Oleh:
SURABAYA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
Motor yang melengkapi satu siklusnya dalam satu putaran poros engkol disebut
dengan “motor dua langkah” Sedangkan motor yang melengkapi satu siklusnya dalam
dua putaran poros engkol disebut dengan “motor empat langkah”. Dalam percobaan ini
motor yang digunakan adalah motor empat langkah.
1.2. Tujuan
Umum :
Khusus :
Mengetahui hubungan antar parameter prestasi (torsi, daya, konsumsi bahan bakar
spesifik dan efisiensi termal) terhadap putaran motor pada putaran berubah.
BAB II
DASAR TEORI
Motor diesel pada umumnya disebut juga dengan "motor penyalaan kompresi"
(Compression Ignition Engines) karena penyalaan bahan bakarnya dilakukan dengan
menginjeksikan bahan bakar ke dalam arus udara yang telah bertekanan dan
bertemperatur tinggi sebagai akibat dari proses kompresi. Proses atau siklus yang terjadi
dapat dibedakan menjadi:
siklus dua langkah yang dikenal dengan motor dua langkah, dimana untuk
melengkapı siklusnya dibutuhkan 1 kali putaran poros engkol.
Siklus empat langkah yang dikenal dengan motor empat langkah dimana
untuk melengkapi siklusnya dibutuhkan 2 kali putaran poros engkol.
Dalam percobaan ini digunakan motor diesel dengan siklus empat langkah. Keempat
langkah tersebut ditunjukkan dalam diagram skema sederhana gambar 2.1
1. Langkah pemasukan/hisap
Pada langkah ini torak bergerak dari TMA (titik mati atas; menuju ke TMB (titik
mati bawah) dan pada saat ini katup masuk terbuka dan katup buang tertutup.
Karena gerakan torak ini maka tekanan di dalam silinder turun (lebih rendah
dibandingkan tekanan atmosfer), sehingga udara segar dari atmosfer masuk ke
dalam silinder. Langkah ini berlangsung sampai torak mencapai TMB.
2. Langkah Kompresi
Langkah kompresi terjadi setelah langkah pemasukan selesai. Pada langkah ini
semua katup tertutup, torak bergerak dari TMB menuju ke TMA yang
mengakibatkan udara segar terkompresi di dalam sılınder sehingga tekanan dan
temperaturnya naik. Kenaikan tekanan ini dapat mencapai 4 Mpa (600 psi)
sedangkan kenaikan temperatur dapat mencapai 800 K (=1000 °F) tergantung
pada rasio kompresi serta ukuran motor yang digunakan. Saat torak hampir
mencapai TMA, bahan bakar diinjeksikan ke dalam ruang bakar melalui injektor
sehingga membentuk kabut campuran udara-bahan bakar. Dan karena temperatur
dalam ruang bakar tersebut melampaui temperatur penyalaan bahan bakar, maka
campuran udara-bahan bakar tersebut akan segera terbuka.
3. Langkah kerja/ekspansi
Langkah ini merupakan lanjutan langkah kompresi. Pada langkah ini semua katup
masih dalam kondisi tertutup. Sebagai akibat dari terbakarnya campuran udara-
bahan bakar dalam ruang bakar, maka tekanan dalam ruang bakar meningkat
dengan cepat sehingga mendorong torak bergerak dari TMA menuju ke TMB,
terjadilah kerja/tenaga yaitu pengubahan energi termis menjadı energi mekanis.
4. Langkah pembuangan
Pada langkah ini katup buang dalam kondisi terbuka dan katup masuk tertutup
sementara torak bergerak dari TMB ke TMA sehingga gas sisa pembakaran yang
tidak termanfaatkan lagi terdorong keluar melalui katup buang tertutup dan katup
masuk mulai terbuka, dan selanjutnya siklus mulai berulang.
