Anda di halaman 1dari 23

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Perancangan Mesin Stirling Tipe Gamma Menggunakan Teori Schmidt

Pada proses perangcangan mesin stirling tipe gamma ini, langkah awal yang

dilakukan yaitu menentukan konsep perancangan dari mesin stirling yang akan di

rancang. Berikut dimensi perancangan dari mesin stirling tipe gamma :

Gambar 4.1 Skema Dimension Perancangan Mesin Stirling Tipe Gamma

76
77

Keterangan :

1. Perbandingan volume langkah piston ekspansi (VSE) dan kompresi (VSC)

adalah 3 : 1

2. Perbandingan Volume sisa pada saat keadaan piston ekspansi (VDE) dan

kompresi (VDC) adalah 1 : 1

4.2 Kondisi Termodinamika Yang Digunakan Dalam Perancangan

Proses perancangan motor stirling ini, tidak berdasarkan daya output yang

harus dihasilkan, melainkan mencoba mengestimasi berapa daya yang dihasilkan

dengan kondisi-kondisi termodinamika yang dapat dicapai. Kondisi termodinamika

tersebut adalah:

1. Temperatur udara dalam silinder panas (TE), yaitu TE = 160 oC = 433 K.

Pemanasan yang dilakukan untuk mencapai temperatur ini adalah

menggunakan las assetilin.

2. Temperatur udara dalam silinder Dingin (TC), yaitu TC = 40 oC = 313 K.

Pendinginan yang dilakukan untuk mencapai temperatur ini adalah

menggunakan sirip pada silinder dingin, dengan sistem pendinginan udara.

3. Fluida kerja yang digunakan adalah udara dengan konstanta gas individualnya

adalah 286 J/(Kg.K)


78

4. Volume pada silinder piston displacer (VSD) dan silinder silinder piston

power (VSP) adalah :

VCE = 1374892,64 mm3 = 0,001375 m3 (1,375 × 10-3 m3)

VCC = 458004,20 mm3 = 0,000458 m3 (4,58 × 10-4 m3)

5. Volume langkah piston pada saat keadaan ekspansi ( VSE) dan kompresi (VSC)

adalah :

Dengan diameter displacer 86.80 mm dan panjang langkah 100 mm.

VSE = 591437,84 mm3 = 0,000591 m3 (5,91 × 10-4 m3)

Dengan diameter piston 54 mm dan panjang langkah 86 mm.

VSC = 196859,18 mm3 = 0,000197 m3 (1,97 × 10-4 m3)

6. Volume sisa pada keadaan piston kompresi (VDC) dan ekspansi (VDE) adalah

sama besarnya.

VDE = 74318,52 mm3 = 0,000074 m3 (7,4 × 10-5 m3)

VDE = VDC

7. Volume regenerator (VR) adalah 2,7 x 10-5 m3, yang dicapai dengan bentuk

silinder yang mempunyai dimensi D = 20 mm dan P = 68.50 mm.


79

Gambar 4.2 Skema Stirling Engine Tipe Gamma

Untuk menghitung parameter-parameter dalam perancangan termodinamika

motor stirling ini, digunakan pendekatan termodinamika dengan teori Schmidt yang

dipublikasikan oleh Koichi Hirata. Untuk melakukan penghitungan-penghitungan

tersebut, perlu dilakukan asumsi, seperti yang dikemukakan pada bab sebelumnya.

Asumsi-asumsi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tidak ada pressure loss dan tidak ada perbedaan internal pressure.

2. Proses ekspansi dan proses kompresi berlangsung secara isothermal.

3. Kondisi fluida kerja adalah udara sebagai gas ideal.

4. Terjadi regenerasi sempurna.

5. Volume sisa pada silinder panas menjaga temperatur gas pada silinder

panas - TE, volume sisa pada silinder dingin menjaga temperatur gas pada

silinder dingin - TC selama siklus.

6. Temperatur pada regenerator adalah rata-rata temperatur ekspansi - TE


80

dan temperatur kompresi - TC.

