Anda di halaman 1dari 22

Referat

Osteogenesis Imperfecta

Disusun oleh :
Fedelis Dani Purnawan, S.Ked

Pembimbing:
dr. E. S. Ireschka Pattiwael, Sp. Rad., M.Sc.

SMF RADIOLOGI
RUMAH SAKIT UMUMJENDRAL AHMAD YANI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMPUNG
2017

1
KATA PENGANTAR

Assalammualaikum wr.wb.

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Osteogenesis Imperfecta” tepat
pada waktunya. Adapun tujuan pembuatan referat ini adalah sebagai salah
satusyarat dalam mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Radiologi di
Rumah Sakit Umum Daerah Jendral Ahmad Yani Kota Metro.

Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Ireschka


Pattiwael, Sp. Rad., M.Sc.yang telah meluangkan waktunya untuk penulis dalam
menyelesaikan referat ini. Kami menyadari banyak sekali kekurangan dalam
laporan ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini dapat
bermanfaat bukan hanya untuk penulis, tetapi juga bagi siapapun yang
membacanya.

Wassalamualaikum wr.wb.

Bandar Lampung, Juli 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

Cover ................................................................................................................. i

Kata Pengantar ................................................................................................... ii

Daftar Isi ............................................................................................................ iii

BAB I Pendahuluan ............................................................................................ 1

BAB II Tinjauan Pustaka .................................................................................... 2

BAB III Kesimpulan ........................................................................................... 20

Daftar Pustaka ...................................................................................................21

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pengertian
Osteogenesis Imperfecta (OI) adalah kelainan pembentukan jaringan ikat bawaan

dengan berbagai bentuk manifestasi klinis. Kelainan ini juga sering disebut

dengan "brittle bone disease". Kelainan ini pada umumnya ditandai dengan tulang

mudah patah, kelainan pada ligamen, kulit, sklera, gigi, ataupun tuli. Kelainan

bentuk yang paling ringan biasanya ditandai dengan osteoporosis prematur,

penderita bisa tidak mengalami patah tulang sampai masa dewasa, sedang untuk

kelainan OI yang berat adalah ditandai dengan fraktur multipel dengan trauma

ringan atau tanpa riwayat trauma sejak dalam kandungan. Disebutkan kurangnya

asupan gizi saat hamil, paparan lingkungan/ ekosistem, dan ibu peminum alcohol

meningkatkan risiko kejadian OI.

1.2 Epidemiologi

Osteogenesis Imperfecta diturunkan secara autosomal dominan. Kejadian


OI diperkirakan 1 per 20.000 kelahiran hidup. Tidak ada perbedaan menurut ras
dan jenis kelamin. Usia penderita saat gejala muncul bervariasi, terutama gejala
mudah patahnya tulang. Pada kasus minoritas dapat ditemukan penurunan secara
resesif yang disebabkan oleh mosaicism pada orangtua.

4
1.3 Klasifikasi
Sejak tahun 1979, OI telah diklasifikasikan menjadi beberapa tipe oleh
David Sillence. Sistim klasifikasi ini dikelompokkan berdasarkan keturunan,
manifestasi klinis, dan gambaran radiologis. Klasifikasi OI bisa mencerminkan
prognosis dari seorang penderita tetapi tidak bisa memprediksi batas akhir
kemampuan seorang penderita. Klasifikasi awal ada 4 tipe yaitu tipe I sd. Tipe IV.
Dan ada tiga tipe tambahan dari OI yaitu tipe V, VI, dan VII. Namun klasifikasi
klinis lebih berguna berdasarkan manifestasi yang muncul pada bayi, anak-anak,
dan orang dewasa dengan gejala yang ringan, sedang sampai berat, dan jenis yang
mematikan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Etiologi

