Anda di halaman 1dari 149

DAFTAR ISI

* Pendahuluan

* Prakata

* 1. Pentingnya Melipatgandakan Murid

* 2. Contoh-contoh Latihan Pemuridan Dalam Alkitab

* 3. Menjadikan Murid Dalam Gereja Yang Mula-mula

* 4. Seorang Menolong Orang Lain

* 5. Proses Menjadikan Murid

* 6. Tujuan Latihan Bagi Seorang Murid

* 7. Pembina-pembina Murid Masih Sedikit

* 8. Bagaimana Mengembangkan Pembina-pembina Murid

* 9. Latihan Bagi Seorang Pembina Murid

* 10. Perlunya Kepemimpinan

* 11. Bagaimana Melatih Pemimpin-pemimpin

* 12. Yakin dan Tidak Malu

* Lampiran 1 Tujuan-tujuan Pembinaan Murid Yesus

* Lampiran 2 Cara Melipatgandakan Pelayanan

* Lampiran 3 Ciri-Ciri Khas Calon Murid, Murid Pembina Murid, Dan


Pemimpin
PENDAHULUAN
Tuhan Yesus telah datang untuk menyelamatkan manusia, dan untuk
maksud inilah Ia mati. Namun dalam pelayananNya menuju salib, Ia
memusatkan pelayananNya kepada pembentukan beberapa murid. Murid-
murid-Nya digembleng agar mereka dapat melanjutkan pekerjaanNya
sehingga melalui proses pelipatgandaan tersebut, Injil akan sampai ke
ujung bumi.

Dengan cara demikian teladan Tuhan Yesus menjadi pola bagi mereka yang
bermaksud mengikuti jejakNya -- suatu patokan yang dijelaskan dalam
Amanat AgungNya untuk "menjadikan semua bangsa muridKu." Setiap
orang yang menerima Kristus terpanggil untuk menjadikan murid menurut
karunianya.

Sayang sekali banyak orang Kristen yang tidak mengerti maksud Tuhan ini.
Demikian pula dengan orang-orang Kristen yang menduduki jabatan
kepemimpinan di dalam gereja. Mereka sering kali tidak mengetahui
bagaimana cara mengajar orang lain untuk melakukan segala sesuatu yang
dipesankan Tuhan kepada kita. Jadi tidaklah mengherankan jika banyak
orang yang gagal dalam perjalanan imannya, apalagi dalam menumbuhkan
potensi pelayanan mereka.

Oleh karena itu saya mengusulkan buku catatan ini. Buku ini berisi cara-
cara yang nyata dalam pemuridan orang lain; bukan sesuatu program yang
melembaga, tetapi suatu pedoman yang sangat jelas bagi setiap diri pribadi.

LeRoy Eims menulis bukan hanya berdasarkan teori saja tetapi


berdasarkan pengalaman. Bertahun-tahun ia sendiri yang aktif terjun dalam
pembinaan kehidupan banyak orang. Ada puluhan orang yang sekarang
sedang menuai ladang yang luas di seluruh dunia yang dapat bersaksi
tentang kesetiaan Eims dalam pelayananya dengan mereka.

Cara penulisannya mencerminkan dasar-dasar pemuridan dalam


Perjanjian Baru. Setiap orang yang membaca buku ini pasti akan
memperoleh manfaatnya. Namun lebih dari itu penerapannya akan
menghasilkan banyak jiwa yang hidup dan bergerak untuk melaksanakan
Amanat Agung.

Robert E. Coleman

Seminari Theologia Asbury


PRAKATA
Pada waktu anak saya masih di sekolah dasar, kami sering berjalan-jalan
bersama. Kami berjalan di antara pohon-pohon yang tinggi dan di antara
bermacam-macam tanaman serta bunga di daerah yang indah tak jauh dari
tempat tinggal kami. Pada suatu hari kami bercakap-cakap tentang sebuah
pohon kecil di pinggir jalan. Saya menjelaskan kepadanya bahwa kita harus
bangga akan pohon kecil itu. Walaupun ia tidak sebesar pohon cemara,
tetapi ia sudah bertumbuh semaksimal mungkin menurut kekuatannya. Ia
bertumbuh sesuai dengan sinar dan air hujan yang diserapnya.

Para bayi juga serupa dengan contoh pohon itu. Mereka bertumbuh jika ada
orang yang mau menolongnya. Mereka senang sekali jika ada orang yang
mau memberinya makan.

Sekarang anak saya sudah bertumbuh, menikah, dan mempunyai anak.


Saya kagum menyaksikan bagaimana ia memberi makan anaknya. Pada
waktu anaknya melihat makanan, kegembiraannya luar biasa. Yang kami
lakukan adalah meletakkan makanan itu di tempat yang terjangkau
olehnya, dan dia sendirilah mengambilnya.

Semua orang yang percaya dalam Yesus Kristus mempunyai hak untuk
memperoleh pemeliharaan dan pertumbuhan. Setiap orang Kristen baru,
diharapkan menumbuhkan kemampuannya secara penuh bagi Allah. Dan
kebanyakan dari mereka akan bertumbuh demikian. Jika ada seseorang
yang memberikan makanan di tempat yang terjangkau olehnya; jika ada
seseorang yang cukup mau memperlihatkannya dan sedikit menderita,
sedikit berkorban, dan banyak berdoa untuk dia.

Dalam buku ini kita akan melihat proses pertumbuhan dalam diri seorang
Kristen, dari saat orang itu datang kepada Kristus sampai orang itu menjadi
murid dan kemudian menjadi seorang pembina murid. Kita akan memeriksa
pemeliharaan dan bimbingan apakah yang diperlukan untuk
mengembangkan seorang pekerja yang memenuhi syarat rohani di dalam
gereja Yesus Kristus.

Konsep-konsep yang akan kami kemukakan dan periksa tidak akan


menghasilkan pertumbuhan cepat atau kematangan yang segera.
Pertumbuhan yang sungguh-sungguh membutuhkan air mata dan kasih
dan kesabaran. Seorang pemimpin memerlukan iman untuk melihat orang-
orang lain menjadi seperti yang diharapkan dan diinginkan Allah. Untuk
menolong mereka sampai pada tujuan itu ada juga pengetahuan yang
diperlukan.
Buku ini tidak merupakan buku yang sempurna berkenaan dengan proses
melatih. Buku ini juga tidak mengandung seluruh jawaban dari persoalan
pertumbuhan rohani. Buku ini mencoba menyediakan keterangan untuk
menolong para pemimpin Kristen menguatkan suatu bagian dari
keseluruhan rangkaian mata rantai pelayanan mereka bagi Kristus. Buku ini
tidak juga merupakan semua mata rantai itu. Buku ini hanya berkenaan
dengan satu mata rantai; bagaimana melatih pekerja-pekerja Kristen yang
kerohaniannya memenuhi syarat bagi Kristus.

Buku ini didasarkan pada penyelidikan Firman Allah dan pengalaman


banyak orang yang mengabdikan dirinya untuk menjadikan murid dan
menolong menghasilkan pekerja-pekerja demi Kristus. Buku ini diterbitkan
dengan doa kiranya Roh Kudus akan memakainya untuk menguatkan
kelemahan di sana sini, yaitu menolong orang-orang Kristen agar menjadi
alat yang lebih efektif dalam pelayanannya bagi Tuhan.

-LeRoy Eims-
BAB I
PENTINGNYA MELIPATGANDAKAN
MURID

Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin


bertambah banyak (Kisah 6:7).

Pada suatu hari seorang pendeta yang sibuk minta saya untuk bertemu
dengan dia untuk membicarakan tentang cara melatih orang di gerejanya.
Ia menggembalakan sebuah gereja yang bertumbuh dan sehat. Sering ada
orang yang menerima Kristus. Jumlah hadirin bertambah sampai ia harus
mengadakan kebaktian Hari Minggu pagi dua kali. Ternyata Allah
memberkati pelayanannya.

Tetapi pendeta itu juga mempunyai persoalan. Kecuali ia melatih pekerja-


pekerja yang kerohaniannya memenuhi syarat, ia tahu bahwa banyak orang
Kristen baru tidak dapat memperoleh pertolongan yang diperlukannya
dalam pertumbuhan rohani. Juga mereka tidak dapat berkembang menjadi
murid Yesus Kristus yang kuat. Dan pendeta itu tahu bahwa ia adalah
kuncinya. Keseluruhan proses itu harus dimulai dari dia. Ia tidak dapat
menyerahkannya kepada orang lain. Sebagai pemimpin rohani dari orang-
orang itu, ia harus menjadi perintis dalam pelayanan itu.

Persoalan yang lain: ia sibuk sekali. Banyak hal menuntut perhatiannya;


banyak orang menuntut waktunya. Seperti banyak pendeta lainnya, ia
memakai banyak waktunya untuk mengatasi persoalan-persoalan kecil
dalam gerejanya. Satu soal belum selesai, soal lainnya sudah timbul.

Pendeta itu menggunakan terlalu banyak waktu untuk melayani orang-


orang yang selalu mempunyai banyak persoalan. Dia sibuk membereskan
persoalan, mendamaikan seorang dengan yang lain, mengurus
perselisihan keluarga yang sulit, dan menghadapi 1001 soal lainnya. Ia
menjadi frustasi.

Tetapi ia mempunyai angan-angan. Kadang-kadang ia masuk ke dalam


kamar belajarnya, dan memikirkan keadaannya dari segi lain. Ia melamun,
tidakkah lebih baik jika ia memiliki orang-orang yang kerohaniannya telah
bertumbuh untuk menolong mengatasi persoalan-persoalan "rohani" yang
terus-menerus timbul digereja ini?

Yang ia maksudkan bukanlah orang-orang yang hanya membawakan pita


rekaman khotbah pendeta untuk orang-orang di penjara, membagikan
makanan, pakaian dan bantuan keungan untuk yang memerlukan,
mengajar di Sekolah Minggu, atau menolong pendeta mengatur urusan dan
keungan gereja. Maksudnya ialah orang-orang yang mengetahui
bagaimana memenangkan orang kepada Kristus dan kemudian
membimbingnya dari saat pertobatannya sampai menjadi seorang murid
yang kokoh, berserah, mengabdi, berbuah, dan dewasa; dan yang pada
suatu waktu dapat mengulangi proses itu dalam kehidupan orang lain.

Teman saya tersenyum di dalam kamar belajarnya sebab lamunan yang


indah itu. Kemudian ia merasa gentar kembali melihat kenyataan yang
sebenarnya. Dan ialah orang satu-satunya di dalam sidang itu yang
memenuhi syarat secara rohani dan dapat menolong. Maka ia
mengesampingkan lamunannya, membawa Alkitabnya, dan keluar pintu.

Sesudah kami membicarakan bersama-sama mengenai bagaimana


menjadikan orang murid dan bagaimana melatih pekerja, pendeta itu
kembali kegerejanya dan mulai menjalankan prinsip-prinsip yang saya
utarakan kepadanya dan yang diajarkan di dalam buku ini.

Dewasa ini, melalui pelayanannya timbul secara tetap arus murid- murid
dan pekerja-pekerja yang mempengaruhi masyarakat sekitarnya bagi
Kristus. Orang-orang dari gereja ini dipakai oleh Allah untuk memenangkan
orang lain kepada Kristus dan menolong orang-orang yang bertobat itu,
supaya mengulangi proses itu.

Murid yang Bertindak

Marilah kita melihat pada adegan lainnya. Ada empat pasang suami istri
yang mengadakan pertemuan satu malam setiap minggu untuk
mempelajari Alkitab. Sejak pertemuannya dimulai empat bulan
sebelumnya, tiga diantaranya bertobat kepada Kristus. Pertemuan itu
dipimpin oleh salah seorang awam dari gereja. Pada suatu malam baru saja
mereka memulai suatu diskusi yang menarik, telepon berdering.

"Joe ada di sana?" Joe adalah salah seorang Kristen baru yang baru empat
bulan lamanya percaya.

"Ya, tetapi ia sedang sibuk saat ini. Ia sedang mengikuti pelajaran Alkitab."

"Tolonglah, saya harus berbicara dengan dia." Suara itu iba sekali.

“Baiklah."

Joe mengangkat telepon itu dan mendengarkan.

“Baik," katanya. "Saya segera datang."


Joe menjelaskan kepada kelompok itu. Teman kerjanya ingin agar ia datang
dan menolongnya. Ada pertengkaran di antara suami dan istrinya, dan istri
temannya itu sudah tidak menghiraukan dia lagi. Sudah lama keluarga ini
berantakan, dan joe merasa ia harus pergi dan berbuat sedapatnya.

Pemimpin kelompok pelajaran Alkitab itu merasa tindakan Joe itu benar.
Dan sedang Joe pergi, kelompok itu berdoa. Maka Joe, seorang Kristen
yang telah percaya baru empat bulan itu, mengambil Alkitabnya dan pergi
untuk mencoba menyelamatkan suatu pernikahan. Kelompok Pelajaran
Alkitab itu berubah menjadi kelompok doa.

Tiga minggu kemudian saya berjumpa dengan pemimpin kelompok itu dan
mendengar berita yang hebat. Joe telah dipakai oleh Allah untuk memimpin
suami istri itu kepada Kristus. Sekarang Joe sedang dalam proses
pemimpin mereka dalam mempelajari Firman Tuhan.

Sebagai akibatnya, pemimpin itu harus mulai meluangkan waktu sedikit


dengan Joe untuk menjawab pertanyaan-pertanyaannya, sebab ia dengan
istrinya telah mulai memimpin orang Kristen baru untuk mempelajari Firman
Tuhan. Memang sebelumnya juga Joe adalah seorang yang selalu ingin
tahu. Terlebih lagi sekarang. Ia tahu bahwa ia memerlukan banyak
pertolongan. Pemimpinnya senang menolong dia. Ia dapat melihat bahwa
Tuhan memakai waktu itu untuk memperdalam hubungan mereka dan
memperdalam kehidupan Joe di dalam Tuhan.

Keadaan ini juga merupakan tantangan bagi anggota lainnya dalam


kelompok Joe. Jelas sekali bagi mereka bahwa lambat atau cepat Tuhan
juga akan memberi kesempatan untuk membagikan apa yang telah mereka
pelajari. Keadaan itu menjadikan pelajaran Alkitab itu lebih berarti bagi
mereka semua.

Adegan di atas, dengan berbagai keadaan yang berlainan, terulang di


banyak tempat di dunia ini.

Dahulu konsep melipatgandakan murid itu tidak dapat diterima seperti pada
dewasa ini. Sebenarnya, beberapa waktu yang lalu, hanya sedikit orang
yang melakukannya. Tetapi sekarang lebih banyak orang yang kembali
kepada proses Alkitabiah.

Unsur Penting: Pertolongan Perorangan

Tak lama sesudah istri saya, Virginia, dan saya menjadi orang Kristen, kami
berjumpa dengan Waldron Scott, seorang pemuda yang sebaya dengan
kami dan yang menaruh minat secara pribadi terhadap kami. Ia pernah
mendapat pertolongan di dalam kehidupan Kristennya oleh seorang
temannya ketika ia masih berada di Angkatan Udara. Kami adalah teman
sekuliah, dan dia datang sekali seminggu ke rumah kami untuk
membagikan kebenaran kerohanian dengan kami dan menolong kami
dalam pertumbuhan rohani kami.

Pekerjaannya yang sesungguhnya dengan kami mulai pada suatu hari


ketika saya bertanya mengapa ada perbedaan yang sangat menyolok di
antara kehidupan kekristenan kami. Mengapa demikian kerohaniannya dan
Virginia dengan saya tidak seperti dia? Waldron dapat mengutip ayat- ayat
seakan-akan ia telah menghafalkannya. Sering kali ia menceritakan
bagaimana Allah menjawab doanya. Kelihatannya ia mengenal Alkitabnya
dengan baik.

Malam itu Waldron datang kerumah kami dan menanyakan beberapa


pertanyaan. Apakah saya membaca Alkitab dengan teratur? Tidak, hampir
tak pernah. Apakah saya mempelajarinya? Oho, sekali ini saya menang.
Minggu yang baru lalu pendeta kami berkhotbah dari Mat 6:33, dan saya
sangat terkesan dengan ayat itu sehingga saya menghafalkannya
sesampai di rumah.

“Hebat!" kata Waldron. "Coba katakan ayat itu. Mari kita


mendengarkannya."

Saya tidak dapat mengingatnya lagi. Maka saya sadar bahwa ada sesuatu
yang kurang dalam cara saya menghafalkan Firman Tuhan.

Kemudian ia bertanya, "Apakah kau berdoa?"

"Ya, tentu, "jawab saya kepadanya. "Saya selalu berdoa sebelum makan
dengan doa yang telah saya hafalkan." Waktu itu kami sedang duduk-duduk
dan makan makanan kecil. Maka saya berdoa: "Syukur, Tuhan, kami
ucapkan, atas makanan yang Engkau berikan, mohon berkat Yesus Kristus,
Amin."

Pada suatu malam hari ketika mempelajari Alkitab, saya baru mengerti
bahwa ternyata arti dan isi dan praktek doa itu lebih daripada hanya yang
saya ucapkan. Waldron menawarkan kalau kami mau bertemu dengan dia
dan membicarakan hal-hal yang telah menolong dia. Kami ingin sekali.

Maka kami mulai. Waldron mengajar kami bagaimana membaca Alkitab dan
mendapatkan sesuatu daripadanya. Ia mengajar kami bagaimana belajar
Alkitab secara perorangan dan, dengan pertolongan Roh Kudus,
menggunakan pelajaran-pelajaran itu dalam kehidupan kami. Ia mengajar
kami untuk menghafalkan Firman supaya selama 24 jam sehari kehadiran
Roh Kudus dirasakan. Ia mengajar kami bagaimana merenungkan Firman
supaya Firman Tuhan itu mendarah daging dalam kehidupan. Ia mengajar
kami bagaimana berdoa dan mengharapkan jawaban dari Allah. Tahun itu
merupakan tahun yang penuh berkat bagi kami. Kami haus untuk belajar,
dan Waldron bersedia meluangkan waktunya dengan kami.

Tahun berikutnya saya mulai pada tingkat ke dua, dan Waldron masih
meneruskan bertemu dengan kami. Kami tetap terus bertumbuh dan
kehidupan Kristen saya penuh dengan pertemuan-pertemuan baru. Kami
telah menemukan petualangan yang bermutu tinggi dari kehidupan yang
berkelimpahan. Tuhan lebih menjadi bersifat pribadi dan nyata dalam hidup
kami.

Pada pertengahan semester pertama, seorang teman sekuliah datang


kepada saya dan bertanya, "Tahukah LeRoy, saya memperhatikan kamu.
Kehidupan Kristenmu sungguh sangat berbeda dengan saya." Dan ia
menanyakan beberapa pertanyaan sama seperti yang pernah saya
tanyakan kepada Waldron setahun sebelumnya.

Saya tersenyum dan bertanya, "Yah, apakah Saudara membaca Alkitab


secara teratur?"

“Tidak!"

"Apakah Saudara mempelajarinya?" Tidak, lagi.

"Apakah Saudara menghafalkan Firman Tuhan?" Tidak, ia juga tidak


melakukannya.

"Apakah Saudara berdoa?" Masih tidak.

Saya menyarankan agar kami bertemu dan membicarakan hal-hal itu. Ia


bergairah sekali. Maka kami mulai. Saya membagikan apa yang pernah
dibagi Waldron kepada saya, dan teman itu mulai bertumbuh dalam
kehidupan Kristen. Ia mulai menggali Alkitab, berdoa, dan bersaksi. Dan
Roh Tuhan bekerja dengan sangat hebatnya dalam kehidupannya tahun itu.

Tahun berikutnya saya pindah ke universitas lain, dan kawan saya itu
pindah ke universitas yang lain lagi. Beberapa bulan sesudah kuliah mulai,
saya menerima surat dari dia yang menarik sekali. Ia telah menghadiri
persekutuan Kristen di kampus, dan seorang kawannya datang kepadanya
dan menanyakan tentang kehidupan Kristennya. Kelihatannya mahasiswa
itu menemukan perbedaan, dan ia ingin mengetahui sebabnya. Maka
bertanyalah kawan saya itu kepada temannya beberapa pertanyaan yang
berkenaan dengan pembacaan Alkitab, penyelidikan, hafalan, dan doa. Ia
berminat melakukan hal-hal itu. Maka kawan saya itu mulai membagikan
petunjuk-petunjuk dasar yang ia pernah pelajari dari saya dan yang pernah
saya pelajari dari Waldron.
Sementara itu, seorang mahasiswa Kristen datang kepada saya di kampus
universitas saya .... dan demikianlah seterusnya. Sudah banyak tahun
sampai saat ini saya terlibat dalam monolog orang lain secara perorangan
dalam kehidupan Kristen mereka. Dewasa ini terlihat di banyak gereja dan
oleh orang banyak minat yang bertumbuh dalam melipatgandakan murid.

Melipatgandakan Atau Tidak?

Beberapa tahun yang lalu saya bercakap-cakap dengan seorang Kristen


muda yang bersemangat. “Bob," tanya saya, "hal apakah yang bagimu
paling membawa sukacita dalam hidup ini?"

"Akh, LeRoy, mudah sekali," jawabnya. "Membimbing seseorang kepada


Kristus."

Saya setuju dengannya. Setiap orang merasa bahagia pada waktu hal itu
terjadi. Saudara bahagia, orang yang baru bertobat itu juga bahagia. Ada
sukacita di dalam surga. “Tetapi," saya katakan kepada Bob, "ada sesuatu
yang lebih menyenangkan daripada itu."

Dia heran. Apa yang lebih hebat daripada membawa seseorang kepada
Kristus?

Saya melanjutkan. "Jika orang yang kau bawa kepada Kristus itu bertumbuh
dan berkembang menjadi seorang murid yang mengabdikan diri kepada
Tuhan, berbuah, menjadi dewasa, dan kemudian membimbing orang lain
kepada Kristus dan menolong mereka melakukan hal yang sama."

“Aha!" serunya. "Saya belum pernah memikirkannya!"

Ia tidak pernah mendengar atau memikirkan hal itu, tetapi ia siap mulai
menggunakan waktu untuk belajar, dan ia melakukannya. Dewasa ini
banyak murid yang masak, menyerahkan diri, dan berbuah di dua benua
oleh sebab pengaruh kehidupan Bob dan visinya untuk melipatgandakan
murid.

Pada suatu waktu, seorang kawan sekuliah saya dan saya memberikan
suatu loka karya penginjilan di sebuah Seminari. Lokakarya itu berlangsung
selama tiga hari, untuk dua setengah jam setiap pertemuan, dan hadirin
cukup banyak. Pokok kami mengenai "Pemuridan di Gereja Setempat."

Pada saat diskusi, seorang pendeta yang agak tua berbicara dan
menceritakan pengalamannya dalam menjadikan murid diantara
anggotanya di gereja. Ia telah memulai tiga tahun sebelumnya dan
sekarang memiliki sekelompok orang yang setia yang dapat dipanggil
sewaktu-waktu mereka diperlukan. Ia memulai dengan seorang; kemudian
ia dan orang itu bekerja dengan dua orang lainnya yang sudah menyatakan
minatnya. Proses pemuridan itu di teruskan, dan selang beberapa waktu
keempat mereka mulai bertemu dengan empat orang lainnya. Pelayanan itu
berlipat ganda sampai sekarang ia memiliki kelompok orang-orang yang
mengabdi dan yang sungguh-sungguh kerohaniannya memenuhi syarat
dalam pekerjaan gereja.

Pendeta tua itu mengatakan bahwa pelayanan ini lebih menguntungkan,


memuaskan, dan menggairahkan daripada pelayanannya yang lain selama
tigapuluh lima tahun. Sesudah semua itu dipaparkan, mata dari banyak
mahasiswa seminari itu memancar dengan penuh gairah. Hampir-hampir
mereka tidak tahan untuk menunggu-nunggu lagi untuk pergi ke tempat
pelayanan mereka dan mulai melipatgandakan murid.

Yang sangat saya sukai tentang pelayanan melipatgandakan murid ialah


bahwa hal itu berdasarkan Alkitab dan dapat dijalankan. Pertama, hal itu
adalah cara Alkitabiah untuk menolong menaati Amanat Agung Kristus
(Matius 28:18-20), dan untuk menolong melatih pekerja- pekerja (Matius
9:37,38) yang dewasa ini, seperti pada zaman Kristus, masih sedikit.

Kedua, saya telah menyaksikan pelaksanaannya dan hasilnya lebih dari


duapuluh lima tahun. Ketika kami beberapa orang terlibat dalam pelayanan
melipatgandakan murid dalam tahun 1950an, kami masih belum menyusun
dan mengorganisasikannya dengan baik. Kami hanya menyebutnya
"bekerja dengan beberapa orang." Tetapi sejak itu saya telah
memperhatikan pendeta, ibu rumah tangga, utusan Injil, perawat,
kontraktor bangunan, guru sekolah, dan pemilik toko terlibat dalam
kehidupan beberapa orang itu. Saya telah melihat Tuhan memberkati usaha
mereka dan melipatgandakan hidup mereka dalam Kristus ke dalam hidup
orang lain.

Pada waktu Saudara mulai memakai waktu Saudara secara pribadi dengan
orang Kristen lain dengan maksud membangun dalam kehidupannya --
waktu bersama membaca Firman, berdoa, bersekutu, berlatih secara
sistematik-- ada sesuatu yang terjadi dalam hidup Saudara juga. Biarlah
kiranya Allah mengaruniakan kesabaran, kasih dan ketekunan pada waktu
Saudara membagikan kehidupan yang telah diberiNya kepada Saudara
dengan orang lain.
BAB II
CONTOH-CONTOH LATIHAN
PEMURIDAN DALAM ALKITAB

Ketika hari siang, Ia memanggil murid-muridNya kepadaNya, lalu memilih


dari antara mereka duabelas orang, yang disebutnya rasul (Lukas 6:13).

Bila seorang gembala sidang memperhatikan sidangnya, apa yang dilihat?


Banyak macam kebutuhan. Barangkali ada orang yang belum menjadi
Kristen. Ada orang yang sedang mencari-cari. Ada yang ingin tahu, dan ada
sebagian yang telah dibawa ke gereja oleh seorang kawan yang menaruh
perhatian. Ia melihat orang-orang yang berbeban berat dengan penderitaan
dan orang-orang yang ditimpa tekanan-tekanan, keputusasaan, dan sakit
hati.

Gembala sidang itu melihat orang-orang Kristen muda yang bergairah


dalam kehidupan barunya dalam Kristus. Ia melihat orang Kristen lama
yang sudah pernah mendengar tentang semua itu tetapi acuh tak acuh. Ia
melihat orang-orang yang setia hadir dalam semua kegiatan gereja.

Gembala sidang itu melihat pengantin baru. Ia melihat mereka yang


mengalami kesulitan dalam rumah tangganya. Ia melihat keluarga yang ada
dalam kesukaran ekonomi; usahanya tidak berjalan lancar. Ia melihat
usahawan yang berhasil dan suami yang kehilangan pekerjaan. Ia melihat
petani yang menantikan hujan turun; kalau tidak, panennya akan gagal. Dan
berbagai hal lainnya dilihatnya pada sidang itu.

Pada waktu pengkhotbah itu berdiri dihadapan orang-orang itu, terlintas


dalam pikirannya : "Bagaimana dapat saya melayani orang-orang itu dan
memenuhi kebutuhan mereka hanya dengan satu atau dua kali berkhotbah
saja setiap minggu?" Mungkin setiap orang di dalam sidang itu masing-
masing mempunyai kebutuhannya sendiri. Apa jawaban bagi soalnya itu?

Untuk menjawab pertanyaan itu, kita harus bertanya dulu, "Apakah Yesus
pernah menghadapi soal seperti itu?" Pelayanannya dipenuhi dengan
mijizat-mujizat, kerumunan orang banyak, pekerjaan yang berat, kelesuan
dan pertentangan rohani. Orang-orang kusta datang memerlukan
sentuhanNya. Orang buta memanggil namaNya ketika ia lewat. Para ahli
hukum mencoba untuk menipu Dia. Orang berdosa yang bermacam-
macam mengasihi Dia, menyediakanNya makan, dan membasuh kakinya
dengan air mata. Berbondong-bondong orang mengikut dan mengelu-
elukan Dia; orang- orang banyak itu kemudian menuntut kematianNya.
HidupNya dipenuhi dengan segala macam bentuk emosi, segala macam
perlawanan, dan segala macam kegiatan.

Mendekati akhir pelayananNya, Yesus berbicara kepada BapaNya dalam


doa syafaatNya yang dinaikkan untuk murid-muridNya. Ia mengatakan
sesuatu yang mengejutkan: Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi
dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepadaKu
untuk melakukannya (Yohanes 17:4).

Mengapa hal itu sedemikian hebatnya? Tidakkah Yesus mempermuliakan


Allah dengan segala pikiran, kata, dan perbuatan pada setiap saat dalam
setiap hari selama hidupNya diantara manusia? Ya, memang betul. Dan
itulah yang mengagumkan kalau dibandingkan dengan kegagalan kita.
Tetapi yang mengherankan dalam pernyataanNya itu, Dan saya sudah
menyelesaikan pekerjaan yang Bapa tugaskan kepada saya (KBMK).

Kita sudah paham akan pekerjaan penebusan Kristus dan ingat kata-
kataNya dari salib, Sudah selesai (Yoh 19:30). Oleh perbuatanNya yang
mulia dan lengkap itu, Ia menebus kita; Ia mati bagi dosa-dosa kita; Ia
membebaskan kita.

Lalu apakah yang dimaksudkan pada waktu Ia mengatakan dalam doaNya,


Aku telah menyelesaikan pekerjaan? Pada waktu Saudara membaca
doanya dengan teliti, Saudara akan mendapatkan bahwa Ia tidak
menyebutkan mujizat atau orang banyak, tetapi limapuluh kali Ia
menyebutkan orang-orang yang Allah berikan di dunia ini, yaitu murid-
muridNya. PekerjaanNya adalah dengan orang-orang itu. PelayananNya
menyentuh beribu-ribu orang, tetapi Ia melatih duabelas orang. Ia
menyerahkan nyawanya disalib bagi berjuta-juta orang, tetapi selama tiga
setengah tahun Ia memberikan hidupNya secara khusus kepada duabelas
orang.

Dalam pengajaran dan khotbah kita sering kita tekankan dengan jelas
tentang pelayanan Kristus dalam penebusan dosa, dan memang kita harus
berbuat demikian. Tetapi kita juga perlu mempelajari, mengerti, dan
mengajarkan tentang pelayananNya dalam melatih beberapa orang itu.
Dalam hal melatih murid ini dapat kita temukan tiga prinsip.

Prinsip Pemilihan

Orang-orang yang dipilih oleh Yesus adalah orang-orang biasa--penjala


ikan, pemungut cukai, dan lain sebagainya. Pada saat sebelum Ia memilih
orang-orang yang akan Ia latih, Ia berdoa sepanjang malam (Lukas
6:12,13).

Ini adalah segi yang penting dalam pemilihan. Ia tidak terburu- buru
menangkap orang pertama yang menunjukkan minat. Bagi-Nya keputusan
ini merupakan keputusan yang sangat penting yang akan berakibat
langgeng. Sejauh mana jangkauannya? Secara manusiawi kita tidak akan
dapat menerkanya, tetapi inilah yang kita ketahui. Hasil daripada pelayanan
Yesus masih terasa dan bahkan terus berlangsung hingga saat ini dan
dengan Anugerah Allah akan terus berlangsung melalui hidup kita bagi
ribuan orang ditahun-tahun mendatang.

Siapapun yang berminat atau yang sekarang terlibat dalam pelayanan


pemuridan (Mat 28:19) hendaklah berpikir dengan bijaksana mengenai
perkara pemilihan ini. Lebih mudah bagi Saudara untuk meminta orang
mulai ikut bersama Saudara daripada meminta seseorang berhenti karena
ternyata bahwa Saudara telah memilih orang yang salah.

Mengapa Yesus memilih orang-orang dengan kecenderungan


kemanusiaannya dan kelemahannya? Misalkan ia hanya memilih orang
yang terpelajar, berada dan pandai, yang tidak pernah merasa takut atau
ragu-ragu; orang yang tidak pernah berbuat salah atau mengatakan
sesuatu yang tak mengenal kelemahan, nafsu, persoalan, dan dosa kita
semuanya. Bagaimana pengaruhnya terhadap kita? Kita tidak dapat
menyamakan diri dengan orang semacam itu. Mungkin kita akan dicobai
untuk berputus asa, berbalik, dan meneruskan jalan kita yang biasa lagi.

Bukan saja bahwa mereka itu adalah orang-orang biasa, mereka adalah
orang-orang yang mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Mereka
tidak sama satu dengan yang lainnya. Mereka tidak merupakan fotocopy
satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh, Simon orang Zelot membenci
orang Romawi yang menguasai Palestina, sedang Matius adalah pemungut
cukai yang bekerja bagi mereka.

Pelajaran apakah yang kita dapat daripadanya? Manfaat apakah yang


dapat kita ambil bagi kehidupan kita? Sudah pasti ada satu pelajaran. Kalau
kita ingin menjadikan orang murid Yesus, jangan kita hanya memilih mereka
yang sama dengan kita dalam perangi dan kepribadian. Juga kita tidak
hanya memilih mereka yang kita sukai dan tingkah lakunya yang cocok
dengan kita dalam standar yang dapat kita terima. Baik sekali jika dalam
team kita ada orang yang kasar dan juga yang terpelajar dan yang tenang.

Pekerjaan Kristus adalah sesuatu yang penuh dengan kesemarakan, dan


ada kalanya orang yang kasar dan siap itu lebih cocok bagi suatu pekerjaan
tertentu daripada orang pemikir dan sebaliknya. Allah menyukai
keanekaragaman. Dalam alam Saudara akan menemukan bunga mawar,
pohon cemara, pohon palem, tanaman kaktus, bungan seruni dan bunga
matahari. Di kebun binatang Saudara akan kagum pada jerapah, kuda nil,
rusa, ular sawah, burung colibri, dan burung rajawali. Dalam memilih orang,
Saudara harus menghilangkan kecenderungan Saudara untuk
menyesuaikan diri dan mengikuti contoh Yesus.

Murid-muridNya disebut orang-orang Galilea. Mereka adalah orang-orang


yang dianggap agak kedesa-desaaan dan kuno oleh saudara-saudaranya
yang lebih pintar di Yerusalem. Pada umumnya mereka adalah orang-orang
yang bekerja keras dibandingkan dengan pemimpin-pemimpin yang
berfilsafat dan ilmuwan-ilmuwan dari kota besar. Mereka belum merasa diri
terdidik, itulah sebabnya mereka lebih mudah diajar daripada orang-orang
yang terpelajar di Yerusalem. Ini bukan berarti bahwa Yesus adalah orang
yang menolak pendidikan dan kepandaian. Ia bercakap-cakap lama sekali
dengan Nikodemus. Kemudian ia memilih Saulus dari Tarsus untuk menjadi
seorang pemimpinNya di gereja.

Prinsip Hubungan Akrab

Untuk tujuan apakah Yesus memilih duabelas rasul? Ia menetapkan


duabelas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutusNya memberitakan
Injil (Markus 3:14).

Yesus memilih orang-orang ini untuk menyertai Dia. Ini bukanlah buah
pikiran yang revolusioner pada zamanNya, sebab ada beberapa kasus
dalam Perjanjian Lama di mana orang-orang dilatih untuk pekerjaan Allah
dengan menjalin hubungan akrab dengan hamba-hamba Allah.

Allah menyuruh Elia memilih Elisa untuk menolongnya dan meneruskan


pekerjaannya setelah ia tiada. Elia tidak menemukan Elisa sedang belajar
dan bermeditasi di sekolah nabi-nabi, tetapi di lapangan sedang bekerja
(1Raja 19:15-16,19). Para murid juga dipanggil dari pekerjaan sehari-hari
mereka untuk pergi bersama-sama Yesus (Mat 4:18-22; 9:9).

Elia tidak memohon Elisa untuk pergi dengannya atau menggunakan


jabatan kenabiannya untuk memaksa dia ke dalam pelayanan. Setiap orang
harus memperhitungkan untung dan ruginya dan masuk ke dalam latihan
pemuridan dengan rela. Sebetulnya, dari catatan pembicaraan mereka, Elia
tidak keberatan jika Elisa tidak jadi mengikut dia. Jika ia mau bekerja sama
dengan Elia ia harus belajar darinya dengan sukarela (1Raja 19:19-21).

Mengikut Elia merupakan suatu pengorbanan bagi Elisa. Karena amukan


Ratu Izebel dari Israel, waktu itu bagi nabi Allah atau siapa saja yang
berhubungan dengan dia merupakan waktu yang tidak menentu. Jika Elisa
bertanya dahulu kepada orang lain, tentu ia akan menerima nasihat agar ia
tetap tinggal bersama lembu-lembunya di ladang. Itu lebih aman dan
menguntungkan.

Tetapi Elisa sadar bahwa akan diperkaya kerohaniannya jika ia meluangkan


waktu bersama-sama dengan nabi Allah yang mulia itu. Maka setelah ia
beristirahat dan membunuh lembu-lembunya, atau alat untuk
kehidupannya--suatu perbuatan yang final bagi penyerahan yang
sepenuhnya--ia pergi dengan Elia (1Raja 19:21). Apa yang ia perbuat?
Melayani Elia. Memang benar bagi mereka yang akan memimpin harus
belajar melayani. Begitu juga seseorang yang akan melatih orang- orang
lain harus dengan rela meluangkan waktunya dengan mereka dalam
percakapan yang memakan waktu berjam-jam dan menjalin hubungan
dalam kehidupan sehari-hari.

Itulah salah satu sebabnya mengapa Saudara tidak dapat melatih terlalu
banyak orang sekaligus. Saudara tak akan dapat membagi diri Saudara
secukupnya dengan mereka. Saudara hanya mempunyai persediaan
emosi terbatas. Maka dalam satu hari Saudara dapat melatih orang dalam
jumlah yang terbatas oleh waktu yang tersedia dan kapasitas rohani dan
emosi dalam kehidupan Saudara sendiri. Kesalahan yang umum ialah
orang ingin mencoba melakukan terlalu banyak, terlalu cepat, dan dengan
terlalu banyak orang.

Kita belajar dari hubungan antara dua orang ini bahwa Elia tak pernah
mendorong Elisa untuk selalu menyertai dia dalam pekerjaannya.
Sebaliknya, tiga kali Elia mendorong Elisa untuk meninjau kembali
hubungan mereka dan meninggalkannya jika ia mau, tetapi tiga kali Elisa
menolaknya. Elia telah memilih orang yang betul. Di Gilgal, Betel, dan
Yeriko Elisa diberi kesempatan untuk berhenti, tetapi ia memilih untuk tetap
tinggal disisi Elia (2Raja 2:1-6).

Pada waktu Elisa memutuskan untuk mengikut Elia dan melayani Dia, itu
merupakan suatu keputusan yang tetap. Ia telah memperhitungkan untung
ruginya dan memilih hidup ini sebagai yang terbaik baginya. Maka dalam
pemilihan Saudara dan hubungan selanjutnya dengan mereka dalam
pelayanan, penting sekali bahwa Saudara membiarkan orang-orang itu
mencari kehendak dan pikiran Allah, mengetahui sebenarnya apa yang
terlibat dalam pemuridan, dan menyadari bahwa pertemuan-pertemuan itu
bukan semata-mata untuk manfaat Saudara tetapi untuk manfaat mereka.

Hubungan Musa dengan Yosua merupakan gambaran yang lain mengenai


hubungan pekerjaan dan muridnya. Allah memberikan Yosua kepada Musa
sebagai jawaban doa Musa. Salah satu hal yang pertama-tama dilakukan
oleh Musa adalah untuk memberikan sebagai kewibawaannya kepada
Yosua (Bil 27:15-20). Hal itu merupakan segi yang penting. Saya pernah
berbicara dengan orang-orang yang takut melatih orang lain sebagai
pemimpin rohani dalam sidang sebab kuatir kehilangan kesetiaan atau
penghargaan dari orang-orang di sidang itu. Pemimpin-pemimpin semacam
itu senang menjadi pusat perhatian. Mereka senang karena orang-orang itu
bersandar kepada mereka dan hanya mereka. Musa membagikan
kekuasaannya kepada Yosua.
Pada waktu kita memperhatikan Musa dalam konteks ini, kita melihat bahwa
Musa merasa aman di dalam Allah. Ia bersukacita melihat Yosua mulai
menanggung sebagian bebannya. Dalam hubungan mereka, Yosua ada
untuk menolong Musa dalam pelayanannya dan meneruskan pekerjaannya
setelah Musa tiada. Ia berhasil dalam kepemimpinannya beberapa tahun
kemudian (Yosua 1:1-2).

Perjanjian Lama memberikan banyak contoh bagaimana melatih pekerja.


Itu bukanlah metode yang baru timbul pada masa Yesus. Ketika Yesus
mengemukakan maksudNya kepada murid-muridNya, mereka mengerti
metode itu dan gembira mendapat kesempatan itu. Pada mulanya mereka
tidak mengetahui seluruhnya tentang apa saja yang termasuk dalamnya.
Walaupun demikian mereka tidak ragu-ragu tetapi gembira dan menghargai
pemilihannya.

Kemudian, pada waktu gereja berkembang di bawah pimpinan mereka,


prosedur itu diteruskan. Ada orang-orang yang menyertai Petrus pada
waktu ia pergi ke rumah Kornelius atas undangan yang dikirim oleh perwira
pasukan itu (Kisah 11:12). Kemudian Rasul Paulus meneruskan pelyanan
ini, yaitu melatih orang dengan menjalin hubungan akrab (Kisah 20:4).

Pada waktu ia menulis surat yang terakhir kepada Timotius, Paulus


mengingatkannya akan sebagian yang telah ia ajarkan. Tetapi engkau telah
mengikuti ajaranku, cara hidupku, pendirianku, imanku, kesabaranku,
kasihku dan ketekunanku (2Timotius 3:10).

Dalam pelayanan pemuridan hubungan akrab adalah unsur yang


menguatkan, bahkan mengubah hidup murid. Hampir tidak dapat dipercaya
jika kita melihat perubahan yang terjadi dalam kehidupan keduabelas murid
itu. Kejadian itu merupakan mujizat yang terbesar di dalam Firman Tuhan.
Kita perhatikan mereka pergi dari kalangan sederhana di Galilea kepada
pusat kalangan atas di Yerusalem. Di situ mereka mampu mempertahankan
keyakinannya dihadapan Mahkamah Agama Yahudi, yaitu dewan
kekuasaan yang tertinggi di Yerusalem. Kenyataan itu sangat
mentakjubkan.

Setiap gembala memiliki orang-orang di dalam sidangnya yang hanya


sebagai penonton dalam Kerajaan Allah, tetapi sebenarnya mereka rela
terlibat dalam pelayanan yang penting. Tetapi pelayanan itu memerlukan
pengorbanannya. Orang yang demikian itu memerlukan khotbah dan
ajaran, tetapi gembala juga harus membagikan hidupnya dengan mereka.
Dan itulah pengorbanan. Rasul Yohanes mengatakan, Demikianlah kita
ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawanya untuk;
jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita
(1Yohanes 3:16).
Apakah hal itu sedemikian berharganya? Apakah untungnya pelayanan
semacam itu?

Yesus menetapkan dua belas orang supaya mereka bersekutu dengan Dia,
dan supaya Dia dapat mengutus mereka keluar untuk memberitakan
FirmanNya. Ia mempunyai dua tujuan dalam melatih duabelas orang itu.
Pertama, ialah agar mereka dapat menolongNya dalam pelaksanaan
pekerjaanNya. Kedua, agar mereka dapat melanjutkan pekerjaan itu
sesudah ia pergi.

Ia akan mengirim mereka untuk berkhotbah kepada Mahkamah Agama


Yahudi, kepada ahli filsafat di Atena, kepada penyembah berhala, kepada
orang-orang barbar, kepada serdadu-serdadu Romawi--kepada siapa saja
yang mau mendengarkannya. Ia tahu bahwa Ia harus melatih mereka
secara mendalam sebab mereka akan menghadapi perlawanan yang berat.
Mereka akan dirajam, dipukuli, dan dijebloskan ke dalam penjara. Maka
persiapan mereka sangat penting sekali. Latihan yang dangkal dan
penyerahan yang setengah-setengah tidak akan tahan uji. Mereka
diselamatkan untuk menyelamatkan orang lain, tetapi kebanyakan
perjalanannya itu sulit dan berbatu-batu.

Prinsip Pembinaan

Di samping menjalin hubungan akrab dengan murid-muridNya dalam


pelayanan sehari-hari, Yesus juga meluangkan waktu yang khusus untuk
membina mereka.

Mereka tahu bahwa hal itu akan seringan berpiknik. Yesus mempersiapkan
mereka untuk menghadapi perlawanan, bahkan penolakan (Matius 10:16-
18; Markus 6:11).

