Anda di halaman 1dari 12

JURNAL AWAL PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS

POTENSIOMETRI
PENGUKURAN POTENSIAL DENGAN POTENSIOMETER

DISUSUN OLEH :
GOLONGAN II
KELOMPOK 7
R. Bagus Raka Pratama (1508505050)
I Ketut Duantara (1508505051)
Dede Jerry Sartika Putra (1508505052)

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
PENGUKURAN POTENSIAL DENGAN POTENSIOMETER
I. TUJUAN
1.1 Membuat kurva hubungan Potensial dengan Volume pentiter.
1.2 Menentukan titik ekivalen dengan potensiometer.
1.3 Menghitung kadar zat yang telah dititrasi dan diukur dengan potensiometer.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1.Asam Oksalat
Asam oksalat (C2H2O4) merupakan senyawa yang mengandung tidak kurang
dari 99,5% C2H2O4. Asam oksalat berbentuk hablur, tidak berwarna, larut dalam
air dan etanol (95%) P. Penetapan kadar asam oksalat dilakukan dengan
menimbang asam oksalat kurang lebih 3 gram, dilarutkan dalam 50 mL air bebas
CO2 P, dititrasi dengan NaOH 1 N menggunakan indikator fenolftalein P (Depkes
RI, 1979).

Gambar 2.1. Struktur Kimia Asam Oksalat (Oxtoby, 2001).

2.2.Asam Klorida
Asam Klorida (HCl) merupakan senyawa yang mengandung tidak kurang dari
35 % dan tidak lebih dari 38 % HCl. Asam klorida memiliki pemerian yaitu tidak
berwarna, berasap, mudah menguap, bau merangsang. Jika diencerkan dengan dua
bagian air asap akan hilang (Depkes RI, 1979).

2.3.Natrium Hidroksida
Natrium hidroksida memiliki nama lain yaitu Natrii Hydroxidum, memiliki
rumus molekul NaOH dengan bobot molekul 40,00. Natrium hidroksida
mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 100,5% alkali jumlah
dihitung sebagai NaOH, mengandung Na2CO3 tidak lebih dari 3,0%. Natrium
hidroksida berwarna putih, massa lebur, berbentuk pellet, serpihan atau batang
atau bentuk lain. Keras, rapuh, dan menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan
di udara, akan cepat menyerap karbon dioksida dan lembab. Mudah larut dalam
air dan etanol (Depkes RI, 1995).

2.4 Phenolphtalein
Phenolphthalein mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari
101,0% C20H14O4, dihitung terhadap zat yang dikeringkan. Phenolphthalein
memiliki rumus molekul C20H14O4 dengan bobot molekul 318,33 g/mol.
Phenolphthalein berupa serbuk hablur, putih, atau putih kekuningan lemah, tidak
berbau, stabil di udara. Kelarutannya praktis tidak larut dalam air, larut dalam
etanol, dan agak sukar larut dalam eter (Depkes RI, 1995).

Gambar 2.4. Struktur Kimia Phenolphthalein (Watson, 2007).

2.4.Potensiometri
Potensiometri merupakan salah satu cara pemeriksaan fisiko-kimia yang
menggunakan peralatan listrik untuk mengukur potensial elektroda indikator.
Besarnya potensial elektroda indikator ini tergantung pada konsentrasi ion-ion
tertentu dalam larutan. Oleh karena itu, dengan menggunakan persamaan Nersnt,
maka konsentrasi ion dalam larutan dapat dihitung secara langsung dari harga
potensial yang diukur (Gandjar dan Rohman, 2007). Adapun persamaan Nersnt
dibuat dalam persamaan sebagai berikut:

0,059 a
E  E0   log 0 x
z aRe d

Keterangan :
E = potensial (V), diperoleh dari elektroda hidrogen normal
E0 = potensial normal
Z = jumlah elektron yang terlibat dalam proses redoks
aOx = aktivita bentuk teroksidasi
aRed = aktivita bentuk tereduksi

2.5.Elektroda Indikator dan Elektroda Pembanding


Elektroda ialah sistem dua fase yang terdiri atas sebuah pengantar elektronik
(misalnya logam) dan sebuah pengantar ionik (larutan). Elektroda dapat
digolongkan menjadi dua, yakni elektroda indikator (elektroda yang potensialnya
bergantung pada konsentrasi ion yang akan ditetapkan) dan elektroda pembanding
(elektroda yang potensialnya diketahui dan selama pengukuran tetap konstan)
(Gandjar dan Rohman, 2007).
Elektroda indikator merupakan bagian penting dari peralatan potensiometri,
karenanya elektroda indicator harus memenuhi berbagai persyaratan yang salah
satunya adalah bahwa responnya terhadap bentuk teroksidasi dan bentuk tereduksi
harus sedekat mungkin dengan persamaan Nersnt. Elektroda indikator untuk
pengukuran potensiometri terdiri dari tiga jenis, yakni: elektroda indikator logam,
elektroda indikator lembam (inert), dan elektroda indikator selaput atau elektroda
selektif ion. Sedangkan elektroda pembanding terdiri dari tiga jenis, yakni: a)
Elektroda hidrogen baku (EHB) atau (EHN); b) Elektroda kalomel jenuh; dan c)
Elektroda perak-perak klorida terdiri atas kawat perak atau kawat platina yang
dilapisi perak yang disalut secara elektrolisis dengan lapisan tipis perak klorida
(Gandjar dan Rohman, 2007).

