OSTEOGENESIS IMPERFECTA
OLEH
DENPASAR
2021
i
DAFTAR ISI
COVER..................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
3.1 Assesment.................................................................................................
3.2 Diagnosis..................................................................................................
3.3 Prognosis..................................................................................................
3.4 Planning....................................................................................................
3.5 Intervensi..................................................................................................
3.6 Evaluasi....................................................................................................
BAB IV KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan ..............................................................................................
4.2 Saran ........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3.6 Memahami proses asuhan fisioterapi untuk kasus Osteogenesis Imperfecta.
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3
Mutasi Serat
Kolagen Tipe 1
Memperngaruhi tulang, organ kapsular, fasia,
kornea, sklera, meninges dan dermis
4
Osteogenesis tipe III yaitu ditemukan adanya gangguan sendi (hyperlaxity),
kelemahan otot, nyeri tulang kronis, deformitas tengkorak, terjadi kerapuhan tulang
selama usia bayi, deformitas pada rangka atas, adanya perubahan sklera menjadi biru,
pemendekan rangka badan, sering memiliki wajah yang berbentuk segitiga disertai
maloklusi, vertigo, malformasi pada struktur jantung kongenital, hiperkalsiuria,
komplikasi pernapasan sekunder dari klifoskoliosis.
d. Osteogenesis Imperfecta Tipe IV
Osteogenesis imperfecta tipe IV merupakan tipe yang belum teridentifikasi dengan
jelas. Meskipun penderita memiliki tinggi badan yang normal dan sklera normal
namun, bisa ditemukan dentinogenesis imperfecta, fraktur yang sering di masa bayi,
biasanya terjadi pembengkokan pada tulang panjang.
5
BAB III
PROSES ASUHAN FISIOTERAPI
3.1 Assessment
A. Anamnesis
Identitas Pasien :
a. Nama : L. A
b. Umur : 2 tahun, 7 bulan
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Tempat, tanggal lahir : Denpasar, 24 November 2018
e. Anak ke : Pertama
f. Agama : Hindu
g. Alamat : Jalan Gunung Agung No. 89
h. Tanggal Pemeriksaan : 10 Mei 2021
B. Kesan umum
Kesan pertama saat dilakukannya pemeriksaan pasien terlihat duduk namun
ketika diberdirikan anak hanya mampu berdiri beberapa detik kemudian anak
kehilangan keseimbangan dan terjatuh.
6
C. Pemeriksaan Subjektif
a. Keluhan Utama
Fraktur extremitas bawah akibat posisi bayi yang sungsang saat lahir.
e. Riwayat Kehamilan
7
f. Riwayat Imunisasi
Lengkap
Gross motor :
h. Riwayat Nutrisi
Pemberian ASI
Riwayat sakit dalam keluarga yang memiliki kelainan serupa dengan pasien.
D. Pemeriksaan Objektif
1. Vital Sign
8
Absolut Tambahan*
HR : 95 x/Min Lingkar kepala : 46 cm
RR : 25x/menit Tinggi Badan : 89 cm
BP : 100/65 mmHg Berat Badan : 11 kg
Suhu : 36,40Celcius Kesadaran : Compos Mentis
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Hasil
Pemeriksaan Hasil
9
Disability :
- Pasien belum mampu merangkai kalimat
Sensori System Visual :
- Terlihat pasien mampu tertawa saat diberikan
rangsangan yang lucu.
