* Pendahuluan
* Prakata
Dengan cara demikian teladan Tuhan Yesus menjadi pola bagi mereka yang
bermaksud mengikuti jejakNya -- suatu patokan yang dijelaskan dalam
Amanat AgungNya untuk "menjadikan semua bangsa muridKu." Setiap
orang yang menerima Kristus terpanggil untuk menjadikan murid menurut
karunianya.
Sayang sekali banyak orang Kristen yang tidak mengerti maksud Tuhan ini.
Demikian pula dengan orang-orang Kristen yang menduduki jabatan
kepemimpinan di dalam gereja. Mereka sering kali tidak mengetahui
bagaimana cara mengajar orang lain untuk melakukan segala sesuatu yang
dipesankan Tuhan kepada kita. Jadi tidaklah mengherankan jika banyak
orang yang gagal dalam perjalanan imannya, apalagi dalam menumbuhkan
potensi pelayanan mereka.
Oleh karena itu saya mengusulkan buku catatan ini. Buku ini berisi cara-
cara yang nyata dalam pemuridan orang lain; bukan sesuatu program yang
melembaga, tetapi suatu pedoman yang sangat jelas bagi setiap diri pribadi.
Robert E. Coleman
Para bayi juga serupa dengan contoh pohon itu. Mereka bertumbuh jika ada
orang yang mau menolongnya. Mereka senang sekali jika ada orang yang
mau memberinya makan.
Semua orang yang percaya dalam Yesus Kristus mempunyai hak untuk
memperoleh pemeliharaan dan pertumbuhan. Setiap orang Kristen baru,
diharapkan menumbuhkan kemampuannya secara penuh bagi Allah. Dan
kebanyakan dari mereka akan bertumbuh demikian. Jika ada seseorang
yang memberikan makanan di tempat yang terjangkau olehnya; jika ada
seseorang yang cukup mau memperlihatkannya dan sedikit menderita,
sedikit berkorban, dan banyak berdoa untuk dia.
Dalam buku ini kita akan melihat proses pertumbuhan dalam diri seorang
Kristen, dari saat orang itu datang kepada Kristus sampai orang itu menjadi
murid dan kemudian menjadi seorang pembina murid. Kita akan memeriksa
pemeliharaan dan bimbingan apakah yang diperlukan untuk
mengembangkan seorang pekerja yang memenuhi syarat rohani di dalam
gereja Yesus Kristus.
-LeRoy Eims-
BAB I
PENTINGNYA MELIPATGANDAKAN
MURID
Pada suatu hari seorang pendeta yang sibuk minta saya untuk bertemu
dengan dia untuk membicarakan tentang cara melatih orang di gerejanya.
Ia menggembalakan sebuah gereja yang bertumbuh dan sehat. Sering ada
orang yang menerima Kristus. Jumlah hadirin bertambah sampai ia harus
mengadakan kebaktian Hari Minggu pagi dua kali. Ternyata Allah
memberkati pelayanannya.
Dewasa ini, melalui pelayanannya timbul secara tetap arus murid- murid
dan pekerja-pekerja yang mempengaruhi masyarakat sekitarnya bagi
Kristus. Orang-orang dari gereja ini dipakai oleh Allah untuk memenangkan
orang lain kepada Kristus dan menolong orang-orang yang bertobat itu,
supaya mengulangi proses itu.
Marilah kita melihat pada adegan lainnya. Ada empat pasang suami istri
yang mengadakan pertemuan satu malam setiap minggu untuk
mempelajari Alkitab. Sejak pertemuannya dimulai empat bulan
sebelumnya, tiga diantaranya bertobat kepada Kristus. Pertemuan itu
dipimpin oleh salah seorang awam dari gereja. Pada suatu malam baru saja
mereka memulai suatu diskusi yang menarik, telepon berdering.
"Joe ada di sana?" Joe adalah salah seorang Kristen baru yang baru empat
bulan lamanya percaya.
"Ya, tetapi ia sedang sibuk saat ini. Ia sedang mengikuti pelajaran Alkitab."
"Tolonglah, saya harus berbicara dengan dia." Suara itu iba sekali.
“Baiklah."
Pemimpin kelompok pelajaran Alkitab itu merasa tindakan Joe itu benar.
Dan sedang Joe pergi, kelompok itu berdoa. Maka Joe, seorang Kristen
yang telah percaya baru empat bulan itu, mengambil Alkitabnya dan pergi
untuk mencoba menyelamatkan suatu pernikahan. Kelompok Pelajaran
Alkitab itu berubah menjadi kelompok doa.
Tiga minggu kemudian saya berjumpa dengan pemimpin kelompok itu dan
mendengar berita yang hebat. Joe telah dipakai oleh Allah untuk memimpin
suami istri itu kepada Kristus. Sekarang Joe sedang dalam proses
pemimpin mereka dalam mempelajari Firman Tuhan.
Dahulu konsep melipatgandakan murid itu tidak dapat diterima seperti pada
dewasa ini. Sebenarnya, beberapa waktu yang lalu, hanya sedikit orang
yang melakukannya. Tetapi sekarang lebih banyak orang yang kembali
kepada proses Alkitabiah.
Tak lama sesudah istri saya, Virginia, dan saya menjadi orang Kristen, kami
berjumpa dengan Waldron Scott, seorang pemuda yang sebaya dengan
kami dan yang menaruh minat secara pribadi terhadap kami. Ia pernah
mendapat pertolongan di dalam kehidupan Kristennya oleh seorang
temannya ketika ia masih berada di Angkatan Udara. Kami adalah teman
sekuliah, dan dia datang sekali seminggu ke rumah kami untuk
membagikan kebenaran kerohanian dengan kami dan menolong kami
dalam pertumbuhan rohani kami.
Saya tidak dapat mengingatnya lagi. Maka saya sadar bahwa ada sesuatu
yang kurang dalam cara saya menghafalkan Firman Tuhan.
"Ya, tentu, "jawab saya kepadanya. "Saya selalu berdoa sebelum makan
dengan doa yang telah saya hafalkan." Waktu itu kami sedang duduk-duduk
dan makan makanan kecil. Maka saya berdoa: "Syukur, Tuhan, kami
ucapkan, atas makanan yang Engkau berikan, mohon berkat Yesus Kristus,
Amin."
Pada suatu malam hari ketika mempelajari Alkitab, saya baru mengerti
bahwa ternyata arti dan isi dan praktek doa itu lebih daripada hanya yang
saya ucapkan. Waldron menawarkan kalau kami mau bertemu dengan dia
dan membicarakan hal-hal yang telah menolong dia. Kami ingin sekali.
Maka kami mulai. Waldron mengajar kami bagaimana membaca Alkitab dan
mendapatkan sesuatu daripadanya. Ia mengajar kami bagaimana belajar
Alkitab secara perorangan dan, dengan pertolongan Roh Kudus,
menggunakan pelajaran-pelajaran itu dalam kehidupan kami. Ia mengajar
kami untuk menghafalkan Firman supaya selama 24 jam sehari kehadiran
Roh Kudus dirasakan. Ia mengajar kami bagaimana merenungkan Firman
supaya Firman Tuhan itu mendarah daging dalam kehidupan. Ia mengajar
kami bagaimana berdoa dan mengharapkan jawaban dari Allah. Tahun itu
merupakan tahun yang penuh berkat bagi kami. Kami haus untuk belajar,
dan Waldron bersedia meluangkan waktunya dengan kami.
Tahun berikutnya saya mulai pada tingkat ke dua, dan Waldron masih
meneruskan bertemu dengan kami. Kami tetap terus bertumbuh dan
kehidupan Kristen saya penuh dengan pertemuan-pertemuan baru. Kami
telah menemukan petualangan yang bermutu tinggi dari kehidupan yang
berkelimpahan. Tuhan lebih menjadi bersifat pribadi dan nyata dalam hidup
kami.
“Tidak!"
Tahun berikutnya saya pindah ke universitas lain, dan kawan saya itu
pindah ke universitas yang lain lagi. Beberapa bulan sesudah kuliah mulai,
saya menerima surat dari dia yang menarik sekali. Ia telah menghadiri
persekutuan Kristen di kampus, dan seorang kawannya datang kepadanya
dan menanyakan tentang kehidupan Kristennya. Kelihatannya mahasiswa
itu menemukan perbedaan, dan ia ingin mengetahui sebabnya. Maka
bertanyalah kawan saya itu kepada temannya beberapa pertanyaan yang
berkenaan dengan pembacaan Alkitab, penyelidikan, hafalan, dan doa. Ia
berminat melakukan hal-hal itu. Maka kawan saya itu mulai membagikan
petunjuk-petunjuk dasar yang ia pernah pelajari dari saya dan yang pernah
saya pelajari dari Waldron.
Sementara itu, seorang mahasiswa Kristen datang kepada saya di kampus
universitas saya .... dan demikianlah seterusnya. Sudah banyak tahun
sampai saat ini saya terlibat dalam monolog orang lain secara perorangan
dalam kehidupan Kristen mereka. Dewasa ini terlihat di banyak gereja dan
oleh orang banyak minat yang bertumbuh dalam melipatgandakan murid.
Saya setuju dengannya. Setiap orang merasa bahagia pada waktu hal itu
terjadi. Saudara bahagia, orang yang baru bertobat itu juga bahagia. Ada
sukacita di dalam surga. “Tetapi," saya katakan kepada Bob, "ada sesuatu
yang lebih menyenangkan daripada itu."
Dia heran. Apa yang lebih hebat daripada membawa seseorang kepada
Kristus?
Saya melanjutkan. "Jika orang yang kau bawa kepada Kristus itu bertumbuh
dan berkembang menjadi seorang murid yang mengabdikan diri kepada
Tuhan, berbuah, menjadi dewasa, dan kemudian membimbing orang lain
kepada Kristus dan menolong mereka melakukan hal yang sama."
Ia tidak pernah mendengar atau memikirkan hal itu, tetapi ia siap mulai
menggunakan waktu untuk belajar, dan ia melakukannya. Dewasa ini
banyak murid yang masak, menyerahkan diri, dan berbuah di dua benua
oleh sebab pengaruh kehidupan Bob dan visinya untuk melipatgandakan
murid.
Pada suatu waktu, seorang kawan sekuliah saya dan saya memberikan
suatu loka karya penginjilan di sebuah Seminari. Lokakarya itu berlangsung
selama tiga hari, untuk dua setengah jam setiap pertemuan, dan hadirin
cukup banyak. Pokok kami mengenai "Pemuridan di Gereja Setempat."
Pada saat diskusi, seorang pendeta yang agak tua berbicara dan
menceritakan pengalamannya dalam menjadikan murid diantara
anggotanya di gereja. Ia telah memulai tiga tahun sebelumnya dan
sekarang memiliki sekelompok orang yang setia yang dapat dipanggil
sewaktu-waktu mereka diperlukan. Ia memulai dengan seorang; kemudian
ia dan orang itu bekerja dengan dua orang lainnya yang sudah menyatakan
minatnya. Proses pemuridan itu di teruskan, dan selang beberapa waktu
keempat mereka mulai bertemu dengan empat orang lainnya. Pelayanan itu
berlipat ganda sampai sekarang ia memiliki kelompok orang-orang yang
mengabdi dan yang sungguh-sungguh kerohaniannya memenuhi syarat
dalam pekerjaan gereja.
Pada waktu Saudara mulai memakai waktu Saudara secara pribadi dengan
orang Kristen lain dengan maksud membangun dalam kehidupannya --
waktu bersama membaca Firman, berdoa, bersekutu, berlatih secara
sistematik-- ada sesuatu yang terjadi dalam hidup Saudara juga. Biarlah
kiranya Allah mengaruniakan kesabaran, kasih dan ketekunan pada waktu
Saudara membagikan kehidupan yang telah diberiNya kepada Saudara
dengan orang lain.
BAB II
CONTOH-CONTOH LATIHAN
PEMURIDAN DALAM ALKITAB
Untuk menjawab pertanyaan itu, kita harus bertanya dulu, "Apakah Yesus
pernah menghadapi soal seperti itu?" Pelayanannya dipenuhi dengan
mijizat-mujizat, kerumunan orang banyak, pekerjaan yang berat, kelesuan
dan pertentangan rohani. Orang-orang kusta datang memerlukan
sentuhanNya. Orang buta memanggil namaNya ketika ia lewat. Para ahli
hukum mencoba untuk menipu Dia. Orang berdosa yang bermacam-
macam mengasihi Dia, menyediakanNya makan, dan membasuh kakinya
dengan air mata. Berbondong-bondong orang mengikut dan mengelu-
elukan Dia; orang- orang banyak itu kemudian menuntut kematianNya.
HidupNya dipenuhi dengan segala macam bentuk emosi, segala macam
perlawanan, dan segala macam kegiatan.
Kita sudah paham akan pekerjaan penebusan Kristus dan ingat kata-
kataNya dari salib, Sudah selesai (Yoh 19:30). Oleh perbuatanNya yang
mulia dan lengkap itu, Ia menebus kita; Ia mati bagi dosa-dosa kita; Ia
membebaskan kita.
Dalam pengajaran dan khotbah kita sering kita tekankan dengan jelas
tentang pelayanan Kristus dalam penebusan dosa, dan memang kita harus
berbuat demikian. Tetapi kita juga perlu mempelajari, mengerti, dan
mengajarkan tentang pelayananNya dalam melatih beberapa orang itu.
Dalam hal melatih murid ini dapat kita temukan tiga prinsip.
Prinsip Pemilihan
Ini adalah segi yang penting dalam pemilihan. Ia tidak terburu- buru
menangkap orang pertama yang menunjukkan minat. Bagi-Nya keputusan
ini merupakan keputusan yang sangat penting yang akan berakibat
langgeng. Sejauh mana jangkauannya? Secara manusiawi kita tidak akan
dapat menerkanya, tetapi inilah yang kita ketahui. Hasil daripada pelayanan
Yesus masih terasa dan bahkan terus berlangsung hingga saat ini dan
dengan Anugerah Allah akan terus berlangsung melalui hidup kita bagi
ribuan orang ditahun-tahun mendatang.
Bukan saja bahwa mereka itu adalah orang-orang biasa, mereka adalah
orang-orang yang mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Mereka
tidak sama satu dengan yang lainnya. Mereka tidak merupakan fotocopy
satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh, Simon orang Zelot membenci
orang Romawi yang menguasai Palestina, sedang Matius adalah pemungut
cukai yang bekerja bagi mereka.
Yesus memilih orang-orang ini untuk menyertai Dia. Ini bukanlah buah
pikiran yang revolusioner pada zamanNya, sebab ada beberapa kasus
dalam Perjanjian Lama di mana orang-orang dilatih untuk pekerjaan Allah
dengan menjalin hubungan akrab dengan hamba-hamba Allah.
Itulah salah satu sebabnya mengapa Saudara tidak dapat melatih terlalu
banyak orang sekaligus. Saudara tak akan dapat membagi diri Saudara
secukupnya dengan mereka. Saudara hanya mempunyai persediaan
emosi terbatas. Maka dalam satu hari Saudara dapat melatih orang dalam
jumlah yang terbatas oleh waktu yang tersedia dan kapasitas rohani dan
emosi dalam kehidupan Saudara sendiri. Kesalahan yang umum ialah
orang ingin mencoba melakukan terlalu banyak, terlalu cepat, dan dengan
terlalu banyak orang.
Kita belajar dari hubungan antara dua orang ini bahwa Elia tak pernah
mendorong Elisa untuk selalu menyertai dia dalam pekerjaannya.
Sebaliknya, tiga kali Elia mendorong Elisa untuk meninjau kembali
hubungan mereka dan meninggalkannya jika ia mau, tetapi tiga kali Elisa
menolaknya. Elia telah memilih orang yang betul. Di Gilgal, Betel, dan
Yeriko Elisa diberi kesempatan untuk berhenti, tetapi ia memilih untuk tetap
tinggal disisi Elia (2Raja 2:1-6).
Pada waktu Elisa memutuskan untuk mengikut Elia dan melayani Dia, itu
merupakan suatu keputusan yang tetap. Ia telah memperhitungkan untung
ruginya dan memilih hidup ini sebagai yang terbaik baginya. Maka dalam
pemilihan Saudara dan hubungan selanjutnya dengan mereka dalam
pelayanan, penting sekali bahwa Saudara membiarkan orang-orang itu
mencari kehendak dan pikiran Allah, mengetahui sebenarnya apa yang
terlibat dalam pemuridan, dan menyadari bahwa pertemuan-pertemuan itu
bukan semata-mata untuk manfaat Saudara tetapi untuk manfaat mereka.
Yesus menetapkan dua belas orang supaya mereka bersekutu dengan Dia,
dan supaya Dia dapat mengutus mereka keluar untuk memberitakan
FirmanNya. Ia mempunyai dua tujuan dalam melatih duabelas orang itu.
Pertama, ialah agar mereka dapat menolongNya dalam pelaksanaan
pekerjaanNya. Kedua, agar mereka dapat melanjutkan pekerjaan itu
sesudah ia pergi.
Prinsip Pembinaan
Mereka tahu bahwa hal itu akan seringan berpiknik. Yesus mempersiapkan
mereka untuk menghadapi perlawanan, bahkan penolakan (Matius 10:16-
18; Markus 6:11).
Lebih baik kalau orang-orang tidak begitu saja masuk pemuridan. Ketika
Yesus memilih Paulus, Ia memberikan penglihatan melalui Ananias tentang
penderitaan yang akan dialaminya (Kisah 9:15-16).
Pada waktu Saudara sedang melatih calon murid dan pekerja, beritahu
kepada dia tentang sebagian kesulitan pelayanan yang pernah Saudara
hadapi. Berbicaralah dengan dia tentang saat-saat Saudara ditolak pada
waktu bersaksi kepada tetangga. Beritahu dia tentang risiko pemuridan.
Yesus selalu dapat dicari oleh murid-muridNya. Firman kekal itu menjelma
supaya dapat didengar, dilihat, dan disentuh. Mereka dekat kepadaNya.