III. ALAT DAN BAHAN


3.1 Alat
a. Labu ukur 25 mL dan 100 mL
b. Pipet ukur 5 mL dan 10 mL
c. Pipet tetes
d. Beaker glass 50 mL, 100 mL dan 250 mL
e. Labu erlenmeyer 100 mL
f. Potensiometer
g. Buret 25 mL
h. Statif
i. Ball filler
j. Elektroda gelas
k. Tissue

3.2 Bahan
a. Aquadest
b. Larutan NaOH 0,1 N
c. Larutan asam oksalat 0,1 N
d. Larutan HCl 0,1 N
e. Indikator phenolphtalein

IV. PROSEDUR PRAKTIKUM


4.1. Perhitungan
4.1.1 Perhitungan Pembuatan Larutan
a. Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N
Diketahui : Normalitas NaOH = 0,1 N
Volume NaOH = 100 mL
Ek. NaOH = 1 grek/mol
BM NaOH = 40 g/mol
Ditanya : Massa NaOH yang ditimbang = …?
Jawab :
NaOH ⇌Na+ + OH-
Ek NaOH = 1 grek/mol
N 0,1 grek/L
M NaOH = = = 0,1 M
ek 1 grek/mol

massa 1000
M= ×
BM V (mL)
massa 1000
0,1 M = ×
40 g/mol 100 mL

massa = 0,4 gram


Jadi massa NaOH yang ditimbang adalah 0,4 gram
b. Pembuatan Larutan Asam Oksalat 0,1 N
Diketahui : Normalitas Asam Oksalat = 0,1 N
Volume Asam Oksalat = 25 mL
BM Asam Oksalat = 126,07 g/mol
Ditanya : Massa Asam Oksalat yang ditimbang = …?
2-
Jawab : H2 C2 H4 ⇌ 2H+ + C2 O4
Ek H2 C2 H4 = 2 grek/mol
N
M Asam Oksalat =
ek
0,1 grek/L
M Asam Oksalat =
2 grek/mol
M = 0,05 M
massa 1000
M = ×
BM V (mL)
massa 1000
0,05 M = ×
126,07 g/mol 25 mL
massa = 0,1575 gr am
Jadi massa Asam oksalat yang ditimbang adalah 0,1575 gram

c. Pembuatan Larutan Sampel HCL 0,1 N dari larutan HCl 37% b/b
Diketahui : Normalitas HCl = 0,1 N
BM HCl = 36,5 gram/mol
BJ HCl = 1,19 gram/mL
Volume Asam Oksalat = 25 mL
Larutan stok HCl yang tersedia = 37 % b/b
Ditanya : Volume HCl yang dipipet = .....?
N 0,1 grek/L
Jawab : M asam klorida = = = 0,1 M
ek 1 grek/mol

massa 1000
M = ×
BM V (mL)
massa 1000
0,1 M = × 25 mL
36,5 g/mol

massa = 0,09125 gram


HCl yang tersedia 37% b/b = 37 gram HCl/100 gram air
37 gram/ 100 gram = 0,09125 gram/ X gram
0,09125 gram x 100 gram
X gram = 37 gram

