Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KONVERSI ENERGI

“MOTOR DIESEL DENGAN PENGEREMAN KONSTAN”

Oleh:

Albertus Hansel T. (C12190034)

Filvia Eugenia U. (C12190062)

Rudericus Valerian S.N. (C12190068)

Kevin Julian (C12190070)

Yohanes Richard Sentosa (C12190074)

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

SURABAYA

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.2. Latar Belakang


Motor bakar merupakan salah satu mesin penggerak mula Hampir semua motor
bakar bekerja secara bolak-balik (reversible) dengan menggunakan torak dan silinder
Pada motor bakar, energi termis dari proses pembakaran campuran udara dan bahan bakar
didalam silinder diubah menjadi kerja mekanik yang berdaya guna Oleh karena itu motor
bakar disebut juga dengan mesin kalor Karena pembakaran terjadi di dalam silinder,
maka motor bakar ini dapat pula dikatakan sebagai pesawat kalor dengan pembakaran
dalam atau motor pembakaran dalam (internal combustion engine)

Motor yang melengkapi satu siklusnya dalam satu putaran poros engkol disebut
dengan “motor dua langkah” Sedangkan motor yang melengkapi satu siklusnya dalam
dua putaran poros engkol disebut dengan “motor empat langkah”. Dalam percobaan ini
motor yang digunakan adalah motor empat langkah.

Berdasarkan sistem penyalaan bahan bakarnya, motor bakar dibedakan menjadi


motor bensin (Spark Ignition Engines) dan motor diesel (Compression Ignition Engines).
Pada umumnya prestasi atau unjuk kerja dari masing-masing jenis motor tersebut
dinyatakan dengan parameter-parameter daya, torsi, konsumsi bahan bakar spesifik,
tekanan efektif rata-rata dan efisiensi termisnya.

1.2. Tujuan
 Umum :

Mampu mengukur dan menghitung parameter prestasi motor bakar diesel.

 Khusus :

Mengetahui hubungan antar parameter prestasi (torsi, daya, konsumsi bahan bakar
spesifik dan efisiensi termal) terhadap putaran motor pada putaran berubah.
BAB II

DASAR TEORI

2.1. PRINSIP KERJA MOTOR DIESEL

Motor diesel pada umumnya disebut juga dengan "motor penyalaan kompresi"
(Compression Ignition Engines) karena penyalaan bahan bakarnya dilakukan dengan
menginjeksikan bahan bakar ke dalam arus udara yang telah bertekanan dan
bertemperatur tinggi sebagai akibat dari proses kompresi. Proses atau siklus yang terjadi
dapat dibedakan menjadi:

 siklus dua langkah yang dikenal dengan motor dua langkah, dimana untuk
melengkapı siklusnya dibutuhkan 1 kali putaran poros engkol.
 Siklus empat langkah yang dikenal dengan motor empat langkah dimana
untuk melengkapi siklusnya dibutuhkan 2 kali putaran poros engkol.

Dalam percobaan ini digunakan motor diesel dengan siklus empat langkah. Keempat
langkah tersebut ditunjukkan dalam diagram skema sederhana gambar 2.1

Gambar 2.1 Skema kerja siklus motor diesel

Keempat langkah tersebut adalah:

1. Langkah pemasukan/hisap

Pada langkah ini torak bergerak dari TMA (titik mati atas; menuju ke TMB (titik
mati bawah) dan pada saat ini katup masuk terbuka dan katup buang tertutup.
Karena gerakan torak ini maka tekanan di dalam silinder turun (lebih rendah
dibandingkan tekanan atmosfer), sehingga udara segar dari atmosfer masuk ke
dalam silinder. Langkah ini berlangsung sampai torak mencapai TMB.

2. Langkah Kompresi

Langkah kompresi terjadi setelah langkah pemasukan selesai. Pada langkah ini
semua katup tertutup, torak bergerak dari TMB menuju ke TMA yang
mengakibatkan udara segar terkompresi di dalam sılınder sehingga tekanan dan
temperaturnya naik. Kenaikan tekanan ini dapat mencapai 4 Mpa (600 psi)
sedangkan kenaikan temperatur dapat mencapai 800 K (=1000 °F) tergantung
pada rasio kompresi serta ukuran motor yang digunakan. Saat torak hampir
mencapai TMA, bahan bakar diinjeksikan ke dalam ruang bakar melalui injektor
sehingga membentuk kabut campuran udara-bahan bakar. Dan karena temperatur
dalam ruang bakar tersebut melampaui temperatur penyalaan bahan bakar, maka
campuran udara-bahan bakar tersebut akan segera terbuka.