Hampir 90% bentuk klinis (tipe) OI disebabkan oleh kelainan struktural


atau mutasi 2 gen yaitu COL1A1 dan COL1A2 yang mengkode rantai kolagen
tipe 1 (prokolagen tipe 1), dimana COL1A1 dan COL1A2 merupakan komponen
protein utama matriks ekstraselular tulang. Bentuknya yang beragam ini karena
bisa terjadi pada lokus dan alel yang sangat heterogen. Manifestasi yang timbul
tergantung dari rantai prokolagen tipe 1 yang terkena, jenisnya, dan lokasi mutasi
dari lokusnya. Sekitar 10% kasus klinis yang tak jelas, terbukti tidak didapat
kelainan biokimia dan molekul prokolagen. Hingga kini tidak diketahui dengan
jelas apakah kasus ini dikarenakankemampuan deteksi kurang atau karena
kelainan genetik yang heterogen.

2.2 Patogenesis

Prokolagen tipe I adalah struktur protein utama yang menyusun matriks tulang
dan jaringan fibrous lainnya, seperti kapsul organ, fasia, kornea, sklera, tendon,
selaput otak dan dermis. Sekitar 30% berat badan manusia terdiri dari prokolagen
tipe I. Secara struktural, molekul prokolagen tipe I berbentuk triple helix, terdiri
dari 2 rantai proα1(I) (disebut COL1A1, dikode pada kromosom 17) dan 1 rantai
proα2(I) (disebut COL1A2, dikode pada kromosom 7). Masing-masing rantai
triple helix itu dibentuk oleh rangkaian 388 asam amino Gly-X-Y yang berulang.
Prolin sering berada di posisi X, sedangkan hidroksiprolin atau hidroksilisin
sering berada di posisi Y. Glisin (Gly) merupakan asam amino terkecil yang
mempunyai struktur cukup padat dan berperan penting sebagai poros dari helix

6
sehingga bila terjadi mutasi akan sangat mengganggu struktur dan produksi helix.
Prokolagen yang abnormal akan membentuk cetakan yang tidak normal sehingga
matriks pelekat tulang pun tak normal dan tersusun tak beraturan. Beberapa
protein bukan kolagen dari matriks tulang juga berkurang. Hal ini menyebabkan
adanya penurunan pembentukan tulang, osteopenia, dan terjadi kerapuhan
sehingga meningkatkan angka kepatahan (fraktur). 1,2,4

Gambar 1. Gen yang menyandi tipe I preprocollagen struktur rantai (atas) dan
domain molekul procollagen (bawah). A, Sinyal urutan yang dibelah saat transit
dari retikulum endoplasma kasar, B, propeptide N-terminal; C, non-triple-helix
domain pendek, yang berisi situs pembelahan proteolitik peptida N-terminal; D,
triple-helix domain yang penting, ditandai dengan mengulangi Gly-XY, E,
Telopeptide, F, N-terminal propeptides yang mengandung ikatan disulfida.

Lebih dari 200 mutasi yang berbeda mempengaruhi sintesis atau struktur
prokolagen tipe I ditemukan pada penderita OI. Jika mutasi tersebut menurunkan
produksi/ sintesis prokolagen tipe I, maka terjadi OI fenotip ringan (osteogenesis
imperfecta tipe I), namun jika mutasi menyebabkan gangguan struktur prokolagen
tipe I maka akan terjadi OI fenotip yang lebih berat (tipe II, III, dan IV). Kelainan
struktur itu pada dasarnya terbagi menjadi dua macam, yaitu 85% karena point
mutation akibat glisin digantikan oleh asam amino lain dan sisanya karena
kelainan single exon splicing. Struktur normal prokolagen tipe I. Masing-masing
rantai kolagen sebagai triple helix prokolagen, disekresikan ke ruang

7
ekstraseluler. Domain amino- dan carboxyl-terminal dipecah di ruang
ekstraseluler, mengalami maturitas, kemudian dirangkai, di tulang akan
mengalami mineralisasi.

Mutasi terbanyak OI diturunkan secara autosomal dominan oleh gen kolagen tipe
I, hanya sedikit yang resesif. Secara umum penyakit ini menggambarkan
kompleksitas genetik, namun jika terjadi mutasi gen akan mempengaruhi struktur
protein yang dirupakan dalam berbagai bentuk sub unit.