X gram = 0,25 gram


massa 0,25 gram
V= = 1,19 gram/mL = 0,21 mL
BJ

Jadi volume HCl yang harus dipipet adalah 0,21 mL

4.2 Prosedur Kerja


4.2.1 Pembuatan Larutan
4.2.1.1 Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N
0,4 gram NaOH ditimbang dengan beaker glass, akuadest ditambahkan
secukupnya, aduk hingga larut dengan batang pengaduk. Masukkan
larutan ke dalam labu ukur 100 ml, ditambahkan akuadest sampai tanda
batas 100 ml, lalu gojog hingga homogen.
4.2.1.2.Pembuatan Larutan Asam Oksalat 0,1 N
0,1575 gram asam oksalat ditimbang dan dimasukan ke gelas beker,
ditambahkan akuadest secukupnya, aduk dengan batang pengaduk hingga
larut seluruhnya. Dimasukkan ke dalam labu ukur 25 ml, lalu ditambahkan
akuadest hingga tanda batas 25 ml, gojog hingga homogen.
4.2.1.3.Pembuatan Larutan HCl 0,1 N
0,21 ml HCl diambil menggunakan pipet ukur. Dimasukkan ke dalam labu
ukur 25 ml, dan ditambahkan akuadest hingga tanda batas 25 ml, lalu
gojog hingga homogen.
4.2.2. Pengukuran dan Standarisasi
4.2.2.1.Standardisasi Larutan NaOH 0,1 N
5 ml larutan asam oksalat diambil dengan menggunakan pipet ukur dan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Tambahkan 2-3 tetes indikator PP.
Titrasi asam oksalat dilakukan dengan larutan NaOH 0,1 N hingga
terbentuk warna merah muda yang stabil. Catat volume NaOH yang
digunakan. Titrasi dilakukan sebanyak 3 kali.
4.2.2.2.Penyiapan Alat Potensiometer
Hubungkan alat potensiometer dengan sumber listrik. Cuci elektroda gelas
dengan sedikit akuades dan bersihkan dengan kertas saring. Atur alat agar
menunjukkan nilai potensial. Kalibrasi alat dengan mencelupkan elektroda
gelas pada larutan standar dengan pH 4 dan 7. Cuci elektroda gelas dengan
menggunakan akuades tiap pergantian larutan.
4.2.2.3.Pengukuran Beda Potensial Larutan
Larutan HCl sebanyak 10 mL dipipet dengan pipet ukur 10 mL ke dalam
gelas beker 100 mL. Dilakuakn titrasi dengan menggunakan NaOH 0,1 N
sesuai dengan penambahan pentiter yang ada pada tabel buku petunjuk
praktikum. Beda potensial diukur tiap proses titrasi dengan potensiometer
yang sesuai dengan mode yang dipraktikumkan. Catat beda potensial pada
setiap penambahan NaOH. Catat volume larutan NaOH pada titik akhir
titrasi. Hitung kadar larutan HCl
V. SKEMA KERJA
5.1 Pembuatan Larutan
a. Pembuatan Larutan NaOH 0,1 N
Ditimbang NaOH 0,1 N sebanyak 0,4 gram, digunakan beaker glass.

Ditambahkan aquadest secukupnya kemudian diaduk dengan batang pengaduk


hingga larut.

Larutan dipindahkan ke dalam labu ukur 100 mL dan ditambahkn aquadest


hingga tanda batas.

Digojog hingga homogen dan ditampung ke dalam botol yang ditutup dengan
aluminium foil.
b. Pembuatan Larutan Asam Oksalat 0,1 N
Ditimbang 0,1575 gram asam oksalat dan dimasukkan dalam beaker glass.

Ditambahkan aquadest secukupnya dan diaduk hingga larut.

Dimasukkan dalam labu ukur 25 mL dan ditambahkan aquadest hingga tanda


batas.

Digojog hingga homogen dan ditampung ke dalam botol yang ditutup dengan
aluminium foil.

c. Pembuatan Larutan Sampel HCL 0,1 N dari Larutan HCL 37% b/b
Dipipet 0,21 mL HCL 37% b/b ke dalam labu ukur 25 mL yang telah diisi
dengan sedikit aquadest.

Ditambahkan aquadest hingga tanda batas 25 mL.

Labu ukur ditutup, lalu digojog hingga homogen.


5.2 Pengukuran dan Standarisasi
a. Standarisasi Larutan NaOH 0,1 N
Buret dan statif disiapkan terlebih dahulu

Dipipet 5 mL larutan asam oksalat 0,1 N dengan pipet ukur dan


dimasukkan dalam gelas erlenmeyer.

Ditambahkan 2-3 tetes indikator PP

Dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N hingga terbentuk warna merah muda
stabil

Dicatat volume NaOH yang digunakan

Titrasi dilakukan 3 kali

b. Penyiapan Alat Potensiometer


Potensiometer dihubungkan dengan sumber listrik

Elektrode gelas dicuci dengan sedikit akuades dengan cara disemprotkan


menggunakan pipet tetes

Dikeringkan dengan kertas saring

Alat diatur agar menunjukkan nilai potensial

Dikalibrasi alat dengan dicelupkan elektrode gelas pada larutan standar pH 4


dan 7

Elektrode gelas dicuci dengan akuades setiap pergantian larutan standar


c. Pengukuran Beda Potensial Larutan
Larutan HCl 0,1 N dipipet 10 mL ke dalam gelas beker 100 mL

Diatur agar elektrode gelas tercelup pada larutan HCl 0,1 N

Dititrasi larutan HCl 0,1 N dengan larutan NaOH 0,1 N sesuai dengan penambahan
pentiter yang ada pada tabel

Diukur beda potensial dengan potensiometer

Dicatat beda potensial setiap penambahan NaOH

Dicatat volume NaOH hingga mencapai titik akhir titrasi

Dihitung kadar larutan HCl


DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesiai, Edisi IV. Jakarta: Departemen


Kesehatan Republik Indonesia.

Gandjar, I. G., dan A. Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Oxtoby, D. W. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern, Edisi IV. Jakarta : Penerbit


Erlangga.

Watson, D.G. 2007. Analisis Farmasi : BA Untuk Mahasiswa Farmasi dan


Praktisi Kimia Farmasi. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai