Pada proses perangcangan mesin stirling tipe gamma ini, langkah awal yang
dilakukan yaitu menentukan konsep perancangan dari mesin stirling yang akan di
76
77
Keterangan :
adalah 3 : 1
2. Perbandingan Volume sisa pada saat keadaan piston ekspansi (VDE) dan
Proses perancangan motor stirling ini, tidak berdasarkan daya output yang
tersebut adalah:
3. Fluida kerja yang digunakan adalah udara dengan konstanta gas individualnya
4. Volume pada silinder piston displacer (VSD) dan silinder silinder piston
5. Volume langkah piston pada saat keadaan ekspansi ( VSE) dan kompresi (VSC)
adalah :
6. Volume sisa pada keadaan piston kompresi (VDC) dan ekspansi (VDE) adalah
sama besarnya.
VDE = VDC
7. Volume regenerator (VR) adalah 2,7 x 10-5 m3, yang dicapai dengan bentuk
motor stirling ini, digunakan pendekatan termodinamika dengan teori Schmidt yang
tersebut, perlu dilakukan asumsi, seperti yang dikemukakan pada bab sebelumnya.
1. Tidak ada pressure loss dan tidak ada perbedaan internal pressure.
5. Volume sisa pada silinder panas menjaga temperatur gas pada silinder
panas - TE, volume sisa pada silinder dingin menjaga temperatur gas pada
fungsi sinusioda.
Engine Speed N Hz
Indicated Expansion Energy WE J
Indicated Compression Energy WC J
Indicated Energy WI J
Indicated Expansion Power LE W
Indicated Compression Power LC W
Indicated Power LI W
Indicated Efficiency E
adalah :
1. Volume langkah piston pada saat keadaan ekspansi (VSE) dapat dihitung
VSE = π × r2 × S
= 591437,84 mm3
2. Volume langkah piston saat keadaan kompresi (VSC) dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan 2.6 :
VSC = π × r2 × S
= 3,14 × 27 mm2 × 86 mm
= 196859,18 mm3
3. Volume sisa pada keadaan piston ekspansi (VDE) dan piston kompresi (VDC)
VDE = π × r2 × S
= 74318,52 mm3
persamaan 2.9 :
VR = π × r2 × S
= 27174,776 mm3
= 3.66 m3
2.16 :
𝑇𝐸+ 𝑇𝐶
TR =
2
433+313
= = 373K
2
𝑇𝐶
t =
𝑇𝐸
313
= = 0,722 K
433
2.12 :
VSC
V =
VSE
1,97 × 10−4 𝑚3
= = 0,33 m3
5,91 × 10−4 𝑚3
84
9. Rasio volume sisa pada silinder dingin (XDC) dapat dihitung dengan
VDC
XDC =
VSC
7,4 × 10−5 𝑚3
= = 0,375 m3
1,97 × 10−4 𝑚3
Rasio volume sisa pada silinder panas (XDE) dapat dihitung dengan
VDE
XDE =
VSE
7,4 × 10−5 𝑚3
= = 0,125 m3
5,91 × 10−4 𝑚3
Massa udara total (m) yang dimasukkan pada mesin adalah pada saat
temperatur kamar dan tekanan lingkungan (atmosfir). Di bawah ini asumsi dari nilai
persamaan 2.1 :
PV = mRT
Maka :
𝑃𝑉
m =
𝑅𝑇
Untuk menghitung massa total, maka posisi volume harus ada dalam posisi
maksimum. Posisi volume maksimum ada pada kedudukan sudut engkol (crank
Volume silinder panas pada kedudukan sudut crank 270o (VE) sesuai dengan
Persamaan 2.2 :
𝑉𝑆𝐸
VE = (1 − cos 𝑥) + 𝑉𝐷𝐸
2
5,91 × 10−4 𝑚3
= (1 − cos 270° ) + 7,41 × 10−4 𝑚3
2
= 3,695 × 10-4 m3