Gambar 2. Pedegree dari keluarga dengan Osteogenesis Imperfecta yang


terbanyak diturunkan secara autosomal dominan.

Bentuk phenotif yang ringan dari tipe I autosomal dominan, walaupun


molekul normal yang terbentuk hanya separoh dari keseluruhan, secara kualitas
akan tampak normal. Semakin berat mutasi yang terjadi akan tampak pada
stoichiometri pada pembentukan defek rantai proα1(I) kolagen tipe I yang terdiri
dari 2 rantai proα1 dan 1 rantai proα2. Jika separoh rantai proα1(I) adalah
abnormal, 3 dari 4 kolagen tipe I akan mempunya minimal 1 rantai abnormal.
Sebaliknya jika separoh rantai proα1(I) mengalami defek, maka yang terkena
mutasi hanya 1 dari 2 molekul. Mutasi pada rantai proα1(I) yang tampak pada
gambar 2 di bawah ini adalah dominant negative alelle (proα1M), karena mereka
mempengaruhi kerusakan kedua rantai yaitu proα1 dan proα2. Dengan kata lain
pengaruh mutan alel diperkuat dengan adanya betuk polimer alamiah dari molekul
kolagen, khususnya untuk penyakit autosomal dominan seperti OI ini, akan lebih
baik jika terjadi mutasi yang nantinya tidak memproduksi gene dari pada harus
menghasilkan produk gen abnormal. Meskipun mutasi yang menghasilkan

8
struktur abnormal rantai proα2 bisa menurunkan jumlah normal molekul kolagen
tipe 1 hingga separoh, penurunan jumlah ini tidak selamanya jelek. Seperti pada
kasus beberapa mutasi yang menyebabkan bentuk fenotip perinatal yang letal,
kebanyakan bayi dengan OI tipe II, bentuk letal mempunyai dominasi mutasi yang
baru, yang mana kaitannya dalam keluarga untuk terjadi kejadian berulang sangat
rendah.2,4
Cartilage-associated protein (CRTAP) merupakan protein yang dibutuhkan
untuk hidroksilasi prolil 3. Hilangnya CRTAP pada tikus menyebabkan
osteochondroplasia yang dikarakterisasi dengan osteoporosis beratdan penurunan
produksi osteoid. Pada manusia, mutasi CRTAP dapat menyebabkan modifikasi
post-translasional dari kolagen yang berlebihan sehingga dapat menyebabkan
gejala klinis yang mirip dengan OI.

9
Gambar 3. Patogenesis kelas mayor mutasi dari prokolagen tipe 1. ( Dikutip dari
Nussbaum RL, McInnes RR, Willard HF. The molecular and biochemical basis of
genetic disease. Dalam: Thompson and thompson genetic in medicine, edisi ke-6.
Philadelphia: Saunders, 2004;342 )

2.3 Manifestasi Klinis

Sistem klasifikasi yang paling sering dipakai untuk membedakan tipe OI


adalah yang dibuat oleh Sillence dkk. Klasifikasi tersebut didasarkan pada gejala
klinis, genetik, dan kriteria radiografi (tipe I sd. Tipe IV). Gejala klinisnya sangat
bervariasi antar penderita walaupun dalam tipe yang sama. Dan ada tiga tipe
tambahan dari OI yaitu tipe V, VI, dan VII. Namun klasifikasi klinis lebih
berguna berdasarkan manifestasi yang muncul pada bayi, anak-anak, dan orang
dewasa dengan gejala yang ringan, sedang sampai berat, dan jenis yang
mematikan. 1-4

10
Tabel 1. Tipe-OI dari Tinjauan Genetik & Biomolekuler sebagai berikut :

Tipe Fenotif Diturunkan Defek Biomolekuler Defek


secara Genetika
Defek Produksi Kolagen Tipe I
I Ringan : sklera Autosomal Biasanya : Susunan Biasanya: tidak punya
kebiruan, brittle dominan kolagen normal (alel alel, sehingga
bones , tetapi tdk normal), tetapi jumlah menggangu produksi
ada deformitas berkurang separoh rantai proα1(1), dan
tulang mengganggu sintesis
mRNA

