Anda di halaman 1dari 60

Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia

SHOOTING LANCAR
DAERAH TENAR

Pedoman Pembentukan
Komisi Film Daerah
Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak (2017)
Courtesy: Cinesurya Pictures
Pengarah :
Kepala BEKRAF
Triawan Munaf
Wakil Kepala BEKRAF
Ricky Pesik

Ketua Tim Penyusun:


Deputi Hubungan Antar Lembaga
dan Wilayah BEKRAF
Endah W. Sulistianti

Anggota Tim Penyusun :


Hassan Abud
Yosef Payong
Lalu Roisamri
Totot Indrarto
M. Ilham Fauzi
Alex Sihar
M. Fais Azis
Deden Ramadani

Editor:
Celsius Creative Lab

Cover Photo:
Ada Apa Dengan Cinta? 2 (2016)
Courtesy: Miles Films

Deputi Hubungan Antar


Lembaga dan Wilayah

After the Dark (2013)


Courtesy: Syzygy Productions/Syamsul Hadi

4 5
KATA PENGANTAR Salam Kreatif! Salam Kreatif!

Dalam pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia, BEKRAF (Badan EKonom Kreatif) menetapkan Dalam dua dekade terakhir industri perfilman Indonesia berkembang cukup signifikan. Karya-karya sineas
subsektor film sebagai salah satu prioritas. Sebagai produk budaya populer, karya kreatif film memiliki Indonesia mampu memberi dampak pada ruang-ruang sosial, ekonomi, dan budaya, bahkan sebagian
kemampuan menembus pasar global sekaligus menjadi medium sempurna sebagai lokomotif berhasil menembus pasar global.
bagi pengembangan sub sektor ekonomi kreatif lainnya. Sebagai lembaga pemerintah, BEKRAF
menyediakan fasilitasi untuk memperkuat dan mengakselerasi pengembangan perfilman Indonesia. Di sisi lain, Indonesia yang memiliki keberagaman budaya dan bentang alam indah hingga pelosok
Subsektor ini memiliki potensi yang bisa dikembangkan menjadi lebih baik, walapun masih harus daerahnya, merupakan daya tarik tersendiri bagi industri perfilman nasional maupun internasional. Potensi
menghadapi berbagai tantangan. Beberapa di antaranya adalah minimnya pemahaman dalam ini sudah sepatutnya dikembangkan dengan mempersiapkan perangkat daerah dan pelaku perfilman terkait
memberikan jasa layanan produksi film di daerah-daerah (shooting location service) di Indonesia. untuk mampu mengelola jasa layanan lokasi shooting di daerah-daerah.

Pada tahun 2015 tercatat pertumbuhan sub sektor perfilman (film animasi dan video) ini di 6,67 Gagasan pemberdayaan daerah untuk mendukung industri perfilman melalui penyelenggaraan jasa layanan
persen, kemudian melonjak menjadi 10,09 persen pada tahun berikutnya di 2016. Artinya terdapat lokasi untuk produksi film (shooting location service), kini telah menjadi perhatian pemerintah di banyak
optimisme terhadap industri perfilman nasional, baik dari para pelaku kreatif perfilman itu sendiri negara. Di seluruh dunia saat ini hampir lebih dari 100 negara tengah berlomba-lomba mengembangkan
juga dunia usaha yang menyertainya. Terlebih lagi, Film memang memiliki kapasitas sebagai stimulus potensi tersebut melalui lebih dari 1.000 lembaga pemerintahan, swasta, maupun campuran, yang berfungsi
pertumbuhan ekonomi berlipat (multiplying effect), terutama bagi daerah yang menjadi latar (setting) sebagai organisasi Komisi Film (film commission) di wilayahnya masing-masing. Secara umum Komisi Film
skenario film tersebut diproduksi . Hal itu dibuktikan ketika film Laskar Pelangi dirilis pada tahun 2008, berperan sebagai penyedia jasa layanan lokasi yang membantu pengurusan perizinan, pemanfaataan, dan
satu tahun setelahnya terjadi lonjakan yang cukup signifikan terhadap sektor pariwisata di daerah pemberdayaan potensi lokal, baik SDM, peralatan pendukung, dan lokasi pada wilayah tertentu yang menjadi
Belitung yang mencapai 1.800 persen. Hal tersebut kemudian berjalan beriringan dengan perbaikan latar (setting) sesuai kebutuhan sebuah produksi film.
fasilitas penunjang pariwisata lainnya yang turut terpengaruh. Berdasarkan data BPS Hotel berbintang
pada tahun 2012 hanya sebanyak 23 hotel saja, kemudian pada tahun 2016 bertambah menjadi 44 Di Indonesia keberadaan KFD (Komisi Film Daerah) dinilai akan mampu memberikan dampak yang
hotel. Oleh karena itu saat ini Provinsi Bangka Belitung merupakan daerah yang memiliki rata-rata menguntungkan bagi suatu daerah yang menjadi pihak penyelenggaranya, dan tentu juga bagi perusahaan
pertumbuhan ekonomi yang cukup baik dibandingkan daerah lain pada umumnya di Indonesia, yakni rumah produksi film (production house) sebagai pemakai jasanya kelak. Rumah produksi film akan
di 4,51% per tahun. Karena itu pula percepatan pengembangan perfilman nasional menjadi perhatian diuntungkan oleh efektivitas dan efisiensi waktu maupun biaya dalam aktivitas operasional dan produksinya.
banyak pihak. Dengan dikeluarkannya industri perfilman dari Daftar Negatif Investasi (DNI) melalui Lebih jauh lagi bagi daerah yang menjadi lokasi shooting film akan memperoleh keuntungan jangka
Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016, telah membawa angin Segar bagi industri perfilman. Setelah pendek berupa transaksi ekonomi dengan kelompok pengusaha lokal terkait selama kegiatan produksi film
hampir 30 tahun menutup diri, industri perfilman nasional kini terbuka bagi investor manapun, salah berlangsung. Selain itu yang tidak kalah pentingnya bagi daerah adalah keuntungan jangka panjang, berupa
satunya di bidang produksi. efek berganda (multiplier effect) dari publikasi ataupun promosi daerah tersebut melalui media film sebagai
alat pemasarannya, terutama pada sektor pariwisata, seni, dan budaya setempat.
Sementara itu, disisi lain banyak negara maju bahkan negara tetangga ASEAN kita yang sudah mulai
bergeliat mempromosikan wilayahnya masing-masing sebagai lokasi shooting film. Oleh karena itu Bekraf (Badan Ekonomi Kreatif) melalui Deputi Hubungan Antar Lembaga dan Wilayah memiliki fungsi
Indonesia pun tak boleh ketinggalan, terutama karena wilayah Indonesia memiliki ragam potensi koordinasi dan akselerasi dalam upaya menciptakan ekosistem ekonomi kreatif. Melalui aktivitas merumuskan,
bentang alam juga manusia serta kebudayaannya. Dimana hal tersebut dapat menjadi modal utama menetapkan, mengoordinasikan, dan sinkronisasi kebijakan serta program hubungan antar lembaga dan
untuk meningkatkan daya jual yang kompetitif dalam upaya promosi lokasi shooting film. Namun wilayah. Salah satu realisasinya adalah dengan memfasilitasi penguatan kelembagaan yang berorientasi
sebelumnya, kita perlu memahami dasar pemilihan suatu lokasi shooting film, agar tepat dalam pada sektor ekonomi kreatif di daerah terkait. Hal tersebut dilakukan melalui program-program kolaboratif
membuat perencanaan program pengembangan daerah maupun strategi promosinya kedepan. lintas pemangku kepentingan dalam konsepsi PENTAHELIX baik di dalam maupun luar negeri. Adapun
konteksnya saat ini Bekraf bekerjasama dengan BPI (Badan Perfilaman Indonesia), meciptakan sebuah
Berdasarkan pemikiran kami dalam menilai dampak dari sebuah film yang turut dapat menstimuli kemitraan berupa program kerja bersama dalam mefasilitasi pembentukan lembaga KFD di daerah potensial.
pengembangan subsektor ekonomi kreatif lainnya, maka BEKRAF merancang sebuah program kerja Dimana diharapkan dengan terselenggaranya fungsi kelembagaan KFD di daerah tersebut akan mampu
untuk menjadikan film sebagai katalisator dalam upaya pengembangan ekonomi kreatif di daerah mengakselerasi peningkatan PAD dari Pemda setempat, maupun PDB nasional melalui bidang ekonomi kreatif
khususnya, dan pengembangan kualitas ekonomi maupun sosial dan budaya masyarakat setempat pada khususnya sub sektor perfilman.
umumnya.
BEKRAF memahami bahwasannya penyelenggaraan KFD bukanlah hal yang sederhana. Sangat diperlukan
Program tersebut ialah dengan cara memfasilitasi, utamanya pihak Pemda maupun kelompok terkait komitmen bersama, serta pengetahuan dan kapasitas kemimpinan di daerah, untuk menyusun program
lainnya di daerah dalam upaya pembentukan KFD (Komisi Film Daerah), agar kemudian tercipta pengembangan KFD secara bertahap dan berkesinambungan. Buku Pedoman ini hadir untuk membantu
ekosistem ekonomi kreatif perfilman yang kondusif baik di tingkat lokal maupun Nasional. KFD sendiri Pemerintah Daerah dan pemangku kepentingan terkait lainnya dalam memahami pentingnya kehadiran
diproyeksikan akan menjadi lembaga yang berfungsi sebagai penyedia jasa layanan lokasi (location KFD. Sehingga kemudian dapat memberikan pemahaman terkait peta pemasalaham serta solusi yang perlu
service) dan layanan produksi di suatu daerah untuk kepentingan produksi suatu film, baik dari dalam dirumuskan dan dituangkan dalam menyusun bentuk kelembagaan, proses bisnis, ataupun fungsi KFD di
maupun luar negeri. Akhir kata, dengan adanya buku Pedoman Pembentukan Lembaga KFD ini, saya wilayahnya masing-masing. Semoga buku Pedoman Pembentukan KFD ini memberi dampak yang signifikan
berharap film dapat turut andil dalam menggerakan pembangunan budaya, sosial, dan ekonomi terhadap niat baik kita bersama untuk meningkatkan kesejahteraan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat
masyarakat di daerah-daerah. utamanya melalui bidang ekonomi kreatif sub sektor perfilman.
Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia

Jakarta, 2017 Jakarta, 2017


Kepala Badan Ekonomi Kreatif Deputi Hubungan Antar Lembaga & Wilayah
Republik Indonesia Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia

TRIAWAN MUNAF ENDAH W. SULISTIANTI

6 7
Salam Sejahtera!

Dalam Undang-Undang No.33 tahun 2009 tentang Perfilman pasal 3 disebutkan bahwa salah satu tujuan
perfilman adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pasal 69 huruf d juga mengamanatkan bahwa
salah satu tugas Badan Perfilman Indonesia (BPI) adalah mempromosikan Indonesia sebagai lokasi
pembuatan film asing. BPI sangat menyadari potensi dampak ekonomi yang ditimbulkan apabila sebuah
daerah menjadi lokasi pembuatan film. Selain dapat mempromosikan potensi wisata dan budaya, lebih
jauh adalah peningkatan aktivitas ekonomi yang terkait secara langsung maupun tidak langsung selama
dan setelah daerah tersebut menjadi lokasi pembuatan film, termasuk apabila film tersebut diedarkan di
daerahnya.

Sejak dibentuk pada tahun 2014, untuk pertama kalinya pada kepengurusan periode 2017-2020, BPI
memiliki ketua yang khusus membidangi promosi lokasi. Sesuai mandat Rapat Paripurna BPI di awal
tahun 2017, bidang tersebut bertugas untuk menumbuhkan potensi Kabupaten dan Kota sebagai lokasi
pembuatan film, menginisiasi pembentukan Komisi Film di Kabupaten dan Kota, serta membantu penataan
ulang PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu) pembuatan film asing.

Ketidakpastian prosedur perizinan dan biaya penggunaan lokasi, serta minimnya informasi fasilitas, layanan
dan insentif terkait, menjadi kendala bagi daerah untuk menjadi lokasi pembuatan film asing maupun
dari luar daerah tersebut. Pembentukan Komisi Film Daerah dimaksudkan menjadi solusi layanan terpadu
satu pintu perijinan lokasi pembuatan film, layanan lokasi dan produksi, melalui sinergi strategis yang
terlembaga antar pemangku kepentingan perfilman di daerah.

Di daerah yang ekosistem perfilmannya telah terbentuk, Komisi Film Daerah dapat memfasilitasi
peningkatan pengetahuan, keterampilan, pengalaman, jaringan, dan kompetensi insan film dengan
menarik minat pembuatan film berskala lebih besar, meningkatkan jumlah pembuatan film, dan nilai
tambah perfilman di daerah. Semakin beragamnya latar lokasi pembuatan film di Indonesia dapat menjadi
pengingat kemajemukan bangsa yang berbeda pulau, suku, budaya, bahasa, adat istiadat, dan agama,
agar terus menerus terpelihara persatuan dan kesatuan bangsa yang juga merupakan salah satu tujuan
perfilman sesuai Undang-Undang.

Meskipun Association of Film Commissioners International (AFCI) yang berbasis di Los Angeles, Amerika
Serikat, telah dibentuk sejak tahun 1975, Asian Film Commissions Network (AFCNet) dibentuk sejak tahun
2004, dan pembuatan film asing di Indonesia telah cukup marak dalam 1 dekade terakhir, tetapi belum ada
satu pun referensi terkait komisi film di Indonesia. Oleh karena itu, BPI memberikan apresiasi yang setinggi-
tingginya kepada Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) atas kerjasama penerbitan pedoman dan inisiasi
pembentukan Komisi Film Daerah yang dimulai tahun ini.

BPI berharap pedoman ini dapat menjadi referensi awal bagi daerah yang berminat untuk meningkatkan
potensinya melalui pembuatan film dengan membentuk Komisi Film Daerah. Kami menyadarai sebagai
inisiasi, pedoman ini memiliki keterbatasan. Sehingga kami akan terus meningkatkan kapasitas melalui kerja
sama dengan para pemangku kepentingan terkait, baik di dalam dan luar negeri, untuk mengoptimalkan
kinerja bidang promosi lokasi BPI dan Komisi Film Daerah yang sedang dan akan dibentuk.

Akhir kata, semoga cita-cita dan usaha kita semua untuk mewujudkan asas, tujuan, dan fungsi perfilman
sesuai amanat Undang-Undang dapat tercapai.

Jakarta, 2017
Ketua Umum
Badan Perfilman Indonesia (BPI)

Chand Parwez Servia

Laskar Pelangi (2008)


Courtesy: Miles Films
8 9
BAB I BAB II BAB III BAB IV
DAFTAR ISI

Pendahuluan Gambaran Proses Tentang Komisi Film Tahapan Pembentukan


Pembuatan Film Daerah
Komisi Film
Potensi Layanan Pembuatan PROSES DAN SKALA PRODUKSI FILM URGENSI KOMISI FILM DAERAH 46 TAHAP PERSIAPAN
Film untuk Daerah 14 BERDASARKAN JENISNYA 64
a. Pembentukan Kelompok Kerja
TUGAS POKOK KOMISI FILM DAERAH 48 b. Kajian Regulasi dan Perizinan 64
Konsepsi Komisi Film Daerah 16 Jenis-jenis Film 23 c. Kajian Kelembagaan 65
KELEMBAGAAN d. Kebijakan Insentif Daerah 65
Dasar Hukum Komisi Film Model Produksi 33 a. Bentuk Kelembagaan 54 e. Survei dan Pemetaan Potensi Lokasi 66
Daerah 17 60
b. Skema Pembiayaan f. Survei dan Pemetaan Layanan Lokasi 67
Fenomena Fim Lokal 36 g. Survei dan Pemetaan Layanan Produksi 68
h. Analisis SWOT 69
Perizinan Pembuatan Film
a. Alur Pemberitahuan Pembuatan Film IMPLEMENTASI
Indonesia 38 a. Pembentukan Komisi Film Daerah 70
b. Alur Perizinan Pembuatan Film Asing 40 b. Kelengkapan Organisasi 70
c. Penetapan Layanan 70
Peran/Fungsi Daerah Fasiltasi Pembuatan d. Kemitraan/Kerja Sama 70
Film 42 71
e. Sistem Informasi Terpadu
f. Rencana Kerja dan Usaha 71
g. Strategi dan Program Pemasaran 71
h. Perencanaan Anggaran Biaya 72

BAB V BAB VI FAQ 86

Indikator Keberhasilan Fasilitator Utama


Perfilman Nasional GLOSARIUM 88

a. Kelembagaan 76 Pusat Pengembangan Perfilman


LAMPIRAN 90

b. Perizinan 76 (Kementerian Pendidikan dan


c. Insentif 76 Kebudayaan) 80
d. Lokasi 76
e. Layanan Lokasi dan Badan Ekonomi Kreatif 81
Produksi 77
f. Pemasaran 77 Badan Perfilman Indonesia 83
g. Pembiayaan 77
Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia

10 11
Hal.
13
BAB: I
Ada Apa Dengan Cinta? 2 (2016)
Courtesy: Miles Films

PENDAHULUAN
12 13
POTENSI LAYANAN PEMBUATAN FILM
PENDAHULUAN
UNTUK DAERAH
Walaupun studi yang sama belum pembuatan film di daerah. Film yang
Sering kali, nilai ekonomi sebuah film Berdasarkan studi yang dilakukan Simon
tersedia di Indonesia, telah tercatat difasilitasi tidak terbatas pada film yang
hanya diukur berdasarkan perolehan Hudson dan J.R. Brent Ritchie pada 2006,
sejumlah fenomena yang menunjukkan ditayangkan di bioskop, melainkan juga
penonton saat ditayangkan di bioskop. terdapat pengaruh yang cukup signifikan
keterkaitan antara lokasi pembuatan film film layar televisi, iklan, dokumenter, dan
Padahal, film juga memiliki potensi antara pembuatan film di suatu wilayah
dengan lonjakan kunjungan wisatawan di bentuk-bentuk film lainnya.
ekonomi lain yang tak kalah besar. terhadap peningkatan jumlah wisatawan
Indonesia.
Multiplier effect yang dimiliki film di wilayah tersebut.
KFD memiliki potensi yang besar dalam
baik sejak proses pembuatan hingga
Sayangnya, potensi tersebut belum meningkatkan pendapatan daerah
setelah selesai ditayangkan, dapat
dianggap menarik. Sehingga fasilitasi sekaligus memacu pertumbuhan
menumbuhkan aktivitas perekonomian di
layanan pembuatan film oleh Pemerintah ekonomi sebagai dampak pembuatan
wilayah yang menjadi lokasi pembuatan
Daerah pun masih minim. Kondisi film di daerah tersebut. Maka, KFD
film.
tersebut menyebabkan pemilihan lokasi juga dirancang sebagai aktivitas yang
pembuatan film saat ini cenderung berorientasi profit untuk meningkatkan
monoton dan hanya memanfaatkan lokasi pendapatan daerah yang selama ini tidak
Peningkatan 300% jumlah
Braveheart pengunjung dalam seta-
yang itu-itu saja. Padahal, banyak daerah terserap secara maksimal. Selain itu,
(Mel Gibson, 1995) di Indonesia yang menawarkan potensi dalam jangka panjang, dukungan yang
hun setelah rilis
Monumen Wallace, Skotlandia visual yang menarik, baik dari segi diberikan KFD dapat mendorong jalannya
bentang alam maupun lingkungan dan perekonomian di suatu wilayah sebagai
20.000 wisatawan film aktivitas budaya. dampak aktivitas pembuatan film di
Deliverance dengan pemasukan 2-3 wilayah tersebut. Oleh karena itu, inisiatif
(John Boorman, 1972) juta dolar Keberadaan Komisi Film Daerah (KFD) Pemerintah Daerah dalam membentuk
Rayburn Country, Georgia, Amerika Serikat
idealnya dapat menjawab permasalahan- fungsi kelembagaan KFD menjadi sangat
permasalahan tersebut. Komisi yang penting.
The Lord of The Rings Peningkatan wisatawan
ke Selandia Baru sebesar diinisiasi oleh Pemerintah Daerah ini
(Trilogy, 2001-2003)
10% tiap tahun sejak 2002. akan berfungsi sebagai fasilitator pelaku
(Peter Jackson)
perfilman untuk mempermudah proses
B .I Selandia Baru

The Last of The Mohican Peningkatan pendapa-


(Michael Mann, 1992) tan 25% dalam setahun
Chimney Rock, North Carolina, Amerika Serikat
setelah rilis

Harry Potter Peningkatan pendapatan Fenomena Kunjungan


50% di banyak lokasi
and the Sorcerer’s Stone Wisatawan di Indonesia
(Chris Columbus, 2001)
Bermacam lokasi di Inggris

Mission: Impossible II Peningkatan pendapatan


(John Woo, 2000)
200% pada tahun 2000
Taman Nasional di Sydney, Australia

The Beach Peningkatan pendapatan


20% pengunjung muda
(Danny Boyle, 2000)
pada tahun 2000
Thailand
Foto Istimewa Foto Istimewa Ada Apa Dengan Cinta? 2 (2016)
Courtesy: Miles Films
Saving Private Ryan Peningkatan pendapatan
40% dari wisatawan
(Steven Spielberg, 1998)
Amerika Serikat Lonjakan pengunjung “Paket Uji Nyali Rumah Sellie Coffee
Taman Nasional Bromo Pengabdi Setan” Setelah menjadi lokasi
Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia

