Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada tahun 2004 penyakit gastritis menempati urutan ke-9 dari 50 peringkat utama pasien rawat jalan di
rumah sakit seluruh indonesia dengan jumlah kasus 218.500 (Depkes RI, 2004).

Dari berbagai penelitian berbasis populasi (systematic review of population-based study) menyimpulkan
angka bervariasi dari 11-41%. Jika keluhan terbakar di ulu hati dikeluarkan maka angkanya berkisar 4-
14%. Keluhan dispepsia merupakan keadaan klinis yang sering dijumpai dalam praktek sehari – hari.
Diperkirakan hampir 30% kasus pada praktek umum dan 60% pada praktek gastroenterologis
merupakan kasus dispepsia. (Farida, 2010 b).

Di Indonesia menunjukkan prevalensi 36-41% dengan usia termuda adalah 5 bulan. Pada kelompok usia
muda dibawah 5 tahun, 5,3-15,4% telah terinfeksi, dan diduga infeksi pada usia dini berperan sebagai
faktor resiko timbulnya degenerasi maligna pada usia yang lebih lanjut. Asumsi ini perlu diamati lebih
lanjut, karena kenyataannya prevalensi kanker lambung di Indonesia relatif rendah, demikian pula
prevalensi tukak peptik. Agaknya

selain faktor bakteri, faktor pejamu dan faktor lingkungan yang berbeda akan menentukan terjadinya
kelainan patologis akibat infeksi (Farida, 2010 b).

Secara umum telah diketahui bahwa infeksi Helicobacter pylori merupakan masalah global, tetapi
mekanisme transmisi apakah oral atau fekal oral belum diketahui dengan pasti. Studi di Indonesia
menunjukkan adanya hubungan antara tingkat sanitasi lingkungan dengan prevalensi infeksi
Helicobacter pylori, sedangkan data diluar negeri menunjukkan hubungan antara infeksi dengan
penyediaan atau sumber air minum (Farida, 2010 a).

Data penelitian klinis di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi tukak peptik pada pasien dispepsia di
Jakarta yang telah diendoskopi berkisar antara 5,78%. Sedangkan di Medan sekitar 16,91%. Pada
kelompok pasien dispepsia non ulkus, prevalensi dari infeksi H.pylori yang dilaporkan berkisar antara 20
– 40% , dengan metoda diagnostik yang berbeda yaitu serologi, kultur dan histopatologi. Angka tersebut
memberi gambaran bahwa pada infeksi di Indonesia tidak terjadi pada usia dini tetapi pada usia yang
lebih lanjut tidak sama dengan pola negara berkembang lain seperti di Afrika. Tingginya prevalensi
infeksi dalam masyarakat tidak sesuai dengan prevalensi penyakit saluran cerna bagian atas ( SCBA )
seperti tukak peptik ataupun karsinoma lambung. Diperkirakan hanya sekitar 10 -20% saja yang
kemudian menimbulkan penyakit gastroduodenal (Farida, 2010 b).
Gastritis adalah radang pada jaringan dinding lambung paling sering diakibatkan oleh ketidakadekuatan
diet, misalnya makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan makanan terlalu banyak bumbu atau
makanan yang terinfeksi penyebab lain termasuk alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi
(Smeltzer & Bare, 2002).

Manifestasi klinis pada gastitis akut yaitu sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung,
muntah, merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Demikian pula perdarahan saluran cerna
berupa hematemesis dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan.
Biasanya, jika dilakukan anamnesis lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan obat-obatan atau bahan
kimia tertentu. Sedangkan pada kasus gastritis kronik kebanyakan pasien tidak mempunyai keluhan.
Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea, dan pada pemeriksaan fisik tidak
dijumpai kelainan (Mansjoer, 2000).

Nyeri yang timbul pada gastritis ini secara makroskopik disebabkan oleh adanya lesi erosi mukosa
dengan lokasi berbeda. Jika ditemukan pada korpus dan fundus, biasanya disebabkan stress. Jika
disebabkan karena obat-obatan AINS, terutama ditemukan di daerah antrum, namun dapat juga
menyeluruh. Sedangkan secara mikroskopik, terdapat erosi dengan regenerasi epitel, dan ditemukan
reaksi sel inflamasi neutrofil yang minimal (Mansjoer, 2000).

Pada setiap kasus ambang dan toleransi nyeri setiap orang berbeda-beda. Ambang nyeri yaitu titik saat
suatu stimulus yang dirasakan sebagai nyeri. Ambang ini secara minimal bervariasi dari orang ke orang.
Salah satu faktor yang mempengaruhi ambang nyeri adalah dominasi perseptual, yang menjelaskan
situasi klinis nyeri yang dirasakan di salah satu bagian tubuh mengurangi atau menghilangkan nyeri yang
dirasakan di bagian lain. Sebelum nyeri yang paling parah hilang pasien merasakan atau mengakui
adanya nyeri lain. Sedangkan toleransi nyeri mengacu kepada lama atau intensitas nyeri yang masih
dapat ditahan oleh pasien sampai secara eksplisit pasien tersebut mengaku dan mencari pengobatan.
Respon perilaku pasien terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor, termasuk tipe kepribadian, status
kejiwaan pada saat nyeri, pengalaman terdahulu, latar belakang sosio kultural, dan arti nyeri. Faktor
yang menurunkan toleransi nyeri antara lain adalah pajanan berulang ke nyeri, kelelahan, kekurangan
tidur, rasa cemas dan ketakutan. Keadaan hangat , dingin, adanya pengalihan, kansumsi alkohol,
hipnosis, dan keercayaan keagamaan yang kuat bekerja meningkatkan toleransi nyeri (Price & Wilson,
2005).

Nyeri dapat digambarkan sebagai “suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang sudah atau berpotensi terjadi, atau dijelaskan
berdasarkan kerusakan tersebut” (Price & Wilson, 2005).

Dari uraian di atas penulis tertarik untuk mengangkat laporan kasus dengan judul “Nyeri Pada Gastritis
Di RSU Margono Soekarjo Purwokerto”.
B. Tujuan Penulisan

Tujuan Umum :

Melaporkan kasus Nyeri Pada Ny. R Dengan Gastritis Di ruang dahlia RSU Margono Soekarjo
Purwokerto.