Defek struktural Kolagen Tipe I


II Perinatal letal: Autosomal Biasanya: produksi Biasanya :kesalahan
abnormalitas tulang dominan molekul kolagen mutasi tulang dalam
yg berat (fraktur, abnormal ok. Substitusi kodon glisin dari gene
deformitas), sklera dari Gly-X-Y dari tripel untuk rantai α1 dan α2
gelap, meninggal helix dominan, dgn
usia 1 bulan beberapa bias ke
separoh protein C-
terminal
III Deformitas Autosomal Molekul kolagen Kesalahan mutasi pada
progresif: fraktur, dominan abnormal : substitusi kodon glisin dari gene
sering saat glisin dari berbagai tipe untuk rantai α1 dan α2
kelahiran, triple helix, berada di
deformitas tulang sepanjang protein
progresif, tumbuh
terbatas, sklera biru
IV Sklera normal, Autosomal Abnormal molekul Kesalahan mutasi pada
deformitas tulang : dominan kolagen: substitusi kodon glisin dari gene
derajat ringan – glisin dari berbagai tipe untuk rantai α1 dan α2
sedang, perawakan triple helix, berada di
pendek, fraktur sepanjang protein

Modifikasi dari Byers PH: Disorder of collagen biosynthesis and structur. In


Scriver CR, Beaudert AL (eds): The Metabolic Basis of Inheritance Disease, 6th
ed. New York, Mc Graw Hill, 1989 pp 2805-2842 and Bayers PH: Brittle bones-
fragile molecules: disorder of collagen structure and expression. Trends Genet
6:293-300, 1990

11
1. Tipe I (Ringan)
Merupakan bentuk OI yang paling ringan dan paling banyak ditemukan,
bahkan sering ditemukan dalam suatu pedigree keluarga yang besar. Diturunkan
secara autosomal dominan dan disebabkan karena menurunnya produksi atau
sintesis prokolagen tipe I (functional null alleles). Kebanyakan penderita tipe I
mempunyai sklera berwarna biru, fraktur berulang pada masa anak-anak tapi tidak
sering, dan tuli (30-60% pada usia 20-30 tahun). Fraktur terjadi karena trauma
ringan–sedang dan menurun setelah masa pubertas. Ada 2 subtipe, yaitu subtipe A
bila tidak disertai dentinogenesis imperfecta, dan subtipe B bila disertai
dentinogenesis imperfecta. Kelainan lainnya yang bisa ditemukan antara lain
mudah memar, kelemahan sendi dan otot, kifoskoliosis, serta perawakan pendek
ringan dibanding anggota keluarga lainnya.

2. Tipe II (Sangat berat/ perinatal lethal)


Sering didapatkan bayi lahir mati atau meninggal pada tahun pertama kehidupan
dengan berat lahir dan panjang badan kecil untuk masa kehamilan. Kematian
disebabkan karena distres pernafasan, juga karena malformasi atau perdarahan
sistem saraf pusat. Terjadi karena mutasi baru yang diturunkan secara autosomal
dominan (jarang resesif) akibat penggantian posisi glisin pada triple helix
prokolagen tipe I dengan asam amino lain. Tulang rangka dan jaringan ikat lain
sangat rapuh. Terdapat fraktur multipel tulang panjang intrauterin yang terlihat
sebagai crumpled appearance pada radiografi. Selain itu bisa terjadi pada tulang
tengkorak/ vertebra. Tulang tengkorak tampak lebih besar dibanding ukuran tubuh
dengan pembesaran fontanela anterior dan posterior. Fraktur multipel tulang iga
membentuk gambaran manik-manik (beaded appearance), thoraks yang sempit
ikut berperan dalam terjadinya distres pernafasan. Penderita mungkin mempunyai
hidung yang kecil dan/ mikrognatia. Sklera warna biru gelap-keabuan.