3. Langkah kerja/ekspansi

Langkah ini merupakan lanjutan langkah kompresi. Pada langkah ini semua katup
masih dalam kondisi tertutup. Sebagai akibat dari terbakarnya campuran udara-
bahan bakar dalam ruang bakar, maka tekanan dalam ruang bakar meningkat
dengan cepat sehingga mendorong torak bergerak dari TMA menuju ke TMB,
terjadilah kerja/tenaga yaitu pengubahan energi termis menjadı energi mekanis.

4. Langkah pembuangan

Pada langkah ini katup buang dalam kondisi terbuka dan katup masuk tertutup
sementara torak bergerak dari TMB ke TMA sehingga gas sisa pembakaran yang
tidak termanfaatkan lagi terdorong keluar melalui katup buang tertutup dan katup
masuk mulai terbuka, dan selanjutnya siklus mulai berulang.
Proses pembakaran yang terjadi pada motor diesel melalui beberapa tahapan
sebagaimana diilustrasikan dalam gambar 2.2

Gambar 2.2 Tahapan pembakaran pada motor diesel

Bahan bakar mulai diinjeksikan di titik A tetapi pembakaran belum dimulai sampai titik
B. Proses dari titik A sampai titik B (proses 1) merupakan periode persiapan pembakaran.
Dari titik B penyalaan mulai terjadi dan menyebar dengan sangat cepat yang
mengakibatkan peningkatan tekanan dari titik B ke titik C. Proses dari titik B ke titik C
(proses 2) disebut dengan periode pembakaran cepat. Sedangkan dari titik C menuju ke
titik D menunjukkan periode pembakaran terkendali dan periode pembakaran lanjut
ditunjukkan dari titik D sampai titik F (proses 4).

o Prestasi Motor

Sebagaimana pada motor bensin beberapa parameter untuk menentukan prestasi dani
motor diesel, diantaranya adalah:

 Daya
 Torsi
 Tekanan efektif pengereman rata-rata (brake mean effective pressure)
 Konsumsi bahan bakar spesifik (specific fuel consumption)
 Efisiensi termis

Untuk mengukur prestasi dari motor digunakan perangkat yang disebut dengan
dinamometer (gambar 2.3). Dalam percobaan ini digunakan salah satu jenis dinamometer
yaitu dınamometer, rem-air (water brake dynamometer)
Gambar 2.3 Dinamometer rem air

Poros rotor dihubungkan dengan poros dari motor yang akan diuji, rotor dikopel dengan
siator secara hidrolis memanfaatkan air. Dalam satu siklus dari poros motor, titik tertentu
yang berada pada diameter terluar dari rotor (radius r) akan bergerak sepanjang 2 πr
melawan gaya kopel. f. sehingga kerja per siklus dapat dinyatakan dengan:

W = 2π r f (2.1)

Kerja W akan diimbangi oleh kerja yang diakibatkan oleh momen luar sebesar 2 πRP,
sehingga dihasilkan keseimbangan momen:

rxf=PxR (2.2)

Jadi, dalam satu siklus poros motor. kerja yang dilak akan W = 2 πRP. dan jika motor
berputar n rpm, maka kerja per menit yang lebih dikenal dengan daya, N dapat dinyatakan
dengan:

N= 2 π n P R (2.3)

2.2. DAYA MOTOR

Merupakan daya (kerja per satuan waktu) yang diberikan ke poros penggerak oleh
motor yang dikenal dengan daya kuda pengereman (brake horsepower, BHp), dan
biasanya dinyatakan dalam satuan Watt atau daya kuda (horse power, Hp) Besar daya
motor dinyatakan melalui persamaan:

2π n PR
N = BHp = Watt (2.4)
60
dengan:

N = BHp = daya (Watt, Hp)

P = Gaya aksi dinamometer (Newton)

R = panjang lengan teoritis dinamometer = 0.9519 m

n = Putaran motor, (Hertz, rpm)