Auditory :
- Pasien menoleh saat dipanggil
Vestibular :
- VOR : Pasien dapat memandang benda yang
menarik dan berada di depan jangkauan mata
sejauh lapang pandang (adanya pergerakan mata)
- VCR : Pasien mampu memandang benda yang
menarik dan menoleh kearah benda tersebut
dengan menggerakan head dan neck apabila
benda tersebut melampaui jarak pandang anak
(adanya pergerakan leher)
- VSR : Pasien mampu memutar badan kearah
benda yang di lihat apabila benda melampaui
jarak pandang anak (adanya pergerakan trunk)
- Pasien tidak mampu untuk berdiri dalam waktu
lama akibat adanya gangguan keseimbangan saat
berdiri
Gustatory :
- Tidak ada kesulitan pada pasien saat mengecap
(mampu merasakan)
Olfactory :
- Pasien merespon ketika diberi sesuatu yang
berbau wangi
Taktil :
- Pasien bisa merasakan sensasi saat diberikan
rangsangan (tajam, tumpul)
Cognitive Function Fungsi bermain :
- Melihat objek (+) anak memberikan respon saat
diberikan mainan
- Meraih objek/mainan (+) anak mampu meraih
mainan dengan kedua tangannya
- Bisa memegang mainan baik tangan kiri maupun
kanan
- Dapat mencari sumber bunyi yang dibunyikan
- Dapat membedakan warna
- Dapat membedakan bentuk benda
Kemampuan Kemampuan Fungsional Dasar :
Fungsional dan - Pasien belum mampu berdiri dan berjalan
Lingkungan Aktifitas Aktifitas Fungsional :
10
- Pasien belum mampu melakukan gerakan
fungsional misalnya cara menggunakan pakaian,
menaiki tangga,menendang bola.
Lingkungan Aktifitas :
- Kondisi tempat tidur pasien cukup lapang, tempat
tinggal pasien ramai dengan anak-anak yang
sering mengajak pasien bercanda. Dengan
keadaan demikian lingkungan aktifitas pasien
cukup mendukung untuk mempercepat
kesembuhan pasien.
Pemeriksaan Refleks Refleks Patologis :
- Reflek babynski (-)
Refleks Primitive :
- Reflek moro (-)
- ATNR (-)
- Tonic labhirinthine supine (-)
- Positive supporting reaction (-)
- Negative supporting reaction (-)
Pemeriksaan Fungsi Aktif :
Gerak Dasar (PFGD) - Pasien mampu melakukan gerakan aktif full rom
pada AGA & AGB.
Pasif :
- Pasien mampu melakukan gerakan aktif full rom
pada AGA & AGB dengan gerakan yang dibantu
oleh terapis. Namun didapatkan sendi anak yang
tidak stabil khususnya pada sendi-sendi besar di
ekstremitas bawah.
Isometrik :
- Pasien tidak mampu melawan tahanan minimal
yang diberikan pada ekstremitas bawah.
5. Associated problem
6. Pengukuran
11
Berat Badan 11 kg
Kekuatan Otot Children’s Ektremitas Bawah Dextra
Memorial
Regio Gerakan Nilai
Hospital
Usa (XOTR) HIP Fleksi X
Ekstensi T
Adduksi X
Abduksi T
Internal rotasi T
Eksternal rotasi T
Knee Fleksi T
Ekstensi T
Dorso Fleksi T
Eversi X
Inversi X
HIP Fleksi X
Ekstensi T
Adduksi X
Abduksi T
Internal rotasi T
Eksternal rotasi T
Knee Fleksi T
Ekstensi T
Dorso Fleksi T
Eversi X
12
Inversi X
Intepretasi:
Kekuatan otot dengan menggunakan skala Children’s
Memorial Hospital Usa (XOTR) pada regio hip gerakan
ekstensi, abduksi, internal dan eksternal rotasi, regio knee
gerakan fleksi dan ekstensi, dan regio ankle gerakan
plantar dan dorso fleksi mendapatkan nilai “T” yang
artinya terdapat kontraksi otot dan sedikit gerakan.
Sedangkan pada regio hip gerakan fleksi dan adduksi,
regio ankle gerakan eversi dan inversi mendapat nilai “X”
yang artinya kekuatan otot nornal.
Range Of Goniometer ROM Aktif dari Anggota Gerak Bawah
Motion REGIO DEKTRA SINISTRA
Intepretasi:
Luas gerak sendi dengan pengukuran ROM menggunakan
goniometer mendapat hasil adanya keterbatasan ROM
pada setiap gerakan aktif pada hip,knee, dan ankle dan
didapat masih ada ROM terbatas pada gerakan pasif yang
dibantu oleh terapis.