Mereka dipilih untuk bersama-sama dengan Dia, tetapi bagi tujuan yang
agung yaitu mempersiapkan mereka bagi pelayanan. Ia merancanglkan
latihanNya sedemikian sehingga hidup mereka harus menghasilkan buah
kekal. Ia tidak menyiapkan mereka untuk kehidupan persekutuan yang
tertutup, maka Ia tidak mempersiapkan mereka dalam persekutuan yang
menyendiri.
Dalam hal ini saya pernah berbuat kesalahan. Saya pernah berusaha untuk
melatih orang dengan cara mengumpulkan mereka di tempat yang tenang
sekali seminggu untuk mendiskusikan kehidupan Kristen dan kemudian
ditambah dengan sekali-kali seminar atau pertemuan yang khusus. Cara itu
tidak berhasil. Tetapi orang yang pernah bekerja dengan saya dalam liku-
liku hidup, di mana kita menghadapi kemenangan dan kekalahan sehari-
hari, di dunia atau kehidupan yang nyata, mereka yang sekarang produktif
bagi Kristus. Saya telah melihat mereka mengeluarkan buah yang masih
tetap.
Sebagai kesimpulan, ada tiga hal yang harus dilakukan bagi orang yang
ingin menolong orang lain menjadi kuat imannya, setia dan berhasil di
dalam pelayanan Yesus Kristus.
Dalam pasal ini telah kita lihat bahwa Kristus Yesus, para murid, dan nabi-
nabi Perjanjian Lama memilih pengikut mereka dengan hati-hati. Mereka
menggunakan priinsip besertaNya--konsep menjalin hubungan dan
teladan. Dan mereka mempunyai waktu yang khusus untuk pembinaan
yang kokoh dan jelas.
Menarik sekali bahwa hal-hal itu tak ada yang di luar jangkauan orang
Kristen biasa. Kita semua dapat saling membagi apa yang telah kita pelajar.
Dan kita dapat berdoa agar hidup kita dapat menjadi teladan bagi orang lain
untuk menolong mereka bertumbuh dalam penyerahan mereka kepada
Kristus dan dalam keefektifan mereka demi Kristus.
BAB III
MENJADIKAN MURID DALAM GEREJA
YANG MULA-MULA
Hampir dua ribu tahun yang lalu, Tuhan Yesus Kristus memulai suatu
gerakan yang akan disebarkan sampai ke ujung bumi. Injilnya itu akan
disampaikan kepada raja yang mulia dan sampai kepada buruh yang paling
sederhana sekalipun. Gerakannya dirancangkan untuk menjangkau
seluruh dunia dengan Kabar Baik tentang keselamatan yang tersedia untuk
manusia.
Mula-mula saya insaf akan pentingnya metode ini ketika saya masih
menjadi seorang Kristen baru. Saya mengikuti sebuah konperensi Kristen
dan dalam salah satu khotbah yang disampaikan ditekankan betapa
penting keduabelas murid itu bagi pekerjaan Yesus. Ia membicarakan
tentang kenaikan Yesus ke surga dan kegembiraan diantara para malaikat.
Sekali lagi tanpa ragu-ragu jawab Yesus, "Aku tidak mempunyai rencana
lainnnya!"
Apakah kiranya tanggapan para rasul akan amanat agung Yesus? Tentunya
pernah terlintas dalam pikiran mereka bahwa tugas Yesus bagi mereka itu
merupakan suatu pekerjaan yang sangat besar. Bumi itu besar, dan ada
banyak orang serta banyak bahasa. Siapa diantara mereka yang mengenal
bahasa Partia atau Media? Apakah ada diantara mereka yang mengenal
bahasa Mesopotamia dan Kapadokia?.
Jika seandainya mereka kuatir mengenai hal itu, semestinya mereka tidak
sanggup. Seperti biasanya, Yesus selalu mempunyai suatu rencana. Ia
sudah memberitahu murid-muridNya agar mereka jangan meninggalkan
Yerusalem. Ia melarang mereka meninggalkan Yerusalem, dan menyuruh
mereka tinggal di situ menantikan janji Bapa, yang--demikian katanya--
"Telah kamu dengar daripadaKu. Sebab Yohanes Pembabtis
membaptiskan dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan
Roh Kudus" (Kisah 1:4-5).
Hari Pentakosta
Janji kedatangan Roh Kudus dipenuhi pada hari Pentakosta, yaitu sepuluh
hari seseudah kenaikan Tuhan Yesus (Kisah 2:1-4).
Pada hari Pentakosta itu para rasul dipenuhi dengan Roh Kudus dan diberi
kemampuan untuk berkomunikasi dalam bahasa asing. Mereka
memberitakan Injil di jalan-jalan Yerusalem. Orang-orang dari negeri
lainnya mendengarkan mereka berbicara dalam bahasa mereka sendiri
(Kisah 2:5-11). Orang-orang Yerusalem menjadi kagum. Sebenarnya
banyak dari mereka yang datang untuk berbagai hari raya selama bertahun-
tahun dan belum pernah melihat atau mendengar hal seperti itu. Ada orang
yang menuduh bahwa para rasul itu mabuk. Lalu Petrus berdiri dan
menyampaikan khotbah yang pertama yang dicatat di dalam buku Kisah
Para Rasul.
Hasil sangat mengejutkan: Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka
sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul- rasul yang
lain: `Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?' (Kisah 2:41).
Ujian bagi berita suci yang mana saja tidak didasarkan kepada khotbah
yang baik atau jelek, tetapi Apakah Allah memakainya. Adakah berkat Allah
atas berita itu? Di sini Allah memberkati secara luar biasa dengan tiga ribu
orang yang menerima Injil itu (Kisah 2:41).
Yang lebih menarik ialah apa yang tidak dicatat. Apa yang terjadi diantara
ayat 41 dan 42? Bagaimana rasul-rasul itu pergi berkeliling untuk
mengumpulkan orang-orang itu dalam persekutuan yang tekun?
Pernahkah Saudara mencoba untuk mengadakan pertemuan bagi orang-
orang yang baru bertobat sesudah pertemuan kebangunan rohani atau
kebaktian istimewa? Berapa di antara mereka yang muncul? Biasanya tidak
terlalu banyak. Tetapi rasul-rasul itu telah dilatih oleh Yesus, dan mereka
dapat melakukannya.
Coba bayangkan situasi ini: para rasul dengan ketiga ribu orang yang baru
bertobat. Apa rencana tindak lanjut untuk orang-orang itu? Mungkin yang
biasa mereka lakukan--menikmati pesta dan pulang, terpencar ke empat
penjuru angin. Tetapi rasul-rasul itu mempunyai rencana lain.
Apakah tugas mereka? Mencari pengikut? Bukan, tugas mereka (dan kita)
adalah untuk menjadikan orang murid (Mat 28:19). Bagi Yesus hal itu tidak
menjadi masalah, dan orang-orang ini telah mendengar Dia membicarakan
tentang pemuridan banyak kali. Mereka tahu harkatNya dan apa yang
diharapkan dari pengikut-pengikutNya.
Harkat Yesus. Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan FirmanKu tinggal di
dalam kamu, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah BapaKu
dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu
adalah murid-muridKu (Yohanes 15:7-8).
Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling
mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu
harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa
kamu adalah murid-muridKu, yaitu jikalau kamu saling mengasihi (Yoh
13:34-35).
Saat ujian. Maka datanglah saat mereka diuji. Sesudah kematian Stefanus,
mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem. Mereka
semua, kecuali rasul-rasul, tersebar ke seluruh daerah Yudea dan Samaria
(Kisah 8:1).
Pada waktu kita memikirkan pelayanan menjadikan orang murid Yesus, kita
harus memperhatikan segi ini dengan sungguh-sungguh. Jika kita ingin
melihat tindakan tertentu atau kelakuan tertentu yang berkembang dalam
diri mereka yang bekerja bersama kita, kita harus ingat akan kekuatan
teladan perorangan. Orang-orang Kristen yang baru ini hanya mengikuti
teladan dari pemimpin mereka.
Minat yang terus menerus dari para rasul. Pada waktu murid-murid itu
meninggalkan para rasul, mereka tidak dilupakan. Para rasul mengikuti
mereka dengan doa dan dengan perhatiannya. Maka sampailah kabar
tentang mereka itu kepada jemaat di Yerusalem, lalu jemaat itu mengutus
Barnabas ke Antiokhia. Setelah Barnabas datang dan melihat kasih karunia
Allah, bersukacitalah ia. Ia menasihati mereka, supaya mereka semua tetap
setia kepada Tuhan, karena Barnabas adalah orang baik, penuh dengan
Roh Kudus dan iman. Sejumlah orang dibawa kepada Tuhan (Kisah 11:22-
24).
Prinsip latihan yang penting ternyata di sini. Orang-orang ini tidak nampak
tetapi tidak dilupakan. Pada waktu terjadi sesuatu hal kepada mereka yang
memerlukan bantuan dalam pelayanannya, mereka mendapatkannya dari
pemimpinnya.
Jawaban saya selalu sama: Hal itu berjalan di gereja di Yerusalem. Hal itu
juga berjalan di gereja di Antiokhia. Semua ini dimulai dalam gereja
Perjanjian Baru. Latihan pemuridan itu bertumbuh dan subur dalam gereja-
gereja ini. Dan tak ada alasan di bumi ini mengapa hal itu tak dapat
dilaksanakan dewasa ini.
Amanat Agung masih tetap sama. Berita Injil itu masih tetap sama. Kita
melayani dengan kuat kuasa dari Roh Kuds yang sama. Kita memiliki
Firman Allah yang sama. Dan kita memiliki janji yang diberikan oleh Yesus
beserta dengan perintah untuk menjadikan murid. Dan ketahuilah, Aku
menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman (Matius 28:20).
Lalu apakah persoalannya dewasa ini? Mengapa kita tidak melihat latihan
pemuridan lebih sering dipraktekkan? Mengapa murid-murid yang
menghasilkan buah, mengabdikan diri, dan matang sedemikian jarangnya?
Alasan yang terbesar ialah bahwa kita terlalu sering bersandarkan program
atau bahan-bahan atau hal-hal lainnya dalam melakukan pekerjaan Tuhan.
Sesudah perjalanan yang lama dan sulit itu, ia kembali ke Antiokhia. Roh
Allah bergerak dalam hatinya, dan ia pergi sekali lagi pada perjalanan
pengutusan Injil yang berikutnya. Setelah beberapa hari lamanya ia tinggal
di situ, ia berangkat pula, lalu menjelajahi seluruh tanah Galatia dan Frigia
untuk meneguhkan hati semua murid. (Kisah 18:23). Ya, memang hal itu
memerlukan waktu dan usaha, tetapi Rasul Paulus adalah seorang
pembina murid yang sejati.
Kita sudah meninjau sepintas lalu pelayanan rasul-rasul yang dipilih oleh
Yesus untuk meneruskan pekerjaanNya. Pelayanan mereka ditempatkan
dalam latar belakang penjara, penganiayaan, ancaman, gempa bumi,
kecelakaan kapal, komplotan pembunuh, mujizat, dan banyak kejadian-
kejadian lainnya yang terjadi di jalanan dan di lautan di sekitar dunia Laut
Tengah.
Di dalam jemaat mana selau saja selalu ada minat yang beraneka ragam
mengenai pekerjaan Tuhan. Ada orang yang hanya menjadi penonton, yaitu
mereka yang hanya datang untuk melihat dan mendengarkan. Mereka
berada di sana karena bermacam-macam alasan: kebiasaan, rasa
tanggung jawab, desakan kawan, keperluan perusahaannya, atau
keperluan sosial. Sebagian adalah orang-orang yang bukan Kristen yang
hanya ikut-ikutan. Sebagian adalah orang-orang yang bukan Kristen yang
kebetulan menghadiri kegiatan gereja.
Selain penonton, ada juga kelompok orang yang giat mengambil bagian.
Orang-orang ini mau mengambil bagian dalam pelayanan gereja, dan di
dalam kebanyakan hal mereka memberikan yang terbaik. Mungkin mereka
melayani sebagai penyambut tamu di Sekolah Minggu atau di kebaktian,
dan mungkin melayani dalam panitia-panitia atau sebagai petugas lain di
jemaat. Sebagian mungkin mengajar di Sekolah Minggu atau terlibat dalam
kegiatan pelayanan yang aneka ragam.
Kita semua mempunyai keperluan yang khas yang hanya dapat dipenuhi
oleh orang lain. Tak ada program atau sistim yang dengan sendirinya dapat
memenuhi kebutuhan manusia. Sebab kita adalah individu, dan masing-
masing mempunyai kebutuhan yang khas yang hanya dapat dipenuhi oleh
sesamanya.
Dalam hal ini ada suatu bahaya yang timbul ketika kita tidak menyadari
bahwa ada orang yang belum siap atay yang tidak menginginkan
pemuridan. Dalam semangatnya yang baru untuk mengadakan pelayanan
pemuridan dan ketergesaannya untuk menjalankannya ke dalam
kehidupan gereja, ada gembala yang akan mengesampingkan beberapa
anggota yang baik atau akan menyebabkan mereka merasa seperti warga
Kerajaan Allah kelas II. Seringkali pendeta-pendeta itu tergesa-gesa dalam
usahanya dengan memaksakan tuntutan pemuridan pada setiap orang
secara sekaligus. Mereka tidak akan memperoleh hasil yang diharapkan
dari orang-orang itu, tetapi sebaliknya banyak dari antara mereka akan
kecewa di dalam proses ini. Gereja agar dapat berfungsi secara efektif,
harus memakai berbagai macam cara untuk memenuhi kebutuhan orang-
orang Kristen sungguh-sungguh.
Apa yang akan terjadi jika semua itu dilakukan dengan tiba-tiba tanpa ada
pembicaraan sebelumnya? Misalnya, pada suatu kebaktian Minggu pagi,
pendeta mengedarkan kartu dan menuntut agar segera kami memberikan
janji persembahan untuk bangunan baru? Tentunya kami tidak siap bahkan
terkejut. Hal itu merupakan pemikiran yang baru, dan kebanyakan orang
akan menolak hal baru yang tiba-tiba timbul. Tanpa persiapan yang
sepatutunya, tentu tak akan ada tanggapan yang positif.
Pada waktu Saudara mulai melihat di antara anggota gereja ada yang
berminat dalam pemuridan maka Saudara suap untuk menekankan pokok
yang lain, yaitu persekutuan dengan Tuhan dengan teratur.
Pada suatu kali keluarga saya dan saya mengadakan perjalan melalui
Florida, di Amerika Serikat. Dalam perjalanan itu saya sangat terkesan
dengan keindahan rumpun tanaman jeruk yang berhektar-hektar luasnya.
Seajuh mata memandang, semua pohon-pohon itu penuh dengan buah
jeruk.
Pada waktu kami berhenti untuk bermalam di sebuah hotel, kami masih
berada di tengah-tengah daerah perkebenan kebun jeruk. Pada keesokan
paginya kami pergi ke rumah makan untuk makan pagi, dan saya memesan
air jeruk dengan telur.
Tak lama kemudian pelayan datang dengan kabar buruk. “Pak," katanya,
"Kami tidak dapat menyajikan air jeruk. Mesin kami rusak."
Pada mulanya saya tidak dapat mengerti. Saya tahu bahwa kami dikelilingi
dengan berjuta-juta buah jeruk, dan saya tahu bahwa di dapur ada jeruk.
Tetapi saat itu saya menginginkan air jeruk, dan saya tidak bisa
memperolehnya.
Saya mulai memikirkan keadaannya. Apa persoalannya? Tak ada air jeruk?
Pada hal kami berada di tengah-tengah ribuan liter air jeruk. Persoalannya
ialah bahwa pelayanan itu bergantung pada alat, dan jika alat itu rusak ia
tidak dapat menyajikan air jeruk. Kadang-kadang orang orang Kristen juga
seperti itu. Mungkin mereka dikelilingi Alkitab dirumahnya. Tetapi jika pada
suatu hari Minggu sesuatu terjadi sehingga tak ada kebaktian, mereka
pulang tanpa makanan rohani. Mereka tidak mendapat santapan rohani
bagi jiwa mereka. Jika tak ada orang yang dapat membuka Firman Allah dan
memberi makan mereka, mereka pulang kelaparan.
Tanggung jawab kita yang pertama dan yang utama sebagai orang Kristen
adalah untuk tetap hari demi hari tinggal di dalam persekutuan dengan
Tuhan Yesus dengan makan dari FirmanNya. Dan kita perlu menolong
orang lain untuk melakukan hal yang sama.
Melatih orang untuk bersaksi adalah salah satu aspek yang paling
memuaskan dalam pelayanan pemuridan. Tetapi seseorang tidak akan
bersaksi kecuali mereka sudah berpengalaman mengadakan waktu
bersama Yesus Kristus. Dua prinsip harus diajarkan kepadanya: pertama,
Allah yang mengerjakannya; dan kedua, Ia menggunakan orang.
Jika kita melihat kembali kepada hari Pentakosta dan melihat kepada
Petrus yang mengkhotbahkan khotbahnya yang hebat, (Kisah 2:1-47), apa
yang kita perhatikan? Kita akan mengagumi bahwa ia memproklamirkan
berita tentang Yesus Kristus dengan berani sekali. Dengan mudah kita akan
menyatakan, "Orang itu hebat!" Tetapi kemudian kita akan mengetahui apa
yang dinyatakan oleh penulis yang telah diilhami itu sesudah hari yang
penting itu: Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan
orang yang diselamatkan (Kisah 2:47). Itu bukan pekerjaan Petrus. Itu
pekerjaan Allah.
Jika ada sesuatu rohani yang terjadi di dunia ini, itu sebab Allah yang
mengerjakannya. Hal itu nyata di dalam seluruh Firman Tuhan, baik di
dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.
Hal ini digambarkan di dalam kehidupan Daud dan para pahlawan yang
mengiringinya. (2Sam 23:8) Salah satu pahlawan adalah Eleazar, anak
Dodo. Ia adalah orang yang melawan orang Filistin sesudah semua orang
Israel melarikan diri. Ia berperang sedemikian hebatnya sehingga
tangannya melekat pada pedang. Kita melihat keberaniannya dan
ketekunannya dan mengaguminya sebagai seorang pahlawan di dalam
pasukan Allah. Dan memang betul demikian. Tetapi perhatikan kata-kata ini,
Tuhan memberikan pada hari itu kemenangan yang besar (2Sam 23:9-10).