7. Volume ekspansi (VE) dan volume kompresi (VC) berubah berdasarkan

fungsi sinusioda.

Tabel berikut ini menunjukkan simbol-simbol yang digunakan pada proses

perancangan mesin stirling.

Tabel 4.1 Simbol-simbol Perancangan Mesin Stirling

Name Symbol Unit


Engine Pressure P m3
Swept Volume of Expansion Piston or Displacer VSE m3
Piston
Swept Volume of Compression Piston or Power VSC m3
Piston
Dead Volume of Expansion Space VDE m3
Regenerator Volume VR m3
Dead Volume of Compression Space VDC m3
Total Momental Volume V m3
Total Mass of Working Gas m Kg
Gas Constant R J/Kg∙k
Expansion Space Gas Temperature TH K
Compression Space Gas Temperature TC K
Regenerator Space Gas Temperature TR K
Phase Angle Dx Deg
Temperature Ratio T K
Swept Volume Ratio v m3
Dead Volume Ratio X m3
81

Engine Speed N Hz
Indicated Expansion Energy WE J
Indicated Compression Energy WC J
Indicated Energy WI J
Indicated Expansion Power LE W
Indicated Compression Power LC W
Indicated Power LI W
Indicated Efficiency E

4.3 Parameter-Parameter Berdasarkan Kondisi Termodinamika

Berdasarkan kondisi-kondisi termodinamika dapat ditentukan parameter-

parameter yang nantinya digunakan dalam proses perhitungan selanjutnya pada

proses perancangan termodinamika motor stirling ini. Parameter-parameter tersebut

adalah :

1. Volume langkah piston pada saat keadaan ekspansi (VSE) dapat dihitung

dengan menggunakan persamaan 2.7 :

VSE = π × r2 × S

= 3,14 × 43,40 mm2 × 100 mm

= 591437,84 mm3

= 0,000591 m3 (5,91 × 10-4 m3)


82

2. Volume langkah piston saat keadaan kompresi (VSC) dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 2.6 :

VSC = π × r2 × S

= 3,14 × 27 mm2 × 86 mm

= 196859,18 mm3

= 0,000197 m3 (1,97 × 10-4 m3)

3. Volume sisa pada keadaan piston ekspansi (VDE) dan piston kompresi (VDC)

dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.8 :

VDE = π × r2 × S

= 3,14 × 44,40 mm2 × 12 mm

= 74318,52 mm3

= 0,000074 m3 (7,4 × 10-5 m3)

4. Volume Regenerator (VR) yang dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan 2.9 :

VR = π × r2 × S

= 3,14 × 10 mm2 × 68.50 mm

= 27174,776 mm3

= 0,000027 m3 (2,7 × 10-5 m3)


83

5. Rasio kompresi (r) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.10 :


𝑉𝑆𝐶 + 𝑉𝐷𝐸
r = 𝑉𝐷𝐸

1,97 × 10−4 𝑚3 +7,4 × 10−5 𝑚3


=
7,4 × 10−5 𝑚3

= 3.66 m3

6. Temperatur regenerator (TR) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

2.16 :

𝑇𝐸+ 𝑇𝐶
TR =
2

433+313
= = 373K
2

7. Rasio temperatur (t) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.11 :

𝑇𝐶
t =
𝑇𝐸

313
= = 0,722 K
433

8. Rasio volume langkah (V) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

2.12 :

VSC
V =
VSE

1,97 × 10−4 𝑚3
= = 0,33 m3
5,91 × 10−4 𝑚3
84

9. Rasio volume sisa pada silinder dingin (XDC) dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan 2.13:

VDC
XDC =
VSC

7,4 × 10−5 𝑚3
= = 0,375 m3
1,97 × 10−4 𝑚3

Rasio volume sisa pada silinder panas (XDE) dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan 2.14 :