Normandy, Prancis
Tengger Semeru (TNBTS) Perkebunan teh dan rumah pertemuan kembali Rangga
Rata-rata 2.500 – 2.700 tua yang awalnya sepi pen- dan Cinta dalam film Ada
Pride and Prejudice Pengunjung meningkat Sumber : Riley & van kunjungan per tahun gunjung, mendadak men- Apa Dengan Cinta? 2 (Riri
(Andrew Black, 2003) 150% Doren (1992); Tooke
menjadi di atas 5.000 jadi destinasi wisata populer Riza, 2016), Sellie Coffee,
& Baker (1996);
Lyme Park, Disley, Cheshire, Inggris Grihault (2003); Croy kunjungan per tahun setelah di wilayah Pengalengan, Yogyakarta, mendapatkan
& Walker (2003); penayangan film 5 cm (Rizal Jawa Barat, berkat hadirnya lonjakan pengunjung.
Cousins & Anderek
Mantovani, 2012) paket wisata khusus pasca
Miami Vice Wisatawan asal Jerman (1993); Busby &
Lund (2003); Riley, penayangan film Pengabdi
(Anthony Yerkovich, 1984) meningkat 150% pada Baker & van Doren Setan (Joko Anwar, 2017)
1985-1988 (1998)
Miami, Amerika Serikat
14 15
KONSEPSI KOMISI FILM DAERAH
DASAR HUKUM Meskipun tidak tercantum secara langsung di dalam
undang-undang maupun regulasi terkait, hadirnya
Komisi Film pertama kali muncul di Umumnya, komisi film ini dikelola oleh KOMISI FILM KFD dapat menjadi terobosan inovatif dari Pemerintah
Amerika Serikat pada akhir 1940-an. Pemerintah Daerah dengan menyertakan DAERAH Daerah dalam memaksimalkan potensi wilayahnya.
Pendirian Komisi Film dilatarbelakangi pelaku perfilman setempat. Dalam
Selain itu, keberadaan KFD juga tidak bertentangan
berbagai hambatan yang dihadapi oleh konteks global, Komisi Film dipayungi
para produser film dalam pembuatan dengan regulasi-regulasi yang ada. Bahkan, KFD dapat
oleh sebuah organisasi internasional
film di suatu wilayah. Hambatan teknis untuk Komisi Film, yaitu Association of mendorong implementasi dari undang-undang maupun
yang dihadapi meliputi permasalahan Film Commissioners International (AFCI). regulasi terkait dalam pengembangan perfilman dan
keamanan dengan kepolisian lokal, dinas pariwisata di daerah.
pemadam kebakaran, pengaturan arus Di Indonesia, idealnya KFD mengikuti
lalu lintas, dan sebagainya. Selain itu, pola kelembagaan komisi film di Peraturan yang memiliki keterkaitan dengan keberadaan
keragaman struktural dan kultural yang negara lain, yaitu terbentuk atas kerja Komisi Film Daerah meliputi:
sering kali tidak ramah terhadap aktivitas kolaboratif antara Pemerintah Daerah
pembuatan film juga menjadi hambatan dengan sektor swasta yang bergerak
tersendiri. Melihat kondisi itu, muncul di bidang pembuatan film di wilayah
inisiatif untuk mendirikan lembaga tersebut. Sehingga, KFD dapat menjadi
yang dapat memfasilitasi penyelesaian mitra strategis yang profesional dalam 01) Undang-Undang No. 33/2009 tentang Perfilman;
hambatan-hambatan tersebut. Maka, mendukung proses pembuatan film,
02) Undang-Undang No. 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah;
hadirlah Komisi Film. mulai dari aspek regulasi hingga teknis
03) Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah;
pembuatan film.
04) Undang-Undang No. 11/2010 tentang Cagar Budaya;
Saat ini, terdapat kurang lebih 1.000
komisi film yang tersebar di berbagai kota 05) Peraturan Presiden No. 6 jo No. 72 Tahun 2015 tentang Badan Ekonomi Kreatif
dan wilayah di berbagai negara di dunia. 06) Peraturan Presiden No. 44/2016 perubahan atas Peraturan Presiden No.39/2014
tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Daftar Bidang Usaha yang Terbuka
dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal;
07) Peraturan Pemerintah No. 18/2016 tentang Perangkat Daerah;
08) Peraturan Pemerintah No. 74/2012 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah
No. 23/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum;
09) Peraturan Pemerintah No. 12/2014 tentang PNBP pada Kementerian Kehutanan;
10) Peraturan Menteri Hukum dan HAM No.51/2016 tentang Perubahan atas Peraturan
menteri Hukum dan HAM No.24/2016 tentang Prosedur Teknis Permohonan dan
Pemberian Visa Kunjungan dan Visa Tinggal Terbatas;
11) Peraturan Menteri Keuangan No. 228/PMK.04/2014 tentang Impor Sementara
dengan Menggunakan Carnet atau Ekspor yang Dimaksudkan untuk Diimpor
Kembali dalam Jangka Waktu Tertentu dengan Menggunakan Carnet;
12) Peraturan Menteri Perhubungan No. 163/2015 tentang Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil Bagian 107 (Civil Aviation Safety Regulation Part 107) tentang
Sistem Pesawat Udara Kecil Tanpa Awak (Small Unmanned Aircraft System);
13) Peraturan Menteri Perhubungan No.45/2016 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Perhubungan No.180/2015 tentang Pengendalian Pengoperasian Pesawat
Udara Tanpa Awak di Ruang Udara yang Dilayani Indonesia;
14) Peraturan Dirjen Perlindungan Konservasi Alam No. P.7/IV/SET/2011 tentang Tata
Cara Masuk Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam dan Taman Baru;
15) Keputusan Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) SK.192/IV-SET/
HO/2006 tentang Izin Masuk Kawasan Konservasi.

16 17
Hal.
19
BAB: II
Manisnya Cinta di Pantai Prigi (2017)
Courtesy: Kharisma Starvision Plus

Ada Apa Dengan Cinta? 2 (2016)


Courtesy: Miles Films

GAMBARAN PROSES PEMBUATAN FILM


Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (2017)
Courtesy: Cinesurya Pictures
Pembuatan film dapat dilakukan di dalam dan luar ruang Marlina si
GAMBARAN PROSES
PEMBUATAN FILM (studio) atau di lokasi umum.
Pembunuh
dalam Empat
Babak (2017)
Courtesy:
Cinesurya
Pictures

PERBANDINGAN KEUNTUNGAN SHOOTING


DI STUDIO DAN LOKASI UMUM

B .II Laskar Pelangi


(2008)
Courtesy:
Miles Films

Studio: Lokasi Umum:

- Lebih sederhana. Tak membutuhkan - Membutuhkan biaya yang lebih sedikit.


perizinan penggunaan lokasi, atau Tim produksi tak perlu mengeluarkan
pun rekayasa lalu lintas dan pengaturan biaya konstruksi latar lokasi, yang dapat
keramaian untuk melancarkan proses membengkak tergantung besarnya
shooting. lokasi yang perlu dibangun.

- Kebebasan waktu. Teknik pencahayaan - Realisme cerita. Detail dan usia


dapat diatur untuk menggambarkan arsitektur serta dinamika dan
waktu sesuai kebutuhan skenario, kemegahan kota akan memanjakan
Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia

sehingga tak perlu mempertimbangkan penonton.


pengaruh sinar matahari atau bulan.

- Kendali maksimal atas penataan suara.


Tak harus memperhitungkan faktor
kebisingan yang kadang timbul ketika
shooting dilakukan di lokasi umum.

20 21
Berdasarkan teknik penceritaan,

JENIS-JENIS FILM
kanal pertunjukan, dan skala
pembuatannya, jenis-jenis film
dapat dibedakan menjadi:

B .II

Pedoman Pembentukan Komisi Film Daerah


Ada Apa Dengan Cinta? 2 (2016)
Courtesy: Miles Films
22 23
FILM CERITA PANJANG
(Layar Lebar)

Karena ditayangkan di layar lebar, baik di bioskop


maupun gedung pertunjukan nonbioskop, jenis film ini
umumnya disiapkan untuk memberi sensasi pengalaman
menonton yang bisa memaksimalkan teknologi
pemutaran. Konsekuensinya, pembuatan film jenis ini
memerlukan biaya yang lebih besar, proses pembuatan
yang lebih lama, teknologi peralatan yang lebih canggih,
dan jumlah SDM yang relatif banyak.

B .II
Marlina, Si Pembunuh dalam Empat Babak (2017)
Courtesy: Cinesurya Pictures

BIAYA

> Rp 1 Milyar
(Indonesia) - > 10
­Milyar (Indonesia/
Co-Productions/Asing)

LAMA WAKTU
PENGAMBILAN
GAMBAR
Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia

1 - > 2 bulan.

24 25
FILM CERITA PANJANG
(Televisi) Manisnya Cinta di Pantai Prigi (2017)
Courtesy: Kharisma Starvision Plus

B .II

Di sisi lain, karena ditayangkan di televisi dengan tarif BIAYA LAMA WAKTU
penayangan per jam yang ditentukan oleh pendapatan PENGAMBILAN
iklan dan/atau jumlah pelanggan jaringan, biaya GAMBAR
pembuatan film cerita panjang untuk televisi disesuaikan Rp. 350 Juta (Indonesia)
dengan pencapaian rating dan share masing-masing > Rp. 1 Milyar (Indonesia/ 1 - > 2 Minggu
stasiun televisi
Co-Productions/Asing)
Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia

DURASI

48 - 72 Menit

26 27
Film cerita serial televisi terdiri dari serangkaian episode, Salah satu jenis film noncerita serial televisi yang meng-
FILM CERITA SERIAL
(Televisi)

FILM REALITY SHOW


sehingga menghabiskan waktu pembuatan yang secara gambarkan kejadian nyata dan menggunakan karakter
keseluruhan lebih panjang. yang sebenarnya. Berbeda dengan dokumenter yang
umumnya memerlukan riset mendalam, reality show
lebih menekankan pada unsur hiburan.

BIAYA BIAYA

Rp. 250 Juta (Indonesia) Rp. 250 Juta (Indonesia)


> Rp. 750 Juta (Indonesia/ > Rp. 750 Juta (Indonesia
Co-Productions/Asing) /Franchise/Asing)

LAMA WAKTU LAMA WAKTU


PENGAMBILAN GAMBAR PENGAMBILAN GAMBAR

B .II +/- 1 Minggu (per +/- 1Minggu (per B .II


episode) episode)

Pedoman Pembentukan Komisi Film Daerah


Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia

28 29
Film dokumenter umumnya memerlukan riset yang Jenis film yang dibuat untuk mempromosikan produk atau jasa
FILM DOKUMENTER

FILM IKLAN
relatif lama, dengan skala produksi yang beragam. Film tertentu. Biasanya dibuat dalam waktu singkat < 1 minggu, meng-
dokumenter dapat dibuat dengan jumlah SDM terbatas, gunakan jumlah SDM yang relatif banyak, dan berbiaya besar.
namun dapat pula melibatkan SDM dalam jumlah besar
seperti film cerita panjang.

DURASI DURASI

24 - > 90 Menit 5 (web/online) > 30


detik

B .II B .II

Pedoman Pembentukan Komisi Film Daerah


Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia

Bulu Mata (2016)


by Tonny Trimarsanto
30 31
Peluang untuk menjadikan suatu daerah yang ingin melakukan shooting di Indone-

MODEL PRODUKSI
sebagai lokasi pembuatan film terbuka sia karena tertarik dengan kekayaan alam,
lebar. Apalagi, jumlah pembuatan film budaya, dan masyarakat Indonesia.
Indonesia dan asing di Indonesia terus
meningkat, dengan jenis, skala produksi, Sudah menjadi pengetahuan umum bah-
dan pola distribusi yang beragam pula. wa hambatan terbesar untuk membuat
Dengan mengintegrasikan penawaran film di negara atau daerah yang tidak
lokasi yang beragam, insentif menarik, memiliki KFD adalah kerumitan yang akan
layanan yang profesional, dan strategi dihadapi, mulai dari saat mengurus periz-
pemasaran yang tepat dalam sebuah inan hingga saat melaksanakan shooting.
Komisi Film Daerah (KFD), setiap daerah Hal tersebut menjadi salah satu penyebab
dapat berkompetisi untuk menjadi lokasi belum terlalu banyak film Indonesia yang
pembuatan film. melakukan shooting di luar daerah asal
pembuatnya. Padahal yang berpotensi
Belum terbentuknya KFD di Indonesia menjadi sasaran pasar KFD bukan hanya
pada saat ini berimbas pada sedikitnya film asing, namun juga semua film den-
jumlah film asing yang diproduksi di Indo- gan berbagai model produksi.
nesia. Padahal banyak produser, sutrada-
ra, dan pelaku perfilman internasional

B .II

PERMOHONAN PEMBUATAN FILM


DI INDONESIA

Berdasarkan data Pusat Pengembangan Perfilman


(Pusbang Film) Kementerian Pendidikan dan

Pedoman Pembentukan Komisi Film Daerah


Kebudayaan, sepanjang 2016 hanya terdapat
permohonan membuat film di Indonesia untuk
5 film cerita panjang bioskop, 4 film cerita panjang
televisi, 3 film cerita serial televisi, 5 reality show
televisi, 10 film iklan, dan terbanyak 256 film
dokumenter.
Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (2017)
Courtesy: Cinesurya Pictures
32 33
BERDASARKAN
MODEL PRODUKSINYA,
PEMBUATAN FILM
DIBEDAKAN MENJADI:

Catatan Harian Si Boy (2011) Eat Pray Love (2010) Marlina si Pembunuh dalam After the Dark (2013)
Courtesy: The United Team of Art Courtesy: Syzygy Productions Empat Babak (2017) Courtesy: Syzygy Productions/Syamsul Hadi
Courtesy: Cinesurya Pictures

Film Produksi Indonesia Film Produksi Asing Film Produksi Bersama (Co-productions) Film Produksi Perusahaan Asing di
Indonesia

Film yang dibuat oleh pelaku usaha Film yang dibuat oleh perusahaan lm Film yang dibuat bersama oleh pelaku Saat ini belum ada perusahaan film asing
pembuatan film Indonesia. luar negeri dengan lokasi di Indonesia. usaha pembuatan film Indonesia dan yang beroperasi di Indonesia. Namun,
Contohnya Eat Pray Love (Ryan Murphy, pihak asing yang memiliki lokasi shooting kondisi ini akan segera berubah setelah
2010), Alex Cross (Rob Cohen, 2012), di Indonesia. Misalnya: After the Dark film dikeluarkan dari Daftar Negatif
Savages (Oliver Stone, 2012), dan (John Huddles, 2013) produksi An Olive Investasi (DNI) dalam Peraturan Presiden
Black Hat (Michael Mann, 2015) yang Branch Productions (Amerika Serikat) dan No. 44 Tahun 2016 sebagai revisi Pepres
diproduksi oleh studio-studio film besar SCTV (Indonesia), Marlina si Pembunuh 39 tahun 2014 tentang Daftar Bidang
yang berbasis di Hollywood, Amerika dalam Empat Babak (Mouly Surya, 2017), Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha
Serikat. produksi Cinesurya, Kaninga Pictures Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di
(Indonesia), Shasha & Co Production Bidang Penanaman Modal. Perubahan
(Prancis), Astro Shaw (Malaysia), Hooq peraturan ini akan membuat banyak
(Singapura), dan Purin Pictures (Thailand), perusahaan film asing dari berbagai
serta Wiro Sableng 212 (Angga Dwimas negara berinvestasi di Indonesia dan
Sasongko, 2018) produksi Lifelike membuat film, baik yang berlokasi
Pictures (Indonesia) dan Fox International sebagian atau seluruhnya di Indonesia,
Productions (Amerika Serikat). untuk distribusi global.

34 35
FENOMENA FILM LOKAL

Courtesy: Molakhomi Films Courtesy: Molakhomi Films

Karena sifatnya yang universal dan mudah ia telah menghasilkan film-film berbahasa Setelah itu sepanjang tahun 2014-2017, 2016 ini menggandeng Four Colours
dipahami, sejak awal kelahirannya pada Nias, seperti Ono Sitefuyu (2009) yang pekerja film Makassar membuat Bombe’ Films (Yogyakarta) dan Kedai Films seb-
1895 film umumnya dibuat dengan sasar­ terjual lebih dari 220 ribu keping dengan (Syahrir Arsyad Dini (Rere), 2014), Bombe’ agai investor.
an penonton terbuka. Perbedaan bahasa harga eceran Rp 15 ribu. 2: Dumba-Dumba (Syahrir Arsyad Dini
bisa dijembatani dengan penggunaan (Rere), 2015), Sumiati (Syahrir Arsyad Dini Satu film panjang lain yang sudah di-
teks terjemahan. Meskipun demikian Geliat pefilman lokal di Aceh pasca tsuna- (Rere), 2015), Suhu Beku (Rusmin Nury- produksi di Palu adalah Kaili (2017) gara-
banyak film secara spesifik dibuat untuk mi tahun 2004 juga tidak kalah semarak. adin, 2017), Cinta Sama Dengan Cindolo’ pan Mattuju Pictures, rumah produksi asal
kelompok masyakarakt di wilayah terten- Misalnya, Eumpang Breuh Eps. Ka Meu­ Na Tape (Andi Burhamzah, 2017), Cen­ Makassar. Andi Syahwal Mattuju, sutrada-
tu. Di India, misalnya, sangat banyak film breuh Lom (Ayah Doe, 2016), Meudabel ning Rara (Edi Lukman, 2017), Silariang: ra sekaligus produser film tersebut meli-
lokal yang dibuat oleh dan untuk suku Cinta Eps. Sit Ka Meuri (Eko KTB, 2017), Menggapai Keabadian Cinta (Syahrir Ar- batkan 59 orang dan 29 pemain (selain
tertentu (Tamil, Gujarat, Punjab, Bengali, Kaya Meudadak Eps. Long Aneuk Muda syad Dini (Rere), 2017), Parakang: Manusia Cameo) yang sebagian besar berasal dari
B .II dan lain sebagainya). Umunya bercerita (Nyak Saleh, 2017), Ka Meu Asoe Loen Jadi-Jadian (Abdul Rodjak, 2017), dan The Palu. Sebelumnya ia juga terlibat sebagai
mengenai kehidupan masyarakat tersebut Eps. Khem Sabe (Fery DF, 2017), Eum­ Real Parakang: Warisan Berdarah (Ibnu salah satu produser Uang Panai’.
dengan menggunakan bahasa mereka pang Breuh Eps. Ka Meubreuh Lom (Ayah Agha, 2017)
sendiri. Bukan tidak mungkin memang Doe, 2016), yang dibuat hingga beberapa Catatan mengenai film lokal ini diberikan
film- film lokal itu ditonton dan disukai seri karena sangat laris terjual. Setiap Pecapaian tertinggi secara komersial untuk memberikan gambaran potensi
masyarakat luar. keping VCD/ DVD dijual seharga Rp. 20 diraih Uang Panai’ (Halim Gani Safia, Asril perfilman yang sebagian besar masih
ribu. Satu judul film dapat menembus Sani, 2016) yang awalnya hanya diedar- belum tergarap di banyak daerah. Daerah
Di Indonesia juga terdapat banyak film lo- angka penjualan 100 ribu keping. kan terbatas di bioskop-bioskop kota yang mempunyai KFD dan berhasil
kal yang diproduksi di beberapa daerah, Makassar, kemudian berhasil menembus menarik banyak produksi dari luar akan
yang biasanya diedarkan dalam bentuk Sementara produksi film lokal di Sing- peredaran bioskop nasional. Situs filmin- tumbuh menjadi wilayah yang akrab
DVD/VCD. Karena medium utamanya kawang, Kalimantan Barat, dalam tiga donesia. or.id mencatat film tersebut ber- dengan film. Banyak warga setempat
rekaman untuk format televisi, jenis dan tahun terakhir telah mencapai 97 judul. hasil menjual 521.028 lembar tiket. Diku- ikut terlibat dan mendapat pengala-
skala produksinya bisa disamakan den- Film seperti Bujang Krewak (Ahmad tip dari Kompas cetak edisi 7 Maret 2017, man berharga dalam pembuatan film,
gan film cerita panjang televisi. Syafari, 2013), Nenek Bangun (Ahmad film yang dibuat dengan biaya sekitar Rp. baik sebagai kru, pemain, maupun kerja
Syafari, 2014), Pedaraan Leh Butte (Romi 500 juta tersebut mendapatkan pendapa- pendukungan lainnya. Hal tersebut pada
Berdasarkan data KoFI Sumut (Komunitas Bujang, 2017) yang dipasarkan seharga tan bersih melebihi Rp. 5 miliar. Dalam In- akhirnya dapat menumbuhkan wawasan
Film Sumatra Utara), di wilayah tersebut Rp 25 ribu berhasil terjual antara 10-30 donesian Box Office Movie Awards 2017, dan ke­terampilan untuk melakukan
sejak awal 2000 telah diproduksi lebih ribu keping. film tersebut mendapat penghargaan pembuatan film- film lokal yang bukan
dari 200 judul film (cerita dan dokumen­ sebagai “Film Daerah Terlaris Sepanjang hanya menggunakan lokasi di daerahnya,
ter pendek/panjang) yang dibuat oleh Di sisi lain, kondisi di Sulawesi agak Masa”. Sementara dalam ajang penghar- tetapi juga berkontribusi menggerakkan
Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia

komunitas-komunitas film Sumatera Utara. berbeda karena film- film lokal yang gaan Piala Maya 2016 meraih gelar “Film perekonomian daerah.
Film yang diproduksi mengguna­kan dibuat diproyeksikan untuk ditayangkan Daerah Terpilih”.
bahasa lokal. Pontyanus Gea, misalnya, di bioskop. Pada tahun 2010, Forum Film
telah menyutradarai lima film berbahasa (For Film) Makassar, Sulawesi Selatan, Di Palu, Sulawesi Tengah, Yusuf Radjamu-
Batak, yaitu Anak Sasada (2011), Tano melahirkan Aliguka (Arman Dewarti, da bersiap meluncurkan film panjang
Parsirangan (2015), Amonghu Mardua 2010) yang diklaim sebagai film panjang perdananya, Mountain Song. Proyek film
Holong (2014), Alani Hapogoson (2015) pertama yang seluruh pengerjaannya yang terpilih sebagai “The Most Promising
dan Ilu Na Maraburan (2017). Sebelumnya dilakukan komunitas perfilman ­Makassar. Project” di Makassar SEAscreen Academy