Tuhan? Kita kiranya itu adalah Eleazar. Tetapi penulis mengatakan bahwa
Allahlah yang memberi kemenangan.
Prinsip ini harus diyakini orang jika mereka mau menghasilkan buah,
mengabdikan dirinya, dan seumur hidupnya bersaksi bagi Yesus Kristus.
Pengertian dari prinsip ini dapat mengurangi ketakutan dan kegentaran
orang bersaksi, sebab mereka menaruh kepercayaannya kepada Allah. Dia
yang melakukan semua itu melalui mereka.
Allah menggunakan orang. Prinsip kedua dari bersaksi ialah bahwa Allah
menggunakan orang-orang. Pria dan wanita Kristen adalah alat pilihanNya
bagi meluaskan Injil kepada orang yang perlu mendengar Kabar Baik.
Salah satu gambaran yang jelas dan menarik ialah peristiwa pertobatan
Kornelius. Ia adalah seorang perwira pasukan Romawi yang takut akan
Allah dan yang suka memberi sedekah kepada orang yang
memerlukannya. Lagi dia senantiasa berdoa. Pada suatu sore seorang
malaikat berkata kepadanya, Dan sekarang, suruhlah beberapa orang ke
Yope untuk menjemput seorang yang bernama Simon dan yang disebut
Petrus. Ia menumpang di rumah seorang penyamak kulit yang bernama
Simon, yang tinggal di tepi laut (Kisah 10:5-6).
Pada waktu kita mempelajari kejadian ini kita dihadapkan kepada sebuah
pertanyaan. Mengapa malaikat itu tidak berkata saja demikian, Percayalah
kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi
rumahmu" (Kisah 16:31). Pada hal ia merupakan orang yang setia berdoa,
telah memberikan uangnya dan jujur--seorang yang selalu taat akan Allah.
Mengapa malaikat itu tidak memberikan berita Injil secara langsung?
Alasan mengapa malaikat itu tidak melakukan semua hal itu agak
sederhana. Allah tidak menggunakan malaikat sebagai saksiNya. Ia
menggunakan manusia.
Coba bayangkan sebenarnya apa saja yang dapat dilakukan Allah untuk
menyampaikan Kabar Baik tentang Yesus Kristus kepada dunia yang
membutuhkannya. Ia dapat saja merencanakan agar bintang-bintang
disusun sehingga tertulis Yohanes 3:16 di langit dalam segala bahasa di
dunia agar semua dapat melihat. Ia juga dapat mengorbitkan malaikat untuk
memancarkan Injil dalam segala bahasa. Tetapi ia tidak berbuat demikian.
Ia memilih untuk menggunakan orang.
Kita dapat menghasilkan buah itu sebagai akibat dari tinggal di dalam
Kristus. Maka persekutuan dengan Kristus itu harus terjadi lebih dulu, sebab
bersaksi itu bukanlah pekerjaan yang melampaui batas tenaga tetapi hasil
tenaga yang meluap. Itu adalah Kristus berbicara melalui seorang kepada
orang lain.
Perlunya bersaksi itu diajarkan oleh banyak bagian dalam Firman Tuhan.
Kata-kata Yesus yang terakhir di bukit Zaitun adalah kamu akan menjadi
saksiKu (Kisah 1:8).
Banyak tahun kemudian rasul Paulus menulis surat kepada gereja di Roma,
dan memberitahu kepada mereka bahwa kehidupannya itu dikuduskan
untuk memberitakan Injil Allah (Roma 1:1). Ia hidup dalam kerangka
kehidupan itu--ia telah dipisahkan untuk Injil.
Dewasa ini ada banyak orang digereja yang minat mengetahui Alkitab.
Banyak yang menginginkan pengetahuan Firman Allah yang praktis.
Banyak yang rindu untuk menjadi saksi yang lebih efektif bagi Kristus.
Banyak orang Kristen yang kecewa karena ketidakefektifan mereka sendiri
dalam doa. Mereka merindukan untuk menjadi orang-orang Allah yang
gagah--kuat dalam iman, sungguh-sungguh dalam semangat, dan setia
dalam pengabdian mereka kepada Kristus.
Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah
hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan di
bangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang
telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur
(Kolose 2:6-7).
"Belum ada hasilnya?" tanya direktur itu dengan heran. "Sudah berapa lama
pabrik kita berjalan?"
"Dua tahun."
"Memang betul," kata koordinator itu "Belum ada tekstil yang jadi, tetapi kita
sungguh sibuk sekali. Sebetulnya, kami sedemikian sibuknya sampai-
sampai kami kelelahan. Kami semua bekerja dengan rajin pada bagian
kami masing-masing."
Diagram pabrik yang tidak menghasilkan ini kurang lebih seperti gambar A.
---------------
<
Uang )
------------- ) ------------------
) ) : : --------
) ) : : --------
<
------------- ) ------------------
Tenaga Kerja )
---------------
\_(BAGAN A)\_
Apa yang harus diperbuat oleh direktur pabrik dalam keadaan seperti ini?
Menderita tekanan darah tinggi atau serangan jantung? Marah? Prihatin?
Memecat seseorang? Mencari apa persoalannya? Mungkin mereka
melakukan semua hal itu. Sebab pabrik ini didirikan untuk menghasilkan
tekstil. Direktur ingin agar uang modal kembali dan ingin agar pabrik itu
kelihatan seperti gambar B.
---------------
Uang )
------------- ) ------------------
) ) : : ---------
) ) : : ---------
------------- ) ------------------
Tenaga Kerja )
---------------
\_(BAGAN B)\_
#####
--------------- #
Uang ) #
------------- ) ----------
) ) : : -------------------
) ) : : -------------------
------------- ) ----------
Tenaga Kerja )
---------------
\_(BAGAN C)\_
Sekretaris dari salah satu gereja yang agak besar di kota itu, menjawab,
"Coba saudara mengulangi syarat-syarat sekali lagi?"
Barangkali gereja itu meruapakan suatu kekecualian. Tetapi dari segi lain,
analisa Yesus pada zaman itu ilah. Tuaian memang banyak, tetapi pekerja
sedikit (Matius 9:37). Jika kita jujur terhadap diri kita sendiri, kita semua
dengan prihatin harus mengakui bahwa sampai masa ini keadaan itu masih
sama. Jarang sekali ada pekerja-pekerja yang secara rohani memenuhi
syarat-syarat--murid-murid yang bekerja keras untuk menjadikan orang lain
murid Yesus.
.... ....
. . +* *+ . . +* *+
. . +* *+ . . +* *+
. (Mar 16:15) . +* Calon *+ . (Kolose 2:6-7) . +* Hasil *+
Bersaksi +* Murid *+ Membimbing +* Murid *+
==================< +* *+ ==================< +* *+
+* *+ +* *+
\_(BAGAN D)\_
Paulus menganggap mereka sebagai bayi rohani yang baru memulai hidup.
Pikirkan tentang itu sejenak. Apa yang dibutuhkan bayi yang baru lahir?
Tentu hal utama antara yang lain adalah kasih. Tanpa kasih, bayi akan
meninggal. Dalam penyelidikan yang diadakan di sebuah rumah sakit yang
besar, orang-orang yang bekerja pada bagian kanak-kanak mendapatkan
bahwa bayi-bayi yang diletakkan di dekat pintu kelihatannya lebih sehat dan
lebih senang daripada bayi yang di sebelah dalam. Mereka menjadi heran.
Sesudah diadakan penyelidikan yang teliti, mereka mendapatkan bahwa
para perawat dengan mudah dapat lebih memberikan perhatiannya kepada
bayi di dalam pintu, yaitu pada waktu mereka keluar atau masuk kamar.
Mereka mengangkat bayi-bayi itu, menggendongnya dan bercakap- cakap
dengan mereka. Sama seperti itu bayi-bayi rohani memerlukan kasih dan
penerimaan--perhatian kasih sayang.
Pada waktu itu saya tetap keluar sekali-kali bersama teman di angkatan
laut, tetapi orang-orang dari gereja ini bergaul dengan kami seperti kulit
pada sebuah jeruk. Saya tahu mungkin bahasa dan gaya hidup kami
mengganggu perasaan mereka dan mungkin juga menyakitkan hati
mereka, tetapi mereka tidak mendendam. Kanak-kanak kadang-kadang
mengacau, berbuat hal yang bodoh dan mungkin mengganggu. Demikian
juga bayi-bayi rohani. Teman-teman kami dari gereja tidak terganggu
dengan itu, dan sesudah beberapa bulan saya menyadari sesuatu. Saya
lebih merasa betah dengan teman-teman lama. Roh Allah, yang telah
menjadikan kami sebagian daripada tubuh Kristus, mulai membuat kami
merasa bagian dalam tubuh itu.
Pada waktu saya masih di sekolah menengah atas saya bekerja di pabrik
roti. Sering kali kami harus membuat lapisan gula untuk kue dan donat.
Saya mengambil sebungkah pecahan coklat, meletakkannya ke dalam
suatu kuali, dan memanaskannya dengan api yang kecil. Gumpalan coklat
itu kemudian meleleh, dan melekat menjadi satu, dan kemudian menjadi
sekuali penuh coklat yang cair.
Tetapi ketika saya bertemu dengan Waldron Scott, baru saya mempelajari
cara yang kedua untuk makan dari Firman. Kawan saya memberi say
makan dari Alkitab, tatapi Scott mengajar saya agar saya dapat makan
sendiri. Ia mengajar Virginia dan saya mempelajari Alkitab melalui tanya
jawab Alkitab dasariah. Kami sendiri harus menggali jawabannya. Ia
mengajar kami untuk menghafalkan Firman Tuhan bagi diri kami sendiri. Ia
menunjukkan bagaimana kami dapat makanan bagi diri kami sendiri dari
Alkitab.
Menjadi teladan adalah salah satu cara yang terbaik untuk mengajar orang
lain. Paulus menyatakan, Apa yang telah kamu pelajari dan apa yang telah
kamu terima, dan apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu
lihat padaku, lakukanlah itu. Maka Allah sumber damai sejahtera akan
menyertai kamu (Filipi 4:9).
Don beranggapan bahwa itulah hal yang harus dilakukan orang Kristen,
maka ia juga datang ke kantor setengah jam lebih awal untuk membaca
Alkitabnya. Kemudian Don mengetahui juga bahwa Kenny pergi ke tempat
yang sepi untuk berdoa sesudah pulang dari kantor. Maka Don juga pergi ke
tempat lain untuk berdoa.
Pada suatu petang Kenny membawa Don ke dalam suatu ruang pertemuan
dan menunjukkan sebuah bagan yang bergantung di dinding. Di atas bagan
itu ada nama-nama orang dengan tanda X dan nomer-nomer pada garis-
garis di antara nama-nama itu. Kenny menjelaskan bahwa nomer-nomer itu
merupakan tanda sampai di mana kemajuan para palaut Kristen itu akan
penyelidikan Alkitab dan ayat hafalannya. Kemudian ia bertanya kepada
Don kalu namanya juga mau dicantumkan pada bagain itu seperti teman-
teman lainnya.
Pada waktu Don melihat apa yang dilakukan orang-orang lain itu, ia juga
ingin melakukannya. Ia diberi motivasi oleh teladan mereka dan apa yang
mereka lakukan. mereka menunjukkan kepadanya bagaimana
memulainya, dan ia melesat untuk menjadi pemimpin kristen seperti
kemudian memang terjadi.
Jika Saudara harus menolong orang yang baru percaya agar bertumbuh,
Saudara harus menolongnya mengembangkan dua ciri utama di dalam
kehidupannya: yaitu keinginan yang dalam untuk persekutuan dengan
Yesus Kristus dan kemantapan dalam kehidupannya.
Persekutuan dengan Kristus. Tanpa yang nyata dari orang-orang yang
dipakai Allah sepanjang masa ialah keakraban mereka berhakan dengan
Yesus dan keintiman mereka dengan Dia. Berabad-abad sebelum Kristus,
ayub menyatakan, Perintah dari bibirNya tidak kulanggar, dalam sanubariku
kusimpan ucapan mulutNya (Ayub 23:12). Saudara harus menilong
membangun sikap yang demikian itu ke dalam kehidupan orang Kristen
baru. Berdoalah agar ia akan merindukan Firman Allah dan
menggemarinya. Saudara dapat menolongnya mengembangakan
minatnya untuk persekutuan dengan Yesus Kristus dalam empat cara.
Saya ingat pertemuan Navigator yang pertama saya hadiri. Pertemuan itu
dimulai dengan nyanyian-nyanyian yang penuh semangat. Tetapi ada
perbedaan dari pertemuan menyanyi yang biasanya. Jika kami akan
menyanyikan sebuah lagu yang membicarakan anugerah Allah, pemimpin
nyanyi itu menanyakan, "Siapa yang dapat mengutip sebuah ayat tentang
anugerah Allah?" Tak lama kemudian ada orang-orang yang berdiri dan
mengutip ayat dari Firman Tuhan, dan menyebutkan Kitan, nomor pasal,
dan nomornya itu. Proses itu diulangi lagi lagu-lagu tentang kasih Allah,
kesetiaan atau Kristus di atas kayu salib.
Saya kagum sekali. Saya berpikir, ruangan itu penuh dengan nabi-nabi
kecil! Tetapi pada pada waktu saya perhatikan lebih dekat, saya menginsafi
bahwa kebanyakan dari mereka adalah pelajar dan buruh -- orang-orang
biasa yang seperti saya. Kemudian pembicaranya menceritakan tentang
perlunya makanan rohani yaitu membaca Firman Allah dan berdoa. Malam
itu merupakan malam yang menggairahkan, dan Allah memakainya untuk
menciptakan keinginan yang besar di dalam saya akan persekutuan
dengan Allah.
Waldron Scott bertemu dengan saya secara teratur selama dua tahun
pertama saya menjadi orang Kristen. Sesudah saya meninggalkan tempat
itu untuk belajar di Universitas yang lain, ia mengirimi saya selembar
halaman doa yang lama dari buku catatannya. (Halaman doa adalah
sehelai kertas di mana kita mencatat permohonan yang khusus dan
jawaban yang telah diberikan oleh Allah atas doa itu.) Selama dua tahun itu
nama saya dicatat dalam baris yang teratas pada daftar doanya. Jadi ia
telah mendoakan saya selama dua tahun itu.
Dari penemuan ini ia menyimpulkan bahwa ada empat unsur dasar untuk
mengembangkan murid dan gereja: doa, doa, doa, dan Firman Allah.
Kelihatannya yang paling penting adalah yang kita lakukan paling sedikit.
Lebih mudah bagi kita berbicara kepada manusia mengenai Allah daripada
berbicara kepada Allah mengenai manusia.
Dengarlah kesaksian dari Samuel ini: Mengenai aku, jauhlah dari padaku
untuk berdosa kepada Tuhan dengan berhenti mendoakan kamu; aku akan
mengajarkan kepadamu jalan yang baik dan lurus. Hanya takutlah akan
Tuhan dan setialah beribadah kepadaNya dengan segenap hatimu, sebab
ketahuilah, betapa besarnya hal-hal yang dilakukanNya di antara kamu
(1Samuel 12:23,24).
Sesudah program itu selesai, banyak dari anak muda itu meninggalkan
tempat itu dengan kecewa. Kami belum belajar bahwa kesetiaan dan
ketekunan adalah hasil dari dorongan Roh Kudus dari dalam, bukan usaha
manusia dari luar.
4. Periksalah dia dan kuatkan dia kadangkala hal ini sangat penting,
tetapi tekanannya ialah untuk menguatkan.
Pada waktu tahun pertama pelayanan saya pada kampus suatu universitas,
beberapa orang datang kepada Kristus. Kapan saja saya bertemu dengan
mereka dikampus, saya bertanya dan memeriksa penyelidikan Alkitab
mereka, ayat hafalan dan pertumbuhan Kristennya.
Kemudian saya dijuluki sebagai "Si Mandor." Jika mereka sedikit lalai,
mereka menghindari saya. Maka saya berubah dan menjadi "Pak
Pendorong." Semakin saya menguatkan, terjadinya lebih banyak
perubahan. Orang-orang yang baru bertobat itu bertumbuh dan kami
mempunyai waktu bersekutu yang indah sekali. Mereka menjadi setia
dalam perjalanan mereka bersama Tuhan.
Apakah beberapa unsur yang akan menolong orang Kristen baru menjadi
seorang murid Yesus Kristus yang menyerahkan diri, menjadi dewasa dan
menghasilkan buah? Dan bagaimana kita dapat menolongnya
memasukkan hal-hal ini ke dalam hidupnya? Di dalam pasal berikut ini kita
akan membicarakan sebagian dari tujuan latihan-latihan ini, bersama
dengan beberapa kegiatan praktis, alat-alat, dan ayat-ayat Alkitab yang
dapat dipakai dalam pemuridan.
BAB VI
TUJUAN LATIHAN BAGI SEORANG
MURID
Kemajuan! Itulah yang akan kita bicarakan pada tahap ini. Kita ingin
menolong seorang Kristen baru menuju pemuridan--bertumbuh dalam
anugerah dan di dalam pengenalan dengan Tuhan Yesus Kristus.
Kemajuan ini tidak dapat dibentuk dengan sembrono. Ia harus dimulai dari
satu titik dan kemudian menuju ke sasaran yang tertentu, seperti prises
pendidikan dari Taman Kanak-Kanak sampai SLTA. Pelajar harus
menguasai banyak pelajaran, memahami banyak kenyataan, dan belajar
melakukan banyak tugas. Tetapi caranya harus direncanakan dan diatur.
Seseorang tidak mempelajari soal matematika yang rumid pada waktu
sedang bermain sebagai anak di pasir.
Di dalam pasal ini kita ingin melihat sebagian dari tujuan-tujuan latihan yang
akan dapat menolong menjadikan suatu kehidupan pemuridan. Susunan
tujuan itu disusun secara umum, tidak harus berurutan. Setiap orang adalah
individu yang unik dan harus dihadapi secara demikian. Urutan yang akan
Saudara ajukan kepada orang Kristen baru juga akan berbeda-beda.