Proses pembakaran yang terjadi pada motor diesel melalui beberapa tahapan
sebagaimana diilustrasikan dalam gambar 2.2
Bahan bakar mulai diinjeksikan di titik A tetapi pembakaran belum dimulai sampai titik
B. Proses dari titik A sampai titik B (proses 1) merupakan periode persiapan pembakaran.
Dari titik B penyalaan mulai terjadi dan menyebar dengan sangat cepat yang
mengakibatkan peningkatan tekanan dari titik B ke titik C. Proses dari titik B ke titik C
(proses 2) disebut dengan periode pembakaran cepat. Sedangkan dari titik C menuju ke
titik D menunjukkan periode pembakaran terkendali dan periode pembakaran lanjut
ditunjukkan dari titik D sampai titik F (proses 4).
o Prestasi Motor
Sebagaimana pada motor bensin beberapa parameter untuk menentukan prestasi dani
motor diesel, diantaranya adalah:
Daya
Torsi
Tekanan efektif pengereman rata-rata (brake mean effective pressure)
Konsumsi bahan bakar spesifik (specific fuel consumption)
Efisiensi termis
Untuk mengukur prestasi dari motor digunakan perangkat yang disebut dengan
dinamometer (gambar 2.3). Dalam percobaan ini digunakan salah satu jenis dinamometer
yaitu dınamometer, rem-air (water brake dynamometer)
Gambar 2.3 Dinamometer rem air
Poros rotor dihubungkan dengan poros dari motor yang akan diuji, rotor dikopel dengan
siator secara hidrolis memanfaatkan air. Dalam satu siklus dari poros motor, titik tertentu
yang berada pada diameter terluar dari rotor (radius r) akan bergerak sepanjang 2 πr
melawan gaya kopel. f. sehingga kerja per siklus dapat dinyatakan dengan:
W = 2π r f (2.1)
Kerja W akan diimbangi oleh kerja yang diakibatkan oleh momen luar sebesar 2 πRP,
sehingga dihasilkan keseimbangan momen:
rxf=PxR (2.2)
Jadi, dalam satu siklus poros motor. kerja yang dilak akan W = 2 πRP. dan jika motor
berputar n rpm, maka kerja per menit yang lebih dikenal dengan daya, N dapat dinyatakan
dengan:
N= 2 π n P R (2.3)
Merupakan daya (kerja per satuan waktu) yang diberikan ke poros penggerak oleh
motor yang dikenal dengan daya kuda pengereman (brake horsepower, BHp), dan
biasanya dinyatakan dalam satuan Watt atau daya kuda (horse power, Hp) Besar daya
motor dinyatakan melalui persamaan:
2π n PR
N = BHp = Watt (2.4)
60
dengan:
Persamaan (3) dapat juga dinyatakan melalui kalibrası dinamometer (Zollner Water Brake
Dynamometer) dengan:
Pn
N = BHp = KWatt (2.5)
10000
pn
N = Bhp = Hp (2.6)
7460
Torsi/momen putar
T = P R (Nm) (2.7)
N
T= (Nm) (2.8)
2π n
atau :
0.45 N Z kg
BMEP = (2.10)
A L in cm2
dengan :
i = Jumlah silinder
Efisiensi pemanfaatan kalor dari bahan bakar untuk diubah menjadi energi mekanis.
