Braja M. Das
Noor Endah
lndrasurya B. Mochtar
Jilid 2
(Prinsip-prinsip
Rekayasa Geoteknis)
Alih Bahasa:
KATA PENGANTAR ......... . ....... ..................... ..... ...... ... ................ ....... ......... ... ........ ............. ... ....... ix
Bab 9 Kekuatan Geser Tanah .............. ..... .... .................. ................................. ..... ..... 1
9-1 Kriteria Keruntuhan Menurut Mohr - Coulumb .......................... ..... ............... . 1
Kemiringan Bidang Keruntuhan AJdbat Geser .................... ...................... 3
Hukum Keruntuhan Geser pada Tanah Jenuh Air ............................... ..... 4
9-2 Penentuan Parameter-parameter Kekuatan Geser Tanah di Laboratorium ....... 5
Uji Geser Langsung Kondisi Air Teralirkan (Drained) pada Pasir dan .
Lempung Jenuh Air..................................................................................... 8
Ulasan Umum tentang Keterandalan Uji Geser Langsung ................ ....... 10
9-3 Uji Geser Triaksial ..... ............... ......................... .......................................... ....... 10
Uji Air-Teralirkan Terkonsolidasi (Consolidated-drained Test)............... 11
Sudut Geser Kondisi Air Teralirkan (Drained) untuk Tanah Lempung
Terkonsolidasi Normal (Normally Consolidated Clay)........ ..................... 17
Uji Air-Termampatkan Terkonsolidasi (Consolidated-Undrained Test) .. 17
Uji Air-Termampatkan- Tak Terkonsolidasi (Unconsolidated-Undrained) 22
9-4 Uji Teka:nan Tak Tersekap pada Tanah Lempung Jenuh Air .. .. ...................... 24
9-5 Ulasan Umum ten tang Uji Triaksial ....... .... ....................................................... 26
9-6 Gnris Kedudukan Tegangan (Stress Path) ............ ............................................. 27
Grafik cr ' dengan cr ' ........................................................ ..... ...................... 27
1 3
Bab 10 Tekanan Tanah ke Samping . .. . ............ ... .. . ........... ...... .. ... ............ ... . . . ... ... ...
. . . . 47
10-6 Penyelesaian Cara Gratis untuk Tekanan Tanah Aktif Menurut Coulomb .... . 74
10-7 Titik Tangkap Resultan Gaya Aktif................... ...... ... . .. .. .. .. .. . . .. ..... . . . . ....... . . . . . . . . 77
10-8 Analisis Pendekatan dari Gaya Aktif yang Bekerja pada Tembok Penahan ... 79
10-9 Penyelesaian Cara Gratis untuk Gaya Aktif yang Bekerja pada Tembok
Penahan dengan Urugan Tanah Kohesif. . . . .. . .... . .. . ... ... .... ..... . .... . . ...... .. . . . . . . . . . . . . . . . 80
10-10 Gaya Aktif pada Tembok Penahan Akibat Gempa .... .. .... .... ... ........ ...... ....... .. .. . 83
Lokasi Garis Kerja Gaya Resultan, P .. ae .
···················· ·· ·-· . ........ ... . . . .
.... _..... ..... ... .. .. .. ... .. ..
. . . . .. . 85
10-11 Tekanan Tanah Pasif pada Tembok Penahan dengan Bidang Longsor
Melengkung . . ......................................................................................................
. 87
Perilaku Spiral Logaritma . .......................................................................... 87
Prosedur Mencari Blok Keruntuhan dengan Cara Coba-coba . ... ............. . 88
Perbandingan Antara Beberapa Metode Blok Keruntuhan Coba-coba
untuk Menentukan Tekanan Pasif . .. ... ... .. . . ... ..... ...... ... ... . .. .. . . . .....
. .. . .. . . .. . . .. . . 90
Tekanan Pasif dengan Metode Potongan ... .... . ... .................. . . . . .................. 90
10-12 Teori Elastisitas Tekanan ke Samping pada Tembok Penahan Akibat Beban 92
Beban Titik . ..... ............................................................................................ 92
Beban Garis . ........................................................ ........................................ 93
Beban Lajur ....... .. . . . .. . .. ......... . .. ... . .. .......... . .. . .. . . .. . .. . . . .. .. . .... . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . 94
Galian Berturap (Braced Cuts) .. .. ... . . . . ... .. . .... . . . . .. . . . ..... ... ... ...
. . . .. . . . . . . . .. . .. . . .... 97
Penentuan Besamya Gaya Aktif pada Sistem Turap untuk Galian dalam
Tanah Berbutir... . .. ... ..... .. .. .. ...................... ................ ... ........... ..... ..........
. . . . . . 98
Gaya Aktif pada Sistem Turap untuk Galian dalam Tanah Kohesif
(t/J = 0) ........................................................................................................ 101
10-13 Distribusi Tekanan untuk Perencanaan Turap Tumpuan dan Penyangga . . . ... . . 105
Contoh 10-14............................................................................................... 105
Soal-soal...... .. ...... ..... . .. ... .... . ;.....................................................................
.. . 108
Notasi ........................................... ................................................................ 112
Bab 11 Daya Dukung Tanah untuk Pondasi Dangkal ..... ... ...... ....... .. ................ ...... . 115
11-1 Daya Dukung Batas Tanah untuk Pondasi Dangkal . .. .. . .. . .. ... . . . .. . . . .. . . . .. . . . . . . . . . . . . 117
vii
It
13-1 Perencanaan Eksplorasi Tanah........ .................................................................... 216
13-2 Metode Pengeboran ........................................................................................... .. 217
13-3 Metode Pengambilan Sampel Tanah ................................................................ . . 22 1
viii Mekoniko Tonoh Jilid 2
Buku "Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis" ini pada mulanya ditulis sebagai mata kuliah pendahuluan
yang harus diambil oleh mahasiswa di tingkat S-1. Isinya kemudian dikembangkan sesuai dengan
pengalaman saya mengajar selama sepuluh tahun terakhir ini. Buku ini terdiri dari tiga belas bab. Urutannya
hampir sama dengan urutan materi kuliah yang diberikan di dalam kelas. Masalah penyelidikan tanah
bagian bawah, yaitu Bab 13, dicakup dalam mata kuliah Pengantar Mekanika Tanah (Introductory
Geotechnical Engineering) ini. Tetapi, beberapa pengajar lain lebih senang memasukkan bab tersebut ke
dalam mata kuliah Teknik Pondasi ("Foundation Engineering").
Penelitian dan pengembangan prinsip-prinsip dasar teknik geoteknis - yaitu mekanika tanah dan
mekanika batuan - dan pemakaiannya dalam analisis dan perencanaan pondasi telah berkembang dengan
pesat pada empat puluh tahun terakhir ini. Tentunya pengarang ingin sekali memasukkan sempa
perkembangan-perkembangan mutakhir tersebut ke dalam bukunya; tetapi, karena buku ini ditujukan
tmtuk mata kuliah pendahuluan, maka di dalam buku ini lebih ditekankan prinsip-prinsip dasar saja tanpa
memasukkan terlalu banyak rincian-rincian dan pilihan-pilihan yang mungkin dapat membingungkan
mahasiswa.
Pengajar harus menekankan perbedaan antara mekanilca tanah dan teknik pondasi. Mekanika tanah
adalah cabang dari ilmu teknik yang mempelajari perilaku tanah dan sifat-sifatnya yang diakibatkan oleh
tegangan dan regangan dalam keadaan yang paling ideal. Teknik ponda_si adalah aplikasi prinsip-prinsip
mekanika tanah dan geologi dalam perencanaan dan pembangunan pondasi untuk gedung, jalan, bendungan,
dan lain-lain. Perkiraan dan pendugaan terhadap kemungkinan adanya penyimpanan di lapangan dari
kondisi ideal pada mekanika tanah sangat penting dalam perencanaan pondasi yang benar, sebab keadaan
tanah di lapangan pada umumnya tidak homogen. Agar suatu bangunan dapat berfungsi secara sempuma,
seorang insinyur dengan latar belakang ilmu mekanika tanah yang cukup harus dapat membuat perkiraan
dan pendugaan yang tepat tentang kondisi tanah di lapangan. Buku ini memberikan latar belakang ilmu
mekanika tanah tersebut.
"Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis" ini menjelaskan semua isinya secara sederbana sehingga mudah
dimengerti oleh mahasiswa. Satuan-satuan Inggris dan SI telah digunakan dalam buku ini, dan beberapa
contoh soal yang menggunakan kedua satuan tersebut diberikan di dalam tiap-tiap bab. Sejumlah soal-
soal diberikan pada bagian akhir dari tiap-tiap bab sebagai pekerjaan rumah.
r. ;., . Ji 'I k "l T 1, -.r . ~
r-
X
Isteri saya. Janice, telah mengetik naskah buku ini beberapa kali selama persiapannya. Dia juga menggambar
beberapa gambar dan grafik kasar yang dicantumkan dalam buku ini. Saya terus terang berhutang budi
atas semuanya ini. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Haskel Monroe, Rektor The University
of Texas di El Paso, Amerika Serikat, atas segala dorongan dan sokongan untuk kesempumaan buku ini.
Beliau telah banyak membantu dalam penyelesaian proyek ini.
Saya juga berterima kasih kepada profesor Robert D'Andrea, Worcester Polytechnic Institute, J.K.
Jeyepalan, University of Wisconsin, Robert Koemer, Drexel University, Shiou-San Kuo, University of
Central Florida, M.C. Wang, Penn State University, dan Thomas F. Zimmie, Rensselaer Polytechnical
Institute atas bantuan mereka dalam memeriksa naskah buku ini.
Saya berhutang budi pada PWS Engineering atas kemauan mereka melaksanakan proyek ini. Ucapan
terima kasih khusus saya tujukan kepada Ray Kingman, Manajer Editor, Henry Staat, Direktur Pemasaran,
dan Nancy Tandberg, Perwakilan Pemasaran Senior untuk PWS, atas pengertian dan dorongan yang
mereka berikan selama persiapan naskah ini. Terima kasih juga saya ucapkan untuk Profesor Paul C.
Hassler di The University of Texas di El Paso aatas bantuan dan sokongannya.
Braj�1 M. Das
Kata Pengantar dari
Penerjemah
Buku "Principles ofGeotechnical Engineering" oleh Braja M. Das telah dipakai pada beberapa Universitas
terkemuka di USA sebagai buku pegangan pokok (text book) untuk mata kuliah Mekanika Tanah tingkat
Undergraduate, setara S-1 di Indonesia. Buku ini dianggap relatif lebih baik daripada buku-buku pegangan
untuk Undergraduate yang lain karena buku ini menyajikan hal-hal mekanika tanah secara lebih lengkap,
tetapi dengan sistematika penyajian yang sederhana dan tidak terlalu bertele-tele dalam penulisan teorinya.
Mahasiswa dengan mudah dapat mengikuti buku ini, terutama bagi mereka yang baru pertama kali
mengenal mekanika Tanah.
Buku asli karangan Braja M. Das ini terdiri atas 13 bab, dan di USA buku ini merupakan bahan
kuliah yang lengkap selama satu semester untuk mata kuliah Mekanika Tanah Dasar. Akan tetapi untuk
Indonesia, karena sistematika pengajaran dan bobot kredit yang berbeda, mata kuliah Mekanika Tanah
Dasar harus dibagi menjadi dua semester yaitu Mekanika Tanah 1 dan 2. Oleh sebab itu dianggap perlu
untuk membagi terjemahan dari buku ini menjadi dua buku (Jilid 1 dan 2). Juga dengan menjadikannya
dua jilid, masing-masing buku dapat dibeli untuk semester yang bersangkutan, sehingga diharapkan dapat
meringankan beban mahasiswa.
Garis besar isi dan urutan mata kuliah Mekanika Tanah di Indonesia telah diuraikan dalam buku
KONSORSIUM TEKNOLOGI untuk TEKNIK SIPIL tahun 1981. Secara umum, isi mata kuliah tersebut,
menurut konsorsium, adalah sama dengan isi buku ini hanya konsorsium tidak merinci lebih lanjut mana
yang masuk Mekanika Tanah 1 dan mana yang Mekanika Tanah 2. Untuk itu, penerjemah sebagai
pengajar di Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan ITS (lnstitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya)
dalam hal ini mengikuti selabus dari Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan ITS tahun 1984 yang merupakan
penjabaran langsung dari konsorsium tersebut. Oleh sebab itu urutan bab-bab dalam buku terjemahan
Jilid 1 dan 2 disesuaikan dengan isi dari buku selabus Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan ITS. Perubahan
urutan bab-babnya adalah sebagai berikut:
a. Buku Jilid 1 untuk mata kuliah Mekanika Tanah 1, Bab 1 sampai 7 sama urutannya seperti Bab 1
sampai 7 pada buku aslinya. Bab 8 di buku terjemahan merupakan Bab 12 dari buku aslinya.
b. Buku Jilid 2 untuk mata kuliah Mekanika Tanah 2, Bab 9 sampai 12 dari buku teijemahan adalah
merupakan Bab 8 sampai 11 dari buku aslinya. Bab 13 sama dengan Bab 13 dari buku aslinya.
· xii Mekoniko Tonoh Jilid 2
Harap diingat bahwa di samping mala kuliah Mekanika Tanah I dan ll di Indonesia untuk kurikulum
S-1 Teknik Sipil masih ada mala kuliah Teknik Pondasi yang tidak tennasuk dalam mala kuliah mekanika
tanah tersebut di alas. Diharapkan para pengajar Mekanika Tanah di Indonesia menyesuaikari bahan
kuliah mereka sesuai dengan buku ini.
Terima kasih,
9
Kekuatan ·Geser Tanah
Kelcuatan geser suatu massa tanah merupakan perlawanan internal tanah tersebut per satuan luas terhadap
keruntuhan atau pergeseran sepanjang bidang geser dalarn tanah yang dimaksud. Untuk menganalisis
masalah stabilitas tanah seperti daya dulcung, stabilitas talud (lereng), dan tekanan tanah ke sarnping pada
turap maupun tembok penahan tanah, mula-mula kita harus mengetahui sifat-sifat ketahanan penggesemya
tanah tersebut.
(9-1)
Garis keruntuhan (failure envelope) yang dinyatakan oleh Persarnaan (9-1) di atas sebenamya berbentuk
garis lengkung seperti terlihat pada Garnbar 9-lb. Untuk sebagian besar rnasalah-masalah mekanika
tanah, garis tersebut culcup didekati dengan sebuah garis lurus yang menunjukkan hubungan linear antara
tegangan normal dan geser (Coulomb; 1776). Persamaan itu dapat kita tulis sebagai berilcut:
dengan
c = kohesi
tP = sudut geser-intemal
Sekarang marilah kita bahas makna garis keruntuhan tersebut. Bila tegangan normal dan geser pada
sebuah bidang dalam suatu massa tanah sedernikian rupa sehingga tegangan-tegangan tersebut dapat
Mekaniko Tonoh Jilid 2
2
't
�Bidang keruntuhan
·.
;
'•
..
· ·.·- ...
·::_.
Hukum
A e
Garis keruntuhan
menurut Mohr
T
1 Tegangan oonnal
(b)
Gambar 9-1 Garis keruntuhan menurut Mohr dan hukum keruntuhan dari Mohr-Coulomb.
Bob 9 Kekuatan Geser Tanah
•
3
digambarkan sebagai titik A dalam Gambar 9-lb, maka keruntuhan geser tidak akan terjadi pada bidang
tersebut. Tetapi bila tegangan normal dan geser yang bekerja pada suatu bidang lain dapat digambarkan
sebagai titik B (yang tepat berada pada garis keruntuhan), maka keruntuhan geser akan terjadi pada
bidang tersebut. Suatu keadaan kombinasi tegangan yang berwujud titik C tidaklah mungkin terjadi
karena bila titik tersebut tergambar di atas garis keruntuhan, keruntuhan geser pasti sudah terjadi
sebelumnya.
) 2 e = c + [( cr 1
cr
3 ) ( +
cr
1
cr
3 ) cos 2 e ] tan �
atau
(9-3)
sin 28 - cos"e tan �
a,
�? .. : •.�..1..
.. . ...-:
'&
�
• • &;
0
.. · . ·
.\_ :
: I
•. ::..r
.-
• f
· ·....
.:t
Gambar 9-2 Kemiringan bidang keruntuhan dengan bidang utama besar di dalam tanah
4 Mekoniko Tonoh Jilid 2
Untuk harga-harga cr3 dan c tertentu, kondisi runtuh akan ditentukan oleh harga minimum dari
tegangan utama besar 0'1• Bila harga 0'1 adalah minimum, maka harga (t sin 2 9 - cos2 9 tan �) · ·
d(:J 2
atau
() = 450 + t (9-6)
2
Gambar 9-3 menunjukkan gambaran separuh lingkaran Mohr yang mewakili kondisi tegangan pada
saat keruntuhan pada suatu rnas sa tanah. Garis keruntuhan yang dinyatakan olehpersamaan -r1 = c + cr
tan If' menyinggung lingkaran Mohr pada titik X. Jadj, keruntuhan geser yang terjadi pada bidang tertentu
dapat k.ita nyatakan dengan lingkaran berjari-jari OX, dan bidang tersebut haru s membentuk kemiringan
sudut 9 = 45° + � terhadap bidang utama besar.
Bila harga () 45° + -!-
= dimasukkan ke dalam Persamaatt (9-3) dan kemudian disederhanakan,
akan menghasilkan
.~
u
.
-'
00
c:
.
00
c:
co
~
x
\
\
l \
c
T a, 0 Tegangan normal
Akan tetapi, Persamaan (9-7) tadi juga dapat dengan mudah diturun�an dengan menggunakan lingkaran
Mohr dan ilmu ukur sederhana.
O'=cr' +u
Tegangan efektif cr', diterima oleh bagian butiran padat dari tanah. Jadi berdasarkan prinsip mekanika
tanah, Persamaan (9-2) dapat ditulis lagi menjadi
-r1 = c + (cr- u) tan t/J = c + cr' tan t/J (9-8)
Bob 9 • Kekuatan Geser Tanoh 5
Hanya c dari tanah pasir dan lanau anorganik adalah sama dengan nol. Untuk tanah lempung yang
terkonsolidasi-normal, harga c juga dapat dianggap sama dengan nol. Tanah lempung terkonsolidasi-lebih
mempunyai harga c > 0. Sudut geser internal 1/J, kadang-kadang juga disebut sudut geser air teralirkan
(drained angle of friction). Harga-harga 1/J yang umum dijumpai pada tanah diberikan pada Tabel 9-1.
Renggang/lepas 27-30
Menengah 3Q-35
Padat 35-38
Renggang/lepas 3Q-35
Menengah 35-40
Padat 40-45
Lanau 26-35
Gaya geser
Kotak geser
dari logam
terdiri dari sebuah kotak logam berisi sampel tanah yang ak:an diuji. Sampel tanah tersebut dapat berbentuk
penampang bujur sangkar atau lingkaran. Ukuran sampel tanah yang umum digunak:an ialah sekitar 3
sampai 4 inchP (1935,48 sampai 2580,64 mm2) luas penampangnya dan tingginya 1 inchi (25,4 mm).
Kotak tersebut terbagi dua sama sisi dalam arah horisontal. Gaya normal pada sampel tanah didapat
dengan menaruh suatu beban mati di atas sampel tanah tersebut. Beban mati tadi dapat menyebabkan
tekanan pada sampel tanah sampai 150 psi (1034,2 kN/m2). Gaya geser dil,erikan dengan mendorong sisi
kotak sebelah atas sampai terjadi keruntuhan geser pada tanah.
Tergantung dari jenis alatnya, uji geser ini dapat dilak:ukan dengan cara tegangan geser terkendali,
di mana penambahan gaya geser dibuat konstan dan diatur, atau dengan cara tegangan-terkendali di mana
kecepatan geser yang diatur.