Mungkin Saudara ingin menghilangkan sebagian tujuan itu dan menambah
sebagian yang lain. Mungkin Saudara ingin melipatgandakan daftar ini atau
memotongnya. Keperluan kepribadian orang yang Saudara tolong akan
menentukan tujuan yang akan Saudara bangunkan ke dalam kehidupan
dan urutan yang akan Saudara ikuti.
.... ....
. . +* *+ . . +* *+
. . +* *+ . . +* *+
. (Mar 16:15) . +* Calon *+ . (Kolose 2:6-7) . +* Hasil *+
Bersaksi . +* Murid *+ Membimbing +* Murid *+
=============> +* *+ ================> +* *+
+* *+ Tujuan Latihan +* *+
Tujuan Latihan
Daftar tujuan latihan berikut ini diuaraikan secara terperinci dalam Lampiran
I.
Tigapuluh unsur vital tersebut memberi suatu gambaran atau garis besar
seorang murid. Seperti yang telah disebut, Saudara dapat menambah atau
mengurangi sebagian pokok daftar ini menurut keperluan orang yang
Saudara bina.
Dengan salah satu orang, mungkin Kasih (No. 17) merupakan keperluan
yang paling besar dalam kehidupannya sehingga Saudara ingin
memperhatikannya lebih awal. Dengan yang lainnya, mungkin
keperluannya ialah Ketaataan (No. 21), dan Saudara ingin mulai dengan
pokok itu. Sebagai contoh, sekarang ada dua pokok yang akan kami
jelaskan dengan lebih terperinci--Kesaksian Pribadi, (No. 14) dan
Penerapan Firman (No. 12).
Kesaksian Pribadi
Yang berikut ini ialah beberapa saran praktis tentang kesaksian pribadi.
1. Bersifat pribadi.
Jangan berkhotbah. Ceritakan apa yang telah dibuat Kristus bagi Saudara.
Pergunakan kata “saya," bukan "mereka.”
2. Singkat.
Tiga atau empat menit cukuplah untuk menceritakan fakta-fakta yang
penting.
----------------------------------------------------------
| |.
| KESAKSIAN SAYA |.
| |.
|Sebelum saya percaya kepada Kristus: |.
| |.
|Bagaimana saya percaya kepada Kristus: |.
| |.
|Sejak saya telah percaya kepada Kristus: |.
| |.
----------------------------------------------------------
Ingatlah bahwa Saudara tidak memiliki kuasa di dalam diri Saudara sendiri
untuk meyakinkan seseorang tentang kebenaran rohani. Roh Kudus
menginsafkan orang-orang yang belum menjadi Kristen akan keperluan
mereka untuk mengenal Kristus (Yoh 16:8). Selagi Saudara berdoa bagi
mereka, mohonlah agar Allah memberkati pemberitaan FirmanNya,
menginsafkan orang-orang akan keperluan mereka, dan menguatkan
Saudara pada waktu Saudara menyampaikan InjilNya.
Allah telah memerintahkan setiap orang Kristen untuk menjadi saksi akan
apa yang telah dialaminya (1Yoh 1:3). Bersaksi adalah suatu gaya hidup.
Saudara adalah seorang saksi setiap waktu. Mengasihi orang lain dan
menunjukkan perhatian yang sungguh-sungguh bagi mereka adalah cara
yang praktis untuk mengkomunikasikan kasih Kristus. Saudara juga
bersaksi melalui kehidupan Saudara. Perbuatan dan kelakuan sering lebih
menggugah daripada kata-kata.
Suatu tafsiran yang baik akan berpengaruh yang praktis dari pembacaan
Alkitab adalah ucapan yang sederhana dari Moran, kepala suku Piro dari
suatu daerah pedalaman di Amerika Selatan. Ia mengatakan, "Pada waktu
istri saya melakukan sesuatu kesalahan, saya berkata kepadanya, `Mena,
Firman Allah berkata begini dan begitu.' Dan ia berkata `Moran, apakah itu
yang dikatakan Firman Allah?' Maka saya tunjukkan Firman itu, dan ia
membacanya sendiri. Kemudian ia tidak melakukannya lagi. Pada waktu
saya melakukan sesuatu yang tidak sepatutnya, ia berkata kepada saya
dengan lemah lembut, 'Moran, bukankah Firman Allah mengatakan begini
dan begitu?' Maka saya pergi membacanya dan dengan pertolongan Allah
saya tidak melakukan hal itu lagi!"
Cara ini membawa Alkitab meninggalkan teori saja dan masuk ke dalam
kehidupan sehari-hari. Kebanyakan orang Kristen menghargai Firman Allah
tetapi tidak menghayatinya. Apakah maksud Allah pada waktu Dia
memberikan Alkitab kepada kita? Paulus mengatakan, Segala tulisan yang
diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan
kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam
kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah
diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik (2Timotius 3:16,17). Firman
Tuhan harus diterapkan dalam kehidupan.
Tak lama sesudah saya menjadi seorang Kristen, saya disadarkan akan
konsep ini dan ditantang untuk membuat penerapan Alkitab secara pribadi
sebagai sebagian dalam penyelidikan Alkitab mingguan saya. Salah satu
kitab yang saya pelajari paling dulu ialah Kolose. Pada waktu saya sedang
mempelajari pasal ketiga, Roh Kudus menangkap perhatian saya dengan
ini: Tetapi sekarang, buanglah semuanya ini, yaitu marah, geram,
kejahatan, fitnah dan jaga kata kotor yang keluar dari mulutmu (Kolose 3:8).
Saya coba untuk tidak memperdulikan ayat ini, tetapi Roh Kudus terus
mengembalikan saya pada kata-kata buanglah.......marah! Pada waktu itu
saya mempunyai perangai yang tidak baik. Kapan saja kalau saya menjadi
marah, saya meredakannya dengan meninju pintu yang terdekat.
Sesungguhnya sering saya membuat buku-buku jari saya berdarah, dan
pada suatu waktu saya menghancurkan cincin pemberian istri saya yang
indah sekali. Kelihatannya perangai saya itu tak dapat dikendalikan. Dan
sekarang, inilah Firman Allah: Buanglah.......marah. Jelas bagi saya bahwa
itu bukan saja nasihat yang baik yang diberikan kepada orang- orang di
Kolose berabad-abad yang lalu. Allah berbicara kepada saya saat itu.
Maka minggu itu saya membuat perjanjian dengan Allah. Ia tidak berbicara
kepada saya mengenai dosa saya--marah. Dan saya berjanji kepada Tuhan
bahwa saya akan mengusahakannya. Nyatalah bahwa saya sudah
melangggar perintah itu. Cincin rusak yang saya letakkan pada sebuah
kotak di lemari telah menjadi pengingat kepada saya. Maka pertanyaannya
ialah, "Apa yang akan saya perbuat tentang dosa saya ini dalam hidup
saya?"
Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada
mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak
bergembala. Maka katanya kepada murid-muridNya: "Tuaian memang
banyak, tetapi pekerja sedikit" (Matius 9:36-37).
Mari kita renungkan pertanyaan ini sekali lagi. Jika Saudara memimpin
seorang kepada Kristus, apakah Saudara senang? Tentu. Saudara gembira
dan demikian juga orang itu sendiri dan para malaikat Allah. Tetapi apakah
Saudara puas? Tidak. Seharusnya tidak. Yesus menyusun agar kita berbuat
lebih dari hanya membuat orang lain bertobat. Ia memberitahukan agar kita
menjadikannya seorang murid. Maka Saudara harus akrab dengan orang
yang telah Saudara bimbing kepada Kristus dan menolong dia untuk
bertumbuh sampai ia dapat bertanggung jawab menyampaikan Firman
Tuhan dengan semangat dan efektif. Kalau hal itu terjadi, ia dapat dianggap
sebagai pengikut Yesus yang masak, mengabdi, dan menghasilkan buah.
Tetapi ada orang-orang yang tidak pernah mencapai tahap ini. Mereka
sungguh-sungguh adalah murid-murid Yesus. Mereka secara terbuka
mengenal Tuhan. Mereka ada dalam persekutuan dengan Dia melalui
Firman dan doa. Mereka menyatakan buah Roh (Galatia 5:22,23). Dan
mereka sedang memenuhi bagiannya yang unik dalam tubuh Kristus.
Tetapi pada waktu tertentu setiap tahun ada saatnya kami memandang
ladang kami dan menyadari bahwa sudah tiba waktunya untuk menuai.
Kami meninggalkan kebanyakan pekerjaan kami yang lainnya dan menjadi
pekerja- pekerja untuk menuai. Itulah macam orang yang disebutkan Yesus
pada waktu ia menyatakan bahwa pekerja-pekerjanya sedikit. Ia
membicarakan tentang pekerja-pekerja kerajaan Allah yang secara
langsung terlibat dalam tugas mengumpulkan jiwa-jiwa bagi Kristus
kemudian membina mereka untuk menjadi penuai juga.
Hal itu bukanlah untuk meremehkan pekerjaan dari murid Yesus yang mana
saja. Keuangan gereja harus dijalankan secara teratur. Catatan-catatan
harus dipelihara sehingga kita dapat menilai pelayanan gereja dengan baik.
Guru Sekolah Minggu merupakan kebutuhan yang mutlak. Pekerja-pekerja
lainnya dalam gereja melakukan tanggung jawabnya dengan setia. Tetapi
pembicaraan kita di sini berhubungan dengan pekerja yang berciri khusus
seperti yang disebutkan oleh Yesus (Matius 9:37): pria atau wanita yang
bersaksi bagi Kristus dengan sungguh-sungguh dan membangun di dalam
kehidupan orang lain. Kita akan memakai istilah dengan cara demikian.
Konsep ini digambarkan lebih lanjut oleh Paulus pada waktu mengingatkan
orang-orang Tesalonika, Dan kamu telah menjadi penurut kami dan penurut
Tuhan;....dari antara kamu firman Tuhan bergema bukan hanya di
Makedonia dan Akhaya saja, tetapi di semua tempat telah tersiar kabar
tentang imanmu kepada Allah (1Tes 1:6,8). Hal itu juga dinyatakan dalam
doa syafaat Yesus: Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga
untuk orang-orang yang percaya kepadaKu oleh pemberitaan mereka
(Yohanes 17:20). Hal itu terkandung dalam amanat agung Yesus: Ajarlah
mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu
(Matius 28:20).
Perhatian untuk orang lain dan visi akan kemampuan seseorang dan akan
keberhasilan pelipatgandaan murid adalah dasar dalam kehidupan seorang
pembina murid bagi Kristus.
Yesus datang ke dunia untuk melibatkan diri dengan umatNya. Dan dalam
pelibatan diriNya dengan murid-muridNya, Ia melatih mereka. Maka
prinsipnya ialah: Di mana tidak ada pelibatan diri, tidak ada latihan
pemuridan. Untuk memenuhi keperluan orang yang kita latih, kita harus
mengenal orang itu dan melibatkan diri dengan dia.
Karena Saudara hanya memiliki duapuluh empat jam sehari dan sebab
Saudara hanya memiliki hidup satu kali di atas bumi ini, Saudara tak mau
membuang waktu. Ini berarti Saudara harus memberikan hidup Saudara
kepada orang yang tepat, yaitu mereka yang siap, berkeinginan, dan dapat
menerima apa yang Saudara berikan kepada mereka. Dan Saudara harus
pasti bahwa apa yang Saudara ajarkan kepada mereka adalah yang
dibutuhkannya.
Perhatikanlah seorang ibu bila dia berbelanja untuk keluarga besar dengan
keuangannya yang terbatas. Ia sudah belajar mana yang baik untuk dibeli.
Ia tidak silau akan tawaran-tawaran yang menggiurkan. Ia mendapatkan
yang paling murah.
Kunci untuk membangun sebuah jalan agar dapat menjadi jalanan yang
baik ialah memilih bahan yang cocok. Bahan yang cocok dan baik di Alaska
bukan bahan yang baik bagi Indonesia. Keadaan cuaca menuntut bahan
bangunan yang berbeda. Pemilihan itu penting.
Sifat-sifat manakah yang akan Saudara cari bila mau memilih pembina-
pembina untuk team pemuridan Saudara? Saya percaya bahwa mutu yang
terutama ialah keinginan untuk menjadi pembina murid, dan keinginan ini
dapat terlihat di dalam tiga hal.
Sudah lama saya punya keyakinan jika kita harus menjelaskan tantang
pemuridan, orang-orang yang menyerahkan diri akan menerima tantangan
itu. Itulah yang dilakukan Yesus. Sesudah Ia menjelaskan perkataan keras,
sebagian dari murid-muridNya mengundurkan diri dan tidak mau mengikut
Dia lagi (Yohanes 6:60,66).
Pada waktu Yesus melihat mereka meninggalkan Dia, Dia berbalik kepada
keduabelas murid yang lainnya dan bertanya, Apakah kamu tidak mau pergi
juga? (Yoh 6:67). Menarik sekali bahwa ia tidak berusaha untuk menakut-
nakuti mereka, memohon mereka, atau membujuk mereka supaya
mengikut Dia. Rupanya Ia merelakan mereka pergi jika mereka ingin
melakukannya. Tetapi mereka menyadari bahwa mereka tidak mengikut
Yesus untuk kebaikan Yesus, tetapi mereka tahu bahwa mereka sendirilah
yang memperoleh manfaat. Maka mereka tinggal. Mereka mau berkorban.
Saya ingat seorang anak muda yang menunjukkan janjinya yang sungguh-
sungguh, maka saya mulai membicarakan pelayanan pemuridan dengan
dia. Sikapnya ialah, "Baiklah, saya rasa saya dapat memberikan sedikit
waktu kepadamu untuk menolong dalam hal ini."
Salah satu hal yang pertama yang harus saya tunjukkan kepadanya ialah
bahwa itu caranya. Saya jelaskan kepadanya apa yang akan dialaminya,
betapa besar pengorbanan waktu dan tenaga yang diperlukan dan apa
tekanannya. Dan mungkin kadang-kadang kami harus datang lebih awal
dan tinggal lebih lambat dan bekerja lebih lama. Saya mencoba
berkomunikasi kepadanya artinya memberikan hidup kepada orang lain. Ia
menyukai akan apa yang di dengar. Sejak itu ia harus melakukannya.
Keyakinan. Sampai pada saat ini calon pembina itu memegang pendirian
Saudara. Ia telah mempelajari mengapa ia harus menghafalkan Firman,
mempelajari Alkitab dan berdoa, tetapi pelajaran itu akan melaju sesudah
beberapa waktu. Ia perlu memiliki keyakinan sendiri.
Pada suatu kali saya bekerja dengan sekelompok anak muda yang sukar
melihat kepentingan Firman Allah dalam kehidupan mereka sehari- hari.
Saya menyarankan supaya kami mempelajari Mazmur 119:1-176. Kami
tidak mempelajarinya secara mendalam, tetapi hanya membacanya dan
mencatat berbagai kata kerja yang digunakan di dalamnya. Kemudian kami
membacanya keseluruhannya sekali lagi dan mencari kata-kata yang
dipakai untuk mengartikan Firman Allah. Lalu kami berusaha menangkao
sikap pemazmur itu terhadap Firman Allah. Penyelidikan memakan waktu,
tetapi hasilnya meneguhkan tentang pentingnya Firman Allah.
Sebagai latihan yang praktis, mintalah calon pembina murid itu mengulangi
tujuan-tujuan latihan yang diberikan dalam pasal 6 dan Lampiran I. Mintalah
dia untuk mendaftarkan semua dan menuliskan mengapa ia harus
melakukannya dan mengapa hal itu harus menjadi bagian dalam
kehidupannya. Dalam tujuan yang negatif, tanyalah mengapa harus
dihindarinya. Hal itu kelihatannya membosankan, tetapi calon pembina itu
harus mengembangkan keyakinannya atas hal-hal ini jika ia mau
melanjutkan pemuridan seumur hidupnya dan menjadikan orang-orang
murid Yesus.
Titik pandang. Hal kedua yang harus Saudara utamakan dalam melatih
seorang pembina ialah titik pandang atau perspektif. Pada waktu seorang
datang kepada Kristus, ia masih merupakan orang yang berpusat kepada
dirinya. Pada waktu ia mulai bertumbuh dalam Tuhan, sudut pandangannya
akan bertambah sedikit. Ia mulai sadar akan keperluan orang lain di kelas
Sekolah Minggu atau dalam persekutuan gereja. Kemudian seorang utusan
Injil datang ke gerejanya dan ia menjadi sadar akan keperluan yang lainnya
lagi. Ia mulai memandang dunia ini dari sudut pandangan yang lainnya.
Pakailah tujuan latihan dalam pasal 6 dan Lampiran I sekali lagi sebagai
latihan praktis. Kali ini mintalah murid Saudara menyelidiki kembali daftar itu
dan menuliskan bagaimana ia dapat melakukan hal-hal ini sebaik mungkin.
Juga melatih dia sedemikian baiknya sehingga ia dapat menceritakannya
kepada orang lain, orang yang sedang ditolongnya dalam kehidupan
Kristen.
Kelihatannya pekerjaan ini sulit dan memang demikian. Tetapi jika kita harus
menolong seseorang menjadi seorang pembina murid yang efektif, ia harus
tahu apa dan mengapa tentang pemuridan dalam pikirannya dan hatinya.
Dan ia harus menjadi terampil dalam pelayanan menolong orang lain dan
membangun prinsip-prinsip itu kedalam hidup mereka. Latihan dan
pelajaran yang dangkal dan bodoh tidak dapat menghasilkan seorang
pembina yang memantulkan keunggulan dalam pelayanan kepada Yesus
Kristus.
Watak yang mendalam. Hal yang perlu diutamakan trakhir ialah supaya
watak dan pengalama murid dengan Tuhan terus diperdalam. Hal ini
merupakan tekanan seumur hidup. Iman, kemurnian, kejuuran, kerandahan
hati dan kebajikan lainnya tidak pernah dikuasai sekaligus dalam hidup ini.