Volume silinder dingin pada kedudukan sudut crank 270o (VC) sesuai dengan
Persamaan 2.3 :
𝑉𝑆𝐸 𝑉𝑆𝐶
VC = (1 + cos 𝑥) + {( 1 − cos(𝑥 − 𝑑𝑥)} + 𝑉𝐷𝐶
2 2
86
5,91 × 10−4 𝑚3
= (1 + cos 270°) +
2
1,97 × 10−4 𝑚3
{( 1 − cos(270° − 90°)} + 7,41 × 10−4 𝑚3
2
= 5,665 × 10-4 m3
Sehingga di dapat volume total silinder pada kedudukan sudut crank 270o
(VTotal) sesuai dengan persamaan 2.4 :
VTotal = VE + VC + VR
= 9,63 × 10-4 m3
Maka masa udara total (m) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.5 :
𝑃𝑉
m =
𝑅𝑇
97,576
=
86372
=1,127 × 10-3 Kg
87
penghitungan tekanan ekstrim pada proses perancangan motor stirling ini. Persamaan
2 𝑚 𝑅 𝑇𝐶
Pmean =
𝑉
𝑆𝐸 √𝑆2 − 𝐵2
dimana nilai koefisien a, S dan B sesuai dengan persamaan (2.18), (2.19) dan
𝑉 sin 𝑑𝑥
α = tan−1
𝑡 + cos 𝑑𝑥−1
0,33𝑚3 ×1
= tan−1
0,722 + 0−1
= 24,295o
4𝑡 ∙ 𝑉𝑅
S = t + 2 t XDE + + 𝑣 + 2𝑋𝐷𝐶 + 1
1 +𝑡
4∙0,722 ×2,7×10−5
+ 0,33𝑚3 + 2 ∙ 0,375𝑚3 + 1
1 + 0,722
= 2,983
B = √𝑡 2 + 2 (𝑡 − 1) 𝑣 cos 𝑑𝑥 + 𝑣 2 − 2𝑡 + 1
=√0,186184 = 0,43
maksimum dan minimum) yang terjadi pada siklus stirling yang dimanfaatkan di
mesin yang berkaitan dengan silinder motor stirling agar tidak terjadi kegagalan pada
saat operasi-nya.
𝐵
C =
𝑆
0,43
= = 0,144
2,983
89
𝑃𝑚𝑎𝑥 1+𝐶
=√
𝑃𝑚𝑒𝑎𝑛 1−𝐶
Maka :
𝑃𝑚𝑎𝑥 1+0,144
=√
115660,0168 𝑃𝑎 1−0,144
𝑃𝑚𝑎𝑥 1,144
=√
115660,0168 𝑃𝑎 0,856
𝑃𝑚𝑎𝑥 1,0696
=
115660,0168 𝑃𝑎 0,9252
123709,954
= = 133709,58
0,9252
Dimana tekanan ini terjadi pada sudut engkol 20o (lihat tabel perhitungan
𝑃𝑚𝑖𝑛 1− 𝐶
=√
𝑃𝑚𝑒𝑎𝑛 1+𝐶
Maka :
𝑃𝑚𝑖𝑛 1−0,144
=√
115660,0168 𝑃𝑎 1+0,144
𝑃𝑚𝑖𝑛 0,856
=√
115660,0168 𝑃𝑎 1,144
𝑃𝑚𝑖𝑛 0,9252
=
115660,0168 𝑃𝑎 1,0696
107008,9576
=
1,0696
= 100045,77
Dimana tekanan ini terjadi pada sudut engkol 190o (lihat tabel perhitungan
Sudut
VE (m3) VC (m3) VR (m3) Vtotal (m3) P (Pa)
Engkol
0 7.4×10-5 7.635×10-4 2.7×10-5 8.645×10-4 131745.85
10 7.85×10-5 7.419×10-4 2.7×10-5 8.474×10-4 133015.78
20 9.17×10-5 7.12×10-4 2.7×10-5 8.307×10-4 133709.58
30 1.136×10-4 6.747×10-4 2.7×10-5 8.153×10-4 133597.3
40 1.431×10-4 6.31×10-4 2.7×10-5 8.011×10-4 132874.15
50 1.795×10-4 5.826×10-4 2.7×10-5 7.891×10-4 131519.14
60 2.218×10-4 5.304×10-4 2.7×10-5 7.792×10-4 129610.25
70 2.684×10-4 4.765×10-4 2.7×10-5 7.719×10-4 127251.32
80 3.181×10-4 4.224×10-4 2.7×10-5 7.675×10-4 124561.14
90 3.695×10-4 3.695×10-4 2.7×10-5 7.66×10-4 121662.67
100 4.209×10-4 3.196×10-4 2.7×10-5 7.675×10-4 118674.11
110 4.706×10-4 2.743×10-4 2.7×10-5 7.719×10-4 115702.45
120 5.173×10-4 2.349×10-4 2.7×10-5 7.792×10-4 112839.33
130 5.595×10-4 2.026×10-4 2.7×10-5 7.891×10-4 110160.67
140 5.959×10-4 1.782×10-4 2.7×10-5 8.011×10-4 107726.19
150 6.254×10-4 1.629×10-4 2.7×10-5 8.153×10-4 105581.49
160 6.473×10-4 1.564×10-4 2.7×10-5 8.307×10-4 103760.17
170 6.606×10-4 1.598×10-4 2.7×10-5 8.474×10-4 102286.08
180 6.65×10-4 1.725×10-4 2.7×10-5 8.645×10-4 101175.56