VDE
XDE =
VSE

7,4 × 10−5 𝑚3
= = 0,125 m3
5,91 × 10−4 𝑚3

4.4 Massa Udara Yang Diperlukan Sebagai Fluida kerja

Massa udara total (m) yang dimasukkan pada mesin adalah pada saat

temperatur kamar dan tekanan lingkungan (atmosfir). Di bawah ini asumsi dari nilai

temperatur kamar dan tekanan udara yang terjadi :

1. Temperatur kamar (Tkamar) = 25 oC = 302 K

2. Tekanan udara (Pudara) = 1 atm = 101,325 KPa = 1,01325 × 105 Pa


85

Dengan menggunakan persamaan gas ideal dapat dihitung berdasarkan

persamaan 2.1 :

PV = mRT

Maka :

𝑃𝑉
m =
𝑅𝑇

Untuk menghitung massa total, maka posisi volume harus ada dalam posisi

maksimum. Posisi volume maksimum ada pada kedudukan sudut engkol (crank

angle) 270o (lihat tabel perhitungan untuk membuat diagram P-V)

Volume silinder panas pada kedudukan sudut crank 270o (VE) sesuai dengan

Persamaan 2.2 :

𝑉𝑆𝐸
VE = (1 − cos 𝑥) + 𝑉𝐷𝐸
2

5,91 × 10−4 𝑚3
= (1 − cos 270° ) + 7,41 × 10−4 𝑚3
2

= 3,695 × 10-4 m3

Volume silinder dingin pada kedudukan sudut crank 270o (VC) sesuai dengan

Persamaan 2.3 :

𝑉𝑆𝐸 𝑉𝑆𝐶
VC = (1 + cos 𝑥) + {( 1 − cos(𝑥 − 𝑑𝑥)} + 𝑉𝐷𝐶
2 2
86

5,91 × 10−4 𝑚3
= (1 + cos 270°) +
2

1,97 × 10−4 𝑚3
{( 1 − cos(270° − 90°)} + 7,41 × 10−4 𝑚3
2

= 5,665 × 10-4 m3

Volume regenerator (VR) :

Volume regenerator ditentukan : 2,7 × 10-5 m3.

Sehingga di dapat volume total silinder pada kedudukan sudut crank 270o
(VTotal) sesuai dengan persamaan 2.4 :

VTotal = VE + VC + VR

= 3,695 × 10-4 m3 + 5,665 × 10-4 m3 + 2,7 × 10-5 m3

= 9,63 × 10-4 m3

Maka masa udara total (m) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.5 :
𝑃𝑉
m =
𝑅𝑇

101325 𝑁⁄ 2 × 9,63 ×10−4 𝑚3


𝑚
=
286 𝑁𝑚⁄𝐾𝑔∙𝐾 ×302 𝐾

97,576
=
86372

=1,127 × 10-3 Kg
87

4.5 Tekanan rata-rata (Pmean)

Parameter tekanan rata-rata ini diperlukan untuk selanjutnya dalam

penghitungan tekanan ekstrim pada proses perancangan motor stirling ini. Persamaan

untuk menghitung tekanan rata-rata sesuai dengan persamaan 2.22 :

2 𝑚 𝑅 𝑇𝐶
Pmean =
𝑉
𝑆𝐸 √𝑆2 − 𝐵2

dimana nilai koefisien a, S dan B sesuai dengan persamaan (2.18), (2.19) dan

(2.20) sebagai berikut :

𝑉 sin 𝑑𝑥
α = tan−1
𝑡 + cos 𝑑𝑥−1

0,33𝑚3 sin 90°


= tan−1
0,722 + cos 90°−1

0,33𝑚3 ×1
= tan−1
0,722 + 0−1

= 24,295o
4𝑡 ∙ 𝑉𝑅
S = t + 2 t XDE + + 𝑣 + 2𝑋𝐷𝐶 + 1
1 +𝑡

= 0,722+ (2 ∙ 0,722 ∙ 0,125 𝑚3 ) +

4∙0,722 ×2,7×10−5
+ 0,33𝑚3 + 2 ∙ 0,375𝑚3 + 1
1 + 0,722

= 2,983

B = √𝑡 2 + 2 (𝑡 − 1) 𝑣 cos 𝑑𝑥 + 𝑣 2 − 2𝑡 + 1

= √0,7222 + 2 (0,722 − 1) 0,33 cos 90° + 0,332 − 2 × 0,722 + 1


88

=√0,186184 = 0,43

Maka dapat dihitung tekanan rata-rata dengan menggunakan persamaan 2.22 :