Pada uji tegangan-terkendali (stress-controlled), tegangan geser diberikan dengan menambahkan
beban mati secara bertahan, dan dengan penambahan yang sama besar setiap kali, sampai runtuh.
Keruntuhan akan terjadi sepanjang bidang bagi dari kotak metal tersebut. Setelah kita melak:ukan
penambahan beban, mak:a pergerakan geser pada belahan kotak: sebelah atas diukur dengan menggunakan
sebuah arloji ukur (dial gage) horisontal. Perubahan tebal sampel (tanah dengan demikian juga merupakan
perubahan volume sampel tanah tersebut) selama pengujian berlangsung dapat diukur dengan pertolongan
sebuah arloji ukur lain yang mengukur perubahan gerak arah vertikal dari pelat beban.
Pada uji regangan-terkendali (strain-controlled), suatu kecepatan gerak: mendatar tertentu dilak:ukan
pada bagian belahan atas dari pergerak:an geser horisontal tersebut, dapat diukur dengan bantuan sebuah
arloji ukur horisontal. Besamya gaya hambatan dari tanah yang bergeser dapat diukur dengan membaca
angka-angka pada sebuah arloji ukur ditengah sebuah pengukur beban lingkaran (proving ring). Perubahan
volume dari sampel tanah selama uji berlangsung diukur seperti pada uji tegangan terkendali. Pada
Gambar 9-5 dapat dilihat foto sebuah alat uji geser langsung dengan cara regangan-terkendali.
Gambar 9-5 Alat UJi geser langsung dengan cara regangan terkendali (strain-controlled){atas jasa baik dari Sailtest
lnc . Evanston, illionis).
Bob 9 • Kekuatan Geser Tanah
7
Kelebihan pengujian dengan cara regangan-terkendali adalah pada pasir padat, tahanan geser puncak
(yaitu tahanan pada saat runtuh) dan juga pada tahanan geser maksimum yang lebih kecil (yaitu pada titik
setelah keruntuhan terjadi) dapat diamati dan dicatat pada uji tegangan-terkendali, hanya tahanan geser
puncak saja yang dapat diamati dan dicatat. Juga harus diperhatikan bahwa tahanan geser puncak pada
uji tegangan-terkendali besamya hanya dapat diperkirakan saja. Ini disebabkan keruntuhan terjadi hanya
pada tingkat tegangan geser sekitar puncak antara penambahan beban sebelum runtuh sampai sesudah
runtuh. Meskipun demikian, uji tegangan-terkendali lebih menyerupai keadaan sesungguhnya keruntuhan
di lapangan dari pada uj i regangan-terkendali.
Pada pengujian tertentu, tegangan normal dapat dihitung sebagai berikut:
Gaya normal
cr = Tegangan normal = . (9-9)
Luas penampang hntang sampel tanah
Tegangan geser yang melawan pergerakan geser dapat dihitung sebagai berikut:
Dalam Gambar 9-6 kita melihat potongan grafik yang umum tentang hubungan antara tegangan
geser dan perubahan ketinggian (tebal) dari sampel tanah akibat perpindahan geser tanah pasir lepas dan
pasir padat. Pengamatan ini dihasilkan oleh uji regangan-terkendali. Hal-hal umum yang dapat ditarik dari
Gambar 9-6 berkaitan dengan variasi tegangan geser penghambat dan perpindahan geser, yaitu:
1. Pada pasir lepas (renggang), tegangan geser penahan akan membesar sesuai dengan membesamya
perpindahan geser sampai tegangan tadi mencapai tegangan geser runtuh 't Setelah itu, besar tegangan
r
geser akan kira-kira konstan sejalan dengan bertambahnya perpindahan geser.
2. Pada pasir padat, tegangan geser penghambat akan naik sejalan dengan membesamya perpindahan
geser hingga tegangan geser runtuh (maksimum) 't1 tercapai. Harga 't1 ini disebut sebagai kekuatan
geser puncak (peak shear strength). Bila tegangan runtuh telah dicapai, maka tegangan geser
penghambat yang ada akan berkurang secara lambat laun dengan bertambahnya perpindahan geser
sampai pada suatu saat mencapai harga konstan yang disebut kekuatan geser akhir maksimum
(ultimate shear strength).
!
,,,-Puocot
PL1sirpncJ.:\I II ~
kck.u.at.im geser
jj
�
!1aslr lcpt1.5
f
l
(rt'ngg:miiJ
Pergerakan menggeser
,...../
Pasir
/ lepas (rcnggang)
----------
Gambar 9-6 Diagram tegangan geser versus perubahan tinggi benda uji karena pergerakan menggeser untuk tanah
pasir padat dan renggang (uji geser langsung).
8 Mekaniko Tonoh Jilid 2
30
�
NC:
20
..
..: •
.,
ao
c:
•
�
ao
•
�
ao 10
�
\ ~= 42°
10 20 40
Tegangan normal, a (lb/in2)
Gambar 9-7 Penentuan parameter kekuatan geser untuk tanah pasir sebagai hasil uji geser langsung.
Uji geser langsung biasanya dilakukan beberapa kali pada sebuah sampel tanah dengan bermacam
macam tegangan normaL Harga tegangan-tegangan normal dan harga 't1 yarig didapat dengan melakukan
beberapa kali pengujian dapat digambarkan pada sebuah grafik dan selanjutnya kita dapat menentukan
harga-harga parameter kekuatan geser. Pada Gambar 9-7 diberikan grafik semacam itu dari sebuah uji
pada tanah pasir kering. Persamaan untuk harga rata-rata garis yang menghubungkan titik-titik dalam
eksperimen tersebut adalah:
Harga koefisien rembesan tanah lempung (clay) sangat kecil hila dibandingkan dengan barga koefisien
rembesan tanah pasir. Bila suatu beban diberikan pada sampel tanah lempung, diperlukan waktu yang
cukup panjang agar sampel tanah tersebut terkonsolidasi sepenuhnya - yaitu selama waktu yang diperlukan
untuk mendisapasi tegangan air pori yang teijadi. Berdasarkan alasan tersebut, beban geser pada uji geser
langsung barns dilakukan dengan kecepatan geser yang kecil sekali. Pengujian seperti ini dapat berlangsung
selama 2 sampai 5 bari karena kecilnya kecepatan pergerakan geser. Pada Gambar 9-8 diperlihatkan basil-
basil pengujian geser langsung kondisi air teralirkan (drained) pada tanah lempung terkonsolidasi lebih
(overconsolidated). Pada Gambar 9-9 ditunjukkan plot r.1 versus cr' yang kita basilkan dari pengujian
sejumlah tanah lempung terkonsolidasi normal (normally consolidated) dan terkonsolidasi lebih. Harap
dicatat bahwa <J = cr , dan c = 0 untuk sebuah tanah lempung terkonsolidasi-nonnal.
'
600,.....-~~~--.~~~~---i:Pu=nc=ak:-~~r-~~~
kekuatan
--.
�
g..
Ill
.,
00
c
..
00
a
00
�
Tegangan
geser
___/
residual
(sisa)
2 3 4
Regangan (strain) geser (%)
Gambar 9-8 Hasil uji geser langsung kondisi drained pada sebuah lanah lempung overconsolidated.
..c
~
.
2
~
.
-g Tanah lempung overconsolidated
..,
u
p.,
t1 = c + u' tan ' (c � 0)
.~
QO
QO
Tanah lempu ng normally
consolidated t 1 a' tan ' (c = 0)
QO
~ =
Tc
1 \
Tegangan normal
Gambar 9-9 Garis kerunluhan tanah lempung yang didapal dari uji geser langsung kondisi drained.
10 Mekanika Tanah Jilid 2
CONTOH 9-1:
Sebuah uji geser langsung dilalrukan pada sampel tanah pasir kering. Ukuran sampel tanah ialah 2 in x 2 in x
0,75 in. Hasil-hasil uji ini adalah sebagai berikut:
No. Gaya Normal Tegangan Normal ·1 Gaya Geser Tegangan Geser •l
Penyelesaian:
Harga tegangan geser tf' dari uji tersebut diterakan terhadap tegangan normal pada Gambar 9-10 dan hasilnya
c = 0, � = 32°.
::;"'
.:::: 2,0
�
8
� 1,5
-.;
e
0
=
1,0
§
1:10
a
1:10
0,5
�
Gambar 9-10
Tegangan geser (X10' lblft'}
Dewasa ini, uji geser triaksial adalah uji yang paling dapat diandalkan untuk menentukan parameter
tegangan geser. Uji ini telah digunakan secara lu�s untuk keperluan pengujian biasa ataupun untuk
keperluan riset. Gambar skematik dari uji ini diberikan pada Gambar 9-11.
Pada uji ini umumnya digunakan sebuah sampel tatlah kira-kira berdiameter 1,5 inchi (38,1 mm)
dan panjang 3 inchi (76,2 mm). Sampel tanah (= beflda uji) tersebut ditutup dengan membran karet yang
tipis dan diletakkan di dalam sebuah bejana silinder dari bahan plastik (atau juga gelas) yang kemudian
bejana tersebut diisi dengan air atau larutan gliserin. Di dalam bejana, benda uji tersebut akan mendapat
_
Bob1 92 • Kekuatan Geser Tanah Mekanika Tanah11Jilid 2
c- K� ul� pcn&m�tlf\1
l<"kun:.IJ iorl
'""-""�:J
;m kduar .u.�ul 'ltlh-UII:
mengukur ltk:m11-n
air pori
Gambar 9-1 1 Skema ala! Triaksial (dari Bishop and Bjerrum, 1 960)
tekanan hidrostatis. (Catatan: untuk media penekan dapat juga digunakan udara). Untuk menyebabkan
terjadinya keruntuhan geser pada benda uji, tegangan aksial (vertikal) diberikan melalui suatu piston
vertikal (tegangan ini biasanya juga disebut tegangan deviator). Pembebanan arah vertikal dapat dilakukan
dengan dua cara:
a) Dengan memberikan beban mati yang berangsur-angsur ditambah (penambahan setiap saat sama)
sampai benda uji runtuh (deformasi arah aksial akibat pembebanan ini diukur dengan sebuah arloji
ukur/dial gage);
b) Dengan memberikan ��iormasi arah aksial (vertikal) dengan kecepatan deformasi yang tetap dengan
bantuan gigi-gigi mesin atau pembebanan hidrolis . Cara ini disebut juga sebagai uji regangan
terkendali. / '· .
Beban aksial yang diberikan diukur dengan bantuan sebuah proving ring (lingkaran pengukur beban)
yang berhubungan dengan piston vertikal.
Juga alat ini dilengkapi dengan pipa-pipa untuk mengalirkan air ke dan dari dalam sampel tanah di
mana pipa-pipa tersebut juga berguna sebagai sarana pengukur tegangan air pori (pada kondisi uji). Ada
tiga tipe standar dari uji triaksial yang biasanya dilakukan :
1. Consolidated-drained test atau drainde test (CD test)
2. Consolidated-undrained test (CU test)
3. Unconsolidated-undrained test atau undrainded test (UU test)
Cara umum dan prakteknya untuk masing-masing pengujian di atas pada tanah-tanah jenuh air akan kita
bahas lebih terinci pada bagian berikut ini.
Pada penguj i an ini, benda uji ditekan dari segala arah dengan tekanan penyekap (confining pressure) cr3,
dengan cara memberikan tekanan pada cairan di dalam silinder (Gambar 9-12a). Setelah tekanan penyekap
cr3 d . i l akukan, tegangan air pori dalam bend.a uji naik menjadi u<. Kenaikan tegangan air pori ini dapat
dinyatakan dalam bentuk parameter tak-berdimensi
u
Bob1 92 • Kekuatan Geser Tanah Mekanika Tanah12Jilid 2
8 = c
_
(9-12)
Bob1 92 • Kekuatan Geser Tanah Mekanika Tanah13Jilid 2
a,
a, a,
(u )
Gambar 9-12 Uji triaksial kondisi Consolidated-drained (a) benda uji dalam kondisi menerima hanya tekanan penyekap
(tekanan sel ),(� pemberian tegangan deviator.
dengan
B = parameter tegangan pori oleh Skempton (Skempton, 1954)
Untulc tanah-tanah yang jenuh air, B sama dengan 1,0. Sekarang bila hubungan dengan pipa aliran
(drainage) tetap terbuka, akan terjadi disipasi akibat kelebihan tegangan air pori, dan kemudian terjadi
konsolidasi. Lama ke1amaan, uc mengecil menjadi nol. Pacta tanah-tanah yang jenuh air, perubahan
volume dari benda uji (dV) yang terjadi selama proses konsolidasi dapat ditentukan dari besamya
volume air pori yang mengalir ke luar (Gambar 9-13a). Beban tegangan deviator, dCJ"' pacta benda uji
ditambahkan dengan lambat sekali (kecepatan penambahan beban sangat kecil) seperti terlihat pacta
Gambar 9-12b. Selama pengujian ini, pipa a1iran air dibiarkan tetap terbuka dengan demikian penambahan
beban tegangan deviator yang sangat perlahan-lahan tersebut memungkinkan terjadinya disipasi penuh
dari tegangan air pori sehingga dapat diciptakan dud = 0 selama pengujian.
Sebuah contoh yang umum dari variasi tegangan deviator terhadap pertambahan regangan pacta
tanah pasir renggang dan pacta tanah lempung yang terkonsolidasi-normal diberikan pacta Gambar 9-13.
Gambar 9-13d menunjukkan hal yang serupa untuk tanah pasir padat dan tanah lempung terkonsolidasi-
lebih. Perubahan volume benda uji, d V"' yang terjadi selama pemberian beban tegangan deviator untuk
beberapa macam jenis tanah diberikan pacta Gambar 9-13c dan e.
Karena tegangan air pori yang terjadi selama uji dapat sepenuhnya terdisipasi, maka kita hasilkan
Pacta suatu uji triaksial, cr 1 ' adalah tegangan efektif utama besar (major principal stress) pacta saat
terjadi keruntuhan dan CJ3' adalah tegangan efektif utama kecil (minor principal stress) pacta saat terjadi
keruntuhan.
Pengujian yang sama pacta sanipel tanah dapat dilakukan beberapa kali dengan tekanan penyekap cr3
yang berbeda-beda. Bila harga tegangan-tegangan utama besar dan kecil pacta setiap uji tersebut dapat
diketahui, maka kita dapat menggambar lingkaran-lingkaran Mohr-nya sekaligus didapat pula garis
keruntuhannya (failure envelope). Pacta Gambar 9-14 ditunjukkan bentuk garis keruntuhan untuk tegangan-
tegangan efektif dari pengujian pacta tanah pasir dan tanah lempung terkonsolidasi-normal. Koordinat titik
singgung garis keruntuhan dengan lingkaran Mohr (yaitu titik A) menunjukkan besamya tegangan-tegangan
(normal dan geser) pacta bidang keruntuhan dari sampel tanah yang diuji.
Bob1 92 • Kekuatan Geser Tanah Mekanika Tanah14Jilid 2
Mcngembang
:::.. · W
� (6cr)1
nktu
Menyusut
(u) Regangnn aksinl
\<h
Mengenobang
H
b
<l
..
I
1
(6.cr,>,
.>: Regangan aksial
/
J •
:,.."
Mcnyusut
Mengcmbn11g
Gambar 9-1 3 Uji triaksial kondisi Consolidated
drained: (a) perubahan volume dari benda uji akibat
tegangan penyekap sel; (� diagram tegangan
:::.."
<l
1 ~
Regnngan aksial
deviator lawan regangan arah vertikal untuk tanah
pasir renggang (lepas) dan untuk tanah lempung
terkonsolidasi normal; (q perubahan volume dari
pasir renggang dan lempung terkonsolidasi normal
selama pembebanan tegangan deviator; (oj diagram
tegangan deviator lawan regangan arah vertikal
untuk pasir padat dan tanah lempung terkonsolidasi
'Menyusut (c) lebih; ( e) perubahan volume dari pasir padat dan
lempung terkonsolidasi lebih tegangan deviator.
cri
l I
9
..
cr, -
I
I a,
Garis keruntuhan
regnngan total
dan efektif ""'
.,
QQ
t1 cr' t11n �
=
c
"
QQ
c
;[ 1
"
OQ a;
�
\
\
·~
\
\~ \ Tegangan nonnal
Bob1 92 • Kekuatan Geser Tanah Mekanika Tanah15Jilid 2
'
(6a•)J
(6cr)1
I· ·I
Gambar 9-1 4 Baris keruntuhan untuk tegangan efektif dari uji cara drained pada pasir dan lempung terkonsolidasi
normal.
14
Kondisi terkonsolidasi-lebih pada benda uji akan teljadi bila suatu sampel tanah lempung yang pada
mulanya dikonsolidasi dengan tekanan penyekap sebesar ac (= ac ) dan kemudian dibolehkan mengembang
'
'
dengan menurunkan tegangan penyekap menjadi a3 (= CJ3 ) . Garis keruntuhan yang kita hasilkan dari
uji triaksial kondisi air teralirkan pada sampel tanah lempung terkonsolidasi-lebih akan membentuk
cabang (ab dan be pada Gambar 9- 15). Cabang ab mempunyai sudut yang lebih kecil dan memotong
sumbu vertikal pada suatu harga sebesar harga kohesi dari tanah ter.>ebut. Persamaan tegangan geser
untuk cabang garis tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
• 1 ,I
Cabang be dari garis keruntuhan tersebut merupakan cabang kondisi terkonsolidasi-normal dari tanah dan
persamaannya ialah 't1 = CJ' dan fP.
Pelaksanaan uji triaksial dengan metode air teralirkan-terkonsolidasi (consolidated-drained) pada
tanah lempung biasanya memerlukan beberapa hari untuk setiap benda uji. Hal ini karena kecepatan
penambahan tegangan deviator lambat sekali agar dapat menghasilkan kondisi air teralirkan sepenuhnya
dari dalam benda uji . Inilah sebabnya mengapa uji triaksial cara CD tidak umum dilakukan (uji CU dan
UU lebih disukai).
C T H 2
Suatu uji triaksial cara air teralirkan-terkonsolidasi (CD) dilakukan pada tanah lempung terkonsolidasi-normal.
Hasilnya adalah sebagai berikut:
cr3 = 276 kN/m2
(D.crd) = 276 kN/m2
J
Tentukan:
a) Sudut geser, tP
b) Sudut (} yang merupakan sudut antara bidang keruntuhan dengan bidang utama besar (major principal plane).
c) Tegangan normal cr' dan tegangan geser 't1 pada bidang keruntuhan.
n A SCIO
Untuk tanah terkonsolidasi-normal, garis keruntuhan mempunyai persamaan .
Pada uj i triaksial baik tegangan utama besar maupun kecil pada saat terjadi keruntuhan adalah:
�
Oil
"
"'
Oll
t
b
lP, ....- -
Ta
c
''
0'] = a3 a= Tegangan no rmal
1
r �Hi -.'·
Bob 9 • Kekuatan Iunot• 15
dan
a) Lingkaran Mohr dan garis keruntuhan dapat dilihat pada Gambar 9-16, di mana
AB
sin � -=
OA
atau
· '
al - a 552 - 276
3
sin lP · ' 0,333
a� + a3 552 + 276
� 19, '+5 °
b) (} = 4 5° + t = 45 ° + 19· 4 5 =
54 73°
2 2
c) Dengan menggunakan Persamaan (6-8) dan (6-9)
'
a (pada bidang keruntuhan)
2 2
dan · ·
a - a
3
't = 1 sin 29
f 2
'
'
Dengan memasukkan harga a1 =
552 kN/m\ a3 = 276 kN/m2, dan (} = 54,73° di atas akan kita dapatkan
Penyelesalan:
Bagian a
Dari Persamaan 6-9 dapat dibuktikan bahwa tegangan geser maksimum (terbesar) terjadi pada bidang dengan
sudut 9 = 45°. Dari Persamaan (6-8).
a' + a) ,
3 29
(a , - a '
I 3
a' =
2 I
2 + COS
Akan tetapi, tegangan geser yang timbu1 pada bidang tersebut ada1ah
= 2 sin 29 = 552 - 276 sin 90 = 138 kN m2
't I
2
Karena 138 kN/m2 146,2 kN/m2 = maka benda uji tersebut tidak mengalarni keruntuhan pada bidang
't = < 'tf
410,6 k:N/m2
(�a)
J
=
Tentukan parameter-parameter dari kekuatan geser sampel tanah (lihat Gambar 9-17).
