Anda di halaman 1dari 12

1.

Definisi Osteogenesis Imperfecta


Osteogenesis Imperfecta adalah kelainan pada tulang berupa tulang yang mudah
patah yang disebabkan adanya kelainan pada pembentukan kolangan tulang, kelainan
ini berupa kelainan genetik yang disebabkan oleh adanya mutasi pada gen. Pada anak
yang menderita osteogenesis imperfekta, bone mineral density (BMD) sangat rendah
sehingga mudah terjadinya fraktur meskipun benturan yang terjadi tidak keras.
Kelainan ini disebut juga brittle bone disease. Mutasi genetik yang terjadi tidak hanya
bermanifestasi sebagai kerapuhan tulang, tetapi juga berupa penipisan kulit, deviasi
struktur tulang, hipermobilitas sendi, gangguan pendengaran, kerapuhan gigi, dan
sklera biru.

Gambar. Perbedaan tulang yang normal dan terkena OI

2. Etiologi Osteogenesis Imperfecta


Penyebab penyakit OI adalah kelainan genetik pada jalur yang memproduksi
kolagen atau kolagen tipe 1. Kolagen adalah struktur utama yang membentuk
jaringan ikat, termasuk tulang dan apabila terjadi gangguan pada mutase genetic
kolagen akan menyebabkan tulang rapuh dan pendek. Penderitanya mempunyai
kemungkinan 50% untuk menurunkan penyakit OI kepada anaknya.
Kolagen dibentuk oleh fibroblas, sel-sel kulit khusus yang terletak di dalam
dermis. Fibroblas juga memproduksi protein struktural kulit lainnya seperti
elastin(protein yang memberi kulit kemampuan untuk menjadi sehat kembali) dan

1
glucosaminoglycans (GAGs). GAGs membentuk zat yang menjaga dermis dari
dehidrasi (kekurangan air). Fibroblas awalnya memproduksi kolagen pendek disebut
subunit procollagen. Diangkut ke luar dari sel-sel fibroblast dan kemudian bergabung
bersama untuk membentuk molekul kolagen lengkap. Vitamin C bertindak sebagai
kofaktor penting selama proses ini. Tanpa kadar vitamin C yang cukup, pembentukan
kolagen akan terganggu. Gangguan ini menyebabkan berbagai gangguan seperti
penyakit kulit, di mana tubuh tidak dapat memproduksi kolagen dengan baik. Sintesis
kolagen terjadi terus-menerus sepanjang hidup kita untuk memperbaiki dan mengganti
jaringan kolagen yang rusak atau membangun struktur selular baru.

3. Klasifikasi Osteogenesis Imperfecta

a. Tipe I OI
Ini adalah bentuk penyakit yang paling ringan dan paling umum yang dimiliki
bayi. Pada tipe ini, tubuh memproduksi kolagen berkualitas normal, tetapi
tidak cukup untuk kebutuhan tubuh. Ini dapat menyebabkan patah tulang
karena trauma ringan dan juga dapat mempengaruhi gigi yang menyebabkan
retak dan gigi berlubang.
b. Tipe II OI
Ini adalah bentuk OI yang paling parah dan berakibat fatal. Produksi kolagen
pada jenis penyakit ini tidak cukup atau berkualitas buruk. Orang yang
menderita jenis penyakit ini memiliki kelainan tulang seperti dada sempit,

2
tulang rusuk yang rusak atau cacat dan paru-paru yang kurang berkembang.
Wanita hamil bisa mengalami keguguran, atau bayinya bisa lahir mati
c. Tipe III OI
Ini adalah bentuk lain dari penyakit ini. Dalam hal ini, tubuh memproduksi
kolagen yang cukup, tetapi tidak berkualitas seperti yang diinginkan.
Akibatnya, tulang bayi yang terkena mulai pecah di rahim ibu mereka sendiri.
Kelainan bentuk tulang juga bisa terlihat, dan mereka menjadi lebih buruk
ketika anak bertambah besar.
d. Tipe IV OI
Gejala-gejala jenis ini dapat berkisar dari ringan hingga berat. Seperti OI tipe
3, produksi kolagennya cukup tetapi kualitasnya buruk. Akibatnya, anak-anak
yang lahir dengan tipe ini memiliki kaki tertekuk. Kabar baiknya adalah
bahwa membungkuk cenderung berkurang seiring bertambahnya usia
e. Tipe V OI
Penyebab Osteogenesis Imperfecta tipe V ini belum di ketahui tapi
Osteogenesis Imperfecta ini masih di sebabkan karena faktor keturunan.
Dalam pertumbuhan tulang pada tipe ini terdapat pertumbuhan hipertropi
callus secara spontan. Tipe V Osteogenesis Imperfecta ini mirip dengan Tipe
IV dalam hal frekuensi fraktur dan derajat deformitas skeletal.
f. Tipe VI OI
Tipe VI Osteogenesis Imperfecta sangat jarang terjadi, Hal ini moderat dalam
tingkat keparahan dan serupa pada penampilan dan gejala Tipe Osteogenesis
Imperfecta IV. Penyebab utama dari tipe VI ini adalah faktor keturunan. Tetapi
letak kerusakan di bagian gen mananya itu belum di ketahui. Misalnya tipe IV
gen yang bermasalah itu di Kolagen I, tetapi di tipe VI ini belum di ketahui
untuk letak kerusakan pada gen nya. Jenis ini dibedakan dengan cacat
mineralisasi karakteristik yang terlihat pada tulang yang dibiopsi.
g. Tipe VII OI
Beberapa kasus OI Tipe VII menyerupai Tipe IV dalam banyak aspek
penampilan dan gejala. Kasus lain menyerupai Tipe II, kecuali bahwa bayi
memiliki sklera muda, kepala kecil dan wajah bulat. OI Tipe VII hasil dari
pewarisan resesif mutasi pada gen CRTAP Ekspresi CRTAP parsial (10%)

3
menyebabkan displasia tulang sedang. Ketiadaan total protein terkait tulang
rawan telah mematikan pada semua kasus yang teridentifikasi.
h. Tipe VIII OI
Kasus Tipe VIII serupa dengan Tipe II atau III dalam penampilan dan gejala
kecuali sklera muda. OI Tipe VIII ditandai dengan defisiensi pertumbuhan
yang parah dan ekstremisasi bawah kerangka yang ekstrem. Hal ini
disebabkan oleh tidak adanya atau kekurangan aktivitas prolyl 3-hydroxylase
karena mutasi pada gen LEPRE1.

4. Ciri- ciri OI Berdasarkan Tipe


Klasifikasi Osteogenesis Imperfecta dan Ciri-cirinya berdasarkan tipe :
a. Tipe I
Kualitas kolagen normal namun diproduksi dalam jumlah kurang:
1. Tulang mudah patah
2. Kelengkungan tulang belakang sedikit
3. Loose joints (sendi longgar)
4. Tonus otot buruk
5. Perubahan warna dari sklera (bagian putih mata), biasanya memberi
warna biru abu-abu.
6. Hilangnya pendengaran pada beberapa anak lebih awal
7. Sedikit penonjolan bola mata
b. Tipe II

Kolagen tidak cukup dalam kualitas atau kuantitas :


1. Sebagian besar kasus meninggal dalam tahun pertama kehidupan akibat
kegagalan pernafasan atau perdarahan intraserebra.
2. Masalah pernafasan berat karena paru-paru tidak berkembang
3. Deformitas tulang parah dan bertubuh kecil.
c. Tipe III
Kolagen terbentuk baik. Kolagen dibuat dengan cukup tetapi cacat :
1. Tulang mudah patah, kadang-kadang bahkan sebelum lahir.
2. Deformitas tulang, seringkali parah

4
3. Pernafasan kemungkinan bermasalah
4. Bertubuh pendek, kelengkungan tulang
belakang abnormal dan kadang-kadang
tulang rusuk bentuk gentong.
5. Wajah bentuk segitiga
6. Sendi longgar
7. Otot kurang baik di lengan dan kaki.
8. Perubahan warna sklera (bagian putih dari mata)
sering berubah biru.
9. Kemungkinan kehilangan pendengaran awal.