Lebih baik kalau orang-orang tidak begitu saja masuk pemuridan. Ketika
Yesus memilih Paulus, Ia memberikan penglihatan melalui Ananias tentang
penderitaan yang akan dialaminya (Kisah 9:15-16).

Pada waktu Saudara sedang melatih calon murid dan pekerja, beritahu
kepada dia tentang sebagian kesulitan pelayanan yang pernah Saudara
hadapi. Berbicaralah dengan dia tentang saat-saat Saudara ditolak pada
waktu bersaksi kepada tetangga. Beritahu dia tentang risiko pemuridan.

Yesus memberitahu murid-muridNya, Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi


Akulah yang memilih kamu. Dan aku telah menetapkan kamu supaya kamu
pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu
minta kepada Bapa dalam namaKu, diberikanNya kepadamu (Yohanes
15:16).
Ia melatih langsung di medan pertempuran. Sewaktu-waktu Ia membawa
orang-orangNya menyepi untuk waktu yang khusus bersama-sama, tetapi
kebanyakan latihanNya diberikan langsung di lapangan. Mereka melayani
bersama-sama dengan Dia.

Yesus selalu dapat dicari oleh murid-muridNya. Firman kekal itu menjelma
supaya dapat didengar, dilihat, dan disentuh. Mereka dekat kepadaNya.
Mereka dipilih untuk bersama-sama dengan Dia, tetapi bagi tujuan yang
agung yaitu mempersiapkan mereka bagi pelayanan. Ia merancanglkan
latihanNya sedemikian sehingga hidup mereka harus menghasilkan buah
kekal. Ia tidak menyiapkan mereka untuk kehidupan persekutuan yang
tertutup, maka Ia tidak mempersiapkan mereka dalam persekutuan yang
menyendiri.

Dalam hal ini saya pernah berbuat kesalahan. Saya pernah berusaha untuk
melatih orang dengan cara mengumpulkan mereka di tempat yang tenang
sekali seminggu untuk mendiskusikan kehidupan Kristen dan kemudian
ditambah dengan sekali-kali seminar atau pertemuan yang khusus. Cara itu
tidak berhasil. Tetapi orang yang pernah bekerja dengan saya dalam liku-
liku hidup, di mana kita menghadapi kemenangan dan kekalahan sehari-
hari, di dunia atau kehidupan yang nyata, mereka yang sekarang produktif
bagi Kristus. Saya telah melihat mereka mengeluarkan buah yang masih
tetap.

Sebagai kesimpulan, ada tiga hal yang harus dilakukan bagi orang yang
ingin menolong orang lain menjadi kuat imannya, setia dan berhasil di
dalam pelayanan Yesus Kristus.

1. Ia harus mempunyai tujuan jelas tentang apa yang ia kehendaki agar


mereka mengetahui dan mengerti mengenai Allah dan kebenaranNya. Ia
harus tahu unsur-unsur dasar dalam kehidupan seorang murid Kristus.
2. Ia harus memiliki suatu gambar yang jelas tentang apa yang
seharusnya murid-murid ini menjadi nantinya. Ia harus mengetahui unsur
dasar watak Kristen yang harus mereka miliki dan orang macam bagaimana
yang mereka harus menjadi.
3. Ia harus memiliki visi yang baik akan apa yang harus mereka pelajari
supaya tercapai tujuannya dan rencana untuk menolong mereka
menjalankannya.

Dalam pasal ini telah kita lihat bahwa Kristus Yesus, para murid, dan nabi-
nabi Perjanjian Lama memilih pengikut mereka dengan hati-hati. Mereka
menggunakan priinsip besertaNya--konsep menjalin hubungan dan
teladan. Dan mereka mempunyai waktu yang khusus untuk pembinaan
yang kokoh dan jelas.

Menarik sekali bahwa hal-hal itu tak ada yang di luar jangkauan orang
Kristen biasa. Kita semua dapat saling membagi apa yang telah kita pelajar.
Dan kita dapat berdoa agar hidup kita dapat menjadi teladan bagi orang lain
untuk menolong mereka bertumbuh dalam penyerahan mereka kepada
Kristus dan dalam keefektifan mereka demi Kristus.
BAB III
MENJADIKAN MURID DALAM GEREJA
YANG MULA-MULA

Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan.


Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa (Kisah
2:42).

Pada waktu kita melihat pembangunan sebuah gedung baru, sungguh


mengherankan kalau mengetahui seberapa banyak waktu yang diberikan
untuk membuat fondasinya. Kelihatannya pekerja-pekerja konstruksi itu
tidak akan pernah memulai pembangunan gedungnya. Kadang-kadang
mereka memerlukan beberapa bulan hanya untuk menggali lubang di
tanah. Semakin banyak waktu yang dipergunakan untuk membuat
dasarnya semakin besarlah bangunan yang dapat ditunjang.

Hampir dua ribu tahun yang lalu, Tuhan Yesus Kristus memulai suatu
gerakan yang akan disebarkan sampai ke ujung bumi. Injilnya itu akan
disampaikan kepada raja yang mulia dan sampai kepada buruh yang paling
sederhana sekalipun. Gerakannya dirancangkan untuk menjangkau
seluruh dunia dengan Kabar Baik tentang keselamatan yang tersedia untuk
manusia.

Teladan dan Amanat Yesus

Kristus Yesus memulai misiNya dengan pelayanan secara pribadi selama


tiga tahun lebih sedikit. Salah satu segi utama dari masa pelayananNya
ialah latihanNya kepada keduabelas muridNya. Latihan itu merupakan
dasar dari keseluruhan pelayananNya. Kebanyakan waktuNya dalam tiga
tahun lebih sedikit itu dipusatkan kepada orang-orang itu. Ia menyadari jika
pekerjaanNya mau berhasil, sebagian besar harus bergantung dari
pengabdian, kesetiaan, keberanian, dan iman orang-orang yang telah
dipilih dan dilatihNya.

Mula-mula saya insaf akan pentingnya metode ini ketika saya masih
menjadi seorang Kristen baru. Saya mengikuti sebuah konperensi Kristen
dan dalam salah satu khotbah yang disampaikan ditekankan betapa
penting keduabelas murid itu bagi pekerjaan Yesus. Ia membicarakan
tentang kenaikan Yesus ke surga dan kegembiraan diantara para malaikat.

Penceramah mengisahkan bagaimana ketika salah satu malaikat itu


bertanya kepada Anak Allah yang baru kembali itu, "Rencana apa yang kau
miliki untuk meneruskan pekerjaanMu di bumi?"

Yesus menjawab tanpa ragu-ragu jawab Yesus, "Aku tidak mempunyai


rencana lainnya!"

Malaikat yang lain bertanya, "Bagaimana jika mereka gagal?"

Sekali lagi tanpa ragu-ragu jawab Yesus, "Aku tidak mempunyai rencana
lainnnya!"

Pembicara itu menjelaskan bahwa dialog itu hanya merupakan sebuah


dongeng, tetapi gambaran itu sampai pada sasarannya. Hari depan jatuh
bangunnya agama Kristen tergantung pada pelayanan orang-orang ini.

Kata-kata Yesus yang terakhir kepada murid-muridNya ialah, Kamu akan


menerima kuasa kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan
menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan
sampai ke ujung bumi (Kisah 1:8). Kata-kata kamu akan menjadi saksiKu
adalah kunci bagi perkembangan pekerjaan Yesus dalam buku Kisah Para
Rasul. Siasat penjangkauan pertama-tama ialah pergi ke Yerusalem,
kemudian Yudea dan Samaria, dan akhirnya sampai ke ujung bumi.

Apakah kiranya tanggapan para rasul akan amanat agung Yesus? Tentunya
pernah terlintas dalam pikiran mereka bahwa tugas Yesus bagi mereka itu
merupakan suatu pekerjaan yang sangat besar. Bumi itu besar, dan ada
banyak orang serta banyak bahasa. Siapa diantara mereka yang mengenal
bahasa Partia atau Media? Apakah ada diantara mereka yang mengenal
bahasa Mesopotamia dan Kapadokia?.

Jika seandainya mereka kuatir mengenai hal itu, semestinya mereka tidak
sanggup. Seperti biasanya, Yesus selalu mempunyai suatu rencana. Ia
sudah memberitahu murid-muridNya agar mereka jangan meninggalkan
Yerusalem. Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh
mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang--demikian katanya--
"Telah kamu dengar daripadaKu. Sebab Yohanes Pembabtis
membaptiskan dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan
Roh Kudus" (Kisah 1:4-5).

Hari Pentakosta

Janji kedatangan Roh Kudus dipenuhi pada hari Pentakosta, yaitu sepuluh
hari seseudah kenaikan Tuhan Yesus (Kisah 2:1-4).

Dalam perayaan Pentakosta--sama dengan perayaan Yahudi lainnya yang


sudah lama--orang-orang Ibrani dari negara-negara yang dekat datang ke
Yerusalem. Mereka merayakan hari itu, bergembira mengingat kebaikan
dan berkat Allah, kemudian berpisah kembali.

Pada hari Pentakosta itu para rasul dipenuhi dengan Roh Kudus dan diberi
kemampuan untuk berkomunikasi dalam bahasa asing. Mereka
memberitakan Injil di jalan-jalan Yerusalem. Orang-orang dari negeri
lainnya mendengarkan mereka berbicara dalam bahasa mereka sendiri
(Kisah 2:5-11). Orang-orang Yerusalem menjadi kagum. Sebenarnya
banyak dari mereka yang datang untuk berbagai hari raya selama bertahun-
tahun dan belum pernah melihat atau mendengar hal seperti itu. Ada orang
yang menuduh bahwa para rasul itu mabuk. Lalu Petrus berdiri dan
menyampaikan khotbah yang pertama yang dicatat di dalam buku Kisah
Para Rasul.

Untuk menjawab orang-orang yang mengumpat mereka, ia memulai


dengan mengutip bagian dari Firman Tuhan. Inilah dia, penjala ikan dari
Galilea yang seherhana. Dia berdiri dipusat kota Yerusalem, mengangkat
suaranya dan membuat jalan-jalan kuno itu berkumandang dengan kabar
tentang Kristus yang telah bangkit. Bagaimana hal itu terjadi padanya untuk
menjawab pengejek-pengejek itu dengan kutipan dari Firman Tuhan?
Jawabannya jelas sekali. Ia telah berjalan bersama Yesus lebih dari tiga
tahun, dan ia pernah melihat Yesus menjawab kritik-kritik yang dilontarkan
banyak kali. Ia telah melewatkan waktu lebih dari tiga tahun dengan orang
yang sering mengutip Firman Tuhan. Petrus telah belajar dengan baik dan
pada waktu itu mengutip Yoel 2:28-32. Kemudian Petrus langsung masuk
kepada inti dari masalah itu: berita Injil. Ia berkhotbah mengenai Kristus
yang telah disalibkan dan bangkit dan mendukung apa yang dikatakan oleh
Firman Tuhan (Kisah 2:22-24).

Hasil sangat mengejutkan: Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka
sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul- rasul yang
lain: `Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?' (Kisah 2:41).

Ujian bagi berita suci yang mana saja tidak didasarkan kepada khotbah
yang baik atau jelek, tetapi Apakah Allah memakainya. Adakah berkat Allah
atas berita itu? Di sini Allah memberkati secara luar biasa dengan tiga ribu
orang yang menerima Injil itu (Kisah 2:41).

Kemudian diikuti dengan pernyataan yang paling menarik di dalam Firman


Tuhan. Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam
persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan
berdoa (Kisah 2:42).

Yang lebih menarik ialah apa yang tidak dicatat. Apa yang terjadi diantara
ayat 41 dan 42? Bagaimana rasul-rasul itu pergi berkeliling untuk
mengumpulkan orang-orang itu dalam persekutuan yang tekun?
Pernahkah Saudara mencoba untuk mengadakan pertemuan bagi orang-
orang yang baru bertobat sesudah pertemuan kebangunan rohani atau
kebaktian istimewa? Berapa di antara mereka yang muncul? Biasanya tidak
terlalu banyak. Tetapi rasul-rasul itu telah dilatih oleh Yesus, dan mereka
dapat melakukannya.

Pelayanan Bimbingan Orang Kristen Baru

Coba bayangkan situasi ini: para rasul dengan ketiga ribu orang yang baru
bertobat. Apa rencana tindak lanjut untuk orang-orang itu? Mungkin yang
biasa mereka lakukan--menikmati pesta dan pulang, terpencar ke empat
penjuru angin. Tetapi rasul-rasul itu mempunyai rencana lain.

Apakah tugas mereka? Mencari pengikut? Bukan, tugas mereka (dan kita)
adalah untuk menjadikan orang murid (Mat 28:19). Bagi Yesus hal itu tidak
menjadi masalah, dan orang-orang ini telah mendengar Dia membicarakan
tentang pemuridan banyak kali. Mereka tahu harkatNya dan apa yang
diharapkan dari pengikut-pengikutNya.

Harkat Yesus. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan FirmanKu tinggal di
dalam kamu, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah BapaKu
dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu
adalah murid-muridKu (Yohanes 15:7-8).

Maka kataNya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya:


"Jikalau kamu tetap di dalam FirmanKu, kamu benar-benar adalah muridKu
dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan
memerdekakan kamu." (Yohanes 8:31,32).

Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling
mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu
harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa
kamu adalah murid-muridKu, yaitu jikalau kamu saling mengasihi (Yoh
13:34-35).

Jikalau seorang darang kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya,


istrinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan,
bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu. Barangsiapa
tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi muridKu
(Lukas 14:26-27).

Demikian pulalah tiap-tiap orang diantara kamu, yang tidak melepaskan


dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi muridKu (Lukas 14:26-27).

Rencana Yesus. Apakah yang harus diperbuat oleh rasul-rasul terhadap


orang-orang yang bertobat? Berdiam diri saja sedang ketiga ribu orang
yang baru mengaku percaya itu begitu saja berjalan ke luar kota? Sama
sekali tidak!

Pada peristiwa lainnya sesudah kebangkitan, Yesus bertanya kepada


Petrus dengan pertanyaan yang agak tajam. Bacalah Yohanes 21:15-17
sambil memperhatikan pertanyaan Yesus, jawaban Petrus, dan perintah
Yesus.

Apa yang terutama diperintahkan Yesus ialah untuk memelihara domba-


dombaNya. Ada tiga ribu domba yang baru lahir ke dalam Kerajaan Allah.
Dan Yesus menugaskan mereka agar memberi makan dan menjadikan
orang itu murid.

Kegiatan rasul-rasul. Para rasul mengambil tindakan darurat. Karena harus


memberi makan dan tempat tinggal bagi mereka yang memerlukan
pemeliharaan dan pelayanan sebagai murid baru. Tadinya mereka tidak
bermaksud untuk tinggal lebih lama lagi di Yerusalem. Dengan demikian
orang-orang baru itu dapat tinggal dan menerima latihan dan pertolongan
sebagai tindak lanjut yang mereka butuhkan (Kisah 2:44-47). Dalam
laporan berikutnya di dalam Kisah Para Rasul, orang-orang yang baru
percaya itu tidak lagi disebut-sebut. Tentunya mereka sama seperti kanak-
kanak di dalam sebuah keluarga, memperhatikan segala sesuatu,
mendengarkan segala sesuatu, dan kemudian menirukan segalanya itu.
Jumlah mereka mulai bertambah. Pada suatu saat jumlah mereka
bertambah menjadi lima ribu orang (Kisah 4:4). Kemudian, jumlah orang
yang percaya bertambah banyak (Kisah 5:14).

Teladan bagi orang-orang yang baru percaya,. Ketika ribuan orang


dimenangkan ke dalam kerajaan, apa yang terjadi dalam hidup orang-orang
yang baru bertobat itu? Mereka melihat rasul-rasul dipukuli, dianiaya, dan
dijebloskan ke dalam penjara karena kesaksian mereka bagi Kristus (Kisah
4:17; 5:18,40). Mereka memperhatikan para rasul pada waktu mereka
mengkhotbahkan Injil pada setiap kesempatan. (Kisah 3:14-15; 4:10,33;
5:30-31).

Mereka berada di saa pada waktu rasul-rasul dengan sukacita menerima


penganiayaan yang harus diderita (Kisah 5:41). Dan mereka
mendengarkan dengan cermat pada waktu rasul-rasul itu mengajar mereka
dengan setia perkara-perkara dari Tuhan (Kisah 5:42).

Pengaruh apakah yang terjadi dalam hidup murid-murid yang bertumbuh


itu? Pelajaran apakah yang mereka peroleh? Jawabnya menjadi jelas pada
waktu kita melihat mereka menjada murid-murid dan pekerja-pekerja yang
berguna di dalam tubuh Kristus. Latihan yang mereka terima dari tubuh
Kristus. Latihan yang mereka terima dari para rasul meresap dalam. Mereka
menjadi seperti alat perekam yang dijalankan. Kemudian mereka akan
menjalankan kembali pita rekaman itu kepada dunia.

Saat ujian. Maka datanglah saat mereka diuji. Sesudah kematian Stefanus,
mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka
semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria
(Kisah 8:1).

Menarik sekali bahwa kejadian ini merupakan langkah yang berikutnya


dalam pemenuhan dari amanat yang diberikan (Kisah 1:8). Perhatikan
bahwa semua murid berpencar kecuali rasul-rasul. Mengapa rasul itu tidak
tersebar? Sebab mereka diberi suaka keagamaan oleh Gamaliel, yang
menyatakan, Janganlah bertindak terhadap orang-orang ini. Biarkanlah
mereka, sebab jika maksud dan perbuatan mereka berasal dari manusia,
tentu akan lenyap, tetapi kalau berasal dari Allah, kamu tidak akan dapat
melenyapkan orang-orang ini; mungkin ternyata juga nanti, bahwa kamu
melawan Allah (Kisah 5:38-39).

Pemimpin-pemimpin agama setuju akan hal itu, tetapi tidak ada


perlindungan untuk orang-orang percaya yang biasa. Jadi mereka
melarikan diri, tetapi tidak dalam kepanikan. Mereka yang tersebar itu
menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil (Kisah 8:4).

Mengapa mereka melakukan itu? Mengapa mereka pergi ke mana-mana


memberitakan Injil? Sebab mereka sudah didewasakan dari dalam suatu
suasana bersaksi. Mereka menganggap bahwa itulah hal wajar yang harus
mereka lakukan. Itulah yang mereka ketahui tentang iman pada Kristus.
Mereka telah diajar dan sudah diberi teladan.

Pada waktu kita memikirkan pelayanan menjadikan orang murid Yesus, kita
harus memperhatikan segi ini dengan sungguh-sungguh. Jika kita ingin
melihat tindakan tertentu atau kelakuan tertentu yang berkembang dalam
diri mereka yang bekerja bersama kita, kita harus ingat akan kekuatan
teladan perorangan. Orang-orang Kristen yang baru ini hanya mengikuti
teladan dari pemimpin mereka.

Pelayanan Filipus. Kemudian Roh Allah mengalihkan perhatian kita kepada


salah satu dari orang-orang itu, seorang diakon. Filipus pergi ke suatu kota
di Samaria dan memberitakan Mesias kepada orang-orang di situ (Kisah
8:5). Dia memberitakan Kristus di daerah itu dan mengakibatkan sukacita
yang besar dalam kota itu (Kisah 8:8).

Kemudian, dia bersaksi kepada seseorang dalam kereta kuda. Maka


mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil
Yesus kepadanya (Kisah 8:35). Sekali lagi, itulah apa telah diperlihatkan
kepadanya dan diajarkan kepadanya yang menjadikan dia seorang saksi
yang efektif. Latihan yang telah diperolehnya mempersiapkan dia bagi
tanggung jawab ini.

Pelayanan orang-orang lain. Sebagian dari orang-orang yang di Yeruselem


pada hari Pentakosta berasal dari Kirene (Kisah 2:10). Sebagian dari
mereka menerima berita Injil ini dan menerima latihan pemuridan dari rasul-
rasul. Setelah mereka tercerai berai oleh penganiayaan, mereka muncul
kembali memberitakan Yesus Kristus (Kisah 11:19-21). Kesaksian mereka
sangat berkuasa, seakan-akan tangan Tuhan ada pada hidup mereka.
Berita mereka sederhana; mereka memberitakan tentang Tuhan Yesus.
Dan banyak orang yang percaya.

Minat yang terus menerus dari para rasul. Pada waktu murid-murid itu
meninggalkan para rasul, mereka tidak dilupakan. Para rasul mengikuti
mereka dengan doa dan dengan perhatiannya. Maka sampailah kabar
tentang mereka itu kepada jemaat di Yerusalem, lalu jemaat itu mengutus
Barnabas ke Antiokhia. Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia
Allah, bersukacitalah ia. Ia menasihati mereka, supaya mereka semua tetap
setia kepada Tuhan, karena Barnabas adalah orang baik, penuh dengan
Roh Kudus dan iman. Sejumlah orang dibawa kepada Tuhan (Kisah 11:22-
24).

Prinsip latihan yang penting ternyata di sini. Orang-orang ini tidak nampak
tetapi tidak dilupakan. Pada waktu terjadi sesuatu hal kepada mereka yang
memerlukan bantuan dalam pelayanannya, mereka mendapatkannya dari
pemimpinnya.

Kesimpulan dan tambahan. Kita telah meninjau pelayanan para rasul


sesudah kenaikan Yesus dan pelayanan berikutnya dari murid-murid yang
mereka latih. Semua itu sangat berguna bagi hidup kita dan pelayanan kita.
Gembala-gembala sidang pernah bertanya kepada saya, "Tetapi apakah
kiranya latihan pemuridan ini dapat berjalan di dalam gereja kami dewasa
ini?"

Jawaban saya selalu sama: Hal itu berjalan di gereja di Yerusalem. Hal itu
juga berjalan di gereja di Antiokhia. Semua ini dimulai dalam gereja
Perjanjian Baru. Latihan pemuridan itu bertumbuh dan subur dalam gereja-
gereja ini. Dan tak ada alasan di bumi ini mengapa hal itu tak dapat
dilaksanakan dewasa ini.

Amanat Agung masih tetap sama. Berita Injil itu masih tetap sama. Kita
melayani dengan kuat kuasa dari Roh Kuds yang sama. Kita memiliki
Firman Allah yang sama. Dan kita memiliki janji yang diberikan oleh Yesus
beserta dengan perintah untuk menjadikan murid. Dan ketahuilah, Aku
menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman (Matius 28:20).

Lalu apakah persoalannya dewasa ini? Mengapa kita tidak melihat latihan
pemuridan lebih sering dipraktekkan? Mengapa murid-murid yang
menghasilkan buah, mengabdikan diri, dan matang sedemikian jarangnya?
Alasan yang terbesar ialah bahwa kita terlalu sering bersandarkan program
atau bahan-bahan atau hal-hal lainnya dalam melakukan pekerjaan Tuhan.

Pelayanan itu harus dijalankan oleh orang-orang bukan program.


Pemuridan harus disampaikan oleh seseorang bukan oleh sesuatu. Murid-
murid tidak dapat dihasilkan secara massal. Kita tidak dapat memasukkan
orang ke dalam suatu "program" dan melihat murid muncul sebagai hasil
produksi. Menjadikan orang murid memakan waktu. Perhatian secara
pribadi dan perorangan diperlukan. Waktu berjam-jam untuk mendoakan
mereka diperlukan. Pengertian dan kesabaran diperlukan untuk mengajar
bagaimana menghayati Firman Allah bagi mereka sendiri, bagaimana
memelihara jiwa mereka, dan oleh kuat kuasa Roh Kudus bagaimana
memakai Firman itu bagi hidup mereka. Lebih dari semua itu kita perlu
menjadi teladan bagi mereka.

Teladan Rasul Paulus

Pelayanan menjadikan orang murid Yesus memakan waktu dan usaha,


tetapi hasilnya abadi. Rasul Paulus adalah suatu contoh dari apa yang
diperlukan dan apakah untung ruginya dari pelayanan semacam itu.

Pernah Ia selesai dengan perjalanan pengutusan Injilnya, dan Allah telah


memberkati usahanya dengan berkelimpahan. Banyak orang telah dibawa
kepada Tuhan. Beribu-ribu orang telah mendengarkan Injil. tugasnya
hampir saja merenggut nyawanya. Tetapi pada perjalanan itu, sesudah ia
dilempari batu dan ditinggalkan karena disangka telah mati, ia kembali ke
tempat di mana permusuhannya merupakan yang terhebat. Dan di situ dia
menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka
bertekun di dalam iman (Kisah 14:22).

Kemudian ia kembali ke Antiokhia dan tinggal di sana untuk beberapa


waktu. Paulus merasa terbeban bagi orang-orang itu yang telah percaya
dan berkata kepada Barnabas Baiklah kita kembali kepada saydara-
saudara kita du setiap kota, di mana kita telah memberitakan Firman Tuhan,
untuk melihat, bagaimana keadaan mereka (Kisah 15:36). Sering kita
menyebut perjalanan ini sebagai perjalanan pengutusan Injil Paulus yang
kedua. Sebetulnya perjalanan ini merupakan permulaan dari perjalanan
pemuridan yang pertama. Berangkatlah ia mengelilingi Siria dan Kilikia
sambil meneguhkan jemaat-jemaat di situ" (Kisah 15:41).

Sesudah perjalanan yang lama dan sulit itu, ia kembali ke Antiokhia. Roh
Allah bergerak dalam hatinya, dan ia pergi sekali lagi pada perjalanan
pengutusan Injil yang berikutnya. Setelah beberapa hari lamanya ia tinggal
di situ, ia berangkat pula, lalu menjelajahi seluruh tanah Galatia dan Frigia
untuk meneguhkan hati semua murid. (Kisah 18:23). Ya, memang hal itu
memerlukan waktu dan usaha, tetapi Rasul Paulus adalah seorang
pembina murid yang sejati.

Kemudian dalam suratnya Paulus mengutarakan aspek ini dari


pelayanannya. Dalam membicarakan Yesus ia berkata: Dialah yang kami
beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami
ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada
kesempurnaan dalam Kristus. Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan
dengan segala tenaga sesuai dengan kuasaNya, yang bekerja dengan kuat
di dalam aku (Kolose 1:28-29).

Perhatikanlah kesaksian Paulus. Ia menguasahakan dan menggumulinya


dengan segala kuat kuasa yang diberikan Allah. Apa yang dikerjakannya? Ia
memenangkan orang-orang kepada Kristus dan membawa mereka sampai
kepada kematangan yang penuh di dalam Dia. Proses ini sangat
memerlukan waktu dan pengorbanan. Pada suatu saat ia menyatakan hal
itu kepada mereka yang akan meneruskan pelayanannya: Sebab itu
berjaga-jagalah dan ingatlah, bahwa aku tiga tahun lamanya, siang malam,
dengan tiada berhenti-hentinya menasihati kamu masing-masing dengan
mencucurkan air mata (Kisah 20:31).

Ia juga melayani demikian di antara orang-orang Tesalonika. Kamu tahu,


betapa kami, seperti bapa terhadap anak-anaknya, telah menasihati kamu
dan menguatkan hatimu seorang demi seorang, dan meminta dengan
sangat, supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang
memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaanNya (1Tesalonika 2:11-
12).

Kita sudah meninjau sepintas lalu pelayanan rasul-rasul yang dipilih oleh
Yesus untuk meneruskan pekerjaanNya. Pelayanan mereka ditempatkan
dalam latar belakang penjara, penganiayaan, ancaman, gempa bumi,
kecelakaan kapal, komplotan pembunuh, mujizat, dan banyak kejadian-
kejadian lainnya yang terjadi di jalanan dan di lautan di sekitar dunia Laut
Tengah.

Iblis telah mencoba sedapatnya untuk menghentikan mereka, tetapi


mereka dapat menyelesaikan pekerjaannya. Mereka bertekun terus. Tugas
mereka sudah jelas: Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu
(Matius 28:19). Dan mereka melakukannya. Mereka berdiri tegak, tidak
goyah, dan selalu giat dalam pekerjaan yang telah ditugaskan oleh Tuhan.
BAB IV
SEORANG MENOLONG ORANG LAIN

Aku mencari di tengah-tengah mereka seorang yang hendak mendirikan


tembok atau yang mempertahankan negeri itu dihadapanKu (Yeh 22:30).

Di dalam jemaat mana selau saja selalu ada minat yang beraneka ragam
mengenai pekerjaan Tuhan. Ada orang yang hanya menjadi penonton, yaitu
mereka yang hanya datang untuk melihat dan mendengarkan. Mereka
berada di sana karena bermacam-macam alasan: kebiasaan, rasa
tanggung jawab, desakan kawan, keperluan perusahaannya, atau
keperluan sosial. Sebagian adalah orang-orang yang bukan Kristen yang
hanya ikut-ikutan. Sebagian adalah orang-orang yang bukan Kristen yang
kebetulan menghadiri kegiatan gereja.

Selain penonton, ada juga kelompok orang yang giat mengambil bagian.
Orang-orang ini mau mengambil bagian dalam pelayanan gereja, dan di
dalam kebanyakan hal mereka memberikan yang terbaik. Mungkin mereka
melayani sebagai penyambut tamu di Sekolah Minggu atau di kebaktian,
dan mungkin melayani dalam panitia-panitia atau sebagai petugas lain di
jemaat. Sebagian mungkin mengajar di Sekolah Minggu atau terlibat dalam
kegiatan pelayanan yang aneka ragam.

Orang-orang yang berpartisipasi ini merupakan tulang punggung gereja.


Gereja tidak dapat berjalan tanpa mereka. Maka pada waktu kita
membicarakan pelayanan pemuridan di dalam gereja, jangan kita
melalaikan orang-orang ini yang memainkan peranan yang berharga.
Gereja harus tetap menyuguhkan acara yang bermacam-macam supaya
semua orang merasa disambut dan kerasan. Sekolah Minggu harus tetap
menjalankan kelas-kelas untuk segala umur. Organisasi lainnya harus
menyediakan persekutuan bagi orang-orang yang minat dan keperluannya
berlainan. Di dalam semua program ini yang terutama ialah orangnya. Pada
mereka akhirnya tidak dapat ditolong oleh sesuatu tetapi harus ditolong oleh
seseorang.

Kita semua mempunyai keperluan yang khas yang hanya dapat dipenuhi
oleh orang lain. Tak ada program atau sistim yang dengan sendirinya dapat
memenuhi kebutuhan manusia. Sebab kita adalah individu, dan masing-
masing mempunyai kebutuhan yang khas yang hanya dapat dipenuhi oleh
sesamanya.

Dalam hal ini ada suatu bahaya yang timbul ketika kita tidak menyadari
bahwa ada orang yang belum siap atay yang tidak menginginkan
pemuridan. Dalam semangatnya yang baru untuk mengadakan pelayanan
pemuridan dan ketergesaannya untuk menjalankannya ke dalam
kehidupan gereja, ada gembala yang akan mengesampingkan beberapa
anggota yang baik atau akan menyebabkan mereka merasa seperti warga
Kerajaan Allah kelas II. Seringkali pendeta-pendeta itu tergesa-gesa dalam
usahanya dengan memaksakan tuntutan pemuridan pada setiap orang
secara sekaligus. Mereka tidak akan memperoleh hasil yang diharapkan
dari orang-orang itu, tetapi sebaliknya banyak dari antara mereka akan
kecewa di dalam proses ini. Gereja agar dapat berfungsi secara efektif,
harus memakai berbagai macam cara untuk memenuhi kebutuhan orang-
orang Kristen sungguh-sungguh.

Untuk melibatkan anggota gereja dalam pelayanan pemuridan dan untuk


menolong mereka menjadi murid, sebagai langkah permulaan ada tiga hal
yang perlu diikuti. (1) Mereka harus diberi motivasi untuk menjadi murid. (2)
Mereka harus mengadakan persekutuan dengan Yesus Kristus secara
teratur. (3) Mereka harus bersaksi bagi Dia.

Motivasi Untuk Pemuridan dan Pelibatan Dengan Orang Lain

Langkah pertama untuk membentuk sekelompok orang yang berminat bagi


pemuridan ialah motivasi pada dua arah--ke dalam dan ke luar. Secara ke
dalam mereka harus diberi motivasi untuk mengadakan persekutuan
dengan Yesus Kristus. Dan secara keluar mereka harus menjadi saksi bagi
Kristus Yesus. Proses keseluruhannya harus dijalankan dengan banyak
doa dan pikiran. Mungkin proses itu dapat digambarkan dengan sebuah
proyek bangunan.

Pernah gereja kami menyadari bahwa fasilitas pendidikan perlu diperluas.


Keperluan ini diumumkan dari minggu ke minggu di dalam Sekolah Minggu.
Karena pertumbuhan SM, kami harus memindahkan tempat pertemuan
beberapa kelas, dan kelas kami adalah salah satunya. Kelas dewasa kami
tidak mempergunakan seluruh ruangan, maka kami bertukar ruangan
pertemuan kelas dengan kelas lain yang lebih besar. Hal ini tidak
dilaksanakan tanpa pemberitahuan sebelumnya. Kami mendiskusikannya
untuk beberapa minggu. Kebutuhan menjadi jelas, dan pada waktu tiba hari
pertukaran ruangan kelas maka kami sudah mengerti maksudnya.

Kemudian kami diberitahu bahwa telah dibentuk suatu panitia untuk


mempelajari tentang kebutuhan penambahan ruang kelas. Mereka
memikirkan dan membahas segala kemungkinan dan pilihan, dan gagasan
untuk membangun tambahan pada fasilitas yang sudah ada disebutkan.
Perubahan pemikiran berjalan untuk beberapa bulan dan setiap ada
perubahan kami diberi laporan tentang perkembangan dari panitia. maka
jemaat lama kelamaan mengerti akan kebutuhan ini.
Karena pertumbuhan yang terus menerus, keadaannya semakin
mendesak, dan keperluan untuk perluasan makin dibutuhkan. Akhirnya
datanglah pengumuman: kita akan membangun! Sedikit orang tidak yakin
bahwa itulah jalannya, tetapi kebanyakan dari kami merasa pasti bahwa
itulah langkah yang benar. Kesempatan pertama diberikan kepada kami
untuk berjanji akan memberikan persembahan yang melebihi ongkosnya!
Orang-orang mempunyai hati untuk memberi.

Apa yang akan terjadi jika semua itu dilakukan dengan tiba-tiba tanpa ada
pembicaraan sebelumnya? Misalnya, pada suatu kebaktian Minggu pagi,
pendeta mengedarkan kartu dan menuntut agar segera kami memberikan
janji persembahan untuk bangunan baru? Tentunya kami tidak siap bahkan
terkejut. Hal itu merupakan pemikiran yang baru, dan kebanyakan orang
akan menolak hal baru yang tiba-tiba timbul. Tanpa persiapan yang
sepatutunya, tentu tak akan ada tanggapan yang positif.

Untuk memulai pelayanan pemuridan di dalam gereja, kita memerlukan


pandangan dan rencana yang serupa dengan pembangunan gedung
tambahan tadi. Kuncinya ialah melaksanakannya dengan perlahan-lahan,
dan jangan mencoba untuk melakukannya terlalu cepat dengan terlalu
banyak. Para penonton masih ada di sana, dan kebanyakan dari mereka
ingin tetap begitu saja.

Memberi motivasi untuk pemuridan orang adalah proyek yang sangat


menarik. pada suatu waktu Saudara akan dapat menyorot mereka yang
menunjukkan minat untuk menjadi murid. Mereka akan menjadi sadar akan
keperluan mereka sendiri dan mengadakan waktu untuk Firman --
membacakannya, menyelidikinya, menghafalkannya -- dan menentukan
waktu doa setiap hari. (Penjelasan lebih lanjutan terdapat dalam pasal 5.)

Persekutuan Dengan Tuhan

Pada waktu Saudara mulai melihat di antara anggota gereja ada yang
berminat dalam pemuridan maka Saudara suap untuk menekankan pokok
yang lain, yaitu persekutuan dengan Tuhan dengan teratur.

Sasaran Saudara ialah melihat munculnya sekelompok orang yang


mempelajari Firman Tuhan secara pribadi dengan teratur dan yang berdoa
secara efektif. Orang-orang itu hidup di dalam persatuan dengan Yesus
Kristus yang vital hari demi hari, dan melalui hidup mereka kehidupan Yesus
Kristus mengalir dalam kuat kuasa penyelamatan kepada orang lain di
sekitar mereka.

Untuk menyempurnakan hal ini Saudara harus pasti bahwa anggota-


anggota Saudara itu tidak hanya bergantung pada makanan dari khotbah
mingguan tetapi yang dapat mengambil makanan sendiri sehari-hari dari
Firman Tuhan.

Pada suatu kali keluarga saya dan saya mengadakan perjalan melalui
Florida, di Amerika Serikat. Dalam perjalanan itu saya sangat terkesan
dengan keindahan rumpun tanaman jeruk yang berhektar-hektar luasnya.
Seajuh mata memandang, semua pohon-pohon itu penuh dengan buah
jeruk.

Pada waktu kami berhenti untuk bermalam di sebuah hotel, kami masih
berada di tengah-tengah daerah perkebenan kebun jeruk. Pada keesokan
paginya kami pergi ke rumah makan untuk makan pagi, dan saya memesan
air jeruk dengan telur.

Tak lama kemudian pelayan datang dengan kabar buruk. “Pak," katanya,
"Kami tidak dapat menyajikan air jeruk. Mesin kami rusak."

Pada mulanya saya tidak dapat mengerti. Saya tahu bahwa kami dikelilingi
dengan berjuta-juta buah jeruk, dan saya tahu bahwa di dapur ada jeruk.
Tetapi saat itu saya menginginkan air jeruk, dan saya tidak bisa
memperolehnya.

Saya mulai memikirkan keadaannya. Apa persoalannya? Tak ada air jeruk?
Pada hal kami berada di tengah-tengah ribuan liter air jeruk. Persoalannya
ialah bahwa pelayanan itu bergantung pada alat, dan jika alat itu rusak ia
tidak dapat menyajikan air jeruk. Kadang-kadang orang orang Kristen juga
seperti itu. Mungkin mereka dikelilingi Alkitab dirumahnya. Tetapi jika pada
suatu hari Minggu sesuatu terjadi sehingga tak ada kebaktian, mereka
pulang tanpa makanan rohani. Mereka tidak mendapat santapan rohani
bagi jiwa mereka. Jika tak ada orang yang dapat membuka Firman Allah dan
memberi makan mereka, mereka pulang kelaparan.

Persoalannya bukanlah bahwa tidak ada makanan rohani. Persoalannya


ialah bahwa banyak orang Kristen tidak tahu bagaimana memperolehnya
bagi dirinya sendiri. Mereka sama seperti bayi di dalam gudang yang penuh
dengan kaleng-kaleng susu. Tetapi mereka akan mati kelaparan kecuali ada
orang yang membukakan kaleng-kaleng itu bagi mereka.

Sesudah kebangkitanNya, Yesus Kristus memberitahu Petrus agar


memelihara domba-dombaNya. Sebagian dari perintah itu ialah untuk
memimpin mereka supaya mereka dapat makan sendiri. pada waktu
seorang datang kepada Kristus, ia membutuhkan seseorang untuk
menolongnya belajar bagaimana makan sendiri. Dan mungkin ada orang-
orang di gereja yang tidak belajar bagaimana memelihara diri mereka
sendiri dari Alkitab.

Tanggung jawab kita yang pertama dan yang utama sebagai orang Kristen
adalah untuk tetap hari demi hari tinggal di dalam persekutuan dengan
Tuhan Yesus dengan makan dari FirmanNya. Dan kita perlu menolong
orang lain untuk melakukan hal yang sama.

Bersaksi Bagi Tuhan

Melatih orang untuk bersaksi adalah salah satu aspek yang paling
memuaskan dalam pelayanan pemuridan. Tetapi seseorang tidak akan
bersaksi kecuali mereka sudah berpengalaman mengadakan waktu
bersama Yesus Kristus. Dua prinsip harus diajarkan kepadanya: pertama,
Allah yang mengerjakannya; dan kedua, Ia menggunakan orang.

Allah yang mengerjakannya. Prinsip pertama dari bersaksi ialah


menyadarkan orang akan kenyataan bahwa Allah yang mengerjakannya.
Bersaksi bukanlah ciptaan manusia dan juga tidak dilakukan dalam
kekuatan manusia sendiri.

Jika kita melihat kembali kepada hari Pentakosta dan melihat kepada
Petrus yang mengkhotbahkan khotbahnya yang hebat, (Kisah 2:1-47), apa
yang kita perhatikan? Kita akan mengagumi bahwa ia memproklamirkan
berita tentang Yesus Kristus dengan berani sekali. Dengan mudah kita akan
menyatakan, "Orang itu hebat!" Tetapi kemudian kita akan mengetahui apa
yang dinyatakan oleh penulis yang telah diilhami itu sesudah hari yang
penting itu: Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan
orang yang diselamatkan (Kisah 2:47). Itu bukan pekerjaan Petrus. Itu
pekerjaan Allah.

Jika ada sesuatu rohani yang terjadi di dunia ini, itu sebab Allah yang
mengerjakannya. Hal itu nyata di dalam seluruh Firman Tuhan, baik di
dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.

Hal ini digambarkan di dalam kehidupan Daud dan para pahlawan yang
mengiringinya. (2Sam 23:8) Salah satu pahlawan adalah Eleazar, anak
Dodo. Ia adalah orang yang melawan orang Filistin sesudah semua orang
Israel melarikan diri. Ia berperang sedemikian hebatnya sehingga
tangannya melekat pada pedang. Kita melihat keberaniannya dan
ketekunannya dan mengaguminya sebagai seorang pahlawan di dalam
pasukan Allah. Dan memang betul demikian. Tetapi perhatikan kata-kata ini,
Tuhan memberikan pada hari itu kemenangan yang besar (2Sam 23:9-10).
Tuhan? Kita kiranya itu adalah Eleazar. Tetapi penulis mengatakan bahwa
Allahlah yang memberi kemenangan.

Prinsip ini harus diyakini orang jika mereka mau menghasilkan buah,
mengabdikan dirinya, dan seumur hidupnya bersaksi bagi Yesus Kristus.
Pengertian dari prinsip ini dapat mengurangi ketakutan dan kegentaran
orang bersaksi, sebab mereka menaruh kepercayaannya kepada Allah. Dia
yang melakukan semua itu melalui mereka.

Allah menggunakan orang. Prinsip kedua dari bersaksi ialah bahwa Allah
menggunakan orang-orang. Pria dan wanita Kristen adalah alat pilihanNya
bagi meluaskan Injil kepada orang yang perlu mendengar Kabar Baik.

Salah satu gambaran yang jelas dan menarik ialah peristiwa pertobatan
Kornelius. Ia adalah seorang perwira pasukan Romawi yang takut akan
Allah dan yang suka memberi sedekah kepada orang yang
memerlukannya. Lagi dia senantiasa berdoa. Pada suatu sore seorang
malaikat berkata kepadanya, Dan sekarang, suruhlah beberapa orang ke
Yope untuk menjemput seorang yang bernama Simon dan yang disebut
Petrus. Ia menumpang di rumah seorang penyamak kulit yang bernama
Simon, yang tinggal di tepi laut (Kisah 10:5-6).

Pada waktu kita mempelajari kejadian ini kita dihadapkan kepada sebuah
pertanyaan. Mengapa malaikat itu tidak berkata saja demikian, Percayalah
kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi
rumahmu" (Kisah 16:31). Pada hal ia merupakan orang yang setia berdoa,
telah memberikan uangnya dan jujur--seorang yang selalu taat akan Allah.
Mengapa malaikat itu tidak memberikan berita Injil secara langsung?

Sebaliknya ia meninggalkan perwira pasukan itu dengan perintah yang


agak rumit. Bagaimana jika ia lupa nama kotanya atau nama orangnya, atau
nama orang yang rumahnya ditinggali Petrus? Lalu bagaimana?

Alasan mengapa malaikat itu tidak melakukan semua hal itu agak
sederhana. Allah tidak menggunakan malaikat sebagai saksiNya. Ia
menggunakan manusia.

Coba bayangkan sebenarnya apa saja yang dapat dilakukan Allah untuk
menyampaikan Kabar Baik tentang Yesus Kristus kepada dunia yang
membutuhkannya. Ia dapat saja merencanakan agar bintang-bintang
disusun sehingga tertulis Yohanes 3:16 di langit dalam segala bahasa di
dunia agar semua dapat melihat. Ia juga dapat mengorbitkan malaikat untuk
memancarkan Injil dalam segala bahasa. Tetapi ia tidak berbuat demikian.
Ia memilih untuk menggunakan orang.

Manusia adalah saksi-saksi Allah, dan mereka menjadi demikian karena


tinggal di dalam Kristus (Yohanes 15:4,5).