3. Tipe III (Berat/Progresif)


Merupakan tipe dengan manifestasi klinis paling berat namun tidak mematikan
dan menghasilkan gangguan fisik yang berat, berupa kelenturan sendi, kelemahan
otot, nyeri tulang kronis berulang, dan deformitas tengkorak. Hal ini bisa terjadi
karena point mutation atau frame shift mutation pada prokolagen tipe I yang

12
diturunkan secara autosomal dominan atau resesif. Berat badan dan panjang lahir
sering rendah. Fraktur sering terjadi dalam kandungan. Setelah lahir, fraktur
sering terjadi tanpa sebab dan sembuh sendiri dengan sisa deformitas.
Kebanyakan dari penderita berperawakan pendek, bentuk wajah relatif triangular
dan makrosefali. Sklera bervariasi dari putih hingga biru. Sering dijumpai
dentinogenesis imperfecta (80% pada anak usia < 10 tahun). Dari gambaran
radiologis didapatkan disorganisasi matriks tulang menyebabkan gambaran
popcorn pada metafisis.

4. Tipe IV (Tak terdefinisi/ Moderately severe)


Terjadi karena point mutation atau delesi kecil pada prokolagen tipe I yaitu pada
rantai COL1A2, kadang pada COL1A1. Merupakan tipe OI yang paling heterogen
karena memasukkan temuan-temuan pada penderita yang tidak tergolong dalam 3
tipe sebelumnya. Fraktur bisa terjadi dalam rahim dengan tulang panjang bawah
bengkok yang kelihatan sejak lahir. Sering terjadi fraktur berulang, kebanyakan
penderita mempunyai tulang yang bengkok walau tidak sering mengalami fraktur.
Frekuensi fraktur berkurang setelah mencapai pubertas. Penderita tipe ini
memerlukan intervensi ortopedik dan rehabilitasi tetapi biasanya mereka dapat
melakukan aktivitas sehari-hari. Penderita mengalami perawakan agak pendek.
Warna sklera biasanya putih. Kadang dijumpai dentinogenesis imperfecta,
sehingga beberapa penulis membedakan tipe ini menjadi 2 subtipe yaitu subtipe A
bila tidak disertai dentinogenesis imperfecta dan subtipe B bila disertai
dentinogenesis imperfecta. Gambaran osteoporotik dan kompresi vertebra
didapatkan dari radiologiknya.

Penelitian beberapa tahun terakhir dengan menggunakan penelitian mikroskopik


terhadap tulang penderita OI ditemukan tipe-tipe baru OI (tipe V, VI, VII). Yang
tidak berasal dari mutasi tipe 1 gene kolagen. Penyebab mutasi pada tipe di atas
belum dapat diidentifikasi, meskipun lokus dari OI tipe VII diketahui berada di
lengan pendek kromosom 3 dan diturunkan secara resesif. Bentuk lain diturunkan
secara dominan autosomal dan dapat dibedakan secara klinis atau kelainan
tulangnya tetapi gambarannya hampir sama dengan OI tipe IV .

13
Gambar 4. Wajah bulat dengan orbita dangkal, sclerae putih atau keabu-
abuan, philtrum panjang, rhizomelic dari ekstremitas atas dan bawah dan
posisi abduksi kaki. Di kutip dari Glorieux FH,. Experience With
Bisphosphonates in Osteogenesis Imperfecta. Pediatrics 2007;119;S163-
S165

(I) (II) (III)

Gambar 5. Gambaran radiologis (I) Fraktur mid diafise tampak obliq ri


dari humerus kiri, (II) penipisan ringan dari tulang kepala, (III) fraktur
proksimal femur bilateral dengan konsolidasi dan angulasi. Di kutip dari
Glorieux FH,. Experience With Bisphosphonates in Osteogenesis
Imperfecta. Pediatrics 2007;119;S163-S165

14
Klasifikasi Lanjutan Osteogenesis Imperfecta

Tipe V: Deformitas derajat sedang (disebut juga congenital brittle bones


dengan formasi kalus redundant ). Manifestasi klinis : kerapuhan tulang derajat
sedang, perawakan pendek ringan-sedang, sklera putih, tidak didapatkan
dentinogenesis imperfecta, diturunkan secara dominan. Gambaran radiologis
didapatkan dislokasi ujung tulang radius; mineralisasi membran interosseous;
hiperplasi kallus.