Tujuan Khusus :

1. Menggambarkan:

a. Biodata klien pada pasien nyeri pada Ny. R dengan gastritis diruang dahlia RS Prof. Dr Margono
Soekarjo Purwokerto tahun 2012.

b. Pengkajian, mencakup riwayat kesehatan, review sistem, hasil pemeriksaan data fokus, dan
pemeriksaan penunjang pada pasien nyeri pada Ny. R dengan gastritis diruang dahlia RS Prof. Dr
Margono Soekarjo Purwokerto tahun 2012.

c. Masalah keperawatan yang ditemukan pada pasien nyeri pada Ny. R dengan gastritis diruang
dahlia RS Prof. Dr Margono Soekarjo Purwokerto tahun 2012.

d. Perencanaan untuk memecahkan masalah yang ditemukan pada pasien nyeri pada Ny. R dengan
gastritis diruang dahlia RS Prof. Dr Margono Soekarjo Purwokerto tahun 2012.

e. Tindakan dan penilaian pada pasien nyeri pada Ny. R dengan gastritis diruang dahlia RS Prof. Dr
Margono Soekarjo Purwokerto tahun 2012.

2. Membahas kesenjangan antara teori dan kondisi riil pada kasus nyeri pada gastritis diruang dahlia
RS Prof. Dr Margono Soekarjo Purwokerto tahun 2012.

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi ilmu keperawatan

Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis dalam keperawatan yaitu sebagai
panduan perawat dalam pengelolaan kasus nyeri pada pasien gastritis. Juga diharapkan menjadi
informasi bagi tenaga kesehatan lain. Terutama dalam pengelolaan kasus yang bersangkutan.
2. Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai referensi tambahan di perpustakaan Politeknik Kesehatan Semarang Prodi Keperawatan


Purwokerto.

3. Bagi Penulis

Laporan kasus ini untuk mengimplementasikan mata kuliah yang didapat selama kuliah, memperluas
wawasan dalam bidang pendidikan khususnya tentang nyeri pada pasien gastritis.

4. Bagi Penulis Selanjutnya

Sebagai perbandingan untuk melakukan pembuatan laporan kasus selanjutnya.

BAB II

LAPORAN KASUS

Laporan kasus nyeri pada Ny. R dengan ” Gastritis di ruang Dahlia RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto” , yang perawatanya dilakukan pada tanggal 15-17 Juni 2012, disajikan melalui pendekatan
proses keperawatan meliputi pengkajian, penyusunan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi
dan evaluasi.

A. Biodata Klien

Pengkajian dilakukan pada hari jumat, 15 Juni 2012 pada pukul 14.30 WIB di ruang Dahlia RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo. Dari informasi yang didapatkan, diketahui bahwa pasien bernama Ny. R dengan
alamat Sambeng Kulon, Kembaran berumur 50 tahun, jenis kelamin perempuan, seorang ibu rumah
tangga, pendidikan terakhir SLTA, dan. Ny. R masuk ke rumah sakit pada tanggal 13 Juni 2012 dengan
diagnosis medik gastritis, nomor register Ny. R 229018. Penanggung jawab pasien bernama Tn. T
berusia 57 tahun. Tn. T adalah suami dari Ny. R dan tinggal bersama di sambeng kulon, kembaran.
B. Pengkajian

1) Riwayat Klien

Pasien datang ke IGD RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto dengan keluhan nyeri ulu hati dan
nyeri perut kiri atas disertai dada terasa panas, mual, dan badan menggigil. Keluhan utama yang
dirasakan Ny. R yaitu nyeri pada perut kiri atas, terasa seperti diremas-remas, nyeri dirasakan setiaap
saat, ekspresi wajah pasien tampak menahan sakit, saat dilakukan palpasi pada perut kiri atas pasien
mengaduh, skala nyeri 6. Teraphy yang telah didapatkan yaitu IVFD Asering 500 ml 20 tpm, Neurosanbe
1x3ml/drip, injeksi omeprazole 1x40 mg, braxidin 2x2,5 mg/oral, ulsicral syrup 3x1 sendok takar.

Pasien sebelumnya pernah dirawat di Rumah Sakit 3 minggu yang lalu dengan keluhan yang sama.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit keturunan atau menular yang berbahaya, namun Ny. R memiliki
riwayat hipertensi selama 3 tahun terakhir ini dan tidak terkontrol karena pasien memeriksakan dirinya
ke fasilitas kesehatan hanya kadang-kadang.

2) Review System

Pada pemeriksaan fisik kondisi pasien secara umum dalam keadaan sedang. Kesadaran pasien compos
mentis (E4V5M6), dan pada pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan darah (TD) pasien 130/80 mmHg,
nadi perifer (N) 82 x/menit, respirasi (R) 20 x/menit, suhu tubuh (S) pasien 36 ºC.

Pemeriksaan Head to Toe : Kepala: bentuk mesochepal, rambut lurus, bersih ; Mata: simetris, bersih,
konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, fungsi penglihatan baik ; hidung: bersih, tidak terdapat
kelainan bentuk, tidak ada polip ; gigi dan mulut: bersih, tidak terdapat caries, mukosa bibir lembab ;
telinga: simetris, bersih, fungsi pendengaran baik, tidak terdapat kelainan bentuk ; leher: tidak terdapat
pembesaran kelenjar tyroid, tidak terdapat JVP ; dinding dada: simetris, pergerakan dinding dada
simetris ; paru: pergerakan dinding dada simetris, suara dasar vesikuler ; jantung: iktus cordis, irama
reguler, S1>S2 ; abdomen: datar, bising usus normal, terdapat nyeri tekan di uluhati dan perut atas
bagian kiri, perkusi tympani, hepar tidak terdapat pembesaran, lien tidak terdapat kelainan ; genetalia:
perempuan, fungsi reproduksi baik, tidak terpasang DC ; ekstremitas: tidak terdapat kelemahan anggota
gerak, tidak terdapat kelainan bentuk, tidak terdapat oedema, terpasang infus di tangan kanan.