190 6.606×10-4 1.941×10-4 2.7×10-5 8.817×10-4 100045.77
200 6.473×10-4 2.239×10-4 2.7×10-5 8.982×10-4 100083.08
210 6.254×10-4 2.613×10-4 2.7×10-5 9.137×10-4 100110.12
220 5.959×10-4 3.05×10-4 2.7×10-5 9.279×10-4 100520.06
230 5.595×10-4 3.534×10-4 2.7×10-5 9.399×10-4 101309.68
240 5.173×10-4 4.056×10-4 2.7×10-5 9.499×10-4 102472.22
250 4.706×10-4 4.595×10-4 2.7×10-5 9.571×10-4 103996.4
260 4.209×10-4 5.136×10-4 2.7×10-5 9.615×10-4 105864.97
270 3.695×10-4 5.665×10-4 2.7×10-5 9.63×10-4 108052.81
280 3.181×10-4 6.164×10-4 2.7×10-5 9.615×10-4 110524.79
290 2.684×10-4 6.617×10-4 2.7×10-5 9.571×10-4 113233.42
300 2.218×10-4 7.011×10-4 2.7×10-5 9.499×10-4 116116.73
310 1.795×10-4 7.334×10-4 2.7×10-5 9.399×10-4 119096.79
320 1.431×10-4 7.578×10-4 2.7×10-5 9.279×10-4 122079.44
330 1.136×10-4 7.731×10-4 2.7×10-5 9.137×10-4 124955.88
340 9.17×10-5 7.795×10-4 2.7×10-5 8.982×10-4 127606.82
350 7.85×10-5 7.762×10-4 2.7×10-5 8.817×10-4 129909.26
360 7.4×10-5 7.635×10-4 2.7×10-5 8.645×10-4 131745.85
92
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Antara Volume Total Terhadap Tekanan Pada Mesin
Stirling
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Antara Sudut Engkol Terhadap Volume Ekspansi,
Volume Kompresi dan Volume Total Pada Mesin Stirling
93
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Antara Sudut Engkol Terhadap Tekanan Pada Mesin
Stirling
Kerja per siklus merupakan selisih kalor masuk dan kalor keluar atau hasil
penjumlahan kerja ekspansi dan kerja kompresi, seperti pada persamaan 2.28 :
Wi = WE - WC
dimana nilai Wc dan WE akan sama dengan jumlah kalornya jadi QC = WC,
Kerja ekspansi adalah kerja yang dihasilkan pada proses 3-4 pada siklus
= 6.3915 J
Kerja kompresi adalah kerja yang diberikan pada proses 1-2 pada siklus
𝑃𝑚𝑒𝑎𝑛 ∙ 𝑉
WC = − 𝑆𝐸 ∙ 𝜋 ∙𝐶 ∙ 𝑡 ∙ sin 𝑎
√ 2
1+ 1−𝐶
= − 4,617 J
95
persamaan 2.28 :
W I = W E + WC
= 6.3915 J – 4,617 J
= 1,7745 J
Dengan asumsi variasi putaran mesin 50 rpm – 500 rpm. Berikut di bawah ini
persamaan 2.29 :
LE = WE × n
= 6,3915 J × 50
= 319.575 Watt
96
persamaan 2.30 :
LC = WC × n
= 4,617 J × 50
= 230,85 Watt
LI = WI × n
= 1,7745 J × 50
= 88,725 Watt
No n (Rpm) LI (Watt)
1 50 87,225
2 100 177,45
3 150 266,175
4 200 354,9
5 250 443,625
97
6 300 532,35
7 350 621,075
8 400 709,8
9 450 798,525
10 500 887,25
Gambar 4.6 Diagram Hubungan Antara Kecepatan Putaran Terhadap Daya Indikator
terhadap energi yang diberikan terhadap sistem. Tetapi kerja ekspansi (WE) yang juga
berarti kalor yang dimasukkan ke dalam sistem Kemudian, kerja kompresi (WC)
bernilai sama dengan kalor yang dibuang ke lingkungan. Maka efisiensi thermal – ηt
𝑊𝐼
ηt = × 100%
𝑊𝐸
1,7745 J
= × 100%
6.3915 J
= 27,76 %
dimana nilai efisiensi motor stirling ini sama dengan efisiensi Carnot.