Kita harus terus bertumbuh dan menjadi dewasa.
Yesus berkata bahwa tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit (Mat
9:37; Luk 10:2). Tuaian itu terdiri dari orang-orang yang lelah dan terlantar
(Mat 9:36). Ini adalah gambaran dari sekelompok domba yang tak berdaya
sama sekali. Mereka kepanasan, terengah-engah, haus dan lapar. Mereka
sama sekali tidak berdaya dan mencari seorang gembala untuk
membawakan air dan makanan. Mereka tidak mempunyai harapan kecuali
ada gembala yang menolong mereka.
Dan apakah yang telah kamu pelajari dan apa yang telah kamu terima, dan
apa yang telah kamu dengar dan apa yang telah kamu lihat padaku,
lakukanlah itu (Filipi 4:9).
Pada suatu hari, Doug dan Leila Sparks baru saja mendengar dari
dokternya bahwa hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa
Leila mengidap kanker. Mereka telah berjanji untuk menolong James Fox,
seorang bintang filem Kristen di Inggris, dalam suatu proyek Kristen yang
harus diselesaikan hari itu. Mereka bekerja sama dengan dia sepanjang
hari dan sampai jauh malam.
"Tiga minggu yang lalu ketika saya mengunjungi rumah mereka, Leila
menghabiskan 45 menit untuk menguatkan saya dan mengajar anak-
anaknya untuk berminat pada apa yang dikerjakan orang lain.
"Saya yakin saya telah melihat contoh dari Filipi 2:3-4, dan dengan demikian
saya didekatkan dengan Tuhan."
Dua alat yang utma dalam mengembangkan seorang pembina murid yang
berhasil demi Kristus, ialah: memberikan teladan dan mengadakan waktu
secara pribadi untuk persekutuan, pembahasan dan pelajaran bersama.
Doug dapat memimpin James dalam penyelidikan sebuah ayat Alkitab, dan
James dapat menangkap sesuatu dari apa yang diajarkan Paulus. Tetapi
bukan cara itu yang memberi kesan yang paling kuat kepada James. Doug
bahkan tidak memikirkan bagian ini; ia menghayati ayat itu. Melalui
kehidupannya ia memancarkan kebenaran ayat-ayat itu. Roh Kudus
memasukkan bagian bagian itu ke dalam hati dan kehidupan James Fox
pada waktu ia memperhatikan kehidupan Doug dan Leila Sparks. Mereka
tidak mengajarkan Filipi 2:3-4; mereka menghayati Filipi 2:3-4 (Leila Sparks
meninggal pada bulan Juni 1972 tak lama sesudah saya menerima surat
James.)
Paulus adalah teladan bagi orang-orang Tesalonika. Sebab Injil yang kami
beritakan bukan di sampaikan kepada kamu dengan kata-kata saja, tetapi
juga dengan kekuatan oleh Roh Kudus dan dengan suatu kepastian yang
kokoh. Memang kamu tahu, bagaimana kami bekerja di antara kamu oleh
karena kamu (1Tesalonika 1:5).
Kita harus berhati-hati sekali bila menjadi terbuka dengan orang lain.
Mungkin berbahaya kalau melepaskan kedok kita, membongkar rintangan,
dan merubuhkan tembok pemisahnya. Maka orang akan melihat keadaan
kita yang sebenarnya, mungkin dia akan menjadi kecewa. Mereka
mengharap kita menjadi seorang malaikat, tetapi kita adalah orang yang
berdosa dan diselamatkan oleh anugerah. Walaupun demikian murid kita
dapat belajar dari kesalahan dan kegagalan kita seperti juga dari
keberhasilan kita.
Ada orang lain yang berbicara dalam pertemuan sama yang bunyinya
berdiri pada puncak sukses. Orang pertama yang kelihatannya bersama
dengan kami di sana, merencah bersama pada jalan yang sulit seperti yang
kami kebanyakan mengalami. Kami lebih merasa mengerti dia.
Alat kedua yang terutama bagi perkembangan suatu team pembina murid
ialah memberikan perhatian pribadi kepada setiap orang. Itu berarti ada
pertemuan dengan setiap orang sendirian, dan Saudara miliki tujuan latihan
yang jelas bagi orang itu. Pelayanan pelipatgandaan tidak timbul dari suatu
usaha untuk menghasilkan murid secara masal. Harus ada waktu secara
individu, Saudara harus bekerja dengan calon pembina Saudara secara
individu.
Apa yang dilakukan? Mereka saling menceritakan apa yang mereka terima
dari Allah pada waktu mereka mengadakan renungan pribadi. Mereka
mengadakan waktu untuk membaca Firman Tuhan bersama-sama.
Biasanya mereka saling memeriksa ayat hafalan yang baru. Mereka
membicarakan pelayanan mereka yang telah ditugaskan oleh Allah.
Biasanya orang itu mempunyai banyak pertanyaan berkenan dengan
pelayanan pemuridan. Kemudian mereka berdoa bersama-sama.
Tak ada peraturan yang kaku yang mengharuskan bagaimana cara
memakai waktu. Kadang-kadang mereka menghabiskan kebanyakan
waktunya untuk berdoa. Pada kesempatan lainnya, pembina itu akan
membawa seorang teman dari kantornya yang pernah diberi kesaksian.
Ketiga mereka bertemu di sebuah tempat makan, dan pelatih menolong
temannya dalam penginjilan. Ia memberikan kesaksiannya dan
menceritakan Injil kepada orang yang bukan Kristen. Maka mereka
menjalankan dua hal: mereka menyampaikan Injil, dan orang yang dibina itu
mempelajari sesuatu di dalam proses.
Penyerahan untuk bekerja dengan sedikit orang akan menuntut sikap yang
memusatkan kehidupan kepada pelayanan itu dan mengesampingkan
banyak kesempatan lain. Memang Saudara mampu berbuat banyak hal,
tetapi ada satu hal yang harus Saudara lakukan kalau Saudara harus
memusatkan pikiran dan pelayanan kepada orang sedikit.
Penginjil, ahli theologi, ahli strategi pengutusan Injil, penabur gereja, guru
dan rasul. Tetapi selalu ada orang-orang tertentu disekitarnya. Pada suatu
peristiwa, Ia disertai oleh Sopater anak Pirus, dari Berea, dan Aristarkhus
dan Sekundus, keduanya dari Tesalonika, dan Gayus dari Derbe,
danTimotius dan dua orang dari Asia, yaitu Tikhikus dan Trofimus (Kisah
20:4). Ia menggunakan pelayanannya yang luas untuk memusatkan latihan
sedikit.
Paulus dapat melakukan itu sebab dia mempunyai keyakinan dalam orang
yang telah dibina. Selanjutnya ia telah memberitahu kepada orang-orang
Filipi. Tetapi dalam Tuhan Yesus kuharap segera mengirimkan Timotius
kepadamu, supaya tenang juga hatiku oleh kabar tentang hal ihwalmu.
Karena tak ada seorang padaku, yang sehati dan sepikir dengan dia dan
yang begitu sungguh-sungguh memperhatikan kepentinganmu; sebab
semuanya mencari kepentingannya sendiri, bukan kepentingan Yesus
Kristus. Kamu tahu bahwa kesetiaannya telah teruji dan bahwa ia telah
menolong aku dalam pelayanan Injil sama seperti seorang anak menolong
bapanya. Dialah yang kuharap untuk kukirimkan dengan segera, sesudah
jelas bagiku bagaimana jalannya perkaraku (Filipi 2:19-23).
Latihan pembina murid memakan waktu, dan menuntut usaha. Itu berarti
waktu bersukacita dan waktu penuh air mata. Itu juga berarti kehidupan
Saudara.
Seperti yang telah dikemukakan, untuk mengataso tiga persoalan utama ini
kita harus membimbing murid kita kepada latihan dan penilaian orang lain
juga. Kita memperkenalkan orang-orang kita dengan sengaja kepada
pembina-pembina lainnya yang dapat memperluas visi mereka dan
memperdalam hidup mereka. Ia adalah orang-orang yang dapat
menunjukkan kelemahan mereka yang terlewatkan oleh Saudara sendiri
atau yang Saudara tak dapat melihatnya karena keakraban Saudara
kepada mereka. Penilaian dari luar ini dapat menolong Saudara
mendapatkan gambaran yang sebenarnya dari kemajuan orang-orang itu.
Dalam keadaan ini saudara harus memusatkan diri pada sejumlah hal yang
akan melengkapi orang yang sedang saudaratolong itu, sehingga
memungkinkan dia untuk menjadi seorang penuai bagi Kristus. Tujuan-
tujuan yang dibicarakan dalam pasal ini merupakan suatu proses. Hasilnya
adalah seorang pekerja di ladang tuaian. Pada akhir latihannya, sifat ini
seharusnya menjadi bagian yang terpadu dalam kehidupannya.
Hati yang Mengasihi Orang
Saudara harus menolong calon pembina murid untuk mempunyai suatu hati
yang mengasihi orang. Mudah sekali untuk seorang terperangkap sehingga
dia menganggap manusia sebagai alat dan bukan sebagai tujuan
pelayanan.
Saya pernah melihat pemimpin-pemimpin yang jatuh ke dalam perangkap
ini. Mereka tiba di ladang pelayanan dan mengumpulkan beberapa orang
yang kelihatannya haus rohani dan berkempuan untuk melayani.
Sebenarnya para pemimpin itu tidak pernah sungguh-sungguh
mengatakan hal berikut ini, tetapi sikap mereka menunjukkannya dengan
jelas: "Baiklah kamu orang-orang yang beruntung, inilah aku. Aku telah
datang ke sini dan kesulitanmu berlalu. Aku sudah dilatih dengan baik. Aku
tahu pekerjaanku, dan secara rohani aku telah masak. Aku ada di sini untuk
mengerjakan sesuatu, bukan untuk bermain-main. Allah telah memberikan
suatu visi kepadaku dan kamu adalah kuncinya untuk mencapai visi itu. Jika
kamu tidak setia mengerjakannya, visiku untuk melihat angkatan
kepemimpinan yang timbul dan mulai berlipat ganda akan terhalang. Maka
marilah kita mulai. Saya tidak dapat membuang waktu."
Hal itu dapat mematikan. Sebab pelayanan kita tidak dirancangkan untuk
memperalat orang tetapi untuk menolong orang. Saya mendengar seorang
teman saya menyatakan alasan mengapa ia berkecimpung dengan Skip
Gray dalam pembinaan pemuridan. Katanya karena ia mengetahui bahwa
Skip mengasihinya, memperhatikan dia sebagai seorang pribadi, dan
sungguh memperhatikan hati seseorang. Skip tidak datang untuk
mempergunakan dia, tetapi untuk menolong dia menjadi murid yang
dewasa, setia, berbuah, dan berlipat ganda. Sikap ini memantulkan hati
Rasul Paulus pada waktu ia mengatakan, Tetapi kami berlaku ramah di
antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.
Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja
rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan
kamu, karena kamu telah kami kasihi (1Tesalonika 2:7-8).
Hal kedua yang harus Saudara lakukan ialah menolong calon pekerja
mengembangkan gairah akan visi pelipatgandaan. Bukan saja manusia itu
indah di pandangan Allah, tetapi mereka memiliki kemampuan yang luar
biasa bagi Allah. Allah ingin melipatgandakan hidup dan pelayanan murid
kita. Kita harus menolong calon-calon pekerja melihat pentingnya seorang
individu, kemampuannya bagi Allah, dan betapa banyak orang dapat
menjadi murid dan pembina murid melalui dia.
Sebuah contoh yang luar biasa dari prinsip ini terdapat dalam pelayanan
Paulus. Ketika aku tiba di Troas untuk memberitakan Injil Kristus, aku dapati,
bahwa Tuhan telah membuka jalan untuk pekerjaan di sana. Tetapi hatiku
tidak merasa tenang, karena aku tidak menjumpai saudariku Titus. Sebab
itu aku minta diri dan berangkat ke Makedonia (2Korintus 2:12-13).
Paulus sadar jika sesuatu terjadi pada Titus, pelayanannya akan menderita
kemuduran yang parah. Bagi Paulus, orang itu lebih penting pada khalayak
ramai, sebab pelipatgandaan orang adalah kunci untuk menjangkau orang
banyak. Jika ia dapat menolong Titus terus maju dan bertumbuh, pekerjaan
Kristus akan maju lebih pesat.
Hal ketiga yang perlu Saudara lakukan ialah menolong calon pembina
murid mengembangkan dan memperdalam sikapnya sebagai seorang
pelayan. Dalam kedudukannya sebagai seorang pekerja Kristus, penting
sekali baginya untuk menunjukkan sifat ini. Dan sisa hidupnya ia harus
mengesampingkan dirinya sendiri. Ia harus mengurangi haknya sendiri
pada waktu ia melayani orang lain. Ini adalah ciri khas utama Yesus. Karena
anak manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani
orang lain.
Ini adalah ciri khas utama Yesus. Karena Anak Manusia juga datang bukan
untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawanya
menjadi tebusan bagi banyak orang (Markus 10:45). Bagi seorang pengikut
hal itu merupakan sifat yang diwajibkan. Sering Allah meminta dia untuk
mengebawahkan kepentingannya sendiri kepada pelayan Kristus dan
kepada pelayan orang lain. Sikapnya yang paling dasar hendaknya seperti
Yohanes Pembaptis, yang mengatakan tentang Yesus, Ia harus makin
besar, tetapi aku harus makin kecil (Yohanes 3:30). Dua hal diperlukan bagi
orang yang mau menjadi pelayan yang baik: hasrat dan latihan.
Anggota Penting Dalam Regu Pemuridan
Saudara harus menolong calon pekerja belajar menjadi bagian team yang
menjadikan orang murid. Ia harus melihat dirinya sendiri sebagai salah satu
kendaraan dalam iringan konvoi. Ia harus mengetahui bahwa setiap
perbuatan akan mempengaruhi pekerjaan dari keseluruhan team itu. Ini
merupakan salah satu hal yang paling sukar untuk dipelajari dalam
pemuridan. Manusia itu merupakan individu dan lebih senang menjalankan
haknya secara individu. Salah satu persoalan yang paling besar yang pasti
akan dihadapi oleh seorang pemimpin ialah keengganan orang untuk
bekerja bersama-sama sehingga mencapai tujuan. Doa yang tekun dan
bimbingan yang lemah lembut dan penuh kasih diperlukan untuk
melibatkan orang bersama-sama dalam pelayanan pemuridan itu.
1. Penyelidikan Alkitab.
Libatkan orang yang sedang bekerja dengan Saudara dalam penyelidikan
Alkitab yang berbobot. Saudara harus mempunyai standar yang masuk
akal. Misalkan setiap orang harus menyelesaikan penyelidikan pada
waktunya, ikut dalam setiap pertemuan, dan dengan bebas menceritakan
pengalamannya kepada teman lainnya. Setiap anggota mempelajari
bagian dari Alkitab yang sama dan menyiapkan pelajarannya sesuai
dengan rencana yang ditentukan.
2. Doa.
Anggota-anggota team harus berdoa bersama-sama. Pusatkan doa
Saudara pada pelayanan itu. Doakan mereka yang telah Saudara beri
kesaksian tetapi yang sampai sekarang belum menerima Kristus. Doakan
mereka yang Saudara harapkan untuk menerima Injil. Doakan orang-orang
Kristen baru dan yang telah mulai pada langkah pemuridan. Doakan
keperluan pelayanan itu. Berdoalah agar Allah membangkitkan pekerja-
pekerja yang secara rohani memenuhi syarat dari kelompok Saudara untuk
pergi sampai ke ujung bumi dengan Injil.
3. Bersaksi.
Ceritakan iman Saudara kepada orang lain sebagai satu team. Sewajarnya
setiap orang akan bersaksi secara perorangan di tempat ia bekerja dan di
lingkungannya yang ia pengaruhi: di antara teman-teman, sanak keluarga,
dan para tetangga. Tetapi baik juga kalau teamnya pergi bersama dalam
rencana yang ditentukan di gereja atau usaha kesaksian bersama yang
lainnya.
Kesatuan dalam team menjadikan orang murid. Sifat suatu team ialah
kesatuan. Bukan kesamaan pendapat, tetapi adanya bersamaan dalam
hati. Maka penting sekali bagi orang-orang itu supaya bertanggung jawab
kepada suatu sasaran yang dapat mendebarkan hati dan menggairahkan
semangatnya. Umpamanya: Untuk menolong memenuhi amanat Kristus
dengan melatih pembina murid yang melipatgandakan diri. Sasaran itu
harus merupakan sesuatu yang menantang penyerahan hidup murid-murid
Saudara, sesuatu yang penting, berharga dan agung--seperti Amanat
Agung.
Orang-orang akan bersatu jika mereka terikat dengan suatu usaha yang
mulia, khususnya jika di dalamnya ada petualangan atau pengorbanan.
Paulus berkata, teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang
untuk iman yang timbul dari Berita Injil (Filipi 1:27). Pengenalan tujuan, jika
kita sungguh-sungguh menyerahkan diri, dan membimbing kepada
persatuan roh. Orang-orang rohani yang mempunyai satu gol merasa
bahwa mereka dikuatkan dan di dorong oleh suatu kekuatan dan gairah
yang di luar kemampuan mereka.
Beberapa tahun yang lalu saya menyelidiki Kisah Para Rasul ayat demi
ayat. Saya mencari rahasia keberhasilan gereja yang mula-mula. Saya
kagum oleh pernyataan-pernyataan seperti, Kamu telah memenuhi
Yerusalem dengan ajaranmu; orang-orang yang mengacaukan seluruh
dunia; dan semua penduduk Asia mendengar Firman Tuhan, baik orang
Yahudi maupun orang Yunani" (Kisah 5:28; 17:6; 19:10).
Dalam kitab-kitab Injil, kesatuan diungkapkan dengan cara lain juga. Yesus
berkata, Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di
dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan
dikabulkan oleh BapaKu yang di surga (Mat 18:19). Kata sepakat dapat
digambarkan dengan sebuah paduan suara. Dalam musik paduan suara.
