Bulan Januari 2018 lalu Kementerian Dalam Negeri (Mendagri) telah mengusulkan dua nama
untuk menjadi pelaksana tugas (Plt) pada saat berlangsungnya pilkada serentak 2018 nanti pada
bulan Juni dan menggantikan pejabat definitif di dua provinsi yang berbeda, yaitu Provinsi Jawa
Barat dan Provinsi Sumatera Utara.
Dua Perwira Tinggi yang rencananya diplot sebagai Plt Gubernur adalah Asisten Kapolri
bidang Operasi (Asops) Inspektur Jenderal Mochamad Iriawan sebagai Plt Gubernur Jawa Barat
serta Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Polri Irjen Martuani Sormin menjadi
Plt Gubernur Sumatera Utara. Namun usulan kedua nama tersebut masih menunggu keputusan dari
Presiden yang selanjutnya akan menjadi Keputusan Presiden (Keppres).
Hal ini memang masih dalam tahap pengusulan, akan tetapi usulan tersebut sudah
menimbulkan berbagai pandangan baik yang setuju atas usulan tersebut sampai yang tidak setuju
atas usulan tersebut.
Salah satu dasar Ketua Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengusulkan kedua nama
tersebut dikarenakan di dua provinsi tersebut tergolong rawan saat berlangsungnya Pilkada nanti
pada bulan juni 2018. Kemudian dalam hal rawan ini digolongkan karena gemuknya penduduk di
Jawa Barat dan Sumatera Utara. Adapun alasan yang lain penunjukkan itu bermaksud agar
koordinasi antara pemerintah dengan pihak aparat penegak hukum menjadi mudah.
Namun dalam hal pengusulan tersebut akan berpotensi bertentangan dengan UUD 1945 dan
Undang-Undang yang terkait. UUD 1945 yang berpotensi di langgar yaitiu pasal 30, pasal 201 ayat
(10) UU Nomor 10 Tahun 2016 Tentang Pilkada, pasal 19 dan pasal 20 UU Nomor 5 Tahun 2014
Tentang Aparatur Sipil Negara, dan UU Nomor 22 Tahun 2002 Tentang Kepolisian.
Berdasarkan anugerah Tuhan Yang Maha Esa dan atas nama Rakyat Indonesia mewakili
untuk Provinsi Jawa Barat, kami Himupunan Mahasiswa Islam Komisariat Hukum Unpas
menuntut Pemerintah:
1. Menolak Kepolisian untuk menjadi Plt Gubernur karena hal tersebut bukan
kewenangannya.
2. Memberikan Kejelasan Regulasi Plt Gubernur oleh Kepolisian sehingga tidak melanggar
aturan satu dengan aturan lainnya.
3. Polri harus melaksanakan tugas, pokok dan fungsi sebagai ABRI, bukan sebagai ASN atau
penyelenggara pemerintahan.
Demikian “Tuntutan Aksi Kita Untuk Jawa Barat”, semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu
mengiringi setiap langkah perjuangan kita.