3) Pemeriksaan data fokus


Hasil pengkajian pola fungsional Gordon pada tanggal 15 Juni 2012 yang terdiri dari 11 fungsi
didapatkan data yaitu: data pola persepsi dan manajemen kesehatan pasien dan keluarga menyadari
pentingnya kesehatan, pada pola nutrisi pasien didapatkan nafsu makan pasien berkurang yaitu hanya
menghabiskan ¼ porsi makanan yang disediakan RS, pada pola eliminasi didapatkan BAB dan BAK lancar,
pada pola aktivitas dan latihan didapatkan pasien bisa melakukan aktivitas secara mandiri ditandai
dengan makan/minum, berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah dan ambulasi ROM dengan
skala 0 (mandiri), sedangkan mandi/ toileting dengan skala 2 (dibantu orang lain), pada pola istirahat
tidur didapatkan tidur pasien tidak mengalami gangguan, pada pola persepsi kognitif didapatkan bahwa
panca indra pasien masih berfungsi dengan baik, pada pola persepsi dan konsep diri didapatkan harapan
pasien agar cepat sembuh, pada pola peran dan hubungan didapatkan hubungan pasien dengan
keluarga tidak ada masalah, pada pola reproduksi seksual didapatkan pasien berjenis kelamin
perempuan, pada pola koping dan pertahanan didapatkan jika ada masalah pasien selalu membicarakan
dengan keluarga dan anaknya yang selalu menemaninya di RS, serta pada pola nilai dan keyakinan
didapatkan pasien beragama Islam..

4) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium pasien pada tanggal 13 juni 2012, didapatkan hasil Hemoglobin 13,9 g/dl,
Leukosit 7810 /ul, Hematokrit 41%, Eritrosit 4,9 10^/ul, Trombosit 266.000/ul, MCV 84,2 fl, MCH 28,5
pg, MCHC 33,8%, RDW 13,3%, MPV 9,6 fl, Basofil 0,1%, Eosinofil 0,5%, Batang 0%, Segmen 72,1%,
Limfosit 20,6 %, Monosit 6,7%, SGOT 38 u/L, SGPT 71 u/L, Ureum 14,3 mg/dL, Kreatinin 0,65 mg/dL, GDS
123 mg/dL, Natrium 141 mmol/L, Kalium 3,7 mmol/L, Klorida 101 mmol/L. Pemeriksaan endoskopi pada
tanggal 8 mei 2012 didapatkan hasil esofagus dbn, cardia: hyperemiss (+), corpus: hyperemiss (+),
angulus: erosi (+). Kesimpulan gastritis erosive, tindakan biopsi, sampel PA (+)

C. Perumusan Masalah

Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi, ditandai dengan data subyektif pasien
mengatakan nyeri pada perut atas sebelah kiri, terasa seperti diremas-remas, nyeri dirasakan setiaap
saat dan data obyektif ekspresi wajah pasien tampak menahan sakit, saat dilakukan palpasi pada perut
kiri atas pasien mengaduh, skala nyeri 6.

D. Perencanaan

Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi. Tujuan dari dibuatnya perencanaan yaitu setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 diharapkan nyeri berkurang atau hilang dengan indikator :
klien mampu mengatakan/melaporkan bahwa nyeri sudah berkurang atau hilang serta tampak rileks,
selain itu diharapkan klien mampu mengontrol nyeri yang dialami (klien tahu penyebab nyeri dan
mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri). pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi kualitas dan faktor presipitasi. Amati atau
observasi tanda-tanda nonverbal dari ketidaknyaman, hal ini dapat dilihat dari ekspresi maupun tingkah
laku klien. Ajarkan teknik non farmakologi baik relaksasi maupun distraksi seperti nafas dalam dan guide
imaginary. Kontrol lingkungan yang mempengaruhi nyeri misalnya suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik. Monitor vital sign meliputi tekanan
darah, Nadi, Respirasi, dan Suhu tubuh klien (tingkat keparahan nyeri berpengaruh terhadap tinggi
rendahnya vital sign).

E. Pelaksanaan dan Evaluasi

1) Pelaksanaan (Implementasi)

Tindakan yang penulis lakukan pada hari pertama sampai hari ketiga antara lain : Memonitor TTV pasien
antara lain : mengukur tekanan darah, menghitung nadi perifer, menghitung respirasi, mengukur suhu
tubuh dengan hasil pada hari pertama TD: 130/80 mmHg, N: 82x/mnt, R: 20x/mnt, S: 360 C; hari kedua
TD: 130/80 mmHg, N: 80x/mnt, R: 22x/mnt, S: 360 C; pada hari ketiga TD: 130/80 mmHg, N: 80x/mnt, R:
20x/mnt, S: 36,30 C; memberikan obat ulsicral syrup 1 sendok takar dengan hasil obat masuk melalui
oral; melatih pasien teknik relaksasi napas dalam dengan hasil pasien tampak lebih rileks; menganjurkan
pasien untuk beristirahat beristirahat tidur agar lebih rileks dengan hasil pasien mau untuk beristirahat.

Tindakan lain yang dilakukan pada hari pertama yaitu: Mengkaji nyeri yang dirasakan pasien dengan
hasil pasien mengatakan nyeri pada perut atas sebelah kiri, terasa seperti diremas-remas, nyeri
dirasakan setiaap saat, ekspresi wajah pasien tampak menahan sakit, saat dilakukan palpasi pada perut
kiri atas pasien mengaduh, skala nyeri 6; melakukan teknik pengalihan nyeri dengan cara distraksi yaitu
dengan mengajak pasien berbincang-bincang agar nyeri teralihkan dengan hasil pasien tampak lebih
rileks.

Tindakan pada hari kedua antara lain : Mengkaji nyeri yang dirasakan pasien dengan hasil pasien
mengatakan nyeri pada perut atas sebelah kiri, terasa seperti diremas-remas, nyeri dirasakan setiaap
saat, ekspresi wajah pasien tampak menahan sakit, saat dilakukan palpasi pada perut kiri atas pasien
mengaduh, skala nyeri 6; Memonitor; melakukan teknik pengalihan nyeri dengan cara distraksi yaitu
dengan mengajak pasien berbincang-bincang; melakukan teknik pengalihan nyeri dengan cara distraksi
yaitu dengan memperdengarkan musik instrumental untuk merilekskan pasien dengan hasil pasien
tampak lebih rileks.