Penyelesaian:
Untulc Benda uji 1, tegangan-tegangan utama pada saat runtuh adalah:
= = 100 k:N/m2
a3' a3
dan
Untuk Benda uji 2, tegangan-tegangan utamanya adalah
= = 50 k:N/m2
a3' a3
dan
cr1' = cr = cr
1 3 + (t!,.cr)1 = 50 + 384,37 = 434,37 kN/m 2
Kedua benda uji ini adalah terkonsolidasi-lebih. Jadi, dengan menggunakan hubungan pada Persamaan (9-7)
kita peroleh:
+
a '
1
= tan2 45°
a '
3
( + 2c tan 45( })
+
a tau
~ : : 12°
I -
a tau
Sudut Geser Kondisi Air Teral irkan (Drained) untuk Tanah le mpung
Terkonsolidasi Normal (Normally Consolidated Clay) --
Sudut geser air teralirkan ip, umurnnya mengecil sejalan dengan bertambahnya harga indeks plastis dan
tanah. Keadaan ini terlihat pada Gambar 9- 1 8 sebagai hasil laporan dari Kenney ( 1959) untuk sejumlah
tanah lempung. Meskipun titik-titik data masih agak memencar, pola umum akan kecenderungan grafik
kelihatanny a memang benar demikian adanya.
ditambah sampai menyebabkan keruntuhan pada sampel tanah tersebut. Selama berlangsungnya fase ini,
hubungan drainase (pengaliran air) dari dan ke dalam sampel tanah harus dibuat tertutup (drainase ini
Mekanika Tanah J1ild 2
18
1 ,0
0,8
I I I • tanah teremas (remolded)
•
0.6
-e- •
•
c:
•
Cii •
0,4
I •
• •
• •
0.2
0
5 10 15 20 30 80 100 150
Indeks plasti s
Gambar 9-1 8 Variasi dari sin qJ terhadap indeks plastis dari sejumlah tanah (dari Kenney, 1 959).
terbuka pada fase konsolidasi). Karena tidak mungkin terjadi pengaliran air, maka pada saat pembebanan
!l.crd ini akan terjadi kenaikan tegangan air pori !l.ud. Selama uji berlangsung diadakan pengukuran terus
menerus terhadap !l.crd dan !l.ud. Kenaikan tegangan air pori !l.ud ini dapat dinyatakan dalam besaran tak
berdimensi yaitu
s«
I
\ _d (9- 1 5)
.1CT ,f
dengan
Pola umum variasi dari !l.crd dan !l.ud dengan tegangan arah aksial untuk tanah pasir dan lempung
dapat dilihat pada Gambar 9- l 9d, e, f, dan g. Pada tanah pasir lepas (renggang) dan tanah lempung
terkonsolidasi normal, tegangan air pori akan membesar sejalan dengan bertambahnya regangan tadi.
Pada tanah pasir padat dan tanah lempung terkonsolidasi lebih (overconsolidated clay), tegangan air pori
akan membesar dengan bertambahnya regangan sampai pada suatu batas tertentu. Kemudian setelah itu
tegangan air pori menjadi negatif (relatif terhadap tekanan atmosfer) . Hal ini karena tanahnya kemudian
mengembang (dilate).
Tidak seperti pada uji air mengalir-terkonsolidasi, harga tegangan total dan tegangan efektif pada uji
air-termampatkan-terkondolidasi tidak sama. Pada uji yang belakangan ini, harga tegangan air pori pada
saat terjadi keruntuhan langsung dapat diukur. Jadi, harga-harga tegangan utama dapat kita analisis
sebagai berikut:
o""
<J
cr, - u< = O - cr,
l
f
cr,
Regangan aksial
Mengembang
Waktu
,..
<3
Regnngan aksial
Menyusut
I
cr, cr,
b..
<J
(Ila),
Regangan aksial
Gambar 9·1 9 UJi consolidclted·dralned (Tr ak'>ldl): (d)
pi.nakiba:
:11 varias, tekaran a1r
(J I - (J3 = (J I 1 - (J31
Di sini kit3 dapat melakulcan beberapa pengujian dengan sampel tanah yang berbeda, dengan tegangan
penyekap dibuat berbeda-beda untuk menentukan parameter kekuatan geser tanah tersebut. Pada Gambar
8ab 9 • Kekuatan Geser ranar- 19
9-20 ditunjukkan keadaan lingkaran Mohr untuk tegangan total dan efektif pada saat runtuh yang didapat
dari uji triaksial kondisi air termampatkan-terkonsolidasi (consolidated-undrained) pada tanah pasir dan
20 Mekoniko Tonoh Jilid 2
tanah lempung terkonsolidasi normal. Perhatikan bahwa lingkaran A dan B adalah lingkaran Mohr untuk
tegangan total yang dihasilkan pengujian terhadap dua buah benda uji. Lingkaran-lingkaran C dan D
adalah lingkaran Mohr untuk tegangan efektif berturut-turut dari lingkaran A dan B. Diameter lingkaran
A dan C adalah sama, demikian juga dengan B dan D.
Pada Gambar 9-20, garis keruntuhan dari tegangan total kita peroleh dengan menarik sebuah garis
yang menyinggung semua lingkaran-lingkaran Mohr untuk tegangan total. Untuk tanah pasir dan tanah
lempung terkonsolidasi normal, garis tersebut kira-kira akan berupa garis larus yang memotong pusat
sumbu dan dapat dinyatakan dengan persamaan berikut:
't1 =cr tan 1/)(, u) (9-16)
dengan
cr = tegangan total
1/J<cu) = sudut yang dibentuk oleh garis keruntuhan tegangan total dengan sumbu tegangan
normal, sudut ini juga dikenal sebagai sudut tahanan geser kondisi air termampatkan-
terkonsolidasi (consolidated-undrained).
Tetap pada Gambar 9-20, garis keruntuhan yang menyinggung semua lingkaran-lingkaran Mohr
untuk tegangan efektif dapat dinyatakan dengan persamaan -c1 = cr' tan 1/J di mana hal ini serupa dengan
yang telah didapatkan dari uji air teralirkan-terkonsolidasi (lihat Gambar 9-14).
Pada tanah-tanah lempung yang terkonsolidasi lebih, garis keruntuhan tegangan total yang didapat
dari uji air termampatkan-terkondolidasi akan mempunyai bentuk seperti yang terlihat pada
Gambar 9-21. Garis lurus a 'b ' dapat dinyatakan dalam persamaan:
'tr = c,rn) + a tan cpl(cu) (9- 1 7)
dan garis lurus b 'c ' akan mempunyai hubungan seperti pada Persamaaan 9-16. Garis keruntuhan Mohr
untuk tegangan-tegangan efektif akan hampir serupa dengan Gambar 9-2 1.
Uji air teralirkan-terkonsolidasi pada tanah lempung sangat memakan waktu. Oleh karena itu, kita
akan menggunakan uji air termampatkan terkonsolidasi dengan pengukuran tegangan air pori agar
mendapatkan parameter kekuatan geser tanah kondisi air teralirkan (drained). Karena hubungan drainase
dari dan ke dalam sampel tanah tidak memungkinkan selama pembebanan tegangan deviator, uji ini dapat
dilaksanakan relatif agak cepat.
..
"
"' Garis keruntuhan
"
Oil angan total
teg
c
"' t1 = cr tan rp "
Oil ( >
c
"' Tegangan normal
Oil
Garis keruntuhan
�
tegangan efektif
t1 = cr' tan rp
\B
r:l cr, I
l Tegangan normal
Gambar 9-20 Garis keruntuhan tegangan total dan efektif untuk uji triaksial kondisi consolidated-undrained.
Bob 21
9 Kekuatan Geser Tanah
•
Mekoniko Tonoh21
Jilid 2
c'
Tegangan nonnal
Gambar 9-21 Garis keruntuhan tegangan total dari uji (triaksial) consolidated-undrained pada tanah lempung terkonsolidasi
lebih
Parameter tegangan air pori A, dari Skempton telah dinyatakan pada Persamaan (9-1 5). Pada saat
runtuh, parameter A dapat ditulis sebagai
(Au )t
A
=
A
=
(9-1 8)
t (Acr d ) f
Rentang harga A1 untuk sebagian besar tanah lempung umurnyna adalah sebagai berikut:
Tanah lempung terkonsolidasi normal (normally consolidated) : 0,5 sampai 1 ,0
Tanah lempung terkonsolidasi lebih (over consolidated) : -0,5 sampai 0
Harga A1 untuk tanah lempung terkonsolidasi normal diberikan pada Tabel 9-2. Harga-harga tersebut
adalah basil yang didapat oleh The Norwegian Geotechnical Institute.
CONTOH 9-5:
Sebuah benda uji dari tanah pasir jenuh air diberi tekanan penyekap (confining pressure) sebesar 60 lb/in2•
Kemudian tcgangan aksial dinaikkan tanpa memperbolehkan terjadinya drainase (dari dan ke dalam benda uji).
Benda uji tersebut mencapai keruntuhan pada saat tegangan aksial mencapai 50 lb/in2• Tegangan air pori pacta saat
runtuh adalah 41,35 lb/in2•
TABEL 9-2 Hasil uji triaksial dari beberapa tanah lempung terkonsolidasi normal oleh The Norwegian Geotechnical
Institute
Garis keruntuhan
tegangan total
4J(c•)
18,65 110
Tegangan normal (lb/in2)
Gambar 9-22
Tentukan:
a) sudut tahanan kondisi air-termampatkan-terkonso1idasi geser (consolidated-undrained)
b) Sudut geser kondisi air teralirkan tfl.
Penyelesaian:
Bagian a
Pada saat runtuh, 0'3 = 60 1b/in2
0'1 = 0'3 + (!!a)1 = 60 + 50 = 1 10 1b/in2
tfJ(cu) = 17,1o
Bagian b
0'3' = 0'3 - ( t lu)1 = 60 - 41,35 = 1 8,65 1b/in2
0'1 ' = 110 - 40t'
= 0'1 - ( tlu)1 A'B' 1 ,35- =cr3
68,65
' 1b/in2
68, 65 - 1 8, 65
sin =
OA' cr1' + cr3' 68,65 + 1 8, 65
_22._ =
0 5727
'
87, 3
atau
deviator !:!..CJd, (di arah aksial) tanpa memperbolehkan pengaliran air (dari dan ke dalam benda uji). Karena
pengaliran air tidak dapat terjadi di kedua tahap tersebut, maka uji ini dapat diselesaikan dengan cepat.
Karena adanya tegangan sel (= tegangan penyekap) cr3, tegangan air pori di dalam benda uji tanah
tersebut akan naik menjadi uc (= uatconsoiidatioJ Kemudian tegangan air pori ini akan naik lagi sebesar !:!.u.d
akibat dari pemberian tegangan deviator. Jadi, tegangan total air pori di dalam benda uji pada tahap
pemberian tegangan deviator adalah
(9-19)
Dari Persamaan 9- 1 2 dan 9- 15, uc = Bcr3 dan !:!.u.d = A !:!.cr. d. Jadi
u = Bcr3 + A !:!..CJd = Bcr3 + A(CJ 1 - CJ3) (9-20)
Pacta umurnyna, pengujian ini kita lakukan dengan sampel tanah lempung, dan uji ini menyajikan
konsep kekuatan geser tanah yang sangat penting untuk tanah berkohesi yang jenuh air. Tambahan
tegangan aksial pacta saat tanah mencapai keruntuhan (11cr)1akan praktis selalu sama besarnya, berapapun
besarnya harga tegangan cell (sel) yang ada. Hal ini terlihat pacta Gambar 9-23. Garis keruntuhan untuk
tegangan total dari lingkaran-lingkaran tegangan Mohr berbentuk garis horisontal dan disebut sebagai
garis 1/J = 0 dan
't
I
= c
u
(9-2 1 )
dengan c
.
adalah kekuatan geser air-termampatkan (undrainde sear strength) yang besarnya sama dengan
...
�
"
'
OJl
§
Jl
O
§
Jl
O
� Lingkaran-lingkaran
Mohr untuk tegangan
total pada saat runtuh r Garis keruntuhan
IP=O
T
c,
l a,
Bob 25
9 Kekuatan Geser Tanah
•
Mekoniko Tonoh25
Jilid 2
Gambar 9-23 Lingkaran-lingkaran Mohr untuk tegangan total dan garis keruntuhan (,P = 0) yang didapat dari uji triaksial
unconsolidated-undrained.
Bob Mekanika Tanah Jilid
24 2
249 • Kekuatan Geser Tanah
...
01)
c
"'
01)
c
"'
01)
� Lingkaran Mohr untuk
tegangan total pacta saat
runtuh
(t.ad)f
t.cr, = tluc
Gambar 9-24
Sekarang anggaplah bahwa sebuah sampel benda uji yang lain (No. 2) telah dikonsolidasi dengan
tegangan sel lain sebesar cr3• Bila tekanan sel dinaikkan sebesar ilcr3 tanpa membolehkan terjadinya
pengaliran air, tegangan air pori akan meningkat pula sebesar iluc. Untuk tanah yang jenuh air (saturated)
dan tersekap tegangan secara isotropis, kenaikan tegangan air pori akan sama dengan kenaikan tegangan
total. Jadi, Lluc = ilcr3. Pacta saat ini, tegangan penyekap efektif menjadi 0"3 + Ll0" 3- il uc = 0"3 + Ll0"3- Ll0"3
= cr3• Ini akan sama dengan tegangan penyekap efektif untuk benda uji No. 1 sebelum kita memberikan
tegangan deviator. Jadi, bila benda uji No. 2 ditekan sampai mencapai keruntuhan dengan menaikkan
tegangan aksial, maka benda uji tadi akan runtuh pada tegangan deviator yang sama, yaitu (ilcr)f' seperti
pada benda uji No. l . Lingkaran Mohr untuk tegangan total pada saat mencapai keruntuhan adalah R
(Gambar 9-24). Penambahan tegangan pori akibat (ilcr)1 ini adalah (ilu)r
Pacta titik keruntuhan, tegangan efektif utama kecil adalah:
[0"3 + Ll0"3] - [Lluc + (ilu)f] = 0"3 - (ilu)f = 0"3'
dan tegangan efektif utama besar ialah:
9-4 UJI TEKANAN TAK TERSEKAP PADA TANAH LEMPUNG JENUH -AIR
Pengujian ini adalah bentuk khusus dari uji UU yang umum dilakukan terhadap sampel tanah lempung.
Pacta uji ini, tegangan penyekap 0" 3 adalah nol. Tegangan aksial dilakukan terhadap benda uji secara
relatif cepat sampai mencapai keruntuhan. Pacta titik keruntuhan, harga tegangan total utama kecil (total
minor principal stress) adalah nol dan tegangan total utama besar adalah cr1 (Gambar 9-25). Karena
kekuatan geser kondisi air-termampatkan dari tanah tidak tergantung pada tegangan penyekap, maka:
(9-22)
Bob Mekanika Tanah Jilid
25 2
259 • Kekuatan Geser Tanah
Tegangan geser
Lingkaran Mohr untuk tegangan
total pacta saat runtuh
Tegangan normal
cr, = q.
Gambar 9-25
Gambar 9-26 Alat uji tekanan tak tersekap (unconfined-compression)(atas kebaikan jasa Soiltest, Inc. Evanston, lllionois)
q" di atas kita kenal sebagai kekuatan tekanan tanah kondisi tak tersekap. Pada Tabel 9-3 diberikan
perkiraan harga-harga konsistensi tanah lempung berdasarkan harga kekuatan tekanan tak tersekap. Gambar
alat uji tekanan tak tersekap tadi dapat dilihat pada Gambar 9-26.
Secara teoretis, untuk tanah lempung jenuh-air yang sama uji tekanan tak tersekap mampu dalam
kondisi air termampatkan-tak terkendali (Unconsolidated-undrained) akan menghasilkan harga c. yang
sama. Tetapi pada kenyataannya pengujian unconfined compression pada tanah lempung jenuh-air biasanya
Bob Mekanika Tanah Jilid
26 2
269 • Kekuatan Geser Tanah
menghasilkan harga c" yang sedikit lebih kecil dari harga yang didapat dari pengujian UU. Fakta ini dapat
didemonstrasikan pada Gambar 9-27.
Bob Mekanika Tanah Jilid
27 2
279 • Kekuatan Geser Tanah
TABEL 9-3 Hubungan umum antara konsistensi tanah dengan kekuatan tanah
lempung dari Test Unconfined Compression
Konsistensi
lunak - 0 25
, -
Lunak 0,25 - 0,5
Menengah 0,5 48 - 96
-2 - 192
-4 -383
Gambar 9-27 Perbandingan hasil uji tekanan tak tersekap unconfined-compression dan unconsolidated-drained dari
tanah lempung jenuh air. ( Catatan: Lingkaran Mohr no.1 adalah dari uji tekanan tak tersekap; lingkaran Mohr no.2
dan 3 adalah untuk test triaksial unconsolidated-undrained)
lempung terkonsolidasi normal (k = I 0-{i cm I det), waktu yang diperlukan untuk mengecilkan
tegangan air pori yang timbul karena adanya tambahan beban bangunan di atasnya (misalnya akibat
Bob27
9 • Kekuoton Geser Tonoh Mekanika Tanah Jilid 2
27
beban pondasi) mungkin akan lama sekali. Untuk hal ini, kondisi air termampatkan mungkin tetjadi
baik selama melaksanakan peketjaan kontribusi maupun setelah peketjaan tadi selesai dilaksanakan.
Jadi, kondisi t/> = 0 mungkin lebih tepat bagi kasus tanah lempung tersebut.
3. Uji triaksial tentu saja lebih sukar dan mahal dilakukan dibanding dengan uji geser langsung.
dengan
dan
a
'
= 2c tan 45 +[ (t)] = 2c tan b' (9-25)
Diagonal ruang
= '
0'1' cr3
T
a'
Bob28
9 • Kekuoton Geser Tonoh Mekanika Tanah Jilid 2
28
Gambar 9-28 Garis kedudukan tegangan (stress path) - diagram dari cr,' versus a; untuk sampel tanah yang diuji
dengan uji triaksial kondisi consolidated-drained dan consolidated-undrained..
Bob29
9 • Kekuoton Geser Tonoh Mekanika Tanah Jilid 2
29
Jadi, dari grafik cri' vs. cr3', garis keruntuhan merupakan garis lurus yang membentuk sudut b' dengan
garis horisontal. Perpotongan garis keruntuhan dengan sumbu ordinat (yaitu sumbu cri') adalah di a',
seperti terlihat pacta Gambar 9-28.