36 37
ALUR PEMBERITAHUAN
PERIZINAN PEMBUATAN FILM

PEMBUATAN FILM
INDONESIA

1
Pelaku usaha pembuatan film
mengajukan Tanda Pemberitahuan
Pembuatan Film (TPPF) secara tertulis
ke Unit Yang Menyelenggarakan
Fungsi di Bidang Pengembangan
Perfilman Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan

2
Setelah memiliki TPPF, pembuat film
dapat melakukan pembuatan film
di seluruh wilayah Indonesia dan
bekerjasama dengan KFD

B .II
Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia

38 39
ALUR PERIZINAN PEMBUATAN
FILM OLEH PRODUSER ASING
DI INDONESIA

SHOOTING

PRODUSER FILM PUSBANG FILM VISA/IMIGRASI


ASING KEMENDIKBUD

DOKUMEN IZIN PERWAKILAN R.I KEMENTERIAN DISETUJUI DITOLAK


SHOOTING DI LUAR NEGERI LUAR NEGERI

TIM KOORDINASI
KUNJUNGAN ORANG
ASING (TK-ORA)
KEMENLU

40 41
Ada Apa Dengan Cinta? 2 (2016)
PERAN/FUNGSI DAERAH
FASILITASI PEMBUATAN FILM Courtesy: Miles Films

Setelah TPPF/SIP dikeluarkan oleh Kehadiran KFD tidak dimaksudkan untuk


pemerintah pusat dengan tembusan menjadi birokrasi perizinan baru. KFD
kepada pemerintah daerah, maka justru hadir untuk memberikan pelayanan
pembuat film dapat bekerjasama dengan terintegrasi dalam hal perizinan yang
KFD untuk mengurus perizinan lokal yang terkadang menjadi momok bagi para
menjadi kewenangan pemerintah daerah, produser film untuk shooting di lokasi
atau izin penggunaan aset pemerintah umum. KFD harus menjadi mitra yang
B .II pusat yang berada di daerah. melayani kebutuhan para produser
ketika shooting di wilayahnya, dan
menjadi perantara yang menghubungkan
produser dengan pihak-pihak berwenang
di daerah.

PERIZINAN DARI PERIZINAN INSTITUSI PERIZINAN WILAYAH


KEPOLISIAN SETEMPAT SPESIFIK
WILAYAH DALAM • Surat Izin Jalan • Wilayah adat: keraton,
PRODUKSI FILM • Surat Izin Keramaian banjar, dan lain-lain
(pengaturan lalu lintas, • Wilayah religius: rumah
sterilisasi area) ibadah, pemakaman
• Wilayah pengelolaan
institusi pusat:
sset TNI/POLRI, Gelora
Bung Karno,
Observatorium, BUMN,
Cagar Alam,
Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia

Cagar Budaya,
dan Cagar Wisata
• Wilayah perusahaan:
aset swasta, restoran,
kafe, dan lain-lain
• Wilayah pribadi: lahan,
rumah, dan lain-lain

42 43
Hal.
45
BAB: III
Laskar Pelangi (2008)
Courtesy: Miles Films

TENTANG KOMISI FILM DAERAH


Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (2017)
Courtesy: Cinesurya Pictures

44 45
Di Indonesia, terdapat beberapa daerah yang telah memiliki perencanaan dan Ada Apa Dengan Cinta? 2 (2016)
URGENSI KOMISI
FILM DAERAH proyeksi pengembangan perfilman. Pada daerah-daerah ini, pembentukan KFD Courtesy: Miles Films

merupakan salah satu hal penting yang perlu diimplementasikan oleh pemerintah
daerah setempat. Namun, KFD juga dapat dibentuk di daerah-daerah yang tidak
mempunyai perencanaan dan proyeksi pengembangan perfilman, asalkan daerah
tersebut memiliki potensi besar sebagai lokasi pembuatan film.

Secara ringkas, keberadaan KFD dalam kegiatan pembuatan film mempunyai urgensi
sebagai berikut:

Mengintegrasikan perizinan lokal Mendorong promosi daerah

KFD hadir sebagai layanan satu pintu Dengan strategi dan perencanaan
yang mengintegrasikan semua perizinan pemasaran yang baik, KFD akan
lokal yang dibutuhkan dalam pembuatan meningkatkan jumlah dan frekuensi
film di daerah. pembuatan film di daerahnya. Semakin
banyak sebuah daerah menjadi lokasi
Memetakan potensi daerah film, semakin besar pula eksposur dan
nilai promosi daerah tersebut untuk
B .III Dalam pelaksanaan tugasnya, KFD meningkatkan kunjungan wisatawan baik
juga akan memetakan potensi daerah dari dalam maupun luar negeri.
yang relevan dengan berbagai aktivitas
pembuatan film. Hasil pemetaan Menggerakkan perekonomian daerah
tersebut akan menjadi bekal KFD dalam
mengintegrasikan potensi-potensi Aktivitas pembuatan film di suatu daerah
tersebut untuk mendukung pembuatan akan melahirkan multiplier effects berupa
film di daerahnya. berbagai kegiatan perekonomian lokal,
yang seluruh pendapatannya akan masuk
Mempermudah pembuat film ke kas daerah dan masyarakat setempat.

KFD akan membuat kerja pembuat film Pemicu pengembangan kebijakan,


lebih efektif dan efisien melalui integrasi infrastruktur, dan fasilitas perfilman
berbagai perizinan lokal, potensi daerah,
dan layanan pembuatan film lainnya. Keberadaan KFD akan selalu terkait
Dengan proses administrasi, persiapan, dengan berbagai kebutuhan riil
dan pelaksanaan pembuatan film yang pembuatan film, yang selalu berkembang
lebih mudah dan murah, daerah dapat sejalan perkembangan estetika dan
dengan cepat menarik perhatian dan teknologi perfilman. Sebagai pendukung
minat banyak pembuat film untuk yang penting dalam implementasi
Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia

membuat film di daerah tersebut. lapangan, KFD akan menyediakan


berbagai data, pengalaman, dan
informasi yang akurat untuk menjadi
dasar penyusunan berbagai kebijakan
pemerintah daerah di masa mendatang,
termasuk untuk membangun infrastruktur
dan penyediaan fasilitas yang dibutuhkan
oleh para pembuat film.

46 47
Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia

48
TUGAS DAN FUNGSI

B .III
KOMISI FILM DAERAH

Java Heat (2013)


Courtesy: Syzygy Productions/Eriek Juragan
49
Esensi dari tugas dan fungsi KFD yang menggunakan pesawat terbang/ ada instansi yang menyediakan informasi Maka, jelaslah bahwa pelayanan terpadu
adalah menyediakan pelayanan helikopter memerlukan izin dari dan memfasilitasi perizinan melalui satu satu pintu tersebut akan sangat
terpadu satu pintu (one stop service) Kementerian Perhubungan. Sedangkan pintu. Pembuat film harus mengeluarkan membantu dan menguntungkan para
bagi pembuat film. Seperti yang telah pembuatan film yang mengharuskan energi dan waktu yang tak sedikit hanya pembuat film jika menggunakan lokasi di
dijelaskan, proses administrasi, persiapan, penutupan untuk mengumpulkan informasi yang daerah-daerah yang memiliki KFD. Secara
dan pelaksanaan pembuatan film jalan atau menggunakan bahan peledak lengkap mengenai prosedur pengurusan garis besar, pelayanan terpadu satu pintu
melibatkan banyak pihak atau otoritas, memerlukan izin dan koordinasi dengan perizinan. Setelah itu, rata-rata pembuat KFD tersebut meliputi:
baik lembaga pemerintah maupun Kepolisian Daerah. Penggunaan lokasi film masih akan memerlukan waktu 2-3
swasta. Setiap instansi pun memiliki pembuatan film di daerah cagar minggu hanya untuk memperoleh seluruh
prosedur pengurusan izin yang berbeda, budaya seperti candi memerlukan izin yang diperlukan.
urutan yang berbeda sesuai konteks dan izin Kementerian Pendidikan dan
kebutuhan, serta keterlibatan banyak Kebudayaan. Pembuatan film yang Kerumitan di atas menjadi hambatan
pihak. Faktor-faktor ini menghasilkan menggunakan binatang buas juga pembuat film dalam mewujudkan ide
proses yang dapat dibilang rumit, memerlukan izin khusus. Sementara kreatif mereka. Sering kali, kerumitan
terutama jika pembuat film tidak berasal pembuatan film yang menggunakan tersebut menyebabkan pembuat film
dari daerah tersebut. ribuan figuran memerlukan bantuan urung melakukan pembuatan film
agensi atau sanggar seni lokal. di suatu daerah. Akibatnya, daerah
Sebagai contoh, pembuatan film kehilangan banyak kesempatan
yang menggunakan lokasi di tengah Selain contoh di atas, masih banyak berharga untuk menggali potensi
hutan lindung memerlukan izin dari lagi kebutuhan-kebutuhan lain dalam promosi, pengembangan sumber daya
Kementerian Lingkungan Hidup dan pembuatan film, sehingga melibatkan lokal, peningkatan perekonomian dan
Kehutanan. Sementara pembuatan berbagai pihak yang perlu dihubungi pendapatan asli daerah, serta berbagai
film di hutan produksi memerlukan untuk koordinasi. Tanpa KFD, proses ini potensi lain.
izin dari pemilik/pengelola hutan akan menjadi semakin rumit karena tidak
produksi tersebut. Pembuatan film

Catatan (Harian) Si Boy (2011)


Courtesy: The United Team of Art
50 51
tempat pembuatan film apabila
mempunyai infrastruktur dan sarana
Perizinan Lokal pendukung yang memadai. Layanan ini
diperlukan untuk memastikan bahwa
KFD membantu pembuat film mengurus pembuatan film di lokasi yang ditawarkan
semua perizinan lokal yang diperlukan dapat dilakukan dengan mudah dan
di daerahnya. Informasi mengenai jenis lancar, dengan biaya yang transparan dan
perizinan, persyaratan, tarif, formulir terukur.
pengajuan izin, dan kebutuhan lain yang
terkait juga akan disediakan dan diurus Layanan Produksi
oleh KFD.
Selain lokasi yang menarik secara visual
Insentif dan sesuai skenario film, serta dukungan
layanan lokasi yang memadai, terdapat
Salah satu daya tarik layanan KFD adalah layanan
penawaran insentif bagi pembuat film lain yang diperlukan dari KFD agar
yang berminat menggunakan lokasi pembuatan film dapat dilaksanakan
di daerahnya. Insentif tersebut dapat secara maksimal. Yaitu layanan produksi
berbentuk fiskal dan nonfiskal. Insentif berupa pendukungan teknis yang juga
fiskal disediakan dengan membuat memadai, baik dari segi peralatan film
regulasi atau kebijakan khusus oleh maupun SDM film yang profesional.
pemerintah daerah. Sementara insentif
nonfiskal ditawarkan melalui skema Koordinasi Antar Pemangku Kepentingan
kerja sama yang saling menguntungkan
dengan berbagai pihak terkait, baik Sebagai lembaga yang menghimpun
lembaga pemerintah maupun pelaku dan menawarkan berbagai potensi, KFD
usaha swasta. harus mampu beroperasi lintas bidang
dan lintas lembaga. Maka, untuk bisa
Lokasi Shooting memberikan pelayanan terpadu satu
pintu yang baik, KFD perlu membangun
KFD juga harus dapat menyediakan kerja sama saling menguntungkan
informasi spesifik tentang semua dengan masing-masing pemangku
lokasi yang menarik secara visual di kepentingan yang terkait dengan
daerahnya, termasuk kelengkapan perizinan, lokasi shooting, layanan lokasi,
teknis dan keterangan lainnya yang dan layanan produksi.
berhubungan dengan proses pembuatan
film. Disamping itu, KFD juga harus Kegiatan Usaha
menghimpun sebanyak-banyaknya
informasi lokasi yang mungkin diperlukan KFD harus diselenggarakan
sesuai kebutuhan kreatif yang terdapat seperti layanan usaha komersial.
dalam skenario film. Misalnya, tempat Keberlangsungan lembaga ini tergantung
tinggal tokoh dalam film atau tempat pada kemampuan pengelolaan berbagai
tokoh dalam film melakukan kegiatan aspek usahanya. Karena itu, KFD harus
(kantor, kampus, sekolah, jalan, taman, dikelola secara profesional oleh pengurus
restoran, kafe, dan lain sebagainya). yang memahami dan ahli dalam
bidangnya, terutama dalam merumuskan
Layanan Lokasi rencana kerja dan usaha serta menyusun
perencanaan anggaran biaya.
Lokasi shooting hanya layak dijadikan

Java Heat (2013)


Courtesy: Syzygy Productions/Eriek Juragan
52 53
Di luar negeri, KFD memiliki bentuk Bentuk Kelembagaan keuntungan, dan dalam melakukan b. Pengelolaan wilayah/kawasan
KELEMBAGAAN
kelembagaan yang bermacam-macam kegiatannya didasarkan pada prinsip tertentu dengan tujuan meningkatkan
dan umumnya ditangani langsung oleh Terdapat beberapa pilihan bentuk efisiensi dan produktivitas. Definisi perekonomian masyarakat atau
Pemerintah Daerah yang bekerja sama kelembagaan yang dapat diterapkan BLUD ini didasarkan kepada Pasal 1 layanan umum
dengan pelaku perfilman setempat. dalam membentuk KFD di Indonesia. angka 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri c. Pengelolaan dana khusus dalam
Pemerintah Daerah kemudian bekerja Masing-masing daerah memiliki No. 61/2007 tentang Pedoman Teknis rangka meningkatkan ekonomi dan/
sama dengan komunitas pelaku film kewenangan untuk memutuskan bentuk Pengelolaan Keuangan Badan Layanan atau pelayanan kepada masyarakat
setempat agar dapat memberikan kelembagaan yang dianggap tepat dalam Umum Daerah (selanjutnya disebut
layanan secara maksimal. Dalam konteks jangka pendek dan jangka panjang, Permendagri 61/2007). Peraturan ini Dalam konteks KFD, pelayanan umum
Indonesia, KFD dapat didirikan dengan berdasarkan penjelasan sebagai berikut: merupakan turunan dari PP No. 23/2005 ini berhubungan dengan penyediaan
model kelembagaan yang sesuai dengan tentang Pengelolaan Keuangan Badan barang/jasa layanan umum untuk
kondisi faktual masing-masing daerah. 1. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Layanan Umum yang kemudian diubah meningkatkan kualitas dan kuantitas
Regulasi di setiap daerah menjadi salah dengan PP No. 74/2012 (PP BLU). BLU pelayanan masyarakat. Sayangnya,
satu elemen penentu dalam menentukan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dapat sendiri dalam PP BLU pengertiannya Permendagri 16/2007 mengutamakan
model kelembagaan KFD yang tepat. dibentuk pada tingkat Kabupaten/Kota sama seperti dalam Permendagri No. penetapan BLUD dalam penyediaan
untuk melaksanakan kegiatan teknis 61/2007. barang/jasa pada sektor kesehatan. Di
KFD di Indonesia dapat ditangani operasional dan/atau kegiatan teknis luar sektor kesehatan, BLUD hanya dapat
langsung oleh Pemerintah Daerah, oleh penunjang tertentu. Pembentukan Berbeda dengan instansi pemerintah ditetapkan atau dijalankan apabila inti
swasta, atau kerja sama antara pemerintah UPT harus melalui Peraturan Bupati/ pada umumnya termasuk SKPD (sekarang bisnisnya berdasarkan pada kewenangan
dan swasta, khususnya pelaku perfilman. Walikota setelah dikonsultasikan secara Organisasi Perangkat Daerah atau Pemerintah Daerah karena kewajibannya
Terlepas dari model kelembagaan dan tertulis kepada Gubernur sebagai OPD), BLUD merupakan lembaga yang merujuk pada peraturan perundang-
tata kelola yang dilaksanakan, sinergi wakil pemerintah pusat. UPT sendiri bertujuan untuk memberikan layanan undangan. Misalnya, layanan pungutan
dan kolaborasi antara pemerintah dan dapat diklasifikasikan sebagai kelas A umum secara lebih efektif dan efisien daerah, Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan
swasta sangatlah diperlukan. Pemerintah dan kelas B. UPT Kelas A adalah UPT sejalan dengan praktik bisnis yang sehat. Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
Daerah bertugas untuk mengakomodir yang akan mewadahi beban kerja yang Pengelolaan BLU atau BLUD diatur
kepentingan layanan di sektor perizinan besar, sedangkan UPT kelas B adalah secara lebih fleksibel daripada instansi Dari sisi persyaratan teknis, BLUD harus
dan sebagian layanan lokasi, sementara UPT yang mewadahi beban kerja yang pemerintah biasa dalam hal perencanaan memiliki persyaratan kinerja pelayanan
unsur swasta yang memahami film atau lebih kecil. Dasar hukumnya adalah dan penggunaan anggaran. Status hukum yang layak kelola dan kinerja keuangan
B .III pelaku perfilman bertugas memberikan PP No. 18/2016 tentang Perangkat BLU atau BLUD pun melekat pada instansi yang sehat. Kinerja layak kelola adalah
layanan produksi dan sebagian layanan Daerah (PP Perangkat Daerah). Dalam induknya. potensi meningkatkan penyelenggaraan
lokasi. konteks KFD yang mempunyai sifat pelayanan secara efektif, efisien, dan
pelayanan, pembentukan KFD dengan Berbeda dengan BLU pusat, BLUD tidak produktif, serta memiliki spesifikasi teknis
bentuk UPT merupakan terobosan dapat langsung dibentuk karena Pasal 4 yang terkait langsung dengan layanan
jangka pendek untuk memberikan PP BLU menyatakan bahwa BLUD berasal umum kepada masyarakat. Kriteria
pelayanan optimal bagi produser film dari SKPD atau unit kerja yang sudah ada. keuangan yang sehat berupa tingkat
yang hendak memproduksi film di Pasal ini tidak memberikan ruang untuk kemampuan pendapatan dari layanan
daerahnya. Regulasinya lebih sederhana membentuk BLUD baru sebagaimana yang cenderung meningkat dan efisien
dan proses pembentukannya relatif lebih pembentukan BLU pusat baru, yang tidak dalam membiayai pengeluaran.
mudah. UPT ini dapat dilekatkan pada terikat dengan instansi Kementerian/ Sementara itu, persyaratan administratif
unit di daerah yang menyelenggarakan Lembaga Pemerintah Nonkementerian bagi BLUD mencakup penyiapan
urusan perfilman. UPT berada di bawah yang ada. dokumen administratif berupa:
supervisi Kepala Dinas dan dapat menjadi
fasilitator perangkat daerah yang lain Agar SKPD atau unit kerja bisa ditetapkan (1) surat pernyataan kesanggupan
dalam memberikan pelayanan terkait sebagai BLUD, berbagai syarat substantif, untuk peningkatan kinerja pelayanan,
pembuatan film di daerah. teknis, dan administratif, harus dipenuhi. keuangan, dan manfaat bagi
Syarat substantif terpenuhi jika tugas masyarakat;
2. Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dan fungsi SKPD/unit kerja bersifat (2) pola tata kelola;
operasional dalam menyelenggarakan (3) rencana strategi bisnis;
Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia

Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) pelayanan umum yang menghasilkan (4) standar pelayanan minimal;
merupakan Satuan Kerja Perangkat semi barang/jasa publik (quasipublic (5) laporan keuangan pokok atau
Daerah (SKPD) atau unit kerja pada goods). Pelayanan umum ini prognosa/proyeksi laporan keuangan;
SKPD di lingkungan Pemerintah Daerah berhubungan dengan: dan
yang dibentuk untuk memberikan (6) laporan audit terakhir atau pernyataan
pelayanan kepada masyarakat berupa a. Penyediaan barang/jasa layanan bersedia untuk diaudit secara
penyediaan barang dan/atau jasa yang umum untuk meningkatkan kualitas independen.
dijual tanpa mengutamakan pencarian dan kuantitas pelayanan masyarakat

54 55
Pembentukan KFD dengan bentuk BLUD 4. Kerja sama Pemerintah Daerah dan ini dalam rangka pelaksanaan tugas
memungkinkan untuk dilakukan dengan Sektor Privat dan fungsi SKPD dan biayanya telah
menetapkan terlebih dahulu SKPD atau teranggarkan dalam APBD, maka tidak
unit kerja sebagai BLUD oleh Kepala Kerja sama Pemerintah Daerah dan memerlukan persetujuan DPRD.
Daerah. Dengan demikian, BLUD untuk sektor privat juga dimungkinkan dalam Dalam Permendagri No. 22/2009, kerja
KFD merupakan pilihan untuk jangka pembentukan KFD. Meskipun demikian, sama Pemerintah Daerah dengan Badan
panjang. kerja sama ini harus memerhatikan Hukum sangat dimungkinkan dalam
PP No. 50/2007 tentang Tata Cara hal peningkatan pelayanan publik yang
3. Badan Daerah Pelaksanaan Kerjasama Daerah dan belum bisa disediakan Pemerintah
Permendagri No. 22/2009 tentang Daerah termasuk peningkatan kualitas
Bentuk lain yang bisa diterapkan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kerja Sama pelayanannya.
adalah Badan Daerah yang khusus Daerah. Dalam kerangka PP ini, sektor
membidangi layanan lokasi pembuatan privat dikategorikan sebagai pihak ketiga
film. Badan Daerah dapat dibentuk di yang meliputi perusahaan swasta yang
tingkat Kabupaten/Kota, sebagai unsur berbadan hukum, Badan Usaha Milik
penunjang urusan pemerintahan yang Negara (BUMN), Badan Usaha Milik
menjadi kewenangan Kabupaten/Kota. Daerah (BUMD), Koperasi, Yayasan,
Badan Daerah berada langsung di bawah dan Lembaga di Dalam Negeri lainnya Situasi Penyebab Kerja Sama Daerah dengan Badan Hukum:
Kepala Daerah dan bertanggungjawab yang berbadan hukum. Artinya, sektor
melalui Sekretaris Daerah Kabupaten/ privat yang dapat bekerja sama dengan
Suatu layanan publik tidak dapat disediakan karena Pemerintah
1
Kota. Pemerintah
Daerah adalah Badan atau Lembaga Daerah terkendala dengan sumber daya keuangan daerah atau
Berdasarkan PP Perangkat Daerah yang telah berbadan hukum. Kerja sama
keahlian
Pasal 46 ayat (4), Badan Daerah antara Pemerintah Daerah dan Badan
menyelenggarakan fungsi sebagai atau Lembaga yang belum atau tidak
berikut: berbadan hukum tidak dimungkinkan. Pelibatan Badan Hukum diyakini dapat meningkatkan kualitas
a. Penyusunan kebijakan teknis sesuai Berdasarkan Pasal 4 PP No. 50/2007 ini, 2 pelayanan atau/dan mempercepat pembangunan daerah serta
dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dibandingkan bila
dengan lingkup tugasnya objek kerja sama daerah dengan swasta
b. Pelaksanaan tugas dukungan teknis meliputi seluruh urusan pemerintahan ditangani sendiri oleh Pemerintah Daerah
sesuai dengan lingkup tugasnya yang telah menjadi kewenangan Daerah
c. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan Otonom dan dapat berupa penyediaan
pelaksanaan tugas dukungan teknis
d. Pembinaan teknis penyelenggaraan
pelayanan publik. Kerja sama ini mesti
dituangkan dalam bentuk perjanjian 3 Adanya dukungan dari pihak konsumen/pengguna pelayanan
publik tersebut atas keterlibatan Badan Hukum
fungsi-fungsi penunjang urusan kerja sama antara kedua pihak. Inisiasi
Pemerintahan Daerah sesuai dengan kerja sama ini dapat berasal dari
Keluaran dari layanan publik tersebut dapat terukur dan terhitung
4
lingkup tugasnya Kepala Daerah atau sektor privat yang
e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan memprakarsai atau menawarkan rencana tarifnya, sehingga biaya penyediaan layanan publik tersebut dapat
oleh Bupati/Walikota sesuai dengan kerja sama atas objek tertentu, misalnya
tertutupi dari pemasukan tarif
tugas dan fungsinya pelayanan informasi dan lokasi di sektor
perfilman. Dalam pelaksanaan kerja sama

5 Adanya Badan Hukum yang telah mempunyai rekam jejak baik


Pembentukan Badan Daerah harus ini, Kepala Daerah melibatkan Perangkat
merujuk kepada Pedoman Pembentukan Daerah dan pelaksanaannya akan
dalam bekerjasama dengan Pemerintah Daerah
Badan yang ditetapkan oleh Menteri dilakukan oleh SKPD terkait.

6
Dalam Negeri setelah mendapat
pertimbangan tertulis dari Menteri Jika kerja sama daerah ini membebani Terbukanya peluang kompetisi dengan Badan Hukum yang lain
Menteri Pendayagunaan Aparatur daerah dan masyarakat, dalam
Negara dan Reformasi Birokrasi yang pengertian biaya pelaksanaannya

7
menyelenggarakan urusan pemerintahan belum teranggarkan dalam Anggaran Tidak adanya peraturan yang melarang Badan Hukum untuk
di bidang aparatur negara. Proses Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) terlibat dalam pelayanan publik tersebut
pembentukan melalui Menteri ini tidak tahun anggaran berjalan dan/atau
sesuai untuk jangka pendek, tetapi untuk menggunakan dan/atau memanfaatkan
jangka menengah dan panjang. aset daerah, diperlukan persetujuan
DPRD. Sebaliknya, jika kerja sama daerah
56 57
Mengenai bentuk kerjasamanya, 5. KFD Dikelola Sektor Privat Dengan ILUSTRASI BENTUK
Permendagri 22/2009 memberikan Pengawasan Pemerintah Daerah KELEMBAGAAN YANG
ketentuan bahwa bentuk-bentuk yang DAPAT DIBENTUK UNTUK
dapat dikerjasamakan adalah: Bentuk seperti ini sangat potensial JANGKA PENDEK,
dilakukan. KFD dapat terdiri dari badan MENENGAH, DAN
1. Kontrak Pelayanan, yang terdiri dari usaha (BUMN atau BUMD atau swasta) PANJANG
Kontrak Operasional/Pemeliharaan, dan perwakilan para pelaku perfilman di
Kontrak Kelola, Kontrak Sewa, dan daerah yang bergabung untuk menjadi
Kontrak Konsesi pelaksana pelayanan produksi perfilman,
dibawah pengawasan dan pembinaan
2. Kontrak Bangun, yang terdiri dari Pemerintah Daerah. Pilihan ini dapat
Kontrak Bangun Guna Serah, Kontrak mempercepat pembentukan dan
Bangun Serah Guna, dan Kontrak Bangun pengoperasian KFD. Pemerintah Daerah BADAN DAERAH
Sewa Serah hanya perlu menunjuk sektor privat yang
diberi tugas menyelenggarakan KFD dan UNIT
3. Kontrak Rehabilitasi, yang terdiri dari membuat perjanjian kerja sama melalui PELAKSANA
Kontrak Rehabilitasi Kelola dan Serah, nota kesepahaman atau melalui Surat TEKNIS (UPT)
Kontrak Bangun Tambah Kelola dan Keputusan Kepala Daerah.
Serah, dan Kontrak Patungan BADAN LAYANAN UMUM
Dalam nota kesepahaman ini, kedua DAERAH
Dari bentuk dan pola kerja sama, serta belah pihak dapat menentukan (BLUD)
badan hukum dalam pembentukan KFD perannya masing-masing. Pemerintah
disesuaikan dengan tugas dan fungsi Daerah bertanggung jawab dalam
dari KFD yang bersangkutan. Prosedur mengkoordinasi perangkat daerah
pembentukan dan kerja sama KFD dan instansi lainnya yang terkait dalam
harus mengacu pada Permendagri No. memberikan fasilitasi dalam pengurusan
22/2009, yaitu: perizinan, insentif, dans sebagian
layanan lokasi dalam rangka produksi JANGKA JANGKA JANGKA
Persiapan, yang terdiri dari pembentukan perfilman. Sementara itu, lembaga sektor PENDEK MENENGAH PANJANG
Tim Koordinasi Kerjasama Daerah privat mengelola layanan produksi dan
(TKKSD), penunjukan SKPD yang sebagian layanan lokasi.
berwenang penentuan objek kerja sama,
penyiapan dokumen awal kerja sama Tidak ada prosedur birokrasi seperti
pembentukan UPT, BLUD, Badan Daerah,
Penawaran, yang terdiri dari dan kerja sama Pemerintah Daerah KERJA SAMA
pengumuman rencana kerja sama, pra dengan sektor privat. Melalui pilihan PEMERINTAH DAERAH
kualifikasi, pengumuman pra kualifikasi, bentuk lembaga ini, Pemerintah Daerah DAN SEKTOR PRIVAT
seleksi, pengumuman hasil seleksi/ mendukung dengan memberikan fasilitas
pemenang, penetapan dan penunjukan yang dibutuhkan KFD serta bekerja sama
badan hukum dengan perangkat daerah dan instansi
pemerintah lainnya dalam memfasilitasi
Penyiapan kesepakatan dilakukan oleh pembuatan film di daerahnya.
SKPD bersama-sama dengan TKKSD
KFD Dikelola Sektor
Penandatangan kesepakatan
Privat Dengan
Pengawasan
Penyiapan perjanjian, disusun oleh TKKSD
Pemerintah Daerah
dan SKPD

Penandatanganan perjanjian

Pelaksanaan, termasuk pelaporannya

58 59
Skema Pembiayaan bukan bagian dari SKPD memungkinkan Sumber Pembiayan Komisi Film Daerah
Badan Daerah memperoleh pembiayaan
Unit Pelaksana Teknis (UPT) atau anggaran yang lebih besar
dibanding UPT. No. Bentuk Kelembagaan Pembiayaan/Penganggaran
Pembiayaan UPT sepenuhnya bersumber
dari APBD melalui mata anggaran pada Kerja Sama Pemerintah dan Sektor Privat
APBD Tarif Privat
SKPD atau OPD yang membawahinya.
Berbeda dengan BLUD yang memiliki Pembiayaan kerja sama ini bersumber
penganggaran sendiri dan dapat berasal dari APBD, sektor privat, atau kombinasi 01. BLUD Ya Ya, dan dapat Tidak
lebih dari satu sumber, pembiayaan keduanya. Hal ini tergantung kepada digunakan langsung

UPT relatif lebih terbatas. Pembiayaan bentuk kerja sama dan rincian perjanjian
yang terbatas ini dapat berdampak antara Pemerintah Daerah dan sektor 02. UPT Ya Ya, dan dapat Tidak
privat yang bersangkutan. Mengingat digunakan langsung
pada perlambatan akselerasi dalam
memberikan layanan. Meskipun UPT bahwa KFD memberikan fungsi layanan
dapat memperoleh pendapatan dari yang dapat membebankan tarif layanan, 03. BADAN DAERAH Ya Ya, namun tidak dapat Tidak
maka perjanjian kerja sama harus memuat digunakan langsung
hasil layanan, pendapatan tersebut
termasuk dalam kategori Penerimaan mekanisme di awal mengenai mekanisme
penentuan dan pembagian keuntungan Kerja sama Pemerintah Ya, berupa kontribusi sesuai Ya, dan dapat Ya, berupa
Daerah yang harus disetor ke Kas Daerah 04. Daerah dan Sektor Privat perjanjian kerja sama digunakan langsung kontribusi
dalam satu hari kerja (Pasal 57 PP No. dari tarif, termasuk faktor risiko dari sesuai
58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan kerja sama yang bersangkutan. Sektor perjanjian
kerja sama
Daerah). Mengingat ketentuan tersebut, privat sebagai mitra kerja sama harus
maka perolehan penerimaan tidak dapat membayar kontribusi ke Rekening Kas
langsung digunakan untuk operasional Daerah setiap tahun selama jangka waktu 05. KFD Sektor Privat Ya, melalui hibah dan Ya, dan dapat Ya
pelayanan KFD. kerja sama yang ditentukan nilainya oleh bantuan nontunai digunakan langsung
TKKSD.
Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
KFD Dikelola Sektor Privat dengan
Pembiayaan BLUD sepenuhnya Pengawasan Pemerintah Daerah
bersumber dari APBD dan hasil
usaha BLUD sendiri terkait dengan Dalam bentuk lembaga ini seluruh
pelayanan yang diberikan. Mengingat pembiayaannya bersumber dari sektor
BLUD sepenuhnya merupakan Badan privat. Sumber pembiayaan lain tentu
Pemerintah Daerah, maka tidak ada saja dapat diterapkan melalui pengenaan
pembiayaan yang berasal dari sektor tarif kompetitif yang dapat meningkatkan
privat. Berbeda dengan instansi daerah kualitas pelayanan dari KFD. Bantuan
lain, pembiayaan BLUD setidaknya Pemerintah Daerah juga dimungkinkan
berasal dari dua sumber, yaitu APBD terhadap KFD dalam bentuk hibah dari
dan pendapatan BLUD. Sehingga Pemerintah Daerah dan/atau bantuan
pembiayaan operasional pelayanan KFD nontunai sesuai dengan ketentuan
dapat dibebankan kepada kedua sumber peraturan perundang-undangan. Bantuan
tersebut. ini merupakan dukungan Pemerintah
Daerah terhadap KFD sektor privat. Dari
Badan Daerah segi pengelolaan keuangan, kelebihan
dari model privat yang didukung oleh
Seperti BLUD dan UPT, pembiayaan bantuan hibah daerah adalah ruang
Badan Daerah sepenuhnya bersumber gerak keuangan dan operasional KFD
dari APBD dan dapat mengenakan tarif yang lebih fleksibel. Pendapatan dapat
tertentu sebagai Penerimaan Daerah atas langsung diterima dan digunakan
layanan yang diberikan. Namun berbeda untuk operasional pelayanan KFD, serta
dengan BLUD, Badan Daerah tidak tidak ada pendapatan yang masuk ke
memiliki fleksibilitas dalam penganggaran dalam Kas Daerah dalam waktu yang
dan penggunaan anggaran untuk sama sehingga tidak ada kewajiban
operasional pelayanan. Secara prinsip, penyetoran. Namun, bantuan hibah
pembiayaan Badan Daerah sama dengan daerah yang diperoleh tetap harus
UPT. Namun, kedudukan Badan Daerah dipertanggungjawabkan kepada
yang merupakan badan tersendiri dan Pemerintah Daerah.
60 61
63 BAB: IV KOMISI FILM DAERAH
63

Hal.
62
TAHAPAN PEMBENTUKAN
KOMISI FILM DAERAH
Dalam mempersiapkan pembentukan Pembentukan Kelompok Kerja KFD adalah: berbeda-beda. Berdasarkan bentuk
Komisi Film Daerah (KFD), terdapat kelembagaan dan kajian pembiayaan
tahapan yang harus dilaksanakan. Inisiatif pembentukan KFD dapat • Regulasi perizinan pihak keamanan yang diuraikan dalam Bagian Ketiga,
Beberapa diantaranya memerlukan berasal dari Pemerintah Daerah maupun terutama dari institusi Kepolisian setiap daerah perlu secara khusus
koordinasi lintas sektoral antar pemangku pelaku perfilman setempat. Darimana Daerah sebagai pemegang melakukan kajian untuk menentukan
kepentingan, baik Pemerintah Daerah, pun inisiatif itu berawal, dibutuhkan kewenangan keamanan model kelembagaan KFD seperti
sektor privat, maupun kelompok sebuah Kelompok Kerja untuk memulai • Regulasi perizinan penggunaan lokasi apa yang paling cocok diterapkan
atau komunitas masyarakat umum persiapan pembentukan KFD. Tugas yang dikelola Pemerintah Daerah di daerahnya untuk jangka pendek,
lainnya. Hal ini tidak dapat dihindari paling mendasar dari Kelompok Kerja maupun pihak swasta, baik wilayah menengah, dan panjang.
karena pembuatan film, apalagi yang ini adalah sebagai muara koordinasi perusahaan maupun wilayah privat
berskala besar, terkadang menimbulkan (network management) berbagai (pribadi) Kebijakan Insentif Daerah
“gangguan” terhadap berbagai kebiasaan tugas dan fungsi KFD. Kelompok Kerja • Regulasi perizinan wilayah spesifik
umum. Sehingga membutuhkan idealnya beranggotakan gabungan meliputi wilayah adat, wilayah religius Salah satu daya tarik layanan KFD
pemahaman dan kesediaan seluruh unsur perwakilan Pemerintah Daerah, pelaku (sakral), wilayah pengelolaan institusi adalah insentif fiskal dan nonfiskal
atau kelompok dalam masyarakat yang perfilman, unsur masyarakat yang pusat (aset TNI/POLRI, Taman Nasional/ di daerah tersebut. Sebagai contoh,
daerahnya menjadi lokasi shooting. memahami potensi daerah, birokrasi Cagar Alam, Cagar Budaya, Cagar insentif dapat berupa pengurangan atau
dan kelembagaan daerah, mempunyai Wisata), dan lain sebagainya penghapusan Pajak Hotel dan Restoran,
Koordinasi juga diperlukan untuk jejaring luas baik di daerah maupun pusat • Regulasi dan kebijakan peraturan pembebasan retribusi parkir atau lokasi
memberikan penawaran lokasi shooting, produksi film terdekat, dan berbagai daerah untuk merekomendasikan tertentu, sponsor atau subsidi biaya
pemberian insentif, layanan perizinan satu pengetahuan lain yang dibutuhkan. regulasi dan kebijakan yang diperlukan, konsumsi, barter promosi dengan SKPD
pintu, serta layanan dan fasilitasi lain yang Kelompok Kerja ini dibentuk atau baik dalam bentuk usulan revisi, atau pengelola lokasi shooting, dan
dibutuhkan. Maka, perlu ada kesepakatan difasilitasi oleh Pemerintah Daerah untuk deregulasi (penghapusan peraturan), sebagainya, selama proses pembuatan
bersama melalui forum koordinasi agar melakukan seluruh tahapan persiapan ataupun penambahan regulasi dan film. Namun, diperlukan koordinasi antar
seluruh tugas dan fungsi KFD dapat sebagai berikut: kebijakan yang dapat berdampak pada pemangku kepentingan terkait untuk
berjalan dengan baik dan lancar. pendukungan pembuatan film di mencapai kesepakatan atas insentif
Kajian Regulasi dan Perizinan daerah, serta menambah daya tarik yang akan ditawarkan untuk menjamin
B .IV TAHAP PERSIAPAN bagi para pembuat film untuk pelaksanaannya.
Sehubungan dengan kewenangan melakukan syuting dan memanfaatkan
Pemerintah Daerah sebagai regulator keberadaan KFD. Kelompok Kerja, melalui survei dan
di daerah, diperlukan pemetaan dan serangkaian kordinasi dengan berbagai
kajian mengenai produk kebijakan mana Contoh format tabel untuk melakukan pemangku kepentingan di daerah,
saja yang berdampak pada aktivitas pemetaan dan kajian mengenai regulasi bertugas merumuskan formulasi dan
produksi film. Kajian ini dilakukan daerah dan perizinan lokal yang terkait penawaran yang sesuai dengan kesiapan
untuk memahami regulasi yang sudah dengan layanan pembuatan film oleh masing-masing daerah.
tersedia, penghapusan dan/atau revisi KFD terdapat dalam Lampiran I.
yang diperlukan, serta kemungkinan Contoh format tabel untuk melakukan
pembuatan regulasi baru sesuai Kajian Kelembagaan pemetaan dan kajian mengenai insentif
keperluan. yang terkait dengan layanan pembuatan
Masing-masing daerah mempunyai film oleh KFD terdapat dalam Lampiran II.
Kategori regulasi yang perlu disurvei regulasi dan kondisi faktual yang
dan dikaji oleh Kelompok Kerja dalam
pembentukan dan penyelenggaraaan
Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia

64 65
Survei dan Pemetaan Potensi Lokasi Setelah memahami alur tersebut, Survei dan Pemetaan Layanan Lokasi
pada tahap ini Kelompok Kerja mulai
Pertimbangan utama dalam pembuatan melakukan Survei dan Pemetaan Lokasi yang telah sesuai dengan skenario lain menjadi faktor yang diperhitungkan
film di derah adalah faktor lokasi. Potensi Lokasi yang dimiliki daerahnya. atau storyboard juga belum cukup berarti, dalam menentukan lokasi shooting.
Meskipun demikian, Kelompok Kerja, Seringkali, lokasi yang didata dan apabila dukungan Layanan Lokasi tidak
dan pada saatnya nanti KFD, perlu kemudian ditawarkan oleh KFD kepada memadai dan efisien untuk pembuatan Maka, tahap selanjutnya yang juga dapat
mengetahui latar belakang pemikiran calon pembuat film tidak bisa memenuhi film. Diperlukan dukungan layanan dilakukan bersamaan dengan tahap
rencana pembuatan film. Dalam seluruh kebutuhan. Pembuat film pun lokasi yang memadai dan efisien untuk sebelumnya adalah Survei dan Pemetaan
hal ini yang menjadi rujukan dalam terkadang memerlukan rekomendasi melakukan pembuatan film di lokasi Layanan Lokasi yang sudah atau belum
pengambilan gambar adalah skenario, atau penawaran alternatif lokasi. Oleh terbut diperlukan. tersedia. Hasil data tersebut dapat
atau lebih jauh telah berbentuk karena itu, KFD harus memiliki personil dijadikan sebagai rekomendasi kepada
storyboard. Maka, penting untuk atau tim yang memahami dengan baik Kemudahan shooting, kenyamanan KFD yang akan dibentuk.
memahami bahwa keindahan lokasi dan menyeluruh seluruh Potensi Lokasi pelaku dalam pembuatan film, biaya yang
bukan merupakan faktor utama dalam di daerahnya. Termasuk yang mungkin diperlukan, dan berbagai pertimbangan
menentukan lokasi pembuatan film. belum terdata.
Kesesuaian dengan kebutuhan skenario
mutlak diperlukan, disamping daya > Bentang alam > Iklim
dukung layanan di sekitar lokasi. dan cuaca > Pemandangan
Secara garis besar, alur proses pemillihan
> Peta > Lingkungan fisik
dan penyiapan lokasi pembuatan film dan kondisi sosial yang
dapat digambarkan sebagai berikut: khas > Moda transportasi
lokal sebagai properti Ketersediaan Ketersediaan moda Ketersediaan Ketersediaan Ketersediaan fasilitas
syuting > Dekorasi/artistik akses transportasi akomodasi tempat ibadah gawat darurat

lokal > Produk budaya dan


kesenian lokal
Variabel yang Perlu Dihimpun Saat Melakukan
Survei dan Pemetaan Potensi Lokasi

Ketersediaan Ketersediaan Ketersediaan logistik Ketersediaan Ketersediaan air


Rincian/penjelasan variabel umum keamanan konsumsi pendukung sumber listrik bersih
dan contoh format tabel Potensi Lokasi
sebagai acuan untuk melakuikan Survei
dan Pemetaan terdapat dalam
Lampiran III buku pedoman ini.