Gambar 1. Bayi osteogenesis imperfectan tipe iii dengan ekstermitas


pendek dan bengkok, deformitas toraks, serta relatif makrosefalus.
(Sumber: Marini JC, 2007. Dalam: Kliegman RM et al, ed., 2007.)

d. Tipe IV Jumlah kolagen cukup tetapi tidak memiliki kualitas cukup tinggi :
1. Tulang mudah patah, terutama sebelum pubertas
2. Bertubuh pendek, kelengkungan tulang belakang abnormal dan tulang
rusuk bentuk gentong.
3. Deformitas tulang adalah ringan sampai sedang
4. Kehilangan pendengaran lebih awal.

e. Tipe V
Gambaran klinis sama seperti tipe IV. Dibedakan secara histologis oleh
gambaran tulang "mesh-like". Selanjutnya ditandai oleh "Triad V" yang
terdiri dari:

a. Pita radio-opak yang berdekatan dengan piring pertumbuhan

5
b. Kalus hipertrofik di lokasi patah tulang
c. Pengapuran membran interoseus radio-ulnaris

OI Tipe V menyebabkan pengapuran membran antara 2 tulang lengan bawah,


sehingga sulit untuk menggerakkan pergelangan tangan. Gejala lain adalah
perbaikan jaringa tidak normal dalam jumlah besar (kalus hiperplastik) pada
tempat patah tulang. Pada saat ini, penyebab Tipe V tidak diketahui, meskipun
dokter telah menentukan bahwa tipe ini diwariskan.

f. Tipe VI
Gambaran klinis sama seperti tipe 4. Dibedakan secara histologis oleh
gambaran tulang "fish-scale"
g. Tipe VII
Pada tahun 2005 bentuk resesif yang disebut "tipe 7" ditemukan (fenotip
berat untuk menyebabkan kematian). Mutasi pada gen CRTAP
menyebabkan jenis ini.
h. Tipe VIII
OI yang disebabkan oleh mutasi gen LEPRE1 diklasifikasikan sebagai tipe
VIII (8)

4. Patofisiologi Osteogenesis Imperfecta


Patologi pada osteogenesis imperfecta adalah terjadinya gangguan sintesis
kolagen tipe I, yang merupakan suatu protein predominan dalam matriks
ekstraseluler jaringan lunak. Pada tulang, efek pada matriks ekstraseluler ini dapat
menyebabkan terjadinya osteoporosis, yang dapat meningkatkan tendensi terjadinya
fraktur. Selain pada tulang, kolagen tipe I ini merupakan konstituen mayor dari
dentin, sclera, ligament-ligamen, pembuluh darah, serta kulit, oleh karena itu
penderita OI bisa juga mengalami abnormalitas pada organ-organ di atas.
Proses pembentukan molekul kolagen diawali dengan sintesis prokolagen.
Prekursor ini mengandung protein triple heliks yang panjang yang dibentuk dari 2
propeptida yang menjadi 2 terminalnya. Prokolagen disintesis dan kemudian
disekresikan kedalam kompartemen ekstraseluler, dimana amino dan karboksi
terminal propeptida dipotong, tetapi molekul kolagen fungsional masih tetap