Dalam musik paduan suara adalah suatu harmoni dari nada dan suara yang
berbeda. Tidak semua penyanyi di dalam paduan suara menyanyikan nada
yang sama pada waktu yang bersamaan dan dengan kekuatan yang sama
pula. Juga bukan berarti bahwa setiap penyanyi dapat membunyikan suara
semuanya. Melainkan koor itu merupakan perpaduan yang indah dari nada-
nada yang menciptakan bunyi yang betul sehingga menyenangkan untuk
didengar.
Pikirkanlah team pemuridan Saudara sebagai suatu paduan suara. Setiap
orang merupakan seorang pribadi, bukanlah patung plastik yang di bentuk
dari cetakan yang sama satu dengan yang lainnya. Setiap orang membuat
sumbangannya yang unik sesuai dengan karunia dan panggilannya dari
Allah.
Pelayanan pemuridan akan jauh lebih efektif jika dilakukan oleh suatu team.
Ada kekuatan dalam suatu usaha bersama-sama. Bekerja bersama-sama
dalam satu regu adalah salah satu kunci untuk membuka dan melepaskan
kuasa Allah. Tuhan akan menunjukkan kegembiraanNya dengan
memberkati sekelompok orang Kristen yang bersatu dan menjalankan
tugasnya bersama-sama di dalam kasih.
Team itu harus terlihat seperti regu sepak bola bukan seperti petinju. Usaha
tinju itu dilakukan oleh perseorangan dan teman-teman lainnya dalam team
itu hanya mendukung dengan sorakan. Di dalam sepak bola harus ada
usaha bersama dari team itu--kesebelas orang itu harus bekerja bersama
dan mengikuti aba-aba dalam permainannya.
Sikap Sukarela
Bagi seorang yang mau terlibat dalam pelayanan menjadikan orang murid,
sikap sukarela merupakan suatu keharusan. Orang yang setengah hati tak
dapat seorang yang sungguh-sungguh sukarela terdapat dalam Yesaya:
Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: "Siapakah yang akan Kuutus,
dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?" Maka sahutku: " Ini aku, utuslah
aku!" (Yesaya 6:8). Inilah semangat yang kita semua butuhkan.
Teladan Baik
Saudara harus menolong calon pembina murid itu menjadi seorang saksi
yang berhasil. Mudah sekali bagi seseorang, jatuh ke dalam perangkap
bersekutu dengan orang Kristen saja dan tidak terlibat dalam perjuangan
bagi jiwa manusia. Jika ia tetap giat menceritakan Injil kepada yang lain, ada
tiga hal ayang akan terjadi.
1. Jumlah orang percaya baru akan bertambah.
2. Ia menjadi teladan kepada murid lainnya.
3. Ia akan menarik orang-orang yang bersama untuk melanjutkan
latihannya supaya menjadi pekerja-pekerja Yesus Kristus.
Jika ia tidak tetap giat, ia akan mulai melalaikan bagian-bagian yang penting
dalam kehidupan Kristen, sebab mudah tenggelam ke dalam persoalan-
persoalan penting yang lain.
Istri saya dan saya pernah mempunyai pengalaman yang melukiskan itu.
Kami pernah pergi ke sebuah rumah makan. Pada waktu itu hanya kami
yang menjadi tamu. Kami memesan makanan kami. Kami menunggu dan
menunggu. Kemudian keluarlah seorang pelayan wanita yang bingung. Dia
datang ke meja kami dan berkata, "Wah, pak, makanan bapak akan segera
disediakan."
Ia kelihatan lebih tenang, tetapi saya ingin tahu apa sebabnya. "Sebetulnya,
bukan karena saya sudah lapar atau akan meninggalkan tempat ini, tetapi
saya ingin tahu apakah sebabnya sehingga pesanan kami itu sedemikian
lamanya belum juga selesai dibuat?"
"Memasak," jawabnya.
"Memang begitu," kata saya. "Lalu bagaimana dia dapat lupa memasak
pesanan saya?"
Saya bisa mengerti. Saya juga pernah melihat hal yang sama terjadi di
gereja. Orang-orang sibuk dengan soal-soal mereka sehingga lupa akan
tujuan yang utama.
Kata-kata Yesus yang terakhir masih tercatat: Tetapi kamu akan menerima
kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi
saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke
ujung bumi (Kisah 1:8).
Berhubung banyak pekerjaan dari calon pembina murid itu akan dilakukan
dalam suasana kelompok penyelidikan Alkitab yang kecil, maka Saudara
harus menolong dia untuk menjadi seorang pemimpin pemahaman Alkitab.
Pada waktu ia memimpin penyelidikan itu, sebagian dari anggota itu akan
bersedia untuk mengadakan waktu pertemuan secara pribadi bersama
dengan dia. Jika ia merencanakan pelajaran itu dengan teliti,
mendoakannya dengan setia, dan memimpinnya dengan efektif, kelompok
kecil itu dapat menghasilkan murid-murid dan pembina murid.
Dua hal terjadi dalam hidup manusia pada waktu Yesus membuka Firman
Tuhan bagi mereka; pikiran mereka dibuka dan hati mereka berkobar- kobar
(Lukas 24:32,45). Oleh sebab itu, calon pembina murid itu harus
mengerjakan pekerjaan rumahnya, berdoa, dan bersiapsedia untuk
memimpin kelompoknya karena penyelidikannya sendiri yang dalam dan
menyeluruh. Ia juga harus menceritakan penerapannya--keterlibatan hati
dan hidupnya sendiri dalam kebenaran itu. Pengetahuan saja tidaklah
cukup. Kebenaran Allah harus dihidupkan oleh kuasa penerapan dari Roh
Kudus.
Dwight Hill adalah seorang pemimpin dari suatu program latihan bagi para
mahasiswa. Saya bertanya kepada salah seorang dari stafnya bagaimana
keadaan Dwight.
"Ia hebat sekali," kata orang itu. "Sungguh mentakjubkan melihat dia
bekerja. Dan terlebih lagi, pada waktu ia duduk di bawah pohon dengan
seorang lain dan membuka Alkitabnya, ada sesuatu yang terjadi!"
Tujuan yang kesembilan ialah menolong orang yang Saudara biana itu
supaya peka terhadap orang lain. Ia berkomunikasi dengan orang lain
dengan perkataannya, sikapnya, dan perbuatannya--apa yang dikatakan
dan bagaimana ia mengetakannya, apa yang dilakukan dan bagaimana ia
melakukannya. Ia harus belajar bagaimana mengatakan hal yang benar
dalam cara yang betul pula pada waktu yang tepat. Ia harus belajar
bagaimana melakukan sesuatu yang benar dalam cara yang betul dan pada
waktu yang tepat.
Rasa peka Yesus terhadap orang lain merupakan teladan yang paling
utama. Pendekatannya kepada Zakheus (Lukas 19:1-10) berbeda dengan
pendekatannya kepada wanita Samaria di dekat sumur (Yohanes 4:2-42).
PerlakuanNya terhadap Andreas tidak sama dengan perlakuanNya
terhadap Petrus (Yoh 1:35-42). Undangannya kepada orang-orang untuk
mengikut Dia tidak selalu sama. (Bandingkanlah Mat 11:28-30 dengan Luk
9:23-26). Ia menghadapi setiap keadaan dengan kata-kata yang tepat dan
dalam cara yang tepat pula. Tidak ada cara pendekatan yang mutlak. Ia
tidak akan meneroboskan manusia dengan metodeNya seperti sebuah
tank. Melainkan ia mempunyai rasa sebagai seorang seniman yang
menciptakan karya yang penuh dengan keindahan.
Mungkin orang lain mau menghibur orang itu dengan kata-kata halus dan
kalimat yang sentimentil. "Oh, kau orang yang malang! Kasihan kau telah
ditipu oleh kakakmu. Tetapi, yah sudahlah, nanti semuanya akan beres."
Tetapi Yesus tidak berbuat demikian.
Seorang Pemikir
Belajar berpikir ialah belajar untuk selalu siaga, selalu memperhatikan, dan
selalu berjaga. Salomo adalah seorang yang penuh perhatian dan seorang
pemikir. Aku melalui ladang seorang pemalas dan kebun anggur orang yang
tidak berakal budi. Lihatlah, semua itu ditumbuhi onak, tanahnya tertutup
dengan jeruju, dan temboknya sudah roboh. Aku memandangnya, aku
memperhatikannya, aku melihatnya dan menarik suatu pelajaran" (Amsal
24:30-32). Ia melihat...dan belajar.
Orang yang hanya mengharapkan suapan dari orang lain akan kehilangan
banyak pelajaran yang berharga di dalam hidup ini. Jadi berusahalah agar
orang-orang yang Saudara ajar untuk memuridkan orang lain, sadar dan
waspada akan apa yang sedang terjadi disekelilingnya. Tolonglah mereka
agar dapat berpikir secara teliti tentang konsekwensi tindakan mereka. "Jika
hal ini kukerjakan, apakah akibatnya? Jika akibat itu memang terjadi,
apakah yang akan berlangsung? Apakah hasil itu yang memang kita
inginkan? Tidak? Kalau begitu jangan mengikuti cara tadi, ambil jalan lain."
Pentingnya Pemilihan
Saudara telah melayani pekerja yang berpotensi itu selama berbulan- bulan
bahkan mungkin bertahun-tahun. Saudara mengenalnya sejak ia masih
menjadi petobat baru. Saudara membentuknya dengan jalan menolongnya
sehingga ia menjadi murid yang berbuah, berpenyerahan dan berhasil.
Saudara memperlengkapinya dengan memberikannya latihan agar ia
menjadi sorang pembina seorang pembina murid. Sekarang merupakan
titik kritis dalam kehidupannya. Apakah Allah sedang memimpinnya untuk
mengambil langkah yang berikutnya, untuk menjadi pemimpin team orang-
orang yang mampu menjadikan orang lain murid Yesus?
Paling sedikit ada ciri khas dalam seorang pemimpin. Saudara perlu
mencari ciri-ciri khas itu di dalam diri seorang calon pemimpin.
Kemungkinan kelima hal itu tidak terdapat dalam kehidupan seseorang. Ia
tidak perlu menjadi seorang superman rohani. Namun jika ada dua atau tiga
sifat itu yang nyata, Saudara perlu berdoa dengan serius agar Tuhan
menunjukkan pimpinanNya dalam keterlibatan Saudara yang lebih jauh
dengan orang itu. Hal ini menjadi lebih penting lagi apabila Saudara ada di
ladang pelayanan yang subur, sedang pekerjaannya hanya sedikit sekali.
Bila memilih calon pemimpin untuk dilatih, inilah kelima ciri khas yang
Saudara cari.
Ia sadar bahwa lorong yang harus ditempuh sukar. Ia sadar bahwa akan ada
oposisi. Ia dengan rela berusaha mencapai tujuan panggilan Allah yang
luhur (Filipi 3:14). Dengan senang ia akan bersiap dan mempertaruhkan
nyawanya demi peperangan iman.
Pada suatu hari saya berbicara dengan seorang dokter muda yang
mempunyai kerinduan di dalam hatinya untuk melayani. Ia mengatakan
bahwa ia sedang merencanakan untuk membagi waktu dan perhatian yang
lebih bayak kepada satu orang tertentu. Saya bertanya apakah orang
tersebut merupakan macam orang yang dibutuhkan dalam team
pemuridannya.
(1) Ia dapat dipercaya. Hal ini bukan berarti bahwa ia tidak pernah berbuat
kesalahan. Setiap orang dapat bersalah. Tetapi ketika ia diberikan tugas, ia
akan melaksanakannya dengan baik. Seorang nabi Perjanjian Lama
menceritakan sebuah perumpamaan mengenai seorang pengawal yang
diperintahkan untuk menjaga seorang tawanan, tetapi tawanan tersebut
melarikan diri. Jawaban penjaga itu adalah, Ketika hambamu ini repot sana
sini, orang itu menghilang (1Raja 20:39-40). Masalahnya ialah bahwa ia
tidak dapat diserahi tanggung jawab. Tugas itu diberikan kepada orang
yang tidak dapat dipercayai.
Sifat macam ini penting untuk dimiliki. Seseorang bisa saja berbuat
kesalahan-kesalahan yang pandir. Namun jika ia sungguh-sungguh
berusaha berbuat yang terbaik, maka kesalahannya dapat diampuni.
Carilah orang yang sungguh-sungguh berkeinginan, bukan orang yang
hanya berniat saja.
Pada suatu ketika saya berbicara dengan seorang muda yang sedang
memimpin sebuah kelompok pemuridan. Ia bertanya kalau-kalau saya
membutuhkan teamnya untuk menolong dalam suatu proyek pelayanan.
Saya merasa bahwa tawaran itu baik sekali sehingga saya menentukan
tanggalnya. Kira-kira tiga hari sebelum saatnya tiba, ia mencari saya dan
berkata, "Pak sudah ada enam orang yang rela datang pada hari sabtu."
(5) Ia siap bekerja. Yesus tidak mengambil orang yang sedang bersantai di
tepi pantai Danau Galilea. Ia memanggil nelayan yang sedang menambal
jala mereka. Berabad-abad sebelumnya Allah memanggil Musa ketika ia
sedang menggembalakan ternak di gurun dan kemudian Daud ketika ia
sedang bekerja di ladang. Pekerjaan Kristen adalah pekerjaan yang sukar.
Jadi carilah orang yang sungguh-sungguh bekerja keras dan lebih lama.
Kemungkinan orang semacam itu memiliki bakat-bakat sebagai pemimpin.
Seorang pemain bola yang waspada tidak hanya mengikuti ke mana larinya
sang bola, tetapi juga sudut matanya akan mengawasi gerak-gerik lawan.
Inisiatif adalah salah satu ciri orang yang berhasil. Ia menyadari apa yang
harus diperbuat dan mengambil langkah untuk melakukannya. Ia tidak perlu
didorong, karena ia akan bertindak sendiri. Alkitab tidak menyebutkan
bahwa rasul Petrus "berencana" untuk menyampaikan khotbah pada hari
Pentakosta. Tetapi ketika ada kesempatan itu, ia siap di bawah kuasa Roh
Kudus. Ia berdiri, mengambil inisiatif, dan berkhotbah. Kita semua
mengetahui akan hasilnya.
(8) Ia percaya akan dirinya. Ia akan menghadapi berbagai ragam orang, dan
ia harus dapat menyesuaikan diri dengan setiap golongan. Orang-orang
kaya akan mengundangnya untuk melayani mereka; orang-orang miskin
juga membutuhkan pertolongannya. Umat Allah yang kaya dan ternama
maupun yang sederhana dan papa memerlukan pelayanannya dan akan
meminta dia agar mengulurkan tangannya menolong.
Saudara tidak mencari seorang superman dalam iman Kristen. Kita semua
mempunyai kekuatan dan kelemahan. Kita melakukan beberapa hal lebih
baik dari yang lain. Daftar tadi hanyalah semata-mata gambaran yang dapat
Saudara anggap penting bila Saudara menemukan seorang calon
pemimpin yang dapat Saudara latih.
3. Ia bersifat stabil.
Ia tahan desak-desakan yang menimpanya. Kepemimpinan itu penuh
dengan tekanan-tekanan--dari segala sisi, dari banyak orang. Ada yang
positif, dan ada yang negatif. Sebagian orang akan menuntutnya terus-
menerus agar dia berbuat lebih banyak. Yang lain, yang tidak suka akan apa
yang dilakukannya akan menyerang dia.
Saya pernah melayani di sebuah kota di mana ada seorang pendeta dari
gereja terbesar di kota itu yang mempunyai tujuan untuk menyingkirkan
seorang pekerja Kristen keluar dari kotanya. Ia mengadakan tekanan yang
bertubi-tubi terhadap orang ini--tuduhan palsu, bisik-bisik dan sebagainya.
Orang itu hampir tidak tahan lagi, namun ia tetap bertahan dan mengikuti
panggilan Tuhan. Di tengah-tengah perlawanan hebat itu, pelayanannya
berhasil dengan baik. Banyak orang yang dimenangkan bagi Kristus karena
pelayanannya itu.
Pengelolaan diri adalah sesuatu yang dapat dipelajari. Ada enam kunci bagi
pengelolaan diri.
1. Pandangan realisitik pada kemampuan pribadi.
2. Keyakinan yang kuat akan apa yang Allah ingin dilakukan.
3. Kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan menurut urutan
kepentingannya.
4. Akal sehat untuk memberikan waktu luang di antara dua proyek,
dengan menyadari bahwa seringkali pekerjaan memakan waktu lebih
daripada yang sudah direncanakan, dan juga selalu timbul gangguan
yang tidak kite perkirakan sebelumnya.
5. Kesetiaan mengatur waktu bersama dengan Allah dan
memprioritaskan keluarga.
6. Belajar bagaimana dapat fungsi dengan fleksibilitas tertentu yang
dipusatkan kepada manusia dan bukan berpusatkan proyek. Tak
seorang pun dapat menjadi pemimpin yang baik jika ia mementingkan
proyek lebih daripada orang.
Yang berikut ini adalah enam peraturan dasar yang dapat menolong
seseorang mengorganisasikan sebuah proyek atau suatu kegiatan.
Pikiran kritis tentu saja, dapat menghasilkan ide-ide kreatif, dan seringkali
memang demikian kenyataannya. Orang semacam ini melaksanakan ide-
ide baru dengan keyakinan yang kuat. Pikiran kreatif menyangkut dua
perkara: berusaha membuang sepuluh gagasan gemilang yang memasuki
pikirannya, memilih satu yang terbaik, dan melaksanakan ide itu dengan
keyakinan bahkan dengan penuh kegairahan.
Hal yang terbaik jika kedua macam sifat ini akan dapat bertemu ialah
dengan mencari pasangannya di dalam team. Disinilah nanti akan terlihat
bagaimana aneka ragam bakat dan kemampuan muncul dan berjalan. Jika
seorang pemimpin mengisi teamnya dengan orang-orang yang mempunyai
pendapat yang sama seperti dia, itulah suatu kesalahan besar. Mungkin
lebih baik jika ia mempunyai teman dekat mempunyai pandangan yang
berlawanan dalam kepribadian, bakat, dan kemampuannyaa. Demikianlah
teamnya akan menjadi lebih seimbang. Yesus mempraktekkan prinsip ini.