Kita dapat menghasilkan buah itu sebagai akibat dari tinggal di dalam
Kristus. Maka persekutuan dengan Kristus itu harus terjadi lebih dulu, sebab
bersaksi itu bukanlah pekerjaan yang melampaui batas tenaga tetapi hasil
tenaga yang meluap. Itu adalah Kristus berbicara melalui seorang kepada
orang lain.
Perlunya bersaksi itu diajarkan oleh banyak bagian dalam Firman Tuhan.
Kata-kata Yesus yang terakhir di bukit Zaitun adalah kamu akan menjadi
saksiKu (Kisah 1:8).

Banyak tahun kemudian rasul Paulus menulis surat kepada gereja di Roma,
dan memberitahu kepada mereka bahwa kehidupannya itu dikuduskan
untuk memberitakan Injil Allah (Roma 1:1). Ia hidup dalam kerangka
kehidupan itu--ia telah dipisahkan untuk Injil.

Dari mana ia mendapat pendapat itu? Dalam kesaksiannya di hadapan raja


Agripa, ia mengulangi bagian dari kata-kata Kristus yang pertama
kepadanya pada jalan menuju Damsyik. Yesus mengatakan, Tetapi
sekarang bangunlah dan berdirilah. Aku menampakkan diri kepadamu
untuk menetapkan engkau menjadi pelayan dan saksi tentang segala
sesuatu yang telah kaulihat daripadaKu dan tentang apa yang akan
Kuperlihatkan kepadamu nanti (Kisah 26:16).

Menarik sekali bahwa kata-kata akhir Kristen kepada murid-muridNya di


bukit Zaitun dan kata-kata pertamanya kepada rasul baruNya pada jalan
menuju Damsyik berkenaan dengan hal bersaksi. Inilah juga yang dalam
hati Allah bagi umatNya yang telah ditebus. Allah menyelamatkan Paulus
untuk dipakai dalam usaha yang besar untuk menyampaikan Injil. Ia
diselamatkan untuk bersaksi.

Penginjilan adalah hal yang menjamin program pemuridan yang hidup.


Tanpa penginjilan tujuan Allah akan terhalang. Umat Allah itu bukanlah
hanya untuk menampung segala kekayaan Kristus, tetapi mereka adalah
penyalur berkat untuk membawa Kristus kepada dunia.

Penginjilan pribadi dimulai dengan banyak doa, pemikiran, dan


perencanaan. Dan orang yang akan melakukannya adalah murid yang telah
Saudara latih sehingga masak dan penuh penyerahan. Kesempatannya
tidak terbatas, dan kebutuhannya besar sekali. Tetapi murid yang penuh
penyerahan, yang mengadakan persekutuan dengan Tuhan, dapat
mengambil kesempatan itu dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.

Pertanyaan yang sering saya ajukan kepada pemimpin gereja adalah,


"Mana yang lebih Saudara inginkan dalam jemaat Saudara: 100 orang yang
menyerahkan diri 90% atau 10 orang yang menyerahkan diri 100%?"
Jawaban Saudara akan pertanyaan ini akan menentukan filsafat pelayanan
Saudara dan seberapa banyak usaha yang akan Saudara tanamkan untuk
mengembangkan sekumpulan pekerja-pekerja yang memenuhi syarat
rohani bagi Yesus Kristus.

Dewasa ini ada banyak orang digereja yang minat mengetahui Alkitab.
Banyak yang menginginkan pengetahuan Firman Allah yang praktis.
Banyak yang rindu untuk menjadi saksi yang lebih efektif bagi Kristus.
Banyak orang Kristen yang kecewa karena ketidakefektifan mereka sendiri
dalam doa. Mereka merindukan untuk menjadi orang-orang Allah yang
gagah--kuat dalam iman, sungguh-sungguh dalam semangat, dan setia
dalam pengabdian mereka kepada Kristus.

Mereka membanjiri toko-toko buku untuk mendapatkan buku terbitan


penerbit Kristen yang terbaru. Mereka membanjiri seminari Injili dan
sekolah-sekolah Alkitab untuk mendapatkan latihan Alkitab. Mereka
membanjiri seminar-seminar dan pertemuan kebangunan rohani yang
dipimpin oleh orang yang terkenal.

Tetapi jawaban bagi kebanyakan orang-orang yang haus akan realitas


rohani dapat didapatkan dalam program pemuridan yang tenang dan kuat
tetapi terus-menerus dalam gereja setempat mereka. Itulah tantangan bagi
generasi kita sekarang.
BAB V
PROSES MENJADIKAN MURID

Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah
hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan di
bangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang
telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur
(Kolose 2:6-7).

Bayangkan sebuah pabrik besar yang menghasilkan tekstil. Pimpinan


pabrik itu menanamkan modal uang yang besar sekali dan tenaga kerja
yang banyak sekali untuk menghasilkan tekstil yang sebaik mungkin. Uang
dikeluarkan untuk membayar gaji para karyawan dan membeli
perlengkapan dan bahan-bahan pembuatan tekstil itu. Pabrik itu berjalan
dengan ratusan karyawan yang mondar-mandir dengan tergesa-gesa.
Mesin-mesin dijalankan dengan kecepatan penuh, dan kegiatan dilakukan
semaksimal mungkin.

Pada suatu hari direktur pabrik bertanya kepada koordinator bagian


produksi, "Sudah berapa banyak tekstil yang kita hasilkan sampai
sekarang?"

"Belum ada hasilnya?" tanya direktur itu dengan heran. "Sudah berapa lama
pabrik kita berjalan?"

"Dua tahun."

"Dua tahun, dan belum ada hasilnya?"

"Memang betul," kata koordinator itu "Belum ada tekstil yang jadi, tetapi kita
sungguh sibuk sekali. Sebetulnya, kami sedemikian sibuknya sampai-
sampai kami kelelahan. Kami semua bekerja dengan rajin pada bagian
kami masing-masing."

Diagram pabrik yang tidak menghasilkan ini kurang lebih seperti gambar A.
---------------
<
Uang )

------------- ) ------------------

) ) : : --------

) ====<: Pabrik Tekstil :====< Kosong

) ) : : --------
<
------------- ) ------------------

Tenaga Kerja )

---------------

\_(BAGAN A)\_

Apa yang harus diperbuat oleh direktur pabrik dalam keadaan seperti ini?
Menderita tekanan darah tinggi atau serangan jantung? Marah? Prihatin?
Memecat seseorang? Mencari apa persoalannya? Mungkin mereka
melakukan semua hal itu. Sebab pabrik ini didirikan untuk menghasilkan
tekstil. Direktur ingin agar uang modal kembali dan ingin agar pabrik itu
kelihatan seperti gambar B.

---------------

Uang )

------------- ) ------------------

) ) : : ---------

) ====<: Pabrik Tekstil :====< Tekstil

) ) : : ---------

------------- ) ------------------

Tenaga Kerja )

---------------
\_(BAGAN B)\_

Sekarang marilah kita membubuhi salib di atas bangunan itu dan


mengubahnya menjadi sebuah gereja-gereja Saudara. Sekali lagi, ada
banyak kegiatan. Pria dan wanita bekerja keras. Anggaran tahun ini lebih
tinggi dari tahun yang lalu. Jemaat sangat giat. Tujuan tentu bukan untuk
menghasilkan tekstil tetapi murid-murid Yesus. Seharusnya kelihatan
seperti gambar C.

#####

--------------- #

Uang ) #

------------- ) ----------

) ) : : -------------------

) ====<: Gereja :====< Murid-murid Yesus

) ) : : -------------------

------------- ) ----------

Tenaga Kerja )

---------------

\_(BAGAN C)\_

Pendiri para Navigator, Dawson Trotman, pernah mencari beberapa


pembina untuk membimbing orang yang menerima Kristus dalam salah
satu pertemuan kampanye Billy Graham di sebuah kota besar. Ia bertanya
kepada gereja-gereja "Dapatkah kami memperoleh nama-nama dari
anggota jemaat Saudara yang mengenal Alkitabnya cukup baik untuk
memimpin seseorang kepada Kristus?"

Sekretaris dari salah satu gereja yang agak besar di kota itu, menjawab,
"Coba saudara mengulangi syarat-syarat sekali lagi?"

Pak Trotman mengulangi lagi.


Sesudah berdiam agak lama, dengan prihatin sekretaris itu berkata, "Yah,
dulu kami mempunyai seorang yang seperti itu di gereja ini, tetapi dia sudah
pindah dari sini."

Barangkali gereja itu meruapakan suatu kekecualian. Tetapi dari segi lain,
analisa Yesus pada zaman itu ilah. Tuaian memang banyak, tetapi pekerja
sedikit (Matius 9:37). Jika kita jujur terhadap diri kita sendiri, kita semua
dengan prihatin harus mengakui bahwa sampai masa ini keadaan itu masih
sama. Jarang sekali ada pekerja-pekerja yang secara rohani memenuhi
syarat-syarat--murid-murid yang bekerja keras untuk menjadikan orang lain
murid Yesus.

Keperluan-Keperluan Seorang yang Bertobat

Umpamanya Saudara berada memimpin seseorang kepada Kristus.


Apakah Saudara bahagia? Tentu Semua orang merasa gembira pada
waktu seorang berdosa datang kepada Yesus--surga bergembira. Tetapi
apakah Saudara puas? Tidak. Seharusnya Saudara tidak. Amanat Yesus
kepada Saudara adalah menjadikan murid, bukan hanya sampai bertobat.
Maka tujuan Saudara sekarang adalah untuk menolong orang baru
mengaku percaya ini bertumbuh sampai ia menghasilkan buah, dan
menjadi murid yang dewasa dan mengabdi. Saudara dapat
menggambarkannya seperti bagan D.

Proses: Penginjilan Hasil: Proses Pembinaan

.... ....
. . +* *+ . . +* *+
. . +* *+ . . +* *+
. (Mar 16:15) . +* Calon *+ . (Kolose 2:6-7) . +* Hasil *+
Bersaksi +* Murid *+ Membimbing +* Murid *+
==================< +* *+ ==================< +* *+

+* *+ +* *+

\_(BAGAN D)\_

Saudara perlu ketahui apakah unsur-unsur untuk menjadi murid Yesus


Kristus, dan kemudian bagaimana menolong supaya ciri-ciri khas itu
terbentuk di dalam kehidupan orang itu.

Ia memerlukan jaminan. Ia perlu mengetahui bahwa ia sungguh telah


dilahirkan baru. Dan jika Saudara harus menolong dia, Saudara perlu
mengetahui itu juga. Saya pernah berusaha menolong beberapa orang
yang mengambil beberapa keputusan untuk bertumbuh di dalam anugerah
dan di dalam pengenalan dengan Tuhan Yesus Kristus, lalu menginsafi
bahwa mereka masih tetap mati di dalam dosa dan kesalahan mereka.
Mereka tidak memiliki kehidupan rohani. Tidakkah mungkin untuk
menjadikan seseorang murid kalau di masih mati secara rohani.

Untuk mengetahui kalau seorang telah bertobat dengan murni, Saudara


haru dapat melihat perubahan sikapnya terhadap dosa (2Korintus 5:17).

Ini tidaklah berarti bahwa sekarang ia mengerti sepenuhnya asas


kepercayaan tentang ketuhanan Yesus atas kehidupannya, ataupun bahwa
ia dapat mengatasi semua kesulitannya. Tetapi sikap dasarnya telah
berubah. Sekarang ia memiliki Yesus di dalam hidup yang terang (1Yoh
5:11-12). Dan ia tidak senang akan dosa (1Yohanes 1:9). Dalam kata lain ia
menunjukkan hidup baru.

Ia perlu penerimaan. Ia perlu diberikan kasih dan penerimaan, yaitu dua


segi dari satu kebenaran. Paulus menyatakan pola ini kepada kita di dalam
sikapnya terhadap orang-orang Tesalonika. Demikiankah kami, dalam
kasih sayang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan
kamu., tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami
kaishi (1Tesalonika 2:8).

Tak heran jika orang-orang Tesalonika dalam kehidupannya dan


kesakisiannya berjalan terus sedemian kuatnya. Kamu telah menjadi
teladan untuk semua orang yang percaya di wilayah Makedonia dan
Akhaya. Karena dari antara kamu Firman Tuhan bergema bukan hanya di
Makedonia dan Akhaya saja, tetapi di semua tempat telah tersisa kabar
tentang imanmu kepada Allah, sehingga kamu tidak usah mengatakan apa-
apa tentang hal itu (1Tesalonika 1:7-8).

Paulus mengasihi mereka dan menaruh perhatian yang dalam terhadap


mereka, maka mereka mengetahui bahwa dikasihi dan diterima
(1Tesalonika 2:10-11). Dan pada waktu ia tidak bersama-sama dengan
mereka, mereka ada dalam pikiran dan doanya (1Tesalonika 2:17-20).

Paulus menganggap mereka sebagai bayi rohani yang baru memulai hidup.
Pikirkan tentang itu sejenak. Apa yang dibutuhkan bayi yang baru lahir?
Tentu hal utama antara yang lain adalah kasih. Tanpa kasih, bayi akan
meninggal. Dalam penyelidikan yang diadakan di sebuah rumah sakit yang
besar, orang-orang yang bekerja pada bagian kanak-kanak mendapatkan
bahwa bayi-bayi yang diletakkan di dekat pintu kelihatannya lebih sehat dan
lebih senang daripada bayi yang di sebelah dalam. Mereka menjadi heran.
Sesudah diadakan penyelidikan yang teliti, mereka mendapatkan bahwa
para perawat dengan mudah dapat lebih memberikan perhatiannya kepada
bayi di dalam pintu, yaitu pada waktu mereka keluar atau masuk kamar.
Mereka mengangkat bayi-bayi itu, menggendongnya dan bercakap- cakap
dengan mereka. Sama seperti itu bayi-bayi rohani memerlukan kasih dan
penerimaan--perhatian kasih sayang.

Keperluan-Keperluan Dasar Bagi Seorang Kristen yang Bertumbuh

Di samping jaminan dan penerimaan, seorang Kristen yang bertumbuh


mempunyai empat keperluan dasar. Ia memerlukan perlindungan,
persekutuan, makanan, dan latihan.

Ia memerlukan perlindungan. Paulus terus merasa beban sama seperti


sakit bersalin bagi orang-orang yang baru bertobat sampai rupa Kristus
menjadi nyata di dalam mereka (Gal 4:19). Ia berdoa bagi orang- orang
Korintus agar mereka tidak berbuat kejahatan (2Kor 13:7).

Bayi-bayi bary memerlukan perlindungan. Di dalam sebuah rumah sakit


pada bagian kamar bayi, para juru rawat mensterilkan segala sesuatu.
Mereka mengenakan masker untuk melindungi anak-anak yang kecil itu
dari kuman-kuman. Kehidupan baru itu belum kuat dan harus dilindungi dari
penyakit. Demikian juga dengan bayi-bayi di dalam Kristus. Mereka
memerlukan perlindungan dari ajaran-ajaran palsu dan berbagai macam
serangan musuh. Orang-orang yang menyebarkan penyakit dari agama
palsu akan muncul di pintu mereka. Teman-teman lama akan mencoba
untuk memikat orang Kristen baru supaya kembali kepada jalan lama.
Kekasih lama akan memperbaharui hubungannya. Iblis, seperti singa yang
mengaum, ingin menghancurkan mereka. maka mereka perlu dilindungi
dan dikebalkan dengan Firman Allah.

Ia memerlukan persekutuan. Ia telah dilahirkan ke dalam dunia sebuah


keluarga, dan ia memerlukan persekutuan dengan saudara-saudaranya di
dalam Kristus. Pada waktu istri saya dan saya datang kepada Kristus,
seorang wanita di gereja itu bersusah payah mencarikan pasangan yang
sebaya dengan kami untuk menemui kami. Ia membuang banyak waktu
untuk mencarikan jawaban dari dalam Alkitab atas pertanyaan-pertanyaan
kami. ia memperkenalkan kami kepada anggota gereja lainnya yang mau
mengundang kami ke rumah mereka untuk persekutuan. Seorang petani,
seorang bankir, seorang tukang cukur--mereka mendekati kami dan
menjadikan kami betah di Sekolah Minggu dan di gereja.

Pada waktu itu saya tetap keluar sekali-kali bersama teman di angkatan
laut, tetapi orang-orang dari gereja ini bergaul dengan kami seperti kulit
pada sebuah jeruk. Saya tahu mungkin bahasa dan gaya hidup kami
mengganggu perasaan mereka dan mungkin juga menyakitkan hati
mereka, tetapi mereka tidak mendendam. Kanak-kanak kadang-kadang
mengacau, berbuat hal yang bodoh dan mungkin mengganggu. Demikian
juga bayi-bayi rohani. Teman-teman kami dari gereja tidak terganggu
dengan itu, dan sesudah beberapa bulan saya menyadari sesuatu. Saya
lebih merasa betah dengan teman-teman lama. Roh Allah, yang telah
menjadikan kami sebagian daripada tubuh Kristus, mulai membuat kami
merasa bagian dalam tubuh itu.

Pada waktu saya masih di sekolah menengah atas saya bekerja di pabrik
roti. Sering kali kami harus membuat lapisan gula untuk kue dan donat.
Saya mengambil sebungkah pecahan coklat, meletakkannya ke dalam
suatu kuali, dan memanaskannya dengan api yang kecil. Gumpalan coklat
itu kemudian meleleh, dan melekat menjadi satu, dan kemudian menjadi
sekuali penuh coklat yang cair.

Demikian jugalah keadaan persekutuan Kristen: sekelompok orang di


dalam sebuah gedung yang bukan seperti banyak kelereng di dalam
sebuah kantong, tetapi seperti sebungkah coklat yang sudah menjadi satu
dan menjadi bagian satu sama lainnya. Hal ini hanya dapat terjadi melalui
pelayanan Roh Kudus pada waktu Ia memanaskan perlahan-lahan hati kita
bersama di dalam kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan,
kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri (Galatia 5:22-
23).

Ia membutuhkan makanan. Kanak-kanak perlu diberi makan dengan


teratur. Kanak-kanak rohani juga membutuhkan makanan secara teratur.
Dan makanan rohani mereka adalah Firman Allah (1Petrus 2:2-3).

Saudara dapat memberi makanan kepada orang-orang yang baru percaya


dengan dua cara. Yang pertama ialah mengajar dia Firman Tuhan. Pada
waktu istri saya dan saya baru percaya, kami mengunjungi rumah seorang
kawan Kristen. Percakapan kami berkisar mengenai hal rohani. Kami
menanyakan beberapa pertanyaan, dan dia mengambil Alkitabnya dan
memberikan jawaban atas pertanyaan saya, dia pergi kepada pemimpin
lainnya yang menolong dia dan kemudian dia memberitahukan kepada
kami. Saya juga telah mulai mempelajari Firman Tuhan di Sekolah Minggu
dan di gereja.

Tetapi ketika saya bertemu dengan Waldron Scott, baru saya mempelajari
cara yang kedua untuk makan dari Firman. Kawan saya memberi say
makan dari Alkitab, tatapi Scott mengajar saya agar saya dapat makan
sendiri. Ia mengajar Virginia dan saya mempelajari Alkitab melalui tanya
jawab Alkitab dasariah. Kami sendiri harus menggali jawabannya. Ia
mengajar kami untuk menghafalkan Firman Tuhan bagi diri kami sendiri. Ia
menunjukkan bagaimana kami dapat makanan bagi diri kami sendiri dari
Alkitab.

Maka, untuk menolong seorang Kristen baru bertumbuh, Saudara harus


mengajarkannya Firman dan juga mengajar dia bagaimana menggali untuk
dirinya sendiri. Berusahalah sebaik mungkin untuk melepaskan botol susu
rohani daripadanya. Berusahalah sebaik mungkin untuk melewatkan masa
di mana kita harus menyuapkan makanan bayi rohani kepadanya. Ajarkan
agar dia dapat makan sendiri.

Kecuali Saudara mengajarkan kebiasaan yang sangat penting itu


kepadanya, ia akan bergembira kepada orang lain seumur hidupnya. Allah
mendekati dia agar bertumbuh dan berkembang menjadi murid Yesus
Kristus yang kuat, yang kemudian dapat memenuhi kebutuhan orang lain
dan pada akhirnya mengajar mereka untuk mengulangi proses itu.

Ia membutuhkan latihan. Sekali lagi Paulus memberi kita sebuah teladan,


Kamu tahu, betapa kami, seperti bapa terhadapa anak-anaknya, telah
menasihati kamu dan mengatakan hatimu seorang dari seorang (1Tes
2:11). Contohnya sebagai seorang ayah itu menarik sekali.

Seorang ayah tidak mengajar anaknya segala sesuatu. Ia tidak


mengajarkannya sejarah dunia atau ilmu bumi, tetapi ia tahu bahwa
anaknya memerlukannya dan menyekolahkan anaknya. Mungkin ia akan
mencarikan pelatih berenang; mungkin seorang ayah itu akan mencarikan
pelatih untuk mengajarkan anaknya berolah raga. Mungkin seorang lain
yang baik untuk memasak, tetapi ayahlah yang bertanggung jawab atas
perkembangan anak itu secara keseluruhannya.

Dalam melatih seorang Kristen baru, Saudara harus memusatkan pada


bagaimana caranya atau metode ini dan. Jawaban atas megapa? akan
menyusul, tetapi pada mulanya seorang Kristen baru belajar bagaimana.
Paulus memberitahu orang-orang Tesalonika, akhirnya, saudara-saudara,
kami minta dan nasihatkan kamu dalam Tuhan Yesus: kamu harus hidup
supaya berkenan kepada Allah. Hal it memang telah kamu turuti, tetapi
baiklah kamu melakukannya lebih bersungguh-sungguh lagi (1Tesalonika
4:1).

Orang percaya yang sedang bertumbuh perlu mempelajari bagaimana


mengadakan waktu doa pagi dan membaca Alkitab, bagaimana
menghafalkan Firman Allah, bagaimana menyelidiki Alkitab, bagaimana
membagikan Injil dalam cara yang sederhana dan jelas. Hal-hal itu akan
meamkan waktu, tetapi hal itu adalah tanggung jawab Saudara untuk
mengajarkan semua itu kepadanya.

Orang yang mengajarkannya tentu harus mempraktekkannya sendiri. Pada


waktu Waldron Scott mulai membimbing saya untuk menghafalkan ayat-
ayat Firman Tuhan, ia mengatakan, "Hafalan ayat telah banyak menolong
saya." Dan ia memberi saya sebuah kangong kecil yang penuh dengan
ayat- ayat yaitu kumpulan ayat-ayat Mulai Berjalan Dengan Kristus.
Bagaimana jika ia mengatakan "Inilah hal yang mungkin dapat menolong
Saudara. Terus terang saja, saya sendiri belum pernah mencobanya."
Bagaimana kesannya kepada saya? Kurang baik.

Menjadi teladan adalah salah satu cara yang terbaik untuk mengajar orang
lain. Paulus menyatakan, Apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah
kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu
lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan
menyertai kamu (Filipi 4:9).

Pernah Kenny, seorang Kristen, bekerja sekantor di angkatan laut dengan


Don. Sesudah Kenny membimbing Don kepada Kristus, Don menyadari
bahwa Kenny datang ke kantor lebih awal setengah jam, mengeluarkan
Alkitabnya dari meja tulisan dan membacanya sebelum mulai pekerjaan
hari itu.

Don beranggapan bahwa itulah hal yang harus dilakukan orang Kristen,
maka ia juga datang ke kantor setengah jam lebih awal untuk membaca
Alkitabnya. Kemudian Don mengetahui juga bahwa Kenny pergi ke tempat
yang sepi untuk berdoa sesudah pulang dari kantor. Maka Don juga pergi ke
tempat lain untuk berdoa.

Pada suatu petang Kenny membawa Don ke dalam suatu ruang pertemuan
dan menunjukkan sebuah bagan yang bergantung di dinding. Di atas bagan
itu ada nama-nama orang dengan tanda X dan nomer-nomer pada garis-
garis di antara nama-nama itu. Kenny menjelaskan bahwa nomer-nomer itu
merupakan tanda sampai di mana kemajuan para palaut Kristen itu akan
penyelidikan Alkitab dan ayat hafalannya. Kemudian ia bertanya kepada
Don kalu namanya juga mau dicantumkan pada bagain itu seperti teman-
teman lainnya.

"Tentu saja!" jawab Don.

Pada waktu Don melihat apa yang dilakukan orang-orang lain itu, ia juga
ingin melakukannya. Ia diberi motivasi oleh teladan mereka dan apa yang
mereka lakukan. mereka menunjukkan kepadanya bagaimana
memulainya, dan ia melesat untuk menjadi pemimpin kristen seperti
kemudian memang terjadi.

Ciri-ciri Utama dalam Pertumbuhan

Jika Saudara harus menolong orang yang baru percaya agar bertumbuh,
Saudara harus menolongnya mengembangkan dua ciri utama di dalam
kehidupannya: yaitu keinginan yang dalam untuk persekutuan dengan
Yesus Kristus dan kemantapan dalam kehidupannya.
Persekutuan dengan Kristus. Tanpa yang nyata dari orang-orang yang
dipakai Allah sepanjang masa ialah keakraban mereka berhakan dengan
Yesus dan keintiman mereka dengan Dia. Berabad-abad sebelum Kristus,
ayub menyatakan, Perintah dari bibirNya tidak kulanggar, dalam sanubariku
kusimpan ucapan mulutNya (Ayub 23:12). Saudara harus menilong
membangun sikap yang demikian itu ke dalam kehidupan orang Kristen
baru. Berdoalah agar ia akan merindukan Firman Allah dan
menggemarinya. Saudara dapat menolongnya mengembangakan
minatnya untuk persekutuan dengan Yesus Kristus dalam empat cara.

1. Ceritakan mengapa Saudara sendiri bersekutu dengan Kristus


setiap hari.
Jangan berbicara seakan-akan Saudara telah berhasil menjadi sempurna.
Tetapi beritahu secara dasarnya mengapa Saudara melakukannya:
manfaat yang Saudara dapatkan dari saat-saat itu dan mengapa Saudara
membaca Alkitab dan berdoa setiap pagi secara teratur. Saling
membagikan pengalaman ini akan praktek. Orang Kristen baru itu akan
dapat mempersamakan diri dengan Saudara di dalam semua hal ini dan
melihat keperluan pribadinya sendiri.

2. Bagikan sebagian berkat-berkat yang Saudara dapat dari waktu


Saudara sendirian bersama Tuhan.
Pada waktu Saudara bertemu dengan seorang Kristen baru, bagikan
kebenaran yang Saudara dapat dari Allah dan FirmanNya. Bagikan
sepotong santapan rohani yang diberikan Tuhan kepada Saudara dan
berdoalah agar keinginannya akan dirangsang. Ceritakan tentang jawaban
doa dan ayat-ayat dari Alkitab yang sudah menjadi berkat bagi Saudara.

3. Ajaklah dia mengikuti persekutuan dengan orang Kristen lain yang


dengan setia meluangkan waktu setiap hari bersama dengan Tuhan.
Tolonglah dia bertemu dengan orang-orang yang mengadakan
persekutuan dengan Tuhan secara teratur. Sering seorang dapat memberi
motivasi yang benar dalam suatu kelompok jika ia melihat orang lain yang
hidup di dalam kehidupan pemuridan.

Saya ingat pertemuan Navigator yang pertama saya hadiri. Pertemuan itu
dimulai dengan nyanyian-nyanyian yang penuh semangat. Tetapi ada
perbedaan dari pertemuan menyanyi yang biasanya. Jika kami akan
menyanyikan sebuah lagu yang membicarakan anugerah Allah, pemimpin
nyanyi itu menanyakan, "Siapa yang dapat mengutip sebuah ayat tentang
anugerah Allah?" Tak lama kemudian ada orang-orang yang berdiri dan
mengutip ayat dari Firman Tuhan, dan menyebutkan Kitan, nomor pasal,
dan nomornya itu. Proses itu diulangi lagi lagu-lagu tentang kasih Allah,
kesetiaan atau Kristus di atas kayu salib.

Saya kagum sekali. Saya berpikir, ruangan itu penuh dengan nabi-nabi
kecil! Tetapi pada pada waktu saya perhatikan lebih dekat, saya menginsafi
bahwa kebanyakan dari mereka adalah pelajar dan buruh -- orang-orang
biasa yang seperti saya. Kemudian pembicaranya menceritakan tentang
perlunya makanan rohani yaitu membaca Firman Allah dan berdoa. Malam
itu merupakan malam yang menggairahkan, dan Allah memakainya untuk
menciptakan keinginan yang besar di dalam saya akan persekutuan
dengan Allah.

4. Berdoa untuk dia. Pentingnya doa syafaat tak dapat ditekankan


secara berlebihan.
Rasul Paulus menulis: Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami
tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu
menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui
kehendak Tuhan dengan sempurna, sehingga hidupmu layak
dihadapanNya serta berkenan kepadaNya dalam segala hal, dan kamu
memberi buah dalam segala dan kamu memberi buah dalam segala
pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar
tentang Allah (Kolose 1:9-10). Mulailah dengan mendoakannya kiranya
kebenaran ayat-ayat Firman Tuhan ditanamkan dalam kehidupannya.
Sebagai contoh:

Senin : Betapa kucintai Tauratmu! Aku merenungkannya sepanjang hari


(Mazmur 119:97). Berdoalah "Ya, Tuhan, kiranya ia mengasihi hukumMu
dan merenungkan setiap hari."
Selasa : Peringatan-peringatanMu ajaib, itulah sebabnya jiwaku
memegangnya (Mazmur 119:129). Berdoalah, "Tuhan, kiranya dia
menginsafi bahwa FirmanMu itu indah dan kiranya dia mematuhinya
sepenuhnya."
Rabu : Mulutku kungangakan dan megap-megap, sebab aku
mendambakan perintah-perintahMu (Mazmur 119:131). Berdoalah.
"Tuhan, kiranya ia memiliki keinginan akan FirmanMu yang sedemikian itu."
Kamis : "JanjiMu sangat teruji, dan hambamu mencitainya" (Mazmur
119:140). Berdoalah, "Tuhan, kiranya ia memiliki cinta yang dalam akan
FirmanMu."
Jumat : Aku bangun mendahului waktu jaga malam untuk merenungkan
janjiMu (Mazmur 119:148). Berdoalah, "Kiranya ia mengharapkan malam
lekas tiba ya Tuhan, supaya ia dapat merenungkan FirmanMu pada waktu ia
mau tidur."
Sabtu : Aku gembira atas janjiMu, seperti orang yang mendapat banyak
jarahan. (Mazmur 119:162). Berdoalah "Ya, Tuhan, tolonglah dia gembira
dalam FirmanMu selalu."

Waldron Scott bertemu dengan saya secara teratur selama dua tahun
pertama saya menjadi orang Kristen. Sesudah saya meninggalkan tempat
itu untuk belajar di Universitas yang lain, ia mengirimi saya selembar
halaman doa yang lama dari buku catatannya. (Halaman doa adalah
sehelai kertas di mana kita mencatat permohonan yang khusus dan
jawaban yang telah diberikan oleh Allah atas doa itu.) Selama dua tahun itu
nama saya dicatat dalam baris yang teratas pada daftar doanya. Jadi ia
telah mendoakan saya selama dua tahun itu.

Dahulu J. O. Fraser adalah seorang utusan Injil yang melayani suku-suku


minoritas yang tinggal di daerah pegunungan di barat daya daratan Cina.
Sesudah beberapa tahun di ladang pelayanan, ia melihat sesuatu yang
aneh. Gereja-gereja yang berada di tempat-tempat yang jauh dari tempat
tinggalnya kelihatannya lebih maju daripada yang berada di kotanya sendiri.
Kadang-kadang ia mengunjungi gereja-gereja yang jauh- jauh itu dan
mendfapatkan bahwa mereka sehat, giat, berbakti, dan bertumbuh lebih
daripada jemaat-jemaat yang ia layani secara teratur. Mengapa demikian?
Akhirnya Tuhan menunjukkan sebabnya kepadanya. Ternyata ia lebih
banyak berdoa bagi gereja-gereja yang jauh-jauh itu daripada mendoakan
gereja di mana ia bersekutu secara tetap.

Dari penemuan ini ia menyimpulkan bahwa ada empat unsur dasar untuk
mengembangkan murid dan gereja: doa, doa, doa, dan Firman Allah.
Kelihatannya yang paling penting adalah yang kita lakukan paling sedikit.
Lebih mudah bagi kita berbicara kepada manusia mengenai Allah daripada
berbicara kepada Allah mengenai manusia.

Dengarlah kesaksian dari Samuel ini: Mengenai aku, jauhlah dari padaku
untuk berdosa kepada Tuhan dengan berhenti mendoakan kamu; aku akan
mengajarkan kepadamu jalan yang baik dan lurus. Hanya takutlah akan
Tuhan dan setialah beribadah kepadaNya dengan segenap hatimu, sebab
ketahuilah, betapa besarnya hal-hal yang dilakukanNya di antara kamu
(1Samuel 12:23,24).

Kemantapan. Ciri utama yang kedua yang harus dikembangkan dalam


kehidupan orang yang baru percaya ialah kemantapan atau konsekwensi
dan ketekunan. Saudara harus menolong dia untuk melihat keperluan untuk
berhubungan erat dengan Allah sehari-hari--setiap hari makan makanan
rohani, Firman Tuhan. Secara jasmani, kebanyakan dari kita makan dua
atau tiga kali sehari. Setiap hari kita memerlukan gizi yang seimbang untuk
menjaga supaya kita tetap sehat. Kita memerlukan vitamin-vitamin tertentu
dan mineral juga.

Demikian juga secara rohani. Kita telah diperbolehkan mengambil bagian


dalam kodrat ilahi (2Pet 1:4). Karena itu dimensi rohani dalam hidup kita
memerlukan makanan rohani secara teratur.

Tetapi kesetiaan tidak dapat dipaksakan. Saya telah mencoba untuk


memaksakannya dan gagal. Dalam tahun sembilan belas limapuluhan saya
diminta untuk mengembangkan suatu program lain untuk pelajar SMA dan
mahasisiwa. Dalam kursus itu, pembantu saya dengan saya mengajak dan
memberi murid itu suatu jadwal disiplin kerohanian yang keras. Kami
menuntut agar mereka mengadakan saat teduh. Kami meminta mereka
untuk menghafalkan ayat-ayat setiap hari. Kami memaksa mereka
melakukan penyelidikan Alkitab sehari-hari. Kami menjejalkan semua itu ke
dalam jadwal harian mereka.

Sesudah program itu selesai, banyak dari anak muda itu meninggalkan
tempat itu dengan kecewa. Kami belum belajar bahwa kesetiaan dan
ketekunan adalah hasil dari dorongan Roh Kudus dari dalam, bukan usaha
manusia dari luar.

Kita dapat menolong mengembangkan kesetiaan ini dengan empat cara-


cara bagaimana hidup orang-orang Kristen baru dibuka kepada pelayanan
Kudus.

1. Berilah dia tugas penyelidikan Alkitab yang gampang dan yang


Saudara tahu akan menjadi berkat baginya.
Banyak orang merasa bahwa selebaran Tujuh Menit Bersama Tuhan
(terbitan LLB) dapat banyak menolong.

2. Adakan saat teduh bersama-sama dengan dia. Sarankan agar dia


dan Saudaran mengadakan waktu yang singkat untuk membaca
Alkitab dan berdoa bersama.
Pergilah ke rumahnya dan adakan waktu dengan Tuhan bersama-bersama.
Sebab hal-hal ini lebih mudah dialami daripada didengar saja, ia akan
belajar dari Saudara pada waktu ia mengalaminya bersama-sama dengan
Saudara. Sesudah beberapa hari tanyakan kepadanya jika ia mau
melakukannya lagi.

3. Bila Saudara merasa bahwa ia dapat menangkap maksudnya,


sarankan bahwa Saudara masing-masing melakukan saat teduh
kemudian bertemu dan bagaimana hasilnya.
Tukarlah berkat yang Saudara masing- masing terima dari waktu yang
berharga bersama Tuhan.

4. Periksalah dia dan kuatkan dia kadangkala hal ini sangat penting,
tetapi tekanannya ialah untuk menguatkan.
Pada waktu tahun pertama pelayanan saya pada kampus suatu universitas,
beberapa orang datang kepada Kristus. Kapan saja saya bertemu dengan
mereka dikampus, saya bertanya dan memeriksa penyelidikan Alkitab
mereka, ayat hafalan dan pertumbuhan Kristennya.

Kemudian saya dijuluki sebagai "Si Mandor." Jika mereka sedikit lalai,
mereka menghindari saya. Maka saya berubah dan menjadi "Pak
Pendorong." Semakin saya menguatkan, terjadinya lebih banyak
perubahan. Orang-orang yang baru bertobat itu bertumbuh dan kami
mempunyai waktu bersekutu yang indah sekali. Mereka menjadi setia
dalam perjalanan mereka bersama Tuhan.

Apakah beberapa unsur yang akan menolong orang Kristen baru menjadi
seorang murid Yesus Kristus yang menyerahkan diri, menjadi dewasa dan
menghasilkan buah? Dan bagaimana kita dapat menolongnya
memasukkan hal-hal ini ke dalam hidupnya? Di dalam pasal berikut ini kita
akan membicarakan sebagian dari tujuan latihan-latihan ini, bersama
dengan beberapa kegiatan praktis, alat-alat, dan ayat-ayat Alkitab yang
dapat dipakai dalam pemuridan.
BAB VI
TUJUAN LATIHAN BAGI SEORANG
MURID

Lalu kembalilah mereka ke Listra, Ikonium dan Antiokhia. Di tempat itu


mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya
mereka bertekun di dalam iman dan mengatakan bahwa untuk masuk ke
dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara (Kisah 14:21-
22).

Kemajuan! Itulah yang akan kita bicarakan pada tahap ini. Kita ingin
menolong seorang Kristen baru menuju pemuridan--bertumbuh dalam
anugerah dan di dalam pengenalan dengan Tuhan Yesus Kristus.

Kemajuan ini tidak dapat dibentuk dengan sembrono. Ia harus dimulai dari
satu titik dan kemudian menuju ke sasaran yang tertentu, seperti prises
pendidikan dari Taman Kanak-Kanak sampai SLTA. Pelajar harus
menguasai banyak pelajaran, memahami banyak kenyataan, dan belajar
melakukan banyak tugas. Tetapi caranya harus direncanakan dan diatur.
Seseorang tidak mempelajari soal matematika yang rumid pada waktu
sedang bermain sebagai anak di pasir.

Bila menolong seorang Kristen muda bertumbuh, Saudara harus memiliki


rencana yang tersusun langkah demi langkah. Saudara harus memiliki
tujuan tertentu yang Saudara inginkan agar dapat dicapai sebelum ia
melakukan yang lainnya. Tentu Saudara ingin melihat dia beralih dari minum
susu rohani sampai ia makan daging rohani.

Di dalam pasal ini kita ingin melihat sebagian dari tujuan-tujuan latihan yang
akan dapat menolong menjadikan suatu kehidupan pemuridan. Susunan
tujuan itu disusun secara umum, tidak harus berurutan. Setiap orang adalah
individu yang unik dan harus dihadapi secara demikian. Urutan yang akan
Saudara ajukan kepada orang Kristen baru juga akan berbeda-beda.
Mungkin Saudara ingin menghilangkan sebagian tujuan itu dan menambah
sebagian yang lain. Mungkin Saudara ingin melipatgandakan daftar ini atau
memotongnya. Keperluan kepribadian orang yang Saudara tolong akan
menentukan tujuan yang akan Saudara bangunkan ke dalam kehidupan
dan urutan yang akan Saudara ikuti.

Mungkin Saudara tidak dapat menerapkan sebagian dari tujuan yang


didaftarkan di sini, sebab daftar ini hanya dimaksudkan sebagai penuntun
umum yang dapat Saudara gunakan untuk merangsang pikiran Saudara.
Mungkin ada gagasan di sini yang dapat Saudara memperbaiki bagi
pelayanan, gaya hidup dan keperluan Saudara sendiri. Bahan ini disajikan
untuk Saudara pertimbangkan sebagai sarana dari beberapa prinsip yang
sudah berhasil, bukan sebagai undang-undang.

Tujuan-tujuan latihan ini dirancangkan untuk merangsang kemajuan pada


jalan pemuridan. Ketika tercapai mereka menjadi ciri khas seorang murid.
Gambar yang berikut ini menggambarkan langkah-langkah bagi seorang
yang baru bertobat supaya menjadi seorang murid.

Proses: Penginjilan Hasil: Proses Pembinaan

.... ....
. . +* *+ . . +* *+
. . +* *+ . . +* *+
. (Mar 16:15) . +* Calon *+ . (Kolose 2:6-7) . +* Hasil *+
Bersaksi . +* Murid *+ Membimbing +* Murid *+
=============> +* *+ ================> +* *+
+* *+ Tujuan Latihan +* *+

Bagan ini digambarkan dengan istilah yang khas. Baganini menjelaskan


apa yang akan dilakukan oleh seseorang selama di jalan
perkembangannya dan bagaimana Saudara dapat mengetahui bahwa ia
sedang melakukannya. Dalam kata lain, tujuan ini dapat dinilai. Gambar ini
akan menunjukkan ciri-ciri khas dalam pemuridan. Bagan ini digambarkan
untuk menolong Saudara menilai kemajuan orang yang Saudara bina.
Kegiatan-kegiatannya, bahan-bahannya dan Firman Tuhan berhubungan
dengan setiap tujuan latihan. Semua itu di daftarkan untuk memberi
bimbingan dan petunjuk kepada Saudara bila Saudara menyediakan
bimbingan dan petunjuk bagi orang Kristen yang bertumbuh.

Maksud membangun tujuan-tujuan ini ke dalam kehidupan orang percaya


baru ialah supaya ia dapat dibina dalam iman. Rasul Paulus menyatakan,
Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karenaa itu hendaklah
hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan
dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang
telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur
(Kolose 2:6-7).

Ada tigapuluh tujuan latihan terdaftar di bawah ini. Perincian bagaimana


daftar itu digunakan--gambarannya, kegiatannya, bahan-bahan yang
menolong, ayat-ayat Alkitab--diberikan dalam lampiran I. Lampiran itu
adalah suatu bagian yang perlu dipelajari bersama dengan pasal ini.
Pada waktu konsep-konsep ini dan bahan ini pernah dibicarakan dengan
para pendeta, mereka berkata bahwa tujuan latihan ini sangat menolong.
Tujuan-tujuan Alkitabiah ini telah diuji dalam banyak macam situasi dan
dapat diterapkan dalam hidup sehari-hari. Pada waktu membaca pasal ini
dan Lampiran I, Saudara akan menjadi sadar bahwa tujuan-tujuan ini
meliputi ciri-ciri Khas untuk seorang murid Yesus.

Tujuan Latihan

Daftar tujuan latihan berikut ini diuaraikan secara terperinci dalam Lampiran
I.

1. Keyakinan Keselamatan 16. Iman


2. Waktu Teduh 17. Kasih
3. Kemenangan atas Dosa 18. Lidah
4. Perpisahan dari Dosa 19. Pemakian Waktu
5. Persekutuan Kristen 20. Kehendak Allah
6. Alkitab: Firman Allah 21. Ketaatan
7. Mendengarkan Firman 22. Roh Kudus
8. Membaca Firman 23. Iblis
9. Menyelidiki Firman 24. Menghadapi Dosa
10. Menghafal Firman 25. Keyakinan akan Pengampunan
11. Merenungkan Firman 26. Kedatangan Kristus
12. Penerapan Firman 27. Kesaksian dan Penginjilan
13. Doa 28. Bimbingan Orang Kristen Baru (Tindak
Lanjut)
14. Kesaksian Pribadi 29. Pemberian
15. Ketuhanan Kristus 30. Visi Dunia

Tigapuluh unsur vital tersebut memberi suatu gambaran atau garis besar
seorang murid. Seperti yang telah disebut, Saudara dapat menambah atau
mengurangi sebagian pokok daftar ini menurut keperluan orang yang
Saudara bina.

Dengan salah satu orang, mungkin Kasih (No. 17) merupakan keperluan
yang paling besar dalam kehidupannya sehingga Saudara ingin
memperhatikannya lebih awal. Dengan yang lainnya, mungkin
keperluannya ialah Ketaataan (No. 21), dan Saudara ingin mulai dengan
pokok itu. Sebagai contoh, sekarang ada dua pokok yang akan kami
jelaskan dengan lebih terperinci--Kesaksian Pribadi, (No. 14) dan
Penerapan Firman (No. 12).

Kesaksian Pribadi

Salah satu perbuatan yang paling menolong kalau dilakukan seorang


Kristen baru ialah menulis kesaksian pribadi. Latihan ini akan menolongnya
berpikir akan apa yang telah diperbuat Allah di dalam hidupnya dan akan
mempersiapkan dia untuk memberikan kesaksiannya secara sederhana
dan jelas kepada orang lain.

Menceritakan bagaimana Saudara menjadi seorang Kristen adalah salah


satu cara yang paling baik untuk bersaksi. Khususnya kesaksian pribadi
sangat menolong di dalam mengemukakan Yesus Kristus kepada sanak
keluarga dan teman dekat yaitu orang yang biasanya paling sukar diinjili.