2 𝑚 𝑅 𝑇𝐶
Pmean =
𝑉
𝑆𝐸 √𝑆2 − 𝐵2

2 ×0,001127 𝐾𝑔 × 286 𝑁𝑚⁄𝐾𝑔∙𝐾 × 313 𝐾


=
0,000591 𝑚3 √2,9832 − 0,432

=115660, 0168 𝑁⁄ = 115660,0168 Pa


𝑚2

4.6 Tekanan Ekstrim Siklus

Dalam proses perancangan perlu diketahui juga tekanan ekstrim (tekanan

maksimum dan minimum) yang terjadi pada siklus stirling yang dimanfaatkan di

motor stirling ini. Tekanan ekstrim berguna untuk merancang komponen/elemen

mesin yang berkaitan dengan silinder motor stirling agar tidak terjadi kegagalan pada

saat operasi-nya.

Untuk menghitung tekanan maksimum dan minimum, perlu dihitung koefisien

c dengan menggunakan persamaan 2.23 :

Dimana nilai koefisien c adalah sebagai berikut :

𝐵
C =
𝑆

0,43
= = 0,144
2,983
89

4.6.1 Tekanan Maksimum (Pmax)

Setelah didapatkan koefisien c, kemudian dapat dihitung tekanan maksimum

(Pmax) berdasarkan hubungannya dengan tekanan rata-rata (Pmean) dengan

menggunakan persamaan 2.24 :

𝑃𝑚𝑎𝑥 1+𝐶
=√
𝑃𝑚𝑒𝑎𝑛 1−𝐶

Maka :

𝑃𝑚𝑎𝑥 1+0,144
=√
115660,0168 𝑃𝑎 1−0,144

𝑃𝑚𝑎𝑥 1,144
=√
115660,0168 𝑃𝑎 0,856

𝑃𝑚𝑎𝑥 1,0696
=
115660,0168 𝑃𝑎 0,9252

0,9252 = 115660,0168 × 1,0696

123709,954
= = 133709,58
0,9252

Dimana tekanan ini terjadi pada sudut engkol 20o (lihat tabel perhitungan

untuk membuat diagram P-V).


90

4.6.2 Tekanan Minimum (Pmin)

Sedangkan tekanan minimum, juga dapat dihitung berdasarkan hubungannya

dengan tekanan rata-rata (Pmean) dengan menggunakan persamaan 2.25 :

𝑃𝑚𝑖𝑛 1− 𝐶
=√
𝑃𝑚𝑒𝑎𝑛 1+𝐶

Maka :

𝑃𝑚𝑖𝑛 1−0,144
=√
115660,0168 𝑃𝑎 1+0,144

𝑃𝑚𝑖𝑛 0,856
=√
115660,0168 𝑃𝑎 1,144

𝑃𝑚𝑖𝑛 0,9252
=
115660,0168 𝑃𝑎 1,0696

1,0696 = 115660,0168 × 0,9252

107008,9576
=
1,0696

= 100045,77

Dimana tekanan ini terjadi pada sudut engkol 190o (lihat tabel perhitungan

untuk membuat diagram P-V).