Ketersediaan Ketersediaan Ketersediaan


PENCARIAN Ketersediaan Ketersediaan jaringan rumah mobil atau sarana hiburan
sumber BBG dan
DAN PEMILIHAN fasilitas MCK telekomunikasi knock down
BBM
(LOCATION
HUNTING AND
SCOUTING)

REFERENSI LOKASI PEMERIKSAAN PENYIAPAN


SESUAI DENGAN DAN PENENTUAN (SET-UP) LOKASI
KEBUTUHAN AKHIR (RECCEE) (LOCATION
SKENARIO FILM TECHNICAL Ketersediaan Ketersediaan Mobilitas di Kenyamanan Fasilitas
RECCEE) local scout interpreter lokasi kerja di lokasi komunikasi di
lokasi

PENGURUSAN Variabel yang Perlu Dihimpun Saat Melakukan Survei dan Pemetaan Layanan Lokasi
PERIZINAN
LOKASI Rincian/penjelasan variabel umum dan contoh format tabel Layanan Lokasi sebagai
acuan untuk melakuikan Survei dan Pemetaan terdapat dalam Lampiran IV buku
pedoman ini.

66 67
Survei dan Pemetaan Layanan Produksi Analisis SWOT

Seperti Layanan Lokasi, diperlukan Apabila SDM lokal yang tersedia Setelah melakukan Survey dan Pemetaan
pemahaman menyeluruh mengenai belum memenuhi standar kompetensi, Potensi Lokasi, Layanan Lokasi, dan
kebutuhan teknis pembuatan film Kelompok Kerja memberikan Layanan Produksi, Kelompok Kerja
berdasarkan skenario/storyboard yang rekomendasi kepada KFD yang akan mengolah dan mengkaji data-data yang
ada untuk menjalankan Layanan Produksi dibentuk untuk menjalin kemitraan diperoleh dengan menggunakan Analisis
dengan baik. Tujuan Layanan Produksi dengan jejaring, asosiasi profesi, atau SWOT (Strengths/Kekuatan, Weakness/
adalah menyediakan fasilitasi teknis, baik komunitas/kelompok SDM profesional di Kelemahan, Opportunities/Peluang,
peralatan maupun SDM profesional, yang daerah terdekat. Dalam jangka panjang, Threats/Ancaman).
dibutuhkan untuk keperluan shooting KFD harus mendorong Pemerintah
film. Survei dan Pemetaan Layanan Daerah untuk membangun institusi Analisis SWOT sebaiknya dilakukan
Produksi yang dilakukan oleh Kelompok pendidikan perfilman, mengembangkan bersama pemangku kepentingan daerah
Kerja dapat dikelompokkan menjadi dua program pendidikan, peningkatan lain yang dilibatkan dalam Survei dan
bagian, yaitu Layanan Teknis dan Layanan keterampilan, serta memfasilitasi Pemetaan, dengan mengadakan Diskusi
SDM. SDM lokal untuk mengikuti sertifikasi Kelompok Terpumpun. Agar dapat lebih
kompetensi dalam bidang perfilman. mudah tercapai kesamaan pandangan
dan kesepahaman mengenai semua
1. Asuransi produksi bentuk potensi dan permasalahan di
2. Asuransi lokal dan jaminan lokasi 1. Location Scout daerah dalam penyelenggaraan tugas
3. Asuransi SDM 2. Location Manager dan fungsi KFD yang akan dibentuk.
4. Penyediaan mitra Rumah Produksi 3. Translator/Interpreter
atau Pasca Produksi film lokal dan 4. Kru film lokal Dalam Lampiran VII buku pedoman ini
penyewaan perlengkapan shooting 5. Pemeran lokal terdapat contoh dan petunjuk untuk
5. Penyediaan kru lokal 6. SDM kebutuhan khusus (Pemangku melakukan Analisis SWOT.
6. Penyediaan talent Adat, Pawang Hujan, dan lain-lain)
7. Penyediaan special effect dan armory Variabel yang Perlu Dihimpun Saat Melakukan
Survei dan Pemetaan Layanan SDM
Variabel yang Perlu Dihimpun Saat Melakukan
Survei dan Pemetaan Layanan Teknis
Rincian/penjelasan variabel Layanan SDM
sebagai acuan untuk melakuikan survei
Rincian/penjelasan variabel umum dan dan pemetaan terdapat dalam Lampiran
contoh format tabel Layanan Umum VI buku pedoman ini.
sebagai acuan untuk melakukan Survei
dan Pemetaan terdapat dalam Lampiran
V buku pedoman ini.

Apabila variabel-variabel layanan tersebut


belum tersedia di tingkat lokal/daerah,
Kelompok Kerja merekomendasikan
kepada KFD yang akan dibentuk untuk
menjalin kemitraan dengan penyedia
layanan di dareah terdekat. Layanan
penting lain yang wajib disediakan oleh
KFD adalah SDM lokal yang terampil
untuk mendukung pelaksanan shooting
film. Kebutuhan minimal yang disyaratkan
adalah SDM yang dapat memenuhi
standar kompetensi lapis ketiga pada job
description sebuah produksi film.

68 69
Tahapan implementasi menjadi fase Meskipun demikian, tidak ada aturan untuk memastikan perizinan, insentif, Adapun Rencana Usaha adalah tujuan
TAHAPAN IMPLEMTASI
yang paling penting dalam proses spesifik terkait struktur organisasi dan lokasi, layanan lokasi dan produksi, yang usaha dan cara mencapai tujuan tersebut.
pembentukan Komisi Film Daerah jumlah personil KFD. Demikian pula ditawarkan dapat dipastikan terlayani Disamping membuat identifikasi dan
(KFD). Tahapan ini akan menentukan status personalia serta struktur dan sistem oleh KFD. proyeksi pendapatan yang dapat
keberhasilan penyelenggaraan tugas pengupahan, mengingat kelengkapan diperoleh oleh KFD, Rencana Usaha
dan fungsi KFD dalam memfasilitasi organisasi akan berbeda-beda Dalam pelaksanaan pembuatan film, KFD juga menguraikan program-program
pembuatan film di daerah. tergantung kemampuan setiap daerah. harus tetap aktif melakukan koordinasi pendukung yang akan dilakukan. Salah
dengan pemangku kepentingan terkait satu bagian terpenting ialah merumuskan
Terdapat delapan tahap implementasi Penetapan Layanan untuk memastikan segala sesuatunya strategi dan program pemasaran
KFD, yaitu: berlangsung dengan baik. KFD mulai dari promosi, kehumasan,
Setelah memliki kelengkapan organisasi, pengembangan jejaring, sampai
Pembentukan KFD tugas pertama pengurus KFD adalah Sistem Informasi Terpadu penjualan dan layanan purnajual.
menetapkan layanan yang akan
Pembentukan lembaga KFD merupakan disediakan sesuai tugas, fungsi, dan KFD harus memastikan bahwa seluruh Strategi dan Program Pemasaran
hal pertama yang harus segera tujuan KFD berdasarkan Survey dan informasi mengenai layanan pembuatan
dilaksanakan. Hasil pengumpulan data Pemetaan, serta Analisis SWOT yang telah film di daerah dapat diketahui oleh Agar dapat menjalankan layanan dengan
hasil Survey dan Pemetaaan, analisis dilakukan Kelompok Kerja. Pelayanan publik secara luas. Baik di dalam KFD baik, pemasaran layanan KFD merupakan
SWOT, dan berbagai persiapan teknis Terpadu Satu Pintu perizinan, insentif, sendiri, di lingkungan Pemerintah faktor penting yang sudah harus dimulai
yang dilakukan oleh Kelompok Kerja lokasi, layanan lokasi dan produksi, Daerah, pemangku kepentingan terkait, bahkan sejak proses pembentukan KFD.
menjadi dasar pertimbangan dalam yang telah siap ditawarkan harus segera masayarakat di daerah tersebut, maupun Pemasaran bertujuan untuk menarik
menentukan bentuk kelembagaan KFD disiapkan kelengkapan pendukunganya. calon pengguna jasa di seluruh dunia. sebanyak-banyaknya pembuat film, baik
yang paling sesuai di suatu daerah. Aspek Oleh karena itu, diperlukan sistem dari dalam daerah, luar daerah, maupun
legal pembentukan KFD sangat penting Lokasi potensial yang belum memiliki informasi daring terpadu yang luar negeri, untuk membuat film di
karena akan menjadi dasar hukum Layanan Lokasi memadai, misalnya, untuk menyediakan ragam informasi terkait daerah tersebut dan menggunakan jasa
sekaligus dasar legitimasi lembaga baru sementara belum dapat ditawarkan seluruh layanan yang disediakan oleh layanan KFD.
ini. sampai KFD bersama Pemerintah Daerah KFD dalam proses pembuatan film di
atau instansi terkait mampu menyediakan daerah. Sistem informasi terpadu ini Seperti yang telah dijelaskan, Rencana
Bentuk kelembagaan beserta aspek fasilitas pendukung yang diperlukan. harus dapat berfungsi sebagai “loket Kerja dan Usaha KFD juga mencakup
B .IV legal ini dapat jadi berbeda-beda di Contoh lain, pada tahap awal, layanan daring” yang mencantumkan harga sewa strategi dan progam pemasaran. Belajar
setiap daerah, sesuai dengan kebutuhan, asuransi dan beberapa kru film lokal atau retribusi lokasi, penggunaan layanan, dari pengalaman komisi film di luar
kondisi daerah, serta tantangan- belum tersedia sehingga calon pengguna dan biaya lain yang diperlukan. Dengan negeri, dengan mempertimbangkan
tantangan struktural yang dihadapi jasa masih harus mengurus atau demikian calon pengguna jasa dapat juga situasi terkini lingkungan perfilman
untuk menjamin keberlangsungan KFD. mengupayakannya sendiri. Atau, karena terlebih dahulu membuat perhitungan Indonesia, secara garis besar upaya
Oleh karena itu, proses pembentukan berbagai hambatan, perizinan di lokasi biaya yang akurat sebagai dasar pemasaran KFD meliputi:
KFD harus melibatkan seluruh yang dikelola Pemerintah Pusat belum pertimbangan.
pemangku kepentingan terkait untuk dapat dapat terlayani oleh KFD. 1. Promosi yang tepat sasaran
memaksimalkan peran KFD. Hal tersebut dapat dipahami karena Rencana Kerja dan Usaha a. Sistem Informasi Terpadu yang
kesempurnaan memang membutuhkan komprehensif
Apapun bentuk lembaga yang waktu. Yang terpenting, sejak mulai Sebagai lembaga layanan yang b. Menerbitkan materi-materi promosi
ditetapkan, KFD harus menjadi beroperasi, KFD mencantumkan secara beroperasi menjadi unit usaha, KFD wajib sesuai kebutuhan berdasarkan data
perpanjangan Pemerintah Daerah dalam jelas perizinan, insentif, lokasi, layanan menyusun Rencana Kerja dan Rencana yang terangkum dalam Sistem
menyelenggarakan tugas dan fungsi lokasi dan produksi, apa saja yang dapat Usaha jangka pendek (tahunan) dan Informasi Terpadu
layanan pembuatan film di daerah disediakan dan bagian mana yang masih jangka panjang (lima tahun). c. Program-program promosi menarik
tersebut. harus diurus sendiri oleh calon pengguna Rencana Kerja mencakup program- yang menawarkan insentif
jasa. program kelembagaan yang akan d. Secara berkala diliput atau beriklan
Kelengkapan Organisasi dilakukan KFD agar dapat beroperasi dalam media-media khusus perfilman
Kemitraan/Kerja Sama dan memberikan layanan dengan seperti Hollywood Reporter, Variety,
Setelah KFD resmi terbentuk, tahap baik. Rencana Kerja ini mencakup Asia Broadcast, Sight & Sound,
Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia

selanjutnya adalah penunjukan pengurus Setelah penetapan perizinan, insentif, penyempurnaan organisasi dan pengurus maupun berbagai situs media
inti untuk melengkapi struktur organisasi lokasi, layanan lokasi dan produksi, atau personalia, perumusan insentif baru, perfilman lainnya (baik cetak, audio-
KFD. Pengurus atau personil KFD apa saja yang dapat dilayani, KFD penyiapan lokasi baru, peningkatan visual, maupun situs web).
sebaiknya merupakan gabungan dari harus segera mengikat kemitraan/kerja layanan, pengadaan atau penyediaan e. Membangun kerja sama khusus
Aparatur Sipil Negara (ASN) dan kalangan sama secara formal dengan pemangku infrastruktur atau sarana baru, perluasan dengan Pusat-pusat Kebudayaan
swasta, termasuk pelaku perfilman atau kepentingan terkait. Ikatan formal jejaring atau kemitraan, dan lain Asing dan Kedutaan-Kedutaan Besar
anggota komunitas film di daerah. tersebut dituangkan dalam bentuk Nota sebagainya. Asing di Indonesia
Kesepahaman, Perjanjian Kerja Sama,
Kesepakatan Kemitraan, dan lain-lain
70 71
f. Membangun kerja sama khusus Perencanaan Anggaran Biaya
dengan perwakilan pemerintah
Indonesia di luar negeri Agar operasional KFD, termasuk Rencana
g. Membangun kerja sama khusus Kerja dan Usaha, dapat berlangsung
dengan Chamber of Commerce dengan baik, diperlukan perencanaan
negara sahabat anggaran biaya yang baik pula.
Layaknya sebuah unit usaha, di sisi
2. Strategi kehumasan dengan pembuat pengeluaran terdapat pembiayaan untuk
film pengadaan aset tetap, biaya tetap untuk
a. Koordinasi dengan BPI (Badan operasional, dan biaya tidak tetap untuk
Perfilman Indonesia) penyelenggaraan program.
b. Membangun kerja sama khusus
dengan asosiasi produser (PPFI, APFI, Sedangkan di sisi pendapatan, di
APROFI), asosiasi sutradara (IFDC, samping dari hasil usaha, harus
KFT), dan asosiasi penulis skenario ditetapkan besaran pembiayaan dari
film (PILAR) Pemerintah Daerah sebagai pemangku
c. Membangun kerja sama khusus kepentingan utama dan penerima
dengan stasiun televisi nasional dan manfaat KFD. Selain itu, KFD juga
internasional dapat memperoleh sumber-sumber
d. Program promosi khusus dengan pembiayaan dari pihak lain selama
mengundang pembuat film tertentu tidak bertentangan dengan tujuan dan
e. Membangun jalur komunikasi intensif fungsinya.
dengan para pembuat film lokal,
nasional dan internasional, baik yang
sudah maupun belum pernah
membuat film di daerah tersebut.

3. Berjejaring dengan layanan serupa di


tingkat nasional dan internasional
a. Terlibat dalam jejaring KFD Nasional
b. Terlibat dalam AFCNet (Asian Film
Commission Network) dan berbagai
kegiatannya.
c. Terlibat dalam AFCI (Association of
Film Commissioners International) dan
berbagai kegiatannya.

4. Penjualan
a. Aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan
Film Market dan Broadcast Market
b. Aktif terlibat dalam kegiatan promosi
pariwisata internasional

5. Purnajual:
a. Memelihara hubungan dengan
orang yang pernah melakukan
shooting di daerahnya
b. Memproduksi dan mengirim
newsletter secara berkala

Diskusi Panel di Paviliun Indonesia,


Festival Film Cannes ke-70 tahun
2017. Ki-ka: Produser “Posesif” Meiske
Taurisia; Produser “After the Dark”
George Zakk; Endah Sulistianti, Deputi
6 Bekraf, dan Lalu Roisamri, Kabid
Promosi Lokasi BPI.
72 73
Hal.
75
BAB: V
Courtesy of Forum Sineas Siak

Courtesy of Bojonegoro Creative Network (BCN)

INDIKATOR KEBERHASILAN
74 75
Selama beberapa dekade terakhir, Perizinan Layanan Lokasi dan Produksi
INDIKATOR KEBERHASILAN
kegiatan pembuatan film di daerah
sebenarnya telah menjadi praktik - Keberadaan pelayanan terpadu satu - KFD menyediakan pelayanan terpadu
yang lazim. Namun, ketika dilakukan pintu KFD secara nyata memberikan satu pintu untuk seluruh layanan yang
di daerah yang tidak memiliki komisi kemudahan pengurusan berbagai diberikan.
film, pembuatan film umumnya menjadi perizinan lokal yang diperlukan untuk - KFD membangun Pusat Informasi
tidak mudah dan menghabiskan biaya pembuatan film di daerahnya. daring yang menghimpun semua data
yang relatif mahal. Itulah sebabnya - KFD menyediakan informasi lengkap dan informasi yang berkaitan dengan
Komisi Film Daerah (KFD) dibentuk dan mengenai persyaratan, tarif, formulir pembuatan film di daerahnya.
diselenggarakan, dengan tujuan utama perizinan lokal, dan jangka waktu - KFD memiliki unit kerja yang
untuk memastikan semua tahapan dalam pengurusan izin yang diperlukan. menyediakan layanan pengurusan izin,
pembuatan film dapat berlangsung - KFD memastikan bahwa semua pendampingan dalam pencarian
dengan lebih sederhana dan murah. tarif dan waktu pengurusan izin yang lokasi, layanan lokasi, dan layanan
ditetapkan adalah pasti dan mengikat. produksi.
Maka, sejumlah indikator berikut harus - KFD menjalin kemitraan dengan semua
menjadi perhatian dan dilaksanakan pemilik atau pengelola layanan lokasi
secara cermat untuk memastikan Insentif dan layanan produksi yang ditawarkan.
keberhasilan pembentukan, - KFD mengawasi seluruh proses diganti
penyelenggaraan, dan pencapaian tujuan - KFD mengupayakan sebanyak- tahapan pembuatan film di daerahnya
KFD: banyaknya insentif untuk menciptakan untuk memastikan semua layanan
daya saing kompetitif untuk menarik dapat disediakan sesuai penawaran.
Kelembagaan pelaku pembuatan film ke daerahnya.
- Insentif diberikan dengan tujuan Pemasaran
- KFD merupakan lembaga tunggal dan mengurangi beban biaya yang
resmi yang dibentuk oleh Pemerintah dikeluarkan tahapan pembuatan film di - KFD melakukan pendataan informasi
Provinsi / Kabupaten/Kota dengan daerahnya. pelaku pembuatan film dan rencana
aturan perundangan yang berlaku di - Insentif dapat diberikan dalam bentuk pembuatan film yang dinilai sesuai
daerah terkait. fiskal dan nonfiskal. untuk dilakukan di daerah
B .V - Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota - Pembebasan tarif perizinan lokal dan bersangkutan.
mendelegasikan tugas dan fungsi yang biaya sewa lokasi dapat dikategorikan - KFD menyusun strategi dan program
diperlukan dan/atau berkaitan dengan sebagai insentif. pemasaran yang terinci dan terukur.
pembuatan film kepada KFD. - Program pemasaran meliputi promosi,
- KFD bersifat otonom dan dapat Lokasi kehumasan, pengembangan jejaring,
melakukan koordinasi atau membuat penjualan, dan layanan purnajual.
kesepakatan kerja sama dengan - Lokasi yang ditawarkan meliputi
berbagai pihak dan/atau pemangku bentang alam, lingkungan sosial, dan Pembiayaan
kepentingan baik di daerah maupun di budaya yang dinilai menarik, unik,
luar daerah. dan memiliki nilai tambah dalam - Pemerintah Provinsi/ Kabupaten/Kota
- Pengurus atau personil terdiri dari pembuatan film. mengalokasikan anggaran untuk
Aparatur Sipil Negara (ASN) di - Disamping lokasi-lokasi potensial yang seluruh atau sebagian besar biaya
daerah, pelaku perfilman, dan sektor ditawarkan, KFD juga mendata penyelenggaraan KFD di daerahnya.
swasta, yang memiliki kompetensi dan kebutuhan lokasi spesifik sesuai - Pendapatan dari hasil usaha KFD
pengalaman dalam bidang terkait. skenario/storyboard film. digunakan seluruhnya untuk
- KFD beroperasi sebagai sebuah entitas - KFD membuat kesepakatan kerja sama kepentingan pengembangan layanan
usaha profesional yang berorientasi dengan semua pemilik dan pengelola KFD.
pada layanan dan kepuasan produser lokasi untuk memastikan kesediaan
film. dan biaya sewa penggunaan
lokasi pembuatan film.
Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia

76 77
79 BAB: VI FASILITATOR UTAMA
79

PERFILMAN NASIONAL
No.
78
Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia
Sesuai dengan UU No. 33 Tahun 2009 tentang BEKRAF (Badan Ekonomi Kreatif) merupakan lembaga
PUSAT PENGEMBANGAN PERFILMAN
(KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN)

BEKRAF
Perfilman Pasal 1 ayat 12, regulator utama perfilman di yang didirikan atas landasan Peraturan Presiden No. 6
Indonesia saat ini adalah Kementerian Pendidikan dan Tentang Ekonomi Kreatif, dan Peraturan Presiden No.
Kebudayaan. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan 72 Tahun 2015 Tentang Badan Ekonomi Kreatif. Salah
dan Kebudayaan No. 11 Tahun 2015 tentang Organisasi satu tugas dan fungsi Kedeputian dari BEKRAF adalah
PUSBANGFILM Dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan “Hubungan Antar Lembaga dan Wilayah” melalui
Pasal 833 sampai dengan Pasal 848, unit yang DEPUTI 6 dengan deskripsi kewenangan, tugas, dan
membidangi perfilman adalah Pusat Pengembangan tanggung jawab yang tertuang pada Pasal 26; 1) Deputi
Perfilman (Pusbang Film) dengan tugas pokok dan Hubungan Antar Lembaga dan Wilayah berada di bawah
fungsi: dan bertanggung jawab kepada Kepala. (2) Deputi
Hubungan Antar Lembaga dan Wilayah dipimpin oleh
Deputi. Pasal 27; Deputi Hubungan Antar Lembaga dan
a. Penyusunan Kebijakan Teknis di Bidang Wilayah mempunyai tugas merumuskan, menetapkan,
Pengembangan Perfilman; mengoordinasikan, dan sinkronisasi kebijakan dan
b. Pemberian Izin Kegiatan dan Usaha Perfilman; program hubungan antar lembaga dan wilayah.
c. Fasilitasi Pengembangan Perfilman;
d. Pengendalian Kegiatan dan Usaha Perfilman; Pasal 2 :
e. Fasilitasi dan Pelaksanaan Apresiasi di Bidang Badan Ekonomi Kreatif mempunyai tugas membantu
Perfilman; Presiden dalam merumuskan, menetapkan,
f. Pemberian Penghargaan di Bidang Perfilman; mengoordinasikan, dan sinkronisasi kebijakan Ekonomi
g. Pelaksanaan Pengarsipan Film; Kreatif di Bidang Aplikasi dan Game Developer,
h. Pembinaan Tenaga Teknis di Bidang Perfilman, dan Arsitektur, Desain Interior, Desain Komunikasi Viusal,,
i. Pelaksanaan Administrasi Pusat. Desain Produk, Fashion, Film, Animasi, dan Video,
Fotografi, Kriya, Kuliner, Musik, Penerbitan, Periklanan,
Seni Pertunjukan, Seni Rupa, dan Televisi dan Radio.
Program Kerja Pusbang Film adalah sebagai berikut: Peraturan Presiden no. 72 Tahun 2015 tentang Badan
• Penyusunan Regulasi dan Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif
Perfilman Indonesia
B .V I • Pelayanan Perizinan Perfilman Elektronik B .V I
• Koordinasi Antar Instansi Perizinan Perfilman Dalam usahanya untuk mengembangkan ekonomi
• Asistensi dan Pemantauan Monitoring Pembuatan kreatif, strategi utama BEKRAF adalah dengan
Film Oleh Kru Asing menanamkan nilai kemitraan Connect, Commerce,
• Fasilitasi Pembuatan Film Pendek/Dokumenter/ Collaborate antar pemangku kepentingan utama dalam
Panjang/Animasi yang Mengandung Pesan Revolusi konsepsi hubungan Pentahelix A-B-C-G-M (Academic,
Mental Business, Community, Government, Media). Hubungan
• Apresiasi Film (Festival dan Diskusi Film Indonesia) ini meliputi relasi kemitraan melalui kategorisasi atas
• Fasilitasi Festival, Pasar Film Internasional, dan Pekan peran dan fungsinya masing-masing dalam ekosistem
Film Indonesia di Luar Negeri ekonomi kreatif, yang dapat dijabarkan dalam poin-poin
• Digitalisasi dan Restorasi Dokumentasi Film Indonesia sebagai berikut:
• Pelatihan Perfilman
• Fasilitasi SMK Perfilman
• Beasiswa Program S1 Perfilman Dalam Negeri/ a. Menanamkan pola pikir (paradigma) kreatif dan
Beasiswa Perfilman Luar Negeri. kewirausahaan diantara pemangku kepentingan;
• Standarisasi Sertifikasi dan Kompetensi Profesi b. Melakukan investasi dalam riset dan pengembangan
Perfilman teknologi;
• Laboratorium Seni Budaya Sekolah c. Memfasilitasi pengorganisasian bisnis
• Pembelian Hak Edar Terbatas Film Cerita Panjang (kapitalisasi/monetasi) para pelaku berikut produk
Indonesia dan jasa kreatifnya. Terkait usaha pengembangan

Pedoman Pembentukan Komisi Film Daerah


Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia

• Bioskop Keliling bisnis yang lebih besar, digunakan strategi


Kontak: • Pelaporan Penonton Film Elektronik pemasaran yang berdaya saing global;
• Pelayanan Aduan Masalah Perfilman d. Mengelola aset SDM kreatif (artis, desainer, pengrajin,
Komplek Kemdikbud
dan lain-lain);
Gedung C Lt. 18
Jl. Jenderal Sudirman e. Melakukan pemberdayaan dan pendukungan
Senayan Jakarta 10270 berkelanjutan terhadap pelaku dan komunitas kreatif,
Email: pusbangfilm@ melalui serangkaian program dan aksi apresiasi.
kemdikbud.go.id
www.kemdikbud.go.id
80 81
VISI BEKRAF kerja lokal, dan lain-lain. Tentu saja hal Badan Perfilman Indonesia (BPI) merupakan pewujudan

INDONESIA
BADAN PERFILMAN
Indonesia menjadi salah satu kekuatan tersebut akan memiliki implikasi langsung dari Undang-undang No. 33 Tahun 2009 tentang
utama dunia dalam Ekonomi Kreatif di yang signifikan terhadap perekonomian Perfilman. Dalam Pasal 67 disebutkan bahwa Masyarakat
tahun 2030. di daerah melalui pehitungan yang dapat berperan serta dalam penyelenggaraan perfilman.
terukur dari PDB (Produk Domestik Bruto) Kemudian untuk meningkatkan peran serta masyarakat
MISI BEKRAF daerah terkait. tersebut, dibentuk Badan Perfilman Indonesia (Pasal 68)
1. Menyatukan seluruh aset dan potensi yang pengukuhannya ditetapkan dengan Keputusan
kreatif Indonesia untuk mencapai BEKRAF sendiri sudah melakukan upaya Presiden No. 32 Tahun 2014.
ekonomi kreatif yang mandiri pengembangan ekosistem industri kreatif
2. Menciptakan iklim yang kondusif bagi perfilman Indonesia dalam kerangka VISI
pengembangan industri kreatif program pengembangan aspek pasar Terwujudnya perfilman Indonesia yang kompetitif,
3. Mendorong inovasi di bidang ekonomi atau bisnisnya. berkeadilan dan bermanfaat bagi masyarakat.
kreatif yang memiliki nilai tambah dan • Akselerasi pertumbuhan bidang
daya saing di dunia internasional usaha perfilman (pembuatan, MISI
4. Membuka wawasan dan apresiasi pengedaran, dan pertunjukan film) Melaksanakan Amanah UU No 33 Tahun 2009 tentang
masyarakat terhadap segala sesuatu • Melindungi pelaku usaha perfilman Perfilman dan Melaksanakan Amanah AD/ART Badan
yang berhubungan dengan ekonomi nasional melaui insentif (Tax Perfilman Indonesia.
kreatif Allowance) untuk usaha yang memiliki
5. Membangun kesadaran dan apresiasi TKDN TUGAS
terhadap hak kekayaan intelektual, • Rekomendasi kebijakan pemerataan Pasal 69 UU No.33 Tahun 2009 tentang Perfilman
termasuk perlindungan terhadap Hak jumlah layar secara nasional, dengan menyebutkan tugas BPI adalah:
Cipta mengutamakan pendirian bioskop- a. Menyelenggarakan festival film di dalam negeri;
6. Merancang dan melaksanakan biokop di daerah yang belum terakses b. Mengikuti festival di luar negeri;
strategi yang spesifik untuk • Sebagai inisiator penerbitan produk c. Menyelenggarakan pekan film di luar negeri;
menempatkan Indonesia dalam peta regulasi PERPRES 44/2016 yang d. Mempromosikan Indonesia sebagai lokasi
ekonomi kreatif dunia mengeluarkan film dari Daftar Negatif pembuatan film asing;
Investasi (DNI) e. Memberikan masukan untuk kemajuan perfilman;
Secara khusus, subsektor perfilman, • Meningkatkan kualitas dan kuantitas f. Melakukan penelitian dan pengembangan perfilman;
video, dan animasi (audio visual) adalah perfilman nasional melalui g. Memberikan penghargaan; B .V I
salah satu subsektor prioritas BEKRAF. pendukungan program-program h. Memfasilitasi pendanaan pembuatan film tertentu
Subsektor film diprioritaskan karena spesifik, seperti ajang penghargaan yang bermutu tinggi.
sifat industrinya yang mampu menaungi insan perfilman hingga
sekaligus menjadi katalisator aktivitas pengembangan pasar film Dalam pelaksanaannya, bidang kerja dan program
subsektor ekonomi kreatif maupun sektor internasional di beberapa daerah Badan Perfilman Indonesia meliputi:
lainnya yang lebih luas. Daerah yang • Membantu upaya fasilitasi jasa layanan a. Informasi dan Komunikasi
menjadi latar lokasi (setting), misalnya, lokasi dan sarana penunjang produksi Menjaga persepsi positif perfilman Indonesia serta
akan terangkat publisitasnya sehingga film di daerah meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang BPI
dapat mendorong sektor industri serta program-programnya, melalui pembangunan
pariwisata berikut turunannya seperti Pusat Informasi Perfilman Indonesia. Bidang ini juga
hospitality/amenity, transportasi, tenaga bertugas mengintegrasikan semua data perfilman
yang ada secara berkala dan melakukan analisa data
untuk kebutuhan pemangku kepentingan BPI.

b. Sistem Keuangan
Bidang ini bertugas untuk mengatur tata kelola
keuangan lembaga, termasuk distribusi keuangan
untuk pelaksanaan program-program kerja BPI.

Pedoman Pembentukan Komisi Film Daerah


c. Promosi Lokasi
Kontak: Bidang ini bertugas untuk menumbuhkan potensi
Kabupaten dan Kota sebagai lokasi pembuatan
Gedung Kementerian BUMN, Lt. 15 film. Menginisiasi pembentukan Komisi Film di
Jl. Medan Merdeka Selatan, No. 13 Kabupaten dan Kota serta membantu penataan ulang
Jakarta 10110 PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu)
Email : info@bekraf.go.id pembuatan film asing.
Website : www.bekraf.go.id

82 83
d. Penelitian dan Pengembangan h. Festival Internasional dan Diplomasi
Bidang ini berusaha mengenali Luar Negeri
kekuatan film Indonesia dengan Bidang ini menangani
melakukan kajian terhadap perihal terkait keterlibatan film dan
konten-konten lokal, dengan pelaku perfilman Indonesia ke ajang
memaksimalkan keterlibatan potensi festival luar negeri untuk berbagai
daerah, untuk menemukan ciri khas kepentingan perfilman. Bidang ini juga
karakter film Indonesia. Selain itu, bertugas membangun serta
bidang ini memetakan cara-cara baru mengelola jejaring internasional,
mengkonsumsi (dan memproduksi) sekaligus melakukan kerja diplomasi
film, dengan melakukan kajian budaya dalam konteks perfilman.
terhadap bentuk-bentuk medium
baru, untuk menemukan pasar baru i. Fasilitasi Pembiayaan Film
film Indonesia. Bidang ini bertanggungjawab
pada pembentukan serta pengelolaan
e. Perlindungan dan Mediasi sistem pembiyaan film tertentu yang
Bidang ini bertugas menjamin berkualitas baik dari berbagai aspek
kepastian hukum serta menciptakan dan kepentingan.
harmoni dalam perfilman nasional
dengan memberikan layanan j. Apresiasi Literasi dan Pengarsipan
informasi, perlindungan Hak Kekayaan Bidang ini menangani produksi
Intelektual dan layanan mediasi untuk dan distribusi pengetahuan untuk
sengketa perfilman. kepentingan pendidikan dan advokasi
literasi film bagi masyarakat umum
f. Organisasi dan Jaringan dan pelaku perfilman, yang
Tugas dan fungsi utama bidang ini diwujudkan melalui berbagai program
adalah memberdayakan pemangku seperti lokakarya kritik dan kajian
kepentingan BPI melalui program film, diskusi, pengarsipan, penyusunan
pembinaan anggota dan memfasilitasi dan penerbitan literatur film, dan lain
hubungan para pemangku sebagainya.
kepentingan dengan lembaga
sertifikasi profesi. k. Advokasi Kebijakan
Mendorong pihak legislatif dan
g. Festival Dalam Negeri dan eksekutif negara dalam melahirkan
Penghargaan kebijakan dan perbaikan kebijakan
Merayakan dan memasyarakatkan film publik terkait bidang perfilman yang
Indonesia dengan membangun dapat mendorong berlangsungnya
infrastruktur festival dan penghargaan ekosistem perfilman yang sehat.
nasional yang berkesinambungan,
melalui pembentukan institusi mandiri
pelaksana festival film nasional serta
koordinasi antar festival film di
Indonesia.

Kontak:

Gedung Film Lt. 1


Jl. M.T. Haryono Kav. 47-48
Jakarta Selatan 12950
Tel/Fax: +6221 7985632
Email : sekretariat@bpi.or.id
Website : www.bpi.or.id Courtesy: Forum Sineas Siak

84 85
Q: Apakah Komisi Film Daerah itu? perencanaan program kerja Q: Informasi apa saja yang Q: Informasi apa saja yang
FAQ
dan anggaran daerah yang diharapkan didapat dari Survey, diharapkan didapat dari Survey,
A: Sebuah lembaga yang berkesinambungan sehingga Pemetaan, dan Rekomendasi Pemetaan, dan Rekomendasi
dibentuk untuk mempermudah mampu melayani pembuatan film Layanan Lokasi? Fungsi Pemasaran?
pengurusan perizinan termasuk di daerah tersebut.
insentif di daerah, menyediakan A: Informasi dan evaluasi A: Semua data dukung yang
pelayanan terpadu satu pintu Q: Informasi apa saja yang ketersediaan sarana, prasarana, menunjukkan informasi seluruh
yang terkait langsung maupun diharapkan didapat dari Survey, infrastruktur, barang dan jasa, aset, sarana, aktifitas, program
tidak langsung dengan kebutuhan Pemetaan, dan Rekomendasi insentif dan potensi alam, wisata, pemasaran, promosi, dan
teknis pembuatan film, serta secara Regulasi Daerah? seni, budaya, ekonomi, teknologi publikasi dalam menyebarluaskan
aktif memasarkan daerah tersebut termasuk sumber daya manusia keunggulan dan potensi daerah
sebagai lokasi shooting. A: Semua bentuk regulasi yang yang diperlukan untuk mendukung di berbagai bidang baik di dalam
dikeluarkan oleh DPRD, Pemerintah kelancaran shooting di daerah, maupun di luar negeri yang dapat
Q: Fungsi apa saja yang dapat Daerah (Gubernur/Bupati/ dan rekomendasi peningkatan menarik minat wisata, bisnis,
dilayani oleh Komisi Film Daerah? Walikota), MUSPIDA MUSPIKA, ketersediannya. maupun investasi di daerah
struktur instansi Pemerintah dan rekomendasi peningkatan
A: Layanan lokasi termasuk Pusat (K/L) atau BUMN yang Q: Informasi apa saja yang ketersediaannya
pengurusan perizinan, insentif membuka layanan di daerah diharapkan didapat dari Survey,
daerah, dan layanan produksi yang (KLH, BKSDA, KEMENDIKBUD, Pemetaan, dan Rekomendasi Q: Kemana harus berkomunikasi
terkait langsung maupun tidak BPNB/BPCB, PERHUTANI, PT.KAI, Layanan Produksi? apabila ada pertanyaan atas Survey,
langsung dengan kebutuhan teknis dan lain-lain) TNI/POLRI, dan Pemetaan dan Rekomendasi
proses shooting film di daerah sektor privat di daerah, termasuk A: Informasi seluruh sarana, Pengembangan Komisi Film
norma masyarakat/komunitas prasarana, infrastruktur, barang dan Daerah?
Q: Apakah maksud dan adat setempat yang berlaku jasa, aset, teknologi dan potensi
tujuan Survey, Pemetaan, dan baik secara tertulis maupun termasuk sumber daya manusia A: Silakan mengajukan pertanyaan
Rekomendasi Pengembangan tidak tertulis. Dimana dampak serta pemangku kepentingan tertulis melalui e-mail ke:
Komisi Film Daerah? peraturannya terkait baik secara di daerah yang terkait langsung Lalu Roisamri, Ketua Bidang
langsung maupun tidak langsung maupun tidak langsung dengan Promosi Lokasi, Badan Perfilman
A: Agar daerah dapat memahami terhadap perizinan, pelayanan proses teknis shooting film, Indonesia (BPI): laluroisamri@bpi.
peta masalah sekaligus solusi publik, insentif fiskal, dan hal dan rekomendasi peningkatan or.id atau melalui Whatsapp:
sistematis yang perlu disusun spesifik lainnya atas layanan lokasi ketersediannya 0815 1878 169
dan dituangkan dalam sebuah dan layanan produksi film di
daerah tersebut dan rekomendasi
deregulasi atau penyederhanaan
regulasi bila memungkinkan.

86 87
GLOSARIUM

01. Location Scouting merupakan aktifitas praproduksi film dengan mengunjungi lokasi shooting
sesuai dengan skenario film yang akan diproduksi, termasuk menjajaki akses dan perijinan yang
diperlukan. Alternatif lokasi atau lokasi tambahan mungkin diperlukan sesuai dengan kebutuhan
skenario. Orang yang melakukan location scouting disebut location scout.

02. Recce merupakan aktifitas praproduksi film dengan mengunjungi lokasi sesungguhnya yang akan
digunakan pada saat shooting film berdasarkan hasil location scout.

03. Technical Reccee merupakan tahap lanjutan dari reccee dengan memperhitungkan kebutuhan
teknis shooting film seperti: penempatan kamera, tata cahaya, dan tata suara.

04. Fixer adalah perorangan atau perusahaan rumah produksi film yang bertugas mengurus perijinan
shooting dan melayani kebutuhan teknis shooting film di suatu daerah.

05. Location Manager atau Manajer Lokasi adalah orang yang bertanggung jawab memastikan seluruh
lokasi yang akan digunakan telah mendapat perizinan dan secara teknis layak digunakan untuk
shooting film.

06. Production Assistant atau Asisten Produksi adalah fungsi lapis ketiga yang bertugas membantu
Produser baik secara administrasi maupun teknis operasional pada tahap praproduksi dan
produksi.

07. Technical Department Assistant adalah fungsi lapis ketiga yang bertugas membantu Head of
Department (Artistik, Kamera dan Suara) baik secara administrasi maupun teknis pada tahap
praproduksi dan produksi.