Pada hari ketiga, tindakan yang dilakukan antara lain: Mengkaji nyeri yang dirasakan pasien dengan hasil
pasien mengatakan nyeri pada perut kiri atas berkurang, skala nyeri 5, nyeri dirasakan setiap saat, saat
dilakukan palpasi pada perut kiri atas pasien sudah tidak mengaduh, pasien tampak lebih rileks; injeksi
omeprazole 1 ampul, neurosanbe 1 ampul /drip dengan hasil obat masuk melalui intra vena tanpa ada
reaksi alergi; melakukan teknik pengalihan nyeri dengan cara distraksi yaitu dengan memperdengarkan
musik instrumental untuk merilekskan pasien dengan hasil pasien tampak lebih rileks.
2) Evaluasi

Sebagian masalah nyeri sudah teratasi dengan data pasien mengatakan nyeri pada perut kiri atas
berkurang, skala nyeri 5, nyeri masih dirasakan setiap saat, nyeri seperti diremas-remas, saat dilakukan
palpasi pada perut kiri atas pasien sudah tidak mengaduh, pasien tampak lebih rileks. masalah nyeri akut
berhubungan dengan agen cedera biologi teratasi sebagian. Lanjutkan intervensi: Kaji secara
menyeluruh tentang nyeri termasuk lokasi, durasi, frekuensi, intensitas, dan faktor penyebab; observasi
isyarat non verbal dari ketidaknyamanan terutama jika tidak dapat berkomunikasi secara efektif; berikan
analgetik dengan tepat; berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama akan
berakhir dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur; ajarkan teknik non farmakologi (misalnya:
relaksasi, guide, imagery,terapi musik,distraksi); tingkatkan istirahat atau tidur untuk memfasilitasi
majemen nyeri.

JUL

laporan kasus gastritis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada tahun 2004 penyakit gastritis menempati urutan ke-9 dari 50 peringkat utama pasien rawat jalan di
rumah sakit seluruh indonesia dengan jumlah kasus 218.500 (Depkes RI, 2004).

Dari berbagai penelitian berbasis populasi (systematic review of population-based study) menyimpulkan
angka bervariasi dari 11-41%. Jika keluhan terbakar di ulu hati dikeluarkan maka angkanya berkisar 4-
14%. Keluhan dispepsia merupakan keadaan klinis yang sering dijumpai dalam praktek sehari – hari.
Diperkirakan hampir 30% kasus pada praktek umum dan 60% pada praktek gastroenterologis
merupakan kasus dispepsia. (Farida, 2010 b).

Di Indonesia menunjukkan prevalensi 36-41% dengan usia termuda adalah 5 bulan. Pada kelompok usia
muda dibawah 5 tahun, 5,3-15,4% telah terinfeksi, dan diduga infeksi pada usia dini berperan sebagai
faktor resiko timbulnya degenerasi maligna pada usia yang lebih lanjut. Asumsi ini perlu diamati lebih
lanjut, karena kenyataannya prevalensi kanker lambung di Indonesia relatif rendah, demikian pula
prevalensi tukak peptik. Agaknya
selain faktor bakteri, faktor pejamu dan faktor lingkungan yang berbeda akan menentukan terjadinya
kelainan patologis akibat infeksi (Farida, 2010 b).

Secara umum telah diketahui bahwa infeksi Helicobacter pylori merupakan masalah global, tetapi
mekanisme transmisi apakah oral atau fekal oral belum diketahui dengan pasti. Studi di Indonesia
menunjukkan adanya hubungan antara tingkat sanitasi lingkungan dengan prevalensi infeksi
Helicobacter pylori, sedangkan data diluar negeri menunjukkan hubungan antara infeksi dengan
penyediaan atau sumber air minum (Farida, 2010 a).

Data penelitian klinis di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi tukak peptik pada pasien dispepsia di
Jakarta yang telah diendoskopi berkisar antara 5,78%. Sedangkan di Medan sekitar 16,91%. Pada
kelompok pasien dispepsia non ulkus, prevalensi dari infeksi H.pylori yang dilaporkan berkisar antara 20
– 40% , dengan metoda diagnostik yang berbeda yaitu serologi, kultur dan histopatologi. Angka tersebut
memberi gambaran bahwa pada infeksi di Indonesia tidak terjadi pada usia dini tetapi pada usia yang
lebih lanjut tidak sama dengan pola negara berkembang lain seperti di Afrika. Tingginya prevalensi
infeksi dalam masyarakat tidak sesuai dengan prevalensi penyakit saluran cerna bagian atas ( SCBA )
seperti tukak peptik ataupun karsinoma lambung. Diperkirakan hanya sekitar 10 -20% saja yang
kemudian menimbulkan penyakit gastroduodenal (Farida, 2010 b).

Gastritis adalah radang pada jaringan dinding lambung paling sering diakibatkan oleh ketidakadekuatan
diet, misalnya makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan makanan terlalu banyak bumbu atau
makanan yang terinfeksi penyebab lain termasuk alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi
(Smeltzer & Bare, 2002).

Manifestasi klinis pada gastitis akut yaitu sindrom dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung,
muntah, merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Demikian pula perdarahan saluran cerna
berupa hematemesis dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan.
Biasanya, jika dilakukan anamnesis lebih dalam, terdapat riwayat penggunaan obat-obatan atau bahan
kimia tertentu. Sedangkan pada kasus gastritis kronik kebanyakan pasien tidak mempunyai keluhan.
Hanya sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea, dan pada pemeriksaan fisik tidak
dijumpai kelainan (Mansjoer, 2000).

Nyeri yang timbul pada gastritis ini secara makroskopik disebabkan oleh adanya lesi erosi mukosa
dengan lokasi berbeda. Jika ditemukan pada korpus dan fundus, biasanya disebabkan stress. Jika
disebabkan karena obat-obatan AINS, terutama ditemukan di daerah antrum, namun dapat juga
menyeluruh. Sedangkan secara mikroskopik, terdapat erosi dengan regenerasi epitel, dan ditemukan
reaksi sel inflamasi neutrofil yang minimal (Mansjoer, 2000).

Pada setiap kasus ambang dan toleransi nyeri setiap orang berbeda-beda. Ambang nyeri yaitu titik saat
suatu stimulus yang dirasakan sebagai nyeri. Ambang ini secara minimal bervariasi dari orang ke orang.
Salah satu faktor yang mempengaruhi ambang nyeri adalah dominasi perseptual, yang menjelaskan
situasi klinis nyeri yang dirasakan di salah satu bagian tubuh mengurangi atau menghilangkan nyeri yang
dirasakan di bagian lain. Sebelum nyeri yang paling parah hilang pasien merasakan atau mengakui
adanya nyeri lain. Sedangkan toleransi nyeri mengacu kepada lama atau intensitas nyeri yang masih
dapat ditahan oleh pasien sampai secara eksplisit pasien tersebut mengaku dan mencari pengobatan.
Respon perilaku pasien terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor, termasuk tipe kepribadian, status
kejiwaan pada saat nyeri, pengalaman terdahulu, latar belakang sosio kultural, dan arti nyeri. Faktor
yang menurunkan toleransi nyeri antara lain adalah pajanan berulang ke nyeri, kelelahan, kekurangan
tidur, rasa cemas dan ketakutan. Keadaan hangat , dingin, adanya pengalihan, kansumsi alkohol,
hipnosis, dan keercayaan keagamaan yang kuat bekerja meningkatkan toleransi nyeri (Price & Wilson,
2005).