91

Tabel 4.2 Grafik P-V Hasil Perancangan Mesin Stirling

Sudut
VE (m3) VC (m3) VR (m3) Vtotal (m3) P (Pa)
Engkol
0 7.4×10-5 7.635×10-4 2.7×10-5 8.645×10-4 131745.85
10 7.85×10-5 7.419×10-4 2.7×10-5 8.474×10-4 133015.78
20 9.17×10-5 7.12×10-4 2.7×10-5 8.307×10-4 133709.58
30 1.136×10-4 6.747×10-4 2.7×10-5 8.153×10-4 133597.3
40 1.431×10-4 6.31×10-4 2.7×10-5 8.011×10-4 132874.15
50 1.795×10-4 5.826×10-4 2.7×10-5 7.891×10-4 131519.14
60 2.218×10-4 5.304×10-4 2.7×10-5 7.792×10-4 129610.25
70 2.684×10-4 4.765×10-4 2.7×10-5 7.719×10-4 127251.32
80 3.181×10-4 4.224×10-4 2.7×10-5 7.675×10-4 124561.14
90 3.695×10-4 3.695×10-4 2.7×10-5 7.66×10-4 121662.67
100 4.209×10-4 3.196×10-4 2.7×10-5 7.675×10-4 118674.11
110 4.706×10-4 2.743×10-4 2.7×10-5 7.719×10-4 115702.45
120 5.173×10-4 2.349×10-4 2.7×10-5 7.792×10-4 112839.33
130 5.595×10-4 2.026×10-4 2.7×10-5 7.891×10-4 110160.67
140 5.959×10-4 1.782×10-4 2.7×10-5 8.011×10-4 107726.19
150 6.254×10-4 1.629×10-4 2.7×10-5 8.153×10-4 105581.49
160 6.473×10-4 1.564×10-4 2.7×10-5 8.307×10-4 103760.17
170 6.606×10-4 1.598×10-4 2.7×10-5 8.474×10-4 102286.08
180 6.65×10-4 1.725×10-4 2.7×10-5 8.645×10-4 101175.56
190 6.606×10-4 1.941×10-4 2.7×10-5 8.817×10-4 100045.77
200 6.473×10-4 2.239×10-4 2.7×10-5 8.982×10-4 100083.08
210 6.254×10-4 2.613×10-4 2.7×10-5 9.137×10-4 100110.12
220 5.959×10-4 3.05×10-4 2.7×10-5 9.279×10-4 100520.06
230 5.595×10-4 3.534×10-4 2.7×10-5 9.399×10-4 101309.68
240 5.173×10-4 4.056×10-4 2.7×10-5 9.499×10-4 102472.22
250 4.706×10-4 4.595×10-4 2.7×10-5 9.571×10-4 103996.4
260 4.209×10-4 5.136×10-4 2.7×10-5 9.615×10-4 105864.97
270 3.695×10-4 5.665×10-4 2.7×10-5 9.63×10-4 108052.81
280 3.181×10-4 6.164×10-4 2.7×10-5 9.615×10-4 110524.79
290 2.684×10-4 6.617×10-4 2.7×10-5 9.571×10-4 113233.42
300 2.218×10-4 7.011×10-4 2.7×10-5 9.499×10-4 116116.73
310 1.795×10-4 7.334×10-4 2.7×10-5 9.399×10-4 119096.79
320 1.431×10-4 7.578×10-4 2.7×10-5 9.279×10-4 122079.44
330 1.136×10-4 7.731×10-4 2.7×10-5 9.137×10-4 124955.88
340 9.17×10-5 7.795×10-4 2.7×10-5 8.982×10-4 127606.82
350 7.85×10-5 7.762×10-4 2.7×10-5 8.817×10-4 129909.26
360 7.4×10-5 7.635×10-4 2.7×10-5 8.645×10-4 131745.85
92

Gambar 4.3 Grafik Hubungan Antara Volume Total Terhadap Tekanan Pada Mesin
Stirling

Gambar 4.4 Grafik Hubungan Antara Sudut Engkol Terhadap Volume Ekspansi,
Volume Kompresi dan Volume Total Pada Mesin Stirling
93

Gambar 4.5 Grafik Hubungan Antara Sudut Engkol Terhadap Tekanan Pada Mesin
Stirling

4.7 Kerja indikator yang dihasilkan dalam satu siklus (Wi)

Kerja per siklus merupakan selisih kalor masuk dan kalor keluar atau hasil

penjumlahan kerja ekspansi dan kerja kompresi, seperti pada persamaan 2.28 :

Wi = WE - WC

dimana nilai Wc dan WE akan sama dengan jumlah kalornya jadi QC = WC,

begitu juga WE = QE.