6
terbentuk. Molekul-molekul itu kemudian bergabung membentuk filament-filamen
yang diinginkan. Mutasi yang melibatkan ekspresi gen kolagen, pembentukan triple

heliks atau sekresi prokolagen mempengaruhi struktur dan fungsi dari filament-
filamen dari kolagen sehingga terjadilah OI. Studi dengan mikroskop elektron
menunjukan bhawa penurunan diameter kolagen, relatif sama dengan filamen-
filamen kolagen pada orang sehat, dan Kristal apatit yang lebih kecil dari normal.
Defek pada beberapa gen juga dapat menyebabkan terjadinya sintesis abnormal
kolagen tipe I yang menyebabkan terjadinya OI. OI secara umum terjadi dari mutasi
pada 1 atau 2 gen yang memberikan kode untuk sintesis atau pembentukan kolagen
tipe I: COL1A1gen pada kromosom 17 dan gen COL1A2 pada kromosom 7. Mutasi
pada gen tersebut dapat menyebabkan terjadinya abnormalitas produksi kolagen dan
juga menyebabkan penurunan pembentukan kolagen yang normal. Berbagai derajat
OI disebabkan karena manifestasi kedua faktor tersebut. OI yang ringan terutama
disebabkan karena terjadinya penurunan produksi kolagen normal, sedangkan OI
yang berat disebabkan oleh produksi kolagen yang abnormal. Abnormalitas tersebut
bisa secara dominan diturunkan atau sebagai hasil dari mutasi yang sporadis.

5. Diagnosa OI
Sinar-X bisa memperlihatkan stuktur tulang yang tidak normal yang diduga
osteogenesis imperfecta. Biopsi tulang digunakan untuk mengobati diagnosa tersebut.
Pemeriksaan yang disebut audionetry dilakukan seringkali sepanjang masa kanak-
kanak untuk memantau pendengaran.

7
Gambar hasil X-Ray penderita OI
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Biopsi kulit dilakukan untuk mengetahui dan menganalisa sintesis kolagen.
Selain itu dapat juga dilakukan pengukuran Bone Mineral Density (BMD),
dimana memberikan hasil yang rendah pada anak-anak serta pada orang
dewasa dengan OI. Mutasi DNA pada prenatal yang dianalisa dan dilakukan
pada masa kehamilan dengan resiko OI untuk menganalisa dan mengetahui
sel-sel villus korionik yang tidak diketahui.
b. Pemeriksaan Radiologi
Segera lakukan pemeriksaan radiologi segera setelah lahir didapatkan:
1. Pada tipe I OI, gambaran berupa tipisnya tulang-tulang panjang
dengan korteks yang tipis. Tidak dapat diobservasi adanya deformitas
pada tulang-tulang panjang. Beberapa tulang wormian (wormian
bones) dapat ditemukan.
2. Pada kasus yang sangat berat (Tipe II) OI, terdapat gambaran tulang
rusuk yang rapuh dan seperti manic-manik, tulang yang lebar, dan
beberapa fraktur disertai dengan adanya deformitas pada tulang
panjang. Platyspondylia juga dapat ditemui.
3. Pada kasus sedang dan berat (Tipe III dan IV) OI, didapatkan
gambaran kistik pada metafisis, atau gambaran menyerupai pop-corn
pada kartilago pertumbuhan.Tulang yang normal atau melebar
ditemukan sejak dini, dengan tulang yang tipis ditemukan kemudian.
Fraktur dapat menyebabkan deformitas pada tulang panjang. Fraktur
iga yang lama dapat ditemukan. Fraktur vertebra juga sering
ditemukan pada tipe ini. (Anish Kirpalani, 2008)
8
c. Pemeriksaan dengan CT-Scan
Pemeriksaan CT-Scan dapat digunakan sebagai pemeriksaan lanjutan untuk
melihat adanya komplikasi invaginasi basiler, untuk mengevaluasi os petrosus
untuk melihat pelebaran dari telinga tengan atau otosklerosis, dan untuk
mendukung tes Bone Mineral Densitometry (BMD).
d. Pemeriksaan USG.
Osteogenesis Imperfecta adalah salah satu dysplasia tulang yang sering
dideteksi sejak prenatal dengan USG. Kebanyakan kasus meliputi tipe II.
Diagnosis OI dapat dilakukan sejak usia 17 minggu gestasi. Diagnosis
tersebut dilakukan untuk mendeteksi abnormalitas morfologi atau dengan
menganalisa sintesis kolagen oleh sel-sel villus korionik yang diambil dari
sampling villus tersebut. Dari USG, pada trimester kedua ditemukan angulasi
dan pembungkukan dari tulang-tulang panjang, adanya deformitas dan fraktur,
penurunan panjang dari tulang-tulang panjang, serta fraktur iga multiple.
e. Pemeriksaan MRI
Peranan utama MRI pada OI merupakan problem-solving. MRI juga
digunakan untuk mengetahui adanya komplikasi dari OI seperti Invaginasi
Basiler. Walaupun CT-Scan dan radiografi spinal cervical dapat mendeteksi
kelainan ini dengan baik, tetapi MRI mempunyai keuntungan dengan
mendeteksi kompresi dari medulla spinalis. Invaginasi basiler biasanya
berhubungan dengan OI tipe IV. Kondisi lain yang dapat dilihat dengan baik
oleh MRI dibanding foto radiologi polos antara lain syringohydromelia dan
hydrocephalus, terutama bila kondisi ini muncul setelah penutupan fontanella.