Nyeri dapat digambarkan sebagai “suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang sudah atau berpotensi terjadi, atau dijelaskan
berdasarkan kerusakan tersebut” (Price & Wilson, 2005).

Dari uraian di atas penulis tertarik untuk mengangkat laporan kasus dengan judul “Nyeri Pada Gastritis
Di RSU Margono Soekarjo Purwokerto”.

B. Tujuan Penulisan

Tujuan Umum :

Melaporkan kasus Nyeri Pada Ny. R Dengan Gastritis Di ruang dahlia RSU Margono Soekarjo
Purwokerto.

Tujuan Khusus :

1. Menggambarkan:

a. Biodata klien pada pasien nyeri pada Ny. R dengan gastritis diruang dahlia RS Prof. Dr Margono
Soekarjo Purwokerto tahun 2012.
b. Pengkajian, mencakup riwayat kesehatan, review sistem, hasil pemeriksaan data fokus, dan
pemeriksaan penunjang pada pasien nyeri pada Ny. R dengan gastritis diruang dahlia RS Prof. Dr
Margono Soekarjo Purwokerto tahun 2012.

c. Masalah keperawatan yang ditemukan pada pasien nyeri pada Ny. R dengan gastritis diruang
dahlia RS Prof. Dr Margono Soekarjo Purwokerto tahun 2012.

d. Perencanaan untuk memecahkan masalah yang ditemukan pada pasien nyeri pada Ny. R dengan
gastritis diruang dahlia RS Prof. Dr Margono Soekarjo Purwokerto tahun 2012.

e. Tindakan dan penilaian pada pasien nyeri pada Ny. R dengan gastritis diruang dahlia RS Prof. Dr
Margono Soekarjo Purwokerto tahun 2012.

2. Membahas kesenjangan antara teori dan kondisi riil pada kasus nyeri pada gastritis diruang dahlia
RS Prof. Dr Margono Soekarjo Purwokerto tahun 2012.

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi ilmu keperawatan

Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis dalam keperawatan yaitu sebagai
panduan perawat dalam pengelolaan kasus nyeri pada pasien gastritis. Juga diharapkan menjadi
informasi bagi tenaga kesehatan lain. Terutama dalam pengelolaan kasus yang bersangkutan.

2. Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai referensi tambahan di perpustakaan Politeknik Kesehatan Semarang Prodi Keperawatan


Purwokerto.

3. Bagi Penulis

Laporan kasus ini untuk mengimplementasikan mata kuliah yang didapat selama kuliah, memperluas
wawasan dalam bidang pendidikan khususnya tentang nyeri pada pasien gastritis.

4. Bagi Penulis Selanjutnya

Sebagai perbandingan untuk melakukan pembuatan laporan kasus selanjutnya.


BAB II

LAPORAN KASUS

Laporan kasus nyeri pada Ny. R dengan ” Gastritis di ruang Dahlia RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto” , yang perawatanya dilakukan pada tanggal 15-17 Juni 2012, disajikan melalui pendekatan
proses keperawatan meliputi pengkajian, penyusunan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi
dan evaluasi.

A. Biodata Klien

Pengkajian dilakukan pada hari jumat, 15 Juni 2012 pada pukul 14.30 WIB di ruang Dahlia RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo. Dari informasi yang didapatkan, diketahui bahwa pasien bernama Ny. R dengan
alamat Sambeng Kulon, Kembaran berumur 50 tahun, jenis kelamin perempuan, seorang ibu rumah
tangga, pendidikan terakhir SLTA, dan. Ny. R masuk ke rumah sakit pada tanggal 13 Juni 2012 dengan
diagnosis medik gastritis, nomor register Ny. R 229018. Penanggung jawab pasien bernama Tn. T
berusia 57 tahun. Tn. T adalah suami dari Ny. R dan tinggal bersama di sambeng kulon, kembaran.

B. Pengkajian

1) Riwayat Klien

Pasien datang ke IGD RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto dengan keluhan nyeri ulu hati dan
nyeri perut kiri atas disertai dada terasa panas, mual, dan badan menggigil. Keluhan utama yang
dirasakan Ny. R yaitu nyeri pada perut kiri atas, terasa seperti diremas-remas, nyeri dirasakan setiaap
saat, ekspresi wajah pasien tampak menahan sakit, saat dilakukan palpasi pada perut kiri atas pasien
mengaduh, skala nyeri 6. Teraphy yang telah didapatkan yaitu IVFD Asering 500 ml 20 tpm, Neurosanbe
1x3ml/drip, injeksi omeprazole 1x40 mg, braxidin 2x2,5 mg/oral, ulsicral syrup 3x1 sendok takar.

Pasien sebelumnya pernah dirawat di Rumah Sakit 3 minggu yang lalu dengan keluhan yang sama.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit keturunan atau menular yang berbahaya, namun Ny. R memiliki
riwayat hipertensi selama 3 tahun terakhir ini dan tidak terkontrol karena pasien memeriksakan dirinya
ke fasilitas kesehatan hanya kadang-kadang.
2) Review System

Pada pemeriksaan fisik kondisi pasien secara umum dalam keadaan sedang. Kesadaran pasien compos
mentis (E4V5M6), dan pada pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan darah (TD) pasien 130/80 mmHg,
nadi perifer (N) 82 x/menit, respirasi (R) 20 x/menit, suhu tubuh (S) pasien 36 ºC.

Pemeriksaan Head to Toe : Kepala: bentuk mesochepal, rambut lurus, bersih ; Mata: simetris, bersih,
konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, fungsi penglihatan baik ; hidung: bersih, tidak terdapat
kelainan bentuk, tidak ada polip ; gigi dan mulut: bersih, tidak terdapat caries, mukosa bibir lembab ;
telinga: simetris, bersih, fungsi pendengaran baik, tidak terdapat kelainan bentuk ; leher: tidak terdapat
pembesaran kelenjar tyroid, tidak terdapat JVP ; dinding dada: simetris, pergerakan dinding dada
simetris ; paru: pergerakan dinding dada simetris, suara dasar vesikuler ; jantung: iktus cordis, irama
reguler, S1>S2 ; abdomen: datar, bising usus normal, terdapat nyeri tekan di uluhati dan perut atas
bagian kiri, perkusi tympani, hepar tidak terdapat pembesaran, lien tidak terdapat kelainan ; genetalia:
perempuan, fungsi reproduksi baik, tidak terpasang DC ; ekstremitas: tidak terdapat kelemahan anggota
gerak, tidak terdapat kelainan bentuk, tidak terdapat oedema, terpasang infus di tangan kanan.