Type VI: Deformitas derajat sedang-berat ( Disebut juga congenital britlle


bones dengan defek mineralisasi. Manifestasi klinis : kerapuhan tulang derajat
sedang, perawakan pendek derajat sedang, sklera putih, tidak didapatkan
dentinogenesis imperfecta; tidak tampak skoliosis; tidak diketahui sifat
keturunannya. Gambaran histologisnya tampak akumulasi osteoid di jaringan
tulang, bentuk fish scale dari lamella tulang

Type VII: Deformitas derajat sedang (disebut juga congenital brittle bones
dengan rhizomelia. Gambaran klinis : kerapuhan tulang derajat sedang,
perawakan pendek derajat ringan, sklera putih, tidak didapatkan dentinogenesis
imperfecta; autosomal resesif; ditemukan hanya pada kelompok suku asli
Amerika Utara di northern Quebec. Gambaran radiologis tampaktulang humeri
and femora yang pendek; coxa vara

Type VIII: Defisiensi Prolyl 3-hydroxylase 1. Gambaran klinis tampak


sklera putih, wajah bulat, dada bentuk barrel chest pendek, tangan relatif lebih
panjang dibandingkan kaki, tulang phalang panjang, tulang metakarpal pendek;
diturunkan secara resesif. Gambaran radiologis tampak gracile, kadar mineral
tulang iga dan tulang panjang yang rendah, fraktur multipe pada saat lahir,
disorganisasi bulbus metafise dan matrixnya.

15
Gambar 6. Warna sclera penderita OI. Di
ambil dari www.uptodate.com

2.4 Diagnosis

Diagnosis OI ditegakkan dari riwayat penyakit yang sama pada keluarga dan atau
manifestasi klinis yang berbeda-beda tiap penderita, dari tipe ringan sampai berat,
ditambah dengan beberapa pemeriksaan penunjang. Manifestasi klinis yang bisa
ditemukan antara lain sering fraktur berulang, perawakan pendek, sklera berwarna
biru, masalah gigi (dentinogenesis imperfecta), dan gangguan pendengaran yang
makin progresif setelah masa pubertas. Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan

1. Laboratorium biokimia dan molekular

Analisa sintesa kolagen didapat melalui kultur fibroblas dari biopsi kulit,
terutama untuk mendeteksi osteogenesis imperfecta tipe I,III dan IV.
Analisa mutasi DNA prenatal dilakukan pada kehamilan dengan resiko OI,
melalui kultur villus korion. Pemeriksaan kombinasi antara analisa DNA
dan biopsi kolagen akan mendeteksi hampir 90% dari semua tipe mutasi
gen pengkode prokolagen tipe I.

2. Pencitraan Radiografi pada tulang skeletal setelah lahir (bone survey)

Bentuk ringan (tipe I) tampak korteks tulang panjang yang menipis, tidak
tampak deformitas tulang panjang. Bisa menunjukkan gambaran Wormian
(Wormian bones) pada cranium. Bentuk sangat berat (tipe II) tampak
gambaran manik-manik (beaded appearance) pada tulang iga, tulang

16
melebar, fraktur multipel dengan deformitas tulang panjang. Bentuk
sedang dan berat (tipe III dan IV) tampak metafisis kistik atau gambaran
popcorn pada kartilago, tulang dapat normal atau melebar pada awalnya
kemudian menipis, dapat ditemukan fraktur yang menyebabkan deformitas
tulang panjang, sering disertai fraktur vertebra. Densitas mineral tulang
(bone densitometry) diukur dengan Dual-Energy X-Ray Absorptiometry
(DEXA) yang menghasilkan nilai rendah pada penderita. Ultrasonografi
prenatal pada minggu 15-18 kehamilan untuk mendeteksi kelainan panjang
tulang anggota badan. Yang tampak dapat berupa gambaran normal (tipe
ringan) sampai dengan gambaran isi intrakranial yang sangat jelas karena
berkurangnya mineralisasi tulang kalvaria atau kompresi kalvaria. Selain
itu dapat juga ditemukan tulang panjang yang bengkok, panjang tulang
berkurang (terutama tulang femur), dan fraktur iga multipel. USG prenatal
ini terutama untuk mendeteksi OI tipe II.