13
7. Algoritma Pemeriksaan
Riwayat Kehamilan:
Perinatal: Bayi lahir langsung menangis, cukup bulan usia dengan berat badan
lahir 3050 gram, panjang lahir 50 cm serta mendapatkan suntikan vitamin K dan
imunisasi hepatitis B.
Natal: Lahir mendapatkan ASI eksklusif & telah melakukan imunisasi lengkap.
Saat lahir diperkirakan ada tulang yang patah dan sklera mata berwarna biru,
dilakukan pemeriksaan radiologi didapatkan hasil fraktur di extremitas bawah,
kemudian dirujuk ke RSUD A, kemudian dikonsulkan ke Departemen Ortopedi
untuk dilakukan pemasangan gips selama 1 bulan.
Tidak
14 bisa berdiri
Tidak bisa berjalan
Pemeriksaan Hasil
3.2 Diagnosis
Body Structure
ICF Coding
I. - Structure of
Impairment vertrebral
(Body column,
Structure uncspecified
& Body Function(s76009)
Impairment)
- Structure of lower extremity (s750)
Body Function :
- Muscle power funcytion (b730)
- Muscle tone function (b735)
17
- Control of voluntary movement function (b760)
II. Activity Limitation and Disability
- Kneeling (d4102)
- Standing (d4104)
- Moving objects with lower extremities (d435)
- Fine foot use (d446)
- Walking (d450)
b. Environmental Factor
Diagnosis Fisioterapi
Anak tidak mampu anak berjalan secara mandiri disebabkan kelemahan otot
18
dan gangguan keseimbangan oleh karena Osteogenesis Imperfecta Tipe I.
3.3 Prognosis
Quo ad vitam
Bonam
Dubia ad Bonam
Quo ad sanam
Quo ad cosmeticam
Dubia ad Bonam
Dubia ad Bonam
Quo ad Functionam
3.4 Planning
I. Jangka Pendek
II. Jangka Panjang
- Meningkatkan kekuatan otot core dan extremitas bawah
- Meningkatkan keseimbangan
- Meneruskan planning jangka pendek
- Pasien dapat berjalan secara mandiri
Clinical Reasoning
Osteogenesis Imperfecta
Contextual Factor
19
Internal Factor Eksternal Factor
Penyakit
Functional
Anatomy
Disability
Impairment Functional Impairment
Umur Penyerta Intervensi
Activity Limitation
Lingkungan Habit Motivasi
Participation
Restriction
Mutasi Serat Kolagen Tipe 1
Water
Kelemahan Otot Kneeling
Memperngaruhi tulang, organ Therapy, Core
ADL
kapsular, fasia, kornea, sklera, Strengthening Standing
meninges dan dermis
Walking
Gangguan Core Stability
Keseimbangan Exercise
Penurunan pada produksi
molekul kolagen tipe 1
Defek kuantitatif
Sindrom dari
osteogenesis imperfecta
(kerapuhan tulang,
kelemahan otot)
3.5 INTERVENSI
I. Tabel Intervensi
20
MEITANTRI
NABILAPUTRI
MEITANTRI
NABILAPUTRI
21
Water Terapi ini membantu 2 kali Ana Cristina
Therapy memperkuat tulang, otot dan sehari, 8- Bohrer Gilbert,
juga membantu mencegah 12 kali 2015.
fraktur. Aktivitas air dapat juga repetisi Physiotherapy
digunakan untuk meningkatkan and patients with
fungsi kardiovaskular. Setelah osteogenesis
keterampilan dikuasai di dalam imperfecta: an
air, mereka dapat dicoba di experience
darat. report. Instituto
Nacional de
1) Anak disarankan pada saat Saúde da Mulher,
mandi, menggunakan ember da Criança e do
plastik besar yang kuat dan Adolescente
kompatibel dengan tinggi Fernandes
dan kemampuan anak, Figueira (IFF),
dengan air yang cukup untuk Rio de Janeiro,
menutupi sekitar setengah RJ, Brazil
dari badan. Ajarkan anak
untuk melakukan gerakan
posisi squat lalu kemudian
berdiri kembali.