7. Penatalaksanaan
Pengobatan difokuskan untuk meminimalkan fraktur, koreksi operasi dari deformitas,
meminimalkan tulang yang mudah rapuh dan meningkatkan densitas tulang,
meminimalkan sakit, memaksimalkan mobilitas dan memaksimalkan kemandirian.
Walaupun OI tidak dapat disembuhkan tetapi masih dimungkinkan untuk memperbaiki
9
kualitas hidupnya. Terapi harus disesuaikan dengan masing-masing individu dan
tergantung pada derajat berat ringannya penyakit juga usia penderita.
Penatalaksanaan OI meliputi tindakan non bedah dan tindakan pembedahan.
a. Terapi medikamentosa
1. Terapi Bisphosphonate
Bisphosponate bukan obat untuk OI, bisphosponate hanya memperbaiki
kekuatan tulang dan meningkatkan kuantitas tulang, tetapi tidak
memperbaiki kelainan gennya. Suatu studi sistematis telah mengemukakan
bahwa bisphosphonate, terutama Pamidronate merupakan suatu terobosan
untuk mengatasi OI. Terapi Pamidronate telah dibuktikan mengatasi nyeri
pada tulang, meningkatkan BMD, serta memperbesar ukuran dari vertebra.
Selain itu, dapat juga mengurangi resiko terjadinya fraktur. Preparat
bisphosphonate tersedia dalam bentuk IV maupun oral (Alendronate
FosamaxR). Jadi secara medis meningkatkan kekuatan tulang. Di dalam
darah bisphosphonate berikatan dengan kristal hydroxyapatite dari tulang
dan bertindak sebagai anti resorptif agen dengan mengganggu aksi osteoklas.
Dengan begitu ia dapat mencegah hilangnya trabekular dan kortikal tulang
dan mengakibatkan massa tulang meningkat.
Terapi bisphosphonate pada anak-anak tidak selalu dilihat sebagai proses
yang menguntungkan (Burr, 2002; Parfit et al., 1996; Srivastava dan Alon,
1999).
Ada kekhawatiran dengan penggunaan bisphosphonate jangka panjang
pada kualitas tulang ketika onset terus ditekan. Hal ini mungkin dapat
mengganggu proses modeling tulang yang terkait dengan fraktur
penyembuhan atau osteotomy surgical. Sebagai renovasi penurunan dapat
mencegah perbaikan kerusakan mikro dari tulang. Akibatnya maka
pertumbuhan berhenti dan terjadi kepadatan mineral tulang.
Di rumah sakit telah dilakukan percobaan klinis menggunakan siklik
administrasi intravenous pamidronate untuk mengobati anak-anak dengan OI
10
(Glorieux et al., 1998; Plotkin et al., 2000; Rauch et all., 2002, 2003a,b;
Zeitlin et all., 2003b).
Pengobatan bisphosphonate meningkatkan kepadatan mineral tulang
dengan lebar tulang-tulang kortikal. Sebagai konsekuensi menurunkan
insidensi fraktur. Nyeri tulang yang kronik yang mereka alami menurun,
memungkinkan peningkatan mobilitas dan perbaikan kekuatan otot. Dan
meningkatkan pertumbuhan yang terjadi pada pasien yang pendek.
Bisphosphonate dapat juga berperan sebagai analgesik untuk mengatasi
rasa nyeri pada tulang. Untuk melindungi pasien OI dari trauma dan
immobilisasi berulang yang mengakibatkan fraktur yang terjadi akibat
kekurangan vitamin D dan kalsium pada anak-anak. Dosis yang digunakan
500-1000 mg Kalsium serta 400-800 IU Vit D. Obat-obat analgesik yang lain
dapat juga digunakan sesuai dengan gejala yang menyertai.