3) Pemeriksaan data fokus

Hasil pengkajian pola fungsional Gordon pada tanggal 15 Juni 2012 yang terdiri dari 11 fungsi
didapatkan data yaitu: data pola persepsi dan manajemen kesehatan pasien dan keluarga menyadari
pentingnya kesehatan, pada pola nutrisi pasien didapatkan nafsu makan pasien berkurang yaitu hanya
menghabiskan ¼ porsi makanan yang disediakan RS, pada pola eliminasi didapatkan BAB dan BAK lancar,
pada pola aktivitas dan latihan didapatkan pasien bisa melakukan aktivitas secara mandiri ditandai
dengan makan/minum, berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah dan ambulasi ROM dengan
skala 0 (mandiri), sedangkan mandi/ toileting dengan skala 2 (dibantu orang lain), pada pola istirahat
tidur didapatkan tidur pasien tidak mengalami gangguan, pada pola persepsi kognitif didapatkan bahwa
panca indra pasien masih berfungsi dengan baik, pada pola persepsi dan konsep diri didapatkan harapan
pasien agar cepat sembuh, pada pola peran dan hubungan didapatkan hubungan pasien dengan
keluarga tidak ada masalah, pada pola reproduksi seksual didapatkan pasien berjenis kelamin
perempuan, pada pola koping dan pertahanan didapatkan jika ada masalah pasien selalu membicarakan
dengan keluarga dan anaknya yang selalu menemaninya di RS, serta pada pola nilai dan keyakinan
didapatkan pasien beragama Islam..

4) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium pasien pada tanggal 13 juni 2012, didapatkan hasil Hemoglobin 13,9 g/dl,
Leukosit 7810 /ul, Hematokrit 41%, Eritrosit 4,9 10^/ul, Trombosit 266.000/ul, MCV 84,2 fl, MCH 28,5
pg, MCHC 33,8%, RDW 13,3%, MPV 9,6 fl, Basofil 0,1%, Eosinofil 0,5%, Batang 0%, Segmen 72,1%,
Limfosit 20,6 %, Monosit 6,7%, SGOT 38 u/L, SGPT 71 u/L, Ureum 14,3 mg/dL, Kreatinin 0,65 mg/dL, GDS
123 mg/dL, Natrium 141 mmol/L, Kalium 3,7 mmol/L, Klorida 101 mmol/L. Pemeriksaan endoskopi pada
tanggal 8 mei 2012 didapatkan hasil esofagus dbn, cardia: hyperemiss (+), corpus: hyperemiss (+),
angulus: erosi (+). Kesimpulan gastritis erosive, tindakan biopsi, sampel PA (+)

C. Perumusan Masalah

Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi, ditandai dengan data subyektif pasien
mengatakan nyeri pada perut atas sebelah kiri, terasa seperti diremas-remas, nyeri dirasakan setiaap
saat dan data obyektif ekspresi wajah pasien tampak menahan sakit, saat dilakukan palpasi pada perut
kiri atas pasien mengaduh, skala nyeri 6.

D. Perencanaan

Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi. Tujuan dari dibuatnya perencanaan yaitu setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 diharapkan nyeri berkurang atau hilang dengan indikator :
klien mampu mengatakan/melaporkan bahwa nyeri sudah berkurang atau hilang serta tampak rileks,
selain itu diharapkan klien mampu mengontrol nyeri yang dialami (klien tahu penyebab nyeri dan
mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri). pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi kualitas dan faktor presipitasi. Amati atau
observasi tanda-tanda nonverbal dari ketidaknyaman, hal ini dapat dilihat dari ekspresi maupun tingkah
laku klien. Ajarkan teknik non farmakologi baik relaksasi maupun distraksi seperti nafas dalam dan guide
imaginary. Kontrol lingkungan yang mempengaruhi nyeri misalnya suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik. Monitor vital sign meliputi tekanan
darah, Nadi, Respirasi, dan Suhu tubuh klien (tingkat keparahan nyeri berpengaruh terhadap tinggi
rendahnya vital sign).

E. Pelaksanaan dan Evaluasi

1) Pelaksanaan (Implementasi)

Tindakan yang penulis lakukan pada hari pertama sampai hari ketiga antara lain : Memonitor TTV pasien
antara lain : mengukur tekanan darah, menghitung nadi perifer, menghitung respirasi, mengukur suhu
tubuh dengan hasil pada hari pertama TD: 130/80 mmHg, N: 82x/mnt, R: 20x/mnt, S: 360 C; hari kedua
TD: 130/80 mmHg, N: 80x/mnt, R: 22x/mnt, S: 360 C; pada hari ketiga TD: 130/80 mmHg, N: 80x/mnt, R:
20x/mnt, S: 36,30 C; memberikan obat ulsicral syrup 1 sendok takar dengan hasil obat masuk melalui
oral; melatih pasien teknik relaksasi napas dalam dengan hasil pasien tampak lebih rileks; menganjurkan
pasien untuk beristirahat beristirahat tidur agar lebih rileks dengan hasil pasien mau untuk beristirahat.
Tindakan lain yang dilakukan pada hari pertama yaitu: Mengkaji nyeri yang dirasakan pasien dengan
hasil pasien mengatakan nyeri pada perut atas sebelah kiri, terasa seperti diremas-remas, nyeri
dirasakan setiaap saat, ekspresi wajah pasien tampak menahan sakit, saat dilakukan palpasi pada perut
kiri atas pasien mengaduh, skala nyeri 6; melakukan teknik pengalihan nyeri dengan cara distraksi yaitu
dengan mengajak pasien berbincang-bincang agar nyeri teralihkan dengan hasil pasien tampak lebih
rileks.

Tindakan pada hari kedua antara lain : Mengkaji nyeri yang dirasakan pasien dengan hasil pasien
mengatakan nyeri pada perut atas sebelah kiri, terasa seperti diremas-remas, nyeri dirasakan setiaap
saat, ekspresi wajah pasien tampak menahan sakit, saat dilakukan palpasi pada perut kiri atas pasien
mengaduh, skala nyeri 6; Memonitor; melakukan teknik pengalihan nyeri dengan cara distraksi yaitu
dengan mengajak pasien berbincang-bincang; melakukan teknik pengalihan nyeri dengan cara distraksi
yaitu dengan memperdengarkan musik instrumental untuk merilekskan pasien dengan hasil pasien
tampak lebih rileks.