Untuk uji triaksial kondisi air teralirkan-terkonsolidasi (consolidated-drained) di mana tegangan
tegangan penyekap adalah isotropis seperti yang telah kita bahas sebelumnya pada permulaan dari pemberian
tegangan deviator (arah aksial) terjadi kondisi sebagai berikut:
Tegangan efektif utama besar pada sampel tanah:
cr3' = cr3
Tegangan efektif utama kecil pada sampel tanah:
Keadaan tegangan-tegangan pada sampel tanah tersebut dapat diwakili oleh titik I yang terletak pada
diagonal ruang di Gambar 9-28. Bila tegangan deviator sedikit demi sedikit dinaikkan, sedang pada saat
itu tegangan penyekap cr3' (= cr3) ditahan konstan, maka harga-harga tegangan efektif utama besar dan
kecil pacta setiap tahap pengujian dapat digambarkan sebagai titik J pada Gambar 9-28. Titik ini terletak
di atas titik I. Bila semua titik-titik kedudukan yang mewakili kondisi tegangan-tegangan dalam sampel
tanah selama uji air teralirkan-terkonsolidasi dihubungkan, maka akan dihasilkan garis vertikal ID. Titik D
mewakili kondisi pada saat mencapai keruntuhan dengan koordinat titik tersebut. cri' = cr3' + (!!.cr) 1 = cr3
+ (!!.cr)1 dan cr3' = cr3. Jadi, garis ID di Gambar 9-28 adalah garis kedudukan tegangan untuk sebuah uji
triaksial kondisi air teralirkan-terkendali (consolidated-drained). Bila tegangan deviator pacta mulanya
diberikan secara isotropis dengan kondisi uji triaksial air teralirkan-terkonsolidasi, di mana cri' =cri' = cr3,
gambar garis kedudukan tegangan hanya berupa titik I yang terletak pada diagonal ruang (Gambar 9-28).
Tetapi bila tegangan deviator pada sampel tanah dinaikkan lambat laun tanpa memperbolehkan pengaliran
air maka:
Bila harga-harga cr1' dan cr3' ini digambarkan pada Gambar 9-28 didapatkan gambar garis kedudukan
tegangan IU. Titik U mewakili kondisi pada saat keruntuhan terjadi pada sampel tanah. Jadi, garis IU
mewakili garis kedudukan tegangan untuk uji triaksial isotropis kondisi air termampatkan-terkonsolidasi.
Mengingat bahwa garis OI membentuk sudut 45° dengan horisontal, kita dapat membuktikan bahwa
proyeksi IU ke arah horisontal (yang umumnya juga merupakan perubahan dari cr3') adalah sama dengan
perubahan tegangan air pori selama uji pembebanan geser (pelaksanaan tegangan deviator). Selain itu,
jarak arah vertikal antara titik U dan I adalah sama dengan (!!.crd)f"
(9-28)
Bob
29 9 Kekuatan Geser Tanah Mekanika Tanah Jilid 2
• 29
E F'
�/
----- (/'>crd},-----
'
Gambar 9-29 Stress path-diagram q versus p' untuk test triaksial kondisi consolidated-drained pada sebuah tanah
lempung yang terkonsolidasi normal..
dan
(9-29)
Pada kondisi ini, p' dan q' digambarkan sebagai sebuah titik (yaitu titik I pada Gambar 9-29). Pada saat
lainnya selama pembebanan tegangan deviator, cr1' = cr3' + !!crd = cr3 + !!crd; dan cr3' = cr3, lingkaran Mohr
A di Gambar 9-29 menggambarkan kondisi tegangan pada sampel tanah tersebut saat awal pembebanan
tegangan deviator. Harga-harga p' dan q' pada saat ini adalah:
' crt' + cr3 ' (cr3 ' + !!cr d) + cr/ , !!crd !!crd
p =
2 2
= cr3 + = cr3 + (9-30)
2 2 (9-3 1 )
Bila harga-harga p ' dan q' ini digambarkan pada Gambar 9-29, titik D ' akan merupakan titik kedudukan
tegangannya, dan titik D' ini berada di puncak lingkaran Mohr-nya. Jadi, apabila harga-harga p' dan q '
pada bermacam-macam tingkat pembebanan tegangan deviator diplotkan dan titik-titik tersebut
'
digandengkan, akan didapat garis lurus ID. Garis lurus ID ini merupakan garis kedudukan tegangan p
dan q' pada kondisi air teralirkan-terkonsolidasi dari sebuah uji triaksial. Garis ID ini membentuk sudut
45° dengan horisontal. Titik D mewakili kondisi pada saat mencapai keruntuhan dengan uji triaksial
tersebut. Juga dapat dilihat bahwa lingkaran Mohr B mewakili kondisi tegangan pada saat ia mencapai
keruntuhan.
Untuk tanah-tanah lempung yang terkonsolidasi normal, garis keruntuhan dapat dinyatakan sebagai
garis t1 = cr' tan If>. Garis tersebut adalah garis OF pada Gambar 9-29 Guga lihat Gambar 9-1 4). Garis
keruntuhan yang dimodifikasi dapat dinyatakan dengan garis OF'. Persamaan garis OF' adalah
a =
sudu
t
yang
dibe
ntuk
oleh
garis
keru
ntuh
an
terse
but
yang
telah
dimo
difik
asi
deng
an
garis
hori
sont
al.
Bob
31 9 Kekuatan Geser Tanah Mekanika Tanah Jilid 2
• 31
a, = a,·
Hubungan antara sudut !p dan a dapat ditentukan dengan melihat pada Gambar 9-30 di mana untuk
jelasnya lingkaran Mohr pada saat runtuh (yaitu lingkaran B) juga garis-garis OF dan OF' seperti pada
Gambar 9-29 digambar lagi. Titik-titik 0' sekarang adalah pusat dari lingkaran tersebut.
DO'
= tan a
00'
atau
tan a 2 (9-33)
Kemudian
CO' .
= SIO ip
OO'
atau
sin !p 2 (9-34)
'
Pada Gambar 9-3 1 ditunjukkan tempat kedudukan titik-titik pada grafik q' dan p untuk sampel tanah
lempung terkonsolidasi normal, yang dikenakan uji triaksial kondisi air termampatkan-terkonsolidasi
(consolidated-undraned). Pada awal pemberian tegangan deviator, cr1' = cr3' = cr3. Jadi, p = cr3' dan q' =
'
0. Keadaan ini diwakili oleh titik /. Pada tingkat sesudahnya dari pemberian tegangan deviator didapat:
Bob
32 9 Kekuatan Geser Tanah Mekanika Tanah Jilid 2
• 32
dan
Bob
33 9 Kekuatan Geser Tanah Mekanika Tanah Jilid 2
• 33
·,.
:s
"
1;j
...:
"'
"'
"' F'
Qj)
c
"'
Qj)
c
"'
Qj)
�
Lingkaran Mohr
tegangan total
' '
Gambar 9-31 Stress path-diagram q versus p untuk sebuah uji triaksial kondisi consolidated-undrained pada tanah
lempung yang terkonsolidasi normal..
Jadi,
dan
cr1' ;_- <JJ'
q'
= 2
.1crd
=2 (9-38)
Tempat kedudukan harga-harga p ' dan q' digambarkan sebagai titik U' pada Gambar 9-3 1. Titik-titik
U" mewakilf harga-harga p dan q ' kemudian selama pengujian berlangsung. Pada saat sampel
'
seperti
tanah mencapai keruntuhan didapat:
(9-39)
dan
(.1<Jd) f
q' =
(9-40)
2
�
"'
E
�N
--
3
100
-,.-
400
Gambar 9-32 Stress path dari tanah lempung Lagunillas-diagram q ' dan p ' yang didapat dari uji triaksial kondisi
Bob
34 9 Kekuatan Geser Tanah Mekanika Tanah Jilid 2
• 34
consolidated-undrained pada sejumlah benda uji {digambar kembali menurut Lambe, 1964).
32 Mekanika Tanah Jilid 2
Harga-harga p' dan q ' dari Persamaan 9-39 dan 9-40 di atas akan tergambar sebagai titik U. Jadi, garis
kedudukan untuk tegangan -tegangan efektif dari suatu uji consolidated-undrained dapat digambarkan
sebagai kurva /U' U. Titik U ini akan t�rletak pada garis keruntuhan OF' (seperti pada Gambar 9-30) yang
membentuk sudut a dengan horisontaL Pada Gambar 9-32 diberikan beberapa garis kedudukan tegangan
dari basil uji triaksial pada tanah lempung Lagunillas. Lambe (1964) telah memaparkan suatu teknik
untuk mengevaluasi penurunan elastis dan konsolidasi dari sebuah pondasi di tanah lempung dengan
menggunakan garis kedudukan tegangan (stress path) yang dihasilkan dengan cara tersebut.
CONTOH 9-6:
Diketahui suatu tanah dengan 1/J 22° dan c = 2, I Jb/in2• Uji triaksial kondisi air teralirkan-terkonsolidasi d ilaksanakan
=
terhadap sebuah sampel tanah yang sama dengan tegangan penyekap o3 = 20 lb/in2 • Untuk menggambarkan garis
kedudukan tegangan (stress path) dari o 1 ' dengan o ' lakukanlah hal-hal berikut:
3
a. Gambar diagonal ruangnya.
b. Gambar garis keruntuhan
c. Gambar garis kedudukan tegangan untuk pengujian tersebut.
d. Dari gambar garis kedudukan tegangan di No. c, tentukan besamya tegangan efektif utama (01 ') pacta saat-saat
runtuh.
Penyelesaian:
Bagian a
Gambar diagonal ruang adalah seperti
pacta Gambar 9-33.
D(20, 50, 2)
Bagian b
Dari Persamaan 9-24
[ ( )J
401
tan 2
+
= 45
.J2,2
ruang
6,23 lb/ in 2
b-
= (2)(2, 1) =
20 /(20, 20)
Gambar 9-33
Bob 9
34 • Kekuatan Geser Tanah Mekanika Tanah Jilid 2
33
a,
Tegangan aksial
Gambar 9-34 Kekuatan tekan tak tersekap (unconfined) dari tanah lempung yang asli dan yang telah menderita
kerusakan struktural. Terlalu quick
Rasio kesensitifan sebagian besar tanah
lempung berkisar antara 1 sampai 8; biarpun Sangat quick
pada beberapa tanah-tanah lempung maritim
yang mempunyai tingkat flokulasi yang sangat
tinggi didapat juga harga rasio kesensitifan
Quick tingkat menengah
yang dapat berkisar antara 10 sampai 80. Ada
beberapa jenis tanah lempung tertentu yang
akibat kerusakan tersebut dapat tiba-tiba
berubah menjadi cair. Tanah-tanah seperti itu
Agak quick
sebagian besar dijumpai di daerah Amerika
Utara dan daerah semenanjung Scandinavia
yang dulunya tertutup oleh es. Tanah-tanah
lempung seperti ini biasa dinamai sebagai Sangat sensitif
"quick" clays. Rosengvist ( 1 953) telah
m en gklasifikasi tanah-tanah lempung
berdasarkan kesensitifannya. Klasifikasi secara
umum dapat dilihat pada Gambar 9-35. Sensitif tingkat menengah
Kehilangan kekuatan setelah adanya
kerusakan struktural pada tanah dapat teijadi
terutama karena memang sudah ada per
ubahan-perubahan yang berarti dari struktur Agak sensitif Tidak sensitif
dasar partikel tanah asli selama berlang
sungnya proses sedimentasi dari tanah tersebut
Ga m b a r 9-35 Klasifikasi tanah lempung berdasarkan
pada mulanya. kesensitifannya..
Bob 9
34 • Kekuatan Geser Tanah Mekanika Tanah Jilid 2
34
Bila setelah adanya kerusakan tersebut sampel tanah dibiarkan tidak terusik Guga tanpa adanya
perubahan dari kadar airnya), tanah tersebut akan lambat laun pulih kekuatannya. Peristiwa ini disebut
sebagai thixotrophy. Thixotrophy adalah proses pulihnya kembali kekuatan tanah, yang melemah akibat
kerusakan struktural, sebagai fungsi dari waktu. Hilangnya kekuatan tanah tersebut lambat laun dapat
kembali apabila tanah tersebut dibiarkan beristirahat. Kondisi thixotrophy dapat dilihat pada Gambar
9-36a .
Sebagian besar tanah pada kenyataannya hanya thixotrophy parsial. Artinya bahwa hanya sebagian
saja dari kekuatan tanah yang hilang akibat kerusakan tersebut yang lambat laun dengan beijalannya
waktu akan kembali. Keadaan perubahan kekuatan dengan beijalannya waktu untuk tanah-tanah yang
thixotrophy parsial, dapat dilihat pada Gambar 9-36b. Perbedaan yang ada antara kekuatan tanah mula
mula (asli) dan kekuatan tanah setelah pulih akibat thixotrophy diperkirakan akibat dari struktur partikel
tanah yang tidak sepenuhnya pulih seperti sediakala.
9-8 KOH ESI KEADAAN AIR TERMAMPATKAN (UNDRAINED) DARI DEPOSIT TANAH-TANAH
TERKONSOLI DASI NORMAL DAN TERKONSOLI DASI LEBIH
Untuk deposit tanah lempung yang terkonsolidasi normal, kekuatan geser air termampatkan c akan ••
meningkat sejalan dengan membesarnya tekanan timbunan tanah setempat. Shempton (1957) memberikan
hubungan secara statistik antara kekuatan geser air termampatkan tekanan timbunan tanah (p), dan Indeks
Plastis (JP) tanah dengan hubungan sebagai berikut:
s_ = 0, 1 1 + 0, 0037 {lP) (9-42)
p
dengan JP dinyatakan dalam persen.
%(undisturbed)
s,
qu(remolded)
q,(undisturbed)
- - -- - -- Kekuatan tanah
asli mula-mula
Rusak
Rusak Mengeras
Mengeras Mengeras
Kekuatan tanah
setelah menderita
q,(remolded) kerusakan
Waktu
(a)
Kekuatan tanah
asli mula-mula
Kekuatan tanah
thixotropy
Rusak Rusak
Mengeras
Kekuatan tanah
setelah menderita
(b)
kerusakan
Bob 9
34 • Kekuatan Geser Tanah Mekanika Tanah Jilid 2
35
Gambar 9-36 Perilaku dari (a) bahan yang thixotropis, (� bahan yang thixotropis sebagian.
Bob 9
34 • Kekuatan Geser Tanah Mekanika Tanah Jilid 2
36
Persamaan 9-42 sangat berguna dalam praktek. Bila harga indeks plastis dari suatu tanah lempung
yang terkonsolidasi normal telah diketahui, variasi dari kohesi tanah keadaan undrained tersebut dengan
kedalaman tanah dapat diperkirakan.
Ladd, Foote, Ishihara, Schlosser, dan Poulos (1977) telah mendemonstrasikan bahwa untuk tanah
tanah lempung terkonsolidasi lebih (overconsolidated), hubungan di bawah ini kurang lebih benar.
-';-
( ) terkonsolidasi lebih
(OCR)0,8 (9-43)
(t)konsolidasi nonnal
=
dengan
Pc
OCR =
P
dengan
Pc = tekanan pra-konsolidasi (lihat Bab 7).
CONTOH 9-7:
Suatu deposit tanah lempung tebal 50 feet terlihat di Gambar 9-37. Harga indeks plastis tanah tersebut adalah 48%.
Perkirakan kohesi tanah kondisi air termampatkan pada tanah yang terletak di tengah-tengah lapisan tersebut.
Penyelesaian:
Di tengah-tengah lapisan tanah lempung tersebut, tekanan efektif timbunan tanah adalah
P = Y(pasir) X 10 + Y(lempung) X 25
1 10 X 10 + ( 1 22,4 - 62,4) X 25 = 2600 Jb/ft2
=
Gambar 9-37
369 Mekonika Tanah Jilid 2
Bob • Kekuatan Geser Tanah 38
T=M +M + Ms e e•
luas lengan
permukaan momen
dengan
T
mobilisir sebesar c. di tepi paling luar dari lingkaran dan
berkurang secara linear, menjadi nol di pusat lingkaran.
1
h
b. Berbentuk seragam. Tegangan tahanan geser yang ter
mobilisir adalah sama sebesar c untuk seluruh penampang
sisi silinder.
.
(9-47)
1- d-----i�l atau
(9-48)
Gambar 9-38 Gambar dari alat geser
vane.
369 Mekonika Tanah Jilid 2
Bob • Kekuatan Geser Tanah 39
dengan
f3 = t bila tahanan geser yang termobilisasi dianggap berbentuk segitiga
T
c.
Mobilitas kekuatan
geser bentuk segi tiga
1
I
T
c.
Mobilitas kekuatan
geser secara merata
l LJ
f 2
T
Mobilitas kekuatan
geser secara parabolis
j"
I
LJ
f 2
(b)
Gambar 9-39 Penjabaran dari Persamaan 9-47; (a) gaya-gaya dan momen-momen geser penahan; (� variasi dari
kekuatan geser yang timbul di kedua bidang tepi silinder.
369 Mekonika Tanah Jilid 2
Bob • Kekuatan Geser Tanah 39
Bob
389 • Kekuatan Geser Tanah Mekanika Tanah Jilid
38 2
Uji geser vane dapat dilakukan di laboratorium atau langsung di lapangan pada waktu penyelidikan
tanah. Alat vane geser di laboratorium mempunyai dimensi diameter 0,5 inches (=12,7 mm) dan tinggi
1,0 inch (= 25,4 mm). Gambar 9-40 menunjukkan foto dari penentuan c. di laboratorium dengan
menggunakan alat vane geser. Alat vane geser 1apangan mempunyai dimensi lebih besar dan menurut
U.S. Bureau of Reclamation digunakan:
d = 2 inches (= 50,8 mm); h = 4 in (= 101,6 mm)
d = 3 inches (= 76,2 mm); h = 6 in (= 152,4 mm)
d = 4 inches (= 101,6 mm); h = 8 in (= 203,2 mm)
Pada umumnya kekuatan geser undrained dari tanah sangat bervariasi di lapangan dengan kedalaman
tanahnya, uji geser vane sangat berguna. Dalam waktu singkat kita dapat menentukan pola perubahan
harga c
.
tanah menurut kedalaman. Tetapi, bila deposit tanah lempung tersebut pada tempat tertentu
kurang lebih seragam sifatnya dari beberapa uji triaksial kondisi unconsolidated-undrained pada sampel
tanah asli dapat diperkirakan parameter-parameter tanah untuk perencanaan. Harga kekuatan geser tanah
kondisi undrained yang didapat dengan alat vane geser juga tergantung dari kecepatan pemutaran momen
torsi T.
Bjerrum (1974) telah membuktikan bahwa bila harga plastisitas tanah relatif tinggi, harga c. yang
didapat dari uji geser vane mungkin dapat terlalu besar dari pada yang sebenamya sehingga tidak aman
untuk dipakai dalam perencanaan pondasi. Untuk alasan ini, Bjerrum mengusulkan koreksi berikut:
c
u(perencanaan)
=Acu(alat vane geser) (9-49)
Bob
399 • Kekuatan Geser Tanah Mekanika Tanah Jilid
39 2
Gambar 9-40 Penentuan harga kekuatan geser tanah kondisi undrained dengan menggunakan alat geser vane
laboratorium (atas jasa baik Soiltest, Inc., Evanston, Illinois).
Bob
409 • Kekuatan Geser Tanah Mekanika Tanah Jilid
40 2
1,0
0,9
A. 0,8
0,7
0,6
0 20 40 60 so 100 120
Indeks plastis, IP
Gambar 9-41 Gambar diagram I versus indeks plastis tanah Persamaan 9-50�
dengan
A = faktor koreksi = 1 ,7 - 0,54 log (JP) (9-50)
JP = indeks plastis dari tanah
Pada Gambar 9-41 ditunjukkan grafik dari A versus indeks plastis menurut Persamaan 9-50.
9-10 CARA LAIN UNTUK MENENTUKAN KEKUATAN GESER AIR TAK TERALIRKAN
(UNDRAINED) DARI TANAH-TANAH KOHESIF
Alat yang kita bahas berikut ini bentuknya serupa dengan alat geser vane tetapi sudah agak dimodifikasi
dan kita kenal sebagai torvane (Gambar 9-42). Alat ini diputar dengan tangan dan mempunyai pegas yang
sudah terkalibrasi (standard). Alat torvane tadi dapat digunakan untuk menentukan c. dari sampel tanah
dalam tabung sampling basil eksplorasi lapangan, tetapi alat ini juga dapat langsung digunakan di lapangan.
Alat torvane ini ditusukkan ke dalam tanah di lapangan dan kemudian diputar sampai menggeser (runtuh).