08. Production Runner adalah orang yang membantu Production Assistant dalam melakukan tugasnya
baik dalam segi administrasi maupun teknis operasional pada saat shooting film.

09. Technical Department Runner adalah orang yang membantu Assistant Head of Department dalam
melakukan tugasnya baik dalam segi administrasi maupun teknis operasional pada saat shooting
film.

10. Interpreter adalah orang yang mampu menerjemahkan secara simultan sebuah percakapan bahasa
asing ke bahasa asli pengguna.

11. Translator adalah orang yang mampu menerjemahkan teks bahasa asing ke bahasa asli pengguna.

12. Production Insurance adalah asuransi yang memberikan perlindungan dan jaminan keberlang
sungan keseluruhan proses teknis yang berkaitan langsung dengan shooting film apabila terjadi hal
yang tidak diinginkan. Misalnya kerusakan kamera, perekam suara, properti shooting, dan lain-lain.

13. Liabilities Insurance adalah asuransi yang menanggung kerugian apabila terjadi akibat yang tidak
diinginkan dan merugikan pihak lain yang tidak terkait langsung dalam shooting film. Misal-
nya; kerusakan benda atau bangunan di sekitar lokasi shooting.

88 89
Lampiran
Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia

Laskar Pelangi (2008)


Courtesy: Miles Films

90 91
LAMPIRAN I
Nama Kabupaten/Kotamadya/Provinsi:
Regulasi dan Perizinan di Daerah

REGULASI DAN PERIZINAN DI DAERAH

REGULASI DAN PERIZINAN No. Nama Institusi Nomor Regulasi Tentang Ada/Tidak Kondisi Saat Ini Rekomendasi Keterangan

DI DAERAH

CONTOH FORMAT TABEL


SURVEI REGULASI DAN
PERIZINAN

Petunjuk Pengisian Tabel Survei Regulasi dan Kebijakan:

a. Surat Keterangan Jalan (Kepolisian); Mengacu pada dasar hukum ____No.__Tahun, bahwa diperlukan adanya Surat Izin Keterangan Jalan yang dikeluarkan oleh
Kepolisan dari mulai tingkat Polsek, Polres, dan Polda.
b. Izin Keramaian (Polres/Polsek); Mengacu pada dasar hukum ____No.__Tahun, bahwa diperlukan adanya Surat Izin Keramaian yang dikeluarkan oleh Kepolisan dari
mulai tingkatan Polsek, Polres, dan Polda, dengan tujuan khusus.
c. MoU dengan pemangku kepentingan daerah terkait; adalah naskah kerjasama (MoU) yang sengaja dibuat untuk mengikat komitmen antar pihak, dalam hal ini
Pemda dengan pemangku kepentingan daerah lainnya, baik dengan sesama lembaga pemerintahan maupun dengan pihak swasta. Dalam upaya pemanfaatan
dari suatu lokasi, fasilitas, atau fungsi yang berkaitan dengan aktivitas produksi film.
d. Pengurusan insentif tingkat Kabupaten/Kota (muspida/muspika);
e. Informasi peraturan dan kebijakan daerah, adat istiadat, dsb;
f. Rencana usulan regulasi dan kebijakan; merupakan usulan rancangan peraturan dan program yang yang berkaitan dan dapat mempengaruhi kemudahan
perizinan dan layanan shooting di daerah
Nama Kabupaten/Kotamadya/Provinsi:
Insentif Daerah

LAMPIRAN II
INSENTIF DAERAH

No. Variable Fiskal Deskripsi Ada/Tidak Nama Insentif Kondisi Saat Ini Rekomendasi Catatan

INSENTIF DAERAH
Petunjuk Pengisian Tabel Survei Insentif Fiskal :

1. Pembebasan PPN

CONTOH FORMAT TABEL 2. Pajak daerah dihapus


INSENTIF DAERAH Penggunaan lokasi/tanda masuk pada saat pemda : Tiket masuk - Parkir
3. Pembebasan retribusi
Kebersihan - Lain-lain

4. Potongan biaya akomodasi

5. Potongan biaya
transportasi lokal
6. Potongan biaya
konsumsi/catering

No. Variable Fiskal Deskripsi Ada/Tidak Nama Insentif Kondisi Saat Ini Rekomendasi Catatan

1. Penyediaan fasilitas mobile


BTS

2. Fasilitas mobile toilet

3. Fasilitas ambulans

4. Fasilitas pemadam
kebakaran
5. Fasilitas transportasi
Kapal - Pesawat - Helikopter - Lain-lain
khusus milik Pemda

6. Program kredit ringan


untuk pengusaha lokal Misalnya : Kerjasama Pemda dengan bank daerah atau BPR
penyedia jasa

7. Program penyertaan modal Misalnya : Dana hibah atau sejenisnya dari Pemda setempat bagi pengusaha
pemerintah lokal penyedia jasa

8. Sponsorship
Nama Kabupaten/Kotamadya/Provinsi:
Potensi Lokasi

LAMPIRAN III
POTENSI LOKASI

No. Variabel Deskripsi

1. Bentang alam Hutan, gunung, danau, sungai, perkebunan, pantai, kawah, pesawahan,
goa, tebing, air terjun, dan semua objek yang kuat akan unsur
kealamiannya (natural).
POTENSI LOKASI
2. Iklim dan cuaca Arah mata angin, waktu terbit tenggelam matahari, siklus ekologi, iklim,
cuaca, musim, dan semua hal yang mempengaruhi kondisi klimatologis
di wilayah yang kita rencanakan sebagai lokasi shooting.

3. Pemandangan Dibutuhkan sudut pandang visual yang lengkap (360 derajat) dari
DESKRIPSI VARIABEL PADA (panorama 360 derajat) suatu lokasi shooting sebagai bahan preview bagi produser film dalam
menentukan titik tepat untuk pengambilan gambar. Hal ini dapat
POTENSI LOKASI dilakukan dengan teknologi kamera dan aplikasi digital yang sudah ada
saat ini.

4. Peta Topografi, geografis, oleat, digital, geographic information system (GIS),


google maps, semua media yang memungkinkan dapat mengambarkan
kondisi maupun aksebilitas pencapaian pada lokasi shooting yang
direncanakan.

5. Lingkungan fisik dari kondisi Pecinan, Kampung Arab, perkampungan, pemukiman nelayan,
sosial yang khas perkampungan suku terasing, bangunan bersejarah, kota tua, gedung
pencakar langit, pedestrian, dan semua elemen visual yang otentik yang
dianggap merepresentasikan kondisi sosial dan budaya lokal yang dapat
menjadi otensitas visual suatu daerah.

6. Moda transportasi lokal Andong, pedati, crane, LRT, tube (underground), dan ragam moda
sebagai properti shooting transportasi lainnya yang menjadi ciri khas suatu lokasi.

7. Dekorasi/artistik lokal Elemen visual khas lokal yang sesuai dengan kebutuhan film yang
memudahkan pembuat film dalam proses produksi film. Contoh Ibu kota
Jakarta dengan gedung-gedung pencakar langitnya, dan Bali dengan
ornamen keagamaan Hindu-nya.

8. Produk budaya dan Elemen visual dari produk budaya dan kesenian khas di daerah setempat
kesenian lokal yang jarang atau tidak ada di daerah lain. Bisa berupa aktivitas kultural
komunitas masyarakat lokal di kehidupan sehari-harinya.

CATATAN:
• Harus menjadi kebiasaan sebuah Komisi Film selalu menyiapkan prediksi cuaca dari BMKG secara reguler (harian, mingguan, dan bulanan).
Termasuk waktu terbit matahari, kecepatan angin, dsj.
• Komisi Film harus menyiapkan antisipasi untuk jasa layanannya ketika hari libur Nasional, utamanya hari raya keagamaan di mana fungsi
layanan tersebut menjadi terbatas.
• Komisi Film harus dapat mengakses informasi dan data aktual terkait agenda daerah, baik yang bersifat tahunan maupun insidental.
• Komisi Film harus selalu siap untuk memberikan layanan khusus/spesifik yang dibutuhkan klien. Termasuk dalam melakukan koordinasi
dengan instansi terkait diluar jejaring Komisi Film di daerah tersebut selama masih memungkinkan.
• Untuk para pembuat film asing adanya informasi aktual valuta asing cukup penting.
• Informasi dan pengetahuan mengenai “adat istiadat” setempat perlu diinformasikan di awal kepada calon pembuat film, utamanya yang
bersifat larangan, tabu, atau sakral bagi komunitas adat setempat. Apabila hal tersebut justru akan menjadi sebuah materi visual film, Komisi
Film harus berperan sebagai mediator yang baik.
• Informasi aktual untuk jadwal penerbangan, kereta api, bis, travel, dan moda transportasi umum lainnya harus selalu siap sedia ketika
dibutuhkan. Adanya mobile aplikasi untuk reservasi tiket dan pengecekan jadwal tentu dapat membantu.
• Perlu menjadi pengetahuan wajib bagi Komisi Film mengenai peraturan yang berlaku di Indonesia tentang Keimigrasian dan Kepabeanan
(cukai/custom). Catatan: Perpindahan penumpang dari terminal internasional ke domestik harus melewati proses imigrasi. Sedangkan custom
clearance bagasi dapat diproses di bandara tujuan akhir, sejauh bandara tersebut memiliki Kepabeanan (cukai/custom). Sehingga jeda waktu
connecting flight dapat dipersingkat.
Nama Kabupaten/Kotamadya/Provinsi:
Potensi Lokasi
LAMPIRAN IV

UMUM

No. Variable Fiskal Deskripsi Ada/Tidak Nama Insentif Kondisi Saat Ini Rekomendasi Catatan
LAYANAN LOKASI

Variable Fiskal DESKRIPSI VARIABEL


LAYANAN LOKASI
• Hutan CATATAN:
• Gunung
• Danau Dibutuhkan sudut pandang holistik pemandangan/
• Sungai panorama (360 derajat) dari suatu lokasi shooting sebagai
• Perkebunan bahan preview bagi produser film. Hal ini dapat dilakukan
1. Bentang Alam • Pantai dengan teknologi kamera dan aplikasi digital yang sudah
• Kawah ada saat ini.
• Persawahan Penggunaan materi visual untuk promosi atau media
• Goa informasi yang bersumber dari pihak lain harus memperoleh
• Tebing izin tertulis yang bersangkutan.
• Air Terjun
• Lain-lain
Arah mata angin – Waktu terbit/tenggelam matahari – Siklus ekologi – Iklim –
2. Iklim dan Cuaca
Cuaca – Musim – Lain-lain (Termasuk data terkini dari BMKG)

Topografi – Geografis – Oleat – Dijital – Geographic Information System (GIS) –


3. Peta
Google Maps – Lain-lain
Kampong Arab – Perkampungan khas – Pemukiman nelayan - Suku terasing –
4. Lingkungan Fisik Sosial
Gedung pencakar langit – Bangunan bersejarah – Kota tua – Lain-lain (Termasuk
dan Budaya yang Khas
data aturan dan adat istiadat yang berlaku)

5. Moda Transportasi Lokal Andong – Pedati – Crane – LRT – MRT – Lain-lain


sebagai Properti Shooting

Elemen visual khas lokal yang sesuai dengan kebutuhan film yang memudahkan
6. Pembebasan retribusi pembuat film dalam proses produksi film. Contoh: Jakarta ada gedung-gedung
pencakar langit, Bali ada ornamen keagamaan Hindu, dan lain-lain.
Produk budaya dan kesenian khas di daerah setempat dan jarang atau tidak ada
7. Potongan biaya akomodasi di daerah lain termasuk agenda budaya, kesenian tahunan, dan jadwal/agenda
daerah/SKPD, hari libur lokal/nasional, dimana layanan menjadi terbatas.
Nama Kabupaten/Kotamadya/Provinsi:
Layanan Lokasi

LAYANAN LOKASI

No. Variabel Deskripsi

1. Ketersediaan akses Data informasi askebilitas menuju lokasi shooting berupa jenis 14. Ketersedian rumah mobil Data dan petakan fasilitas pendukungan akomodasi non permanen
dan kondisinya, seperti jalan raya, jalan setapak, makadam, sungai, atau knock down atau mobile seperti Winibago, caravan, container, mobile home, tenda
pelabuhan, bandara dan sebagainya. beserta kelengkapannya (AC, WC, Penerangan dll) baik itu untuk kantor
ataupun kamar tidur di lokasi shooting. Biasanya hal ini dibutuhkan
2. Ketersediaan moda Ragam moda transportasi yang ada baik itu transportasi darat, laut, dan untuk lokasi yang memang sulit akses pencapaiannya (remote).
transportasi udara. Informasi lokasi penyewaan kendaraan yang terdekat (termasuk
dari luar daerah), tipe kendaraan, alternatif, dan sebagainya. 15. Ketersedian sarana hiburan Inventarisasi ketersediaan media atau lokasi hiburan baik disekitar lokasi
shooting seperti Club, pub, kafe, bar, karoke, ataupun atapun di areal
Ketersediaan akomodasi Daftar ketersedian fasilitas akomodasi secara berurut berdasarkan shooting (yang di siapkan khsusus) permainan bola (futsal/voli), ping-
3.
tingkat harga dan kelengkapan fasilitas. Mulai dari camping ground pong, karambol, dart game, table game, dan sebagainya.
(tenda), rumah penduduk/guest house, hostel, hotel, vila dan lainnya
beserta fasilitas yang menyertainya. 16. Ketersediaan local scout Diperlukan SDM yang harus ada pada jabatan pesonalia sebuah
Komisi Film, berfungsi untuk menginventarisasi, memetakan dan
mengkoordinasikan layanan lokasi dan produksi di daerah setempat
4. Ketersediaan tempat ibadah Daftar rumah ibadah disekitar lokasi shooting untuk pemenuhan
sesuai kebutuhan skenario film.
kebutuhan religi kru film. Seperti mesjid, mushola, surau, katedral,
gereja, kapel, pura, vihara, dan lainnya
17. Ketersedian interpreter Diperlukan adanya personil yang menguasai bahasa Inggris, bahasa
daerah setempat, dan bahasa yang menjadi klien (produser film) dari
5. Ketersediaan fasilitas kegawat Inventarisasi fasilitas medis dan kegawat daruratan 24 Jam seperti dokter Komisi Film. Statusnya bisa hired by project.
daruratan jaga, paramedik, klinik, rumah sakit, ambulans, pemadam kebakaran,
hingga tenaga bantuan SAR (Basarnas). Idealnya Komisi Film harus 18. Mobilitas di lokasi Inventarisasi ketersediaan moda transportasi lokal di lokasi shooting
memiliki kontak langsung (database) atau kemitraan ketika terjadi untuk mobilitas kru film. Seperti mobil pick up, sepeda, troli, sepeda
emergency pada setiap institusi kegawat daruratan di daerah. motor, hand forklift, motor gerobak, dan sebagainya.
6. Ketersediaan keamanan Daftar insititusi pendukung keamanan lokasi shooting, utamanya dari 19. Fasilitas kenyamanan kerja Inventarisasi segala aset yang ada di lokasi maupun yang dapat
pihak Kepolisian setempat, TNI, keamanan lokal (satpam/hansip), di lokasi didatangkan ke lokasi untuk mendukung kenyamanan kru film ketika
Keamanan Adat, hingga keamanan informal kelompok preman lokal. bekerja. Seperti kipas angin, AC portable, tempat duduk lipat, dan
Komisi Film harus memiliki kemampuan berjejaring baik secara formal sejenisnya.
maupun informal dengan pihak pendukungan kemanan lokal tersebut.
20. Fasilitas komunikasi di lokasi Inventarisasi segala aset yang ada di lokasi maupun yang dapat
7. Ketersediaan konsumsi Data ketersedian fasilitas penyedia konsumsi untuk kru film dengan didatangkan ke lokasi untuk mendukung kecapatan koordinasi dan
keterangan kapasitas memasak jenis menu maupun kapasitas jumlah komunikasi antar kru film. Seperti alat InRadio RIG, HT (2 meter-an) –
paket yang dapat disediakan. Baik itu dari penduduk lokal, warung nasi repeater (relay), mobile BTS, jaringan internet/modem.
biasa, café/restoran, maupun penyedia jasa catering professional. Untuk frekuensi tertentu diperlukan koordinasi perizinan dengan pihak
berwenang terkait untuk pemakaian jaringan frekuensi radio amatir
8. Ketersediaan logistik Data ketersediaan suplai logistik baik dari pasar tradisional, toko grosir, daerah setempat biasanya melalui Diskominfo atau asosiasi Radio Amatir
pendukungan produksi film ataupun pasar modern yang berkaitan dengan kepentingan teknis seperti ORARI atau RAPI.
shooting film. Contoh: kebutuhan lakban (atk) dalam jumlah banyak,
baterai, tali-talian, kardus, dan banyak lagi ragam detail barang logistik
shooting lainnya.
CATATAN:
9. Ketersediaan sumber listrik Invetarisasi sumber pemenuhan energi di titik lokasi shooting. Seperti • Perlu diketahui bahwa aksesibilitas jarak dari hotel atau lokasi tinggal akomodasi terdekat (non permanen) untuk kru film menuju ke lokasi
sumber dari PLN, generator kapasitas besar dan portable, solar panel,
baterai/Aki, dan sebagainya. shooting idealnya tidak melebihi 1 jam waktu tempuh. Hal tersebut berlaku untuk shooting film cerita. Sebaliknya untuk dokumenter, yang
dijadikan prioritas ialah otentisitas objek dokumenter film tersebut, seberapa jauh dan lama pun itu dari lokasi tinggal tidak menjadi pokok
10. Ketersediaan air bersih Inventarisasi ketersediaan sumber air bersih di titik lokasi shooting.
persoalan. Adapun biasanya kita selalu mengupayakan kemudahan dan kenyamanan pencapaian menuju objek lokasi tersebut, apapun
Seperti sumber dari PAM, pompa, sumur, air panas (mandi) dan
sebagainya. proyek yang sedang dikerjakan.
• Pembangunan fasilitas akomodasi yang semi permanen ataupun permanen di dekat lokasi shooting yang kita anggap potensial diperlukan
11. Fasilitas MCK Data ketersediaan fasilitas MCK di lokasi sekitar shooting. Baik yang
disediakan oleh akomodasi terdekat misalkan rumah penduduk maupun investasi khusus dan rencana jangka panjang, termasuk alternatif okupasi ketika tidak adanya shooting di lokasi tersebut.
fasilitas Mobile MCK yang bisa didapatkan dari institusi resmi seperti • Komisi Film harus selalu mampu memberikan alternatif lokasi atau kebutuhan lain yang diinginkan. Sepanjang terkait dengan kebutuhan
aset milik Pemda, TNI, BNPB, dan lainnya. Perlu juga keterangan kreatif skenario dan sesuai dengan ketersediaan logistik serta berdasarkan kesepakatan kontrak awal atau kesepakatan kerja yang paling baru.
jenis toiletnya, apakah jongkok atau duduk, permanen atau mobile,
kebersihannya dan sebagainya.
12. Ketersediaan infrastruktur dan Inventarisasi ketersedian fasilitas alat komunikasi beserta jariangan
jaringan telekomunikasi di titik lokasi shooting. baik berupa telefon umum, jaringan seluler,
ketersediaan dan kecepatan internet/modem, telepon satelit, dan
sejenisnya.