Pada hari ketiga, tindakan yang dilakukan antara lain: Mengkaji nyeri yang dirasakan pasien dengan hasil
pasien mengatakan nyeri pada perut kiri atas berkurang, skala nyeri 5, nyeri dirasakan setiap saat, saat
dilakukan palpasi pada perut kiri atas pasien sudah tidak mengaduh, pasien tampak lebih rileks; injeksi
omeprazole 1 ampul, neurosanbe 1 ampul /drip dengan hasil obat masuk melalui intra vena tanpa ada
reaksi alergi; melakukan teknik pengalihan nyeri dengan cara distraksi yaitu dengan memperdengarkan
musik instrumental untuk merilekskan pasien dengan hasil pasien tampak lebih rileks.

2) Evaluasi

Sebagian masalah nyeri sudah teratasi dengan data pasien mengatakan nyeri pada perut kiri atas
berkurang, skala nyeri 5, nyeri masih dirasakan setiap saat, nyeri seperti diremas-remas, saat dilakukan
palpasi pada perut kiri atas pasien sudah tidak mengaduh, pasien tampak lebih rileks. masalah nyeri akut
berhubungan dengan agen cedera biologi teratasi sebagian. Lanjutkan intervensi: Kaji secara
menyeluruh tentang nyeri termasuk lokasi, durasi, frekuensi, intensitas, dan faktor penyebab; observasi
isyarat non verbal dari ketidaknyamanan terutama jika tidak dapat berkomunikasi secara efektif; berikan
analgetik dengan tepat; berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama akan
berakhir dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur; ajarkan teknik non farmakologi (misalnya:
relaksasi, guide, imagery,terapi musik,distraksi); tingkatkan istirahat atau tidur untuk memfasilitasi
majemen nyeri.
BAB III

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan

1. Pengkajian

Pada pemeriksaan fisik kondisi pasien secara umum dalam keadaan sedang. Kesadaran pasien compos
mentis (E4V5M6), dan pada pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan darah (TD) pasien 130/80 mmHg,
nadi perifer (N) 82 x/menit, respirasi (R) 20 x/menit, suhu tubuh (S) pasien 36 ºC. Pemeriksaan Head to
Toe dalam batas normal kecuali pemeriksaan palpasi abdomen, terdapat nyeri tekan di perut kiri atas.

Akan tetapi tentang nyeri terdapat kesenjangan yaitu nyeri akut biasanya datang tiba-tiba, umumnya
berkaitan dengan cidera spesifik, jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistemik, nyeri
akut biasanya menurun sejalan dengan penyembuhan. Secara fisiologis terjadi perubahan denyut
jantung, frekuensi nafas, tekanan darah, aliran darah perifer, tegangan otot, keringat pada telapak
tangan, dan perubahan ukuran pupil (Brunner & Suddarth, 1996 dikutip dari Smeltzer & Bare 2002).
Pada kasus Ny. R nyeri akut ini terjadi karena adanya erosi mukosa lambung. Saat dilakukan pengkajian
tidak ditemukan perubahan denyut jantung, frekuensi nafas dan tekanan darah, hal ini dapat dibuktikan
dengan hasil pengukuran tanda-tanda vital saat dilakukan pengkajian yaitu tekanan darah 130/80
mmHg, nadi 82 kali permenit dan respirasi 20 kali permenit. Penulis berpendapat bahwa kejadian ini
disebabkan karena nyeri masih bisa ditoleransi oleh Ny. R, hal ini dikarenakan pasien pernah mengalami
nyeri yang sama. Dengan data riwayat penyakit terdahulu Pasien sebelumnya pernah dirawat di Rumah
Sakit 3 minggu yang lalu dengan keluhan yang sama. Hal ini sesuai dengan teori nyeri menurut Price dan
Wilson (2005) Respon perilaku pasien terhadap nyeri dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk tipe
kepribadian, status kejiwaan pada saat, nyeri pengalaman terdahulu, latar belakang sosial dan kultural,
dan arti nyeri.

2. Pemeriksaan penunjang

Pada kasus ini telah dilakukan pemeriksaan penunjang secara lengkap yaitu pemeriksaaan endoskopi
pada tanggal 8 mei 2012 didapatkan kesimpulan gastritis erosive. Pemeriksaan laboratorium pasien
pada tanggal 13 juni 2012, didapatkan hasil semua dalam rentang normal kecuali SGOT dan SGPT
mengalami peningkatan yaitu SGOT 38 u/L, SGPT 71 u/L.

Menurut teori Harisson (2000) pemeriksaan laboratorium pada gastritis harus mencakup hematokrit,
hemoglobin, pemeriksaan sel darah merah, pemeriksaan fungsi hati dalam rentang normal, jumlah
leukosit, waktu protrombin, waktu tromboplastin parsial dan pemeriksaan koagulasi lainnya untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya kelainan pembentukan yang primer dan sekunder. Namun pada
kasus Ny. R ditemukan data laboratorium SGOT dan SGPT terjadi peningkatan yaitu SGOT 38 u/L, SGPT
71 u/L dari nilai normal SGOT 15-37, SGPT 30-65 hal ini mungkin disebabkan karena kondisi pasien yang
mengalami keletihan. Sesuai dengan teori menurut Harisson (2000) faktor yang mempengaruhi
peningkatan SGOT dan SGPT yaitu makanan, konsumsi alkohol, kondisi fisik, dan riwayat pengobatan.

3. Pelaksanaan

Dalam mengatasi nyeri, penatalaksanaan nonfarmakologi dapat dilakukan dengan teknik relaksasi
karena dapat memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik
dan emosi pada nyeri (Perry & Potter, 2006). Napas dalam dapat diajarkan dengan cara pasien diminta
untuk memejamkan matanya dan bernapas dengan perlahan dan nyaman. Irama yang konstan
dipertahankan dengan menghitung dalam hati dan lambat bersama setiap inhalasi dan ekshalasi. Pada
kasus ini telah dilakukan penatalaksanaan nyeri dengan teknik relaksasi napas dalam, tetapi hasilnya
kurang efektif ditandai dengan respon nyeri verbal maupun nonverbal pasien yang tidak berkurang.
Skala awal nyeri pasien 6 tidak menunjukkan penurunan, tetapi tetap pada skala nyeri 6. Ini mungkin
disebabkan karena kondisi lingkungan yang bising sehingga mengganggu pasien untuk berkonsentrasi
dalam melakukan teknik relaksasi napas dalam. Hal ini sesuai dengan teori Potter dan Perry (2006)
faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri antara lain usia, jenis kelamin, kebudayaan, makna nyeri,
perhatian, lingkungan, ansietas, keletihan, pengalaman seselumnya, gaya koping, dan dukungan
keluarga.

