-a
3 3,'r8 ls,aa 2,13 ketepatan kedua hasil trdak berbeda srgnrfikan dan sebaliknya.
berartr

4 2 78 4,60 20 2,09 2.85


5 2,57 14 03 25 2.06 ,7q 8€s.rnya nilai F adalah: F =
6 2.45 13,71 30 2,U 2.75
Sr2/Sz2

7 2.37 3 50 40 2,O2 2,70 Srm.bol sr?.dan s22-masing-masing merupakan varian hastl (melode) I dan 2.
I 2.31 13 36 ]
60 2,00 2,66 Nilai s12 dan s?2drtempatkan sed€mikarn rupa sehingga nitai F Z
2,26 3.25
1
I 120 1,98
10 2,23 )317 1,96 258 Dari contoh penetapan kadar vitamin C di atas (slide 63), didapatkan harga
F=
1.50. Harga ini lebih kecit dari F-k.iiki4,4) yaitu 16,0; (p
!0.90)r(0,73F= = =
0,99). Jadi walaupun kedua melode tersgbut mengtrasilt<an SD yang
be.beda, telapi perbedaan ketepalannya tidat< signifikan. DengJn *-ata
tain
kedua metode menghasilkan ketepatan yang sama.

12
lll. e. 6. Cara Penulisan Angka
Penulisan angka hasil pengukuran atau hasil analisis pada
hakekatnya berkaitan dengan ketelitian alat yang
digunakan.
Jika angka menyatakan jumlah zat atau pereaksi yang digunakan
dalam pengujian dan dikehendaki ketelitian yang sesuai, maka
lingkat ketelitian dapat dinyatakan sebagai angka decimal dengan
ketentuan bahwa :
(1 ) angka 1,0 menunjukkan nilai kurang dari 0,95 dan tidak
lebihdari 1 05i
(2)angka 1,00 menunlukkan nilai kurang dari 0,995 dan tidak
lebih dari 1 005,
(3) angka 1,000 menunjukkan nilai kurang dari 0,9995 dan
tidak lebih dari '1.0005;

Kalau misalnya suatu hasil penimbangan dituliskan dengan '1 ,0 Penulisan hasil pembacaan buret makro dengan skala
g dan 1,0000 9, ini berarti bahwa ketelitian ponimbangan yang terkecil 0,1 ml seharusnya dituliskan dengan dua
pertama hanya sampai 0,1 g..Di sini angka nol merupakan angka desimal misalnya 12,50 ml dan bukan 12,5 ml, sebab
yang tidak tentu (unceftain number)
dengan penulisan 12,5 berart, angka 5 belum pasti
sehrngga dapat diartikan volume titran terletak antara
Jika penulisan dilakukan dengan 1,0000, hal ini menunjukkan
12,4 ml sampai 12,6 ml, padahal angka 5 yang
bahwa penrmbangan drlakukan dengan neraca yang mempunyat
ketelitian 0,'1 mg dan hanya angka nol terakhrr yang merupakan menyatakan 0,5 ml dapat dibaca dengan pasti.
angka yang tidak tentu. Hasil penimbangan ini hanya dapat
diperoleh jika menggunakan neraca analitik
Apabila pembagian skala buret ierkecil 0,01 mt (pada buret
mikro), maka penulisan hasil pembacaan buret harus
dinyatakan dengan tiga desimal misalnya 2,530 ml dan
bukan 2,53 ml sebab angka 3 dalam hal ini sudah pasti.

13

Anda mungkin juga menyukai