Harga kekuatan geser undrained dapat dibaca dari arloji pengukur standard yang terletak di ujung atasnya.
Bob
419 • Kekuatan Geser Tanah Mekanika Tanah Jilid
41 2
Gambar 9-42 Alat Torvane (alas jasa baik Soiltest, Inc., Evanston, Illinois).
Bob40
9 • Kekuatan Geser Tanah Mekoniko Tonoh 40
Jilid 2
Sebagaimana telah disebutkan terdahulu, harga X terutama tergantung pada derajad kejenuhan tanah
tersebut. Dengan cara uji laboratorium menggunakan alat triaksial biasa, harga tegangan efektif dalam
sampel tanah tidak mungkin dapat ditentukan secara akurat. Jadi, cara yang biasa dilakukan ialah dengan
melakukan uji triaksial cara undrained pada sampel tanah yang takjenuh, dan mengukur hanya tegangan
tegangan totalnya saja. Pada Gambar 9-44 ditunjukkan garis keruntuhan berdasarkan tegangan total yang
dihasilkan dari beberapa uji triaksial undrained untuk keadaan ketakjenuhan tanah seperti adanya. Garis
keruntuhan Mohr umumnya melengkung. Tegangan sel (penyekap) yang lebih tinggi akan menyebabkan
tingkat pemampatan yang lebih tinggi dari udara dalam ruang-ruang pori tanah; jadi tingkat kelarutan
Gambar 9-44 Garis keruntuhan tegangan total untuk tanah-tanah kohesif yang tidak jenuh air.
Bob42
9 • Kekuatan Geser Tanah Mekoniko Tonoh 42
Jilid 2
Tanah lempung
anorganik (CL)
Ser al
Ser al
86,8 %
88,8%
Gambar 9-45 Variasi dari garis keruntuhan tegangan total dengan perubahan harga derajad kejenuhan dari tanah
lempung organik yang diuji pada kondisi undrained (dari Casagrande dan Hirschfeld, 1960).
udara dalam air juga meningkat. Untuk keperluan perencanaan, garis yang melengkung tersebut kadang
kadang didekati (anggapan) dengan sebuah garis lurus seperti pada Gambar 9-44 tersebut.
(9-53)
Sebagai catatan, harga c(us) dan <Plus) di atas adalah konstanta empiris.
Pada Gambar 9-45 diperlihatkan variasi garis keruntuhan dari tegangan total sebagai fungsi derajat
kejenuhan tanah. Pengujian ini dilaksanakan pada tanah-tanah lempung anorganik dengan cara undrained.
Perlu diperhatikan bahwa pada pengujian tersebut sampel tanahnya dibuat mempunyai berat volume
kering awal yang kurang lebih sama sekitar 106 lb/ft3 (= 16,7 kN/m3). Untuk harga tegangan normal total
yang sama, harga tegangan geser yang menyebabkan keruntuhan berkurang bila derajat kejenuhan tanah
meningkat. Bila derajat kejenuhan mencapai 1 00%, garis keruntuhan berdasarkan tegangan total menjadi
garis lurus horisontal, sama seperti pada konsep cp = 0.
Untuk praktisnya kita dapat menganggap bahwa besar kemungkinan suatu deposit tanah kohesif
akan menjadi jenuh setelah hujan atau naiknya permukaan air tanah; jadi kekuatan tanah berdasarkan
tanah tak jenuh tidak dapat dipakai dalam perencanaan. Sampel tanah tak jenuh yang kita peroleh dari
hasil pengeboran di lapangan harus dibuat jenuh lebih dahulu di laboratorium dan kemudian kekuatan
geser undrained-nya ditentukan.
SOAL-SOAL
9-1 Suatu uji geser langsung dilaksanakan pada sampel tanah pasir kering dengan tegangan normal sebesar 191,5
kN/m2• Keruntuhan terjadi pada waktu tegangan geser mencapai 119,7 kN/m2• Ukuran benda uji adalah 50,8
mm x 25,4 mm (tinggi). Tentukan sudut geser dalam cp. Bila tegangan normal yang diberikan adalah 144 kN/
m2, berapa besar gaya geser yang diperlukan untuk menyebabkan terjadinya keruntuhan pada benda uji?
9-2 Sudut geser internal dari suatu tanah pasir kering ialah 41°. Pada pelaksanaan uji geser langsung di tanah pasir
ini, diberi tegangan normal sebesar 15 lb/in2• Ukuran benda uji ialah 2 in x 2 in x 1,2 in (tinggi). Berapa gaya
geser yang diperlukan untuk menyebabkan keruntuhan?
Bob43
9 • Kekuatan Geser Tanah Mekoniko Tonoh 43
Jilid 2
9-3 Berikut ini adalah hasil dari empat uji geser langsung kondisi air teralirkan pada tanah lempung yang
terkonsolidasi normal.
Bob44
9 • Kekuatan Geser Tanah Mekoniko Tonoh 44
Jilid 2
tinggi = 25 mm
1 120,6
2 170,64
204,1
41 ,65 244,3
Gambar grafik tegangan geser pada saat mencapai keruntuhan sebagai fungsi dari tegangan normal. Tentukan
sudut geser internal dari tanah pada grafik tersebut.
9-4 Persamaan untuk garis keruntuhan dari suatu tanah kepasiran yang renggang (didapat dari uji geser langsung)
'
adalah 't1 = cr tan 30°. Uji triaksial kondisi air teralirkan dilakukan terhadap tanah tersebut dengan tegangan
penyekap sel sebesar 1 1 0 lb/in2• Hitung besarnya tegangah deviator pada saat terjadi keruntuhan.
9-5 Dari uji triaksial yang disebut pada Soal 9-4:
a) Tentukan kira-kira besarnya sudut yang dibentuk oleh bidang keruntuhan terhadap tegangan utama besar
b) Tentukan tegangan normal dan geser yang bekerja pada bidang keruntuhan hila bidang keruntuhan
tersebut membentuk sudut 30° dengan tegangan utama besar. Terangkan juga mengapa benda uji yang
sebenarnya (di Soal 9-4) tidak runtuh melalui bidang keruntuhan 30° tersebut belakangan ini (tetapi
runtuh melalui bidang keruntuhan yang lain).
9-6 Pada sebuah tanah Iempung yang terkonsolidasi normal, basil uji triaksial kondisi air teralirkan adalah sebagai
berilrut:
tekanan penyekap sel = 140 kN/m2
tegangan deviator pada saat runtuh = 263,5 kN/m2
Tentukan sudut geser internal l/1 dari tanah tersebut.
9-7 Hasil-hasil dari dua uji triaksial kondisi air teralirkan pada suatu tanah lempung yang jenuh air adalah sebagai
berikut:
Benda Uji 1 : tekanan penyekap sel 69 kN/m2
tegangan deviator pada saat runtuh 213 kN/m 2
Benda Uji 2 : tekanan penyekap sel 1 20 kN/m2
tegangan deviator pada saat runtuh 258,7 kN/m2
Tentukan parameter kelruatan geser (c dan l/1) dari tanah ini.
9-8 Bila benda uji tanah lempung di Soal 9-7 di uji pada kondisi triaksial dengan tekanan penyekap sel sebesar
200 kN/m2, berapa besarnya tegangan utama besar pada saat runtuh? Anggaplah bahwa selama pengujian
pengaliran air penuh (full drained condition).
9-9 Suatu tanah berpasir mempunyai sudut geser internal kondisi air teralir sebesar 35° . Pada sebuah uji triaksial
kondisi air teralirkan terhadap tanah ini didapat tegangan deviator sebesar 2,69 ton/ft2 di saat mencapai
keruntuhan. Berapa tegangan penyekap selnya?
9-10 Suatu uji triaksial kondisi air teralirkan terhadap tanah lempung terkonsolidasi normal menghasilkan bidang
geser keruntuhan yang membuat sudut 58° dengan horisontal. Bila benda uji tanah tersebut di uji dengan
tekanan penyekap sel sebesar 103,5 kN/m2• Berapa tegangan utama besar pada saat runtuh ini?
9-11 Suatu deposit tanah pasir terlihat pada Gambar P9- 1 1 . Carilah besarnya perlawanan geser internal kN/m2
sepanjang bidang horisontal yang terletak 10 m di bawah permukaan tanah.
9-12 Suatu uji consolidated-undrained pada suatu tanah lempung yang terkonsolidasi normal menghasilkan besaran-
besaran sebagai berikut:
cr3 = 1 2 lb/in2
Bob45
9 • Kekuatan Geser Tanah Mekoniko Tonoh 45
Jilid 2
lOm
Pasir
e = 0,8
G = 2,67
,
1/J = 35°
Gambar P9-11
9-13 Kekuatan geser dari suatu tanah lempung yang terkonsolidasi normal dapat dinyatakan dengan persamaan 't1
= cr' tan 31 o. Suatu uji consolidated-drained (triaksial) dilaksanakan pada tanah lempung tersebut dan hasilnya
adalah sebagai berikut:
tekanan penyekap sel = 1 1 2 kN/m2
tegangan deviator pada saat runtuh = 100, 14 kN/m2
Tentukan:
a. sudut geser internal kondisi consolidated-undrained (!pc)
b. tegangan air pori yang terjadi pada saat terjadi keruntuhan.
9-14 Untuk jenis tanah lempung di Soa1 9- 1 3 , berapa besamy a tegangan deviator pada saat runtuh bila uji tersebut
dilaksanakan dalam kondisi drained dan pada tekanan penyekap sel sebesar cr3 = 1 12 kN/m2?
9-15 Suatu sampel tanah p asir berlainan mempunyai sudut geser dalam kondisi consolidated-undrained sebesar 22°
dan sudut geser internal kondisi drained sebesar 32° (c = 0). Bila uji kondisi consolidated-undrained
dilakukan terhadap tanah tersebut pada tekanan penyekap sel sebesar 1,2 ton/ft2, berapa besarnya tegangan
utama besar (tegangan total) p ada saat mencapai keruntuhan? Juga hitunglah tegangan air pori yang terjadi
di dalam benda uji tanah pada saat terjadi keruntuhan.
9-16 Berikut ini adalah hasil dari uji triaksial kondisi consolidated-undrained pada sebuah tanah lempung
Benda uji cr
3
cr
,
pada saat runtuh
no. (kN/m2) (kN/m2)
1 191,67 375,67
383,34 636,33
Gambar lingkaran-lingkaran Mohr untuk tegangan total dan tentukan parameter-parameter kekuatan geser
untuk kondisi consolidated-undrained tersebut.
9-17 Suatu uji consolidated-undrained (triaksial) pada tanah lempung jenuh air menghasilkan besaran-besaran
sebagai berikut:
cr3 = 2000 lb/ft2
cr1 pada saat runtuh = 3900 lb/ft2
Berapa besamy a tegangan aksial (= cr1) pada saat runtuh, apabila pada benda uji yang sama dilakukan uji
3
tekanan tak tersekap (unconfined compression)(cr
44 Mekanika Tanah Jilid 2
Bob 9 • Kekuatan Geser Tanah 44
= 0).
45 Mekanika Tanah Jilid 2
Bob 9 • Kekuatan Geser Tanah 45
9-18 Sudut geser internal qJ, dari suatu tanah lempung terkonsolidasi normal, yang didapat dari eksplorasi lapangan,
telah ditentukan dari uji triaksial kondisi drained sebesar 25°. Kekuatan tekan tak tersekap (unconfined
compression strength), q" ( 2 c) , pacta tanah ter sebut didapati sebesar 100 kN/m2• Tentukan tegangan air pori
=
pacta saat runtuh untuk uji tekanan tak ter sekap ini.
9-19 Gambar profil tanah seperti pacta Gambar P9-19. Tanah lempungnya terkonsolidasi normal dengan Batas C air
(Liquid Limit) sebesar 68% dan Batas Plastis (Plastic Limit) sebesar 27%. Perkirakan besarny a kekuatan tekan
tak tersekap (unconfined compression strength) dari tanah tersebut pada kedalaman 30 ft dari permukaan
tanah.
9-20 Jika lapisan tanah lempung pacta Gambar P9- 1 9 tersebut adalah terkonsolidasi lebih (overconsolidated) dengan
rasio overconsolidasi (= OCR) sebesar 3,2, perkirakan besarnya kekuatan tekan tak tersekapnya. Gunakan
hasil dari Soal 9-19.
• • •• • • • • • • 0
30ft
Lempung
w = 40%
G, = 2,68
0 0 I 0 .. 0 0 0 0
I
0 , 0 0
0
Gambar P9-1 9
9-21 Ulangi contoh Soal 9-6 (hal. 7) dengan qJ = 28°, c = 400 lb/ft2 , dan a 3 = 12 lb/in2•
q
9-23 Untuk sebuah tanah lempung terkonsolidasi normal, garis keruntuhan Mohr dapat dinyatakan
p dalarn persamaan
' '
-r a' tan 1{>. Garis keruntuhan ini juga dapat dimodifikasi berupa grafik vs. seperti pacta Persamaan
1
=
(9-32) menjadi garis q = p tan a. Analog bila garis ker untuhan Mohr-nya mempunyai persarnaan -r = c +
' '
' ' 1
a tan 1{>, garis keruntuhan yang dimodifikasi pacta grafik q ' vs. p akan mempunyai persamaan q = m + p' tan
'
a. Nyatakan harga a sebagai fungsi dari qJ, dan nyatakan harga m sebagai fungsi dari c dan 1{>.
9-24 Hasil dari dua buah uji triaksial consolidate-drained pada sebuah tanah lempung adalah sebagai berikut:
46 Mekanika Tanah Jilid 2
Bob 9 • Kekuatan Geser Tanah 46
'
a1 pada
(lblin2) (lbfin2)
26,6 73,4
11,96
47 Mekanika Tanah Jilid 2
Bob 9 • Kekuatan Geser Tanah 47
Gunakan persamaan bictang keruntuhan pacta Soal 9-23 yaitu q' = m + p' tan a (grafik tictak usah ctigambar)
a) earl m ctan a
b) earl c ctan �
NOTASI
lnggris
a' 2c tan ( 45 + %)
B Parameter tegangan air pori oleh Skempton
b' tan-1 [ (
tan 2 45 + %)]
kohesi
c
kohesi ctari garls keruntuhan Mohr tegangan total - pada test consolidatect-undrainect
c
c
cu
kohesi kondisi undrained (tanah jenuh air)
kohesi dari garls keruntuhan Mohr tegangan total - pada test undrained atas tanah tak jenuh.
u
cus
d diameter vane geser (diameter kitiran putarnya)
h tinggi vane geser (tinggi kitiran putarnya)
M,, M, momen-momen ketahanan
OCR overconsolidation ratio
JP indeks p lastis
p tekanan akibat beban di atasny a (cti atas titikllapisan yang ctitinjau)
p'
(cri ' + cr3')/2
tekanan pra-konsolidasi
Pc (cri' - cr3')/2
kekuatan unconfined compression
q u kesensitifan
s,
momen torsi
T tegangan air pori
tegangan air pori pada udara dalam pori tanah (tanah tak jenuh)
tegangan air pori y ang meningkat akibat tekanan hidrostatis
tegangan air pori (tanah tak jenuh)
lluruf Yunani
a sudut kemiringan garls keruntuhan yang dimodifikasi dengan sumbu p'
{3 konstanta [Persamaan 8-48]
y berat volume
Y,., berat volume dalam kondisi jenuh
flue perubahan tekanan air pori akibat kompresi hictrastatis
flud perubahan tekanan air pori akibat beban tegangan deviator
flVc perubahan volume akibat mengecilnya uc
flVd perubahan volume akibat mengecilnya flud
flcr3 perubahan tekanan pe nyekap (se!)
flcrd tegangan deviator
(flcr)1 tegangan deviator pacta saat mencapai keruntuhan
(} sudut
I. koreksi untuk harga kekuatan geser vane
48 Mekanika Tanah Jilid 2
Bob 9 • Kekuatan Geser Tanah 48
tegangan-tegangan normal
tegangan efektif
cr, tegangan utama besar
cr,' tegangan utama besar efektif
tekanan se! penyekap; juga tegangan utama kecil
0"3, 0c
tegangan utama kecil efektif
0"3'
a' tekanan pra-konsolidasi dari contoh tanah di percobaan triaksial
tegangan geser
c
't
kekuatan geser
'tf sudut geser internal (kondisi drained)
t/>
sudut geser internal tanah (kondisi drained dan pada tanah overconsolidated)
1/>,
sudut geser internal tanah (tanah pada kondisi consolidated-undrained)
t/>(cu) sudut geser internal tanah (consolidated-undrained tanah overconsolidated)
t/>l(cu) sudut geser internal tanah dari garis keruntuhan menurut uji undrained tanah tak jenuh.
I/>(us) faktor yang berhubungan dengan tegangan efektif di tanah-tanah tak jenuh [Persamaan 9-5 1 ].
X
Referensi
B ishop, A.W., dan Bjerrum, L . ( 1 960). "The Relevance of the Triaxial Test to the Solution of Stability Problems, "
Proceedings, Research Conference on Shear Strength of Cohesive Soils, ASCE, 437-50 1 .
Bjerrum, L . ( 1 974).\"Problems o f Soil Mechanics and Construction on Soft Clays," Norwegian Geotechnical Institute,
Publication No. ] 10, Oslo.
Bjerrum, L ., and Simons, N.E. ( 1 960). "Compar asion of Shear Strength Characteristics of Normally Consolidated
Clay, " Proceedings, Research Conference on Shear Strength of Cohesive Soils, ASCE, 1 77 1 -726.
Casagrande, A., and Hirschfeld, R.C. ( 1 960). "Stress Deformation and Strength Characteristics of a Clay Compacted
to a Constant Dry Unit Weight," Proceedings, Research Conference on Shear Strength of Cohesive Solis,
ASCE, 359-4 17.
Coulomb, C .A. ( 1 776). "Essai sur une application des regles de Maximums et Minimis a quelques Problems de
Statique, relatifs a !'Architecture, " Memoires de Mathematique et de Physique, Presentes, a I'Acadernie Royale
des Sciences, Paris, Vol.3, 38.
Kenney, T.C . ( 1 959). Discussion, Proceedings, ASCE, Vol.85, No.SM3, 67-79.
Ladd, C.C ., Foote, R., Ishihara, K ., Schlosser, F., and Poulos, H.G. (1 977). "Stress Deformation and Strength
Characteristics," Proceedings, 9th International Conference on Soil Mechanics and Foundation Engineering,
Tokyo, Vol.2, 42 1 -494.
Lambe, T.W. ( 1 964). "Methods of Estimating Settlement, " Journal ofthe Soild Mechanics and Foundations Division,
ASCE, Vol.90, No. SM5, 47-74.
Mohr, 0. ( 1 900). "Welche Ustande Bedingen die Elastizitatsgrenze und den Bruch eines Mater ia1es?," Zeitschrift des
Vereines Deutscher lngenieure, Vol.44, 1524- 1530, 1572- 1 577.
Rosenqvist, I. Th. ( 1953). "Considerations on the Sensitivity of Norwegian Quick Clays," Geotechnique, Vol.3, No.5,
195-200.
Skempton, A. W. (1 954). "The Pore Water Coefficients A and B," Geotechnique, Vol.4, 143-147.
Skempton, A.W. ( 1957). "Discussion: The Planning and Design of New Hong Kong Airport, " Proceedings, Institute
of Civil Engineers, London, Vo1.7, 305-307.
10
Tekanan Tanah ke
Samping
Konstruksi penahan tanah seperti dinding penahan, dinding bangunan bawah tanah (basement), dan turap
baja, pada umumnya digunakan dalam teknik pondasi; konstruksi penahan tanah tersebut biasanya digunakan
untuk menahan massa tanah dengan talud vertikal. Agar dapat merencanakan konstruksi penahan tanah
dengan benar, maka kita perlu meng�tahui gaya horisontal yang bekerja antara konstruksi penahan dan
massa tanah yang ditahan. Gaya horisontal tadi disebabkan oleh tekanan tanah arah horisontal. Dalam bab
ini kita akan memfokuskan perhatian kita untuk mempelajari berbagai teori tentang tekanan tanah.
cr h
K -
-
(10-1)
o cr,.·
(10-2)
Untuk tanah berbutir, koefisien tekanan tanah dalam keadaan diam dapat diwakili oleh hubungan
empiris yang diperkenalkan oleh Jaky ( 1944).