Joule
1 Hp = 746 Watt = 746
Detik
1 1 kkal
= 746 × × 3600 ×
4,186 1000 jam
kkal
= 641,567
jam
Jika untuk menghasilkan daya sebesar N (Hp) jumlah bahan bakar yang dikonsumsi G bb
(kg/ jam) dan nilai pertambahan bawah (Low Heating Value, LHV) bahan bakar adalah H b
N × 641,567
ηth = (2.12)
Gbb× Hb
atau:
641,567
ηth =
sfc × LHV
(2.13)
dengan :
karena 1 Btu = 1054 Joule; 1 kalori = 4,184 Joule dan 1 1b = 0,4536 kg, maka :
Dengan :
141 , 5
°API = −131 ,5 (2.16)
SG (60 ° F)
SG = Specific Gravity
METODOLOGI PERCOBAAN
● Cylinder : 4 - in line
● Bore x Stroke : 93 x 92 mm
● Merk : Zollner
● Type : 3n19A
● Jumlah impeller :1
● Formula daya :N = kW
N = daya (kW)
W = beban (Newton)
n = putaran (rpm)
Peralatan Pendukung
● Stopwatch
● Pressure gauge
● Higrometer
● Termometer ruang
Setelah percobaan dilakukan, data pada Tabel 3.1. dapat diolah menjadi berbagai
parameter di Tabel 4.1. Kalkulasi data ini adalah sebagai berikut :
Beban P=34 N
Return Flow RF=18.5 mL
Waktu konsumsi Bahan Bakar t = 35.84 detik
Radius Putar Engkol R = 0.9738 m
rev
(34 N ) . (1800 )
Pxn min
N=Bhp= Hp= =8.204 Hp
7460 7460
2
kg 4 cm kg
BMEP=6.800570 2
∗10 2
=68005.70 2
cm m m
( )( )
3 3
cm m
m=ρ solar .V solar= ( 815 kg ) ( ( 50−31.5 ) mL ) 1
−6
10 3
=0.02567 kg
mL cm
sfc=
( 3600
Jam )
detik
x m ( 3600
=
Jam )
detik
( 0.02567 kg )
=0.3143
kg
N xt ( 8.204 Hp ) (35.84 detik ) Hp . Jam
(
LHV =( 16610+ 40 x ° API ) 555,362
kal
kg )
∗(10 ¿ ¿−3
kkal
kal
)¿
(
¿ ( 16610+ 40∗42.1196 ) 555,362
kal
kg )=10160228.54
kkal
kg
641,567 641,567
ηth = = =20.09 %
Sfc x LHV kg kkal
(0.3143 )(10160228.54 )
Hp. Jam kg
Tabel 4.1. Data Kalkulasi Parameter Mesin Diesel dengan Variasi RPM
Data pada Tabel 4.1 dapat diolah menjadi grafik pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.
Daya dan Torsi
vs
Putaran
Daya Polynomial (Daya)
Torsi Polynomial (Torsi)
30.000 70.000
25.000 60.000
f(x) = − 1.15928571428573E-06 x² + 0.0257361428571429 x − 8.30048571428581
f(x) = 2.48946763692065E-06 x² + 0.00111068556108799 x − 1.56261968594436
50.000
20.000
Torsi (N.m)
Daya (Hp)
40.000
15.000
30.000
10.000
20.000
5.000 10.000
0.000 0.000
1600 1800 2000 2200 2400 2600 2800 3000 3200
Putaran (RPM)
Dari Grafik diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi putaran (RPM) maka
semakin tinggi pula daya dan torsi yang dihasilkan. Selain itu juga dapat terlihat kenaikan
nilai daya lebih signifikan dibandingkan kenaikan torsi.
0.3500 20.00%
f(x) = 7.4817261765237E-08 x² − 0.000357277027387229 x + 0.605849918371997
f(x) = − 1.39304686895151E-07 x² + 0.000665918983158207 x − 0.441280250802855
Sfc (kg/Hp.Jam)
0.3000
15.00%
0.2500
0.2000
10.00%
0.1500
0.1000 5.00%
0.0500
0.0000 0.00%
1600 1800 2000 2200 2400 2600 2800 3000 3200
Putaran (RPM)
Gambar 4.2. Grafik Konsumsi Bahan Bakar Spesifik dan Efisiensi Termal vs Putaran
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa nilai efisiensi termal dan sfc berbanding
terbalik. Dapat terlihat pada RPM 2400 adalah nilai sfc tertinggi sedangkan nilai efisiensi
termal menjadi yang terendah..
BAB V
KESIMPULAN
Menurut hasil dari data percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
putaran mesin (RPM) akan berbanding lurus dengan daya maupun torsi yang dihasilkan.
Selain itu, semakin tinggi RPM juga berbanding lurus dengan besarnya efisiensi termal
yang dihasilkan. Dari praktikum motor diesel pada putaran berubah mahasiswa belajar
dan kini memiliki kemampuan mengukur dan menghitung parameter prestasi motor bakar
diesel. Kemudian daripada itu, mahasiswa juga menjadi tahu hubungan antara parameter
seperti torsi, daya, konsumsi bahan bakar spesifik dan efisiensi termal terhadap putaran
poros.