Jadi kelima hal di atas merupakan sifat yang harus dicari dalam seorang
calon pemimpin. Pemimpin team pembina murid merupakan fungsi yang
penting bagi pelayanan Kristus dan harus dipilih melalui banyak
pengamatan dan doa.
Unsur Waktu
Waktu bersama itu dipakai untuk menyelidiki isi Alkitab dan membahas
ajarannya, dan berkat-berkatnya. Hendaklah ada waktu bersama di dalam
doa dan perencanaan. Saudara tentu ingin membagi-bagikan perjuan
pribadi Saudara, kemenangan dan kekalahan Saudara, sebagaimana
adanya.
Beberapa tahun yang lalu saya bekerja dengan dua pemuda yang
menunjukkan kemampuan yang besar. Saya mengasihi kedua orang
tersebut dan merindukan agar mereka menempati kedudukan dalam
pelayanan Kristus. Kami mengadakan waktu berjam-jam, berhari-hari,
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun bersama-sama. Kami menyelidiki
Alkitab. kami berdoa. Kami bepergian ke pertemuan-pertemuan akhir
minggu dan ke ritrit-ritrit gereja. Tetapi justru ketika saya merasa bahwa
mereka sudah maju, salah satu atau keduanya melakukan sesuatu yang
sangat mengecewakan dan yang hampir tidak dapat saya percayai.
Lalu saya memulai lagi. Tidak terhitung waktu yang telah dipakai untuk
berdoa bagi mereka. Sesudah banyak tahun dilewati dalam kesukaan,
kegembiraan, kekecewaan dan kemenangan, mereka akhirnya mempunyai
tanggung jawab yang besar di dalam pekerjaan Tuhan. Mereka menjadi
pembina murid dalam arti yang sebenarnya. Namun hal itu memakan waktu
yang banyak sekali.
Sekali lagi, kiranya Saudara akan mempelajari kesembilan tujuan ini dan
menentukan yang mana Saudara butuhkan. (Dengan orang yang berbeda
Saudara memerlukan perangkat tujuan yang berbeda pula.) Boleh
menambahkan atau mengurangi beberapa; sesuaikanlah dengan keadaan
jika Saudara merasa perlu. Namun, ingatlah, dalam bentuk apapun juga
sifat-sifat ini harus menjiwai seorang pemimpin team yang menjadikan
murid.
Tujuan pertama ini merupakan lanjutan daripada apa yang telah Saudara
mulai pada waktu Saudara melayani orang baru pertama kali bertobat
kepada Kristus. Saudara telah bekerja untuk memperkembangkan
kehidupan rohaninya, kekuatan dalam wataknya, dan pengetahuannya
tentang Allah. Kuncinya ialah pengertian dan pengenalan akan Allah.
Janganlah orang bijaksana bermegah karena kebijaksanaannya, janganlah
orang kuat bermegah karena kekuatannya, janganlah orang kaya
bermegah karena kekayaannya, tetapi siapa yang mau bermegah, baiklah
bermegah karena yang berikut: bahwa ia memahami dan mengenal Aku,
bahwa Akulah Tuhan yang menunjukkan kasih setia, keadilan dan
kebenaran di bumi; sungguh semuanya itu Kusukai, demikianlah Firman
Tuhan (Yeremia 9:23-24). Demikianlah Rasul Paulus juga mendambakan
pengenalan akan Allah yang makin mendalam bagi kehidupannya sendiri
(Filipi 3:10).
Jika orang itu akan dipakai Allah sebagai seorang pemimpin kelompok
pembina murid, kehidupannya harus dihayati dalam persekutuan dengan
Yesus Kristus. Sumber pimpinan, hikmat, kekuatan dan kuasa rohani
berasal dari Allah sendiri. Mungkin ia sudah mengikuti beberapa seminar;
mungkin ia sudah membaca bertumpuk-tumpuk buku yang dikarang oleh
orang- orang kenamaan; tetapi kecuali ia terus-menerus mencari Tuhan,
semua pelayanannya akan menjadi sia-sia.
Sebenarnya hal itu merupakan panggilan Allah yang luhur dan terhormat.
Berbeda dengan anggapan umum bahwa untuk melayani Tuhan dengan
efektif Saudara harus menjadi pekerja Kristen yang sepenuh waktu. Pada
waktu nama orang-orang suci Allah dipanggil kelak, yang akan berdiri dan
dihitung adalah hampir semua orang awam (Ibrani 11:1-40). Nabi Samuel
didaftarkan di antaranya, namun pahlawan-pahlawan iman yang lainnya
adalah orang-orang biasa yang melayani Allah melalui liku-liku kehidupan
sehari-hari.
Kemungkinan besar bahwa beberapa dari orang yang Saudara latih akan
merasakan panggilan Allah dalam hidupnya untuk menjadi pelayan
sepenuh waktu. Mereka membutuhkan bimbingan tentang pendidikan
theologia yang lebih lanjut. Rundingkanlah dengan mereka di dalam
suasanan doa.
Pola yang umum adalah sebagai berikut: kebanyakan murid Saudara akan
tetap sebagai orang awam; beberapa akan masuk ke dalam pelayanan
sepenuh waktu. Baiklah saya tekankan sekali lagi: mereka yang dipanggil
untuk melayani Tuhan sebagai orang awam memiliki panggilan yang sama
tinggi dan terhormat dengan rekan-rekannya kaum pendeta. Mereka bukan
golongan warga kelas dua.
Mengembangkan Kekuatannya
Jika saya hanya melihat titik-titik kekuatan seseorang yang saya latih, saya
merasa lebih terlibat dan akan memandang pekerjaan itu sebagai
pekerjaan mereka, yang memang seharusnya begitu. Tetapi kurang
bijaksanalah pemimpin yang hanya memberi pengumuman kepada orang-
orangnya akan apa yang harus mereka perbuat tanpa memberi
kesempatan kepada mereka untuk mengutarakan buah pikirannya dan
mendiskusikannya sehingga sampai kepada pengambilan keputusan. Ia
dapat mengikut-sertakan usaha mereka tetapi bukan hatinya. Sangat
bermanfaat bagi seorang pemimpi untuk melibatkan setiap anggota team
dalam membicarakan bersama-sama rencana yang akan dibuat karena
dengan demikian akan melibatkan juga banyak buah pikiran yang baik dari
orang lain. Mereka pasti akan sampai kepada perencanaan yang lebih baik
jika mereka dapat menyumbangkan pikiran mereka bersama-sama.
Mereka akan bekerja dengan lebih rajin jika pekerjaan itu adalah rencana
kita.
Praktek. Salah satu cara terbaik untuk melatih orang dalam kepemimpinan
adalah dengan memberi apa yang sudah diperoleh sebelumya dalam
latihan, disertai pengawasan seperlunya. Hal ini akan menumbuhkan rasa
percaya diri. Juga akan dapat melihat mana kekuatan dan kelemahan yang
ada pada dirinya. Kemudian Saudara dapat bersama-sama dengan dia
membuat rencana sederhana untuk meningkatkan kekuatan-kekuatan
yang ada pada dirinya dan memperbaiki kelemahan-kelemahannya.
Saran-saran. Untuk menolong dia menjadi efektif, ada beberapa hal yang
Saudara dapat melakukan untuk memperkembangkannya di dalam
suasana di mana ia akan berjuang dan bertumbuh sebagai seorang
pemimpin. Hal-hal ini adalah hasil pengalaman saya pribadi, dan
kebanyakan saya dapatkan melalui perjuangan yang berat.
memerlukan pelatih lain untuk melihat hal-hal yang tidak saya lihat. Ia dapat
menolong saya karena ia tidak terlibat secara subyektif dengan orang yang
saya latih itu. Cukup menarik perhatian bahwa istri saya sangat membantu
saya dalam bidang ini. Kaum wanita sering dapat melihat apa yang tidak
dapat dilihat oleh orang laki-laki, dan saya telah belajar untuk menghargai
pengamatan istri saya. Pertolongan dari orang lain secara obyektif akan
menolong saya membangun dan menguatkan orang-orang yang saya latih.
Sikap. Yang paling penting dalam semua hal ini adalah sikapnya. Ia perlu
dijaga agar jangan menjadi besar kepala, karena hal itu dapat mematikan.
Sangat mudah bagi dirinya, meskipun dalam tingkat sedini ini, untuk
dipenuhi dengan kesombongan sehingga bisa dimanfaatkan oleh si Iblis.
Tolonglah calon pemimpin itu untuk maju dalam imannya. Berikan proyek-
proyek yang menyebabkan dia bergantung kepada Allah saja. Saya ingat
pertama kali saya bertanggung jawab untuk menjual buku pada suatu
pertemuan akhir minggu. Rupanya tugas itu merupakan sesuatu yang
hebat bagi saya. Saya berdoa. Saya mencari keterangan dari orang-orang
yang pernah melakukannya. Saya mencoba mengumpulkan daftar buku
lama yang laku. Saya menyelidiki daftar-daftar buku baru yang dikarang
oleh orang- orang yang pernah melayani kami. Hasilnya ialah bahwa Allah
ikut campur tangan sehingga pelayanan menjual buku selama akhir minggu
itu berhasil sekali. Pengalaman itu sungguh-sungguh memperluas iman
saya.
Yesus menantang iman murid-muridNya. Di Tasik Galilea, ketika badai
menimpa dan gelombang menempas perahu kecil itu dan mengisinya
dengan air, iman para rasul itu gugur. Dan mereka berteriak Guru, Guru, kita
binasa (Lukas 8:24). Setelah Yesus menenangkan mereka dan juga badai
itu, Ia bertanya mengapa mereka takut dan Di manakah kepercayaanmu?
(Lukas 8:25). Ruang kelasNya adalah perahu; kurikulumNya adalah badai;
pelajaranNya tentang iman. Melalui semua hal itu mereka ditolong dan
dikuatkan.
Salah satu jalan terbaik untuk melatih orang melebihi kemampuan dan
kecakapannya yang ada sekarang ialah dengan jalan menyuruhnya
berbuat sesuatu. Yesus melaksanakan hal itu. ia memanggil keduabelas
murid itu dan mengutus mereka berdua-dua (Markus 6:7).
Sangat penting bagi seorang pemimpin muda untuk menjadi orang yang
bijaksana. Ketika ia memulai pelayananya sendiri, ada banyak tuntutan
yang akan menghabiskan waktunya. Raja Salomo berkata: Orang yang tak
berpengalama percaya kepada setiap perkataan, tetapi orang yang bijak
memperhatikan langkahnya (Amsal 14:15).
Musa, hamba Allah itu, berdoa demikian: Masa hidup kami tujuh puluh tahun
dan jika kami kuat, delapan puluh atahun, dan kebanggaannya adalah
kesukaraan dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami
melayang lenyap...Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian,
hingga kami beroleh hati yang bijaksana...Kiranya kemurahan Tuhan, Allah
kami, atas kami, dan teguhkanlah perbuatan tangan kami, ya, perbuatan
tangan kami, teguhkanlah itu. (Mazmur 90:10,12,17).
Belajar Kemahiran Berkomunikasi
Marilah kita memikirkan ongkos dan latihan ini dari kacamata seorang
gembala sidang yang bertanggung jawan bagi kawanan domba Allah. Rasul
Paulus menyatakan demikian: Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak
bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan
tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela ditengah-
tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu
bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia, sambil
berpegang pada firman kehidupan, agar aku dapat bermegah pada hari
Kristus, bahwa aku tidak percuma berlomba dan tidak percuma bersusah-
susah (Filipi 2:14-16).
Pada bagian ini sang rasul membesarkan hati orang di Filipi untuk
melaksanakan pekerjaan dengan bersukacita dan jangan menghabiskan
waktu dengan bersungut-sungut dan mengeluh. Ia menasihita mereka agar
melakukan hal itu pada waktu mereka membagikan Firman Tuhan kepada
orang lain.
Alasan mengapa dia sangat prihatin akan hal ini ialah karena ketakutannya
bahwa ia telah bekerja dengan sia-sia. Ini betul-betul membagikan Firman
Tuhan kepada orang lain, Paulus akan merasa bahwa segala pekerjaannya
itu sia-sia saja?
Yohanes menulis perkataan yang agak bersamaan maksudnya, Maka
sekarang, anak-anakku, tinggalah di dalam Kristus, supaya apabila ia
menyatakan diriNya, kita beroleh keberanian percaya dan tidak usah malu
terhadap Dia pada hari kedatanganNya (1Yohanes 2:28). Bukankah dia
berkata bahwa kecuali orang-orang ini belajar untuk tetap berpaut kepada
Kristusnya yaitu, bersekutu dengan Dia setiap hari melalui FirmanNya dan
doa sang rasul akan merasa malu bertemu dengan Kristus pada waktu Ia
datang?
Pernah saya bacakan ayat ini dengan seorang kawan saya yang
menggembalakan sebuah jemaat di pinggiran sebuah kota besar. Ia
membaca dan membaca ulang Filipi 2:16 dan 1Yohanes 2:28 dan hampir
merasa sakit. Ia memandang saya dan berkata, "LeRoy, apa yang saya
lakukan? Saya tidak melatih umat saya untuk membagikan Firman Tuhan
kepada orang lain atau untuk hidup dalam persekutuan bersama Kristus."
Dalam hubungan ini, coba perhatikan baik-baik apa yang dikatakan dalam
1Yoh 2:12-14. Ia memulai dengan menulis kepada anak-anak, orang yang
baru mengerti bahwa dosanya telah ditebus. Ia juga menulis kepada
mereka karena mereka telah mengenal Bapa. Kemudian ia menulis kepada
bapa-bapa, yaitu mereka yang telah sungguh-sungguh mengenalNya.
Akhirnya ia berbicara kepada anak muda dan mengingat mereka bahwa
mereka kuat dalam Firman Allah dan telah mengalahkan si jahat. Anak-anak
baru mengenal Bapa; orang muda melalui Firman Allah dapat mengalahkan
si jahat; dan bapak-bapak kenal Allah secara intim.
Hal ini mengingatkan kita akan bagian yang ditulis oleh Rasul Paulus
kepada orang-orangdi TEalonika, Dan karena itulah kami tidak putus-
putusnya mengucap syukur juga kepada Allah, sebab kamu telah menerima
Firman Allah yang kami beritakan itu, bukan sebagai perkataan manusia,
tetapi--dan memang sungguh-sungguh demikian--sebagai firman Allah,
yang bekerja juga di dalam kamu yang percaya (1Tes 2:13). Paulus berkata
bahwa Firman Allah sekarang sedang bekerja di dalam mereka laksana
sebuah dinamo yang besar, menghasilkan kekuatan yang melebihi
kekuatan manusia yang biasa. Pada suatu hari saya jelaskan kebenaran ini
kepada seorang pendeta, dan ia mengatakan kepada saya "LeRoy,
rupanya Saudara seorang fanatik dalam menarik orang kepada Firman
Tuhan dan menanamkan Firman Tuhan ke dalam hidup mereka".
Masalahnya ialah bahwa hal itu tidak bisa diterima secara obralan. Tidak
pula dapat dilakukan melalui suatu program tertentu. Hal itu hanya dapat
diperoleh melalui perhatian secara pribadi kepada manusia dengan
menolong mereka menerapkan apa yang telah diperolehnya dan
melakukan prinsip-prinsip yang telah dibicarakan di atas sehingga menjadi
bagian hidup mereka sehari-hari.
Satu masalah yang lain adalah pilih kasih. Gembala sidang harus berusaha
untuk menghindari diri agar tidak dikritik karena seolah-olah
menganakemaskan beberapa orang. Pada suatu kali saya menantang
seorang pendeta muda untuk mencari orang-orang yang paling baik di
dalam sidangnya dan mulai menolong mereka dalam kehidupan doanya
dan mengajar mereka bagaimana mencari orang-orang yang paling baik di
dalam sidangnya dan mulai menolong mereka dalam kehidupan doanya
dan mengajar mereka bagaimana mencari makanan Firman Allah sendiri.
Namun ia kuatir tentang masalah pilih kasih ini. Sehingga saya
menyarankan agar dia memberi pengumuman kepada seluruh anggota
gerejanya dalam kebaktian Minggu pagi bahwa ia bermaksud memulai
sebuah kelompok pemuridan setiap hari Senin pagi pukul lima dan terbuka
bagi setiap anggota yang mau datang. Ia sebenarnya telah mempunyai dua
tiga calon dalam pikirannya. Sebagai tambahan kepada undang-undang
yang telah diumumkannya kepada seluruh sidangnya, ia menghubungi
mereka secara pribadi dan mendorong mereka untuk datang. Setiap orang
mengetahui bahwa sekarang sedang berlangsung suatu kelas pemuridan,
dan setiap orang diberi kesempatan untuk menghadirinya.
Salah satu jalan terbaik bagi seorang gembala sidang untuk memulai
pelayanan semacam ini ialah dengan meprioritaskannya kepada para
penatua atau diakon. Gembala yang ingin berhasil dalam pemuridan
banyak anggota gereja harus memulainya dengan kepemimpinan yang
sudah ada. Para penatua atau diakon adalah orang-orang yang tepat untuk
mulai. Jika orang-orang semacam ini dapat dijangkau dan dilatih, pendeta
akan membungkamkan tukang kritik dan hal-hal negatif lainnya dari
anggota jemaat.
Hal lain yang dapat diperbuat oleh pendeta ialah dengan menggunakan
kreativitas dalam menentukan bagaimana ia dapat memperlengkapi
dengan baik organisasi dan program-program yang sudah ada untuk
menolong tujuan pemuridannya. Organisasi di dalam gereja seperti
Sekolah Minggu, kaum wanita dan kaum pria dapat dibimbing supaya
membantu program pemuridan. Pemuridan yang sesungguhnya tidak
dapat dilakukan secara besar-besaran melalui organisasi yang sudah besar
ini, tetapi kita harus menyadari bahwa banyak pria dan wanita yang setia
akan muncul dari kelompok tersebut.