A
··:·· . . •. . ·.·. · · . . . . ' " ." 7 : : ·
. .
a, z
Sudut tf> dalam Persamaan (10-3) dan (1 0-4) adalah sudut geser tanah dalam keadaan air teralirkan
(drained).
Untuk tanah lempung yang terkonsolidasi lebih (overconsolidated), koefisien tekanan tanah dalam
keadaan diam (at rest) dapat diperkirakan sebagai berikut:
KO (overconsolidated) = Ko (normally consolidated) OCR (1 0-5)
dengan:
OCR = overconsolidation ratio (rasio terkonsolidasi lebih)
Untuk tanah lempung yang terkonsolidasi normal, persamaan empiris yang lain untuk K0 telah
diperkenalkan oleh Alpan (1967):
K0 = 0, 19 + 0,233 log (PI) (1 0-7)
dengan
PI = indeks plastis
Gambar 1 0-2 menunjukkan distribusi tekanan tanah dalam keadaan diam yang bekerja pada dinding
setinggi H. Gaya total per satuan lebar dinding, P0, adalah sama dengan luas dari diagram tekanan tanah
yang bersangkutan. Jadi,
p =
1 K0 yf/2 (1 0-8)
0
2
Tekanan Tanah dalam Keadaan Diam (At Rest) untuk Tanah yang
Terendam Air Sebagian
Gambar 10-3 menunjukkan suatu tembok setinggi H dengan permukaan air tanah (ground water table)
Bob48
10 • Tekanan Tanah ke Samping Mekanika Tanah 51
Jilid 2
terletak pada kedalaman H, dari permukaan tanah. Untuk z � HI ' tekanan tanah dalam keadaan diam arah
Bob48
10 • Tekanan Tanah ke Samping Mekanika Tanah 52
Jilid 2
horisontal adalah sebesar crh = K0 yz. Variasi crh dengan kedalaman tertentu ditunjukkan oleh segi-tiga
ACE dalam Gambar 10-3a. Tetapi untuk z ;:::H1 (yaitu di bawah permukaan air tanah), tekanan tanah pada
tembok merupakan komponen dari tekanan efektif dan tekanan air pori.
Variasi crh' dengan kedalaman ditunjukkan oleh CEGB dalam Gambar 1 0-3a.
Tekanan arah horisontal yang disebabkan oleh air adalah:
u = yjz - H1) ( 1 0- 1 1 )
•' - . . -:
.
-: ' . ··:· · :�: � . ., . . .: '
. ..
_j
3
K0yH
Bob48
10 • Tekanan Tanah ke Samping Mekanika Tanah 53
Jilid 2
Gambar 1 o-2 Distribusi tekanan tanah dalam keadaan diam (at rest) pada tembok.
Mekanika Tanah Jilid 2
50
A
· . ·. : ' · . ' . _.: .· . . ..
. � ' .. .
, . ' . · · ,· .· · . ·: ·= • . ·:. • ·. • . ·•. • · •• · • · .
H
' Muka air tanah
B f--K.(YH1 + '(H2) -j
(a)
K. yH1
(c)
Gambar 1 G-3 Distribusi tekanan tanah dalam keadaan diam (at rest) untuk tanah terendam air sebagian.
Gaya per satuan lebar tembok merupakan penjumlahan dari luas diagram tekanan yang diberikan
dalam Gambar 10-3a dan b, yaitu:
1 0-2 TEKANAN TANAH AKTI F DAN PASIF MEN URUT RAN KINE
Yang dimaksud dengan keseimbangan plastis (plastic equilibrium) di dalam tanah adalah suatu keadaan
yang menyebabkan tiap-tiap titik di dalam massa tanah menuju proses ke suatu keadaan runtuh. Rankine
( 1 857) menyelidiki keadaan tegangan di dalam tanah yang berada pada kondisi keseimbangan plastis.
Sub-bab berikut ini akan menjelaskan mengenai teori tekanan tanah menurut Rankine.
AC AO + OC
cr - cra
Dengan CD = jari-jari lingkaran keruntuhan =
2
V
AO = c cot 1/J
dan
oc =
sehingga
-
cr v cra
sm 1/J 2
cr v + cr a
c cot 1/J +
atau 2
cr. + cra
cr
c cos 1/J + sin 1/J = cr v - a
2 2
atau
cr v
1 + sin 1/J 1 + sin 1/J
Dalam kasus ini, crv = tekanan efektif akibat lapisan tanah di atasnya = yz
1 + sm 1/J = tan 2 45 - 2( 1)
dan
cos 1/J
Bob52
10 • Tekanan Tanah ke Samping Mekanika Tanah52
Jilid 2
1+
sin 1/J
Bob53
10 • Tekanan Tanah ke Samping Mekanika Tanah53
Jilid 2
Dengan memasukkan persamaan-persamaan di atas ke dalam Persamaan (10- 14), kita dapatkan:
(10- 1 5)
; f . ·
Variasi <J0 dengan kedalaman diberikan dalam Gambar 10-4d. Untuk tanah yang tidak berkohesi
- t)
(cohesionless soil), c = 0 maka:
(J Q
= (J tan2 45
V
( ( 10- 1 6)
Rasio cr. dan <Jv dinamakan koefisien tekanan tanah aktif, K0• Atau:
Ka =
(J a =
(J v
tan2 ( - 1)
45
2
( 1 0-1 7)
Lagi, dari Gambar 10-4b kita dapat melihat bahwa bidang runtup di dalam tanah membentuk sudut
± ( 45 + {) dengan arah dari bidang utama besar (major principal plane), yaitu, bidang horisontal.
Bidang runtuh ini dinamakan bidang geser (slip plane). Bidang geser tersebut dapat dilihat dalam Gambar
1 0-4c.
-l u i - \ I
A' A
\ I
\ I
-t (\ /\45
+
45 + -i-
, I , \ 1 \ 1 \\
\ 1 \ 1 1I \ /
I I =y \ I
l
Berat volume tanah
\ 1 1 \ 1
't1 = c + a tan tP \ I \ / \ I1
1 r·
I I
I f
I I
I V ·
1 r
I I _ ·
I L
8' 8
(a)
(c)
t1 = c + a tan ,P -
1
-2c-JK:
-l
Bob54
10 • Tekanan Tanah ke Samping Mekanika Tanah54
Jilid 2
(b) �-
1 yzK. - 2c-JK: - - 1
(d)
Penurunannya serupa dengan penurunan untuk kondisi aktif menurut Rankine (Rankine's active state) .
Gambar 1 0-5b menunjukkan variasi tekanan aktif dengan kedalaman. Untuk tanah tidak berkohesi
(c = 0),
atau
= KP = tan 2 (45 t)
+ ( 10- 1 9)
K dari persamaan di atas dinamakan sebagai koefisien tekanan tanah pasif menurut Rankine.
p
Titik-titik D dan D' pada lingkaran keruntuhan (Gambar 10-5b) bersesuaian dengan bidang geser di
dalam tanah. Untuk kondisi pasif (menurut Rankine) bidang geser membuat sudut ± (45 - !) dengan
arah dari bidang utama kecil (minor principal plane), yaitu arah horisontal Gambar 10-5c menunjukkan
distribusi bidang-bidang geser di dalam massa tanah.
I
i
l
Bob 56
10 • Tekanan Tanah ke Samping Mekanika Tanah56
Jilid 2
M
TABEL 1 0-1 Harga umum dari IlLs dan
H H
\
\
\
\
H \
\
\ z
\
\
\
I
B
(b)
Tekanan pasif
Tekanan at rest
I
I
_ _ _ --- Tekanan aktif I
I
I
f
I
AL.
H H
Gambar 1 0-8 Variasi besarnya tekanan tanah ke samping dengan kemiringan tembok.
Bob57
10 • Tekonon Tonoh ke Somping Mekoniko Tonoh57
Jilid 2
Bab 10 • Tekanan Tanah ke Samping 57
Untuk kondisi aktif (menurut Rankine), tekanan tanah aktif yang bekeija pada tembok penahan di
segala kedalaman dapat diberikan dengan Persamaan 1 0-15
(Catatan: c = 0)
cra bertambah secara linear dengan bertambahnya kedalaman, dan besamya cra di dasar tembok penahan
adalah:
cra = Ka yH ( 10-20)
Gaya total Pa' per satuan lebar tembok sama dengan luas diagram tekanan tanah. Jadi,
P = 1 K (1 0-21 )
a 2 a
Kondisi pasif: Distribusi tekanan tanah horisontal yang bekerja pada tembok penahan setinggi H
untuk kondisi pasif (menurut Rankine) ditunjukkan dalam Gambar 10-9b. Tekanan tanah horisontal di
segala kedalaman z [Persamaan 10-19, (c = 0)] adalah:
crp = Kp yH (1 0-22)
8. Urugan di Belakang Tembok (backfill) Tanah Tidak Berkohesi Terendam Air Sebagian
dan Diberi Beban Surcharge
Kondisi aktif: Gambar 10-1 Oa menunjukkan suatu tembok penahan dengan permukaan licin mempunyai
ketinggian H dengan urugan (backfill) yang terdiri dari tanah tak berkohesi. Permukaan air tanah terletak
pada kedalaman H1 di bawah permukaan tanah, dan urugan di belakang tembok (backfill) dibebani
(o)
Blok keruntuhan
l t� ·
c .. o
(b)
Gambar 1 0-9 Distribusi tekanan pada tembok untuk urugan tanah tak berkohesi ( c= 0) yang permu kaannya datar; (a)
tekanan tanah aktif menurut Rankine; (b) tekanan tanah pasif menurut Rankine.
Mekanika Tench Jilid 2
58
sebesar q per satuan luas. Dari Persamaan ( 1 0- 17) tekanan efektif dari tanah aktif di segala kedalaman
dapat diberikan sebagai berikut:
c ar ' = Ka crv ' ( 10-24)
dengan:
cr ' dan cr ' = berturut-turut tekanan efektif arah vertikal dan arah horisontal.
=
v a
Beban q
T\
· .. :� : .. . .. � .
keruntu han
H, \ Blok
\
Muka air tanah
H2 z
'Y,.,
(a)
TH,
l K.yH1 + qK.
+
H,
.::
I -
I ·- --, I
K.(q + yH1 + "'(H2) YwH2 K.(q + yH,) K."'(H2 + "fwH2
(c) (d)
Gambar 1 0-10 Distribusi tekanan tanah aktif pada tembok dengan urugan tanah tak berkohesi (c = 0) yang terendam
air sebagian dan diberi beban luar (surcharge).
Bob 10 • Tekanan Tanah ke Samping 59
Pada z = 0
(10-25)
dan
( 10-26)
av = a; = (q + y HI ) ( 1 0-27)
dan
aa = aao = Ka( + q y HI) ( 1 0-28)
Pada kedalaman z = H
a; = (q + Y HI + Y H2)
dan
o
( 1 0-29)
(10-30)
dengan
Y = 'Ysal - "fw
Variasi a o dengan kedalaman ditunjukkan dalam Gambar 10-10b.
Tek;nan arah horisontal yang disebabkan oleh air pori antara z = 0, dan H1 adalah nol; untuk
z > H1,
tekanan air pori bertambah secara linear dengan bertambahnya kedalaman (Gambar 1 0-10c). Pada
z = H:
( 10-3 1)
Diagram tekanan total arah horisontal (Gambar 10-10d) merupakan penjumlahan dari diagram tekanan
yang ditunjukkan dalam Gambar 1 0-10b dan c. Gaya aktif total per satuan lebar tembok merupakan
luasan dari diagram tekanan total. Jadi
Kondisi pasif: Gambar 10- 11a menunjukkan suatu tembok penahan seperti yang ditunjukkan dalam
Gambar 1 0- 1 0a. Tekanan pasif efektif (menurut Rankine) yang bekerja pada tembok penahan di segala
kedalaman dapat diberikan dengan Persamaan ( 10-19)
a po = Kp a o V
Dengan menggunakan persamaan di atas, variasi a o dengan kedalaman dapat kita tentukan seperti
p
yang ditunjukkan dalam Gambar 10- l lb. Untuk berbagai tekanan air pada tembok dengan kedalaman
diberikan dalam Gambar 10- l l c. Gambar 10- l ld menunjukkan distribusi tekanan total a dengan
p
kedalaman. Gaya pasif total per satuan lebar tembok merupakan luasan dari diagram tekanan total yang
diberikan dalam Gambar 10- l ld, atau
a a = Ka yz - 2c {i(;
Bob 10 • Tekanan Tanah ke Samping 60
T Blok keruntuhan
I
H,
j I
T
- - - - - - - - --
H
I
I z
H, I Ysat
I �
I
I
(a)
H,
Gambar 1 o -1 1 Distribusi tekanan tanah pasif pada tembok dengan urugan tanah tak berkohesi (c= 0) yang terendam
air sebagian dan diberi beban luar (surcharge).
Variasi Ka "(Z dengan kedalaman diberikan dalam Gambar 10- 1 2b, sementara itu, variasi 2c JK:
dengan kedalaman dapat Anda lihat pada Gambar 10- 1 2c. Perlu Anda ingat bahwa 2c JK;b; ukan
merupakan fungsi z, oleh karena itu Gambar 1 0- 1 2c merupakan suatu empat persegi panjang. Variasi
harga <Ja dan kedalaman diberikan dalam Gambar 1 0- 1 2d. Juga perlu Anda perhatikan bahwa karena
pengaruh kohesi, <Ja menjadi negatif pada bagian atas dari tembok penahan. Kedalaman z0 yang
Bob 10 • Tekanan Tanah ke Samping 61
menyebabkan tekanan arah horisontal menjadi sama dengan nol, dapat dicari dengan menggunakan
Persamaan 10-15 sebagai berikut:
Bob 10 • Tekanan Tanah ke Samping 62
(a)
_ . - 7 (\-
�-l - 2c{K; 1--
.·
-l
I
K;rH 2c{K; K0yH - 2c{K;
(b) (c) (d)
Gambar 1 o -1 2 Distribusi tekanan tanah aktif (menurut Rankine) pada tembok dengan urugan tanah yang berkohesi
Ka YZo - 2c ..JK: = 0
atau
= 2c
Zo (1 0-34)
y
Untuk kondisi undrained (air pori tidak sempat mengalir keluar) - yaitu, Q> = 0, Ka = tan2 (45) = 1,
Bob 10 • Tekanan Tanah ke Samping 63
. 2c
z0 = - (10-35)
"(
Jadi, pada gilirannya retak akibat tarikan pada bidang batas antara tembok dengan urugan (backfill) akan
terbentuk sampai dengan kedalaman Z0•
Gaya aktif total per satuan lebar tembok merupakan luasan dari diagram tekanan total (Gambar
t
1 0- 12d). Atau:
2
pa = Ka yH - 2c {K:H (10-36)
12 - 2c H
Pada saat l/J = 0, kita dapatkan
Pa = u (10-37)
Dalarn praktek, retak akibat tarikan biasanya diperhitungkan dalam menghitung gaya aktif total.
Karena timbulnya retak pada tanah di belakang tembok tersebut, maka distribusi tekanan tanah aktif yang
diperhitungkan adalah pada kedalaman antara z = dan H (Gambar 10-12d). Hal ini karena
"( Ka
[ "(
setelah retak akibat tarikan terjadi, maka tidak ada kontak lagi antara tanah dan tembok. Dalam kasus ini:
= t Ka yH2 - 2 c H {i(: 2 +
pa = 12 yH2 - 2c u
2
H + 2 s._
"(
( 1 0-39)
Kondisi pasif: Gambar 10- 1 3a menunjukkan suatu tembok penahan dengan urugan di belakangnya,
seperti yang diberikan dalam Gambar 10- 1 2a. Tekanan tanah pasif menurut Rankine yang bekerja pada
tembok di kedalaman z dapat diberikan dengan Persamaan 1 0- 1 8.
er P = KP yz + 2c {if;
Pada saat z = 0, kita melihat
er P = KP yH + 2c {if; (10-41)
Variasi harga erP dengan kedalaman diberikan dalam Gambar 10-1 3b. Gaya pasif per satuan lebar
Pp = 12 yH2 + 2c. H
( 1 0-43)
CONTOH 1 0- 1 :
Hitung gaya aktif (menurut Rankine) per satuan lebar tembok seperti ditunjukkan dalam Gambar 1 0-1 4a dan juga
tentukan tempat kedudukan gaya resultan.
Bob
6410 • Tekanan Tanah ke Samping 64 2
Mekanika Tanah Jilid
/
45 - .t
2
._·.· . ·_:· ···.'._' { ' . .
·. : ·. ·. . .. ._.,.. .
.. ·. ..
. . .
·
.
· - · ·· · · .
, . . · .
·, :.:,. :
.� . .
I
,
.
. ·. .
: .. .
z
· : · ·:.·
· . :·.
{K;
2c K,yH
(a) (b)
Gambar 1 G-1 3 Distribusi tekanan tanah (menurut Rankine) pada tembok dengan urugan tanah yang berkohesi.
. . ·. . � .:
.
.
..
.· : -·
.;
y= I 00 lblft'
�·
5 ft q, = 30°
c = O
-� '· . . . ..
� :·
.
Gambar 1G -1 4
(b)
Penyelesaian:
Karenac = 0, maka
I + sin if> l
3
Pada z = 0, a = 0, pada z = 15 ft, a = ( t ) (100)(15) = 500 lblft2. Diagram distribusi tekanan tanah aktif diberikan
dalam Gamb� IO-I4b.
a
Bob
6510 • Tekanan Tanah ke Samping 65 2
Mekanika Tanah Jilid
Diagram distribusi tekanan berbentuk segitiga, jadi, P. akan bekerja pada jarak ( 1f) = 5 ft di atas dasar tembok.
Bob
6610 • Tekanan Tanah ke Samping 66 2
Mekanika Tanah Jilid
CONTOH 1 0-2:
Untuk tembok penahan seperti pada Gambar 10- 1 , tentukan gaya pasif (menurut Rankine) per lebar tembok.
Penyelesaian:
Diketahui: c = 0, jadi,
KP cr v = KP yz
1 + sin rp = 1 + 0, 5 =
3
1 - sin rp 1 - 0, 5
Pada z = 0, crp = 0; pada z = 1 5 ft, crp = 3( 1 00)(15) = 4500 lb/ft2. Distribusi tekanan tanah pasif yang bekerja pada
tembok, diberikan dalam Gambar 10-15. Sekarang
P. = t ( 1 5)(4500) = 33.750 lb I ft
Titik tangkap dari gaya resultan bekerja pada jarak (lf) = 5 ft dari dasar tembok.
CONTOH 1 0-3:
Apabila tembok penahan yang diberikan dalam Gambar 1 0- 14a ditahan supaya tidak bergerak, tentukan besar gaya
tekan arah horisontal per satuan lebar tembok yang diperlukan untuk menahan tembok tersebut.
Penyelesaian:
Apabila tembok dijaga supaya tidak bergerak, hal ini berarti bahwa tekanan tanah urugan di belakang tembok adalah
dalam keadaan diam (at-rest earth pressure). Jadi
crh = K0cr = K0 yz [Persamaan 1 0-2]
v
t
Diagram distribusi tekanan tanah diberikan dalam Gambar 10- 1 6. Besarnya gaya yang diperlukan untuk menahan
tembok P0 = (1 5)(750) = 5625 lb / ft.
CONTOH 1 0-4:
Untuk tembok penahan yang ditunjukkan dalam Gambar 10-17a, tentukan gaya aktif (menurut Rankine) per satuan
lebar tembok. Juga tentukan letak titik tangkap dari gaya resultan.
