Anda di halaman 1dari 15

CASE RECORD

SPLINTING

KEPANITERAAN KLINIK PERIODONSIA (BLOK 1)

Nama Pasien : Sochichatul Chamidah

No. RM : 5052

Operator : Riezqia Ayu Wulandari

NIM : 31101300377

Pembimbing : drg.Ade Ismail. Sp. Perio

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2017
BAB I

PENDAHULUAN

Kegoyangan gigi bisa disebabkan karena beberapa hal, antara lain cedera

pada gingiva, tulang alveolar, trauma oklusi dan inflamasi yang biasa disebabkan

karena akumulasi plak. Kegoyangan gigi dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman

bahkan hingga hilangnya gigi jika tidak ditangani dengan segera.

Diagnosa tepat pada penyebab mobilitas gigi sangat diperlukan untuk

merencakan perawatan yang tepat. Jika penyebab mobilitas gigi terjadi karena

suatu inflamasi, maka menghilangkan faktor yang menyebabkan inflamasi seperti

scalling, pemberian medikasi atau prosedur pembedahan dapat dilakukan.

Mobilitas gigi yang terjadi karena suatu trauma oklusi dapat ditangani dengan

penyelarasan oklusi.

Splinting merupakan perawatan yang dilakukan pada gigi dengan

mobilitas. Prosedur perawatan ini dilakukan pada tahap awal atau inisiasi pada

perawatan periodontal, tujuan dilakukan splinting adalah menstabilkan gigi

dengan menyebarkan tekanan ke jaringan periodontal sehat pada gigi lain.

Splin memiliki beragam bentuk, dan bahan yang berbeda dengan indikasi dan

kelebihan yang berbeda beda.

Bahan yang saat ini banyak digunakan dalam perawatan splinting adalah

fiber reinforced composite, bahan ini memiliki estetis yang baik dan keberhasilan

yang tinggi dalam perawatan splinting. Bahan ini mudah dimanipulasi,

biokompatible dan memiliki kekuatan yang sangat baik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi

Splint merupakan suatu piranti yang digunakan untuk menstabilkan gigi

yang goyang karena trauma atau karena suatu penyakit. Splint dilakukan

sebagai perawatan pertama atau inisiasi dalam perawatan periodontal.

Secara umum indikasi dilakukan splinting adalah :

1. Trauma karena oklusi primer

2. Trauma karena oklusi sekunder

3. Mobiliti progresif, migrasi gigi dan nyeri ketika berfungsi

4. Jaringan yang sehat sekurang kurangnya 1/3 akar

Kontraindikasi splinting gigi dengan mobilitas ketika stabilitas oklusal dan

kondisi periodontal yang sehat sulit diperoleh

II. Macam macam splint

Berdasarkan bahan yang digunakan, terdapat berbagai macam jenis

splint periodontal, diantaranya :

1. Wire composite splint

Kawat digunakan melingkari gigi dan resin komposit digunakan

sebagai bahan untuk fiksasi.


2. Resin splint

Splin ini merupakan jens yang paling sederhana, bahan tambalan resin

komposit di aplikasikan ke permukaan gigi kemudia dihubungkan

dengan gigi lain.

3. Band ortodontik

Splint cekat ini biasa digunakan pada gigi posterior dengan

menggunakan stainless steel 0,005 inch yang dipasangkan pada gigi.

Pemolesan harus dilakukan untuk mengurangi retensi plak dan menjaga

agar tidak terjadi iritasi pada jaringan lunak.

4. Fiber reinforced composite splint

Bahan ini telah banyak digunakan karena kemudahan dan kelebihan

yang dimiliki. Bahan ini memiliki sifat yang tipis, halus sehigga tidak

mengiritasi jaringan lunak. Selain itu derajat rigiditas lebih mudah di

kontrol.
III. Splint temporer dan permanen

Splint temporer dilakukan pada fase pertama perawatan periodontal yaitu

tahap inisiasi yang dilakukan sebelum fase pembedahan. Splint ini

dilakukan sebelum dan selama perawatan periodontal untuk mengurangi

trauma pada waktu perawatan.

Splint permanen digunakan pada gigi yang mengalami kecenderungan

mengalami peningkatan kegoyangan. Splint permanen yang digunakan

adalah protesa seperti gtsl, gtc, inlay, multiple crown.

IV. Kelebihan fiber reinforced composite splint

Sebelum dikenalnya FRC sebagai bahan splinting, digunakan kawat

sebaga bahan splinting. Kawat difiksasi dengan resin komposit, kedua

bahan ini hanya akan mengunci dengan gaya mekanik, sehingga

berpotensi menyebabkan fraktur komposit. Karena bahan tidak berikatan

secara kimia, komposit dapat terlepas sehingga kawat terapapar dan dapat

mengiritasi jaringan lunak. Apabila splint gagal, masalah klinis yang akan

muncul yaitu traumatic oklusi, perkembangan penyakit periodontal, dan

karies berulang.
Fiber reinforced composite berikatan secara kimia dengan komposit

sehingga komposit tidak akan terlepas, splint akan bertahan lama pada gigi

dengan ikatan antara komposit dan fiber dengan kekuatan yang baik.
BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