Yang berikut ini ialah beberapa saran praktis tentang kesaksian pribadi.

1. Bersifat pribadi.
Jangan berkhotbah. Ceritakan apa yang telah dibuat Kristus bagi Saudara.
Pergunakan kata “saya," bukan "mereka.”

2. Singkat.
Tiga atau empat menit cukuplah untuk menceritakan fakta-fakta yang
penting.

3. Berpusat pada Kristus.


Selalu tekankan apa yang telah Dia perbuat bagi Saudara.

4. Berdasarkan Firman Allah.


Satu atau dua ayat dari Firman Tuhan akan menambah kuasa kepada cerita
Saudara. Ingatlah bahwa Firman Allah itu pedang yang tajam (Efesus 6:17;
Ibrani 4:12 ).

Coba menulis kesaksian pribadi Saudara sama seperti Saudara akan


menceritakannya kepada seorang yang belum percaya. Jelaskan
pengalaman pertobatan Saudara itu sedemikian sehingga seorang yang
mendengarkan itu tahu bagaimana menerima Kristus.

Ceritakan sedikit tentang kehidupan Saudara sebelum Saudara percaya


kepada Kristus Yesus. Kemudian ceritakan tentang pertobatan Saudara,
bagaimana Saudara menerima dan percaya kepada Yesus Kristus.
Akhirnya ceritakan sesuatu tentang artinya mengenal Dia--berkat-berkat,
pengampunan dosa, jaminan akan kehidupan kekal, dan perubahan-
perubahan dalam kehidupan Saudara. Jika Saudara telah menjadi seorang
Kristen untuk beberapa waktu lamanya, masukkan juga keterangan di
dalam kesaksian tentang pengaruh Yesus Kristus yang terus-menerus di
dalam kehidupan Saudara belakangan ini.

Pada waktu Saudara mempersiapkan kesaksian Saudara, mohonlah


Tuhan untuk memberikan kesempatan untuk menceritakannya kepada
orang lain. Berdoalah bagi dua atau tiga orang yang khususnya akan
Saudara beri kesaksian tentang Yesus Kristus. Barangkali tetangga, kawan
sekerja, atau pelajar di sekolah. Kemudian mereka mencari dan memakai
kesempatan untuk memberikan kesaksian Saudara kepada mereka.

Ikutilah sebuah format yang mirip dengan ini.

----------------------------------------------------------
| |.
| KESAKSIAN SAYA |.
| |.
|Sebelum saya percaya kepada Kristus: |.
| |.
|Bagaimana saya percaya kepada Kristus: |.
| |.
|Sejak saya telah percaya kepada Kristus: |.
| |.
----------------------------------------------------------

Ingatlah bahwa Saudara tidak memiliki kuasa di dalam diri Saudara sendiri
untuk meyakinkan seseorang tentang kebenaran rohani. Roh Kudus
menginsafkan orang-orang yang belum menjadi Kristen akan keperluan
mereka untuk mengenal Kristus (Yoh 16:8). Selagi Saudara berdoa bagi
mereka, mohonlah agar Allah memberkati pemberitaan FirmanNya,
menginsafkan orang-orang akan keperluan mereka, dan menguatkan
Saudara pada waktu Saudara menyampaikan InjilNya.

Allah telah memerintahkan setiap orang Kristen untuk menjadi saksi akan
apa yang telah dialaminya (1Yoh 1:3). Bersaksi adalah suatu gaya hidup.
Saudara adalah seorang saksi setiap waktu. Mengasihi orang lain dan
menunjukkan perhatian yang sungguh-sungguh bagi mereka adalah cara
yang praktis untuk mengkomunikasikan kasih Kristus. Saudara juga
bersaksi melalui kehidupan Saudara. Perbuatan dan kelakuan sering lebih
menggugah daripada kata-kata.

Namun, kelakuan Saudara belum cukuplah untuk mengkomunikasikan


berita Injil Kristus kepada orang lain. Saudara perlu bersaksi dengan kata-
kata--secara terbuka mengaku Yesus Kristus sebagai Tuhan dan
memberitahukan orang lain bagaimana mereka dapat diperdamaikan
dengan Allah. Salah satu alat yang paling efektif untuk mengkomunikasikan
Injil kepada orang lain adalah cerita tentang bagaimana Allah telah bekerja
di dalam kehidupan Saudara--kesaksian pribadi Saudara.

Penerapan Firman Tuhan

Dwight L. Moody mengatakan bahwa Firman Allah itu tidak diberikan


pertama-tama untuk menambah pengetahuan kita, tetapi untuk
membimbing langkah kita. Beberapa tahun yang lalu saya membaca
sesuatu yang sangat berarti bagi saya sehingga saya menulisnya
dibelakang Alkitab saya. Itu hubungan dengan penggunaan Firman Allah.

Suatu tafsiran yang baik akan berpengaruh yang praktis dari pembacaan
Alkitab adalah ucapan yang sederhana dari Moran, kepala suku Piro dari
suatu daerah pedalaman di Amerika Selatan. Ia mengatakan, "Pada waktu
istri saya melakukan sesuatu kesalahan, saya berkata kepadanya, `Mena,
Firman Allah berkata begini dan begitu.' Dan ia berkata `Moran, apakah itu
yang dikatakan Firman Allah?' Maka saya tunjukkan Firman itu, dan ia
membacanya sendiri. Kemudian ia tidak melakukannya lagi. Pada waktu
saya melakukan sesuatu yang tidak sepatutnya, ia berkata kepada saya
dengan lemah lembut, 'Moran, bukankah Firman Allah mengatakan begini
dan begitu?' Maka saya pergi membacanya dan dengan pertolongan Allah
saya tidak melakukan hal itu lagi!"

Menerapkan Firman Allah berarti mengambil sebagian dari Firman Tuhan


yang berbicara kepada hati Saudara, merenungkannya, dan
mengembangkan langkah-langkah yang praktis untuk menghayatinya
dalam kehidupan Saudara. Empat langkah sederhana berikut ini dapat
menolong Saudara menerapkan ayat-ayat Alkitab yang Saudara
renungkan.

1. Apakah yang dikatakan oleh bagian Alkitab ini kepada saya?


2. Di mana kekurangan saya?
3. Beri contoh-contoh yang tertentu.
4. Apa yang akan saya lakukan tentang itu.

Cara ini membawa Alkitab meninggalkan teori saja dan masuk ke dalam
kehidupan sehari-hari. Kebanyakan orang Kristen menghargai Firman Allah
tetapi tidak menghayatinya. Apakah maksud Allah pada waktu Dia
memberikan Alkitab kepada kita? Paulus mengatakan, Segala tulisan yang
diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan
kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam
kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah
diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik (2Timotius 3:16,17). Firman
Tuhan harus diterapkan dalam kehidupan.

Maksud Allah ialah agar FirmanNya hidup di dalam peristiwa-peristiwa


kehidupan sehari-hari, yaitu menjadi darah daging dalam hidup murid-
muridNya. KeinginanNya adalah bahwa kita menjadi "Alkitab" yang hidup
dan berjalan, menunjukkan keindahan dan kekokohan Firman Tuhan di
rumah, di pabrik, di kantor, di sekolah, atau di mana saja kita berada.

Tak lama sesudah saya menjadi seorang Kristen, saya disadarkan akan
konsep ini dan ditantang untuk membuat penerapan Alkitab secara pribadi
sebagai sebagian dalam penyelidikan Alkitab mingguan saya. Salah satu
kitab yang saya pelajari paling dulu ialah Kolose. Pada waktu saya sedang
mempelajari pasal ketiga, Roh Kudus menangkap perhatian saya dengan
ini: Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram,
kejahatan, fitnah dan jaga kata kotor yang keluar dari mulutmu (Kolose 3:8).

Saya coba untuk tidak memperdulikan ayat ini, tetapi Roh Kudus terus
mengembalikan saya pada kata-kata buanglah.......marah! Pada waktu itu
saya mempunyai perangai yang tidak baik. Kapan saja kalau saya menjadi
marah, saya meredakannya dengan meninju pintu yang terdekat.
Sesungguhnya sering saya membuat buku-buku jari saya berdarah, dan
pada suatu waktu saya menghancurkan cincin pemberian istri saya yang
indah sekali. Kelihatannya perangai saya itu tak dapat dikendalikan. Dan
sekarang, inilah Firman Allah: Buanglah.......marah. Jelas bagi saya bahwa
itu bukan saja nasihat yang baik yang diberikan kepada orang- orang di
Kolose berabad-abad yang lalu. Allah berbicara kepada saya saat itu.

Maka minggu itu saya membuat perjanjian dengan Allah. Ia tidak berbicara
kepada saya mengenai dosa saya--marah. Dan saya berjanji kepada Tuhan
bahwa saya akan mengusahakannya. Nyatalah bahwa saya sudah
melangggar perintah itu. Cincin rusak yang saya letakkan pada sebuah
kotak di lemari telah menjadi pengingat kepada saya. Maka pertanyaannya
ialah, "Apa yang akan saya perbuat tentang dosa saya ini dalam hidup
saya?"

Langkah saya yang pertama ialah menghafalkan ayat itu dan


mengulanginya setiap hari sampai beberapa minggu. Saya berdoa dan
memohon kepada Tuhan untuk mengingatkan saya akan ayat ini pada
waktu ada keadaan yang mungkin membangkitkan amarah saya. Dan saya
minta istri saya untuk mendoakan saya dan mengingatkan saya akan ayat
itu jika ia melihat saya gagal dalam janji saya kepada Tuhan. Maka Kolose
3:8 menjadi darah daging dalam hidup saya dan lambat laun Allah
mengangkat dosa itu dari saya.
BAB VII
PEMBINA-PEMBINA MURID MASIH
SEDIKIT

Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada
mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak
bergembala. Maka katanya kepada murid-muridNya: "Tuaian memang
banyak, tetapi pekerja sedikit" (Matius 9:36-37).

Amanat Yesus adalah supaya kita menjadikan orang muridNya (Matius


28:19). Amanat itu selangkah lebih jauh daripada hanya memperingatkan
kita untuk menjadi murid. Maka jika kita menuruti rencana besar Allah, kita
harus menolong orang untuk menjadi muridNya. Kalau berhenti sebelum itu
berarti kita gagal mematuhi dari amanat Kristus.

Mari kita renungkan pertanyaan ini sekali lagi. Jika Saudara memimpin
seorang kepada Kristus, apakah Saudara senang? Tentu. Saudara gembira
dan demikian juga orang itu sendiri dan para malaikat Allah. Tetapi apakah
Saudara puas? Tidak. Seharusnya tidak. Yesus menyusun agar kita berbuat
lebih dari hanya membuat orang lain bertobat. Ia memberitahukan agar kita
menjadikannya seorang murid. Maka Saudara harus akrab dengan orang
yang telah Saudara bimbing kepada Kristus dan menolong dia untuk
bertumbuh sampai ia dapat bertanggung jawab menyampaikan Firman
Tuhan dengan semangat dan efektif. Kalau hal itu terjadi, ia dapat dianggap
sebagai pengikut Yesus yang masak, mengabdi, dan menghasilkan buah.

Sekarang, apakah Saudara bahagia sebab orang yang saudara


menangkan itu telah menjadi seorang murid? Tentu. Tetapi apakah Saudara
puas? Belum. Jika ia terus menunjukkan minat dalam menolong orang lain
juga menjadi murid, ia sudah siap untuk melanjutkan tahap berikutnya untuk
berguna dalam kerajaan Allah. Ia siap untuk menjadi pekerja yaitu pembina
murid bagi Kristus.

Tetapi ada orang-orang yang tidak pernah mencapai tahap ini. Mereka
sungguh-sungguh adalah murid-murid Yesus. Mereka secara terbuka
mengenal Tuhan. Mereka ada dalam persekutuan dengan Dia melalui
Firman dan doa. Mereka menyatakan buah Roh (Galatia 5:22,23). Dan
mereka sedang memenuhi bagiannya yang unik dalam tubuh Kristus.

Mereka mengajar di Sekolah Minggu. Mereka melayani dalam panitia-


panitia dan menyumbangkan perbuatan yang berguna. Mereka memiliki
kekuatan dan kedewasaan rohani. Tetapi kelihatannya mereka tidak
mendapat karunia dan panggilan untuk melibatkan diri dalam pelayanan
pemuridan. Salahlah jika kita mencoba memaksa mereka ke arah itu.
Mereka perlu tetap menjadi murid, tetapi tidak dapat dipaksakan terlibat
dalam menjadikan murid. Kalau terlalu didesak oleh pelatihnya, mungkin
mereka akan berputus asa atau memberontak. Karena melebihi karunia
dan panggilan mereka.

Dalam Firman Tuhan jelaslah bahwa pekerja Kristus meliputi pekerja-


pekerja yang bermacam-macam. Sasaran kita dalam pasal ini dan
berikutnya berhubungan dengan pekerja-pekerja yang khusus. Pada waktu
Yesus menyatakan bahwa pekerja-pekerjanya sedikit (Mat 9:37), Ia
membicarakan pekerja yang secara langsung terlibat di dalam penuaian,
yaitu pembina murid.

Saya dilahirkan dan dibesarkan di sebidang tanah pertanian. Kami selalu


mempunyai banyak tugas. Sepanjang tahun kami harus memelihara sapi
dan kuda. Rumah, kandang dan pagar harus sering di perbaiki dan lain
sebagainya. Pokoknya : bekerja, bekerja dan bekerja.

Tetapi pada waktu tertentu setiap tahun ada saatnya kami memandang
ladang kami dan menyadari bahwa sudah tiba waktunya untuk menuai.
Kami meninggalkan kebanyakan pekerjaan kami yang lainnya dan menjadi
pekerja- pekerja untuk menuai. Itulah macam orang yang disebutkan Yesus
pada waktu ia menyatakan bahwa pekerja-pekerjanya sedikit. Ia
membicarakan tentang pekerja-pekerja kerajaan Allah yang secara
langsung terlibat dalam tugas mengumpulkan jiwa-jiwa bagi Kristus
kemudian membina mereka untuk menjadi penuai juga.

Hal itu bukanlah untuk meremehkan pekerjaan dari murid Yesus yang mana
saja. Keuangan gereja harus dijalankan secara teratur. Catatan-catatan
harus dipelihara sehingga kita dapat menilai pelayanan gereja dengan baik.
Guru Sekolah Minggu merupakan kebutuhan yang mutlak. Pekerja-pekerja
lainnya dalam gereja melakukan tanggung jawabnya dengan setia. Tetapi
pembicaraan kita di sini berhubungan dengan pekerja yang berciri khusus
seperti yang disebutkan oleh Yesus (Matius 9:37): pria atau wanita yang
bersaksi bagi Kristus dengan sungguh-sungguh dan membangun di dalam
kehidupan orang lain. Kita akan memakai istilah dengan cara demikian.

Ciri-ciri Calon Pembina Murid

Mereka yang terpanggil kepada pelayanan untuk menjadikan murid perlu


latihan lebih lanjut untuk melengkapi mereka bagi pelayanan yang telah
ditempatkan dalam hatinya oleh Kristus. Mereka telah melihat visi untuk
melipat gandakan murid dan ingin melibatkan diri di pekerjaan itu. Mereka
memperhatikan orang dan ingin memberikan hidup mereka untuk
menolong orang lain. Mereka membutuhkan latihan tentang metode-
metode pemuridan.

Visi untuk pelipatgandaan. Tanpa visi yang sungguh akan kemanjuran


pelipatgandaan murid, orang itu tidak akan berkecimpung dengan orang
lain. Tetapi pada waktu ia dapat melihat seluruh dunia di dalam wajah
seseorang dan kemungkinan untuk menjangkaunya bagi Kristus, gairahnya
dihangatkan oleh Roh Allah. Ia akan ikut serta dalam sasaran hidup Paulus.
Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-
tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap- tiap orang
kepada kesempurnaan dalam Kristus. itulah yang kuusahakan dan
kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasaNya yang
bekerja dengan kuat di dalam aku (Kolose 1:28,29).

Pada suatu waktu Dr.Jerry White, seorang guru astronotika di Akademi


Angkatan Udara Amerika Serikat, menjalani suatu percobaan pada sebuah
komputer. Jika selembar kertas yang tipis, yang setebal halaman Alkitab,
dilipat limapuluh kali, akan menjadi berapa tebalnya? Komputer itu
memberikan jawaban yang mengejutkan. Kertas itu akan menjadi setinggi
27,2 juta kilometer. Untuk membandingkannya dengan sesuatu yang dapat
dimengerti, kita harus ingat bahwa jarak bumi dan bulan itu adalah 382,4
ribu kilometer.

Percobaan ini menggambarkan kekuatan dari pelipatgandaan. (Saudara


lebih suka yang mana, satu hari mendapat satu juta rupiah selama tiga
puluh hari atau satu sen setiap hari dilipatgandakan dua kali selama
tigapuluh hari?) Pelipatgandaan juga dapat dilaksanakan di dalam bidang
rohani, seperti yang dinyatakan Paulus kepada Timotius, Apa yang telah
engkau dengar daripadaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu
kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar
orang lain (2Tim 2:2). Paulus, Timotius, orang-orang yang dapat dipercaya,
dan orang lain-- itu merupakan pelipatgandaan rohani.

Konsep ini digambarkan lebih lanjut oleh Paulus pada waktu mengingatkan
orang-orang Tesalonika, Dan kamu telah menjadi penurut kami dan penurut
Tuhan;....dari antara kamu firman Tuhan bergema bukan hanya di
Makedonia dan Akhaya saja, tetapi di semua tempat telah tersiar kabar
tentang imanmu kepada Allah (1Tes 1:6,8). Hal itu juga dinyatakan dalam
doa syafaat Yesus: Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga
untuk orang-orang yang percaya kepadaKu oleh pemberitaan mereka
(Yohanes 17:20). Hal itu terkandung dalam amanat agung Yesus: Ajarlah
mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu
(Matius 28:20).

Jika seorang telah menghasilkan seorang murid, ia telah melipatgandakan


dirinya sendiri sebagai seorang murid. Ia telah menjadi seorang pembina
murid. Jika seseorang telah menumbuhkan seorang pembina, ia telah
menghasilkan lebih banyak murid dan dirinya sendiri sebagai pembina
murid. Pelipatgandaan rohani ini menghasilkan murid-murid dan juga
pembina-pembina murid.

Memperhatikan orang lain. Untuk menambah visi untuk pelipatgandaan,


calon pembina harus mempunyai beban untuk memperhatikan orang lain.
Ia harus melihat kemampuan orang lain bagi Allah. Orang-orang Kristen
tidak saja memiliki kemampuan yang luar biasa bagi Allah; mereka juga
berharga bagi Allah. Mereka adalah anak-anak Allah yang dikasihi. Ia ingin
melihat mereka berkembang dan menjadi warga yang bertanggung jawab
di dalam kerajaan Allah dengan kehidupannya yang menyenangkan dan
memuliakan Allah. Kecuali kita melihat orang sedemikian, kita akan
condong untuk memasukkan mereka ke dalam suatu program yang kita
harap dapat berhasil.

Tetapi Allah tidak memasukkan kita ke dalam suatu program. Ia secara


pribadi melibatkan diri dengan kita. Anak Allah masuk ke dalam tubuh
manusia dan menyamakan diri dengan kita. Sesungguhnya, penyakit
kitalah yang ditanggungNya, dan kesengsaraan kita yang dipikulNya
(Yesaya 53:4). Ia mendekati kita dengan menjelma dalam keadaan seperti
kita. Ia mengalami persoalan dan kebutuhan kita. Ia menunjukkan
perhatianNya yang besar.

Paulus mengingatkan gereja di Roma: Bersukacitalah dalam pengharapan,


sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa! Bantulah dalam
kekurangan orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu
memberi tumpangan! Berkatilah siapa yang menganiaya kamu, berkatilah
dan jangan mengutuk! Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita, dan
menangislah dengan orang yang menangis! Hendaklah kamu sehati sepikir
dalam hidupmu bersama; janganlah kamu memikirkan perkara- perkara
yang tinggi, tetapi arahkanlah dirimu kepada perkara-perkara yang
sederhana. Janganlah menganggap dirimu pandai" (Roma 12:12-16).

Perhatian untuk orang lain dan visi akan kemampuan seseorang dan akan
keberhasilan pelipatgandaan murid adalah dasar dalam kehidupan seorang
pembina murid bagi Kristus.

Prinsip Pelibatan Diri

Walaupun punya visi pelipatgandaan murid, seorang pembina yang tidak


tahu metodenya akan merasa frustasi. Ia ingin melakukan sesuatu dan
melibatkan diri dengan orang-orang tetapi kemampuannya terbatas sebab
ia belum pernah di latih dalam metode menyampaikan visinya itu. Saudara
dapat menambah pekerja-pekerja untuk masa menuai dengan menolong
dia berkembang menjadi murid yang melipatgandakan murid. Ia dapat
mengikuti team pemuridan Saudara dan memperluas pengaruh dan
pelayanan Saudara. Namun pelibatan diri merupakan jalan dua jalur.
Tentunya Saudara ingin orang melibatkan diri dalam pelayanan Saudara
untuk menjadikan murid. Tetapi ada syaratnya. Saudara harus terlebih dulu
melibatkan diri dengan mereka. Demikianlah teladan Allah, sebab ia inisiatif
dengan kita. Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi
Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus AnakNya sebagai
pendamaian bagi dosa-dosa kita....Kita mengasihi karena Allah lebih
dahulu mengasihi kita (1Yohanes 4:10,19).

Yesus datang ke dunia untuk melibatkan diri dengan umatNya. Dan dalam
pelibatan diriNya dengan murid-muridNya, Ia melatih mereka. Maka
prinsipnya ialah: Di mana tidak ada pelibatan diri, tidak ada latihan
pemuridan. Untuk memenuhi keperluan orang yang kita latih, kita harus
mengenal orang itu dan melibatkan diri dengan dia.

Apa yang Dicari Dalam Diri Seorang Calon Pembina Murid

Di samping mengikuti kelompok bersama dia, Saudara harus meluangkan


waktu banyak secara pribadi dengan calon pembina murid supaya lebih
mengenal dia. Sebab unsur waktu menjadi sangat penting sekarang,
Saudara harus menekankan kebenaran-kebenaran dan metode-metode
yang sesuai dengan keperluan pribadinya dan tujuan pemuridan.

Karena Saudara hanya memiliki duapuluh empat jam sehari dan sebab
Saudara hanya memiliki hidup satu kali di atas bumi ini, Saudara tak mau
membuang waktu. Ini berarti Saudara harus memberikan hidup Saudara
kepada orang yang tepat, yaitu mereka yang siap, berkeinginan, dan dapat
menerima apa yang Saudara berikan kepada mereka. Dan Saudara harus
pasti bahwa apa yang Saudara ajarkan kepada mereka adalah yang
dibutuhkannya.

Perhatikanlah seorang ibu bila dia berbelanja untuk keluarga besar dengan
keuangannya yang terbatas. Ia sudah belajar mana yang baik untuk dibeli.
Ia tidak silau akan tawaran-tawaran yang menggiurkan. Ia mendapatkan
yang paling murah.

Kunci untuk membangun sebuah jalan agar dapat menjadi jalanan yang
baik ialah memilih bahan yang cocok. Bahan yang cocok dan baik di Alaska
bukan bahan yang baik bagi Indonesia. Keadaan cuaca menuntut bahan
bangunan yang berbeda. Pemilihan itu penting.

Pemilihan juga merupakan salah satu kunci dalam pelayanan menjadikan


orang murid Yesus. Yesus mengajar prinsip itu dengan jelas ketika Dia
memilih rasul-rasulNya. Sebetulnya ada banyak murid yang mengikuti Dia.
Kita tahu bahwa paling sedikit ada tujuhpuluh orang (Lukas 10:1). Tetapi dari
semua itu Ia memilih duabelas orang untuk dilatih secara khusus. Pertama-
tama mereka harus mengikuti dia, kemudian mereka dilibatkan dalam
pelayanan. Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia
(Matius 4:19).

Pemilihan yang dilakukan oleh Yesus berdasarkan dua hal: pengamatan


pribadi dan waktu lama dalam doa. Ia tidak terburu-buru tetapi
memperhatikan murid-murid dalam berbagai keadaan di mana mereka
melayani bersama. Cukup banyak waktu harus terluang untuk memulih
orang yang tepat dilibatkan serta dilatih dalam pembinaan murid Tuhan
Yesus.

Sifat-sifat manakah yang akan Saudara cari bila mau memilih pembina-
pembina untuk team pemuridan Saudara? Saya percaya bahwa mutu yang
terutama ialah keinginan untuk menjadi pembina murid, dan keinginan ini
dapat terlihat di dalam tiga hal.

Keinginan untuk bekerja dalam suatu pelayanan pemuridan. Memberikan


hidup Saudara kepada pembinaan orang lain sangat memakan waktu
Saudara dan menuntut kemampuan yang cukup besar dari anggota team
itu. Jika Saudara membagikan hidup Saudara dengan seorang yang belum
siap, ia tidak akan tahan. Terlalu berat buat dia dan terlalu cepat. Ingatlah
bahwa memberi makan terlalu banyak kepada seorang bayi akan lebih
mudah menjadikan dia sakit daripada makan sedikit kurang.

Maka carilah seorang yang sangat bergairah untuk terlibat dalam


pelayanan. Biasanya kerinduan itu terletak pada kesediaannya untuk
bekerja. Pada waktu Saudara membutuhkan dia, dia ada. Jika Saudara
ingin bersama-sama dengan dia sebelum makan pagi dan menentukan
waktu jam 6.00 pagi, ia telah berada di sana pada jam 5.45 dan ingin mulai.

Keinginan akan Allah. Di samping rindu akan pelayanan pemuridan, orang


yang dicari itu harus rindu akan Tuhan Allah. Ia harus memiliki hubungan
tegak yang kuat dalam kehidupannya. Ia harus seperti pemazmur zaman
dulu: Seperti rusa yang merindukan sungai yang berair, demikianlah jiwaku
merindukan Engkau, ya Allah (Mazmur 42:2).

Kerinduan untuk berkorban. Ia harus tahu betapa besar pengorbanannya


dan mau melakukannya. Saudara harus menjelaskan ongkosnya dan
menantang dia seperti yang dilakukan Yesus. Setiap orang yang mau
mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari
dan mengikut Aku (Lukas 9:23).

Sudah lama saya punya keyakinan jika kita harus menjelaskan tantang
pemuridan, orang-orang yang menyerahkan diri akan menerima tantangan
itu. Itulah yang dilakukan Yesus. Sesudah Ia menjelaskan perkataan keras,
sebagian dari murid-muridNya mengundurkan diri dan tidak mau mengikut
Dia lagi (Yohanes 6:60,66).

Pada waktu Yesus melihat mereka meninggalkan Dia, Dia berbalik kepada
keduabelas murid yang lainnya dan bertanya, Apakah kamu tidak mau pergi
juga? (Yoh 6:67). Menarik sekali bahwa ia tidak berusaha untuk menakut-
nakuti mereka, memohon mereka, atau membujuk mereka supaya
mengikut Dia. Rupanya Ia merelakan mereka pergi jika mereka ingin
melakukannya. Tetapi mereka menyadari bahwa mereka tidak mengikut
Yesus untuk kebaikan Yesus, tetapi mereka tahu bahwa mereka sendirilah
yang memperoleh manfaat. Maka mereka tinggal. Mereka mau berkorban.

Saya ingat seorang anak muda yang menunjukkan janjinya yang sungguh-
sungguh, maka saya mulai membicarakan pelayanan pemuridan dengan
dia. Sikapnya ialah, "Baiklah, saya rasa saya dapat memberikan sedikit
waktu kepadamu untuk menolong dalam hal ini."

Salah satu hal yang pertama yang harus saya tunjukkan kepadanya ialah
bahwa itu caranya. Saya jelaskan kepadanya apa yang akan dialaminya,
betapa besar pengorbanan waktu dan tenaga yang diperlukan dan apa
tekanannya. Dan mungkin kadang-kadang kami harus datang lebih awal
dan tinggal lebih lambat dan bekerja lebih lama. Saya mencoba
berkomunikasi kepadanya artinya memberikan hidup kepada orang lain. Ia
menyukai akan apa yang di dengar. Sejak itu ia harus melakukannya.

orang semacam itu tahu bahwa uangnya, waktunya, dan kehidupannya


bukanlah miliknya sendiri. Yesus mengatakan, Demikian pulalah tiap-tiap
orang orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala
miliknya, tidak dapat menjadi muridKu (Lukas 14:33).

Jika orang ini mempunyai kerinduan terlibat dalam pelayanan pemuridan,


bagi Allah sendiri, dan untuk berkorban, ia siap untuk menjadi pembina
murid Yesus Kristus.

Apa yang Perlu Diutamakan dalam Melatih Seorang Pembina Murid

Dalam pelayanan membina seorang murid, Saudara harus mengutamakan


empat hal: keyakinan, titik pandang, keunggulan, dan pembangunan watak
yang mendalam.

Keyakinan. Sampai pada saat ini calon pembina itu memegang pendirian
Saudara. Ia telah mempelajari mengapa ia harus menghafalkan Firman,
mempelajari Alkitab dan berdoa, tetapi pelajaran itu akan melaju sesudah
beberapa waktu. Ia perlu memiliki keyakinan sendiri.

Keyakinan itu dibangun dengan dua cara: Penyelidikan Firman Tuhan


secara pribadi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan Mengapa.

Pada suatu kali saya bekerja dengan sekelompok anak muda yang sukar
melihat kepentingan Firman Allah dalam kehidupan mereka sehari- hari.
Saya menyarankan supaya kami mempelajari Mazmur 119:1-176. Kami
tidak mempelajarinya secara mendalam, tetapi hanya membacanya dan
mencatat berbagai kata kerja yang digunakan di dalamnya. Kemudian kami
membacanya keseluruhannya sekali lagi dan mencari kata-kata yang
dipakai untuk mengartikan Firman Allah. Lalu kami berusaha menangkao
sikap pemazmur itu terhadap Firman Allah. Penyelidikan memakan waktu,
tetapi hasilnya meneguhkan tentang pentingnya Firman Allah.

Cara yang kedua untuk mengembangkan keyakinan ialah meminta orang


itu untuk mencatat semua alasan mengapa ia melakukan sesuatu.
Mengapa mengadakan renungan pribadi? Mengapa berdoa? Sekali ia telah
memikirkan semua ini, tidak usah ia bergantung pada pendapat dan
perkataan Saudara saja. Ia akan punya pendiriannya sendiri. Keyakinan itu
lebih dalam daripada doktrin yang dipercayai. Murid Yesus berpegang pada
kepercayaannya, tetapi keyakinannya mendukung dia.

Sebagai latihan yang praktis, mintalah calon pembina murid itu mengulangi
tujuan-tujuan latihan yang diberikan dalam pasal 6 dan Lampiran I. Mintalah
dia untuk mendaftarkan semua dan menuliskan mengapa ia harus
melakukannya dan mengapa hal itu harus menjadi bagian dalam
kehidupannya. Dalam tujuan yang negatif, tanyalah mengapa harus
dihindarinya. Hal itu kelihatannya membosankan, tetapi calon pembina itu
harus mengembangkan keyakinannya atas hal-hal ini jika ia mau
melanjutkan pemuridan seumur hidupnya dan menjadikan orang-orang
murid Yesus.

Titik pandang. Hal kedua yang harus Saudara utamakan dalam melatih
seorang pembina ialah titik pandang atau perspektif. Pada waktu seorang
datang kepada Kristus, ia masih merupakan orang yang berpusat kepada
dirinya. Pada waktu ia mulai bertumbuh dalam Tuhan, sudut pandangannya
akan bertambah sedikit. Ia mulai sadar akan keperluan orang lain di kelas
Sekolah Minggu atau dalam persekutuan gereja. Kemudian seorang utusan
Injil datang ke gerejanya dan ia menjadi sadar akan keperluan yang lainnya
lagi. Ia mulai memandang dunia ini dari sudut pandangan yang lainnya.

Visinya diperbesar. Perhatiannya mulai mencapai lebih jauh daripada


dirinya sendiri. Ia hidup di dalam alam kehidupan yang berbeda. Ia sedang
mengembangkan pemandangan yang baru. Hal ini tidak terjadi dengan
mudah. Tetapi pada tahap ini dalam kehidupannya ia harus langsung
kepada tujuannya yaitu dirinya sendiri dikesampingkan sebagai latar
belakang saja dan visinya dipusatkan kepada Tuhan sendiri, kehendak
Allah, pekerjaanNya, dan kebutuhan orang lain.
Keunggulan. Hal ketiga yang harus dimiliki oleh seorang pembina ialah
sikap yang ingin keunggulan. Ia harus menjadi cakap dalam pelayanannya
kepada orang lain dan melakukannya dengan baik. Kesaksiannya,
pelayanannya, dan keterlibatannya harus memantulkan kesaksian dari
Yesus sendiri, yang menjadikan segala-gala baik (Markus 7:37).

Seorang pengarang Alkitab pernah berdoa: Maka Allah damai sejahtera,


yang oleh darah perjanjian yang kekal telah membawa kembali dari antara
orang mati Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus, Tuhan kita, kiranya
memperlengkapi kamu dengan segala yang baik untuk melakukan
kehendakNya, dan mengerjakan di dalam kita apa yang berkenan
kepadaNya, oleh Yesus Kristus. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-
lamanya! Amin (Ibrani 13:20,21)

Jika kita diperlengkapi dengan segala yang baik untuk melakukan


kehendak Allah, tentunya semua itu melalui Yesus Kristus. Memang dialah
satu-satunya yang pernah melakukan segala sesuatu itu dengan baik.
Maka jika Saudara mau mengembangkan sikap akan keunggulan di dalam
orang-orang yang Saudara latih, Saudara harus membawa mereka kepada
tahap di mana mereka menyerahkan dirinya sendiri kepada Yesus dan
membiarkan Dia hidup melalui mereka.

Pakailah tujuan latihan dalam pasal 6 dan Lampiran I sekali lagi sebagai
latihan praktis. Kali ini mintalah murid Saudara menyelidiki kembali daftar itu
dan menuliskan bagaimana ia dapat melakukan hal-hal ini sebaik mungkin.
Juga melatih dia sedemikian baiknya sehingga ia dapat menceritakannya
kepada orang lain, orang yang sedang ditolongnya dalam kehidupan
Kristen.

Kelihatannya pekerjaan ini sulit dan memang demikian. Tetapi jika kita harus
menolong seseorang menjadi seorang pembina murid yang efektif, ia harus
tahu apa dan mengapa tentang pemuridan dalam pikirannya dan hatinya.
Dan ia harus menjadi terampil dalam pelayanan menolong orang lain dan
membangun prinsip-prinsip itu kedalam hidup mereka. Latihan dan
pelajaran yang dangkal dan bodoh tidak dapat menghasilkan seorang
pembina yang memantulkan keunggulan dalam pelayanan kepada Yesus
Kristus.

Watak yang mendalam. Hal yang perlu diutamakan trakhir ialah supaya
watak dan pengalama murid dengan Tuhan terus diperdalam. Hal ini
merupakan tekanan seumur hidup. Iman, kemurnian, kejuuran, kerandahan
hati dan kebajikan lainnya tidak pernah dikuasai sekaligus dalam hidup ini.
Kita harus terus bertumbuh dan menjadi dewasa.

Yesus berkata bahwa tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit (Mat
9:37; Luk 10:2). Tuaian itu terdiri dari orang-orang yang lelah dan terlantar
(Mat 9:36). Ini adalah gambaran dari sekelompok domba yang tak berdaya
sama sekali. Mereka kepanasan, terengah-engah, haus dan lapar. Mereka
sama sekali tidak berdaya dan mencari seorang gembala untuk
membawakan air dan makanan. Mereka tidak mempunyai harapan kecuali
ada gembala yang menolong mereka.

Paulus juga menggambarkan tujuan itu terdiri dari orang-orang yang


terpisah dari Yesus Kristus--orang yang terbuang, orang asing, orang tanpa
harapan, dan tanpa Allah (Ef 2:11,12). Tuaian itu ada di mana-mana dan
dalam jumlah yang besar. Yesus mengatakan bahwa ladang itu sudah siap
untuk dituai (Yoh 4:35). Persoalannya bukan pada tuaian; persoalannya
ialah pada kekurangan pekerja.

Nah, seorang pembina ialah seorang murid ditambah sesuatu. Dalam


Firman Tuhan ia digambarkan sebagai sorang yang sedang menuai
diladang. Ia adalah seorang yang menabur dan menuai (Yohanes 4:37,38).
Ia menanam dan menyiram (2Korintus 3:7-9). Ia meletakkan dasarnya, dan
seorang lainnya yang membangun di atasnya (1Korintus 3:10). Ia sedang
menjadikan orang-orang murid Yesus (Matius 28:19-20). Seorang pembina
murid itu harus terlibat dalam memenangkan orang yang sesat dan
membangun orang percaya--yaitu, menginjili dan membina.

Pembina-pembina menolong memenuhi Amanat Agung. Yesus berkata


bahwa inilah tempatnya bagi mereka. Kita harus memusatkan perhatian kita
pada penambahan jumlah pembina-pembina murid Yesus.
BAB VIII
BAGAIMANA MENGEMBANGKAN
PEMBINA-PEMBINA MURID

Dan apakah yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan
apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku,
lakukanlah itu (Filipi 4:9).

Pada suatu hari, Doug dan Leila Sparks baru saja mendengar dari
dokternya bahwa hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa
Leila mengidap kanker. Mereka telah berjanji untuk menolong James Fox,
seorang bintang filem Kristen di Inggris, dalam suatu proyek Kristen yang
harus diselesaikan hari itu. Mereka bekerja sama dengan dia sepanjang
hari dan sampai jauh malam.

Belakangan James menulis surat kepada saya mengatakan, "Pertolongan


mereka dalam pelayanan bersama dengan saya dalam proyek ini
menunjukkan sikap dan tujuan pelayanan mereka. Pada waktu saya
meninggalkan mereka malam itu saya berpikir, besar sekali pengorbanan
dalam pelayanan ini. Mereka berdua mengorbankan dirinya bagi proyek ini
pada saat yang sebenarnya mungkin hati mereka rindu untuk menyendiri
dengan Tuhan dan berdua saja.

"Tiga minggu yang lalu ketika saya mengunjungi rumah mereka, Leila
menghabiskan 45 menit untuk menguatkan saya dan mengajar anak-
anaknya untuk berminat pada apa yang dikerjakan orang lain.

"Saya yakin saya telah melihat contoh dari Filipi 2:3-4, dan dengan demikian
saya didekatkan dengan Tuhan."

Dua alat yang utma dalam mengembangkan seorang pembina murid yang
berhasil demi Kristus, ialah: memberikan teladan dan mengadakan waktu
secara pribadi untuk persekutuan, pembahasan dan pelajaran bersama.

Pembinaan Melalui Teladan

Surat dari James Fox menggambarkan dengan jelas tentang pembinaan


melalui teladan. Roh Allah mungkin dapat menggunakan Doug Sparks
dalam beberapa cara untuk menghayati Filipi 2:3-4 ke dalam kehidupan
James. Dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-
sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap
yang lain lebih utama daripada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang
hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang
lain juga.

Misalkan Doug bertemu James di station kereta api, dan mereka


membicarakan ayat-ayat itu. Mungkin Doug berkata, "Baiklah James, mari
kita sedikit menyelidiki ayat-ayat ini. Bukalah Alkitabmu dan ceritakan
kepada saya dalam kata-katamu sendiri apa yang dikatakan Filipi 2:1-4."

James melakukan itu.

"Baiklah sekali. Sekarang bagaimana dengan Filipi 2:5-8 ?"

Mungkin James menyebut dua atau tiga hal.

"Baik. Sekarang cobalah menyatakannya sekali lagi dalam kata-katamu


sendiri apa artinya ayat-ayat ini bagimu."

James melakukan demikian.

"Baiklah, sekarang mari kita membicarakan sedikit tentang penerapannya.


Apa yang saudara lihat dalam ayat-ayat ini yang perlu diperlihatkan dalam
kehidupan Saudara?"

Doug dapat memimpin James dalam penyelidikan sebuah ayat Alkitab, dan
James dapat menangkap sesuatu dari apa yang diajarkan Paulus. Tetapi
bukan cara itu yang memberi kesan yang paling kuat kepada James. Doug
bahkan tidak memikirkan bagian ini; ia menghayati ayat itu. Melalui
kehidupannya ia memancarkan kebenaran ayat-ayat itu. Roh Kudus
memasukkan bagian bagian itu ke dalam hati dan kehidupan James Fox
pada waktu ia memperhatikan kehidupan Doug dan Leila Sparks. Mereka
tidak mengajarkan Filipi 2:3-4; mereka menghayati Filipi 2:3-4 (Leila Sparks
meninggal pada bulan Juni 1972 tak lama sesudah saya menerima surat
James.)

Paulus adalah teladan bagi orang-orang Tesalonika. Sebab Injil yang kami
beritakan bukan di sampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja, tetapi
juga dengan kekuatan oleh Roh Kudus dan dengan suatu kepastian yang
kokoh. Memang kamu tahu, bagaimana kami bekerja di antara kamu oleh
karena kamu (1Tesalonika 1:5).

Pikirkan apa yang telah dipelajari oleh rasul-rasul tentang prasangka


mereka pada waktu mereka melihat Yesus bercakap-cakap dengan
seorang wanita Samaria (Yohanes 4:1-54). Pikirkan apa yang telah mereka
pelajari tentang belas kasihan terhadap orang dengan kebutuhannya ketika
Yesus melayani orang-orang berdosa, orang-orang buta, dan orang-orang
kusta. Pikirkan apa yang telah mereka pelajari tentang penyerahan dan
kesetiaan pada waktu mereka melihat Yesus mengarahkan pandanganNya
untuk pergi ke Yerusalem (Lukas 9:51) untuk disalibkan bagi dosa-dosa
manusia.

Ajaran-ajaran Yesus diterapkanNya dalam kehidupan sehari-hari. Kelasnya


adalah kejadian sehari-hari. Ia menerapkan ajarannya dalam perbuatan
nyata. Ia menyalurkan ajarannya melalui kehidupan. Agar Saudara dapat
berbuat demikian, ada dua sifat yang diperlukan, yaitu: kesiapsediaan dan
keterbukaan.

Kesiapsediaan. Kesiapsediaan merupakan jalan dua jalur. Saudara tidak


dapat melatih orang yang sukar dicari. Sebaliknya, Saudara tidak dapat
menjalankan program latihan yang berarti jika Saudara membatasi waktu
Saudara sendiri pada pertemuan yang formal. Yesus dan murid- muridNya
terbaur dalam kehidupan bersama.

Rasul Yohanes mengingat akan pengalamannya yang luar biasa dan


bercerita tentang Yesus sebagai seorang yang telah dilihat dan jamah oleh
rasul-rasul (1Yohanes 1:1).

Jikalau tujuan Saudara ialah untuk membagi pemikiran mengenai


pengetahuan theologia, atau filsafat, maka cukuplah pertemuan formal dan
waktu yang terbatas. Tetapi jika Saudara berkomunikasi dengan jelas
mengenai penglihatan yang diberikan Allah mengenai pemuridan, sehingga
dia dapat menjadi pembina murid yang secara rohani memenuhi syarat,
maka Saudara harus bertemu secara teratur dengan calon pembina itu.
Hubungan Saudara dengan Kristus Yesus harus mendalam sehingga
kehidupan Saudara dijadikan teladan kuasa Roh Kudus.

Keterbukaan. Mutu yang kedua untuk pembinaan yang efektif melalui


teladan ialah keterbukaan. Cecil dan Thelma Davidson adalah antara
orang-orang pembina murid yang paling efektif yang pernah saya kenal.
Hidup mereka merupakan buku yang terbuka. Pintu rumah mereka selalu
terbuka. Meja makan mereka menjadi tempat pertemuan bagi ratusan
pemuda dan pemudi bertahun-tahun lamanya. Pada waktu ini orang-orang
itu sedang melakukan pelayanan pemuridan dan banyak tempat di dunia.
Ternyata bahwa mereka adalah bagian dari keluarga Davidson.

Kita harus berhati-hati sekali bila menjadi terbuka dengan orang lain.
Mungkin berbahaya kalau melepaskan kedok kita, membongkar rintangan,
dan merubuhkan tembok pemisahnya. Maka orang akan melihat keadaan
kita yang sebenarnya, mungkin dia akan menjadi kecewa. Mereka
mengharap kita menjadi seorang malaikat, tetapi kita adalah orang yang
berdosa dan diselamatkan oleh anugerah. Walaupun demikian murid kita
dapat belajar dari kesalahan dan kegagalan kita seperti juga dari
keberhasilan kita.