Penyelesaian:
Diketahui c = 0, kita mengetahui bahwa cr; = K.cr v' Untuk lapisan atas dari tanah, koefisien tekanan tanah aktif
menurut Rankine adalah:
15 ft 15 ft
T
5ft 5ft
Pada z = 6 m
cr'= 3
V
x 1 6 + 3(18 - 9,8 1 ) = 72,57 kN/m2
i
dan
cr; = K.(2) cr; = (0,27 1 ) x (72,57) = 19,67 kN/m2
t
c =0 Muka air tanab
3m y = 18 kN/m3
r� 350 z
c= O
· · : .. . ..... . : .::">·.- ·.
(a)
T
3m 16
+
3m
+
l
- J 1 3,0\- t--- 29,43..-l--- --I B.ol --
-l 19,67 l-
(b) (c) (d)
Gambar 1 o-11 Catatan satuan dari tekanan dalam (b), (0, dan (d) adalah kN/m2•
66 Mekanika Tanah Jilid 2
Variasi u dengan kedalaman ditunjukkan dalam Gambar 10- 1 7c, dan variasi cr. (tekanan aktif total) ditunjukkan
dalam Gambar 1 0- 1 7d. Jadi,
Pa (!)(3)(6) + 3(13,0) + (!)(3)(36, 1 )
= 24 + 39, 0 + 54, 1 5 = 1 1 7, 1 5 kN / m
Lokasi (titik tangkap) dari resultan dapat dicari dengan cara mengambil momen terhadap dasar tembok. Jadi,
( �)
24 3 + + 39, 0 (�) + 54, 1 5 (�)
1 1 7, 1 5
1,78 m
CONTOH 1 0-5:
Sebuah tembok penahan dengan urugan yang terdiri dari tanah lempung lembek dan jenuh seperti ditunjukkan dalam
Gambar 10-1 8a. Untuk keadaan tanah urugan yang undrained (t/J = 0), tentukan:
a) kedalaman maksimum dari retak yang disebabkan oleh penyusutan tanah.
b) P. sebelum retak terjadi
c) Pa setelah retak terjadi
Penyelesaian:
Karena t/J = 0, maka K. = tan2 (45) = 1, dan c = c •. Dari Persamaan 1 0- 1 5 :
cr. = yz - 2 c.
Pada z = 0, cr. = -2( 16,77) = -33,54 kN/m2; pada z = 6 m, cr. = 15,72 x 6 - 2( 1 6,77) = 60,78 kN/m 2
Variasi cr. dengan kedalaman ditunjukkan dalam Gambar I0-1 8b.
Bagian a
Dari Persamaan 1 0-35, kedalaman retak sama dengan
2c. 33,54 kNtm>
Zo =
Y
Tanah lempung
lembek dan jenuh
y = 15,72 kN/m'
T
2, 1 3 m
1
,= 0
c. = 16,77 kN/m2
6 m
Bagian b
Sebelum retak akibat penyusutan tanah terjadi:
Bagian c
Setelah retak akibat penyusutan tanah terjadi:
P. = t (6 - 2,1 3)(60,78) = 1 1 7,6 kN / m
Catatan: harga P. di atas dapat juga dihitung dengan cara memasukkan harga-harga yang perlu ke dalam Persamaan
10-39. Jadi,
2
P = .l yt-/ 2 - 2c uH + 2 �
a
2 "'(
2(1 1 6, 77) 2
21 (15, 72)(6) 2 - 2( 16, 77)(6) +
1 5, 72
CONTOH 1 0-6:
Suatu tembok penahan dengan permukaan Jicin seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 10-19a. Tentukan gaya
perlawanan pasif (P ) dari tanah urugan dan lokasi (titik tangkap) dari resultan gaya pasif.
P
q = 10 kN/m2
t t
:;-�:���:�:.�s·:.�:t �:�:·�:�-��-
..
.· . .
... . . "f = I S kN/m3
;, ..: lP = 26°
4m �: -�.. :· c = 8 kN/m2
;.. :. ·
·: .. ;,
:;� .. ·....
·A
. .· '
'"' : ' . .
· ·
! m
::_:· �--:·-;-:-�;:; .../·:� ;:-:�: -� .
: � .:: . � . -· ·
·.--
Penyelesaian:
Diketahui: et> = 26°
1 + sin et> 1 + sin 26° 1, 4384
KP = 2, 56
1 - sin !/1 1 - sin 26° 0, 56 16
Dari Persamaan 1 0- 1 8 .
cr
P
= KP a,. + 2c .[K;
Pada z = 0, cr = 10 kN/m2 •
,
(J
p (2, 56)(70) + 2(8)
204, 8 kN / m 2
Distribusikan tegangan ditunjukkan dalam Gambar 1 0- 1 9b. Gaya perlawanan pasif per lebar tembok:
pp ( 5 1 , 2 )(4) + � (4)(15 3, 6)
204, 8 + 307 ,2 = 5 1 2 kN I m
tanah urugan.
Bob7010 Tekanan Tanah ke Samping Mekoniko Tanoh Jilid 2
•
69
Pengaruh geseran tembok untuk kondisi pasif ditunjukkan dalam Gambar 10-20d dan e. Bila tembok
AB ditekan ke dalam sutu posisi A "B (Gambar 10-20d), tanah di dalam zona pasif akan tertekan. Hasilnya
adalah gerakan arah ke atas terhadap tembok. Gerakan arah ke atas dari tanah tersebut akan menyebabkan
geseran arah ke atas pada tembok penahan (Gambar 10-20c). Keadaan ini dinamakan sebagai "geseran
tembok positif dalam kondisi pasif' (positive wall friction in the passive case). Gaya pasif resultan P ,
p
akan miring dengan sudut D terhadap normal dari muka bagian belakang tembok. Bidang longsor dalam
tanah mempunyai bentuk lengkung pada bagian bawah BC, dan lurus pada bagian atas CD. Keadaan pasif
menurut Rankine terjadi dalam zona ACD.
Apabila tembok yang ditunjukkan dalam Gambar 10-20d ditekan oleh suatu gaya arah ke bawah
terhadap tanah urug, tentu saja arah gaya pasif P akan berubah seperti ditunjukkan dalam Gambar
p
1 0-20f Keadaan ini merupakan geseran tembok negatif dalam kondisi pasif, -D (negatif wall friction in
the passive case). Gambar 10-20f juga menunjukkan perilaku bidang longsor di dalam tanah urugan
dalam kondisi seperti disebutkan di atas.
Untuk pertimbangan praktis, apabila urugan di belakang tembok adalah tanah berbutir yang lepas,
sudut geser tembok D diambil sama dengan sudut geser tanah cp. Untuk tanah berbutir yang padat, D
adalah lebih kecil dari cp dan biasanya D berada dalam rentang ! � D � tc/J.
45 + .t2
:. ·
, .·· .
H
1 1 ��-<
:: -· . ,
/ \ 45 + !
/
/
I
\
\
Gambar 1 D-20 Pengaruh geseran tembok terhadap bentuk dari bidang keruntuhan.
Bob 10 • Tekonon Tonoh ke Somping 7 1Jilid 2
Mekoniko Tonoh
70
Pp +o H
1
T
H
3
B
(d) Kondisi pasif (+0) (e)
' /
' �
2
Kondisi Aktif
Anggaplah bahwa AB (Gambar 1 0-2 la) adalah muka sebelah belakang dari sebuah tembok penahan yang
dipergunakan untuk menahan urugan tanah tak berkohesi, yang permukaannya mempunyai kemiringan
tetap dengan horisontal yaitu sebesar a.. BC adalah sebuah bidang keruntuhan yang dicoba. Dalam
memperhitungkan kestabilan dari kemungkinan keruntuhan blok tanah (failure wedge) ABC, gaya-gaya
yang diperhitungkan (per satuan lebar tembok) adalah:
1. W, berat dari blok tanah
Bob 10 • Tekonon Tonoh ke Somping 7 1Jilid 2
Mekoniko Tonoh
71
2. F, resultante dari gaya geser dan gaya normal pada permukaan bidang longsor, BC. Gaya resultan
tersebut membuat kemiringan sebesar 1/J dengan normal dari bidang BC.
Bob 10 • Tekonon Tonoh ke Somping 7 1Jilid 2
Mekoniko Tonoh
72
9 0 - 8- o
(a) (b)
Gambar 1 0-21 Tekanan aktif menurut coulomb (a) blok keruntuhan yang dicoba, (b) poligon gaya.
3. Pa , gaya aktif per satuan lebar tembok. Arah Pa ini akan membuat sudut sebesar D dengan normal
dari permukaan tembok yang menahan tanah. D adalah sudut geser antara tanah dengan tembok.
Segitiga gaya untuk blok tanah adalah seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 1 0-2 1 b. Dari rumus
sinus kita mendapatkan:
w
sin(90 + (} + D - � + l/>) sin(� - l/>) ( 10-44)
atau:
p = sin(� - l/>) .
( 10-45)
a W
sin(90 + 8 + 5 - � + l/>)
Dari Gambar 1 0-2 la, berat dari blok tanah adalah:
( 1 0-46)
Tapi,
AD AB sin (90 + 8 - �)
( 1 0-47)
sin(90 + 8 - �)
cos e
·
cos((} - �)
H .
cos e
atau
cos (9 - a) . cos ( 9 - a)
BC = AB = . H (10-49)
sin (� - a) cos 9 · sin (� - a)
Dengan memasukkan Persamaan (10-47) dan (10-49) ke dalam Persamaan ( 1 0-46), kita dapatkan
- - (10-50)
2 cos 2 9 sin (� - a)
Selanjutnya, harga W kita masukkan ke dalam Persamaan ( 1 0-45)
a y (10-5 1 )
2 cos 2 9 ·
sin(� - a ) · sin (90 + 9 + 8 - � + t/J )
Parameter-parameter yang ada dalam Persamaan (10-5 1 ) yaitu: y, H, 9, a, t/J, dan 8 adalah tetap,
sedangkan � adalah satu-satunya yang variabel. Dalam menentukan harga kritis dari � untuk mendapatkan
Pa yang maksimum, kita mempunyai:
dPa (10-52)
= 0
d�
Setelah menyelesaikan Persamaan 10-52, harga � yang didapatkannya dimasukkan ke dalam Persamaan
10-5 1. Tekanan tanah aktif Pa, menurut coulomb yang didapat adalah:
p
a = 12 Ka yf-12 (10-53)
dengan Ka adalah koefisien tekanan tanah aktif menurut coulomb dan harganya adalah
(t/J - 9)
Perlu diketahui bahwa bila a = 0°, 9 = 0°, dan 8 = 0°, maka koefisien tekanan tanah aktif menurut
Coulomb menjadi sama dengan , di sini harga tersebut sama dengan koefisien tekanan tanah
aktif menurut Rankine seperti yang telah dibicarakan pada bagian awal dari bab ini.
Variasi dari harga Ka untuk tembok penahan dengan muka sebelah belakang tegak (9 = 0) dan
permukaan tanah urugan di belakang tembok datar ( a = 0) diberikan dalam Tabel 10-2. Dari tabel
tersebut dapat dilihat bahwa untuk harga t/J tertentu, geseran tembok menyebabkan berkurangnya harga
koefisien tekanan tanah aktif.
CONTOH 1 0-7:
Suatu tembok penahan tegak seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 1 0-22a. Turunkan persamaan untuk menghitung
gaya aktif per satuan lebar tembok dengan menggunakan teori Coulomb, untuk bidang keruntuhan yang dicoba-coba.
Diberikan
sudut geser dari tanah = 1/J
sudut geser dari tembok = 0
berat volume tanah = r
Penyelesaian:
Keseimbangan polygon gaya untuk suatu bidang keruntuhan yang dicoba (trial wedge) ditunjukkan dalam Gambar
1 0-22b dengan:
Bab 10 • Tekanan Tanah ke Samping 73
atau
0
Bila 28 0,3448 0,3330 0,3251 0,31 86
W = .l yH 2 cot 13
2 0,2791
0,2714 0,2579
M aka 0,2596 0,2426 0,2379
0,2292 0,2169 0,2167
dl3 2
atau
ctg � · sec2 (� - 1/J) = tan (� - 1/J) cosec 2 �
·
atau
w
Bab 10 • Tekanan Tanah ke Samping 74
(
b
)
( 1 0-55b)
74 Mekanika Tanah Jilid 2
Dengan memasukkan harga � yang diberikan oleh Persamaan (10-55b) ke dalam Persamaan (10-55a), kita
dapatkan:
Harga P. tersebut adalah sama seperti yang diberikan dalam Persamaan 10-2 1 .
Kondisi Pasif
Gambar 1 0-23a menunjukkan suatu tembok penahan dengan urugan tanah non-kohesi yang kemiringannya
PP
serupa dengan yang diberikan dalam Gambar 10-21a. Keseimbangan polygon gaya dari blok tanah
(wedge) ABC untuk kondisi pasif ditunjukkan dalam Gambar 10-23b. adalah notasi untuk gaya pasif.
Notasi lain yang digunakan untuk kondisi pasif adalah sama seperti yang digunakan dalam kondisi aktif
seperti yang dibicarakan dalam sub-bab ini. Urutan perhitungan yang akan dilakukan adalah sama seperti
yang kita lakukan pada kondisi aktif yaitu:
p
2 p (1 0-56)
dengan:
K = koefisien tekanan tanah pasif menurut Coulomb
KP =
p
cos 2 (l/> 8) +
2 (1 0-57)
cos(8 - 8) cos(a - 8)
Untuk tembok dengan permukaan licin dan muka sebelah belakang tegak, serta permukaan tanah
urugan yang datar (yaitu 8 = 90°, a = 0°, dan 8 = 0°), Persamaan 10-57 dengan:
KP = 1 + sin l/>
1 - sin l/>
= tan2 (45 1)2
+
Persamaan di atas sama seperti koefisien tekanan tanah pasif menurut Rankine yang diberikan dalam
Persamaan 10-19.
Variasi KP K
dengan l/> dan 8 (untuk 8 = 0, dan a = 0) diberikan dalam Tabel 1 0-3. Dari tabel tersebut
kita dapat melihat bahwa untuk harga-harga a dan l/J tertentu, harga bertambah besar dengan
p
bertambahnya sudut geser tembok. Perlu diketahui bahwa dengan membuat asumsi bahwa bidang longsor
adalah bidang rata (dalam teori Coulomb), maka tekanan tanah pasif yang dihasilkan adalah sangat besar
(overestimate), terutama untuk 8 > {· Keadaan ini sangat tidak aman dalam perencanaan. Akan tetapi,
bagaimana menghitung tekanan tanah pasif dengan menggunakan permukaan bidang longsor lengkung
akan kita bahas dalam Subbab 10- 1 1 .
[ 1 80 - (90 - (J + 8) - (� + ')]
(b)
Gambar 1D-23 Tekanan pasif menurut Coulomb; (a) blok keruntuhan yang dicoba; (b) polygon.
besamya tekanan tanah arah horisontal. Langkah-langkah penyelesaian dari cara Culmann dalam
menghitung tekanan tanah aktif untuk tanah urugan yang tidak berkohesi (c = 0) diterangkan di bawah
ini dengan mempraktekan Gambar 1 0-24a:
1 . Gambar bentuk dari tembok penahan dan tanah urugan di belakang tembok dengan skala tertentu.
2. Tentukan besamya 1f1 (derajat) = 90 - 0 - 8, dengan 0 = kemiringan dari muka tembok sebelah
belakang terhadap garis tegak, dan 8 = sudut geser tembok.
3. Gambar suatu garis BD yang membuat suatu sudut qJ dengan horisontal.
4. Gambar suatu garis BE yang membuat suatu sudut 1f1 dengan garis BD
5. Untuk mempertimbangkan beberapa bidang longsor yang dicoba-coba, gambar garis-garis BC , BC ,
1 2
BC3 • • • BC
•.
7. Tentukan berat tanah W, per satuan lebar tembok penahan untuk ti-ap-tiap bidang longsor yang
dicoba sebagai berikut:
Mekonika Tanah Jilid 2
76
langkah 7 pada garis BD. (Catatan: BC1 = W1, Bc2 = W2, Bc3 = W3, Ben = W).
• • •
10. Gambar suatu kurva menerus melalui titik-titik c1', c2', c3',
• c;. Kurva menerus tersebut dinamakan
• •
"garis culmann".
1 1 . Gambar garis singgung B 'D ' pada kurva menerus yang telah dibuat pada langkah no. 10, B 'D ' adalah
sejajar dengan garis BD. Misalkan < adalah titik singgungnya.
12. Gambar garis cac.' sejajar dengan garis BE.
1 3 . Tentukan gaya aktif per satuan lebar tembok sebagai berikut:
Pa = (panjang garis cac) X (skala beban)
14. Gambar garis Be.' C0• ABC. adalah bidang longsor yang dicari.
Perlu diperhatikan bahwa prosedur penggambaran ini pacta dasamya mencakup beberapa polygon
gaya untuk beberapa bidang longsor yang dicoba dan untuk menentukan harga maksimum gaya aktif
yang akan menekan tembok penahan. Sebagai contoh, Gambar 10-24b menunjukkan polygon gaya untuk
bidang longsor ABC. (serupa dengan apa yang diberikan dalam Gambar 10-2 1b), yang mana:
W = berat dari blok tanah ABCa.
Pa = gaya aktif yang bekerja pada tembok penahan
Bob77
10 • Tekanan Tanah ke Samping Mekanika Tanah77
Jilid 2
F = resultan gaya geser dan gaya normal yang bekerja sepanjang BC0•
� = LC0BF (sudut antara bidang longsor dengan horisontal).
Segitiga gaya (Gambar 1 0-24b) merupakan putaran dari segitiga gaya Bc1c1', Bc2c2', Bc3c3' • • • dan
Be.< adalah bersesuaian dengan bidang longsor yang dicoba berturut-turut ABC1, ABC2, ABC3, • • •
ABC •.
Tahapan penggambaran grafik yang telah diberikan di atas akan kita bahas secara terinci satu demi
satu dengan harapan agar dapat memberikan pengertian yang mendasar bagi para pembaca. Masalah ini
sebetulnya dapat diselesaikan dengan mudah dan efektif apabila menggunakan jasa komputer.
� 0
/
/
I
/
/
/
• , -· : , I
Gambar 1 0 -25 Metoda pendekatan untuk menentukan titik tangkap dari resultan gaya aktif.
CONTOH 1 0-8:
Suatu tembok penahan setinggi 15 ft dengan tanah berbutir sebagai urugan di belakang tembok diberikan dalam
Gambar 1 0-26. Diketahui bahwa y = 1 0 0 lb/ft3, I f > = 35°, dan 8 = 1 0°, tentukan besamya gaya aktif per lebar tembok
yang bekerja pada tembok tadi.
Penyelesaian:
Untuk masalah yang diberikan di sini, ljl = 90 - 8 - {j = 90° - 5° - 10° = 75°. Berat blok tanah yang ditinjau adalah
sebagai berikut:
Bob78
10 • Tekanan Tanah ke Samping Mekanika Tanah78
Jilid 2
= =
= =
:::: = lb
= =
= 5959, 38 1b Bc3 =
8 1 46, 88 lb Bc4 = 1
0334, 38 lb Bc5 = 1
2521, 88 lb
Gaya aktif per satuan lebar tembok yang bekerja adalah sebesar = 4200 lb.
� � 4:: 4::
"l "1 lr) "!.
5ft N N N N
c, c, C1 c. c,
D
17,5 ft
15 ft
r = 1 oo 1b/ft1
t; = 35°
0 = 10°
c = O
. . ·:· � -:: : - F
5 ft
L.___.
4000 lb
Bob79
10 • Tekanan Tanah ke Samping Mekanika Tanah79
Jilid 2
Gambar 1 D-26
Bob80
10 • Tekanan Tanah ke Samping Mekanika Tanah80
Jilid 2
P, = -i Ka yH
2
dengan:
1 - sin lf>
1 + sin lf>
A A
. , .