Persamaan (3) dapat juga dinyatakan melalui kalibrası dinamometer (Zollner Water Brake
Dynamometer) dengan:

Pn
N = BHp = KWatt (2.5)
10000

Karena I Hp = 746 Watt, maka persamaan (2.4) menjadi:

pn
N = Bhp = Hp (2.6)
7460

Torsi/momen putar

Torsi yang dihasilkan dihitung melalui persamaan:

T = P R (Nm) (2.7)

Atau melalui persamaan (2.3):

N
T= (Nm) (2.8)
2π n

2.3. KONSUMSI BAHAN BAKAR SPESIFIK (SPECIFIC FUEL CONSUMPTION)

Proses pembakaran campuran udara-bahan bakar menghasilkan tekanan yang


bekerja pada torak, sehingga menghasilkan langkah kerja. Besar tekanan tersebut
berubah-ubah sepanjang langkah torak tersebut. Jika diambil suatu tekanan yang bernilai
konstan yang bekerja pada torak dan menghasilkan kerja yang sama, maka tekanan ini
disebut dengan tekanan efektif rata-rata pengereman, yang didefinisikan sebagai kerja per
siklus per volume langkah torak. Tekanan efektif rata-rata pengereman (Brake Mean
Effective Pressure = BMEP) dinyatakan dengan persamaan:
75 N kg
BMEP = n m2 (2.9)
A L( )
60 Z

atau :

0.45 N Z kg
BMEP = (2.10)
A L in cm2

dengan :

BMEP = tekanan efektif rata-rata pengereman (kg/m²)

N = BHp = daya poros (Watt atau Hp)

A = Luas penampang torak (m²)

L = Panjang langkah torak (m)

i = Jumlah silinder

n = Putaran motor (rpm)

Z = Jumlah putaran poros engkol untuk menyelesaikan satu siklus kerja

( = 1 untuk motor dua langkah, = 2 untuk motor empat langkah)

2.4. EFISIENSI TERMIS

Efisiensi pemanfaatan kalor dari bahan bakar untuk diubah menjadi energi mekanis.

tenaga yang dihasilkan


ηth = x 100 %
panas yang diberikan

Jika 1 kalori, 4.186 Joule, maka

Joule
1 Hp = 746 Watt = 746
Detik

1 1 kkal
= 746 × × 3600 ×
4,186 1000 jam
kkal
= 641,567
jam

Jika untuk menghasilkan daya sebesar N (Hp) jumlah bahan bakar yang dikonsumsi G bb

(kg/ jam) dan nilai pertambahan bawah (Low Heating Value, LHV) bahan bakar adalah H b

(kkal/kg), maka efisiensi termis motor tersebut :

N × 641,567
ηth = (2.12)
Gbb× Hb

atau:

641,567
ηth =
sfc × LHV
(2.13)

dengan :

ηth = efisiensi termis (%)

LHV = kalor pembakaran bawah (kkal / kg )

LHV = 16610 + 40° API (Btu / lb) (2.14)

karena 1 Btu = 1054 Joule; 1 kalori = 4,184 Joule dan 1 1b = 0,4536 kg, maka :

Btu 1054 J 1 kal 1 lb = 555,362 kkal / kg


1 × × ×
lb 1 Btu 4,186 J 0.4536 kg

Persamaan (2.14) menjadi :

LHV = (16610+40° AP1)555,362 kkal / kg (2.15)

Dengan :
141 , 5
°API = −131 ,5 (2.16)
SG (60 ° F)