Terlalu banyak keterbukaan terlalu cepat dapat merusak. Yesus


mengetahui itu dan memberitahukan murid-muridNya, Masih banyak hal
yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat
menanggungnya (Yohanes 16:12). Pada awal pelayananNya dalam banyak
perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan Firman kepada mereka
sesuai dengan pengertian mereka (Markus 4:33).

Maka bukalah kehidupan Saudara bagi mereka yang mampu menerima


yang mereka lihat. Curahkanlah isi hatimu seperti yang dilakukan oleh
yesus. Sering ada peristiwa-peristiwa dalam kehidupan Yesus yang tidak
diperlihatkan kepada ketujuhpuluh bahkan keduabelas murid Yesus sebab
mereka belum mampu menerimanya. Enam hari kemudian Yesus
membawa Petrus, Yakobus dan Yohanes saudaranya, dan bersama-sama
dengan mereka Ia naik ke sebuah gunung yang tinggi. Di situ mereka sendiri
saja. Lalu Yesus berubah rupa di depan mata mereka; wajahNya bercahaya
seperti matahari dan pakaianNya menjadi putih bersinar seperti terang (Mat
17:1-2).

Ia mencurahkan isi hatiNya kepada ketiga orang yang sama di Getsemani.


Maka sampailah Yesus bersama-sama murid-muridNya ke suatu tempat
yang bernama Getsemani. Lalu ia berkata kepada murid-muridNya:
"Duduklah di sini, sementara Aku pergi ke sana untuk berdoa. "Dan ia
membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus sertaNya. Maka mulailah Ia
merasa sedih dan gentar, lalu kataNya kepada mereka: "HatiKu sangat
sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah
dengan Aku." (Matius 26:36-38).

Namun kenyataannya ialah bahwa tak seorangpun yang sungguh


mengenal Saudara kecuali Saudara membuka hati kepada orang lain.
Maka kita akan perlu keseimbangan untuk menjadi terbuka terhadap orang
lain. Pernah ada seorang utusan Injil yang berbicara kepada kami dan
dengan bebasnya ia menceritakan ketidakmampuannya untuk
menyempurnakan sebagian dari sasaran yang telah ia rencanakan
beberapa tahun lamanya. Dengan terbuka ia mengakui
ketidakberdayaannya dalam menyelesaikan persoalannya dalam
pelayanan. Dengan terus terang ia membicarakan keberhasilan tetapi juga
kegagalannya.

Ada orang lain yang berbicara dalam pertemuan sama yang bunyinya
berdiri pada puncak sukses. Orang pertama yang kelihatannya bersama
dengan kami di sana, merencah bersama pada jalan yang sulit seperti yang
kami kebanyakan mengalami. Kami lebih merasa mengerti dia.

Pada mulanya, keterbukaan dapat terjadi dengan saling membagikan


pengalaman dengan pekerja baru mengenai apa yang pernah Saudara
alami dalam persekutuan dengan Tuhan. Saudara boleh menceritakan
kemenangan dan kekalahan, keberhasilan dan perjuangan dalam
menghafalkan Firman Tuhan. Sesudah lebih erat hubungan Saudara
dengan calon pembina murid itu, Saudara dapat membagikan hal yang
lebih mendalam, seperti pencobaan yang Saudara hadapi, bagaimana
Saudara mengatasinya, dan perjuangan Saudara dengan dunia, daging,
dan Iblis.

Sukar, hampir mustahil, melatih seorang calon pembina murid dengan


efektif kecuali Saudara terbuka kepadanya. Pembina murid yang
memenuhi syarat rohani akan timbul dari kehidupan dan pelayanan
seorang pemimpin yang terbuka. Dawson Trotman sering memberikan
sajak ini kepada. Dawson Trotman sering memberikan sajak ini kepada
kami:

Bagiku lebih baik melihat sebuah khotbah Daripada mendengarkan saja.


Lebih baik seorang yang mau berjalan denganku. Daripada hanya
memberitahu jalannya.

Latihan Secara Perorangan

Alat kedua yang terutama bagi perkembangan suatu team pembina murid
ialah memberikan perhatian pribadi kepada setiap orang. Itu berarti ada
pertemuan dengan setiap orang sendirian, dan Saudara miliki tujuan latihan
yang jelas bagi orang itu. Pelayanan pelipatgandaan tidak timbul dari suatu
usaha untuk menghasilkan murid secara masal. Harus ada waktu secara
individu, Saudara harus bekerja dengan calon pembina Saudara secara
individu.

Beberapa pertanyaan yang penting perlu dipertimbangkan. Apa yang


Saudara lakukan dalam pertemuan-pertemuan satu dengan satu ini?
Seberapa sering Saudara harus mengadakannya? Di mana seharusnya
Saudara berdua bertemu?

Di mana? Di mana saja cocok. Salah seorang teman saya mengadakan


pertemuan dengan calon pembina muridnya ditempat pekerjaannya pada
waktu istirahat siang dan mengadakan pertemuan satu kali seminggu.

Apa yang dilakukan? Mereka saling menceritakan apa yang mereka terima
dari Allah pada waktu mereka mengadakan renungan pribadi. Mereka
mengadakan waktu untuk membaca Firman Tuhan bersama-sama.
Biasanya mereka saling memeriksa ayat hafalan yang baru. Mereka
membicarakan pelayanan mereka yang telah ditugaskan oleh Allah.
Biasanya orang itu mempunyai banyak pertanyaan berkenan dengan
pelayanan pemuridan. Kemudian mereka berdoa bersama-sama.
Tak ada peraturan yang kaku yang mengharuskan bagaimana cara
memakai waktu. Kadang-kadang mereka menghabiskan kebanyakan
waktunya untuk berdoa. Pada kesempatan lainnya, pembina itu akan
membawa seorang teman dari kantornya yang pernah diberi kesaksian.
Ketiga mereka bertemu di sebuah tempat makan, dan pelatih menolong
temannya dalam penginjilan. Ia memberikan kesaksiannya dan
menceritakan Injil kepada orang yang bukan Kristen. Maka mereka
menjalankan dua hal: mereka menyampaikan Injil, dan orang yang dibina itu
mempelajari sesuatu di dalam proses.

Kemauan untuk meluangkan waktu banyak untuk beberapa orang berarti


kita tidak dapat meluangkan waktu banyak untuk banyak kesempatan yang
lain. Paulus berkata bahwa kita harus berlari-lari untuk mencapai sasaran
dan menyelesaiakan perlombaan itu dengan baik (Filipi 3:13-14; 2Timotius
4:7). Demikianlah Tuhan Yesus telah menyelesaikan pelayananNya yang
ditugaskan oleh BapaNya (Yohanes 17:4).

Penyerahan untuk bekerja dengan sedikit orang akan menuntut sikap yang
memusatkan kehidupan kepada pelayanan itu dan mengesampingkan
banyak kesempatan lain. Memang Saudara mampu berbuat banyak hal,
tetapi ada satu hal yang harus Saudara lakukan kalau Saudara harus
memusatkan pikiran dan pelayanan kepada orang sedikit.

Kalau Saudara telah menentukan sasaran ini, Saudara harus belajar


mengatakan "tidak" dengan sopan sekali. Jika Allah telah memberi Saudara
visi untuk pelayanan ini secara mendalam, itu bukan berarti bahwa Saudara
tidak mempunyai bidang pelayanan. Sebetulnya, jika calon-calon pembina
murid Saudara menjadi orang-orang yang dapat dengan Efektif
membimbing dan memenuhi keperluan orang lain, pelayanan Saudara
akan berlipatganda lebih cepat daripada jika Saudara melakukan
semuanya sendirian. Maka ketekunan dan kesabaran adalah sifat yang
utama dalam kehidupan seorang pelatih.

Apakah ini berarti bahwa Saudara tidak dapat mengadakan pelayanan


umum? Bahwa orang lain akan menggantikan Saudara berkhotbah?
Bahwa saudara harus menolak semua undangan untuk berbicara dalam
pertemuan khusus? Tentu tidak. Apakah Yesus melayani secara umum? Ya,
dan bahkan secara luas. Ia berkhotbah di rumah-rumah, di rumah
sembahyang, di lereng bukit, dan tepi pantai (Mar 2:1; 3:1; 4:1; Mat 5:1). Ia
juga memberikan contoh berkhotbah dalam pembinaan keduabelas
muridNya. Ia berkata, Marilah kita pergi ke tempat lain, ke kota-kota yang
berdekatan, supaya di sana juga Aku memberitakan Injil, karena untuk itu
Aku telah datang (Markus 1:38).

Saudara harus mendisiplin diri Saudara sendiri supaya tetap memikirkan


pelatihan pembinaan. Anggaplah pelayanan Saudara yang lain sebagai
kesempatan untuk membangun dalam hidup calon pembina Saudara. Dan
saudara dapat menilai kalau yang saudara lakukan mencapai atau, paling
sedikit, menuju tujuan utama yaitu mengembangkan pembina-pembina
murid yang memenuhi syarat. Pelayanan Saudara hanya akan berarti jika
itu menambh kedewasaan bagi orang-orang itu. Apakah pelayanan rasul
Paulus?

Penginjil, ahli theologi, ahli strategi pengutusan Injil, penabur gereja, guru
dan rasul. Tetapi selalu ada orang-orang tertentu disekitarnya. Pada suatu
peristiwa, Ia disertai oleh Sopater anak Pirus, dari Berea, dan Aristarkhus
dan Sekundus, keduanya dari Tesalonika, dan Gayus dari Derbe,
danTimotius dan dua orang dari Asia, yaitu Tikhikus dan Trofimus (Kisah
20:4). Ia menggunakan pelayanannya yang luas untuk memusatkan latihan
sedikit.

Ketika menulis kepada orang-orang Korintus, Paulus mengingatkan


mereka bahwa ia adalah bapa rohani mereka dan menantang mereka untuk
meneladani dia. Kemudian ia menerangkan kepada mereka bahwa ia
sedang mengutus Timotius untuk melayani mereka (1Korintus 4:15-17).
Timbul pertanyaan: jika Paulus ingin mereka meneladani dia, apa gunanya
mengutus Timotius? Pada waktu kita membaca keterangan Paulus, kita
mendapatkan kebenaran yang mengejutkan. Pada waktu Timotius datang
ke Korintus, keadaan itu akan sama seperti kalau Paulus datang kepada
mereka. Timotius itu lebih daripada hanya seorang pengajar. Sebenarnya
dia adalah perluasan dari kehidupan dan pelayanan Paulus.

Paulus dapat melakukan itu sebab dia mempunyai keyakinan dalam orang
yang telah dibina. Selanjutnya ia telah memberitahu kepada orang-orang
Filipi. Tetapi dalam Tuhan Yesus kuharap segera mengirimkan Timotius
kepadamu, supaya tenang juga hatiku oleh kabar tentang hal ihwalmu.
Karena tak ada seorang padaku, yang sehati dan sepikir dengan dia dan
yang begitu sungguh-sungguh memperhatikan kepentinganmu; sebab
semuanya mencari kepentingannya sendiri, bukan kepentingan Yesus
Kristus. Kamu tahu bahwa kesetiaannya telah teruji dan bahwa ia telah
menolong aku dalam pelayanan Injil sama seperti seorang anak menolong
bapanya. Dialah yang kuharap untuk kukirimkan dengan segera, sesudah
jelas bagiku bagaimana jalannya perkaraku (Filipi 2:19-23).

Orang-orang yang sependirian, dapat dipercaya, dan tangkas tidak dibuat


pada jajaran produksi seperti dalam sebuah pabrik sepeda motor. Mereka
dikembangkan dengan berhati-hati dan dengan penuh doa di bawah
bimbingan seorang pembina yang penuh kasih dan bijaksana. Dia
menghabiskan banyak waktunya pada lututnya berdoa bagi mereka.

Latihan pembina murid memakan waktu, dan menuntut usaha. Itu berarti
waktu bersukacita dan waktu penuh air mata. Itu juga berarti kehidupan
Saudara.

Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan


nyawaNya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk
saudara-saudara kita (1Yohanes 3:16).

Cara Memecahkan Persoalan

Waktu bekerja dengan orang-orang secara perseorangan dan intensif ini,


beberapa persoalan dapat timbul dalam kehidupan pembina.

Sikap memiliki. Pembina itu akan digoda mengembangkan sikap memiliki,


yaitu sikap suka menguasai. Biasanya hal itu terlihat dalam istilah-istilah
yang dipakainya seperti "orang saya," "team saya," "orang-orang yang saya
bina." Dalam Perjanjian Baru, Walaupun Paulus dan rasul-rasul lainnya
merasa dekat kepada orang-orang yang mereka layani dan kadang-kadang
menyebut mereka sebagai "anak-anak kecil," tetapi juga mereka
mengingatkan orang-orang itu bahwa sebenarnya mereka milik Yesus
Kristus. Mereka adalah orang-orang Kristus, bukan pengikut rasul-rasul.
Petrus telah mempelajari pelajaran ini dengan baik. Yesus telah
memberitahu kepadanya, Gembalakanlah domba-dombaKu (Yoh 21:16).
Kemudian Petrus menasihati para penatua untuk Gembalakanlah kawanan
domba Allah (1Pet 5:2). Bukan kawanan dombamu tetapi kawanan domba
Allah.

Sikap memiliki yang bukan Alkitabiah ini dapat menghambat pertumbuhan


orang-orang yang terlibat jika pembinanya ragu-ragu memperkenalkan
mereka kepada orang-orang Allah lainnya yang dapat mempengaruhi hidup
mereka. Ia dapat menjadi prihatin bahwa pelayanannya sendiri mungkin
akan kehilangan sebagian dari kemasyhurannya dalam pandangan
muridnya jika mereka melihat orang lain yang mungkin dikarunia kekuatan
dan kemampuan yang tidak dimiliki Pembina itu. Atau ia berusaha
memagari muridnya supaya mereka terbatas kepada dia dan
pelayanannya.

Buta terhadap kelemahan. Persoalan yang lain ialah sikap yang


menganggap semuanya selalu baik. Pada waktu Saudara melihat
perkembangan murid-murid Saudara, dan mengetahui berapa jauh
kemajuannya, dan melihat pertumbuhan keefektifannya bagi Kristus,
mudah untuk dibutakan akan kelemahan mereka. Saudara mulai melihat
mereka melalui kaca mata yang mengaburkan-- "anak saya tidak dapat
berbuat salah!" Maka Saudara melakukan kebutuhan-kebutuhan yang
seharusnya Saudara menolong. Sekali lagi, memperkenalkan mereka
kepada pengamatan dan penyelidikan orang- orang rohani yang lainnya
akan menolong Saudara dalam penilaian kekuatan dan kelemahan mereka
obyektif.
Pelipatgandaan kelemahan. Yesus dalam pelayananNya menunjukkan
persoalan lainnya. Seorang murid tidak lebih daripada gurunya, tetapi
barangsipa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya
(Lukas 6:40). Orang-orang yang bekerja dengan kita akan memungut
kekuatan kita dan juga kelemahan kita. Kalau hanya saya saja yang
membina seorang, mungkin orang itu akan mengambil kelemahan saya.

Seperti yang telah dikemukakan, untuk mengataso tiga persoalan utama ini
kita harus membimbing murid kita kepada latihan dan penilaian orang lain
juga. Kita memperkenalkan orang-orang kita dengan sengaja kepada
pembina-pembina lainnya yang dapat memperluas visi mereka dan
memperdalam hidup mereka. Ia adalah orang-orang yang dapat
menunjukkan kelemahan mereka yang terlewatkan oleh Saudara sendiri
atau yang Saudara tak dapat melihatnya karena keakraban Saudara
kepada mereka. Penilaian dari luar ini dapat menolong Saudara
mendapatkan gambaran yang sebenarnya dari kemajuan orang-orang itu.

Dalam pembinaan jangan heran kalau sekali-kali ada kemunduruan.


Kemunduran itu juga terjadi dalam hidup orang-orang dalam lingkungan
Yesus--Petrus, Yakobus, dan Yohanes. Pada suatu waktu Yohanes dan
Yakobus menunjukkan sikap yang sangat membenci dan merusak--mereka
ingin memanggil api turun dari langit untuk memusnahkan suatu desa
Samaria yang orang-orangnya menolak Yesus (Lukas 9:51-55). Tiga kali
Petrus menyangkali Tuhannya (Lukas 22:54-62). Di taman Getsemani tiga
orang itu semuanya tertidur sementara Yesus menjalani kesengsaraanNya
(Lukas 22:45-46). Tetapi kepercayaan di dalam mereka memperoleh
hasilnya, sebab latihan yang diberikannya itu tidak sia-sia. Mereka keluar
untuk meneruskan pelayananNya dalam kuasa Roh Kudus.

Memang betul tuaiannya banyak, tetapi pekerja-pekerja -- penuai- penuai --


masih sedikit. Pada waktu Saudara menyerahkan hidup Saudara untuk
pelayanan membina murid-murid, berdoalah agar Allah mau
memungkinkan Saudara untuk menjadi teladan, bekerja dengan orang-
orang secara individu, dan memeriksalah segala persoalan yang mungkin
akan timbul.
BAB IX
LATIHAN BAGI SEORANG PEMBINA
MURID

Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik


pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-
pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan
pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus (Efesus 4:11-12).

Dalam mengembangkan pekerja-pekerja bagi kerajaan Allah, saudari


bertanggung jawab kepada Allah untuk mempersiapkan orang-orang ini
bagi pelayanan mereka dalam hidup orang lain. Saudari harus
memperhatikan sikap rohanian mereka: penyerahannya,
pertanggungjawabnya, kedewasaannnya, visinya, ketrampilannya,
pelayanannya dan pertumbuhan hidup mereka di dalam Tuhan.

Saudara telah melihat Roh Kudus mengerjakan tujuan tertentu yang


memungkinkan murid itu menjadi dewasa, berpenyerahan dan
menghasilkan buah (lihat Pasal 6 dan Lampiran I). Karena kelihatannya
orang itu memiliki kerinduan, karunia dan panggilan untuk terus mengambil
bagian dalam pelayanan pemuridan, maka saudara siap untuk
menambahkan sifat yang lain ke dalam kehidupannya.

Sekarang saudara ada puncak pelayanan kerohanian saudari. saudari siap


meluncurkan seorang yang rohaninya memenuhi syarat ke dalam dunia
yang sudah masak untuk dituai dan penuh jeritan manusia yang meminta
pertolongan. Namun, hanya ada sedikit pekerja untuk menuai.

Dalam keadaan ini saudara harus memusatkan diri pada sejumlah hal yang
akan melengkapi orang yang sedang saudaratolong itu, sehingga
memungkinkan dia untuk menjadi seorang penuai bagi Kristus. Tujuan-
tujuan yang dibicarakan dalam pasal ini merupakan suatu proses. Hasilnya
adalah seorang pekerja di ladang tuaian. Pada akhir latihannya, sifat ini
seharusnya menjadi bagian yang terpadu dalam kehidupannya.
Hati yang Mengasihi Orang

Saudara harus menolong calon pembina murid untuk mempunyai suatu hati
yang mengasihi orang. Mudah sekali untuk seorang terperangkap sehingga
dia menganggap manusia sebagai alat dan bukan sebagai tujuan
pelayanan.
Saya pernah melihat pemimpin-pemimpin yang jatuh ke dalam perangkap
ini. Mereka tiba di ladang pelayanan dan mengumpulkan beberapa orang
yang kelihatannya haus rohani dan berkempuan untuk melayani.
Sebenarnya para pemimpin itu tidak pernah sungguh-sungguh
mengatakan hal berikut ini, tetapi sikap mereka menunjukkannya dengan
jelas: "Baiklah kamu orang-orang yang beruntung, inilah aku. Aku telah
datang ke sini dan kesulitanmu berlalu. Aku sudah dilatih dengan baik. Aku
tahu pekerjaanku, dan secara rohani aku telah masak. Aku ada di sini untuk
mengerjakan sesuatu, bukan untuk bermain-main. Allah telah memberikan
suatu visi kepadaku dan kamu adalah kuncinya untuk mencapai visi itu. Jika
kamu tidak setia mengerjakannya, visiku untuk melihat angkatan
kepemimpinan yang timbul dan mulai berlipat ganda akan terhalang. Maka
marilah kita mulai. Saya tidak dapat membuang waktu."

Bagaimanakah kiranya tanggapan orang setempat-terhadap cara


pendekatan semacam itu? Mungkin ia akan berkata kepada dirinya sendiri,
"Orang ini tidak sungguh memperdulikan aku. Baginya aku tidak penting
sebagai seorang pribadi. Ia tidak memiliki kasih kepadaku sama sekali. Ia
hanya ingin menggunakan aku, bukan bersekutu dan menolongku. Ia sama
sekali tidak memiliki hati yang mengasihi saya."

Hal itu dapat mematikan. Sebab pelayanan kita tidak dirancangkan untuk
memperalat orang tetapi untuk menolong orang. Saya mendengar seorang
teman saya menyatakan alasan mengapa ia berkecimpung dengan Skip
Gray dalam pembinaan pemuridan. Katanya karena ia mengetahui bahwa
Skip mengasihinya, memperhatikan dia sebagai seorang pribadi, dan
sungguh memperhatikan hati seseorang. Skip tidak datang untuk
mempergunakan dia, tetapi untuk menolong dia menjadi murid yang
dewasa, setia, berbuah, dan berlipat ganda. Sikap ini memantulkan hati
Rasul Paulus pada waktu ia mengatakan, Tetapi kami berlaku ramah di
antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.
Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja
rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan
kamu, karena kamu telah kami kasihi (1Tesalonika 2:7-8).

Gairah akan Visi Pelipatgandaan

Hal kedua yang harus Saudara lakukan ialah menolong calon pekerja
mengembangkan gairah akan visi pelipatgandaan. Bukan saja manusia itu
indah di pandangan Allah, tetapi mereka memiliki kemampuan yang luar
biasa bagi Allah. Allah ingin melipatgandakan hidup dan pelayanan murid
kita. Kita harus menolong calon-calon pekerja melihat pentingnya seorang
individu, kemampuannya bagi Allah, dan betapa banyak orang dapat
menjadi murid dan pembina murid melalui dia.

Sebuah contoh yang luar biasa dari prinsip ini terdapat dalam pelayanan
Paulus. Ketika aku tiba di Troas untuk memberitakan Injil Kristus, aku dapati,
bahwa Tuhan telah membuka jalan untuk pekerjaan di sana. Tetapi hatiku
tidak merasa tenang, karena aku tidak menjumpai saudariku Titus. Sebab
itu aku minta diri dan berangkat ke Makedonia (2Korintus 2:12-13).

Apakah Paulus ditugaskan untuk mengkhotbahkan Injil? Ya, Kristus


menampakkan diri kepadanya dan menugaskan dia, untuk membukakan
mata mereka, supaya mereka berbalik dari kegelapan kepada terang dan
dari kuasa Iblis kepada Allah, supaya mereka oleh iman mereka kepadaKu
memperoleh pengampunan dosa dan mendapat bagian dalam apa yang
ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan (Kisah 26:18).

Apakah Paulus terbeban untuk mengkhotbahkannya? Ya, sebab ia


menceritakan kepada orang-orang di Korintus, Karena jika aku
memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri.
Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak
memberitakan Injil (1Korintus 9:16).

Apakah ia datang ke Troas untuk memberitakan Injil? Ya, Apakah Tuhan


mebuka pintu pintu? Ya. Tetapi apakah yang dilakukan Paulus? Ia
meninggalkan pintu kesempatan yang terbuka untuk mencari Titus. Ia
meninggalkan kota yang pintunya terbuka lebar untuk mencari seorang!
Mengapa ia berbuat demikian? Ada dua alasan. Pertama, Titus baru saja
mengunjungi orang-orang Kristen di Korintus, dan Paulus sangat ingin tahu
keadaan kerohanian mereka. Kedua, ia tidak tahu di mana salah satu dari
muridnya itu berada, dan ia merasa prihatian. Titus penting baginya. Apakah
dia lebih penting baginya. Apakah dia lebih penting daripada seluruh kota
Troas? Tampaknya demikian.

Paulus sadar jika sesuatu terjadi pada Titus, pelayanannya akan menderita
kemuduran yang parah. Bagi Paulus, orang itu lebih penting pada khalayak
ramai, sebab pelipatgandaan orang adalah kunci untuk menjangkau orang
banyak. Jika ia dapat menolong Titus terus maju dan bertumbuh, pekerjaan
Kristus akan maju lebih pesat.

Pada waktu Saudara mempelajari firman Tuhan, Saudara akan


menemukan bahwa perhatian Allah selalu terarah pada seseorang secara
pribadi. Orang-orang banyak itu selalu diperhatikan oleh Allah, tetapi
kelihatannya mereka merupakan latar belakang dari panggung kekekalan.
Yang dipusatkan dipanggung selalu merupakan latar belakang dari
panggung kekekalan. Yang dipakai Allah untuk pelipatgandaan pelayanan.
Ia tahu jika ada seorang Yosua atau Gideon atau Musa atau Daud atau
Paulus, orang banyak akan dapat dijangkau dan menerima petunjuk dan
pertolongan yang diperlukan.
Sikap sebagai Pelayan

Hal ketiga yang perlu Saudara lakukan ialah menolong calon pembina
murid mengembangkan dan memperdalam sikapnya sebagai seorang
pelayan. Dalam kedudukannya sebagai seorang pekerja Kristus, penting
sekali baginya untuk menunjukkan sifat ini. Dan sisa hidupnya ia harus
mengesampingkan dirinya sendiri. Ia harus mengurangi haknya sendiri
pada waktu ia melayani orang lain. Ini adalah ciri khas utama Yesus. Karena
anak manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani
orang lain.

Ini adalah ciri khas utama Yesus. Karena Anak Manusia juga datang bukan
untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawanya
menjadi tebusan bagi banyak orang (Markus 10:45). Bagi seorang pengikut
hal itu merupakan sifat yang diwajibkan. Sering Allah meminta dia untuk
mengebawahkan kepentingannya sendiri kepada pelayan Kristus dan
kepada pelayan orang lain. Sikapnya yang paling dasar hendaknya seperti
Yohanes Pembaptis, yang mengatakan tentang Yesus, Ia harus makin
besar, tetapi aku harus makin kecil (Yohanes 3:30). Dua hal diperlukan bagi
orang yang mau menjadi pelayan yang baik: hasrat dan latihan.
Anggota Penting Dalam Regu Pemuridan

Saudara harus menolong calon pekerja belajar menjadi bagian team yang
menjadikan orang murid. Ia harus melihat dirinya sendiri sebagai salah satu
kendaraan dalam iringan konvoi. Ia harus mengetahui bahwa setiap
perbuatan akan mempengaruhi pekerjaan dari keseluruhan team itu. Ini
merupakan salah satu hal yang paling sukar untuk dipelajari dalam
pemuridan. Manusia itu merupakan individu dan lebih senang menjalankan
haknya secara individu. Salah satu persoalan yang paling besar yang pasti
akan dihadapi oleh seorang pemimpin ialah keengganan orang untuk
bekerja bersama-sama sehingga mencapai tujuan. Doa yang tekun dan
bimbingan yang lemah lembut dan penuh kasih diperlukan untuk
melibatkan orang bersama-sama dalam pelayanan pemuridan itu.

Unsur-unsur team yang menjadikan murid. Hal-hal apa saja yang


diperlukan dalam membuat suatu team di mana-mana anggota-anggota
bekerja dengan baik satu dengan yang lainnya? Empat hal diperlukan
dalam pembentukan dan keberhasilan suatu team pemuridan.

1. Penyelidikan Alkitab.
Libatkan orang yang sedang bekerja dengan Saudara dalam penyelidikan
Alkitab yang berbobot. Saudara harus mempunyai standar yang masuk
akal. Misalkan setiap orang harus menyelesaikan penyelidikan pada
waktunya, ikut dalam setiap pertemuan, dan dengan bebas menceritakan
pengalamannya kepada teman lainnya. Setiap anggota mempelajari
bagian dari Alkitab yang sama dan menyiapkan pelajarannya sesuai
dengan rencana yang ditentukan.

Orang-orang yang mengambil bagian ini harus mengambil sedikit waktu


pada permulaan pelajaran untuk saling menyebutkan ayat hafalan yang
telah ditunjukkan oleh Roh Kudus ketika mereka mempelajari Alkitab dan
apa yang terkesan kepada mereka untuk dipakai dalam hidup mereka
sebagai satu team.

2. Doa.
Anggota-anggota team harus berdoa bersama-sama. Pusatkan doa
Saudara pada pelayanan itu. Doakan mereka yang telah Saudara beri
kesaksian tetapi yang sampai sekarang belum menerima Kristus. Doakan
mereka yang Saudara harapkan untuk menerima Injil. Doakan orang-orang
Kristen baru dan yang telah mulai pada langkah pemuridan. Doakan
keperluan pelayanan itu. Berdoalah agar Allah membangkitkan pekerja-
pekerja yang secara rohani memenuhi syarat dari kelompok Saudara untuk
pergi sampai ke ujung bumi dengan Injil.

3. Bersaksi.
Ceritakan iman Saudara kepada orang lain sebagai satu team. Sewajarnya
setiap orang akan bersaksi secara perorangan di tempat ia bekerja dan di
lingkungannya yang ia pengaruhi: di antara teman-teman, sanak keluarga,
dan para tetangga. Tetapi baik juga kalau teamnya pergi bersama dalam
rencana yang ditentukan di gereja atau usaha kesaksian bersama yang
lainnya.

4. Ramah tamah dan bersantai.


Pada suatu konperensi seorang pembicara memberitahu kami bahwa
bentuk perkenalan yang tertinggi ialah dengan mengadakan waktu
bersantai bersama. Bermain bola basket, bola voli dan olah raga lainnya
dapat mempersatukan hati. Bekerja dalam suatu proyek di gereja, pergi
bersama-sama mengumpulkan dana sosial--semua ini dapat dipakai oleh
Tuhan untuk membentuk kesatuan dan kemampuan untuk bekerja sama
sebagai suatu team.

Kesatuan dalam team menjadikan orang murid. Sifat suatu team ialah
kesatuan. Bukan kesamaan pendapat, tetapi adanya bersamaan dalam
hati. Maka penting sekali bagi orang-orang itu supaya bertanggung jawab
kepada suatu sasaran yang dapat mendebarkan hati dan menggairahkan
semangatnya. Umpamanya: Untuk menolong memenuhi amanat Kristus
dengan melatih pembina murid yang melipatgandakan diri. Sasaran itu
harus merupakan sesuatu yang menantang penyerahan hidup murid-murid
Saudara, sesuatu yang penting, berharga dan agung--seperti Amanat
Agung.

Orang-orang akan bersatu jika mereka terikat dengan suatu usaha yang
mulia, khususnya jika di dalamnya ada petualangan atau pengorbanan.
Paulus berkata, teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang
untuk iman yang timbul dari Berita Injil (Filipi 1:27). Pengenalan tujuan, jika
kita sungguh-sungguh menyerahkan diri, dan membimbing kepada
persatuan roh. Orang-orang rohani yang mempunyai satu gol merasa
bahwa mereka dikuatkan dan di dorong oleh suatu kekuatan dan gairah
yang di luar kemampuan mereka.

Tuhan Yesus mendoakan kesatuan kita. Ia memohon, Supaya mereka


semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku
di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya,
bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku (Yoh 17:21). Kesatuan kita
dengan Kristus menghasilkan kesatuan dengan yang lain dan
memungkinkan kita untuk menjadi saksi yang benar kepada dunia.

Beberapa tahun yang lalu saya menyelidiki Kisah Para Rasul ayat demi
ayat. Saya mencari rahasia keberhasilan gereja yang mula-mula. Saya
kagum oleh pernyataan-pernyataan seperti, Kamu telah memenuhi
Yerusalem dengan ajaranmu; orang-orang yang mengacaukan seluruh
dunia; dan semua penduduk Asia mendengar Firman Tuhan, baik orang
Yahudi maupun orang Yunani" (Kisah 5:28; 17:6; 19:10).

Apa yang menyebabkan mereka berpengaruh sedemikian rupa pada dunia


mereka? Sesudah penyelidikan yang agak lama dan penuh doa, saya
berkesimpulan bahwa hasilnya itu karena dua hal: kesatuan dan
pengorbanan. Penulis sering mmenyebutkan bahwa mereka seia sekata,
sepikiran, satu roh, dan satu hati.

Kasihnya membimbing mereka kepada kesatuan roh, dan mereka rela


memberikan apa yang mereka miliki--uangnya, ladangnya, barangnya,
hidupnya--supaya pekerjaan itu dapat diselesaikan. Pengorbanan
merupakan pengalaman hidupnya yang wajar.

Dalam kitab-kitab Injil, kesatuan diungkapkan dengan cara lain juga. Yesus
berkata, Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di
dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan
dikabulkan oleh BapaKu yang di surga (Mat 18:19). Kata sepakat dapat
digambarkan dengan sebuah paduan suara. Dalam musik paduan suara.
Dalam musik paduan suara adalah suatu harmoni dari nada dan suara yang
berbeda. Tidak semua penyanyi di dalam paduan suara menyanyikan nada
yang sama pada waktu yang bersamaan dan dengan kekuatan yang sama
pula. Juga bukan berarti bahwa setiap penyanyi dapat membunyikan suara
semuanya. Melainkan koor itu merupakan perpaduan yang indah dari nada-
nada yang menciptakan bunyi yang betul sehingga menyenangkan untuk
didengar.
Pikirkanlah team pemuridan Saudara sebagai suatu paduan suara. Setiap
orang merupakan seorang pribadi, bukanlah patung plastik yang di bentuk
dari cetakan yang sama satu dengan yang lainnya. Setiap orang membuat
sumbangannya yang unik sesuai dengan karunia dan panggilannya dari
Allah.

Rasul Paulus menggambarkan kesatuan Kristen dengan tubuh (Efesus


4:15-16). Gambaran itu menunjukkan bagian-bagian tubuh yang bekerja
sama dalam suatu harmoni. Ditunjukkannya sikap saling ketergantungan.
Setiap anggota berfungsi sendiri-sendiri tetapi saling berhubungan dengan
yang lain. Mata dan telinga masing-masing mempunyai sumbangannya
yang vital; demikian juga tangan dan kaki. Kita saling melayani; kita saling
melayani dalam suatu harmoni (Juga lihat 1Korintus 12-14 mengenai
harmoni ini.)

Pelayanan pemuridan akan jauh lebih efektif jika dilakukan oleh suatu team.
Ada kekuatan dalam suatu usaha bersama-sama. Bekerja bersama-sama
dalam satu regu adalah salah satu kunci untuk membuka dan melepaskan
kuasa Allah. Tuhan akan menunjukkan kegembiraanNya dengan
memberkati sekelompok orang Kristen yang bersatu dan menjalankan
tugasnya bersama-sama di dalam kasih.

Team itu harus terlihat seperti regu sepak bola bukan seperti petinju. Usaha
tinju itu dilakukan oleh perseorangan dan teman-teman lainnya dalam team
itu hanya mendukung dengan sorakan. Di dalam sepak bola harus ada
usaha bersama dari team itu--kesebelas orang itu harus bekerja bersama
dan mengikuti aba-aba dalam permainannya.

Demikian gambaran dari pengaruh gereja yang mula-mula dalam Kisah


Para Rasul. Itulah yang Allah kehendaki agar dilakukan oleh Saudara
beserta team pemuridan Saudara sekarang. Adapun kumpulan orang yang
telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan tidak seorang pun yang
berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi
segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama. Dan dengan kuasa
yang besar rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan
Yesus dan mereka semua hidup dalam kasih karunia yang melimpah-
limpah. (Kisah 4:32,33).

Sikap Sukarela

Sifat kelima yang harus diperkembangkan di dalam kehidupan seseorang


ialah sikap sukarela. Kesukarelaan adalah sikap seorang Kristen. Yesus
tidak menjerit-jerit dan memberontak pada waktu menuju ke kayu salib. Ia
pergi ke Yerusalem dan mengetahui apa yang akan dihadapinya (Markus
10:32-34).
Ia pergi ke Yerusalem sebagai seorang sukarelawan. Ia menyerahkan
hidupnya dengan kamauanNya sendiri. Bapa mengasihi Aku, oleh karena
Aku memberikan nyawaKu untuk menerimanya kembali. Tidak seorang pun
mengambilnya dari padaku, melainkan Aku memberikannya menurut
kehendakKu sendiri. Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa
mengambilnya kembali. Inilah tugas yang Kuterima dari BapaKu (Yohanes
10:17,18).

Bagi seorang yang mau terlibat dalam pelayanan menjadikan orang murid,
sikap sukarela merupakan suatu keharusan. Orang yang setengah hati tak
dapat seorang yang sungguh-sungguh sukarela terdapat dalam Yesaya:
Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus,
dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku: " Ini aku, utuslah
aku!" (Yesaya 6:8). Inilah semangat yang kita semua butuhkan.

Teladan Baik

Berhubung calon-calon pekerja itu harus mengajar kebenaran Kristus dan


kehidupan Kristen, maka ia harus menghayati dalam kehidupannya sendiri.
Ia harus memberikan teladan bagi mereka yang dibinanya. Supaya dapat
menolong orang lain hidup dalam disiplin kehidupan Kristen, kita sendiri
juga harus mempraktekkannya. Allah tidak memakai orang yang kehidupan
doanya lemah untuk menolong orang lain menjadi seorang yang kuat dalam
doa.

Jika ia ingin menolong orang lain mengadakan waktu untuk renungan


pribadi dengan tetap, ia harus bertemu dengan Tuhan secara teratur.
Paulus mengatakan, Dan apa yang telah kamu terima, dan apa yang telah
kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku, lakukanlah itu. Maka
Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu (Filipi 4:9). Ia mengajak
orang Korintus. Jadilah pengikutKu, sama seperti aku juga menjadi
pengikut Kristus (1Korintus 11:1).

Meninggalkan seseorang itu bukanlah pekerjaan seorang pemimpin. Ia


bertugas untuk menolong orang lain melakukan pekerjaan yang terbaik.
Pembina itu harus memberi petunjuk dan membimbing, bukan hanya
memberi kesan. Ia bertugas untuk menolong murid berlomba dengan tekun
dalam perlombaan yang diwajibkan bagi kita (Ibrani 12:1).

Seorang Saksi yang Berhasil

Saudara harus menolong calon pembina murid itu menjadi seorang saksi
yang berhasil. Mudah sekali bagi seseorang, jatuh ke dalam perangkap
bersekutu dengan orang Kristen saja dan tidak terlibat dalam perjuangan
bagi jiwa manusia. Jika ia tetap giat menceritakan Injil kepada yang lain, ada
tiga hal ayang akan terjadi.
1. Jumlah orang percaya baru akan bertambah.
2. Ia menjadi teladan kepada murid lainnya.
3. Ia akan menarik orang-orang yang bersama untuk melanjutkan
latihannya supaya menjadi pekerja-pekerja Yesus Kristus.

Jika ia tidak tetap giat, ia akan mulai melalaikan bagian-bagian yang penting
dalam kehidupan Kristen, sebab mudah tenggelam ke dalam persoalan-
persoalan penting yang lain.

Istri saya dan saya pernah mempunyai pengalaman yang melukiskan itu.
Kami pernah pergi ke sebuah rumah makan. Pada waktu itu hanya kami
yang menjadi tamu. Kami memesan makanan kami. Kami menunggu dan
menunggu. Kemudian keluarlah seorang pelayan wanita yang bingung. Dia
datang ke meja kami dan berkata, "Wah, pak, makanan bapak akan segera
disediakan."

"Baiklah," kata saya, "Kami tidak terburu-buru." Maka ia meninggalkan


kami.

Sesudah agak lama ia muncul kembali. "Oh, pak," katanya sambil


meremas-remas tangannya, "segera makanan bapak akan sampai."

"Tidak apa-apa, kami tidak tergesa-gesa, jangan bingung."

Dengan tergesa-gesa ia masuk dan kembali lagi sesudah lama menunggu.


Masih meremas-remas tangannya ia berkata, "Pak, sebentar lagi saja."

Saya tersenyum. “Baiklah."

Tetapi ia masih kelihatan bingung sekali. Maka saya coba menenangkan


dia, "Nah, saya sedang duduk bersama kekasih saya di sebuah rumah
makan yang bagus. Maka tidak ada alasan untuk tergesa-gesa."

Ia kelihatan lebih tenang, tetapi saya ingin tahu apa sebabnya. "Sebetulnya,
bukan karena saya sudah lapar atau akan meninggalkan tempat ini, tetapi
saya ingin tahu apakah sebabnya sehingga pesanan kami itu sedemikian
lamanya belum juga selesai dibuat?"

"Aduh pak," katanya "tukang masaknya lupa memasaknya." Saya menjadi


heran sekali. Mana mungkin lupa? Maka saya bertanya pula, "Saya ingin
bertanya, mengapa rumah makan ini menggaji seorang tukang masak? Apa
tugasnya?"

"Memasak," jawabnya.

"Memang begitu," kata saya. "Lalu bagaimana dia dapat lupa memasak
pesanan saya?"

“Yaah," jawabnya, "soalnya besok peninjau bagian kesehatan dari


pemerintah akan kemari, dan semua orang sibuk membenahi dapur.
Mereka sedang membersihkan lantai, dinding, membersihkan panci-panci
dan kuali juga, membereskan kompor untuk siap diperiksa."

Saya bisa mengerti. Saya juga pernah melihat hal yang sama terjadi di
gereja. Orang-orang sibuk dengan soal-soal mereka sehingga lupa akan
tujuan yang utama.

Kata-kata Yesus yang terakhir masih tercatat: Tetapi kamu akan menerima
kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi
saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke
ujung bumi (Kisah 1:8).

Seorang Pemimpin Pelajaran Alkitab

Berhubung banyak pekerjaan dari calon pembina murid itu akan dilakukan
dalam suasana kelompok penyelidikan Alkitab yang kecil, maka Saudara
harus menolong dia untuk menjadi seorang pemimpin pemahaman Alkitab.
Pada waktu ia memimpin penyelidikan itu, sebagian dari anggota itu akan
bersedia untuk mengadakan waktu pertemuan secara pribadi bersama
dengan dia. Jika ia merencanakan pelajaran itu dengan teliti,
mendoakannya dengan setia, dan memimpinnya dengan efektif, kelompok
kecil itu dapat menghasilkan murid-murid dan pembina murid.

Dua hal terjadi dalam hidup manusia pada waktu Yesus membuka Firman
Tuhan bagi mereka; pikiran mereka dibuka dan hati mereka berkobar- kobar
(Lukas 24:32,45). Oleh sebab itu, calon pembina murid itu harus
mengerjakan pekerjaan rumahnya, berdoa, dan bersiapsedia untuk
memimpin kelompoknya karena penyelidikannya sendiri yang dalam dan
menyeluruh. Ia juga harus menceritakan penerapannya--keterlibatan hati
dan hidupnya sendiri dalam kebenaran itu. Pengetahuan saja tidaklah
cukup. Kebenaran Allah harus dihidupkan oleh kuasa penerapan dari Roh
Kudus.

Dwight Hill adalah seorang pemimpin dari suatu program latihan bagi para
mahasiswa. Saya bertanya kepada salah seorang dari stafnya bagaimana
keadaan Dwight.

"Ia hebat sekali," kata orang itu. "Sungguh mentakjubkan melihat dia
bekerja. Dan terlebih lagi, pada waktu ia duduk di bawah pohon dengan
seorang lain dan membuka Alkitabnya, ada sesuatu yang terjadi!"

Itulah tandanya dari seorang pemimpin pelajaran Alkitab. Bila ia


mengumpulkan kelompoknya bersama-sama dengan Alkitab yang terbuka,
sesuatu akan terjadi. Mereka meninggalkan pelajaran itu dengan hati yang
ringan dan bermotivasi

Seorang yang Peka Terhadap Orang Lain

Tujuan yang kesembilan ialah menolong orang yang Saudara biana itu
supaya peka terhadap orang lain. Ia berkomunikasi dengan orang lain
dengan perkataannya, sikapnya, dan perbuatannya--apa yang dikatakan
dan bagaimana ia mengetakannya, apa yang dilakukan dan bagaimana ia
melakukannya. Ia harus belajar bagaimana mengatakan hal yang benar
dalam cara yang betul pula pada waktu yang tepat. Ia harus belajar
bagaimana melakukan sesuatu yang benar dalam cara yang betul dan pada
waktu yang tepat.

Rasa peka Yesus terhadap orang lain merupakan teladan yang paling
utama. Pendekatannya kepada Zakheus (Lukas 19:1-10) berbeda dengan
pendekatannya kepada wanita Samaria di dekat sumur (Yohanes 4:2-42).
PerlakuanNya terhadap Andreas tidak sama dengan perlakuanNya
terhadap Petrus (Yoh 1:35-42). Undangannya kepada orang-orang untuk
mengikut Dia tidak selalu sama. (Bandingkanlah Mat 11:28-30 dengan Luk
9:23-26). Ia menghadapi setiap keadaan dengan kata-kata yang tepat dan
dalam cara yang tepat pula. Tidak ada cara pendekatan yang mutlak. Ia
tidak akan meneroboskan manusia dengan metodeNya seperti sebuah
tank. Melainkan ia mempunyai rasa sebagai seorang seniman yang
menciptakan karya yang penuh dengan keindahan.