1. Nama : Sochichatul Chamidah


2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Tempat/Tanggal Lahir : Semarang / 4 Maret 1972
4. Alamat : Jalan Widuri II RT 04 RW 05, Semarang
5. Kewarganegaran : Indonesia
6. Pekerjaan : Karyawan Swasta

B. Informasi Medis

1. Golongan darah :-
2. Penyakit jantung : d.t.a.k
3. Penyakit diabetes : d.t.a.k
4. Haemofilia : d.t.a.k
5. Hepatitis : d.t.a.k
6. Penyakit lainnya : d.t.a.k
7. Alergi terhadap obat : Tidak ada
8. Alergi terhadap makanan : Tidak ada

C. Pemeriksaan Subjektif
1. Keluhan utama

Pasien datang dengan keluhan gigi depan bawah goyang

2. Anamnesa

Pasien datang dengan keluhan gigi depan bawah goyang yang telah

dilakukan fiber splinting composite sejak 4 tahun yang lalu. Namun,

pasien 1 tahun belakangan ini merasakan 3 gigi depan bawah kembali


goyang dan ketika dibuat makan merasa tidak nyaman. Tidak terdapat

riwayat trauma maupun penyakit sistemik.

3. Riwayat Penyakit Sitemik Keluarga

a. Penyakit Diabetes : d.t.a.k

b. Penyakit infeksi yang menular : d.t.a.k

c. Lain – lain : -

D. Pemeriksaan Objektive

GENERAL

Jasmani : Sehat (Baik)

Rohani : Komunikatif dan kooperatif

Pemeriksaan Fisik

Tekanan darah :100/90 mm/hg Nadi :65x/menit

Berat badan : 55kg Respiration rate :18x/menit

Temperatur : tdl Tinggi badan : 155 cm


PEMERIKSAAN KLINIS INTRAORAL

Foto Pasien:

- Terdapat fiber reinforced composite pada gigi 43 sampai 32


- Gigi 42-32 mobilitas derajat 2

Analisis Foto Rontgen

- Terdapat area radioopak pada daerah interproksimal gigi 43-32 (yaitu Resin
Komposit sebagai fiksasi dari Fiber Splint)
- Gigi 42-32 hanya tertanam di dalam tulang alveolar kurang dari 1/3 bagian
ODONTOGRAM

 Keterangan:

 Gigi 46  Karies superfisial kelas 1

 Gigi 47  Karies superfisial kelas 1

 Gigi 42  mobilitas 2

 Gigi 41  mobilitas 2

 Gigi 31  mobilitas 2

 Gigi 32  mobilitas 2

 Gigi 36  Tumpatan Onlay logam

 Gigi 13  karies superficial kelas III

 Gigi 26  karies profunda terbuka kelas I

 Gigi 27  Sisa akar

DIAGNOSIS: Periodontitis kronis disertai mobilitas gigi derajat 2


RENCANA PERAWATAN

Kunjungan I

1. Scalling

Kunjungan II

1. Melepaskan Fiber yang lama

2. Membersihkan gigi dengan brush dan pumice

3. Mengeringkan gigi dan mereposisi

4. Menentukan panjang fiber (gigi 43, 42, 41, 31, 32, 33) dan

merendam fiber dalam resin bonding

5. Melakukan etsa dengan asam fosfor 37% selama 30 detik

6. Membersihkan etsa dan mengeringkan dengan air syringe hingga

terbentuk frosty white

7. Mengaplikasikan bonding di 1/3 incisal gigi kemudian dilakukan

penyinaran

8. Meletakan fiber dan diberi resin komposit flowable kemudian

dilakukan penyinaran

9. Polishing

10. Cek oklusi

Kunjungan III

Kontrol
BAB IV

SKEMA TAHAP RENCANA PERAWATAN

Scalling

Penentuan gigi dan jenis splint  gigi 43, 42, 41, 31, 32, 33, splint
fiber reinforced composite

Menentukan panjang fiber

Membersihkan gigi dengan brush dan pumice

Isolasi dan reposisi

Membersihkan gigi dengan brush dan pumice

Etsa

Aplikasi Bonding, penyinaran

Aplikasi fiber dan resin flowable, penyinaran

Polishing

Cek oklusi

Kontrol
BAB V

PROGNOSA

Hasil perawatan diperkirakan baik dengan alasan :


1. Keadaan umum baik
2. Tidak memiliki penyakit sistemik dan tidak mengkonsumsi obat yang
berpengaruh terhadap jaringan periodontal
3. Tidak memiliki kebiasaan buruk
4. Pasien kooperatif dan komunikatif
LEMBAR PENGESAHAN

Case Record Periodonsia

Splinting

Disusun oleh

Riezqia Ayu Wulandari

31101300377

Telah disetujui oleh:

Semarang, ........................................ 2017

Pembimbing klinik Operator

drg.Ade Ismail, Sp.Perio Riezqia Ayu Wulandari

Anda mungkin juga menyukai