SG = Specific Gravity

= 0,74 (60°F ) untuk bensin, atau ρbensin = 0,74 gr / cm 3

= 0,815 (60°F) untuk solar, atau ρsolar = 0,815 gr / cm 3


BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 PROSEDUR PERCOBAAN

1. Melakukan pemeriksaan awal terlebih dahulu terhadap minyak pelumas, air


pendingin radiator, dan perlengkapan lain yang dibutuhkan selama percobaan
sebelum menghidupkan mesin.
2. Mencatat kondisi lingkungan sekitar (suhu,tekanan dan kelembaban udara)
3. Menghidupkan mesin pada putaran idle (750 rpm) agar mesin mencapai suhu
kerjanya
4. Menghidupkan pompa masukan air dinamometer dan atur tekanannya 2 -2,5 bar
melalui katup pemasukan air
5. Menaikkan putaran mesin menjadi 1800 rpm dengan posisi pengereman 20% dan
jaga tekanan air tidak berubah
6. Pada kondisi (5) catat beban yang terbaca pada dinamometer, waktu yang
dibutuhkan untuk mengkonsumsi 50 ml bahan bakar yang terdapat pada gelas
ukur serta jumlah bahan bakar yang kembali (return flow), suhu dan kelembaban
udara.
7. Dengan posisi pengereman 20%, menaikan putaran mesin menjadi 2000, 2200,
2400, 2600, 2800, dan 3000
8. Mengulangi pencatatan data seperti pada langkah (6)
9. Percobaan pertama selesai. Bebaskan beban dengan mengembalikan posisi
pengereman ke 0% dengan menekan tombol ⇩ sambil mengembalikan putaran
motor ke idlenya. Matikan mesin.
10. Dengan prosedur yang sama ulangi percobaan terbuat sebanyak 2 kali dengan
kondisi awal lingkungan yang sama
Gambar 3.1. Sistem pengaturan tekanan air dan pengereman

3.2 ALAT DAN BAHAN

Engine : ISUZU Automotive Diesel Engine, 4-stroke, direct injection

● Type : 4JA-1, OHV

● Cylinder : 4 - in line

● Tipe ruang bakar : pengabutan langsung

● Bore x Stroke : 93 x 92 mm

● Volume silinder : 2499

● Perbandingan kompresi : 18,4

● Tekanan kompresi : 31 kg/

● Urutan pengabutan :1-3-4-2

● Timing Pengabutan : 12° sebelum TMA

● Maximum output : 86 Ps/3900 rpm

● Maximum Torque : 17,5 kg-m/2300 rpm

● Idling speed : 750 rpm

Sistem bahan bakar :

● Tipe pompa injeksi : Bosch Distributor


● Tipe nozzle : Tipe lubang

● Jumlah lubang nozzle :4

● Tekanan awal nozzle : 185 kg/cm 2

Water Brake Dynamometer

● Merk : Zollner

● Type : 3n19A

● Max Performance : 120 kW

● Max speed : 7500 rpm

● Pengatur beban : Pintu air (sluice gate)

● Jumlah impeller :1

● Arah putaran : 1 arah

● Tekanan dan suhu air inlet minimum : 2,5 bar (20°C)

3,0 bar (30ºC)

4,0 bar (40ºC)

● Panjang tuas teoritis : 0,9549 m (Koreksi menjadi 0,9738)

● Formula daya :N = kW

N = daya (kW)

W = beban (Newton)

n = putaran (rpm)

Peralatan Pendukung

● Stopwatch

● Gelas ukur bahan bakar

● Pressure gauge

● Higrometer

● Termometer ruang

3.3 TABEL PERCOBAAN


Tabel 3.1. Data Percobaan Mesin Diesel dengan Pengereman Konstan
BAB IV

PERHITUNGAN DAN ANALISA

Setelah percobaan dilakukan, data pada Tabel 3.1. dapat diolah menjadi berbagai
parameter di Tabel 4.1. Kalkulasi data ini adalah sebagai berikut :

4.1. KALKULASI DATA MESIN DIESEL 4JA-1 pada 1800 RPM

1. Data yang didapat dari percobaan pada n = 1800 RPM :

Beban  P=34 N
Return Flow  RF=18.5 mL
Waktu konsumsi Bahan Bakar  t = 35.84 detik
Radius Putar Engkol  R = 0.9738 m

2. Kalkulasi Daya(N) dan Torsi(T)

rev
(34 N ) . (1800 )
Pxn min
N=Bhp= Hp= =8.204 Hp
7460 7460

T =P x R=( 34 N ) . ( 0.9738 m) =33.109 N . m

3. Kalkulasi Tekanan Rata-Rata Efektif Pengereman (BMEP)

0.45 x N x Z ( 0.45 ) . ( 8.204 Hp ) .(2) kg


BMEP= = =6.800570
( )
2
A x L xi x n π 2 rev cm
. ( 0.093 m ) . ( 0.092 m ) . ( 4 ) .(1800 )
4 min