Kepekaan terhadap suasana kadang-kadang akan menyebabkan Saudara


untuk tidak mengatakan apa-apa. Pada lain peristiwa hal itu akan
menyebabkan Saudara untuk langsung terjun di tengah-tengah situasi itu.
Kepekaan terhadap pengorbanan dan keperluan orang lain jangan dengan
perasaan sentimentil. Tidak ada perasaan sentimentil dalam kehidupan
Yesus, tetapi rasa belas kasihanNya menonjol. Pada satu babak dalam
pelayananNya ia didatangi oleh seorang yang telah ditipu saudaranya.
Seorang dari orang banyak itu berkata kepada Yesus: "Guru, katakanlah
kepada Saudaraku supaya ia berbagi warisan dengan aku" (Luk 12:13).

Mungkin orang lain mau menghibur orang itu dengan kata-kata halus dan
kalimat yang sentimentil. "Oh, kau orang yang malang! Kasihan kau telah
ditipu oleh kakakmu. Tetapi, yah sudahlah, nanti semuanya akan beres."
Tetapi Yesus tidak berbuat demikian.

Jawabannya baik sekali, penuh dengan kasih, bukan semata-mata


sentimentilitas murahan. Saudara, siapakah yang telah mengangkat Aku
menjadi hakim atau pengantara atas kamu? .... Berjaga-jagalah dan
waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang
berlimpah- limpah hartanya, hidupnya tidak tergantung dari kekayaannya
itu. (Lukas 12:14-15).

Tujuan Yesus adalah untuk menolong orang-orang itu. Persoalan mereka


adalah ketamakan. Sehingga ia menghadapi keduanya dan mencoba untuk
mengangkat tingkat pengertian mereka mengenai masalah keserakahan.
Yang seorang mempunyai uangnya; yang lain menghendakinya. Yesus
mencoba mengangkat keduanya kepada tingkat pengertian yang lebih
dalam.

Kata-kata dapat menyengat dan melukai tetapi dapat pula menyembuhkan.


Seorang yang bijaksana hendaknya mengerti bagaimana memberi dan
menerima teguran (Lihatlah Amos 9:8-9).

Salomo berkata: perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah


seperti buah apel emas di pinggan perak (Amsal 25:11).

Seorang Pemikir

Tujuan terakhir pada waktu Saudara melatih calon pembina adalah


menolong mereka untuk berpikir. Seorang pengusaha berkata "Saya dapat
menyuruh seseorang untuk mengerjakan apa saja kecuali dua hal: berpikir
dan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan urutan kepentingannya."

Belajar berpikir ialah belajar untuk selalu siaga, selalu memperhatikan, dan
selalu berjaga. Salomo adalah seorang yang penuh perhatian dan seorang
pemikir. Aku melalui ladang seorang pemalas dan kebun anggur orang yang
tidak berakal budi. Lihatlah, semua itu ditumbuhi onak, tanahnya tertutup
dengan jeruju, dan temboknya sudah roboh. Aku memandangnya, aku
memperhatikannya, aku melihatnya dan menarik suatu pelajaran" (Amsal
24:30-32). Ia melihat...dan belajar.

Orang yang hanya mengharapkan suapan dari orang lain akan kehilangan
banyak pelajaran yang berharga di dalam hidup ini. Jadi berusahalah agar
orang-orang yang Saudara ajar untuk memuridkan orang lain, sadar dan
waspada akan apa yang sedang terjadi disekelilingnya. Tolonglah mereka
agar dapat berpikir secara teliti tentang konsekwensi tindakan mereka. "Jika
hal ini kukerjakan, apakah akibatnya? Jika akibat itu memang terjadi,
apakah yang akan berlangsung? Apakah hasil itu yang memang kita
inginkan? Tidak? Kalau begitu jangan mengikuti cara tadi, ambil jalan lain."

Dengan kesepuluh tujuan dalam latihan tersebut, Saudara sudah bergerak


dalam kawasan sikap, kehidupan pribadi, pertumbuhan rohani, dan
ketrampilan pelayanan pembina murid yang berpotensi. Ketika Saudara
memeriksa daftar tujuan tersebut, Saudara dapat menambahkan atau
menghilangkan beberapa tujuan. Sasaran-sasaran itu bukanlah suatu hal
yang tidak bisa berubah-ubah lagi, melainkan suatu gambaran yang
menyeluruh yang berisi sifat-sifat tertentu yang diperlukan untuk
memperlengkapi penuai-penuai.

Dalam Pasal 6 dan Lampiran I kita telah memeriksa tujuan-tujuan latihan


yang merupakan proses pembinaan seorang yang bertobat sampai menjadi
seorang murid yang menghasilkan buah, membaktikan diri, dan menjadi
dewasa secara rohani. Kesepuluh tujuan dalam pasal ini adalah bagian dari
proses yang melengkapi seorang murid sehingga dia menjadi seorang
pembina murid yang menyerahkan diri, berpengetahuan dan produktif.
Perhatikanlah gambaran proses ini di dalam 151.

Dalam bagan E kita dapat melihat orang dalam perspektifnya. Ia sekarang


telah diperlengkapi untuk menginjili orang, menghasilkan orang yang
percaya, dan Kemudian membina orang Kristen baru untuk menjadi murid
Yesus.

Mungkin berharga kalau Saudara memikirkan kembali setiap tujuan ini


sama seperti Saudara telah memikirkan tujuan-tujuan latihan murid (Pasal
6; Lampiran I). Buatlah penilaian Saudara sendiri; sebutkan tujuannya;
daftarkan kegiatan yang akan Saudara pergunakan; mencari bahan
tambahan; dan tuliskan bahan Alkitab yang akan Saudara gunakan.

BAGAN CARA MELIPAT GANDAKAN PELAYANAN

PENGINJILAN PEMBINAAN MURID


(Mar 16:15) (Kolose 2:6-7)
Bersaksi Calon Membimbing Murid
*--------> Murid -------------------> |
** * TUJUAN - TUJUAN * |
** * PEMBINAAN * | Melatih P
* * * * Tujuan- | Secara E
* * * * Tujuan | Perseorangan N
* * * * Pengarahan | G
* * * |Ef 4:11-12
* * * | A
* * | R
* * | A
* * V H
* <== * * * * pembina A
murid N
BAB X
PERLUNYA KEPEMIMPINAN

Ia menetapkan duabelas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutusNya


memberitakan Injil (Markus 3:14).

Agar supaya dapat melipatgandakan pelayanan pembinaan murid,


seseorang yang telah menjadi murid dan telah menjadi seorang pembina
murid haruslah mengambil satu langkah lagi. Ia harus menjadi seorang
pemimpin. Babak terakhir dalam perkembangan seseorang untuk
pelayanan ini ialah kepemimpinan.

Namun hal ini bukanlah berarti jika nanti ia menyelesaikan pelajaran-


pelajaran mengenai kepemimpinan ini bahwa ia akan berhenti bertumbuh
dan berkembang. Tidak, karena pertumbuhan merupakan proses seumur
hidup. Kita tidak akan pernah tamat selama kita hidup (1Yohanes 3:1-3).
Saudara telah menyaksikan bagaimana perkembangan langkah seseorang
dari bertobat sehingga dia menjadi seorang murid. Saudara telah
menyaksikan prosesnya sehingga ia menjadi seorang pembina murid--
seseorang yang mengetahui bagaimana menjadikan seorang murid dan
yang mengambil bagian dalam team pemuridan Saudara. Sekarang ada
satu langkah lagi yang harus ditempuhnya. Saudara harus memeriksa
orang-orang yang ada dalam team Saudara kalau-kalau ada satu atau dua
orang dalam kelompok yang perlu dibimbing lebih lanjut. Adakah di antara
mereka yang mempunyai bakat, kemauan dan panggilan dari Allah untuk
menjadi pemimpin dalam pelayanan pemuridan ini? Adakah mereka yang
dapat mengerjakan apa yang sekarang Saudara lakukan? Jika ada, maka
mereka perlu menerima latihan kepemimpinan secara khusus supaya
mampu melaksanakan tugasnya kelak.

Saudara perlu juga menyadari baik-baik bahwa yang dimaksudkan di sini


bukanlah orang yang nanti akan menjadi pekerja Kristen sepenuh waktu
tetapi itu bukanlah tujuan utama. Ada banyak orang awam yang merupakan
pemimpin pelayanan sepenuh waktu tetapi itu bukan tujuan utama. Ada
banyak orang awam yang merupakan pemimpin pelayanan pemuridan
yang terbaik di dunia dewasa ini. Mereka sangat dihargai oleh para pekerja
Kristen sepenuh waktu yang memang mengenal mereka dan yang kerap
kali mengundang mereka untuk melatih para pendeta dan utusan Injil dalam
pelayanan semacam itu. Mereka punya pekerjaan lain untuk
penghidupannya. Tetapi hidup mereka ialah memimpin suatu team pembina
murid Kristen.
Dua kata kunci dalam memperkembangkan pemimpin kelompok pemuridan
adalah pemilihan dan waktu. Kita akan memeriksanya dengan cermat.

Pentingnya Pemilihan

Saudara telah melayani pekerja yang berpotensi itu selama berbulan- bulan
bahkan mungkin bertahun-tahun. Saudara mengenalnya sejak ia masih
menjadi petobat baru. Saudara membentuknya dengan jalan menolongnya
sehingga ia menjadi murid yang berbuah, berpenyerahan dan berhasil.
Saudara memperlengkapinya dengan memberikannya latihan agar ia
menjadi sorang pembina seorang pembina murid. Sekarang merupakan
titik kritis dalam kehidupannya. Apakah Allah sedang memimpinnya untuk
mengambil langkah yang berikutnya, untuk menjadi pemimpin team orang-
orang yang mampu menjadikan orang lain murid Yesus?

Paling sedikit ada ciri khas dalam seorang pemimpin. Saudara perlu
mencari ciri-ciri khas itu di dalam diri seorang calon pemimpin.
Kemungkinan kelima hal itu tidak terdapat dalam kehidupan seseorang. Ia
tidak perlu menjadi seorang superman rohani. Namun jika ada dua atau tiga
sifat itu yang nyata, Saudara perlu berdoa dengan serius agar Tuhan
menunjukkan pimpinanNya dalam keterlibatan Saudara yang lebih jauh
dengan orang itu. Hal ini menjadi lebih penting lagi apabila Saudara ada di
ladang pelayanan yang subur, sedang pekerjaannya hanya sedikit sekali.

Misalnya, Saudara sedang melayani di Indonesia. Saudara mempunyai


sebuah kelompok yang bekerja sama dengan Saudara. Saudara tahu
bahwa ada jutaan orang yang tersebar di antara ribuan pulau ini yang
memerlukan pertolongan rohani. Bagaimana mereka akan
mendapatkannya?

Mungkin sekali Saudaralah kuncinya. Barangkali Allah akan memimpin


Saudara untuk memberikan latihan kepemimpinan khusus kepada pekerja
Saudara sehingga mereka dapat pergi ke pelbagai tempat dan melakukan
hal yang sama seperti Saudara lakukan sekarang. Sungguh suatu peristiwa
yang mendebarkan hati ialah melihat mereka pergi menjangkau beberapa
orang bagi Kristus, terus membina orang-orang itu sehingga mereka
menjadi murid yang berbuah, berpenyerahan, dan dewasa. Dan kemudian
beberapa diantaranya terus maju menjadi pembina murid yang efektif
dalam team pemuridan.

Bila memilih calon pemimpin untuk dilatih, inilah kelima ciri khas yang
Saudara cari.

1. Ia mempunyai semangat berjuang.


Ia tidak cepat putus asa. Ia tidak akan berpaling dan lari pada waktu melihat
gejala perlawanan pertama. Tidak pula ia berhenti karena rintangan
pertama. Ia maju terus dengan penuh gairah dan suatu sikap positip,
berserah dan beriman, tanpa memperdulikan perlawanan, rintangang dan
pencobaan dalam keterlibatannya menjalankan Amanat Agung Tuhan
Yesus Kristus.

Ia mencerminkan jawaban Paulus terhadap pernyataan Roh Kudus bahwa


penjara, kesengsaraan dan kesulitan akan menantinya. Tetapi aku tidak
menghiraukan nyawanya sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis
akhir dan menyelesaikan pelayanan yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus
kepadaku untuk memberi kesaksian tentang tentang Injil kasih karunia Allah
(Kisah 20:24).

Ia sadar bahwa lorong yang harus ditempuh sukar. Ia sadar bahwa akan ada
oposisi. Ia dengan rela berusaha mencapai tujuan panggilan Allah yang
luhur (Filipi 3:14). Dengan senang ia akan bersiap dan mempertaruhkan
nyawanya demi peperangan iman.

Ia menerima jalan kesengsaraan. Sebab kepada kamu dikaruniakan buka


saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk
Dia (Filipi 1:29). Carilah orang yang berjiwa demikian, karena seorang
pemimpin akan terus berjuang ketika yang lainnya mandeg.

2. Ia mampu menemukan dan mendapatkan orang yang telah


membuktikan diri.
Hal ini penting karena akan menentukan dengan team macam apa ia akan
mulai. Ia harus membedakan di antara orang yang efektif dengan orang
yang baik. Ia harus mampu menunjukkan dan mendapatkan orang-orang
yang berhasil dalam pelayanannya. Mengapa hal itu penting? Sebab jika ia
harus mengumpulkan orang-orang yang belum dapat berinisiatip, orang-
orang yang diharapkan tidak akan muncul.

Pada suatu hari saya berbicara dengan seorang dokter muda yang
mempunyai kerinduan di dalam hatinya untuk melayani. Ia mengatakan
bahwa ia sedang merencanakan untuk membagi waktu dan perhatian yang
lebih bayak kepada satu orang tertentu. Saya bertanya apakah orang
tersebut merupakan macam orang yang dibutuhkan dalam team
pemuridannya.

“Bukan," jawabnya, tetapi ia adalah satu-satunya orang yang bersedia pada


saat ini."

Saya memperingatkan dia agar bersabar sebentar dan memohon agar


Allah akan mengirimkan seorang yang efektif kepadanya. Puji Tuhan, Allah
mengabulkan, dan sekarang terdapat berbagai hasil dari pelayanan itu
banyak orang yang sedang memimpin team-team pemuridan di Amereika
Serikat, Kanada, Amerika Latin, Asia dan Australia. Sebagian dari sukses
tersebut berasal dari percakapan pendahuluan itu yakni untuk menunggu
munculnya orang yang tepat.

Bagaimana Saudara dapat menunjukkan dan menemukan seorang yang


efektif? Inilah beberaoa syarat yang dapat dicari.

(1) Ia dapat dipercaya. Hal ini bukan berarti bahwa ia tidak pernah berbuat
kesalahan. Setiap orang dapat bersalah. Tetapi ketika ia diberikan tugas, ia
akan melaksanakannya dengan baik. Seorang nabi Perjanjian Lama
menceritakan sebuah perumpamaan mengenai seorang pengawal yang
diperintahkan untuk menjaga seorang tawanan, tetapi tawanan tersebut
melarikan diri. Jawaban penjaga itu adalah, Ketika hambamu ini repot sana
sini, orang itu menghilang (1Raja 20:39-40). Masalahnya ialah bahwa ia
tidak dapat diserahi tanggung jawab. Tugas itu diberikan kepada orang
yang tidak dapat dipercayai.

(2) Ia dapat memanfaatkan sumber yang ada. Ia melaksanakan tugasnya


dengan baik dengan apa yang telah ia terima. Dulu Dawson Trotman
senang sekali menceritakan peristiwa ketiga regu follow-up kehabisan
bahan bimbingan dalam Kampanye Penginjilan Billy Graham di London.
Seorang di antara para penasihat lari kepada Trotman dan berkata "Kita
kehabisan paket Mulai Berjalan Dengan Kristus!"

"Tidak mengapa," jawab Trotman. "Pada hari Pentakosta, mungkin para


rasul pun kehabisan bahan bimbingan ketika 3000 orang bertobat."

Mulanya orang itu tercengang tidak mengerti; namun pada akhirnya ia


melihat maksudnya. Para rasul tidak mempunyai paker Mulai Berjalan
Dengan Kristus pada hari Pentakosta, tetapi mereka dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik. Dengan bahan yang sedikit mereka pun dapat
melaksanakan hal yang sama di London. Dan memang mereka berhasil.

Salah seorang Hakim dalam Perjanjian Lama, Shamgar, berjuang dengan


sumber yang ada padanya. Pertempuran melawan orang Filistin sedang
berkecamuk dengan hebat, dan ia tidak mempunyai sebilah pedang pun.
Jadi ia bertempur melawan musuh dengan sebatang tongkat penghalau
lembu dan membunuh enam ratus orang (Hakim 3:31).

(3) ia dapat menyesuaikan diri. Dengan panjang lebar Paulus menguraikan


sifat ini kepada irang-orang di Korintus (1Kor 9:19-23). Para pemimpin
sering kali diundang untuk melakukan berbagai macam tugas. Ia harus
dapat menyesuaikan diri.

Seorang pemimpin harus menjadi seorang ahli, dan pemuridan harus


menjadi hidupnya. Namun ia harus pula dapat serba guna. Ia harus
mempunyai kemampuan untuk bergerak dalam berbagai macam situasi. Ia
akan diundang untuk melayani berbagai macam golongan dan melayani
berbagai ragam orang.

(4) Ia seorang yang bersemangat. Hatinya tertuju kepada pelayanannya,


dan ia menyerahkan segala sesuatu yang ada padanya. Ia memiliki sikap
seperti pemazmur ini terhadap Tuhan: Dengan segenap hatiku aku mencari
Engkau, janganlah biarkan aku menyimpang dari perintah- perintaMu
(Mazmur 119:10).

Sifat macam ini penting untuk dimiliki. Seseorang bisa saja berbuat
kesalahan-kesalahan yang pandir. Namun jika ia sungguh-sungguh
berusaha berbuat yang terbaik, maka kesalahannya dapat diampuni.
Carilah orang yang sungguh-sungguh berkeinginan, bukan orang yang
hanya berniat saja.

Pada suatu ketika saya berbicara dengan seorang muda yang sedang
memimpin sebuah kelompok pemuridan. Ia bertanya kalau-kalau saya
membutuhkan teamnya untuk menolong dalam suatu proyek pelayanan.
Saya merasa bahwa tawaran itu baik sekali sehingga saya menentukan
tanggalnya. Kira-kira tiga hari sebelum saatnya tiba, ia mencari saya dan
berkata, "Pak sudah ada enam orang yang rela datang pada hari sabtu."

Saya menjawab, "baiklah." Namun kata-katanya itu agak mengganggu


saya. Orang-orang itu tersebut rela, bukan sungguh-sungguh ingin. Hal ini
melawan segala sesuatu yang pernah saya lakukan sebelumnya. Saya
tidak pernah dengan sengaja terlibat di dalam suatu proyek bersama-sama
dengan orang-orang yang sukarela saja. Saya telah belajar bahwa jika
seseorang bekerja hanya karena ia harus melakukannya, ia tidak akan
berbuat yang terbaik. Saya tidak ingin ada enam orang yang bekerja namun
hatinya tidak ada di situ, karena pastilah mereka akan melakukan pekerjaan
dengan ceroboh. Jadi saya menghubungi pemimpin itu kembali dan
membatalkan rencana proyek tersebut.

(5) Ia siap bekerja. Yesus tidak mengambil orang yang sedang bersantai di
tepi pantai Danau Galilea. Ia memanggil nelayan yang sedang menambal
jala mereka. Berabad-abad sebelumnya Allah memanggil Musa ketika ia
sedang menggembalakan ternak di gurun dan kemudian Daud ketika ia
sedang bekerja di ladang. Pekerjaan Kristen adalah pekerjaan yang sukar.

Pernah kami mengadakan pertemuan di kantor pusat kami. Dan hadirin


sedemikian besarnya sehingga kami harus memakai ruang di tingkat empat
untuk tempat loka karya. Hal itu berarti tujuh puluh lima kursi harus diangkut
dari truk di luar dan dibawa ke atas melaui empat undakan tangga. Salah
seorang memandang saya dan berkata, "Nah, ini pekerjaan berat!"

“Ya," jawab saya kepadanya, "itulah sebenarnya arti pelayanan kita,


pekerjaan berat."

Jadi carilah orang yang sungguh-sungguh bekerja keras dan lebih lama.
Kemungkinan orang semacam itu memiliki bakat-bakat sebagai pemimpin.

(6) Ia waspada. Seorang pemimpin pembina-pembina murid harus selalu


waspada akan keadaan sekelilingnya. Jika gagal dalam hal ini,
kemungkinan besar keefektipan pelayanannya membuat murid akan
berkurang pula.

Seorang pemain bola yang waspada tidak hanya mengikuti ke mana larinya
sang bola, tetapi juga sudut matanya akan mengawasi gerak-gerik lawan.

Seorang yang waspada tahu ke mana ia pergi dan bagaimana sampai ke


tempat itu. Namun ia tidak terlalu dibatasi oleh visinya itu sehingga ia tidak
waspada terhadap kejadian disekelilingnya. Sasarannya memang sempit
namun visinya luas.

Salah satu cara bagaimana Saudara menemukan orang yang waspada


adalah melalui percakapan. Apakah ia sadar akan apa yang sedang terjadi
di sekelilingnya? Dapatkah ia mencari dan mendapatkan pelajaran dari
padanya? Seorang yang waspada dapat belajar dari keadaan
sekelilingnya. Orang yang tidak memiliki kemampuan ini terbatas
pelayanannya dan ada di antara golongan orang banyak yang perlu
diajarkan segala sesuatu, langkah demi langkah.

(7) Ia mempunyai inisiatif. Pernah saya diundang untuk berbicara pada


sebuah ritrit kaum pria. Saat pertemuan telah tiba dan para pemimpinnya
belum muncul. Salah seorang yang berada di baris depan memandang
berkeliling dan memberikan komentar bahwa waktunya telah tiba. Ia terus
menerus memandang jam tangannnya. Kami membuang waktu dari 150
orang yang sudah meninggalkan keluarganya untuk datang ke ritrit ini.
Sesudah memandang berkeliling beberapa kali lagi, orang ini berdiri,
menenangkan para hadirin, dan mulai pertemuan itu. Pada saat itulah ia
menjadi pemimpin kami.

Inisiatif adalah salah satu ciri orang yang berhasil. Ia menyadari apa yang
harus diperbuat dan mengambil langkah untuk melakukannya. Ia tidak perlu
didorong, karena ia akan bertindak sendiri. Alkitab tidak menyebutkan
bahwa rasul Petrus "berencana" untuk menyampaikan khotbah pada hari
Pentakosta. Tetapi ketika ada kesempatan itu, ia siap di bawah kuasa Roh
Kudus. Ia berdiri, mengambil inisiatif, dan berkhotbah. Kita semua
mengetahui akan hasilnya.

Alkitab juga tidak menceritakan kepada kita bahwa beberapa waktu


kemudian Petrus "berencana" untuk memerintahkan agar orang lumpuh di
muka Pintu Elok itu berdiri dan berjalan (Kisah 3:1-7). Tetapi ia siap, dan di
dalam nama Yesus, orang Nazaret, ia mengambil inisiatif. Kita ketahui pula
hasilnya. Sifat macam ini penting sekali bagi seorang pemimpin.

(8) Ia percaya akan dirinya. Ia akan menghadapi berbagai ragam orang, dan
ia harus dapat menyesuaikan diri dengan setiap golongan. Orang-orang
kaya akan mengundangnya untuk melayani mereka; orang-orang miskin
juga membutuhkan pertolongannya. Umat Allah yang kaya dan ternama
maupun yang sederhana dan papa memerlukan pelayanannya dan akan
meminta dia agar mengulurkan tangannya menolong.

Kalau hanya sanggup melayani segolongan orang tertentu saja dan


menghindari diri dari yang lain, itu bukanlah ciri pelayanan seperti Kristus.
Yesus sanggup berhadapan dengan para pemuka agama di Yerusalem dan
melayani mereka secara efektif. Ia dapat pula duduk bersama-sama orang
bersahaja di Galilea dan tetap melayani secara efektif. Orang bisa
menyambutnya dengan gembira. Demikian pula ia dapat melayani secara
efektif kebutuhan rohani Nikodemus, seorang penghulu Yahudi.

Para Rasul melayani banyak orang di Yerusalem dan juga dapat


menjangkau beberapa imam. Paulus dapat melayani orang muda dan
penakut seperti Timotius, dan pada waktu yang bersamaan bersahabat pula
dengan beberapa pejabat tinggi propinsi Asia.

Ke delapan sifat yang disebutkan di atas dapat menolong Saudara untuk


mencari seseorang dari antara team Saudara yang bisa dijadikan
pemimpin. Setiap sifat tersebut tidaklah perlu sudah mendarah daging
dalam kehidupan orang itu, namun harus sudah kelihatan ciri-cirinya,
meskipun dalam tahap permulaan.

Saudara tidak mencari seorang superman dalam iman Kristen. Kita semua
mempunyai kekuatan dan kelemahan. Kita melakukan beberapa hal lebih
baik dari yang lain. Daftar tadi hanyalah semata-mata gambaran yang dapat
Saudara anggap penting bila Saudara menemukan seorang calon
pemimpin yang dapat Saudara latih.

3. Ia bersifat stabil.
Ia tahan desak-desakan yang menimpanya. Kepemimpinan itu penuh
dengan tekanan-tekanan--dari segala sisi, dari banyak orang. Ada yang
positif, dan ada yang negatif. Sebagian orang akan menuntutnya terus-
menerus agar dia berbuat lebih banyak. Yang lain, yang tidak suka akan apa
yang dilakukannya akan menyerang dia.

Saya pernah melayani di sebuah kota di mana ada seorang pendeta dari
gereja terbesar di kota itu yang mempunyai tujuan untuk menyingkirkan
seorang pekerja Kristen keluar dari kotanya. Ia mengadakan tekanan yang
bertubi-tubi terhadap orang ini--tuduhan palsu, bisik-bisik dan sebagainya.
Orang itu hampir tidak tahan lagi, namun ia tetap bertahan dan mengikuti
panggilan Tuhan. Di tengah-tengah perlawanan hebat itu, pelayanannya
berhasil dengan baik. Banyak orang yang dimenangkan bagi Kristus karena
pelayanannya itu.

Gangguan-gangguan normal dari kehidupan sehari-hari juga akan datang--


kesulitan keuangan, persoalan keluarga, penyakit yang berlarut-larut, Daud
merupakan buah hati Allah, namun ia juga menghadapi persoalan juga--
rakyatnya bermaksud merajam dia dengan batu, istrinya melawan dia,
anaknya memberontak kepadanya. Tekanan-tekanan itu ada namun ia
melayani Allah dalam generasinya.

Kemantapan merupakan sifat yang diperlukan oleh seorang pemimpin, dan


sifat itu ada karena mempunyai iman yang teguh akan kedaulatan Allah. Dia
harus yakin bahwa Allah yang di surga menguasai keadaan (Mazmur
115:3); bahwa segala sesuatu dikerjakan oleh Allah untuk menghasilkan
kebaikan bagi kita dan untuk membentuk kita agar lebih dekat dengan
teladan Kristus (Roma 8:28-29); dan bahwa tangan Allah sedang
membentuk dan mencetak setiap bagian kehidupan kita.

Iman adalah kunci kestabilan: kepercayaan kepada Allah sebagai Bapak


yang mengasihi dan memperdulikan kita.

4. Ia mempunyai kemampuan pengelolaan.


Ia dapat merangkai orang sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah team.
Dia adalah orang yang mengerti kebijakan sederhana bahwa dua orang
dapat mencapai hasil yang lebih baik daripada satu orang, jika mereka
bersatu dan diorganisir. Ia tahu juga bahwa hal itu benar dengan tiga, empat
orang atau lebih. Proyek yang bagaimana besarnya sekalipun dapat dibagi-
bagi menjadi kesatuan kecil yang dapat berfungsi jika kita tahu cara
mengaturnya.

Salah satu rahasia untuk melihat apakah seseorang mampu mengelola


atau tidak ialah dengan melihat apakah orang tersebut mampu
mengorganisasikan dirinya sendiri? Apakah ia dapat mencapainya?
Apakah ia dapat menjaga jadwal waktunya atau selalu terlambat? Apakah ia
seorang yang untung-untungan atau seorang ahli siasat? Apakah ia
kelihatannya hanya melakukan pekerjaan yang muncul dihadapannya atau
ia sungguh sudah merencanakan hidupnya sesuai dengan tujuan dan
prioritas yang diberikan Allah kepadanya? Jika ia tidak dapat mengatur
dirinya sendiri, tentu saja ia tidak akan mampu mengurus orang lain.

Pengelolaan diri adalah sesuatu yang dapat dipelajari. Ada enam kunci bagi
pengelolaan diri.
1. Pandangan realisitik pada kemampuan pribadi.
2. Keyakinan yang kuat akan apa yang Allah ingin dilakukan.
3. Kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan menurut urutan
kepentingannya.
4. Akal sehat untuk memberikan waktu luang di antara dua proyek,
dengan menyadari bahwa seringkali pekerjaan memakan waktu lebih
daripada yang sudah direncanakan, dan juga selalu timbul gangguan
yang tidak kite perkirakan sebelumnya.
5. Kesetiaan mengatur waktu bersama dengan Allah dan
memprioritaskan keluarga.
6. Belajar bagaimana dapat fungsi dengan fleksibilitas tertentu yang
dipusatkan kepada manusia dan bukan berpusatkan proyek. Tak
seorang pun dapat menjadi pemimpin yang baik jika ia mementingkan
proyek lebih daripada orang.

Yang berikut ini adalah enam peraturan dasar yang dapat menolong
seseorang mengorganisasikan sebuah proyek atau suatu kegiatan.

1. Jelaskan tujuan secara tepat dengan istilah yang tertentu.


2. Bagilah tujuan itu menjadi kesatuan-kesatuan yang dapat dikerjakan
dan ditangani.
3. Bentuklah suatu organisasi yang akan menolong setiap untuk
melaksanakan bagiannya.
4. Isilah posisi-posisi penting dengan orang-orang yang terlatih.
5. Berikanlah kekuasaan penuh kepada mereka untuk melaksanakan
tugasnya.
6. Awasi mereka dan perhatikan apakah mereka tetap berada pada
tugas utamanya.

5. Ia mempunyai rasa penilaian dan daya cipta.


Kedua hal ini ditempatkan bersama-sama karena mereka saling berkaitan,
meskipun bagi beberapa orang yang satu biasanya lebih menonjol. Jika
pikiran yang kritis memegang peranan yang lebih besar, orang itu akan
menjadi pemimpin yang teguh, bijak, metodis dan produktif. Jika pikiran
kreatif yang menonjol maka orang itu akan pandai sekali memilih kegiatan
yang menarik dan berlainan daripada yang lain.

Pikiran kritis tentu saja, dapat menghasilkan ide-ide kreatif, dan seringkali
memang demikian kenyataannya. Orang semacam ini melaksanakan ide-
ide baru dengan keyakinan yang kuat. Pikiran kreatif menyangkut dua
perkara: berusaha membuang sepuluh gagasan gemilang yang memasuki
pikirannya, memilih satu yang terbaik, dan melaksanakan ide itu dengan
keyakinan bahkan dengan penuh kegairahan.

Hal yang terbaik jika kedua macam sifat ini akan dapat bertemu ialah
dengan mencari pasangannya di dalam team. Disinilah nanti akan terlihat
bagaimana aneka ragam bakat dan kemampuan muncul dan berjalan. Jika
seorang pemimpin mengisi teamnya dengan orang-orang yang mempunyai
pendapat yang sama seperti dia, itulah suatu kesalahan besar. Mungkin
lebih baik jika ia mempunyai teman dekat mempunyai pandangan yang
berlawanan dalam kepribadian, bakat, dan kemampuannyaa. Demikianlah
teamnya akan menjadi lebih seimbang. Yesus mempraktekkan prinsip ini.

Jadi kelima hal di atas merupakan sifat yang harus dicari dalam seorang
calon pemimpin. Pemimpin team pembina murid merupakan fungsi yang
penting bagi pelayanan Kristus dan harus dipilih melalui banyak
pengamatan dan doa.

Unsur Waktu

Kunci kedua dalam menumbuhkan pemimpin team pemuridan adalah


waktu. Saudara harus rela menyediakan banyak waktu bersama dengan
orang-orang itu. Contoh yang diterapkan Tuhan Yesus jelas sekali. Contoh
dari Paulus juga nampak. Saudara harus mengadakan waktu bersama
mereka baik itu dipelayanan, di rumah Saudara, di dalam kehidupan sehari-
hari yang biasa, diperjalanan, di pekerjaan dan pada waktu bermain.

Waktu bersama itu dipakai untuk menyelidiki isi Alkitab dan membahas
ajarannya, dan berkat-berkatnya. Hendaklah ada waktu bersama di dalam
doa dan perencanaan. Saudara tentu ingin membagi-bagikan perjuan
pribadi Saudara, kemenangan dan kekalahan Saudara, sebagaimana
adanya.

Penanaman waktu memang mahal sekali. Namun jika Saudara dipanggil


Allah untuk menolong melipatgandakan pekerja di ladang pelayanan dunia,
Saudara tentu tidak akan melarikan diri oleh karena sesuatu yang sukar dan
mahal. Dan memang demikian kenyataannya jika Saudara membagi waktu
Saudara dengan seseorang. Air mata, kekecewaan, mimpi yang gagal dan
sakit hati cukup besar untuk menyebabkan Saudara menyerah: hal-hal itu
berada di ambang pintu Saudara.

Beberapa tahun yang lalu saya bekerja dengan dua pemuda yang
menunjukkan kemampuan yang besar. Saya mengasihi kedua orang
tersebut dan merindukan agar mereka menempati kedudukan dalam
pelayanan Kristus. Kami mengadakan waktu berjam-jam, berhari-hari,
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun bersama-sama. Kami menyelidiki
Alkitab. kami berdoa. Kami bepergian ke pertemuan-pertemuan akhir
minggu dan ke ritrit-ritrit gereja. Tetapi justru ketika saya merasa bahwa
mereka sudah maju, salah satu atau keduanya melakukan sesuatu yang
sangat mengecewakan dan yang hampir tidak dapat saya percayai.

Lalu saya memulai lagi. Tidak terhitung waktu yang telah dipakai untuk
berdoa bagi mereka. Sesudah banyak tahun dilewati dalam kesukaan,
kegembiraan, kekecewaan dan kemenangan, mereka akhirnya mempunyai
tanggung jawab yang besar di dalam pekerjaan Tuhan. Mereka menjadi
pembina murid dalam arti yang sebenarnya. Namun hal itu memakan waktu
yang banyak sekali.

Rasul Paulus merupakan contoh dari seorang pemimpin yang menyediakan


waktu bagi orang lain dan menolong melatih mereka menjadi pemimpin.
Timotius menyertai Paulus dalam perjalanan pengutusan Injil. Kamu tahu
bahwa kesetiaannya telah teruji dan bahwa ia telah menolong aku dalam
pelayanan Injil sama seperti seorang anak menolong bapanya. Dialah yang
kuharap untuk kukirimkan dengan segera, sesudah jelas bagiku bagaimana
jalannya perkaraku (Filipi 2:22-23).

Karena eratnya hubungang mereka, paulus dapat berkata, Tetapi engkau


telah mengikuti ajaranKu, cara hidupku, pendirianku, imanku, kesabaranku,
kasihku, dan keturunanku. Engkau telah ikut menderita penganiayaan dan
sengsara seperti yang telah kuderita di Antiokhia dan di Ikonium dan di
Listra. Semua penganiayaan itu kuderita dan Tuhan telah melepaskan aku
dari padanya (2Timotius 3:10-11). Kekecewaan menimpa Paulus pula,
karena beberapa orang yang lama bersama-sama dengan dia akhirnya
berpaling dari padanya (2Timotius 4:10).

Tuhan Yesus Kristus adalah contoh keunggulan orang yang menanam


modal waktu di dalam kehidupan beberapa orang. Ia menetapkan dua belas
orang untuk menyertai Dia dan untuk diutusNya memberitakan Injil (Markus
3:14). Kebanyakan waktunya dihabiskan dengan keduabelas rasul.

Membagi waktu dengan seseorang adalah suatu aspek penting dalam


latihan kepemimpinan. Hal itu berdasarkan ajaran Alkitab. Juga seseorang
yang hanya bersama Saudara pada waktu-waktu tertentu saja akan dapat
mengelabui Saudara. Namun dengan melihat jadwal waktu yang dipakai
Yesus maupun Paulus dalam latihan kepemimpinan mereka, orang-orang
itu tidak dapat berpura-pura saja. Yesus mengetahui benar orang-
orangnya, termasuk Yudas.

Pemilihan menjadi penting sekali karena Saudara tentu tidak mau


membuang-buang waktu Saudara dalam melatih seorang pemimpin dan
akhirnya mengetahui bahwa Saudara telah melatih orang yang salah.
Waktu itu penting karena untuk melaksanakan pekerjaan yang baik
memang akan memakan waktu banyak. Beberapa dari antara kita mungkin
berpikir, "Saya tidak mempunyai waktu sedemikian itu. Pasti ada cara lain
yang lebih cepat." Tidak ada! Metode Yesus yang telah teruji masih tetap
berlaku sampai sekarang.
BAB XI
BAGAIMANA MELATIH PEMIMPIN-
PEMIMPIN

Apa yang telah engkau dengar daripadaku di depan banyak saksi,


percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga
cakap mengajar orang lain (2Timotius 2:2).

Sambil Saudara terus melayani seseorang dengan menolongnya menjadi


pemimpin team pemuridan, Saudara perlu memusatkan perhatian Saudara
kepada beberapa tujuan khusus (sama seperti apa yang telah Saudara
perbuat sebelumnya--Pasal 6, Lampiran I, dan Pasal 9). Tujuan-tujuan
untuk seorang pemimpin tidak berbeda banyak dengan yang telah Saudara
kerjakan sampai saat ini. Tidak perlu banyak perubahan karena tujuan-
tujuan tersebut merupakan perluasan dari apa yang telah Saudara perbuat
sebelumnya. Tujuan-tujuan itu tidak akan memimpin Saudara kepada cara
baru dan tekanan baru. Tujuan-tujuan itu adalah perkembangan yang wajar,
suatu langkah yang logis dalam proses latihan.

Sekali lagi, kiranya Saudara akan mempelajari kesembilan tujuan ini dan
menentukan yang mana Saudara butuhkan. (Dengan orang yang berbeda
Saudara memerlukan perangkat tujuan yang berbeda pula.) Boleh
menambahkan atau mengurangi beberapa; sesuaikanlah dengan keadaan
jika Saudara merasa perlu. Namun, ingatlah, dalam bentuk apapun juga
sifat-sifat ini harus menjiwai seorang pemimpin team yang menjadikan
murid.

Mengembangkan Kehidupan Rohani yang Mendalam

Tujuan pertama ini merupakan lanjutan daripada apa yang telah Saudara
mulai pada waktu Saudara melayani orang baru pertama kali bertobat
kepada Kristus. Saudara telah bekerja untuk memperkembangkan
kehidupan rohaninya, kekuatan dalam wataknya, dan pengetahuannya
tentang Allah. Kuncinya ialah pengertian dan pengenalan akan Allah.
Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah
orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya
bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah
bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku,
bahwa Akulah Tuhan yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan
kebenaran di bumi; sungguh semuanya itu Kusukai, demikianlah Firman
Tuhan (Yeremia 9:23-24). Demikianlah Rasul Paulus juga mendambakan
pengenalan akan Allah yang makin mendalam bagi kehidupannya sendiri
(Filipi 3:10).

Jika orang itu akan dipakai Allah sebagai seorang pemimpin kelompok
pembina murid, kehidupannya harus dihayati dalam persekutuan dengan
Yesus Kristus. Sumber pimpinan, hikmat, kekuatan dan kuasa rohani
berasal dari Allah sendiri. Mungkin ia sudah mengikuti beberapa seminar;
mungkin ia sudah membaca bertumpuk-tumpuk buku yang dikarang oleh
orang- orang kenamaan; tetapi kecuali ia terus-menerus mencari Tuhan,
semua pelayanannya akan menjadi sia-sia.

Menemukan Pekerjaan dan Karunia-KaruniaNya

Hal kedua yang harus Saudara perhatikan ialah menolong mereka


menemukan dan memperkembangkan karunia-karunianya dan
meyakinkannya akan panggilan Allah. Panggilannya itu akan menentukan
jurusan mana yang akan diambilnya dalam pekerjaannya bagi Kristus.
Kebanyakan dari orang yang Saudara latih akan tetap berstatus orang
awam dan melayani Tuhan menurut kadar kemampuannya.

Sebenarnya hal itu merupakan panggilan Allah yang luhur dan terhormat.
Berbeda dengan anggapan umum bahwa untuk melayani Tuhan dengan
efektif Saudara harus menjadi pekerja Kristen yang sepenuh waktu. Pada
waktu nama orang-orang suci Allah dipanggil kelak, yang akan berdiri dan
dihitung adalah hampir semua orang awam (Ibrani 11:1-40). Nabi Samuel
didaftarkan di antaranya, namun pahlawan-pahlawan iman yang lainnya
adalah orang-orang biasa yang melayani Allah melalui liku-liku kehidupan
sehari-hari.

Pekerjaannya. Pendapat, yang bukan berdasarkan Alkitab, yaitu bahwa


seseorang harus menjadi pendeta, utusan Injil atau pekerja Kristen
sepenuh waktu jika memang ia menyerahkan diri kepada Kristus, telah
merusakkan citra pelayanan Kristen. Banyak orang awam yang sebenarnya
dapat menjadi saksi Kristus yang berhasil telah terdesak untuk menjadi
seorang pendeta sehingga mereka kecewa dan terhalang sepanjang
hidupnya. Karena itu bukan panggilan Tuhan bagi mereka.

Kemungkinan besar bahwa beberapa dari orang yang Saudara latih akan
merasakan panggilan Allah dalam hidupnya untuk menjadi pelayan
sepenuh waktu. Mereka membutuhkan bimbingan tentang pendidikan
theologia yang lebih lanjut. Rundingkanlah dengan mereka di dalam
suasanan doa.

Apabila seseorang meninggalkan Saudara untuk melanjutkan studinya,


jangan melupakan dia. Doakan dia. Kunjungi dia. Pakai cukup waktu untuk
menjelaskan kepadanya mengenai keadaan dan kemajuan team
pemuridan Saudara dan hasil-hasil pelayanan di mana dia pernah ikut
serta.

Pola yang umum adalah sebagai berikut: kebanyakan murid Saudara akan
tetap sebagai orang awam; beberapa akan masuk ke dalam pelayanan
sepenuh waktu. Baiklah saya tekankan sekali lagi: mereka yang dipanggil
untuk melayani Tuhan sebagai orang awam memiliki panggilan yang sama
tinggi dan terhormat dengan rekan-rekannya kaum pendeta. Mereka bukan
golongan warga kelas dua.

Karunia-karunianya. Pertolongan serta doa Saudara diperlukan juga untuk


memungkinkan calon pemimpin itu menemukan dan memperkembangkan
karunia-karunia rohani atau bakat-bakatnya. Pelajari dan doakan daftar
karunia yang disebut di dalam Alkitab (Roma 12:6-8; 1Kor 12:4-11; 1Kor 28-
31; Efesus 4:11-12), dan bersama-sama mereka menemukan apa macam
karunia yang diberikan Allah kepada mereka. Seseorang mungkin
menerima karunia penginjilan, karunia mengajar, memberi pinjaman atau
lain-lainnya. Suatu pedoman sederhana yang sangat menolong adalah
dengan menanyakan serangkaian pertanyaan ini. Ketika ia melayani Tuhan
di dalam suatu bidang pelayanan sesuai dengan karunianya: (1) Apakah ia
menyukainya? (2) Apakah orang lain merasa ditolong? (3) Apakah berkat
Allah nyata? Jika ketika jawabannya "ya," kemungkinan besar orang
tersebut memiliki karunia yang khusus itu.

Suatu kesalahan yang umum ialah mencoba membimbingnya di dalam


suatu bidang pelayanan yang menyenangkan Saudara dan mendukung
usaha pelayanan Saudara tetapi yang tidak cocok dengan penghasilannya
dan karunia-karunianya. Apa yang sebenarnya Saudara harus lakukan
ialah memikirkan karunia orang itu, panggilannya dari Allah dan pelayanan
serta efektifitasnya bagi Kristus.

Mengembangkan Kekuatannya

Saudara harus memakai banyak waktu untuk mengembangkan


kekuatannya, bukan mengoreksi kelemahan-kelemahannya saja,
meskipun kelemahan perlu diperbaiki. Jalan terbaik untuk
melaksanakannya ialah dengan meminta bantuan pelatih lain.