Kesaksian pendeta itu memberikan gambaran kepada kita bahwa tidak ada
peraturan tertentu yang harus diikuti. Yang haru kita perbuat adalah
menggunakan setiap situasi dan mulai dari sana dengan usaha penuh dan
daya cipta. Jika para diakon atau penatua menyukai dan menyambutnya,
maka kita harus melatih mereka dalam kepemimpinan. Namun jika mereka
tidak melihat kegunaannya, barangkali Allah akan memakai orang lain di
dalam sidang yang akan menyambutnya.
******
Beberapa dari bahan yang ada di dalam buku ini mungkin tidak sesuai
dengan situasi di tempat Saudara sekarang. Mungkin Saudara berharap
agar saya bisa membicarakan beberapa hal secara lebih terperinci.
Memang sukar sekali untuk membayangkan setiap situasi yang mungkin
terjadi. Kemungkinan besar ada beberapa hal yang tidak cocok dengan
pelayanan Saudara.
Meskipun ada banyak hal yang tidak dapat diterapkan, kiranya Saudara
akan berusaha menerapkan beberapa di dalam hidup Saudara sendiri dan
di dalam pelayanan Saudara. Biarlah buku ini merupakan buku referensi
tentang suatu metode yang telah berhasil di seluruh dunia dan yang
didasarkan pada ajaran Firman Tuhan. Kiranya Roh Kudus akan
menggunakannya untuk mengangkat ribuan pekerja yang bermutu rohani
tinggi bagi kemuliaan Tuhan Yesus Kristus.
LAMPIRAN 1
TUJUAN-TUJUAN PEMBINAAN MURID
KRISTUS
1. KEYAKINAN KESELAMATAN
Tujuan:
Murid dengan yakin dapat menjelaskan kepada orang lain keyakinan
keselamatannya sendiri yang berdasarkan pada iman pribadi dalam Kristus
dan satu atau lebih banyak janji dari Firman Tuhan.
Firman:
1. 1Yohanes 5:13 --
2. Yohanes 1:12-13 --
3. 1Yohanes 5:11-12 --
4. Roma 8:16 --
5. Yohanes 5:24 --
Kegiatan:
1. 1Yohanes 5:13 -- Kita dapat tahu bahwa kita memiliki hidup kekal
2. Yohanes 1:12-13 -- Berdasarkan pada pekerjaan Kristus
3. 1Yohanes 5:11-12 -- Janji dari Firman Allah
4. Roma 8:16 -- Kesaksian Roh
5. Yohanes 5:2 -- Sudah pindah dari mati kepada hidup.
Bahan:
2. WAKTU TEDUH
Tujuan:
Setiap hari ia akan mengadakan waktu yang berisi pembacaan Firman
Tuhan dan Doa.
Firman:
1. Markus 1:35 --
2. Kejadian 19:27 --
3. Keluaran 34:2-3 --
4. Mazmur 5:4 --
5. Daniel 6:11 --
6. 1Korintus 1:9 --
Kegiatan:
Bahan:
Tujuan:
Dia tahu bagaimana mengalami kemenangan atas pencobaan melalui
ketergantungan kepada Roh Kudus dan janji dari Firman Tuhan. Ini
dibuktikan dengan kesaksiannya yang jelas tentang kemenangannya baru-
baru ini atas suatu pencobaan yang tertentu.
Firman:
1. 1Korintus 10:13 --
2. 1Korintus 15:57 --
3. Yesaya 41:13 --
Kegiatan:
Firman:
Tujuan:
Dia mengambil langkah untuk bercerai dari dosa dengan menghindarinya,
menghafalkan Firman Tuhan seperti 2Korintus 6:17,18, mendoakannya,
dan meminta didoakan oleh orang lain.
Firman:
1. 1Yohanes 1:5-2:2 --
2. Yakobus 1:12 --
3. 2Timotius 2:19-22 --
4. Roma 6:12-14 --
5. 1Yohanes 2:15-16 --
6. Roma 12:2 --
Kegiatan:
Firman:
5. PERSEKUTUAN KRISTEN
Tujuan:
Ia mengikuti kegiatan-kegiatan gereja, kelompok pemahaman Alkitab dan
kelompok doa dengan setia.
Firman:
1. Kisah 2:42 --
2. 1Yohanes 1:3 --
3. Ibrani 10:24-25 --
4. Mazmur 122:1 --
Kegiatan:
Firman:
Bahan:
Tujuan:
Ia sedang mempelajari kitab-kitab dalam Alkitab dan menyatakan
keyakinannya bahwa Alkitab adalah Firman Allah.
Firman:
1. 2Timotius 3:16-17 --
2. 2Petrus 1:21 --
3. Matius 22:29 --
4. Mazmur 19:8-12 --
5. Mazmur 119:105 --
Kegiatan:
Firman:
Bahan:
Tujuan:
Ia akan mendengarkan Firman Tuhan dikhotbahkan dan diajarkan dan akan
mencatat paling sedikit satu khotbah seminggu.
Firman:
1. Amsal 28:9 --
2. Yeremia 22:29 --
3. Lukas 19:48 --
Kegiatan:
Firman:
Bahan:
8. MEMBACA FIRMAN
Tujuan:
Dia akan membaca Alkitab secara teratur.
Firman:
1. 1Timotius 4:13 --
2. Wahyu 1:3 --
3. Ulangan 17:19 --
Kegiatan:
Firman:
Bahan:
9. MENYELIDIKI FIRMAN
Tujuan:
Dia akan secara teratur menyelesaikan penyelidikan Alkitab pada
waktunya.
Firman:
1. Kisah 17:11 --
2. Amsal 2:1-5 --
3. Ezra 7:10 --
Kegiatan:
Firman:
Tujuan:
Dengan teratur ia menghafalkan ayat-ayat dan mengulangi ayat-ayat yang
sudah dihafal.
Firman:
1. Kolose 3:16 --
2. Ulangan 6:6-7 --
3. Matius 4:4 --
4. Mazmur 37:31 --
5. Amsal 7:1-3 --
Kegiatan:
Firman:
Bahan:
Tujuan:
Ia dapat menjelaskan arti merenungkan Firman dan berkat-berkat pribadi
dari merenungkan ayat yang baru-baru ini dihafal.
Firman:
1. Mazmur 1:1-6 --
2. Yosua 1:8 --
3. Yeremia 15:16 --
4. Filipi 4:8 --
Kegiatan:
Firman:
Bahan:
1. Pedoman Kehidupan Kristen, halaman II-3 s/d II-6; V-5 s/d V-8.
2. Pelajaran Kehidupan Kristen, Buku 3, pasal 3, pertanyaan 24 s/d 27
Tujuan:
Ia menyatakan keinginannya untuk menerapkan Firman Tuhan dengan
menulis dan menyelesaikan satu atau lebih penerapan yang tertentu.
Firman:
1. Yakobus 1:22-25 --
2. Mazmur 119:59-60 --
3. 2Timotius 3:16-17 --
4. Lukas 6:46-49 --
Kegiatan:
Firman:
Bahan:
1. Pedoman Kehidupan Kristen, halaman II-3 s/d II-6; V-2 s/d V-28
2. Pemuridan I,II
13. DOA
Tujuan:
Ia menunjukkan kehidupan doa yang konsekwen dengan berdoa setiap hari
minimum sepuluh menit dan mengikuti kelompok doa dengan semangat.
Firman:
1. 1Tesalonika 5:17 --
2. Yohanes 17:1-26 --
3. Yakobus 5:17 --
4. Filipi 4:6-7 --
5. Matius 21:22 --
6. 1Yohanes 3:22 --
7. 1Yohanes 5:14-15 --
8. Matius 6:6 --
Kegiatan:
Firman:
Bahan:
Tujuan:
Ia telah menyiapkan sebuah kesaksian tertulis yang dapat diceritakan
dalam waktu tiga menit termasuk paling sedikit satu ayat Firman Tuhan dan
telah menceritakannya paling sedikit kepada dua orang yang bukan Kristen
dalam jangka waktu satu bulan.
Firman:
1. Lukas 8:38-39 --
2. Kisah 26:1-23 --
3. Yohanes 9:25 --
4. 1Yohanes 1:3 --
Kegiatan:
Firman:
Bahan:
Tujuan:
Ia membuktikan penyerahannya kepada ketuhanan Kristus dengan
membiarkan Kristus menguasai paling sedikit satu bidang kehidupan yang
belum diserahkan.
Firman:
1. Lukas 6:46 --
2. Roma 12:1-2 --
3. Kolose 1:18 --
4. Ibrani 1:2 --
Kegiatan:
Firman:
Bahan:
16. IMAN
Tujuan:
Ternyata bahwa dia percaya kepada Tuhan untuk kebutuhan-kebutuhan
yang khusus.
Firman:
1. Ibrani 11:6 --
2. Efesus 6:16 --
3. 1Yohanes 5:4-5 --
4. Roma 4:20-21 --
Kegiatan:
Firman:
17. KASIH
Tujuan:
Ia menunjukkan kasih bagi orang-orang lain dengan jalan memperhatikan
mereka, bertindak dalam sikap mengasihi, dan berbuat sesuatu untuk orang
yang membutuhkannya (paling sedikit seminggu satu kali).
Firman:
1. Yohanes 13:34-35 --
2. 1Yohanes 3:17-18 --
3. Yohanes 15:13 --
4. 1Korintus 13:4-7 --
5. 1Yohanes 4:7-21 --
Kegiatan:
Firman:
Bahan:
18. LIDAH
Tujuan:
Ia mengendalikan lidahnya.
Firman:
1. Efesus 4:29 --
2. Amsal 26:20 --
3. Amsal 18:6-7 --
4. Mazmur 71:15 --
5. Kolose 4:6 --
6. Yakobus 1:26 --
7. Yakobus 3:1-12 --
Kegiatan:
Firman:
Bahan:
Tujuan:
Ia menunjukkan pertumbuhan dalam penggunaan waktu yang efektif dan
efisien dengan merencanakan dan mengikuti jadwal waktu.
Firman:
1. Efesus 5:15-17 --
2. Mazmur 90:10,12 --
3. Pengkhotbah 3:1 --
4. Yakobus 4:13:14 --
5. Roma 13:11 --
6. Amsal 31:27 --
Kegiatan:
Firman:
Bahan:
Tujuan:
Ia menceritakan bagaimana ia mengambil suatu keputusan besar dengan
menggunakan prinsip-prinsip Alkitab untuk mengetahui kehendak Allah.
Firman:
1. Mazmur 119:105 --
2. Amsal 15:22 --
3. Yohanes 16:13 --
4. Roma 12:1-2 --
Kegiatan:
Firman:
Bahan:
21. KETAATAN
Tujuan:
Terbukti bahwa ia terus belajar menjadi orang Kristen yang taat karena dia
melakukan penerapan-penerapan dari penyelidikan Alkitabnya.
Firman:
1. Yohanes 14:21 --
2. Ayub 17:9 --
3. Yohanes 15:10,14 --
4. 1Samuel 15:22 --
5. Yakobus 4:17 --
6. Yohanes 14:23 --
7. Mazmur 119:59-60 --
Kegiatan:
Firman:
Tujuan:
Ia dapat menjelaskan dengan Alkitab siapakah Roh Kudus dan bagaimana
Ia menolong kita dalam kehidupan tiap hari. Ia dapat menjelaskan pada
orang lain bagaimana berjalan dalam Roh.
Firman:
1. Yohanes 14:16-17 --
2. Roma 8:26 --
3. Yohanes 16:7-11 --
4. Galatia 5:22-23 --
5. Efesus 5:18 --
6. Roma 8:5-6 --
7. Roma 12:38 --
8. Zakharia 4:6 --
9. Roma 8:16-17 --
10. Yohanes 15:26-27 --
11. Galatia 5:16 --
Kegiatan:
Firman:
Bahan:
23. IBLIS
Tujuan:
Ia menyatakan kemenangan pribadi atas iblis dengan menggunakan doa
dan Firman Tuhan. Ia bersaksi bagaimana ia mengatasi suatu serangan
iblis dalam hidupnya dengan menggunakan Firman Tuhan. Ia berdoa
melawan iblis sebagai musuh rohani pribadi.
Firman:
1. Efesus 6:10-18 --
2. 2Korintus 10:3-5 --
3. 1Yohanes 4:4 --
4. 1Petrus 5:8,9 --
5. Yohanes 8:44 --
6. Yesaya 14:12-15 --
7. 2Korintus 2:11 --
8. 1Yohanes 3:8 --
9. 2Korintus 4:3-4 --
10. Matius 4:4 --
Kegiatan:
Firman:
Bahan:
Tujuan:
Ia mengetahui dosa yang ada dalam kehidupannya, dan membuat rencana
untuk mendapatkan kemenangan dan sedang maju terus.
Firman:
1. Kolose 3:9-10 --
2. 1Petrus 1:14-16 --
3. Efesus 6:10-20 --
4. Roma 13:14 --
5. Markus 14:38 --
6. 1Yohanes 1:9 --
Kegiatan:
Firman:
Bahan:
Tujuan:
Ia dapat menjelaskan kepada orang lain keyakinan pribadinya mengenai
pengampunan dosanya yang berdasarkan pada satu atau lebih banyak janji
dari Firman Allah.
Firman:
1. 1Yohanes 1:9 --
2. Mazmur 32:1 --
3. Matius 5:23-24 --
4. Matius 18:15 --
Kegiatan:
Firman:
Firman:
Tujuan:
Ia telah menyatakan kesadaran baru mengenai kedatangan kembali Tuhan
Yesus dan dapat menunjukkan bagian-bagian Alkitab yang bersesuaian.
Firman:
1. 1Tesalonika 4:16-17 --
2. Yohanes 14:2-3 --
3. 1Yohanes 3:2,3 --
4. Titus 2:11-14 --
5. Wahyu 19:11-16 --
Kegiatan:
1. Menanyakan kepada dia apa yang sekiranya dia mau mengerjakan jika
umpamanya dia tahu bahwa Kristus akan datang hari ini.
2. Menceritakan bagaimana kedatangan Kristus yang kedua kali
mendorong Saudara.
3. Menyelidiki bersama-sama beberapa bagian Alkitab tentang
kedatangan Tuhan Yesus kedua kalinya, misalnya 1Tesalonika 4:13-18.
Firman:
Tujuan:
Ia mengambil inisiatip untuk memberitakan Injil dengan jelas dan dengan
menggunakan Firman Allah.
Firman:
1. Kolose 1:28-29 --
2. Roma 1:16 --
3. 2Timotius 4:1-2 --
4. Amsal 11:30 --
5. Kisah 8:35 --
6. Amsal 28:1 --
7. Yohanes 4:1-42 --
8. 1Korintus 15:3-4 --
9. Lukas 19:10 --
Kegiatan:
Firman:
Bahan:
Tujuan:
Ia telah mulai berdoa supaya Allah memberikan kepadanya seorang Kristen
baru untuk dibimbing (follow-up, tindak lanjut).
Firman:
1. Kolose 1:28 --
2. 3Yohanes 1:4 --
3. 2Timotius 2:2 --
4. 2Timotius 1:3 --
Kegiatan:
Firman:
29. PEMBERIAN
Tujuan:
Ia memberi uang dan sebagainya secara teratur bagi pekerjaan Tuhan.
Firman:
1. Amsal 3:9-10 --
2. 2Korintus 9:6-8 --
3. Lukas 6:38 --
4. Amsal 3:27 --
5. Galatia 6:6 --
6. Maleakhi 3:10 --
7. Amsal 11:24-25 --
8. 2Korintus 8:9 --
Kegiatan:
Firman:
Tujuan:
Ia menunjukkan perhatian dan keprihatinan dalam visi dunia melalui doa
mingguan bagi utusan-utusan Injil dan orang-orang di lain daerah dan
negeri. Ia memberi persembahan bagi pengutusan Injil.
Firman:
1. Matius 9:35-38 --
2. Matius 28:19-20 --
3. Markus 16:15 --
4. Yohanes 20:21 --
5. Lukas 24:47 --
6. Yesaya 6:8 --
Kegiatan:
Firman:
Allah -- TRITUNGGAL
Bahan:
Pokok-pokok Kepercayaan Orang Kristen, pasal 2
KELUARGA KRISTEN
Bahan:
KARUNIA ROHANI
Bahan:
Pedoman Kehidupan Kristen, halaman VIII-1 s/d VIII-8
DAFTAR BUKU-BUKU
YANG DISARANKAN DALAM LAMPIRAN I
Proses pertama ialah penginjilan. Kita taat kepada perintah Kristus dan
bersaksi tentang Dia dan pekerjaanNya dalam kehidupan kita. Pergilah
keseluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk (Markus 16:15).
Hasil proses ini adalah seorang calon murid, seorang petobat, bila Tuhan
memberkati kita dalam pelayanan pemberitaan Injil.
Proses yang terakhir ialah pelipatgandaan, yaitu latihan secara intensip dan
perseorangan menurut teladan Tuhan Yesus. Ia menetapkan dua belas
orang untuk menyertai Dia dan untuk diutusNya memberitakan Injil (Markus
3:14). Dalam latihan kepemimpinan ini, kita menerapkan prinsip menyertai
dia dan memakai waktu banyak dan yang bermutu membimbing calon
pemimpin supaya mencapai tujuan-tujuan latihannya. Hasilnya seorang
pemimpin yang dapat melipatgandakan semua proses tersebut. Dia dapat
menginjili orang luar, membina murid Yesus, mengarahkan murid, dan
melatih pembina murid secara intensip. Hasilnya ialah pemimpin-pemimpin
untuk regu-regu pembinaan murid Yesus. Akhirnya, seorang pemimpin
yang bersifat pelayan dapat di bawah pimpinan Roh Kudus
melipatgandakan semacam pelayanan seperti yang pernah membina dia
sendiri.
Lampiran ini memuat sebuah garis besar ciri khas untuk tiap langkah dalam
proses pembinaan murid. Saudara dapat memakainya dalam penilaian
kemajuan Saudara dan murid Saudara dalam tiap proses.
1. Ternyata oleh sikapnya dan perbuatannya bahwa dia memiliki hidup baru
(2Korintus 5:17).
2. Dia bersikap baik terhadap Tuhan Yesus Kristus.
3. Dia bersikap negatip terhadap dosa.