2.5 Diagnosis Banding

1. Child abuse dan penelantaran anak

Pada OI tipe ringan paling sulit dibedakan dengan kasus penelantaran


anak. Usia fraktur tulang yang berbeda-beda pada neonatus dan anak harus
dicurigai karena kasus penelantaran anak. Selain itu pada penelantaran
anak juga terdapat manifestasi klinis non skeletal, misalnya perdarahan
retina, hematoma organ visera, perdarahan intrakranial, pankreatitis dan
trauma limpa. Tipe fraktur pada penelantaran anak biasanya adalah fraktur
sudut metafiseal yang jarang ditemukan pada OI. Densitas mineral tulang
pada penelantaran anak juga normal, sedangkan pada OI rendah.

2. Osteoporosis juvenil idiopati (OJI)

Keadaan ini ditemukan pada anak yang lebih tua, terutama antara 8 – 11
tahun, yang mengalami fraktur dan tanda osteoporosis tanpa didasari
penyakit lainnya. Gejala biasanya nyeri tulang belakang, paha, kaki, dan
kesulitan berjalan. Fraktur khasnya berupa fraktur metafiseal, meski dapat

17
juga terjadi pada tulang panjang. Sering terjadi fraktur vertebra yang
menyebabkan deformitas dan perawakan pendek ringan. Tulang tengkorak
dan wajah normal. OJI akan membaik spontan dalam 3-5 tahun, namun
deformitas vertebra dan gangguan fungsi dapat menetap. Jika didapat
riwayat keluarga dengan keluhan yang sama maka harus dipikirkan suatu
OI tipe ringan

3. Achondroplasia

Merupakan penyakit yang diturunkan secara autosomal dominan akibat


mutasi pada gen FGFR3. Gen ini bertanggung jawab pada pembentukan
protein yang berperan dalam pertumbuhan, perkembangan dan
pemeliharaan tulang (osifikasi) dan jaringan otak. Klinis didapat sejak
lahir berupa perawakan pendek, termasuk tulang belakang, lengan dan
tungkai terutama lengan dan tungkai atas, pergerakan siku terbatas,
makrosefali dengan dahi yang menonjol. Kejadian fraktur berulang tak
pernah terjadi.

4. Riketsia

Merupakan gangguan kalsifikasi dari osteoid akibat defisiensi metabolit


vitamin D. Walau jarang terjadi, riketsia juga bisa karena kekurangan
kalsium dan fosfor dalam diet. Klinis yang ditemukan antara lain hipotoni
otot, penebalan tulang tengkorak yang menyebabkan dahi menonjol,
knobby deformity pada metafisis dan dada (rachitic rosary), bisa terjadi
fraktur terutama tipe greenstick fracture. Hasil pemeriksaan laboratorium
ditemukan kadar 25-hidroksi-vitamin D serum, kalsium dan fosfor yang
rendah, serta alkalin fosfatase meningkat. Beberapa penyakit malabsorpsi
intestinal berat, penyakit hati atau ginjal menimbulkan gambaran klinis
dan biokimia sekunder riketsia nutrisional. Pada OI kalsium serum dan
alkalin fosfatase normal. Kadar 25-hidroksi-vitamin D serum penderita OI
sering rendah menunjukkan defisiensi vitamin D sekunder akibat
kurangnya paparan terhadap sinar matahari yang sering dialami penderita
OI.