Dua penolong terbaik dalam pelayanan saya ialah mengadakan evaluasi


silang dan latihan silang. Manfaat yang besar ialah meminta seorang rekan
sekerja untuk bertemu sewaktu-waktu bersama-sama dengan orang-orang
yang saya latih. Saya mempunyai kelemahan yang saya kira berlaku pula
bagi kebanyakan orang yaitu terlalu meninggikan atau sebaliknya terlalu
menganggap remeh seseorang.

Jika saya hanya melihat titik-titik kekuatan seseorang yang saya latih, saya
merasa lebih terlibat dan akan memandang pekerjaan itu sebagai
pekerjaan mereka, yang memang seharusnya begitu. Tetapi kurang
bijaksanalah pemimpin yang hanya memberi pengumuman kepada orang-
orangnya akan apa yang harus mereka perbuat tanpa memberi
kesempatan kepada mereka untuk mengutarakan buah pikirannya dan
mendiskusikannya sehingga sampai kepada pengambilan keputusan. Ia
dapat mengikut-sertakan usaha mereka tetapi bukan hatinya. Sangat
bermanfaat bagi seorang pemimpi untuk melibatkan setiap anggota team
dalam membicarakan bersama-sama rencana yang akan dibuat karena
dengan demikian akan melibatkan juga banyak buah pikiran yang baik dari
orang lain. Mereka pasti akan sampai kepada perencanaan yang lebih baik
jika mereka dapat menyumbangkan pikiran mereka bersama-sama.
Mereka akan bekerja dengan lebih rajin jika pekerjaan itu adalah rencana
kita.

Praktek. Salah satu cara terbaik untuk melatih orang dalam kepemimpinan
adalah dengan memberi apa yang sudah diperoleh sebelumya dalam
latihan, disertai pengawasan seperlunya. Hal ini akan menumbuhkan rasa
percaya diri. Juga akan dapat melihat mana kekuatan dan kelemahan yang
ada pada dirinya. Kemudian Saudara dapat bersama-sama dengan dia
membuat rencana sederhana untuk meningkatkan kekuatan-kekuatan
yang ada pada dirinya dan memperbaiki kelemahan-kelemahannya.

Ia juga akan dapat melihat dirinya sebagai seorang pemimpin dan


bagaimana ia menghubungkan dirinya dengan rekan sekerjanya dan
dengan orang-orang yang dipimpinnya. Jika ia diberi kesempatan untuk
mempraktekkan hal itu, ia akan segera mendapatkan pelajaran berharga
yang tidak dapat dipelajarinya dengan cara lain. Ia akan belajar
bagaimana...

* mengatur dirinya sendiri.


* mengatur waktunya.
* mengatur pelayanannya.
* menilai murid-muridnya.
* mengatur keuangannya.
* memakai rumahnya dalam pelayanan bersama dengan menghargai
keluarganya.
* Untuk berhubungan dengan orang lain secara produktif dalam
pelayanan Kristus.

Saran-saran. Untuk menolong dia menjadi efektif, ada beberapa hal yang
Saudara dapat melakukan untuk memperkembangkannya di dalam
suasana di mana ia akan berjuang dan bertumbuh sebagai seorang
pemimpin. Hal-hal ini adalah hasil pengalaman saya pribadi, dan
kebanyakan saya dapatkan melalui perjuangan yang berat.
memerlukan pelatih lain untuk melihat hal-hal yang tidak saya lihat. Ia dapat
menolong saya karena ia tidak terlibat secara subyektif dengan orang yang
saya latih itu. Cukup menarik perhatian bahwa istri saya sangat membantu
saya dalam bidang ini. Kaum wanita sering dapat melihat apa yang tidak
dapat dilihat oleh orang laki-laki, dan saya telah belajar untuk menghargai
pengamatan istri saya. Pertolongan dari orang lain secara obyektif akan
menolong saya membangun dan menguatkan orang-orang yang saya latih.

Jika persoalan saya ialah memandang remeh seseorang, saya


membutuhkan pertolongan yang orang lain sehingga saya dapat
memandang segi-segi yang baik dan kemampuan orang itu. Kita cenderung
untuk menilai cacat-cacat kecil sehingga evaluasi dari orang lain sangat kita
butuhkan. Hendaklah kita ingat bahwa bisa membangun orang lain
mempunyai pelayanan yang positif. Kita tidak akan sampai kepada tujuan
jika kita memusatkan perhatian hanya untuk memperbaiki kekurangan kecil.
Kita harus beriman bahwa anugerah Allah akan menolong kita dalam hal ini.

Melatih Dia Dalam Kepemimpinan

Calon seorang pemimpin perlu dilatih untuk memimpin. Ia telah melayani


bersama-sama Saudara dan dengan begitu seharusnya dia dapat
menangkap visi mengenai pelipatgandaan murid dan seharusnya sudah
menguasai ketrampilan pelayanan tertentu. Ia telah menunjukkan
kecakapan dan kemampuan mengerjakan prinsip-prinsip pemuridan
kepada orang- orang yang setia dan yang kelak akan mengulangi proses
tersebut (2Timotius 2:2). Namun ia memerlukan latihan lebih jauh dalam
paling sedikit empat hal di bawah ini.

Sikap. Yang paling penting dalam semua hal ini adalah sikapnya. Ia perlu
dijaga agar jangan menjadi besar kepala, karena hal itu dapat mematikan.
Sangat mudah bagi dirinya, meskipun dalam tingkat sedini ini, untuk
dipenuhi dengan kesombongan sehingga bisa dimanfaatkan oleh si Iblis.

Ia perlu juga menjaga sikapnya terhadap orang lain. Seorang pemimpin


yang baru mempunyai kecenderungan untuk berkuasa, untuk meyakinkan
orang lain bahwa dia yang sedang berperan, untuk memakai dan menuntut,
dan pada umumnya akan melakukan hal-hal yang keji di pemandangan
Allah dan manusia. Alasan timbulnya kelakuan macam ini ialah karena
merasa tidak yakin di dalam jabatannya dan berusaha menutupi perasaan
tidak aman itu dengan banyak kegiatan. Dan tentu saja ada itu dengan
banyak kegiatan. Dan tentu saja ada juga ada keinginan untuk
melaksanakan pekerjaan yang dibebankan kepadanya.

Perundingan. Seorang pemimpin harus belajar bagaimana berunding


dengan anggota teamnya yaitu dengan melibatkan anggota teamnya dalam
tahap-tahap perencanaan dan pengambilan keputusan. Mereka akan
1. Biarlah ia mengetahui bahwa Saudara mempercayainya,
mengasihinya, dan bersyukur kepada Allah karena dia.
2. Biarlah ia mengetahui bahwa ia bebas untuk membahas hal apa saja
dengan Saudara.
3. Biarlah ia mengetahui bahwa Saudara selalu siap sedia bertemu
dengan dia.
4. Biarlah ia mengetahui bahwa dirinya penting dalam pelayanan ini.
5. Ceritakan kepadanya sukses dan kegagalan Saudara.
6. Buatlah suatu patokan perbuatan yang tinggi baginya. Tanpa itu
kepuasan Saudara tidak akan berarti baginya.
7. Dapatkan selalu keterangan mengenai pelayanannya. Sunguh
menyakitkan hati jika orang lain akan berkata demikian tentang
pemimpinnya. "Ia tidak tahu apa yang sedang terjadi disekelilingnya.
8. Beri dorongan terus menerus. Usahakanlah agar ia terlibat dalam
kegiatan yang sekit lebih berat dari apa yang dia merasa mampu
melakukan. Penting sekali bagi Saudara untuk sungguh-sungguh
mengenal murid Saudara. Jika diberi terlalu banyak tugas dan terlalu
cepat, ia akan menjadi kecil hati dan kecewa. Jika terlalu sedikit dan
terlalu lamban, ia tidak akan merasa tertantang.
9. Jika ia membutuhkan pertolongan, berbicara dengan dia. Nyatakan
kepadanya bahwa Saudara siap menolongnya kapan saja, di mana
saja. Jangan biarkan dia berjuang sendirian dalam kebimbangan.
10. Jika ia kurang percaya diri, gambarkan suatu situasi tertentu dan
bertanya kepadanya, "Apa yang Saudara akan perbuat di dalam
situasi semacam ini?" Ia akan belajar bagaimana mengambil
keputusan, dan ia akan dapat memikul lebih banyak tanggung jawab.
11. Periksalah kemajuannya. Murah hati dalam memberi pujian; lemah
lembut dan kasih dalam mengoreksi.

Banyak hal berhubungan dengan latihan kepemimpinan bergerak di sekitar


keterlibatan Saudara dengan orang-orang yang bekerja bersama Saudara
dengan orang-orang yang bekerja bersama Saudara. Melatih orang
merupakan pekerjaan yang berat, namun sangat diperlukan.
Mengambil Langkah-Langkah Untuk Penambahan Imannya

Tolonglah calon pemimpin itu untuk maju dalam imannya. Berikan proyek-
proyek yang menyebabkan dia bergantung kepada Allah saja. Saya ingat
pertama kali saya bertanggung jawab untuk menjual buku pada suatu
pertemuan akhir minggu. Rupanya tugas itu merupakan sesuatu yang
hebat bagi saya. Saya berdoa. Saya mencari keterangan dari orang-orang
yang pernah melakukannya. Saya mencoba mengumpulkan daftar buku
lama yang laku. Saya menyelidiki daftar-daftar buku baru yang dikarang
oleh orang- orang yang pernah melayani kami. Hasilnya ialah bahwa Allah
ikut campur tangan sehingga pelayanan menjual buku selama akhir minggu
itu berhasil sekali. Pengalaman itu sungguh-sungguh memperluas iman
saya.
Yesus menantang iman murid-muridNya. Di Tasik Galilea, ketika badai
menimpa dan gelombang menempas perahu kecil itu dan mengisinya
dengan air, iman para rasul itu gugur. Dan mereka berteriak Guru, Guru, kita
binasa (Lukas 8:24). Setelah Yesus menenangkan mereka dan juga badai
itu, Ia bertanya mengapa mereka takut dan Di manakah kepercayaanmu?
(Lukas 8:25). Ruang kelasNya adalah perahu; kurikulumNya adalah badai;
pelajaranNya tentang iman. Melalui semua hal itu mereka ditolong dan
dikuatkan.

Salah satu jalan terbaik untuk melatih orang melebihi kemampuan dan
kecakapannya yang ada sekarang ialah dengan jalan menyuruhnya
berbuat sesuatu. Yesus melaksanakan hal itu. ia memanggil keduabelas
murid itu dan mengutus mereka berdua-dua (Markus 6:7).

Orang-orang itu telah mengikuti Yesus dan belajar daripadaNya. Bukan


waktunya untuk menambahkan keterangan untuk pengetahuannya tetapi
untuk melatih mereka dalam medan perang. Ketika Saudara melibatkan diri
dengan orang-orang, Saudara akan memperhatikan bahwa sewaktu-waktu
mereka telah mencapai titik jenuh dalam pelajaran mereka. Inilah saatnya
bagi mereka untuk diterjunkan sehingga mereka sungguh-sungguh
mendapat pengalaman baru.

Latihan selama seminggu penuh dalam sebuah Pekan Penyelidikan Alkitab


dalam menimbulkan rasa jenuh rohani, tetapi suatu kesempatan
memberikan kesaksian atau melatih seseorang akan segera memberikan
rasa lapar akan perkara-perkara Tuhan Allah. Saudara dapat mempertajam
rasa lapar rohani dari anak buah Saudara dengan membiarkan mereka
sibuk dalam pelayanan membagikan pengalaman hidup mereka.

Menghaluskan Kemampuan Pelayanannya

Lalu pergilah mereka dan mereka mengelilingi segala desa sambil


memberitakan Injil dan menyembuhkan orang sakit di segala tempat.
Sekembalinya rasul-rasul itu menceritakan kepada Yesus apa yang telah
mereka kerjakan (Lukas 9:6,10).

Bukanlah mendebarkan hati kalau kita dapat berkumpul bersama-sama


dengan mereka dan mendengar laporan dari setiap murid dan ulasan dari
Yesus?

Anak buah Saudara memerlukan kesempatan semacam itu sehingga


mereka dapat saling membagikan pengalaman dan saling menilai. Mereka
perlu membicarakan bersama dengan Saudara prinsip-prinsip memuali dan
melanjutkan pelayanan pemuridan. Mereka perlu mendiskusikan proses
perencanaannya dan cara bagaimana mengorganisasikan regu-regu
pelayanan. Mereka perlu membahas prinsip-prinsip kepemimpinan dan
belajar bagaimana mengadakan penilaian tentang kemajuan pelayanannya
dan keberhasilahn regu mereka.

Sediakan waktu secukupnya untuk mendengarkan murid Saudara supaya


dia merasa bebas datang kepada Saudara dan supaya dia merasa bahwa
Saudara sungguh mau mendengarkan. Jangan ragu-ragu mengajukan
pertanyaan dan jangan kaget jika ia mengajukan juga beberapa pertanyaan
yang kedengarannya terlalu sederhana. Jangan menjawab dengan sikap
"Akh, Saudara seharusnya sudah tahu jawabannya. Saya telah
mangajarakannya enam bulan yang lalu!" Belajar merupakan proses yang
berbelit-belit, dan kadang-kadang pelajaran bisa hilang begitu saja atau
perlu disajikan di dalam suatu bentuk lain. Tugas Saudara ialah menolong
calon pemimpin itu belajar bagaimana melaksanakan pelayanannya.

Belajar Menjadi Bijaksana

Sangat penting bagi seorang pemimpin muda untuk menjadi orang yang
bijaksana. Ketika ia memulai pelayananya sendiri, ada banyak tuntutan
yang akan menghabiskan waktunya. Raja Salomo berkata: Orang yang tak
berpengalama percaya kepada setiap perkataan, tetapi orang yang bijak
memperhatikan langkahnya (Amsal 14:15).

Pemimpin harus dapat belajar bagaimana membedakan perkara-perkara


yang produktif dari yang tidak akan menghasilkan buah, yang terbaik dari
yang baik, yang sungguh-sungguh penting dari yang hanya tampaknya
penting. Hal-hal yang sebenarnya akan mempergandakan murid sering kali
terselubung pakaian yang kelihatannya usang. Mata yang terlatih akan
dapat menembus topeng. Dan sering terjadi, seorang akan datang dengan
suatu progran yang kelihatannya hebat namun yang dibalik itu hanya
merupakan pemborosan waktu belaka.

Ia akan memerlukan kebijaksanaan untuk mempertimbangkan segala segi


dan mengetahui kapan untuk menjawab "Ya" dan kapan untuk mengatakan
"tidak." Melalui doa, penyuluhan, Firman Allah, dan pengertian tugas dan
panggilan, roh Kudus akan memimpinnya langkah demi langkah kepada
jalan pelayanan yang produktif.

Musa, hamba Allah itu, berdoa demikian: Masa hidup kami tujuh puluh tahun
dan jika kami kuat, delapan puluh atahun, dan kebanggaannya adalah
kesukaraan dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami
melayang lenyap...Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian,
hingga kami beroleh hati yang bijaksana...Kiranya kemurahan Tuhan, Allah
kami, atas kami, dan teguhkanlah perbuatan tangan kami, ya, perbuatan
tangan kami, teguhkanlah itu. (Mazmur 90:10,12,17).
Belajar Kemahiran Berkomunikasi

Seorang pemimpin perlu belajar untuk mengkomunikasikan kebenaran


secara sederhana dan jelas. Suatu kelemahan yang biasa pada orang-
orang yang baru memulai pelayanan ceramah ialah terlalu meruwetkan
penjelasannya atau mencoba menjelaskan terlalu banyak dalam waktu
yang singkat. Tujuannya ialah melihat kebenartan dihayati dalam
kehidupan, bukan mengisi pikirannya penuh dengan kenyataan.

Firman Tuhan menjelaskan bahwa Yesus berbicara dengan kuasa. Mereka


takjub mendengar pelajaranNya, sebab perkataanNya penuh kuasa (Lukas
5:32).

Sebagian orang kelihatannya merasa bahwa untuk berkata-kata dengan


kuasa ialah mengucapkannya dengan suara besar dan dengan berapi-api,
agar pendengar terpukau? Kita mengetahui bahwa ucapan Yesus berkuasa
karena apa yang Ia katakan itu terjadi demikian. Itulah kuasa melihat
perbaikan atau pengarahan yang baru; melihat hidup dibersihkan atau
keluarga yang dipersatukan kembali; melihat kebiasaan yang lama dihapus
dan penyerahan yang bersifat abadi; melihat wanita dan pria merindukan
persekutuan dengan Yesus Kristus dan orang-orang mulai menggali Firman
Allah dan mengadakan waktu untuk berlutut dalam doa.

Dua pernyataan dari Alkitab memberikan pengertian kepada kita mengenai


kuasa dalam pemberitaan Yesus. Dan semua orang itu membenarkan Dia
dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkanNya (Lukas
4:22). Ia berbicara dengan ramah sehingga memenangkan hati
pendengarNya. Ia mengatakan tentang kebenaran secara terbuka dan
kadang- kadang tajam serta menusuk. Tetapi ada keramahan dalan
ucapanNya yang menyebabkan suatu pesona.

Pernyataan kedua dicatat oleh Markus, Mereka takjub mendengar


pengajaranNya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa,
tidak seperti ahli-ahli Taurat (Mar 1:22). Ia berbicara dengan kekuasaan.
Pada waktu seorang pemimpin muda berbicara dengan kebenaran dari
Firman Allah sedang kuasanya dan perkataannya di bawah pengaruh Roh
Kudus, pemberitaannya akan mengandung kuasa.

Mempunyai Dasar Asas Kepercayaan yang Kuat

Jika seseorang hendak memimpin orang lain dalam pelayanan pemuridan,


ia harus memiliki dasar doktrin yang kuat. Banyak orang yang baik akan
menyimpang dalam ajarannya karena doktrin yang kabur atau tidak benar.
Ada orang yang membedakan di antara hal praktis dari Alkitab dan pkoko-
pokok asas kepercayaan. Pembedaan itu kurang baik. Pengalaman saya
bekerja bersama orang lain telah mengajar saya untuk meletakkan pondasi
BAB XII
YAKIN DAN TIDAK MALU

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke


dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan
menghasilkan banyak buah (Yohanes 12:24).

Ketika seorang datang kepada Kristus, ia memerlukan seseorang lain untuk


memberinya makanan dan bimbingan bagaimana mencari makanan sendiri
dari Firman Allah. Tidak ada orang yang mengingkari kenyataan bahwa
seorang bayi di dalam Kristus memerlukan pertolongan semacam itu. Tetapi
hal yang hendaknya menggugah kita ialah adanya banyak orang yang
memerlukan pertolongan itu terus menerus. Bacalah Ibrani 5:12-14.

Membimbing seorang Kristen baru menuju kedudukan sebagai seorang


pemimpin akan menghabiskan waktu bertahu-tahun yang penuh dengan
kesabaran, pemerliharaan, latihan, dan doa. Tentu saja ongkosnya tenaga
dan waktu besar sekali.

Marilah kita memikirkan ongkos dan latihan ini dari kacamata seorang
gembala sidang yang bertanggung jawan bagi kawanan domba Allah. Rasul
Paulus menyatakan demikian: Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak
bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan
tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela ditengah-
tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu
bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia, sambil
berpegang pada firman kehidupan, agar aku dapat bermegah pada hari
Kristus, bahwa aku tidak percuma berlomba dan tidak percuma bersusah-
susah (Filipi 2:14-16).

Pada bagian ini sang rasul membesarkan hati orang di Filipi untuk
melaksanakan pekerjaan dengan bersukacita dan jangan menghabiskan
waktu dengan bersungut-sungut dan mengeluh. Ia menasihita mereka agar
melakukan hal itu pada waktu mereka membagikan Firman Tuhan kepada
orang lain.

Alasan mengapa dia sangat prihatin akan hal ini ialah karena ketakutannya
bahwa ia telah bekerja dengan sia-sia. Ini betul-betul membagikan Firman
Tuhan kepada orang lain, Paulus akan merasa bahwa segala pekerjaannya
itu sia-sia saja?
Yohanes menulis perkataan yang agak bersamaan maksudnya, Maka
sekarang, anak-anakku, tinggalah di dalam Kristus, supaya apabila ia
menyatakan diriNya, kita beroleh keberanian percaya dan tidak usah malu
terhadap Dia pada hari kedatanganNya (1Yohanes 2:28). Bukankah dia
berkata bahwa kecuali orang-orang ini belajar untuk tetap berpaut kepada
Kristusnya yaitu, bersekutu dengan Dia setiap hari melalui FirmanNya dan
doa sang rasul akan merasa malu bertemu dengan Kristus pada waktu Ia
datang?

Pernah saya bacakan ayat ini dengan seorang kawan saya yang
menggembalakan sebuah jemaat di pinggiran sebuah kota besar. Ia
membaca dan membaca ulang Filipi 2:16 dan 1Yohanes 2:28 dan hampir
merasa sakit. Ia memandang saya dan berkata, "LeRoy, apa yang saya
lakukan? Saya tidak melatih umat saya untuk membagikan Firman Tuhan
kepada orang lain atau untuk hidup dalam persekutuan bersama Kristus."

Ia melihat kebenaran yang diajarkan dalam ayat-ayat Alkitab tersebut dan


hubungannya dengan pelayanannya. Dia hampir merasa bahwa lebih baik
menanggalkan pekerjaannya. Namun ia menangkap pula penglihatan
untuk menyerahkan dirinya kepada pembinaan beberapa orang untuk
memimpin mereka kepada langkah-langkah pemuridan, pembinaan murid
dan pemimpin. Hari ini ia tidak lagi merasa dihantui oleh kebenaran yang
terdapat dalam kedua bagian Alkitan itu.

Dalam hubungan ini, coba perhatikan baik-baik apa yang dikatakan dalam
1Yoh 2:12-14. Ia memulai dengan menulis kepada anak-anak, orang yang
baru mengerti bahwa dosanya telah ditebus. Ia juga menulis kepada
mereka karena mereka telah mengenal Bapa. Kemudian ia menulis kepada
bapa-bapa, yaitu mereka yang telah sungguh-sungguh mengenalNya.
Akhirnya ia berbicara kepada anak muda dan mengingat mereka bahwa
mereka kuat dalam Firman Allah dan telah mengalahkan si jahat. Anak-anak
baru mengenal Bapa; orang muda melalui Firman Allah dapat mengalahkan
si jahat; dan bapak-bapak kenal Allah secara intim.

Salah satu kunci keberhasilan ialah dengan menolong murid-murid


Saudara berpindah dari masa kanak-anak kepada masa muda dan
sehingga menjadi ayah. Dan cara menjadikan mereka pemenang ialah
menanamkan Firman Tuhan ke dalam hati dan kehidupan mereka.

Hal ini mengingatkan kita akan bagian yang ditulis oleh Rasul Paulus
kepada orang-orangdi TEalonika, Dan karena itulah kami tidak putus-
putusnya mengucap syukur juga kepada Allah, sebab kamu telah menerima
Firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia,
tetapi--dan memang sungguh-sungguh demikian--sebagai firman Allah,
yang bekerja juga di dalam kamu yang percaya (1Tes 2:13). Paulus berkata
bahwa Firman Allah sekarang sedang bekerja di dalam mereka laksana
sebuah dinamo yang besar, menghasilkan kekuatan yang melebihi
kekuatan manusia yang biasa. Pada suatu hari saya jelaskan kebenaran ini
kepada seorang pendeta, dan ia mengatakan kepada saya "LeRoy,
rupanya Saudara seorang fanatik dalam menarik orang kepada Firman
Tuhan dan menanamkan Firman Tuhan ke dalam hidup mereka".

Saya mengatakan bahwa saya lebih daripada seorang fanatik dalam


memasukkan Firman Tuhan ke dalam kehidupan orang dan membiarkan
Firman itu bertumbuh dengan subur. Saya sudah menyaksikan apa yang
telah diperbuat oleh Firman Tuhan kepada ratusan orang selama beberapa
tahun dan hasil yang luar biasa yang telah mengubah kehidupan mereka.

Masalahnya ialah bahwa hal itu tidak bisa diterima secara obralan. Tidak
pula dapat dilakukan melalui suatu program tertentu. Hal itu hanya dapat
diperoleh melalui perhatian secara pribadi kepada manusia dengan
menolong mereka menerapkan apa yang telah diperolehnya dan
melakukan prinsip-prinsip yang telah dibicarakan di atas sehingga menjadi
bagian hidup mereka sehari-hari.

Segera setelah kita berbicara mengenai perlunya perhatian kepada orang


yang secara individu dan pribadi, beberapa masalah akan timbul. Yang
pertama adalah masalah waktu. Banyak orang sibuk sekali sekarang.
Mereka melakukan pekerjaan lebih dari pada waktu yang tersedia. Apa
yang perlu kita sadari adalah bahwa proses pemuridan tidak makan waktu
lebih banyak tetapi melipatgandakan waktu yang sudah sempit itu. Jika
gembala sidang dapat melayani beberapa orang yang rohani dan bermutu,
baik laki- laki maupun perempuan, mereka dapat mulai meringankan sedikit
beban gembala itu. Mereka dapat melayani bersama-sama dengan dia.

Satu masalah yang lain adalah pilih kasih. Gembala sidang harus berusaha
untuk menghindari diri agar tidak dikritik karena seolah-olah
menganakemaskan beberapa orang. Pada suatu kali saya menantang
seorang pendeta muda untuk mencari orang-orang yang paling baik di
dalam sidangnya dan mulai menolong mereka dalam kehidupan doanya
dan mengajar mereka bagaimana mencari orang-orang yang paling baik di
dalam sidangnya dan mulai menolong mereka dalam kehidupan doanya
dan mengajar mereka bagaimana mencari makanan Firman Allah sendiri.
Namun ia kuatir tentang masalah pilih kasih ini. Sehingga saya
menyarankan agar dia memberi pengumuman kepada seluruh anggota
gerejanya dalam kebaktian Minggu pagi bahwa ia bermaksud memulai
sebuah kelompok pemuridan setiap hari Senin pagi pukul lima dan terbuka
bagi setiap anggota yang mau datang. Ia sebenarnya telah mempunyai dua
tiga calon dalam pikirannya. Sebagai tambahan kepada undang-undang
yang telah diumumkannya kepada seluruh sidangnya, ia menghubungi
mereka secara pribadi dan mendorong mereka untuk datang. Setiap orang
mengetahui bahwa sekarang sedang berlangsung suatu kelas pemuridan,
dan setiap orang diberi kesempatan untuk menghadirinya.

Kenyataannya ialah bahwa hanya yang sungguh-sungguh lapar rohani


yang akan datang. Beberapa waktu kemudian dua atau tiga orang akan
gugur namun mereka yang tinggal tetap adalah mereka yang menjadi bakal
pemimpin gereja yang sungguh.

Salah satu jalan terbaik bagi seorang gembala sidang untuk memulai
pelayanan semacam ini ialah dengan meprioritaskannya kepada para
penatua atau diakon. Gembala yang ingin berhasil dalam pemuridan
banyak anggota gereja harus memulainya dengan kepemimpinan yang
sudah ada. Para penatua atau diakon adalah orang-orang yang tepat untuk
mulai. Jika orang-orang semacam ini dapat dijangkau dan dilatih, pendeta
akan membungkamkan tukang kritik dan hal-hal negatif lainnya dari
anggota jemaat.

Hal lain yang dapat diperbuat oleh pendeta ialah dengan menggunakan
kreativitas dalam menentukan bagaimana ia dapat memperlengkapi
dengan baik organisasi dan program-program yang sudah ada untuk
menolong tujuan pemuridannya. Organisasi di dalam gereja seperti
Sekolah Minggu, kaum wanita dan kaum pria dapat dibimbing supaya
membantu program pemuridan. Pemuridan yang sesungguhnya tidak
dapat dilakukan secara besar-besaran melalui organisasi yang sudah besar
ini, tetapi kita harus menyadari bahwa banyak pria dan wanita yang setia
akan muncul dari kelompok tersebut.

Seorang pendeta yang sudah melaksanakan pelayanan semacam itu


selama tiga setengah tahun menceritakan kepada saya bahwa kelompok
orang di dalam gerejanya yang paling terbuka dan dapat diajar adalah
sekelompok pemuda yang tidak menduduki jabatan apa-apa di dalam
kepentingan gereja. Karena mereka membuka diri dan bersedia, ia mulai
dengan mereka. Sekarang, setelah tiga setengah tahun, orang-orang muda
ini telah menduduki posisi kepemimpinan di dalam gereja dan sedang
melakukan pekerjaan yang baik.

Kesaksian pendeta itu memberikan gambaran kepada kita bahwa tidak ada
peraturan tertentu yang harus diikuti. Yang haru kita perbuat adalah
menggunakan setiap situasi dan mulai dari sana dengan usaha penuh dan
daya cipta. Jika para diakon atau penatua menyukai dan menyambutnya,
maka kita harus melatih mereka dalam kepemimpinan. Namun jika mereka
tidak melihat kegunaannya, barangkali Allah akan memakai orang lain di
dalam sidang yang akan menyambutnya.

Pendeta perlu terus menggunakan kedua belah lututnya dan mengikuti


teladan Kristus (Mar 3:14). Jadi pakailah semalam penuh untuk berdoa,
meminta kepada Tuhan agar menunjukkan orang-orang--pria dan wanita--
yang tepat untuk dilibatkan dalam pelayanan Saudara. Di samping masalah
yang mungkin timbul melalui cara pendekatan ini, kita harus menyadari
bahwa menjadikan murid bukanlah sesuatu tugas tambahan atau usulan,
tetapi suatu perintah. Hal itu merupakan bagian yang penting dalam Amanat
Agung (Matius 28:19). Kita harus mencari Allah di dalam doa dan
membiarkan Dia memberikan kepada kita buah pikiran yang baru dan
segar.

******

Beberapa dari bahan yang ada di dalam buku ini mungkin tidak sesuai
dengan situasi di tempat Saudara sekarang. Mungkin Saudara berharap
agar saya bisa membicarakan beberapa hal secara lebih terperinci.
Memang sukar sekali untuk membayangkan setiap situasi yang mungkin
terjadi. Kemungkinan besar ada beberapa hal yang tidak cocok dengan
pelayanan Saudara.

Meskipun ada banyak hal yang tidak dapat diterapkan, kiranya Saudara
akan berusaha menerapkan beberapa di dalam hidup Saudara sendiri dan
di dalam pelayanan Saudara. Biarlah buku ini merupakan buku referensi
tentang suatu metode yang telah berhasil di seluruh dunia dan yang
didasarkan pada ajaran Firman Tuhan. Kiranya Roh Kudus akan
menggunakannya untuk mengangkat ribuan pekerja yang bermutu rohani
tinggi bagi kemuliaan Tuhan Yesus Kristus.
LAMPIRAN 1
TUJUAN-TUJUAN PEMBINAAN MURID
KRISTUS

Tujuan-tujuan latihan murid Yesus telah dijelaskan dalam Pasal 6. Dua


tujuan di antaranya telah diuraikan dengan lebih teliti.

Dalam Lampiran I tiap tujuan di jelaskan secara singkat dan disertai


beberapa saran untuk kegiatan, bahan dan ayat-ayat Alkitab yang baik
dipakai. Memang Saudara dapat menambahkan atau mengurangi
penjelasan, kegiatan, bahan dan ayat juga.

Walaupun tujuan-tujuan ini tersusun nomor 1 s/d 30, penggunaannya dalam


pembinaan seseorang tidak harus menurut urutan itu. Tiap orang adalah
seorang individu dan perlu perhatian khusus.

1. KEYAKINAN KESELAMATAN

Tujuan:
Murid dengan yakin dapat menjelaskan kepada orang lain keyakinan
keselamatannya sendiri yang berdasarkan pada iman pribadi dalam Kristus
dan satu atau lebih banyak janji dari Firman Tuhan.

Firman:

1. 1Yohanes 5:13 --
2. Yohanes 1:12-13 --
3. 1Yohanes 5:11-12 --
4. Roma 8:16 --
5. Yohanes 5:24 --

Kegiatan:

1. Mengulangi berita Injil sekali lagi kepadanya.


2. Menanyakan kepadanya bagaimana dia tahu bahwa dia adalah seorang
Kristen sejati, yaitu telah dibebaskan dari segala hukuman dosa dan
diselamatkan.
3. Mengamati bagaimana ia menjelaskan pengalaman pertobatannya
kepada orang lain.
4. Mempelajari suatu pemahaman Alkitab tentang keyakinan keselamatan
bersama-sama dengan dia.
Firman:

1. 1Yohanes 5:13 -- Kita dapat tahu bahwa kita memiliki hidup kekal
2. Yohanes 1:12-13 -- Berdasarkan pada pekerjaan Kristus
3. 1Yohanes 5:11-12 -- Janji dari Firman Allah
4. Roma 8:16 -- Kesaksian Roh
5. Yohanes 5:2 -- Sudah pindah dari mati kepada hidup.

Bahan:

1. Hidup dalam Kristus, Pelajaran 1.


2. Mengikut Tuhan Yesus 1, Pelajaran 4,13.
3. Mulai Berjalan Dengan Kristus, bagian 1.
4. Pedoman Kehidupan Kristen, Pelajaran Yohanes 1,2.
5. Pelajaran Kehidupan Kristen, Buku 1, pasal 4.
6. Pelajaran Tentang Jaminan, pasal 1.
7. Pemuridan I, Kesatuan I.

2. WAKTU TEDUH

Tujuan:
Setiap hari ia akan mengadakan waktu yang berisi pembacaan Firman
Tuhan dan Doa.

Firman:

1. Markus 1:35 --
2. Kejadian 19:27 --
3. Keluaran 34:2-3 --
4. Mazmur 5:4 --
5. Daniel 6:11 --
6. 1Korintus 1:9 --

Kegiatan:

1. Mengadakan waktu teduh bersama dengan dia.


2. Membagikan beberapa berkat yang Saudara dapatkan dari waktu teduh
bersama-sama dengan dia.
3. Menjelaskan mengapa Saudara mendapat berkat tersebut dan
menunjukkan caranya bagaimana.
4. Berdoa dengan menggunakan sebuah Mazmur bersama-sama dengan
dia.
5. Mendorong dia untuk mengadakan waktu teduhnya dengan orang-orang
lain.
Firman:

1. Markus 1:35 -- Contoh Tuhan Yesus


2. Kejadian 19:27 -- Contoh Abraham
3. Keluaran 34:2-3 -- Contoh Musa
4. Mazmur 5:4 -- Contoh Daud
5. Daniel 6:11 -- Contoh Daniel
6. 1Korintus 1:9 -- Panggilan untuk bersekutu dengan Tuhan Yesus

Bahan:

1. Hidup Dalam Kristus, Pelajaran 4


2. Mengikut Tuhan Yesus 3, Pelajaran 1
3. Pedoman Kehidupan Kristen, bagian II
4. Pelajaran Kehidupan Kristen, Buku 2, pasal 3
5. Pemuridan I, Kesatuan V
6. Tujuh Menit Bersama Tuhan

3. KEMENANGAN ATAS DOSA

Tujuan:
Dia tahu bagaimana mengalami kemenangan atas pencobaan melalui
ketergantungan kepada Roh Kudus dan janji dari Firman Tuhan. Ini
dibuktikan dengan kesaksiannya yang jelas tentang kemenangannya baru-
baru ini atas suatu pencobaan yang tertentu.

Firman:

1. 1Korintus 10:13 --
2. 1Korintus 15:57 --
3. Yesaya 41:13 --

Kegiatan:

1. Menceritakan kepadanya tentang kemenangan atas dosa yang baru-


baru ini Saudara alami.
2. Mempelajari 1Korintus 10:13 secara teliti dengan dia.
3. Menghafalkan Mazmur 119:9,11, bersama-sama dengan dia.

Firman:

1. 1Korintus 10:13 -- Dijanjikan jalan ke luar


2. 1Korintus 15:57 -- Kemenangan melalui Yesus
3. Yesaya 41:13 -- Dijanjikan bantuan Allah
Bahan:

1. Hidup Dalam Kristus, Pelajaran 2


2. Mengikuti Tuhan Yesus 2, Pelajaran 9 s/d 13
3. Mulai Berjalan Dengan Kristus, bagian III
4. Pedoman Kehidupan Kristen, halaman IV-25 s/d IV-26
5. Pelajaran Kehidupan Kristen, Buku 2, pasal 1 pertanyaan 12 s/d 21
6. Pemuridan II, Kesatuan IV

4. PERPISAHAN DARI DOSA

Tujuan:
Dia mengambil langkah untuk bercerai dari dosa dengan menghindarinya,
menghafalkan Firman Tuhan seperti 2Korintus 6:17,18, mendoakannya,
dan meminta didoakan oleh orang lain.

Firman:

1. 1Yohanes 1:5-2:2 --
2. Yakobus 1:12 --
3. 2Timotius 2:19-22 --
4. Roma 6:12-14 --
5. 1Yohanes 2:15-16 --
6. Roma 12:2 --

Kegiatan:

1. Berdoa dengan dia mengenai bidang ini.


2. Berdoa bagi dia secara khusus.
3. Menceritakan kemenangan Saudara sendiri atas dosa yang dulu
merintangi Saudara.
4. Melibatkan dia dalam persekutuan dengan orang-orang yang mengalami
kemenangan.
5. Membaca dan mendoakan 2Korintus 6:14-18 dengan dia.

Firman:

1. 1Yohanes 1:5-2:2 -- Berjalan dalam terang


2. Yakobus 1:12 -- Bertahan dalam pencobaan
3. 2Timotius 2:19-22 -- Meninggalkan kejahatan
4. Roma 6:12-14 -- Dosa tidak boleh berkuasa atas kita
5. 1Yohanes 2:15-16 -- Kita tidak boleh mengasihi dunia
6. Roma 12:2 -- Jangan menjadi serupa dengan dunia.
Bahan:

1. Hidup Dalam Kristus, Pelajaran 2


2. Mengikut Tuhan Yesus 1, Pelajaran 5 s/d 8
3. Mulai Berjalan Dengan Kristus, bagian IV
4. Pelajaran Kehidupan Kristen, Buku 2, pasal 1, pertanyaan 22 s/d 25
5. Pemuridan II, Kesatuan I,IV
6. Tujuh Dosa Maut

5. PERSEKUTUAN KRISTEN

Tujuan:
Ia mengikuti kegiatan-kegiatan gereja, kelompok pemahaman Alkitab dan
kelompok doa dengan setia.

Firman:

1. Kisah 2:42 --
2. 1Yohanes 1:3 --
3. Ibrani 10:24-25 --
4. Mazmur 122:1 --

Kegiatan:

1. Mencari tahu mengenai latar belakang gerejanya.


2. Mengantar dia ke gereja bersama-sama dengan Saudara.
3. Mengundang dia untuk makan dan bertemu dengan orang-orang Kristen
lain.
4. Melibatkan dia dalam kelompok pemahaman Alkitab.
5. Menjelaskan kepada dia mengapa Saudara ke gereja.

Firman:

1. Kisah 2:42 -- Contoh gereja permulaan


2. 1Yohanes 1:3 -- Persekutuan bersama-sama
3. Ibrani 10:24-25 -- Jangan menjauhi persekutuan
4. Mazmur 122:1 -- Pergi ke gereja dengan gembira

Bahan:

1. Berjalan Terus Dengan Kristus, bagian 6


2. Hidup Dalam Kristus, Pelajaran 6
3. Mengikut Tuhan Yesus 3, Pelajaran 10 s/d 13
4. Pedoman Kehidupan Kristen, halaman IV-11 s/d IV-13
5. Pelajaran Kehidupan Kristen, Buku 3, pasal 1
6. Pemuridan I, Kesatuan VI
6. ALKITAB: FIRMAN ALLAH

Tujuan:
Ia sedang mempelajari kitab-kitab dalam Alkitab dan menyatakan
keyakinannya bahwa Alkitab adalah Firman Allah.

Firman:

1. 2Timotius 3:16-17 --
2. 2Petrus 1:21 --
3. Matius 22:29 --
4. Mazmur 19:8-12 --
5. Mazmur 119:105 --

Kegiatan:

1. Menolong dia mendapatkan terjemahan baru yang tepat.


2. Menunjukkan bagaimana caranya menggunakan konkordansi.
3. Menunjukkan bagaimana menggunakan referensi silang, lembar catatan
dan alat-alat lain untuk mempelajari Alkitab.

Firman:

1. 2Timotius 3:16-17 -- Ilham dari Allah


2. 2Petrus 1:21 -- Alkitab berasal dari kehendak Tuhan
3. Matius 22:29 -- Bahaya jika tidak tahu Firman Allah
4. Mazmur 19:8-12 -- Firman Hidup dan Kekal
5. Mazmur 119:105 -- Pelita dan cahaya

Bahan:

1. Berjalan Terus Dengan Kristus, bagian 2


2. Hidup Dalam Kristus, Pelajaran 4
3. Mengikut Tuhan Yesus 3, Pelajaran 5 s/d 9
4. Pedoman Kehidupan Kristen, halaman V-1
5. Pelajaran Kehidupan Kristen, Buku 3, Pasal 2
6. Pemuridan I, Kesatuan I, IV
7. Pokok-pokok Kepercayaan Orang Kristen, pasal 1
8. Seri Pedoman Alkitab Praktis
9. Ensiklopedia Alkitab Praktis
10. Konkordansi Alkitab
11. Menggali Isi Alkitab
12. Tafsiran Alkitab Masa Kini
7. MENDENGARKAN FIRMAN

Tujuan:
Ia akan mendengarkan Firman Tuhan dikhotbahkan dan diajarkan dan akan
mencatat paling sedikit satu khotbah seminggu.

Firman:

1. Amsal 28:9 --
2. Yeremia 22:29 --
3. Lukas 19:48 --

Kegiatan:

1. Pergi ke gereja bersama-sama.


2. Mengajarkan kepada dia pentingnya dan metode membuat catatan.
3. Menceritakan apa yang Saudara dapatkan dari Khotbah.

Firman:

1. Amsal 28:9 -- Mendengarkan Firman adalah salah satu kunci untuk


dijawabnya doa
2. Yeremia 22:29 -- Panggilan untuk mendengarkan Firman Tuhan
3. Lukas 19:48 -- Mendengarkan Firman dengan penuh perhatian

Bahan:

1. Pedoman Kehidupan Kristen, halaman V-3 s/d V-4


2. Pelajaran Kehidupan Kristen, buku 3, pasal 3, pertanyaan 13-15
3. Pemuridan 2

8. MEMBACA FIRMAN

Tujuan:
Dia akan membaca Alkitab secara teratur.

Firman:

1. 1Timotius 4:13 --
2. Wahyu 1:3 --
3. Ulangan 17:19 --

Kegiatan:

1. Menceritakan beberapa berkat pribadi dari pembacaan Alkitab Saudara


kepadanya.
2. Membacakan suatu bagian dari Alkitab bersama-sama.
3. Menolong dia untuk mulai membaca sebuah kitab dalam Perjanjian
Baru (Markus atau Yohanes)

Firman:

1. 1Timotius 4:13 -- Baca dengan tekun


2. Wahyu 1:3 -- Berkat dari membaca
3. Ulangan 17:19 -- Perlunya membaca tiap hari

Bahan:

1. Alkitab: Bagaimana Membacanya?


2. Bagaimana Membaca Alkitab?
3. Daftar Bacaan Alkitab Setiap Hari atau lain rencana pembacaan Alkitab.
4. Pedoman Kehidupan Kristen, halaman V-5, V-7, V-9
5. Pelajaran Kehidupan Kristen, Buku 3, pasal 3, pertanyaan 16 s/d 19
6. Pemuridan II

9. MENYELIDIKI FIRMAN

Tujuan:
Dia akan secara teratur menyelesaikan penyelidikan Alkitab pada
waktunya.

Firman:

1. Kisah 17:11 --
2. Amsal 2:1-5 --
3. Ezra 7:10 --

Kegiatan:

1. Menjelaskan mengapa Saudara mempelajari Alkitab


2. Membuat suatu pelajaran Alkitab bersama-sama dia.
3. Menunjukkan bedanya antara mempelajari dan membaca Alkitab.
4. Menolong dia mulai penyelidikan Alkitab secara pribadi.

Firman:

1. Kisah 17:11 -- Pentingnya pemahaman Alkitab


2. Amsal 2:1-5 -- Mempelajari seperti mencari harta terpendam.
3. Ezra 7:10 -- Contoh Ezra
Bahan:

1. Pedoman Kehidupan Kristen, halaman V-11 s/d V-29


2. Pelajaran Kehidupan Kristen, Buku 3, pasal 3, pertanyaan 18-19.
3. Pemuridan II
4. Temukanlah Sendiri--Sukacita Dalam Mempelajari Alkitab.