94

4.7.1 Kerja ekspansi (WE)

Kerja ekspansi adalah kerja yang dihasilkan pada proses 3-4 pada siklus

stirling ideal. Kerja ekspansi (WE) diperoleh dengan persamaan 2.26 :

𝑃𝑚𝑒𝑎𝑛 ∙ 𝑉𝑆𝐸 ∙ 𝜋 ∙𝐶 ∙ sin 𝑎


WE =
1 + √1 − 𝐶 2

115660,0168 𝑃𝑎 × 5,91 × 10−4 𝑚3 ×3,14 ×0,144 × sin 24,295°


=
1+ √1−0,144 2

= 6.3915 J

4.7.2 Kerja kompresi (WC)

Kerja kompresi adalah kerja yang diberikan pada proses 1-2 pada siklus

stirling ideal. Kerja kompresi (WC) diperoleh dengan persamaan 2.27 :

Tanda negatif menunjukkan bahwa kerja mengarah ke dalam sistem yang

berarti fluida kerja dikenai kerja.

𝑃𝑚𝑒𝑎𝑛 ∙ 𝑉
WC = − 𝑆𝐸 ∙ 𝜋 ∙𝐶 ∙ 𝑡 ∙ sin 𝑎
√ 2
1+ 1−𝐶

115660,0168 𝑃𝑎 × 5,91 × 10−4 𝑚3 ×3,14 ×0,144 ×0,722 × sin 24,295°


=−
1+ √1−0,1442

= − 4,617 J
95

4.7.3 Kerja Indikator (WI)

Jadi kerja indikator per siklusnya, dapat diperoleh dengan menggunakan

persamaan 2.28 :

W I = W E + WC

= 6.3915 J – 4,617 J

= 1,7745 J

4.8 Daya Indikator (LI)

Dengan asumsi variasi putaran mesin 50 rpm – 500 rpm. Berikut di bawah ini

daya indikator (Li) yang dihasilkan pada variasi putaran (n),

Daya indikator ekspansi (LE) dapat diperoleh dengan menggunakan

persamaan 2.29 :

LE = WE × n

= 6,3915 J × 50

= 319.575 Watt
96

Daya indikator kompresi (LC) dapat diperoleh dengan menggunakan

persamaan 2.30 :

LC = WC × n

= 4,617 J × 50

= 230,85 Watt

Sehingga dapat diperoleh daya indikator, dapat diperoleh dengan

menggunakan persamaan 2.31 :

LI = WI × n

= 1,7745 J × 50

= 88,725 Watt

Tabel 4.3 Daya Indikator Mesin Stirling Berdasarkan Variasi Putaran

No n (Rpm) LI (Watt)

1 50 87,225

2 100 177,45

3 150 266,175

4 200 354,9

5 250 443,625
97

6 300 532,35

7 350 621,075

8 400 709,8

9 450 798,525

10 500 887,25

Gambar 4.6 Diagram Hubungan Antara Kecepatan Putaran Terhadap Daya Indikator

Yang Dihasilkan Pada Mesin Stirling


98

4.9 Efisiensi Thermal Yang Dihasilkan (ηt)

Idealnya efisiensi thermal adalah perbandingan kerja yang dihasilkan (WI)

terhadap energi yang diberikan terhadap sistem. Tetapi kerja ekspansi (WE) yang juga

berarti kalor yang dimasukkan ke dalam sistem Kemudian, kerja kompresi (WC)

bernilai sama dengan kalor yang dibuang ke lingkungan. Maka efisiensi thermal – ηt

dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.32:

𝑊𝐼
ηt = × 100%
𝑊𝐸

1,7745 J
= × 100%
6.3915 J

= 27,76 %

dimana nilai efisiensi motor stirling ini sama dengan efisiensi Carnot.

Anda mungkin juga menyukai