Oleh karena napas dalam tidak mengurangi respon nyeri pasien, maka penulis melakukan teknik
nonfarmakologi lain yaitu teknik distraksi. Distraksi merupakan pengalihan perhatian pasien ke hal yang
lain dengan demikian dapat menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi
terhadap nyeri (Perry & Potter, 2006). Pada kasus ini, teknik distraksi yang dilakukan adalah dengan
mengajak pasien berbincang-bincang dan terapi musik instrumental. Pasien dialihkan perhatiannya dari
nyeri dan fokus terhadap musik yang didengarnya dengan menggunakan earphone. Terapi musik
instrumental dilakukan selama 10 – 15 menit. Pada hari pertama respon nyeri pasien tetap yaitu dari
skala awal nyeri 6 tetap pada skala 6. Hari kedua, skala nyeri masih tetap 6 dan hari ketiga terjadi
penurunan menjadi skala nyeri 5. Dengan teknik ini pasien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang.
Rencana tindak lanjut untuk masalah ini yaitu memotivasi pasien untuk melakukan teknik
nonfarmakologis yang telah diajarkan yaitu dengan teknik distraksi (mendengarkan musik instrumental).

Selain teknik di atas, masih ada teknik nonfarmakologi lain untuk mengatasi nyeri yaitu imajinasi
terbimbing.. Teknik imajinasi terbimbing (guided imaginary) yang merupakan teknik mengurangi nyeri
dengan menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara yang dirancang khusus untuk mencapai efek
positif tertentu (Smeltzer & Bare, 2002). Teknik ini dilakukan dengan mata terpejam, pasien
diinstruksikan membayangkan setiap napas yang dihirup merupakan energi penyembuh yang dialirkan
ke bagian nyeri sedangkan napas yang dihembuskan dapat membawa pergi nyeri dan ketegangan.
Namun pada kasus ini, imajinasi terbimbing tidak memungkinkan dilakukan karena lingkungan yang
tidak mendukung yaitu kondisi ruangan yang bising sehingga pasien tidak dapat berkonsentrasi dengan
baik dalam mempraktekkannya.

B. Simpulan

Berdasarkan hasil laporan kasus dan pembahasan, penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan
tentang asuhan keperawatan yang telah dilakukan sebagai berikut :

1. Gambaran biodata yaitu pasien Ny. R, beralamat di Sambeng kulon, Kembaran, jenis kelamin
perempuan, tingkat pendiikan SLTA, tidak bekerja, catatan masuk 13 Juni 2012, diagnosa medis Gastritis,
nomor register 229018.

2. Keluhan utama yang dikeluhkan Ny. R adalah nyeri pada perut atas sebelah kiri dengan data, nyeri
terasa seperti diremas-remas, nyeri dirasakan setiaap saat dan ekspresi wajah pasien tampak menahan
sakit, saat dilakukan palpasi pada perut kiri atas pasien mengaduh, skala nyeri 6.

3. Pada pemeriksaan fisik kondisi pasien secara umum dalam keadaan sedang. Kesadaran pasien
compos mentis (E4V5M6), dan pada pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan darah (TD) pasien 130/80
mmHg, nadi perifer (N) 82 x/menit, respirasi (R) 20 x/menit, suhu tubuh (S) pasien 36 ºC. Pemeriksaan
Head to Toe dalam batas normal kecuali pemeriksaan palpasi abdomen, terdapat nyeri tekan di perut
kiri atas.

4. Berdasarkan pengkajian 11 pola fungsional Gordon, 10 diantaranya dalam batas normal, hanya
terdapat masalah pada pola nutrisi pasien.

5. Pemeriksaaan penunjang yang telah dilakukan pda Ny. R yaitu pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan endoskopi.

6. Masalah keperawatan utama yang ditemukan pada Ny. R yaitu nyeri akut berhubungan dengan
agen cedera biologi.

7. Perencanaan keperawatan untuk mengatasi masalah ini yaitu pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi kualitas dan faktor presipitasi. Amati atau
observasi tanda-tanda nonverbal dari ketidaknyaman, hal ini dapat dilihat dari ekspresi maupun tingkah
laku klien. Ajarkan teknik non farmakologi baik relaksasi maupun distraksi seperti nafas dalam dan guide
imaginary. Kontrol lingkungan yang mempengaruhi nyeri misalnya suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik. Monitor vital sign meliputi tekanan
darah, Nadi, Respirasi, dan Suhu tubuh klien.
8. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada hari pertama sampai hari ketiga antara lain :
Memonitor TTV pasien antara lain : mengukur tekanan darah, menghitung nadi perifer, menghitung
respirasi, mengukur suhu tubuh, memberikan obat ulsicral syrup 1 sendok takar; melatih pasien teknik
relaksasi napas dalam dengan; menganjurkan pasien untuk beristirahat beristirahat tidur agar lebih
rileks, Mengkaji nyeri yang dirasakan pasien dengan menanyakan waktu, durasi skala, penyebab,
kualitas; melakukan teknik pengalihan nyeri dengan cara distraksi yaitu dengan mengajak pasien
berbincang-bincang dan mendengarkan musik instrumental; injeksi omeprazole 1 ampul, neurosanbe 1
ampul /drip.

9. Ada beberapa kesenjangan yang ditemukan pada pembahasan, yaitu :

a. Nyeri pada Ny. R dapat ditoleransi sehingga tidak diikuti dengan adanya peningkatan tanda-tanda
vital.

b. Hasil pemeriksaaan laboratorium Ny. R mengalami peningkatan yaitu pada SGPT dan SGOT hal ini
dikarenakan kondisi pasien yang mengalami keletihan.

c. Terapi nyeri dengan teknik distraksi (terapi musik dan mengajak pasien berbincang-bincang) yang
diberikan pada pasien selama 10 menit efektif memberikan penurunan respon nyeri (skala nyeri 6
menjadi 5).

Anda mungkin juga menyukai