2) Anjurkan untuk berdiri,
berjalan di air. Dengan
ketinggian air kira-kira
setinggi dada.
3) Jika sudah terbiasa maka
anak bisa diarahkan untuk
berlari-larian dari sisi ke sisi
kolam.
Core Stability Stability ball beanie baby rides: 5 kali Engelbert RHH,
Exercise anak duduk pada stability ball sehari, 8- Uiterwaal CS,
kemudian memindahkan 12 kali Grever WJ, van
beberapa benda menggunakan repetisi der Net JJ, Pruijs
punggung kaki. HE, Helders PJ,
2014.
Osteogenesis
imperfecta in
childhood:
impairment and
disability. A
Feet rools: anak berbaring di prospective study
dekat tembok, kemudian kaki with 4-year
menaiki tembok dengan follow-up. Arch
menrolling bola pada tembok Phys Med
tersebut. Rehabil.
22
Menurut Kisner dan Colby
(2017) bahwa Core
stability exercise ditujukan
pada core muscle sehingga otot-
otot abdominal dan lumbopelvic
yang kuat dapat meningkatkan
keseimbangan dan stabilitas.
Dengan adanya stabilitas yang
baik, Center of Mass dan Center
of Gravity dapat dipertahankan
di atas Base of Support.
23
banyak serabut otot yang
teraktifasi, maka semakin besar
pula kekuatan otot yang
dihasilkan sehingga diharapkan
dapat meningkatkan
keseimbangan.
II. Edukasi
3.6 Evaluasi
24
Panjang Tungkai 43 cm
Tinggi Badan 89 cm
Berat Badan 11 kg
Kekuatan Otot Children’s Ektremitas Bawah Dextra
Memorial
Hospital Regio Gerakan Nilai
Usa (XOTR)
HIP Fleksi X
Ekstensi X
Adduksi X
Abduksi T
Internal rotasi T
Eksternal rotasi T
Knee Fleksi X
Ekstensi T
Dorso Fleksi T
Eversi X
Inversi X
HIP Fleksi X
Ekstensi X
Adduksi X
Abduksi T
Internal rotasi T
Eksternal rotasi T
Knee Fleksi X
Ekstensi T
25
Dorso Fleksi T
Eversi X
Inversi X
Intepretasi:
Adanya peningkatan pada nilai kekuatan otot dengan
menggunakan skala Children’s Memorial Hospital Usa
(XOTR) pada regio hip, knee, ankle dextra dan sinistra
Interpretasi :
Adanya peningkatan ROM pada setiap gerakan aktif dan
pasif pada hip,knee, dan ankle
26
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Simpulan
Osteogenesis imperfecta adalah suatu penyakit keturunan yang langka dengan
spektrum variabilitas klinis dan genetik yang luas; ditandai dengan tulang yang sangat
rapuh, sklera biru, dentinogenesis imperfecta, gangguan pendengaran, dan skoliosis.
Keragaman genetik melibatkan, dalam sebagian besar kasus, mutasi pada salah satu gen
yang mengkode protein kolagen tipe 1 (COL1 A1 dan COL1 A2), tetapi bukan merupakan
persyaratan untuk diagnosis.
4.2 Saran
Permasalahan dari Osteogenesis imperfecta seringkali diabaikan oleh penderita
ataupun keluarga yang menganggap hal tersebut masih wajar selama tidak ditemukan
keluhan serius. Segala deteksi kontrol maupun intervensi akan lebih bermanfaat besar jika
diberikan sedini mungkin sehingga menghindarkan resiko keadaan yang lebih buruk
keesokan harinya.
27
DAFTAR PUSTAKA
28