13. Ketersediaan sumber BBG dan Informasi fasiltas suplay BBM terdekat dengan lokasi shooting. Berikut
BBM pula jenis ketersediaan BBM-nya (bensin, solar, avtur, spirtus, kerosin,
elpiji, dsj)
CONTOH FORMAT TABEL SURVEI LAYANAN LOKASI:

Nama Kabupaten/Kotamadya/Provinsi:
Survei Layanan Lokasi

UMUM

No. Variable Deskripsi Ada/Tidak Nama/Alamat Kondisi Saat Ini Rencana Masa Depan Catatan

Petunjuk Pengisian Tabel Survei pada Layanan Lokasi:

1. Ketersediaan askes Jalan Raya – Jalan setapak – Macadam – Sungai – Pelabuhan Bandara 13. Ketersediaan sumber BBG Bensin – Solar – Avtur – Spirtus – Kerosin – Gas – Lain - lain
CATATAN: Termasuk informasi keberadaan imigrasi dan bea cukai setempat. dan BBM

2. Ketersediaan moda Darat – Laut – Udara 14. Ketersedian rumah mobil Winibago – Caravan – Container - Mobile home - Tenda (untuk kantor dan tidur)
transportasi dan knock down
CATATAN: CATATAN:
Termasuk informasi jadwal transportasi dan sumber penyewaan transportasi Termasuk fasilitasnya (AC/Kipas angin, penerangan, dan kelengkapan ruangan
yang terdekat (dari luar daerah, bila di kota tersebut tidak ada), tipe kendaraan, lainnya)
alternatif jenis kendaraan (sebutkan), data.
15. Ketersediaan tempat Di luar lokasi shooting: Club - Pub - Café - Bar - Karaoke - Lain-lain
3. Ketersediaan akomodasi Rumah penduduk – Guest house – Hostel – Hotel – Tenda – Lain-lain hiburan disekitar lokasi
shooting dan di lokasi Di sekitar lokasi shooting: Permainan Bola (futsal/voli) - Ping-pong – Karambol -
CATATAN: shooting berlangsung Dart Game – Bilyar - Table Game - Lain-lain
Termasuk fasilitasnya (AC/Kipas angin, penerangan, dan kelengkapan ruangan
lainnya). 16. Ketersediaan agen valuta Termasuk bank, ATM, ataupun fasilitas hotel
asing (money changer)
4. Ketersediaan tempat Masjid – Mushola – Surau – Katedral – Gereja – Kapel – Pura – Vihara – Lain-lain
ibadah 17. Ketersediaan Local Scout Personil yang harus ada di dalam KFD, yang berfungsi untuk menginventarisasi
dan memetakan layanan lokasi dan produksi di daerah setempat sesuai
5. Ketersediaan fasilitas Dokter Jaga – Paramedis – Klinik – Puskesmas – Rumah Sakit – Ambulans – kebutuhan skenario film
kegawat daruratan Pemadam kebakaran – SAR daerah – Lain-lain 18. Ketersedian Interpreter Personil yang menguasai bahasa Inggris, bahasa daerah setempat, dan bahasa
asli klien (produser film) dari Komisi Film Daerah
6. Ketersediaan keamanan Polisi (TNI/Babinsa opsional) – Hansip – Satpam – Keamanan adat – Lain-lain
19. Mobilitas di lokasi Mobil pick up – Sepeda – Troli – Sepeda – Motor - Hand Forklift - Motor Gerobak
7. Ketersediaan konsumsi Katering - Rumah makan - Layanan cepat saji - RM masakan asing (Barat/China/ - Lain-lain
India/Jepang/ Korea) dll.
20. Fasilitas kenyamanan kerja Kipas Angin - Mobile AC – Lampu kerja - Lain-lain
8. Ketersediaan logistik Pasar modern - Pemasok material khusus - Pemasok kelengkapan kantor (ATK) - di lokasi
pendukungan produksi Lain-lain
film 21. Fasilitas komunikasi di Radio RIG - HT (2 meteran) - Repeater (relay) - Mobile BTS -
lokasi Jaringan Internet/ modem - Lain-lain
9. Ketersediaan sumber PLN - Generator Kapasitas Besar dan Portable - Panel Surya – Baterai/Aki –
listrik Lain-lain CATATAN:
Termasuk data perizinan dengan pihak berwenang terkait untuk pemakaian
10. Ketersedian air bersih PAM – Pompa – Sumur – Air panas (mandi) – lain - lain jaringan frekuensi radio amatir daerah setempat
11. Fasilitas MCK Toilet ( jongkok/duduk) permanen/mobile.

CATATAN:
Termasuk sumbernya, misal; Pemda, TNI/POLRI, BNPB, Lain-lain

12. Ketersediaan Telepon - Internet/modem - Telepon Satelit – Lain-lain


infrastruktur dan jaringan
telekomunikasi
Nama Kabupaten/Kotamadya/Provinsi:

LAMPIRAN V Layanan lokasi – Layanan Umum

VARIABEL LAYANAN LOKASI - LAYANAN UMUM

No. Variabel Deskripsi

1. Asuransi produksi Data ketersedian berupa produk asuransi yang terdiri dari kategori
LAYANAN LOKASI – LAYANAN UMUM Liabilities Insurance dan Production Insurance, yaitu asuransi yang
menanggung kerugian pihak dari luar yang tidak langsung (terdampak)
berhubungan dengan pembuatan film, serta asuransi yang menjamin
keberlangsungan sebuah proses teknis produksi dilokasi lokal. Catatan:
Diperlukan inventarisasi perusahaan asuransi yang menyediakan
khususnya yang memiliki kantor cabang di daerah.

DESKRIPSI VARIABEL 2. Asuransi lokasi dan jaminan Data ketersediaan fasilitas asuransi di beberapa lokasi spesifik seperti
LAYANAN PRODUKSI - lokasi halnya Taman Nasional atau Lokasi Wisata. Umumnya premi asuransi
sudah melekat dengan biaya tiket masuk. Namun, perlu dipelajari lebih
KATEGORI LAYANAN UMUM jauh kesesuaian resiko/polis yang ditanggung oleh pihak asuransi
tersebut.

3. Asuransi SDM Data asuransi yang ada untuk jaminan kru film. Misalkan dari BPJS
ketenagakerjaan atau produk asuransi oleh swasta. Catatan: Biasanya
ada juga produk asuransi jiwa (SDM) yang berlaku khusus selama durasi
kegiatan tertentu berlangsung.

4. Penyediaan mitra Rumah Inventarisasi data dan informasi Rumah Produksi (Production House)
Produksi atau studio editing film atau studio editing (post production) berikut kapasitas teknis yang
film lokal ( jasa teknis produksi dimilikinya, termasuk juga jasa penyewaan perlengkapan shooting yang
maupun post production) dan tersedia di daerah setempat. Adapun Komisi Film dapat melakukan
rental perlengkapan shooting. kemitraan jaringan dari daerah yang paling dekat atau dengan Rumah
Produksi, studio, dan rental perlengkapan skala nasional yang sesuai
dengan skala kebutuhan produksi suatu film.

5. Penyediaan kru lokal Inventarisasi data potensi SDM kru film didaerah untuk kebutuhan
beberapa kebutuhan seperti artistik film, wardrobe, make up,
kamerawan, lighting, grip (di bawah Head of Department (HoD)), dan
sebagainya.

6. Penyediaan Talent Inventarisasi potensi SDM lokal untuk pemeran, figuran, narasumber,
atau referensi lokal spesifik (sesuai kebutuhan).

Catatan: Bisa dilakukan kemitraan antara Komisi Film dengan sanggar


seni tari atau teater lokal.

7. Penyediaan special effect dan Inventarisasi ketersediaan perlengkapan yang terbatas harus dengan
armory izin khusus seperti, bahan peledak, replika senjata, smoke guns, dan
sejenisnya.

Catatan: Pengadaan suplai barang untuk efek khusus ini dapat


bekerjasama dengan instansi yang dapat memberikan garansi legal
formal seperi melalui lembaga pelatihan institusi militer (TNI/Brimob)
di daerah terkait.

CATATAN:
Seperti di banyak profesi lain, pengalaman masing-masing fixer dengan produser film yang berbeda latar belakang budaya serta kepentingan
pekerjaan menarik untuk dikaji sebagai contoh kasus di lapangan. Aneka kasus ini akan memperkaya keterampilan fixer bersangkutan dalam
menjalankan tugasnya. Karena tugas dan fungsi utama fixer yang ada menjadi bagian tugas dan fungsi layanan KFD adalah memberikan
pelayanannya secara maksimal.
CONTOH FORMAT TABEL SURVEI LAYANAN PRODUKSI
KATEGORI LAYANAN UMUM

Nama Kabupaten/Kotamadya/Provinsi:
Layanan Produksi – Layanan Umum

LAYANAN PRODUKSI - LAYANAN UMUM 13. Penyediaan kru lokal Departemen Artistik : Penata Busana (Wardrobe) - Penata Rias (Make Up) -
Penata Set/Artistik - Lain-lain (Jabatan di bawah Head of Department (HoD)).

No. Variable Deskripsi Ada/Tidak Nama/Alamat Kondisi Saat Ini Rekomendasi Catatan Departemen Kamera: Asisten Kamera – Lighting – Grip – Lain-lain (Jabatan di
bawah bawah Head of Department (HoD)).

14. Penyediaan Talent Pemeran pembantu (figuran) – pemeran khas lokal (sesuai kebutuhan)

CATATAN:
Dapat bekerjasama dengan Asosiasi terkait seperti PARFI, sanggar teater lokal,
universitas, dan lain-lain
Petunjuk Pengisian Tabel Survei pada Layanan Lokasi:
15. Penyediaan special effect Bahan Peledak - Replika Senjata - Smoke Guns
1. Asuransi produksi Production insurance - Liabilities insurance dan armory

CATATAN:
Data perusahaan asuransi yang menyediakan asuransi yang menjamin
keberlangsungan sebuah proyek produksi shooting film termasuk
pertanggungan atas kerugian yang ditimbulkan apabila terjadi hal yang tidak
diinginkan.

2. Asuransi lokasi dan Asuransi lokasi - Jaminan lokasi


jaminan lokasi
CATATAN:
Di beberapa lokasi spesifik seperti halnya Taman Nasional atau Lokasi Wisata,
biasanya ada perusahaan asuransi yang sudah melekat dengan biaya tiket
masuk. Namun perlu dipelajari lebih jauh kesesuaian resiko/polis yang
ditanggung oleh pihak asuransi tersebut.

3. Asuransi SDM BPJS atau asuransi swasta

CATATAN:
Biasanya ada juga produk asuransi jiwa (SDM) yang berlaku khusus selama
durasi kegiatan tertentu berlangsung.

4. Penyediaan mitra Rumah produksi (Production House)


produksi lokal
CATATAN:
Baik yang tersedia di daerah terkait, maupun jaringan dari daerah yang paling
terdekat yang sesuai dengan skala produksi suatu film.

5. Penyediaan transportasi

6. Penyediaan akomodasi Knock down hotel - container hotel, dan sebagainya

7. Penyediaan konsumsi dan


jaringan logistik

8. Penyediaan sumber listrik

9. Penyediaan air bersih

10. Penyediaan telekomunikasi

11. Penyediaan keamanan


lokal
12. Penyediaan jasa teknik Telepon - Internet/modem - Telepon Satelit – Lain-lain
lokal (peralatan yang ada)
Nama Kabupaten/Kotamadya/Provinsi:

LAMPIRAN VI Layanan Produksi - SDM

LAYANAN PRODUKSI - SDM

No. Fungsi / Jabatan Deskripsi

1. Location Scout Personil dengan kemampuan pencarian dan pemilihan lokasi (location
LAYANAN PRODUKSI - SDM hunting) sampai ke kemampuan penentuan lokasi (termasuk sampai
pemahaman tahap technical reccee).

2. Location Manager Personil dengan pengetahuan dan kemampuan melakukan pengolahan


atas segala informasi sesuai kebutuhan produksi di lokasi tersebut.

3. Translator/Interpreter Personil yang mampu menguasai bahasa asing, utamanya bahasa


DESKRIPSI LAYANAN Inggris, untuk komunikasi dengan jaringan pembuat film asing dan
PRODUKSI – KATEGORI tujuan pemasaran KFD ke manca negara. Berikut kemampuan bahasa
Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa spesifik lainnya seusai kebutuhan
LAYANAN SDM pembuat film. Catatan: Personil untuk kemampuan bahasa khsusus sesuai
kebutuhan pembuat film dapat di rekrut berdasarkan kontrak jangka
pendek selama kegiatan pembuatan film berlangsung.

4. Kru film lokal Kategori/pelevelan kru film minimal yang perlu ada dan dikembangan di
daerah.*

*Keterangan ada pada bagian Lampiran


5. Pemeran lokal Penyiapan SDM di daerah yang memiliki potensi sebagai pemaran
lokal pembantu. Dapat dikerjasamakan dengan sanggar tari atau teater
setempat, termasuk perwakilan asosiasi pemeran seperti PARFI (bila
ada).
6. SDM kebutuhan khusus

a. Pemangku adat Adakalanya aktivitas produksi film di daerah tertentu memerlukan


perizinan dan kerjasama dengan komunitas masyarakat adat terentu.
Seperti contoh untuk kelancaran aktivitas shooting di wilayah Bali kita
perlu bermitra dengan “pecalang”, untuk di wilayah Papua kita perlu
bermitra dengan para tetua adat setempat.

b. Pawang hujan Ini merupakan salah satu profesi khas yang terkadang bisa dibutuhkan
ataupun tidak, tergantung pada kebutuhan dan permintaan dari
pembuat film. Namun baiknya Komisi Film memiliki informasi atau
jaringan dengan personil lokal yang memiliki profesi khusus tertentu
untuk mendukung kelancaran proses shooting film.

c. Lain-lain

CATATAN:

• Pengetahuan dan kemampuan tentang teknologi informasi dapat membantu percepatan transfer pengetahuan bidang teknis perfilman.
• KFD harus memiliki pengetahuan dan kemampuan manajemen keuangan dan penyusunan laporan administrasi keuangan yang baik.
• Personil yang berfungsi sebagai fixer (location scout) atau location manager perlu memahami semua peraturan formal maupun informal yang
berlaku pada suatu lokasi shooting film
Nama Kabupaten/Kotamadya/Provinsi:
Layanan Produksi - SDM
LAMPIRAN VII

CONTOH FORMAT TABEL SURVEI LAYANAN PRODUKSI LOKAL


KATEGORI LAYANAN SDM:
METODOLOGI SWOT UNTUK
LAYANAN PRODUKSI - LAYANAN SDM TAHAP PERSIAPAN KFD

No. Fungsi / Jabatan Deskripsi Ada/Tidak Nama/Alamat Kondisi Saat Ini Rekomendasi Catatan

BAGAIMANA MENGGUNAKAN
METODOLOGI SWOT UNTUK
TAHAP PERSIAPAN KFD
Petunjuk Pengisian Tabel Survei pada Layanan Produksi - Layanan SDM:

1. Location scout SDM dengan kemampuan pencarian dan pemilihan lokasi (location hunting)
sampai ke kemampuan penentuan lokasi (termasuk sampai pemahaman tahap
technical reccee).

2. Location Manager SDM dengan pengetahuan dan kemampuan melakukan pengolahan atas segala
informasi sesuai kebutuhan produksi di lokasi tersebut.

3. Translator / interpreter SDM dengan kemampuan Bahasa Inggris - Bahasa Indonesia - Bahasa daerah -
Bahasa spesifik – Bahasa lainnya seusai kebutuhan produser film

4. Kru produksi lokal Production Assistant - Technical Department Assistant - Production Runner -
Technical Departmen Runner

5. Pemeran lokal

6. SDM kebutuhan khusus Pemangku adat - Pawang hujan - Lain-lain


Bagaimana Menggunakan Metodologi SWOT Untuk Tahap Persiapan KFD c) TUSI 1. ... c) TUSI 1. ...
Layanan Layanan
2. Penduduk setempat sekitar lokasi 2. Pendukungan sewa peralatan
Sebelum memulai analisis bersama menggunakan metode SWOT ini, fasilitator dalam FGD harus mampu menjadi moderator Produksi Produksi
A cukup terbuka dan sudah produksi shooting belum tersedia
yang baik, agar setiap pemangku kepentingan yang menjadi partisipator dalam FGD dapat mengungkapkan pendapatnya memiliki kesadara pariwisata
secara lancar dan terbuka. Adapun sebelum memulai inventarisasi daftar SWOT bagi peserta FGD, fasilitator atau moderator 3. …
3. …
harus mampu menyajikan rumusan awal bahan diskusi, dengan penekanan sebagai berikut:
d) TUSI 1. ... d) TUSI 1. ...
• Memberikan pemahaman kepada partisipator FGD tentang “Dari tahap mana kita memulai KFD?”, yakni mendiskusikan Layanan Layanan
gambaran umum mengenai apa dan bagaimana KFD, serta kemudian menilai secara umum kesiapan daerah kita untuk 2. Lokasi A sudah dikenal sebagai 2. Lokasi A belum masuk menjadi
Pemasaran destinasi wisata domestik Pemasaran objek pengembangan pariwisata
menyelenggarakan fungsi kelembagaan KFD. (ketersedian dan modal pengetahuan SDM lokal, daya dukung oleh pemerintah pusat
infrastruktur dan jaringan terkait, hingga asumsi awal potensi lokasi eksisting yang dimiliki). 3. …
3. …
• Mengajak partisipator untuk mendiskusikan “Pencapaian yang ingin dituju dari KFD untuk kemajuan daerah”. Moderator
OPPORTUNITIES – PELUANG (EKSTERNAL) THREATS – ANCAMAN (EKSTERNAL)
dapat memberikan proyeksi mengenai dampak multiplier effect dengan terselenggaranya KFD di daerah, utamanya
bagi para pemangku kepentingan terkait. a) TUSI 1. ... a) TUSI 1. ...
Penyediaan Penyediaan
2. BUMN Perhutani menyambut 2. Ada investor swasta dari Ibu Kota
• Fasilitator kemudian sedikit memetakan “Bagaimana cara mencapai kemajuan daerah melalui KFD tersebut”. Dari Lokasi baik rencana pengembangan Lokasi yang berencana untuk mengambil
moderator partisipator FGD dapat mulai mengimajinasikan potensi, kendala, dan peluang sebagai pengantar untuk lokasi shooting di Lokasi A hak kelola lokasi A dari Perhutani
menginventarisasinya kedalam metode SWOT.
3. … 3. …

1) Aspek-Aspek Layanan KFD yang Menjadi Pembahasan Dalam Analisis SWOT b) TUSI 1. ... b) TUSI 1. ...
Layanan Layanan
Fase berikutnya ialah memberikan resume hasil dari kegiatan survei yang telah dilakukan pada Tahap Persiapan sebelumnya. 2. Pengusaha Hotel XYZ yang 2. Semakin menjamurnya PKL liar dari
Lokasi terdekat dari Lokasi A bersedia Lokasi luar daerah disekitar Lokasi A yang
Resume itu sendiri dikelompokan berdasarkan TUSI (tugas dan fungsi) dari KFD dan variabel yang menyertainya. bekerjasama dengan memberikan menjadikannya tampak kumuh
insentif akomodasi untuk shooting
a) TUSI Penyediaan Lokasi film dengan model barter promo 3. …
b) TUSI Layanan Lokasi 3. …
c) TUSI Layanan Produksi
d) TUSI Pemasaran c) TUSI 1. ... c) TUSI 1. ...
Layanan Layanan
2. Pengusaha Hotel XYZ yang 2. N/A
2) Pengisian Tabel Analisis SWOT KFD (Contoh) Produksi terdekat dari Lokasi A tertarik Produksi
untuk mendukung pengadaan jasa 3. …
Layanan Produksi
STRENGTHS – KEKUATAN (INTERNAL) WEAKNESS – KELEMAHAN (INTERNAL)
3. …
a) TUSI 1. Banyak potensi lokasi alam a) TUSI 1. Beberapa lokasi potensial di
Penyediaan (outdoor) yang unik di wilayah Penyediaan wilayah ABC berada dibawah d) TUSI 1. ... d) TUSI 1. ...
ABC pengelolaan institusi pusat
Lokasi Lokasi Layanan Layanan
2. Pemerintah pusat memiliki 2. N/A
2. Lokasi A memiliki otensitas 2. Lokasi A ada dibawah koordinasi Pemasaran program bantuan promosi untuk Pemasaran
morfologi (bentang alam) yang pengelolaan BUMN Perhutani potensi baru lokasi pariwisata 3. …
unik daerah
3. …
3. … 3. …

b) TUSI 1. ... b) TUSI 1. ...


Layanan Layanan
2. Lokasi A Akses pencapaian 2. Belum tersedia infrastruktur
Lokasi dibawah 60 menit dari fasilitas Lokasi prasarana dasar di lokasi A
akomodasi terdekat (hotel) dan
dilalui transportasi umum (bus) 3. …

3. …
PERUMUSAN POTENSI DAERAH (HASIL SURVEI)
DENGAN METODE TOWS MATRIX

a) Tabel TOWS Matrix TUSI Layanan Lokasi (Contoh)

FAKTOR INTERNAL STRENGHTS (S) WEAKNESESS (W)

1. ... 1. ...

2. Lokasi A Akses pencapaian 2. Belum tersedia infrastruktur


dibawah 60 menit dari fasilitas prasarana dasar di lokasi A
akomodasi terdekat (hotel) dan
dilalui transportasi umum (bus) 3. …

FAKTOR INTERNAL 3. …

OPPORTUNITIES (O) SO-STRATEGI WO-STRATEGI

1. ... 1. ... 1. ...

2. Pengusaha Hotel XYZ yang 2. Dapat dikembangkan program 2. Pengusaha Hotel XYZ dekat
terdekat dari Lokasi A bersedia kemitraan usaha dengan Lokasi A dapat diberikan
bekerjasama dengan pengusaha Hotel XYZ untuk gambaran perencanaan
memberikan insentif akomodasi pendukungan jasa Layanan pengembangan usaha jasa
untuk shooting film dengan Lokasi sekitar wilayah Lokasi A Layanan Lokasi untuk shooting di
model barter promo Lokasi A dan sekitarnya
3. …
3. … 3. …

FAKTOR INTERNAL STRENGHTS (S) WEAKNESESS (W)

1. ... 1. ... 1. ...

2. Semakin menjamurnya PKL liar 2. Diperlukan program penataan 2. Penataan ulang PKL agar
dari luar daerah disekitar Lokasi ulang dan relokasi PKL sekitar diberikan infrastruktur jualan
A yang menjadikannya tampak Lokasi A oleh Pemda agar tidak yang memadai dan menambah
kumuh mengganggu daya tarik visual, keunikan/keindahan visual
namun tetap dapat dimanfaatkan sekitar Lokasi A
3. … untuk pendukungan pembuatan
film di sekitar Lokasi A 3. …

3. …
Laskar Pelangi (2008)
Courtesy: Miles Films
92 93
www.bekraf.go.id

www.bpi.or.id

Anda mungkin juga menyukai