10. MENGHAFAL FIRMAN

Tujuan:
Dengan teratur ia menghafalkan ayat-ayat dan mengulangi ayat-ayat yang
sudah dihafal.

Firman:

1. Kolose 3:16 --
2. Ulangan 6:6-7 --
3. Matius 4:4 --
4. Mazmur 37:31 --
5. Amsal 7:1-3 --

Kegiatan:

1. Menjelaskan berkat-berkat pribadi Saudara dalam penghafalan ayat.


2. Menghafalkan sebuah ayat bersama-sama.
3. Mengulangi ayat-ayat Saudara bersama-sama dengan dia.
4. Memeriksa rencana dia untuk mengulangi ayat-ayat.
5. Mempertemukan dia dengan orang lain yang sedang menghafalkan ayat.

Firman:

1. Kolose 3:16 -- Penghafalan memperkaya kita


2. Ulangan 6:6-7 -- Musa mendorong penghafalan ayat-ayat
3. Matius 4:4 -- Contoh Tuhan Yesus
4. Mazmur 37:31 -- Memberikan kemantapan
5. Amsal 7:1-3 -- Harus dituliskan dalam hati

Bahan:

1. Berjalan Terus dengan Kristus


2. Hidup Dalam Kristus
3. Mulai Berjalan Dengan Kristus
4. Pedoman Kehidupan Kristen, halaman V-2, V-31 s/d V-33
5. Pelajaran Kehidupan Kristen, Buku 3, pasal 3, pertanyaan 20 s/d 33
6. Pemuridan I, II
7. Penghafalan ayat Berjudul
11. MERENUNGKAN FIRMAN

Tujuan:
Ia dapat menjelaskan arti merenungkan Firman dan berkat-berkat pribadi
dari merenungkan ayat yang baru-baru ini dihafal.

Firman:

1. Mazmur 1:1-6 --
2. Yosua 1:8 --
3. Yeremia 15:16 --
4. Filipi 4:8 --

Kegiatan:

1. Menceritakan berkat yang Saudara sendiri terima karena merenungkan


Firman Tuhan.
2. Bacalah suatu bagian Alkitab, perhatikan konteksnya dan menanyakan
dia mengenai apa yang diajarkan. (Siapa, apa, mengapa, bagaimana, di
mana, dan bilamana).
3. Menjelaskan kepada dia satu rencana untuk merenungkan Firman
Tuhan.

Firman:

1. Mazmur 1:1-6 -- Hasil merenungkan


2. Yosua 1:8 -- Janji merenungkan
3. Yeremia 15:16 -- Merenungkan membawa sukacita
4. Filipi 4:8 -- Disiplin mental dari merenungkan

Bahan:

1. Pedoman Kehidupan Kristen, halaman II-3 s/d II-6; V-5 s/d V-8.
2. Pelajaran Kehidupan Kristen, Buku 3, pasal 3, pertanyaan 24 s/d 27

12. PENERAPAN FIRMAN

Tujuan:
Ia menyatakan keinginannya untuk menerapkan Firman Tuhan dengan
menulis dan menyelesaikan satu atau lebih penerapan yang tertentu.

Firman:

1. Yakobus 1:22-25 --
2. Mazmur 119:59-60 --
3. 2Timotius 3:16-17 --
4. Lukas 6:46-49 --

Kegiatan:

1. Menunjukkan kepadanya suatu penerapan yang telah Saudara tulis.


2. Mintalah dia menunjukkan kepada Saudara suatu penerapan yang telah
dia tulis.
3. Berdoa tentang penerapan dia dan penerapan Saudara.
4. Menjelaskan bahwa sebuah penerapan harus di tulis dengan sedemikian
teliti sehingga jelas bila penerapan itu telah dilakukan.

Firman:

1. Yakobus 1:22-25 -- Kita harus melakukan apa yang dikatakan dalam


Firman Tuhan
2. Mazmur 119:59-60 -- Merenungkan Firman dengan pengarahan
kepada penerapannya
3. 2Timotius 3:16-17 -- Firman Tuhan menguntungkan bagi kehidupan
4. Lukas 6:46-49 -- Ketaatan adalah landasan yang kokoh

Bahan:

1. Pedoman Kehidupan Kristen, halaman II-3 s/d II-6; V-2 s/d V-28
2. Pemuridan I,II

13. DOA

Tujuan:
Ia menunjukkan kehidupan doa yang konsekwen dengan berdoa setiap hari
minimum sepuluh menit dan mengikuti kelompok doa dengan semangat.

Firman:

1. 1Tesalonika 5:17 --
2. Yohanes 17:1-26 --
3. Yakobus 5:17 --
4. Filipi 4:6-7 --
5. Matius 21:22 --
6. 1Yohanes 3:22 --
7. 1Yohanes 5:14-15 --
8. Matius 6:6 --

Kegiatan:

1. Meminta dia menceritakan beberapa doa yang telah dikabulkan.


2. Mengamati apa yang dia doakan dalam kelompok doa.
3. Menunjukkan Firman Tuhan yang dia dapat pakai untuk berdoa.
4. Menolong dia memperkembangkan suatu daftar doa.
5. Meminta dia mendoakan salah satu kebutuhan Saudara.
6. Berdoa secara teratur dengan dia pada saat yang telah di janjikan
maupun sewaktu-waktu bila tidak direncanakan.
7. Menceritakan tentang jawaban-jawaban atas doa Saudara.
8. Mengantar dia ke kelompok doa.
9. Menemukan dia dengan orang yang kuat dalam doa.

Firman:

1. 1Tesalonika 5:17 -- Berdoa dengan tidak berkeputusan


2. Yohanes 17:1-26 -- Contoh Tuhan Yesus
3. Yakobus 5:17 -- Doa mendatangkan hasil
4. Filipi 4:6-7 -- Berdoa waktu kuatir
5. Matius 21:22 -- Berdoa dalam iman
6. 1Yohanes 3:22 -- Ketaatan adalah seperti doa yang di jawab
7. 1Yohanes 5:14-15 -- Doa berdasarkan kehendak Allah
8. Matius 6:6 -- Berdoa secara pribadi

Bahan:

1. Cara Berdoa Bersama


2. Doa yang Dikabulkan
3. Hidup Dalam Kristus, Pelajaran 4
4. Kuasa Karena Doa
5. Mengikut Tuhan Yesus 3, Pelajaran 1 s/d 4
6. Mujizat Terjadi Bila Wanita Berdoa
7. Pedoman Kehidupan Kristen, halaman II-7 s/d II-12, IV-8 s/d IV-10
8. Pelajaran Kehidupan Kristen, Buku 6, pasal 3
9. Pemuridan I, Kesatuan V

14. KESAKSIAN PRIBADI

Tujuan:
Ia telah menyiapkan sebuah kesaksian tertulis yang dapat diceritakan
dalam waktu tiga menit termasuk paling sedikit satu ayat Firman Tuhan dan
telah menceritakannya paling sedikit kepada dua orang yang bukan Kristen
dalam jangka waktu satu bulan.

Firman:

1. Lukas 8:38-39 --
2. Kisah 26:1-23 --
3. Yohanes 9:25 --
4. 1Yohanes 1:3 --
Kegiatan:

1. Menceritakan kesaksian Saudara kepada dia.


2. Meminta dia menceritakan kesaksiannya kepada Saudara.
3. Mempelajari Kisah 26:1-23 bersama-sama, menunjukkan cara
pendekatan yang dipakai Paulus, latar belakang kehidupannya dan
pertemuannya dengan Tuhan Yesus.
4. Mengantar dia bersaksi bersama-sama dengan Saudara.
5. Meminta dia membagikan kesaksiannya diantara orang Kristen (misalnya
di kelompok pelajaran Alkitab).
6. Bersama-sama dengan dia memeriksa kesaksiannya mengenai isi dan
kejelasannya.
7. Berdoa supaya dia mempunyai keinginan bersaksi.

Firman:

1. Lukas 8:38-39 -- Contoh hidup yang diubah


2. Kisah 26:1-23 -- Kesaksian Paulus
3. Yohanes 9:25 -- Kesaksian orang yang dulu buta
4. 1Yohanes 1:3 -- Jelaskan apa yang Saudara alami

Bahan:

1. Hidup dalam Kristus, Pelajaran 7


2. Pedoman Kehidupan Kristen, halaman IV-14 s/d IV-19
3. Pelajaran Kehidupan Kristen, Buku 2, pasal 4
4. Pemuridan I, Kesatuan VII

15. KETUHANAN KRISTUS

Tujuan:
Ia membuktikan penyerahannya kepada ketuhanan Kristus dengan
membiarkan Kristus menguasai paling sedikit satu bidang kehidupan yang
belum diserahkan.

Firman:

1. Lukas 6:46 --
2. Roma 12:1-2 --
3. Kolose 1:18 --
4. Ibrani 1:2 --

Kegiatan:

1. Meminta dia membaca Hatiku Tempat Kediaman Kristus oleh Robert


Munger.
2. Memeriksa kelanjutan penerapan-penerapannya dari penyelidikan
Alkitab.
3. Pelajari Kolose 1:18; Ibrani 1:1-14 dengan dia.
4. Memberi nasihat dan mendiskusikan dengan dia tentang bidang-bidang
kehidupan dan Ketuhanan Kristus.

Firman:

1. Lukas 6:46 -- Ketaatan pada Kristus diperlukan


2. Roma 12:1-2 -- Penyerahan diri diperlukan
3. Kolose 1:18 -- Kristus yang paling utama
4. Ibrani 1:2 -- Kristus berhak menerima segalanya

Bahan:

1. Hatiku Tempat Kediaman Kristus


2. Hidup Dalam Kristus, Pelajaran 3
3. Mengikut Tuhan Yesus 2, Pelajaran 9 s/d 13
4. Pelajaran Kehidupan Kristen, Buku 2, Pasal 2
5. Pemuridan II, Kesatuan I

16. IMAN

Tujuan:
Ternyata bahwa dia percaya kepada Tuhan untuk kebutuhan-kebutuhan
yang khusus.

Firman:

1. Ibrani 11:6 --
2. Efesus 6:16 --
3. 1Yohanes 5:4-5 --
4. Roma 4:20-21 --

Kegiatan:

1. Menceritakan suatu kesaksian pribadi yang masih masih baru tentang


apa yang dikerjakan Tuhan Yesus sebagai jawaban pada iman Saudara.
2. Membaca Ibrani 11:1-40 bersama-sama.

Firman:

1. Ibrani 11:6 -- Mustahil berkenan kepada Allah tanpa iman


2. Efesus 6:16 -- Iman memberi kemenangan atas iblis
3. 1Yohanes 5:4-5 -- Iman mengalahkan dunia
4. Roma 4:20-21 -- Iman memuliakan Allah
Bahan:

1. Pelajaran Kehidupan Kristen, Buku 5


2. Pemuridan I, Kesatuan II

17. KASIH

Tujuan:
Ia menunjukkan kasih bagi orang-orang lain dengan jalan memperhatikan
mereka, bertindak dalam sikap mengasihi, dan berbuat sesuatu untuk orang
yang membutuhkannya (paling sedikit seminggu satu kali).

Firman:

1. Yohanes 13:34-35 --
2. 1Yohanes 3:17-18 --
3. Yohanes 15:13 --
4. 1Korintus 13:4-7 --
5. 1Yohanes 4:7-21 --

Kegiatan:

1. Menceritakan pengalaman Saudara pribadi.


2. Menterjemahkan kasih kepadanya.
3. Menjelaskan contoh-contoh Alkitab dan prinsip-prinsip kepadanya.
4. Menyelidiki 1Korintus 13:1-13 bersama-sama.

Firman:

1. Yohanes 13:34-35 -- Perintah untuk mengasihi


2. 1Yohanes 3:17-18 -- Kasih memenuhi kebutuhan orang lain
3. Yohanes 15:13 -- Kasih berarti pengorbanan penuh
4. 1Korintus 13:4-7 -- Bagaimana mengasihi orang lain
5. 1Yohanes 4:7-21 -- Kita harus saling mengasihi

Bahan:

1. Dua Menjadi Satu, Pelajaran 2


2. Pelajaran Kehidupan Kristen, Buku 4, pasal 2
3. Pemuridan I, Kesatuan VI

18. LIDAH

Tujuan:
Ia mengendalikan lidahnya.
Firman:

1. Efesus 4:29 --
2. Amsal 26:20 --
3. Amsal 18:6-7 --
4. Mazmur 71:15 --
5. Kolose 4:6 --
6. Yakobus 1:26 --
7. Yakobus 3:1-12 --

Kegiatan:

1. Menceritakan kepada dia bagaimana Saudara mengendalikan lidah


Saudara.
2. Mempelajari Yakobus 3:1-18 bersama-sama.

Firman:

1. Efesus 4:29 -- Mengatakan hanya hal-hal yang membangun


2. Amsal 26:20 -- Jangan menjadi pemfitnah
3. Amsal 18:6-7 -- Mulut orang bodoh adalah kebinasaannya
4. Mazmur 71:15 -- Memuji Tuhan dengan mulut
5. Kolose 4:6 -- Berkata-kata selalu dengan kasih
6. Yakobus 1:26 -- Mengendalikan pembicaraan yang negatif
7. Yakobus 3:1-12 -- Bahaya lidah yang tak terkendalikan

Bahan:

1. Dua Menjadi Satu, Pelajaran 4, pertanyaan 9-11


2. Pelajaran Kehidupan Kristen, Buku 4, pasal 3, pertanyaan 1 s/d 8

19. PEMAKAIAN WAKTU

Tujuan:
Ia menunjukkan pertumbuhan dalam penggunaan waktu yang efektif dan
efisien dengan merencanakan dan mengikuti jadwal waktu.

Firman:

1. Efesus 5:15-17 --
2. Mazmur 90:10,12 --
3. Pengkhotbah 3:1 --
4. Yakobus 4:13:14 --
5. Roma 13:11 --
6. Amsal 31:27 --
Kegiatan:

1. Membuat jadwal waktu bersama dia.


2. Mengajar dia bagaimana memakai waktu dengan lebih efektif.
3. Dorong dia dalam bidang ini dengan berdoa bersama.

Firman:

1. Efesus 5:15-17 -- Mempergunakan waktu yang ada


2. Mazmur 90:10,12 -- Merencanakan waktu
3. Pengkhotbah 3:1 -- Prioritas waktu
4. Yakobus 4:13:14 -- Hidup singkat sekali
5. Roma 13:11 -- Mendesaknya waktu
6. Amsal 31:27 -- Jangan membuang waktu

Bahan:

1. Pelajaran Kehidupan Kristen, Buku 4, pasal 4, pertanyaan 1 s/d 8


2. Pemuridan I, Kesatuan III

20. KEHENDAK ALLAH

Tujuan:
Ia menceritakan bagaimana ia mengambil suatu keputusan besar dengan
menggunakan prinsip-prinsip Alkitab untuk mengetahui kehendak Allah.

Firman:

1. Mazmur 119:105 --
2. Amsal 15:22 --
3. Yohanes 16:13 --
4. Roma 12:1-2 --

Kegiatan:

1. Menceritakan salah satu pengalaman Saudara sendiri dalam


menemukan kehendak Allah.
2. Meminta orang-orang lain untuk memberi kesaksian tentang
pengalaman mereka juga.
3. Dorong dia untuk menjelaskan kepada Saudara bagaimana dia
membuat keputusan-keputusan yang besar.

Firman:

1. Mazmur 119:105 -- Pengarahan melalui Firman Tuhan


2. Amsal 15:22 -- Mendapatkan nasihat orang suci
3. Yohanes 16:13 -- Pekerjaan Roh Kudus dalam hidup kita
4. Roma 12:1-2 -- Kehendak Allah adalah apa yang baik, sempurna dan
berkenan kepada Allah.

Bahan:

1. Pedoman Kehidupan Kristen, halaman VIII-1 s/d VIII-24


2. Pelajaran Kehidupan Kristen, Buku 4, pasal 4, pertanyaan 17 s/d 28
3. Pelajaran Tentang Jaminan, bagian 5
4. Pemuridan II, Kesatuan V

21. KETAATAN

Tujuan:
Terbukti bahwa ia terus belajar menjadi orang Kristen yang taat karena dia
melakukan penerapan-penerapan dari penyelidikan Alkitabnya.

Firman:

1. Yohanes 14:21 --
2. Ayub 17:9 --
3. Yohanes 15:10,14 --
4. 1Samuel 15:22 --
5. Yakobus 4:17 --
6. Yohanes 14:23 --
7. Mazmur 119:59-60 --

Kegiatan:

1. Membahas dengan dia bagaimana membuat penerapan-penerapan


yang tertentu.
2. Memeriksa penerapannya yang terakhir.
3. Menceritakan pengalaman-pengalaman pribadi Saudara.
4. Menceritakan hasil-hasil penerapan pemahaman Alkitab Saudara.

Firman:

1. Yohanes 14:21 -- Kasih dibuktikan dengan ketaatan


2. Ayub 17:9 -- Kekuatan berasal dari ketaatan terus-menerus.
3. Yohanes 15:10,14 -- Ketaatan menghasilkan buah dan menyukakan
Allah.
4. 1Samuel 15:22 -- Ketaatan lebih baik dari korban
5. Yakobus 4:17 -- Ketidaktaatan adalah dosa
6. Yohanes 14:23 -- Motivasi untuk ketaatan
7. Mazmur 119:59-60 -- Allah menginginkan ketaatan
Bahan:

1. Hatiku Tempat Kediaman Kristus


2. Pedoman Kehidupan Kristen, IV-20 s/d IV-24
3. Pelajaran Kehidupan Kristen, Buku 4, pasal 4
4. Pemuridan I, Kesatuan I, III

22. ROH KUDUS

Tujuan:
Ia dapat menjelaskan dengan Alkitab siapakah Roh Kudus dan bagaimana
Ia menolong kita dalam kehidupan tiap hari. Ia dapat menjelaskan pada
orang lain bagaimana berjalan dalam Roh.

Firman:

1. Yohanes 14:16-17 --
2. Roma 8:26 --
3. Yohanes 16:7-11 --
4. Galatia 5:22-23 --
5. Efesus 5:18 --
6. Roma 8:5-6 --
7. Roma 12:38 --
8. Zakharia 4:6 --
9. Roma 8:16-17 --
10. Yohanes 15:26-27 --
11. Galatia 5:16 --

Kegiatan:

1. Mengajarkan siapa Roh Kudus dengan menjelaskan konsep Tri Tunggal.


2. Berdoa bersama dia, minta bimbingan Roh Kudus.
3. Mengamati dan menunjukkan bidang-bidang kemenangan pribadi dia.
4. Memberikan contoh berdoa agar Roh Kudus menguasai dan
membimbing Saudara.
5. Mendaftarkan hal-hal yang mendukakan dan memadamkan Roh Kudus.

Firman:

1. Yohanes 14:16-17 -- Ia adalah Penolong


2. Roma 8:26 -- Ia menolong kita berdoa
3. Yohanes 16:7-11 -- Ia menginsafkan orang akan dosa, kebenaran dan
penghakiman.
4. Galatia 5:22-23 -- Buah Roh
5. Efesus 5:18 -- Kepenuhan Dengan Roh
6. Roma 8:5-6 -- Pertentangan antara Roh dan daging
7. Roma 12:38 -- Karunia-karunia Roh
8. Zakharia 4:6 -- Kuasa Roh
9. Roma 8:16-17 -- Roh bersaksi dengan roh kita
10. Yohanes 15:26-27 -- Kesaksian Roh
11. Galatia 5:16 -- Hidup oleh Roh

Bahan:

1. Hidup Dalam Kristus, Pelajaran 5


2. Mengikut Tuhan Yesus 2, Pelajaran 5 s/d 8
3. Pedoman Kehidupan Kristen, halaman 1-17 s/d 1-20
4. Pelajaran Kehidupan Kristen, Buku 5, pasal 2
5. Pemuridan I, Kesatuan III
6. Roh dan Firman
7. Temperamen Anda Dapat Diubah

23. IBLIS

Tujuan:
Ia menyatakan kemenangan pribadi atas iblis dengan menggunakan doa
dan Firman Tuhan. Ia bersaksi bagaimana ia mengatasi suatu serangan
iblis dalam hidupnya dengan menggunakan Firman Tuhan. Ia berdoa
melawan iblis sebagai musuh rohani pribadi.

Firman:

1. Efesus 6:10-18 --
2. 2Korintus 10:3-5 --
3. 1Yohanes 4:4 --
4. 1Petrus 5:8,9 --
5. Yohanes 8:44 --
6. Yesaya 14:12-15 --
7. 2Korintus 2:11 --
8. 1Yohanes 3:8 --
9. 2Korintus 4:3-4 --
10. Matius 4:4 --

Kegiatan:

1. Menyatakan pencobaan yang terbesar bagi dia.


2. Menceritakan beberapa pergumulan Saudara dan kemenangannya.
3. Berdoa dengan dia melawan serangan Iblis.
4. Mengulangi ayat-ayat Alkitab yang menjelaskan bagaimana Iblis
menyerang.
5. Menceritakan pengalaman pribadi bagaimana mengalahkan Iblis
dengan Firman Tuhan.
6. Menyelidiki Matius 4:1-11 bersama-sama.
7. Jangan membuat dia terlalu tertarik oleh pokok ini.

Firman:

1. Efesus 6:10-18 -- Senjata-senjata rohani untuk berperang


2. 2Korintus 10:3-5 -- Senjata-senjata kita bukan daging
3. 1Yohanes 4:4 -- Kuasa Iblis terbatas
4. 1Petrus 5:8,9 -- Kegiatan Iblis sebagai musuh
5. Yohanes 8:44 -- Iblis adalah pembohong
6. Yesaya 14:12-15 -- Kejatuhan iblis
7. 2Korintus 2:11 -- Kita dapat mengetahui musuh
8. 1Yohanes 3:8 -- Perbuatan Iblis dibinasakan
9. 2Korintus 4:3-4 -- Penipuan Iblis
10. Matius 4:4 -- Memakai Firman untuk mengalahkan Iblis

Bahan:

1. Malaikat Agen Rahasia Allah, halaman 66 s/d 78


2. Pelajaran Kehidupan Kristen, Buku 5, pasal 3

24. MENGHADAPI DOSA

Tujuan:
Ia mengetahui dosa yang ada dalam kehidupannya, dan membuat rencana
untuk mendapatkan kemenangan dan sedang maju terus.

Firman:

1. Kolose 3:9-10 --
2. 1Petrus 1:14-16 --
3. Efesus 6:10-20 --
4. Roma 13:14 --
5. Markus 14:38 --
6. 1Yohanes 1:9 --

Kegiatan:

1. Menjelaskan cara untuk menang.


2. Menceritakan masalah Saudara dan kemenangan-kemenangan.
3. Mendoakan bidang-bidang kehidupannya yang belum dimenangkan.
4. Menjelaskan bahayanya jika terus dalam dosa.

Firman:

1. Kolose 3:9-10 -- Menghayati kehidupan baru


2. 1Petrus 1:14-16 -- Hidup kudus
3. Efesus 6:10-20 -- Semua senjata Allah
4. Roma 13:14 -- Mempercayai Kristus
5. Markus 14:38 -- Berjaga-jaga dan berdoa.
6. 1Yohanes 1:9 -- Pengakuan dosa

Bahan:

1. Hatiku Tempat Kediaman Kristus


2. Hidup Dalam Kristus, Pelajaran 2
3. Mengikut Tuhan Yesus 2, Pelajaran 9 s/d 13
4. Pedoman Kehidupan Kristen, halaman IV-25 s/d IV-26
5. Pemuridan II, Kesatuan IV
6. Pelajaran Tentang Jaminan, bagian 3 dan 4

25. KEYAKINAN AKAN PENGAMPUNAN

Tujuan:
Ia dapat menjelaskan kepada orang lain keyakinan pribadinya mengenai
pengampunan dosanya yang berdasarkan pada satu atau lebih banyak janji
dari Firman Allah.

Firman:

1. 1Yohanes 1:9 --
2. Mazmur 32:1 --
3. Matius 5:23-24 --
4. Matius 18:15 --

Kegiatan:

1. Menanyakan apakah dia telah mengalami pengampunan dosa dari


Allah.
2. Menolong dia menyelesaikan pertentangan dengan orang lain dan
mengganti kerugian kalau perlu.
3. Menceritakan pengalaman Saudara pribadi mengenai dosa yang
diampuni.

Firman:

1. 1Yohanes 1:9 -- Pengampunan melalui pengakuan dosa


2. Mazmur 32:1 -- Berkat-berkat karena pengampunan
3. Matius 5:23-24 -- Perlunya meminta maaf dan mengganti kerugian
4. Matius 18:15 -- Perlunya bertobat
Bahan:

1. Hidup Dalam Kristus, Pelajaran 2, pertanyaan 20 s/d 22


2. Mulai Berjalan Dengan Kristus
3. Mengikut Tuhan Yesus 1, Pelajaran 5 s/d 8
4. Pelajaran Kehidupan Kristus, Buku 5, pasal 4
5. Pelajaran Tentang Jaminan, bagian 4
6. Pemuridan I, Kesatuan II

Firman:

1. 1Yohanes 1:9 -- Pengampunan melalui pengakuan dosa


2. Mazmur 32:1 -- Berkat-berkat karena pengampunan
3. Matius 5:23-24 -- Perlunya meminta maaf dan mengganti kerugian
4. Matius 18:15 -- Perlunya bertobat

26. KEDATANGAN KRISTUS YANG KEDUA KALINYA

Tujuan:
Ia telah menyatakan kesadaran baru mengenai kedatangan kembali Tuhan
Yesus dan dapat menunjukkan bagian-bagian Alkitab yang bersesuaian.

Firman:

1. 1Tesalonika 4:16-17 --
2. Yohanes 14:2-3 --
3. 1Yohanes 3:2,3 --
4. Titus 2:11-14 --
5. Wahyu 19:11-16 --

Kegiatan:

1. Menanyakan kepada dia apa yang sekiranya dia mau mengerjakan jika
umpamanya dia tahu bahwa Kristus akan datang hari ini.
2. Menceritakan bagaimana kedatangan Kristus yang kedua kali
mendorong Saudara.
3. Menyelidiki bersama-sama beberapa bagian Alkitab tentang
kedatangan Tuhan Yesus kedua kalinya, misalnya 1Tesalonika 4:13-18.

Firman:

1. 1Tesalonika 4:16-17 -- Janji bahwa Kristus akan kembali


2. Yohanes 14:2-3 -- Ia akan menjemput kita
3. 1Yohanes 3:2,3 -- Tantangan bagi kehidupan kita
4. Titus 2:11-14 -- Menghayati kehidupan saleh
5. Wahyu 19:11-16 -- KedatanganNya dalam kemuliaanNya
Bahan:

1. Mengikut Tuhan Yesus 4, Pelajaran 11 s/d 13


2. Pelajaran Kehidupan Kristen, Buku 5, pasal 5
3. Planet Bumi pada Zaman Akhir
4. Pokok-pokok Kepercayaan Orang Kristen, halaman 177-194

27. KESAKSIAN DAN PENGINJILAN

Tujuan:
Ia mengambil inisiatip untuk memberitakan Injil dengan jelas dan dengan
menggunakan Firman Allah.

Firman:

1. Kolose 1:28-29 --
2. Roma 1:16 --
3. 2Timotius 4:1-2 --
4. Amsal 11:30 --
5. Kisah 8:35 --
6. Amsal 28:1 --
7. Yohanes 4:1-42 --
8. 1Korintus 15:3-4 --
9. Lukas 19:10 --

Kegiatan:

1. Berdoa untuk keyakinan dalam bersaksi.


2. Mengantar dia bersaksi kepada orang lain.
3. Berdoa bersama untuk orang-orang yang dapat menjadi calon untuk
mendengarkan kesaksiannya.
4. Memimpin sebuah kelompok pemahaman Alkitab yang bersifat
menginjili.
5. Membuat dan menggunakan daftar doa untuk teman-teman bukan
Kristen.

Firman:

1. Kolose 1:28-29 -- Memberitakan Kristus dengan rajin


2. Roma 1:16 -- Keyakinan kokoh dalam Injil
3. 2Timotius 4:1-2 -- Bersaksi kapan saja
4. Amsal 11:30 -- Orang bijak memenangkan jiwa-jiwa
5. Kisah 8:35 -- Pakai Alkitab untuk memperkenalkan Yesus
6. Amsal 28:1 -- Keberanian diperlukan
7. Yohanes 4:1-42 -- Contoh Tuhan Yesus
8. 1Korintus 15:3-4 -- Definisi Injil
9. Lukas 19:10 -- Mencari orang berdosa

Bahan:

1. Hidup Dalam Kristus, Pelajaran 7


2. Mengikut Tuhan Yesus 4, Pelajaran 1 s/d 5
3. Pedoman Kehidupan Kristen, halaman IV-14 s/d IV-19; VI-1 s/d VI-16
4. Pelajaran Kehidupan Kristen, Buku 6, pasal 1
5. Pemuridan 1, Kesatuan VII
6. Pemuridan II
7. Saudara Saksi, Berdirilah
8. Traktat: Empat Hukum Rohani
9. Traktat: Langkah-langkah Menuju Perdamaian Dengan Allah

28. PEMBIMBINGAN ORANG KRISTEN BARU (TINDAK LANJUT)

Tujuan:
Ia telah mulai berdoa supaya Allah memberikan kepadanya seorang Kristen
baru untuk dibimbing (follow-up, tindak lanjut).

Firman:

1. Kolose 1:28 --
2. 3Yohanes 1:4 --
3. 2Timotius 2:2 --
4. 2Timotius 1:3 --

Kegiatan:

1. Menjelaskan rencana pembimbingan (follow-up) Saudara.


2. Pergi dengan dia bila Saudara menolong orang Kristen baru.
3. Meminta dia menyanyikan Mulai Berjalan Dengan Kristus kepada
Saudara.
4. Berdoa dengan dia untuk orang-orang yang ada di sekolahnya atau di
tempat pekerjaannya.
5. Berdoa tentang petobat baru yang akan dibimbing lebih lanjut.

Firman:

1. Kolose 1:28 -- Menolong tiap-tiap orang menjadi sempurna


2. 3Yohanes 1:4 -- Sukacita melihat orang lain hidup dalam Kristus
3. 2Timotius 2:2 -- Mengajar orang yang setia untuk melipatgandakan
dirinya sebagai murid Yesus
4. 2Timotius 1:3 -- Doa dalam pembimbingan orang Kristen baru
Bahan:

1. Mengikut Tuhan Yesus 4, Pelajaran 6 s/d 9


2. Pedoman Kehidupan Kristen, halaman VII-1 s/d VII-14
3. Pelajaran Kehidupan Kristen, Buku 6, pasal 2
4. Pemuridan II, Kesatuan VII s/d IX

29. PEMBERIAN

Tujuan:
Ia memberi uang dan sebagainya secara teratur bagi pekerjaan Tuhan.

Firman:

1. Amsal 3:9-10 --
2. 2Korintus 9:6-8 --
3. Lukas 6:38 --
4. Amsal 3:27 --
5. Galatia 6:6 --
6. Maleakhi 3:10 --
7. Amsal 11:24-25 --
8. 2Korintus 8:9 --

Kegiatan:

1. Menolong dia mendaftarkan prinsip-prinsip mengenai pemberian dan


pengabdian dalam Alkitab.
2. Memeriksa bagaimana hasilnya rencana pemberiannya.
3. Menolong dia membuat anggaran belanja pribadi (bila perlu).
4. Menolong dia menetapkan rencana untuk pemberian.

Firman:

1. Amsal 3:9-10 -- Memberi pertama-tama kepada Allah


2. 2Korintus 9:6-8 -- Memberi dengan sukacita
3. Lukas 6:38 -- Menerima menurut ukuran memberi
4. Amsal 3:27 -- Memberi bila Saudara dapat
5. Galatia 6:6 -- Membagikan sumber-sumber yang ada dengan guru-guru
rohani
6. Maleakhi 3:10 -- Memberi persepuluhan dan persembahan dan
menerima berkat Tuhan
7. Amsal 11:24-25 -- Orang yang murah hati diberkati
8. 2Korintus 8:9 -- Meskipun Ia kaya, Kristus menjadi miskin bagi kita.
Bahan:

1. Berjalan Terus Dengan Kristus, bagian 8


2. Hidup Dalam Kristus, Pelajaran 6
3. Mengikut Tuhan Yesus 2, Pelajaran 1 s/d 4
4. Pedoman Kehidupan Kristen, halaman IV-29 s/d IV-40
5. Pelajaran Kehidupan Kristen, Buku 6, pasal 4
6. Penyerahan Penuh Dalam Pengabdian
7. Persembahan dan Persepuluhan

30. VISI DUNIA

Tujuan:
Ia menunjukkan perhatian dan keprihatinan dalam visi dunia melalui doa
mingguan bagi utusan-utusan Injil dan orang-orang di lain daerah dan
negeri. Ia memberi persembahan bagi pengutusan Injil.

Firman:

1. Matius 9:35-38 --
2. Matius 28:19-20 --
3. Markus 16:15 --
4. Yohanes 20:21 --
5. Lukas 24:47 --
6. Yesaya 6:8 --

Kegiatan:

1. Memperkenalkan dia kepada utusan Injil yang sedang berkunjung.


2.Berdoa dengan dia menggunakan surat-surat permintaan doa
pengutusan Injil.
3. Menggunakan peta dunia dan berdoa untuk negara-negara lain.
4. Surat-menyurat dengan pekerja Tuhan di lain daerah atau negeri tentang
pekerjaan Tuhan di daerah atau negeri itu.
5. Membaca dan mendiskusikan riwayat-riwayat hidup beberapa utusan
Injil.

Firman:

1. Matius 9:35-38 -- Berdoa untuk pekerja-pekerja di ladang-ladang dunia.


2. Matius 28:19-20 -- Membuat murid di mana-mana
3. Markus 16:15 -- Memberitakan Injil kepada semua orang
4. Yohanes 20:21 -- Amanat Yesus kepada kita, berdasarkan pada
pengutusan Dia yang berhasil.
5. Lukas 24:47 -- Membawa berita Injil kepada semua bangsa
6. Yesaya 6:8 -- Kemauan untuk pergi.
Bahan:

1. Pedoman Kehidupan Kristen, halaman VI-3 s/d VI-16


2. Pelajaran Kehidupan Kristen, Buku 6, pasal 5
3. Peta dunia atau bola dunia
4. Riwayat-riwayat hidup utusan Injil
5. Surat-surat permintaan doa utusan Injil

Saran: Beberapa Pokok yang lain Untuk Tujuan Pembinaan

Allah -- TRITUNGGAL
Bahan:
Pokok-pokok Kepercayaan Orang Kristen, pasal 2
KELUARGA KRISTEN
Bahan:

1. Dua Menjadi Satu


2. Hidup Sebelum dan Sesudah Nikah
3. Kekasihku: Sebelum Pernikahan
4. Kekasihku: Sesudah Pernikahan
5. Pedoman Kehidupan Kristen, halaman IV-41 s/d IV-48

KARUNIA ROHANI
Bahan:
Pedoman Kehidupan Kristen, halaman VIII-1 s/d VIII-8
DAFTAR BUKU-BUKU
YANG DISARANKAN DALAM LAMPIRAN I

Cara Berdoa Bersama, John Paterson, LLB


Bagaimana Membaca Alkitab, PPA/BPK
Daftar Bacaan Alkitab Setiap Hari, LLB
Doa yang Dikabulkan, Catherine Marshall/Betsy T, BPK
Dua Menjadi Satu, J. Allan Peterson, Elvin and Joyce Smith, LLB
Hatiku Tempat Kediaman Kristus, Robert Munger, KH
Hidup Dalam Kristus, LLB
Konkordansi, D. F. Walker, BPK
Kuasa Karena Doa, E. M. Bounds, Yakin
Langkah-langkah Menuju Perdamaian Dengan Allah, GM
Malaikat: Agen Rahasia Allah, Billy Graham, LLB
Menggali Isi Alkitab, J. Sidlow Baxter, BPK
Mengikut Tuhan Yesus, Jack Selfridge dan John Ingouf, LLB
Mujizat Terjadi Bila Wanita Berdoa, Evelyn Christension, GM
Mulai Berjalan Dengan Kristus, KH
Pedoman Kehidupan Kristen, Waylon Moore, LLB
Pelajaran Tentang Jaminan, KH
Pelajaran Kehidupan Kristen, Nav
Pemuridan, Avery Willis dan Marvin Leech, LLB
Penghafalan Ayat Berjudul, Nav
Planet Bumi Pada Zaman Akhir, Hal Lindsey, KH
Pokok-pokok Kepercayaan Orang Kristen, J. Clyde Turner, LLB
Rencana Agung Penginjilan, Robert E. Coleman, KH
Roh dan Firman, Robert E. Coleman, KH
Saudara Saksi, Berdirilah, Ralph W. Neighbour, LLB
Tafsiran Alkitab Masa Kini, BPK
Temperamen Anda Dapat Diubah, Tim LaHaye, KH
Temukanlah Sendiri--Sukacita Dalam Mempelajari Alkitab, Oletta Ward, GM
Tujuh Dosa Maut, Billy Graham, BPK
Tujuh Menit Bersama Tuhan, Robert Foster, LLB (Periksa juga Pola
Pemuridan, KH).
Semua buku di atas dapat dipesan dari Toko Buku Baptis, Kotak Pos 56, Jl.
Tamansari 16, Bandung, atau di toko buku Kristen lain.v Penjelasan Kode
Penerbit:
BPK -- Badan Penerbit Kristen
GM -- Gandum Mas
KH -- Kalam Hidup
LLB -- Lembaga Literatur Baptis
Nav -- Para Navigator
Yakin -- Yakin
LAMPIRAN 2
CARA MELIPATGANDAKAN
PELAYANAN

Bagan yang berjudul Cara Melipatgandakan Pelayanan menggambarkan


proses-proses membimbing seorang calon murid bertumbuh sehingga
menjadi seorang murid, seorang pembina murid, dan akhirnya, seorang
pemimpin pembina murid.

Proses pertama ialah penginjilan. Kita taat kepada perintah Kristus dan
bersaksi tentang Dia dan pekerjaanNya dalam kehidupan kita. Pergilah
keseluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk (Markus 16:15).
Hasil proses ini adalah seorang calon murid, seorang petobat, bila Tuhan
memberkati kita dalam pelayanan pemberitaan Injil.

Proses kedua adalah pembinaan. Tujuannya dijelaskan dalam Kolose 2:6-7


-- Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah
hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan
dibangun diatas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang
telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.
Dalam proses ini kita membina calon murid, membangun dalam hidupnya
sifat-sifat seorang murid, seperti yang diuraikan dalam daftar Tujuan-Tujuan
Pembinaan Murid Yesus, Pasal 6 dan Lampiran I. Hasilnya ialah seorang
murid yang dapat menginjili orang lain.

Proses ketiga ialah pengarahan atau perlengkapan. Dan Ialah yang


memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita
Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk
memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi
pembangunan tubuh Kristus (Efesus 4:11-12). Kita bekerja secara
perseorangan dengan seorang murid dan membimbing dia mencapai
tujuan-tujuan sehingga menjadi seorang pembina murid, seorang pekerja
dalam tuaian Tuhan. Hasilnya ialah dia dapat menginjili orang luar dan
dapat membina orang menjadi murid Yesus. Sampai hari ini, seperti
dikatakan oleh Tuhan Yesus, Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit
(Matius 9:37).

Proses yang terakhir ialah pelipatgandaan, yaitu latihan secara intensip dan
perseorangan menurut teladan Tuhan Yesus. Ia menetapkan dua belas
orang untuk menyertai Dia dan untuk diutusNya memberitakan Injil (Markus
3:14). Dalam latihan kepemimpinan ini, kita menerapkan prinsip menyertai
dia dan memakai waktu banyak dan yang bermutu membimbing calon
pemimpin supaya mencapai tujuan-tujuan latihannya. Hasilnya seorang
pemimpin yang dapat melipatgandakan semua proses tersebut. Dia dapat
menginjili orang luar, membina murid Yesus, mengarahkan murid, dan
melatih pembina murid secara intensip. Hasilnya ialah pemimpin-pemimpin
untuk regu-regu pembinaan murid Yesus. Akhirnya, seorang pemimpin
yang bersifat pelayan dapat di bawah pimpinan Roh Kudus
melipatgandakan semacam pelayanan seperti yang pernah membina dia
sendiri.

BAGAN CARA MELIPAT GANDAKAN PELAYANAN

PENGINJILAN PEMBINAAN MURID


(Markus 16:15) (Kolose 2:6-7)
bersaksi Calon Membimbing
-------------------> Murid ------------------------------------> Murid
A TUJUAN-TUJUAN
|| PEMBINAAN | P
| | E
| Melatih Secara Perseorangan N
* | G
* TUJUAN-TUJUAN PENGARAHAN A
* (Efesus 4:11-12) R
* PELIPATGANDAAN | A
* LATIHAN KEPEMIMPINAN | H
* (Markus 3:14) V A
* Menyertai Dia pembina N
pemimpin <--------------------------------- murid
TUJUAN-TUJUAN
KEPEMIMPINAN
LAMPIRAN 3
CIRI-CIRI KHAS CALON MURID, MURID
PEMBINA MURID DAN PEMIMPIN

Lampiran ini memuat sebuah garis besar ciri khas untuk tiap langkah dalam
proses pembinaan murid. Saudara dapat memakainya dalam penilaian
kemajuan Saudara dan murid Saudara dalam tiap proses.

CIRI KHAS CALON MURID

1. Ternyata oleh sikapnya dan perbuatannya bahwa dia memiliki hidup baru
(2Korintus 5:17).
2. Dia bersikap baik terhadap Tuhan Yesus Kristus.
3. Dia bersikap negatip terhadap dosa.

CIRI KHAS MURID

1. Dia memprioritaskan Yesus Kristus dalam kehidupannya dan sedang


mengambil langkah untuk memisahkan diri dari dosa (Lukas 9:23; Roma
12:1-2).
2. Dengan setia dia menyelidiki dan menghafal Firman Allah dan
menerapkannya dalam kehidupannya dengan pertolongan Roh Kudus
(Yohanes 8:31; Yakobus 1:22-25; Mazmur 119:59).
3. Dia mengadakan waktu teduh dengan teratur dan sedang bertumbuh
dalam iman dan doa syafaat (Markus 1:35; Ibrani 11:6; Kolose 4:2-4).
4. Dia setia dan giat di dalam gerejanya dan menyatakan kasih Kristus
melalui pelayanan kepada saudara-saudaranya dalam Kristus (Mazmur
122:1; Ibrani 10:24-25; Yohanes 13:34-35; 1Yohanes 4:20-21; Galatia
5:13).
5. Dia dikenal sebagai pengikut Yesus Kristus dilingkungan tempat
tinggalnya dan pekerjaannya, menyatakan semangat untuk bersaksi,
menceritakan kesaksian pribadinya dengan jelas, dan memberitakan Injil
dengan setia dan dengan makin efektif (Matius 5:16; Kolose 4:6; 1Petrus
3:15).
6. Dia adalah seorang pelajar yang terbuka dan dapat diajar (Kisah 17:11).
7. Ternyata bahwa dia adalah seorang pengikut dan murid Yesus yang
menyatakan kesetiaannya dalam segala bidang tersebut di atas (Lukas
16:10).
CIRI KHAS PEMBINA MURID

1. Dia menyatakan pertumbuhannya dalam sifat-sifat dan ketrampilan-


ketrampilan yang digarisbesarkan dalam Ciri Khas Murid (2Petrus
3:18).
2. Dia menyatakan pertumbuhan belas kasihan terhadap orang luar dan
membuktikan kemampuannya dalam membimbing mereka kepada
Kristus secara pribadi (Matius 9:36-38; Roma 1:16).
3. Dia sedang dipakai oleh Tuhan untuk membina orang menjadi murid
Yesus, secara pribadi atau di dalam sebuah kelompok pemuridan
(Kolose 1:28-29).
4. Dia sedang bekerja dalam usaha menjadikan orang murid Yesus
(Matius 28:19-20).
5. Dengan setia mengadakan waktu teduh dan memakai segala metode
untuk memahami Firman Allah (Filipi 4:9).

CIRI KHAS PEMIMPIN

1. Dia seorang pembina murid yang telah diperlengkapi dan menyatakan


pertumbuhan dalam sifat-sifat dan ketrampilan-ketrampilan yang
terdaftar dalam Ciri Khas Pembina Murid.
2. Dia dipakai oleh Tuhan untuk membimbing murid-murid menjadi
pembina-pembina murid (2Timotius 2:2).
3. Dia mengumpulkan dan memimpin pembina-pembina murid dalam
penginjilan orang-orang luar dan dalam pembinaan calon-calon murid
(Markus 1:38).
4. Dia menunjukkan kesetiaan dan keutuhan dalam kehidupan dan
pelayanannya (2Timotius 2:19-21).

Anda mungkin juga menyukai