2
kg 4 cm kg
 BMEP=6.800570 2
∗10 2
=68005.70 2
cm m m

4. Kalkulasi Konsumsi Bahan Bakar Spesifik (Sfc)

( )( )
3 3
cm m
m=ρ solar .V solar= ( 815 kg ) ( ( 50−31.5 ) mL ) 1
−6
10 3
=0.02567 kg
mL cm

sfc=
( 3600
Jam )
detik
x m ( 3600
=
Jam )
detik
( 0.02567 kg )
=0.3143
kg
N xt ( 8.204 Hp ) (35.84 detik ) Hp . Jam

5. Efisiensi Termal (ηth )


141.5 141.5
API= −131.5= −131.5=42.1196°
S Gsolar (@ T =60 ° F ) 0.815

(
LHV =( 16610+ 40 x ° API ) 555,362
kal
kg )
∗(10 ¿ ¿−3
kkal
kal
)¿

(
¿ ( 16610+ 40∗42.1196 ) 555,362
kal
kg )=10160228.54
kkal
kg

641,567 641,567
ηth = = =20.09 %
Sfc x LHV kg kkal
(0.3143 )(10160228.54 )
Hp. Jam kg

4.2. TABEL DAN GRAFIK BESERTA ANALISA

Tabel 4.1. Data Kalkulasi Parameter Mesin Diesel dengan Variasi RPM

Data pada Tabel 4.1 dapat diolah menjadi grafik pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2.
Daya dan Torsi
vs
Putaran
Daya Polynomial (Daya)
Torsi Polynomial (Torsi)
30.000 70.000
25.000 60.000
f(x) = − 1.15928571428573E-06 x² + 0.0257361428571429 x − 8.30048571428581
f(x) = 2.48946763692065E-06 x² + 0.00111068556108799 x − 1.56261968594436
50.000
20.000

Torsi (N.m)
Daya (Hp)

40.000
15.000
30.000
10.000
20.000
5.000 10.000
0.000 0.000
1600 1800 2000 2200 2400 2600 2800 3000 3200
Putaran (RPM)

Gambar 4.1. Grafik Daya dan Torsi vs Putaran

Dari Grafik diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi putaran (RPM) maka
semakin tinggi pula daya dan torsi yang dihasilkan. Selain itu juga dapat terlihat kenaikan
nilai daya lebih signifikan dibandingkan kenaikan torsi.

Konsumsi Bahan Bakar Spesifik dan Efisiensi Termal


vs
Putaran
Sfc Polynomial (Sfc)
Efisiensi Thermal Polynomial (Efisiensi Thermal)
0.4500 25.00%
0.4000
Efisiensi Thermal (%)

0.3500 20.00%
f(x) = 7.4817261765237E-08 x² − 0.000357277027387229 x + 0.605849918371997
f(x) = − 1.39304686895151E-07 x² + 0.000665918983158207 x − 0.441280250802855
Sfc (kg/Hp.Jam)

0.3000
15.00%
0.2500
0.2000
10.00%
0.1500
0.1000 5.00%
0.0500
0.0000 0.00%
1600 1800 2000 2200 2400 2600 2800 3000 3200
Putaran (RPM)

Gambar 4.2. Grafik Konsumsi Bahan Bakar Spesifik dan Efisiensi Termal vs Putaran
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa nilai efisiensi termal dan sfc berbanding
terbalik. Dapat terlihat pada RPM 2400 adalah nilai sfc tertinggi sedangkan nilai efisiensi
termal menjadi yang terendah..

BAB V

KESIMPULAN

Menurut hasil dari data percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
putaran mesin (RPM) akan berbanding lurus dengan daya maupun torsi yang dihasilkan.
Selain itu, semakin tinggi RPM juga berbanding lurus dengan besarnya efisiensi termal
yang dihasilkan. Dari praktikum motor diesel pada putaran berubah mahasiswa belajar
dan kini memiliki kemampuan mengukur dan menghitung parameter prestasi motor bakar
diesel. Kemudian daripada itu, mahasiswa juga menjadi tahu hubungan antara parameter
seperti torsi, daya, konsumsi bahan bakar spesifik dan efisiensi termal terhadap putaran
poros.

Anda mungkin juga menyukai