18
2.6 Prognosis

Osteogenesis imperfecta merupakan kondisi kronis yang membatasi tingkat


fungsional dan lama hidup penderita. Prognosis penderita OI bervariasi tergantung
klinis dan keparahan yang dideritanya. Bayi dengan OI tipe II biasanya meninggal
dalam usia bulanan - 1 tahun kehidupan. Sangat jarang seorang anak dengan
gambaran radiografi tipe II dan defisiensi pertumbuhan berat dapat hidup sampai
usia remaja. Penderita OI tipe III biasanya meninggal karena penyebab pulmonal
pada masa anak-anak dini, remaja atau usia 40 tahun- sedangkan penderita tipe I
dan IV dapat hidup dengan usia yang lebih panjang/ lama hidup penuh. Penderita
OI tipe III biasanya sangat tergantung dengan kursi roda. Dengan rehabilitasi
medis yang agresif mereka dapat memiliki ketrampilan transfer dan melakukan
ambulasi sehari-hari di rumah. Penderita OI tipe IV biasanya dapat memiliki
ketrampilan ambulasi di masyarakat juga tak tergantung dengan sekitarnya.

19
BAB III

KESIMPULAN

1. Osteogenesis Imperfecta (OI) adalah kelainan pembentukan jaringan


ikat bawaan dengan berbagai bentuk manifestasi klinis. Kelainan ini
juga sering disebut dengan "brittle bone disease".
2. Pemeriksaan rotngen dijumpai osteopenia (densitas tulang rendah),
fraktur, kompresi tulang vertebra, Wormian Bones pada tulang
tengkorak.
3. Diagnosis laboratorium OI tergantung pada penentuan bahwa kultur
fibroblas didapatkan prokolagen tipe I kurang dari normal,atau
identifikasi mutasi pada COL1A1 atau COL1A2, dua gen yang
menyandikan rantai prokolagen tipe.
4. Penyebab terjadinya atau yang dapat meningkatkan resiko terjadinya
osteogenesis imperfecta adalah kurangnya asupan gizi saat hamil,
paparan lingkungan/ ekosistem, dan ibu peminum alcohol.
5. Prinsip pada penatalaksanaannya tidak ada pengobatan khusus pada
osteogenesis imperfekta.Tujuan utama pengobatan OI adalah
mengurangi angka kejadian fraktur, mencegah deformitas tulang
panjang dan skoliosis serta meningkatkan luaran fungsional

20
Daftar Pustaka

Indrawan DK, Suryawan B, Arimbawa. Osteogenesis imperfekta pada bayi


perempuan beusia 2 hari. JIKA 2013, 2(1):73-5

Glorieux F. Guide to osteogenesis imperfecta for pediatricians and family practice


physicians. November 2007.

Roughley PJ, Rauch F, Glorieux FH. Osteogenesis imperfecta-clinical and


molecular diversity. Eur Cell Mater. 2003;5:41-7.

Bhadada SK, Santosh R, Bhansali A, Upreti V, Dutta P. Osteogenesis imperfecta.


JAPI. 2009;57:33-6

Byers PH, Krakow D, Nunes ME, Pepin M. Genetic evaluation of suspected


osteogenesis imperfecta. Genet Med. 2006;8:383-8

Alharbi SA. A systematic review of osteogenesis imperfect. Mol Biol.


2016;5(1):1-9

Therapeutic strategies for osteogenesis imperfect: A guide for physical therapists


and occupational therapists. Osteogenesis imperfect foundation.

Sanchez LM, Pedroza AU, Saucedo GP, Cortez BF. Zoledronic acid (zoledronate)
in children with osteogenesis imperfect (OI). Gas Med Mex. 2015;151:152

21
Statistical Review Evaluation – Clinical Studies. U.S Department of Health and
Human Service. Maret 2008

Falk MJ, Heeger S, Lynch KA, DeCaro KR, Bohach D, et al. Intravenous
bisphosphonate therapy in children with osteogenesis imperfect.
PEDIATRICS 2003;111(3):573-7

Somalo L, Santos F. Clinical use of bisphosphonates in children. World J Pediatr.


2007;3(4):245-53

22

Anda mungkin juga menyukai