b. Terapi Orthopedi
Rendahnya kualitas tulang pada pasien OI adalah hambatan yang utama
untuk meningkatkan kualitas hidup mereka, karena membatasi aktivitas fisik
dan menghambat koreksi operasi orthopedi (Cinman, 2001; Engelbert et al.,
1998; Zeitilin et al., 2003a). Pengobatan ortopedi meliputi manajemen
skoliosis, rehabilitasi, terapi air dan aktivitas fisik, adaptasi perlengkapan dan
pertolongan ambulasi, manajemen berat badan.
c. Anjuran
Disarankan modifikasi gaya hidup untuk mencegah kondisi yang dapat
mengakibatkan fraktur. Mempersiapkan teknik untuk berdiri, dan duduk yang
dapat melindungi tulang belakang. Mencegah aktivitas yang mengganggu
tulang belakang seperti melompat-lompat.Modifikasi lingkungan rumah dan
sekolah untuk dapat mengakomodasi tinggi badan yang pendek atau
kelemahan dan memaksimalkan fungsi-fungsi tubuh supaya dapat mandiri.
Memelihara gaya hidup yang sehat dengan diet dan kebiasaan olahraga untuk

11
memaksimalkan peningkatan massa tulang, memelihara kekuatan otot dan
mencegah obesitas.
Pengobatan yang dijumpai dan tidak efektif adalah vitamin C, sodium
fluoride, magnesium, anabolik steroids dan kalsitonin. Masalah perawatan
yang penting dan sering muncul adalah keterlambatan perkembangan motorik
kasar, kelemahan sendi dan ligament dan ketidakstabilannya, kelemahan otot,
mencegah fraktur, dan perlunya perlindungan untuk tulang belakang. Anak-
anak dengan OI dan orang tua mereka akan membutuhkan dukungan
emosional pada setiap tahap perkembangan.

DAFTAR PUSTAKA

Anish Kirpalani, MD. Osteogenesis Imperfecta diunduh dari


www.emedicine.com/specialities/radiology/pediatrics.htm. 5 Agustus 2008.
Glorieux F. 2007 Guide to Osteogenesis Imperfecta: for Pedriaticians and family
practice physicians.USA: Departement of healt and human service; 2007,1-24.
Marini JC. 2007. Osteogenesis Imperfecta. Dalam: Kliegman RM, Behrman
RE,Jenson HB, Stanton BF, ed., Nelson Textbook of Pediatrics, 18th
edition .Philadelphia:Saunders Elsevier Publisher; 2007, chapter 699
PDSRI. 2015. Jurnal Radiologi Indonesia.Yogyakarta

12

Anda mungkin juga menyukai