. •.
P. (Coulomb)
H H
T
H (atau)
3
· : . :. · . · ·::' .: . ·:: ··-..
.
:' ·.
. B
t-- K;tH -1
(a)
H
H
(atau)
H
·:
:
7 ·. .
�
.
. .
: �·
·· · . .
.
: ·. > ;; .
: '• . .
Gambar 1 G-27 Analisis pendekatan dari gaya aktif yang bekerja pada tembok dengan urugan tanah tak berkohesi.
Bob81
10 • Tekanan Tanah ke Samping Mekanika Tanah81
Jilid 2
Untuk masalah seperti itu, komponen vertikal dari gaya P. (yang ditentukan dengan cara Rankine)
ditambahkan pada berat dari blok tanah W,, untuk analisis stabilitas.
Gambar 10-27b menunjukkan suatu tembok penahan dengan urugan di belakang tembok terdiri dari
tanah berbutir yang mempunyai permukaan rniring. Persamaan 10-53 atau penyelesaian Culmann dapat
digunakan untuk menentukan besamya gaya aktif yang bekerja pada bidang vertikal yang ditarik melalui
turnit dari tembok, komponen vertikal dari gaya tersebut kemudian dapat ditambahkan pada berat dari
blok tanah ABC untuk analisis stabilitas. Tetapi, perlu diperhatikan dalam masalah ini bahwa arah dari
2
gaya aktif tidak lagi horisontal, dan bidang vertikal BC bukan merupakan bidang utama kecil (minor
principal plane). Harga P. yang ditentukan dengan cara 2 Rankine dapat diberikan dengan hubungan:
(10-58)
dengan:
H1 BC , dan
2
K. koefisien tekanan aktif menurut Rankine
(10-59)
cos a. - - cos 2 1j>
cos a.
cos a. + - cos2 1j>
P. yang dihitung dengan Persamaan 10-58 terletak pada jarak � dari titik B dan membentuk sudut
a. dengan arah horisontal. Harga Ka yang dihitung dengan Persamaan 10-59 untuk bermacam-macam
sudut kemiringan a., dan sudut geser tanah lj>, diberikan dalam Tabel 10-4. Untuk permukaan tanah urugan
yang rata (yaitu, a. = 0). Persamaan 10-59 berubah menjadi
K. =
1 - sin 1/>
I + sin 1/>
= tan2 45 - ( t)
TABEL 10-4 Harga K,[Persamaan 10-59]
(derajat)
28 30 34 38 40
(derajat)
,
15 0,409 0,373 0,341 0,31 1 0,283 0,258 0,235
20 0 461 0,414 0,374 0,338 0,306 0,277 0,250
25 0,573 0,494 0,434 0,385 0,343 0 ,307 0 ,275
cara coba-coba)". Gambar 1 0-28a menunjukkan suatu tembok penahan AB. Kekuatan geser tanah urugan
dapat dituliskan dengan persamaan
't1 = c + 0' tan tP
dengan:
c = kohesi
Perlawanan geser antara tembok dengan tanah dapat diberikan dengan persamaan:
( 10-60)
dengan:
ea = lekatan antara tanah dengan dinding
Seperti telah kita ketahui dalam Subbab 1 0-3 bahwa setelah selang waktu tertentu retak sampai
dengan kedalaman 2c akan terbentuk di dalam tanah kohesif. Untuk menentukan gaya aktif yang
bekerja pada tembok, akan lebih aman kalau kita menganggap teijadi keretakan pada tanah. Garis B1B2
(Gambar 1 0-28a) menunjukkan perpanjangan dari kemungkinan retak-retak tarikan yang teijadi pada
tanah urugan. Agar dapat memaharni prinsip dasar blok tanah AB 1 BDD' (Gambar 1 0-28a). Untuk
menghitung besarnya gaya aktif yang bekeija pada tembok sebagai akibat dari blok tanah tersebut, kita
perlu menggambar suatu polygon gaya. Gaya-gaya per satuan lebar tembok yang perlu diperhatikan untuk
keseimbangan dari blok tanah tersebut adalah sebagai berikut:
1 . W = berat blok tanah AB1BDD' (arah dan besarnya diketahui)
2. Ca = ca (BB1 ) = gaya letakan oleh tanah urugan sepanjang muka tembok sebelah belakang (arah
dan besarnya diketahui)
3. C = c( BD) = gaya kohesi sepanjang permukaan dari bidang longsor yang dicoba (arah dan besarnya
diketahui).
4. F = resultan dari gaya geser dan gaya normal yang bekerja pada permukaan dari bidang longsor yang
dicoba BD (hanya arahnya saja yang diketahui).
B,
·.::�·· : .. . . .
(a) (b)
Gambar 1 0-28 Polygon gaya dari suatu bidang keruntuhan yang dicoba untuk gaya aktif yang disebabkan oleh urugan
. tanah yang berkohesi.
82 Mekoniko Tonoh Jilid 2
5. Pa = gaya aktif yang disebabkan oleh blok tanah di atas bidang longsor yang dicoba (hanya arahnya
saja yang diketahui).
Polygon gaya dari gaya-gaya tersebut di atas diberikan dalam Gambar 10-28b.
Untuk menentukan besamya gaya aktif maksimum yang bekerja pada tembok penahan, kita harus
mencoba beberapa bidang longsor dan menggambar polygon gayanya. Hal ini diberikan dalam Gambar
1 0-29. Tembok penahan AB adalah sama seperti yang diterangkan dalam Gambar 10-28. Prosedur untuk
mengestimasi besarnya gaya aktif maksimum Pa, adalah sebagai berkut:
1 . Gambar tembok penahan dengan skala yang sesuai (Gambar 10-29a).
2. Gambar garis B1B2 yang merupakan perpanjangan maksimum dari retak tarikan yang terjadi di dalam
tanah.
3. Gamba; beberapa bidang longsor yang dicoba-coba seperti AB1BDp1', AB 1 BD2D2 ' •(Catatan:
• •
4. Tentukan berat blok tanah per satuan lebar tembok sebagai berikut:
w1 = (luasan dari AB1BD1D1') x (y)
w2 = (luasan dari AB1BD2D2') x (y), dan seterusnya.
5. Tentukan () dan 90 ( ) - 8.
-
6. Tentukan (�1 -
rp), (�2 rp) . . . (�. - rp) dengan �1 = LD1BE, �2 = LD2BE, . . . �. = LD.BE.
-
w. (Gambar 10-29b).
9. Gambar = Ca = ea (BB1 ). Perlu diperhatikan bahwa gaya lekatan Ca adalah longsor yang
ditinjau, dan membentuk sudut () dengan garis vertikal.
10. Hitung gaya kohesi yang bekerja sepanjang bidang longsor sebagai:
C1 = c(BD1 ), C2 = c(BD2 ) C. = c(BD. ).
• • • ,
(�. - rp) dengan garis vertikal (yang diketahui hanya arahnya saja sedang besarnya F1, F2 , F. • • •
tidak diketahui).
13. Gambar garis-garis e1d1, e2d2 , e.d. yang membuat sudut (90 - ()
• • •
-
0) dengan garis vertikal (arah
dari semua gaya aktif yang dicoba-coba adalah sama).
Gambar 1 o-29 Penyelesaian dengan cara bidang keruntuhan coba-coba untuk menentukan besamya gaya aktif
Bob 10 • Tekonon Tonoh ke Somping 83
14. Sekarang titik-titik d1 , d2, . . . dn diketahui. Gambar kurva yang menerus melalui titik-titik tersebut.
15. Gambar garis singgung a'e' pada kurva d1, d2 , . . . dn garis a'e' adalah sejajar dengan ae4• Titik
singgungnya adalah da.
16. Gambar suatu garis eada yang membuat sudut (90 - 0 - d) dengaan vertikal (yaitu, eada yang sejajar
Sejauh ini kita telah membahas masalah satu demi satu agar dapat memberikan dasar pengertian
kepada pembaca. Masalah ini akan lebih mudah bila diselesaikan dengan menggunakan komputer.
Kini marilah kita melangkah ke paragraf berikut.
kh
komponen horisontal dari percepatan gempa
= ( 1 0-61 )
g
k ( 1 0-62)
v =
g
dengan:
g = percepatan gravitasi.
Polygon gaya dari gaya-gaya tersebut di atas ditunjukkan dalam Gambar 10-30b. Hubungan untuk
gaya aktif pae' dapat dinyatakan sebagai berikut:
P,, t yH2 (1 - kv ) Ka ' (1 0-63)
dalam kasus ini:
/Ca = ( 10-64)
dengan
(1 0-65)
# .... ....
84 Mekanika Tanah Jilid 2
Perhatikan bahwa apabila tidak ada gaya inersia akibat gempa, maka � akan sama dengan nol. Sehingga,
K.' = K. seperti diberikan dalam Persamaan ( 1 0-54). Persamaan (1 0-63) dan ( 1 0-64) umumnya dikenal
sebagai Persamaan Mononobe-Okabe (Mononobe, 1 929; Okabe 1926).
Seed dan Whitman (1 970) telah memperkenalkan cara yang singkat dan mudah untuk mendapatkan
P ' yaitu dengan cara menggunakan grafik-grafik atau tabel-tabel dari Ka seperti diberikan dalam Tabel
""
10-2. Urutannya adalah sebagai berikut:
1. Tentukan �
2. Hitung a: = a + �
3. Hitung (}' = (} + �
4. Dapatkan K. dari tabel (yaitu Tabel 1 0-2) atau dari grafik dengan cara sebagai berikut:
K. = K. (a', fl) =
[ (1 0-66)
=
( if> + c5) sin (if' - a')
9' cos (c5 + 9') +
Perhatikan bahwa Persamaan (1 0-66) adalah sama seperti Persamaan ( 1 0-54) dengan mengganti 9 '
untuk 9 dan a' untuk a.
5. Hitung
( 1 0-67)
2 cos � cos2 9
Cara pemakaian prosedur ini diberikan dalam Contoh 10-9.
CONTOH 1 0-9:
Untuk suatu tembok penahan dengan tanah berbutir sebagai urugan di belakang tembok mempunyai data sebagai
berikut:
y = 1 5,5 kN/m3 ; 1/J = 30°; 8 = 1 5°; 0 = 0°; a = 0°; H 4 m =
P.,
k,W
w
: : .··
B :
(a)
Penyelesaian:
Langkah 1:
tan-1 (�)
1 - 0, 1
Langkah 2:
a' a + 13 0° + 1 2, 53° 12, 53°
Langkah 3:
{ [ ]112 }
cos2 (1 7, 47)
2
sin( 45) sin (17, 47)
2 ( 1 2 53) (27 53) 1
0, 3825
Langkah 5:
dengan:
pa = gaya aktif yang ditentukan dengan metode Coulomb dengan menggunakan Persamaan
(1 0-53).
APae = penambahan gaya aktif yang disebabkan oleh gempa.
2. Hitung Pa dengan menggunakan Persamaan ( 1 0-53)
3. Hitung Pae dengan menggunakan Persamaan ( 1 0-67)
4. Hitung APae = Pae - Pa
5. Pada Gambar 10-3 1 , Pa akan bekerja pada suatu jarak sebesar if dari dasar tembok. Juga, APae akan
bekerja sejauh 0,6H dari dasar tembok.
86 Mekanika Tanah Jilid 2
P. ,
H
T
0,6H
T H
3
· · .. .
�·. : : . ::.: : :· :-::·: . ;;.: . ··>"<.::.: <:' .
Gambar 1 D-31 Lokasi dari garis kerja P ••
( 1 0-69)
P.,
dengan:
z = jarak garis kerja gaya P •• dari dasar tembok.
Perhatikan bahwa garis kerja P •• akan miring pada sudut o dengan normal dari muka tembok sebelah belakang.
CONTOH 1 0- 1 0:
Seperti Contoh 10-9. Tentukan lokasi garis kerja resultan P., - yaitu, z.
Penyelesaian:
Besamya P •• sudah dihitung dalam Contoh 10-9, atau P •• = 4 1 ,66 kN/m. Dari Persamaan ( 1 0-53).
p a
= l_
2
y.'ll2 K •
P., 4 1 , 66
1, 443 m
Bob 10 • Tekanan Tanah ke Samping 87
dengan:
r = jari-jari spiral
r0 = jari-jari awal pada () = 0
iP = sudut geser tanah
() = sudut antara r dan r0
Parameter dasar suatu spiral logaritma ditunjukkan dalam Gambar 10-32, di sini 0 adalah pusat
spiral. Luas A, dari bagian OAB dapat dituliskan sebagai berikut:
(10-7 1 )
Dengan memasukkan harga r dari Persamaan ( 10-70) ke dalam Persamaan (1 0-7 1 ), kita dapatkan:
( 1 0-72)
Lokasi pusat lengkungan tersebut dapat kita definisikan sebagai jarak m dan n (Gambar 10-32)
masing-masing diukur dari OA dan OB, dan (Hijab, 1956) menuliskannya sebagai berikut:
.1 ro
tan iP
m (1 0-73)
(9 tan 2 iP
=
3 + 1)
Bob 10 • Tekanan Tanah ke Samping Mekanlka Tanah89
Jilid 2
88
tan 1/J
�J - 3 tan 1/J · sin () - cos
n = ±r ( 10-74)
3 o (9 tan2 1/J + 1)
1
Perilaku lain yang penting tentang spiral logaritma yang didefiisikan oleh Persamaan (10-70) adalah,
bahwa semua garis radial yang ditarik dari pusat lengkungan selalu membentuk sudut sebesar 1/J dengan
normal dari kurva yang digambar pada titik yang menyebabkan garis radial dan spiral berpotongan. Hal
ini merupakan perilaku dasar dari spiral logaritma yang sangat berguna dalam menyelesaikan masalah
tekanan pasif yang akan diterangkan di bawah ini.
Pd(l) = i r<dl )2 (
tan 2 45 + t) ( 1 0-75)
Bob 10 • Tekanan Tanah ke Samping Mekanlka Tanah89
Jilid 2
88
dengan:
d, = c, c,·
Pd< • > bekerja dalam arah horisontal pada jarak 4 dari C1
3. F1 adalah resultan gaya geser dan gaya normal yang bekerja sepanjang bidang longsor BC1• Untuk
semua titik pada kurva, menurut perilaku spiral logaritma, suatu garis radial akan membentuk sudut
sebesar lP dengan normal dari kurva tersebut. Karena resultan F1 membentuk sudut lP dengan normal
dari lengkung spiral pada titik yang membuat gaya F1 bekerja, maka garis kerja gaya F1 ini akan
berimpit dengan garis radial dan akan melalui titik 01•
4. P1 adalah gaya pasif per satuan lebar dinding. Gaya P 1 tersebut bekerja sejauh .If dari dasar tembok.
Arab gaya P1 adalah miring membuat sudut D dengan normal dari muka tembok sebelah belakang.
'
.... ,
01
A
•,
H
y
�
c=O
(a)
F,
(b)
T .... .
Percobaan 3
(c)
Gambar 1 G-33
90 Mekanika Tanah Jilid 2
Sekarang, tentukan momen gaya-gaya W1, P l ) ' F1, dan P1 terhadap titik 01; untuk keseimbangan,
d(
kita dapatkan:
(10-76)
atau
� = [ � lw(l) + pd(l)/1 ] ( 1 0-77)
/P( I)
d(
dengan l w< ll ' /1 , dan /PO > adalah lengan momen gaya-gaya berturut-turut W1, P ll' dan P1•
Untuk menentukan besamya P1 dari Persamaan (10-77), harga dari d" l" dan lP (I) dapat ditentukan
dari grafik yang telah digambar. P l) dapat ditentukan dari Persamaan 10-75 setelah d1 diketahui. Untuk
d(
menentukan pusat luasan l l ' perilaku bagian spiral 01BC1 [Persamaan (10-72), (10-73),
ABC1C1' dan w< l
dan ( 1 0-74)] mungkin dapat dikombinasikan dengan perilaku segi tiga 01AB dan A C1 C1'. Posisi pusat
luasan tersebut dapat juga ditentukan dengan cara memotong papan dengan ukuran ABC1C1' dan
menggantungnya dengan benang pada ujung-ujungnya.
Prosedur untuk menentukan gaya pasif per satuan lebar tembok yang diterangkan di atas dilakukan
berulang-ulang untuk beberapa bidang longsor yang dicoba seperti ditunjukkan dalam Gambar 10-33c.
Misalkan P1, P2 , P3, •P. adalah gaya-gaya pasif yang bersesuaian dengan bidang longsor yang dicoba
• •
coba berturut-turut percobaan 1, 2, 3, . . . dan n. Gaya-gaya tersebut digambar dengan skala tertentu
seperti ditunjukkan pada bagian atas dari gambar. Kurva yang menerus digambar melalui titik-titik 1, 2,
3, . . ., dan n. Titik terendah dari kurva yang digambar tersebut didefinisikan sebagai gaya aktif P p, per
satuan lebar tembok yang dicari.
Perbandingan hasil-hasil yang didapat dengan bermacam-macam metode seperti ditunjukkan dalam
Gambar (10-34), tidak menunjukkan perbedaan yang mengolah dari harga K p.
16
14
� = 400
12
10
'1<.
....;
.o;
·
Q.
8
�
=
s
; � = 30°
;
..loll
6
�
. ..
8
:.0: . ......,
4
_..
tersedia. Oleh karena itu, karni menyarankan agar Anda menggunakan angka-angka tersebut dalam
menghitung tekanan tanah pasif. Perlu Anda perhatikan bahwa harga Kp yang diberikan dalam Tabel
10-5 adalah untuk tembok penahan dengan muka sebelah belakang tegak (yaitu 8 = 0 seperti dalam
Gambar 10-33) dengan urugan tanah berbutir (yaitu c = 0) yang mempunyai permukaan datar/horisontal.
Tekanan tanah pasif untuk keadaan tersebut adalah:
pp = l yH 2 Kp
2
(de rajat)
3,00 .
CONTOH 1 0- 1 1 :
Suatu tembok penahan seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 1 0-33a mengasumsikan bahwa 0 0. Diketahui y
{
==
Penyelesaian:
Bagian b
Untuk menyatakan bahwa permukaan bidang longsornya adalah Iengkung, kita buktikan
2
Pp l . yH Kp
==
2
Dari Tabel 1 0-5 untuk 1/J 30° dan o == == 1 5°, maka KP == 4, 1 3 . Jadi,
Dengan cara yang serupa, untuk 1/J == 30° dan o = 30°, maka KP == 5,03. Jadi,
Bagian b
Untuk anggapan bahwa permukaan dari bidang 1ongsor adalah rata:
2
Pp = l. yH ( K p )
2
KP dapat diperoleh dari Tabel 1 0-3 atau Persamaan ( 1 0-57).
KP (o == 1 5°) = 4,977
dan
Jadi,
PP ( untuk o = 15°) = t ( l l 0)(1 0)2 (4,977) = 27.368 lb / ft
t
dan
PP (untuk o == 30° ) = ( l 1 0 )(10)2 ( 1 0,094) = 55. 5 1 7 lb /ft
Diskusi: anggapan bahwa permukaan bidang longsor adalah rata, memberikan harga PP yang besar, di mana hal ini
adalah tidak aman. Berdasarkan pada kedua anggapan tersebut di atas, beda besamya harga PP yang didapat adalah:
27.368 - 22. 7 1 5 =
4653 =
20, S%
22 . 7 1 5 22. 7 1 5
untuk 0 = 1 5o ,
untuk 0 = 30 o ,
55. 5 1 7 - 27.665 =
27.852 = 1 00, 68 %
27. 665 27. 665
Persentase perbedaan basil perhitungan tersebut di atas bertambah sej alan dengan bertambah besarnya o.
1-- x= mH
0
·· ·· ·
0,2
0,4
n
0,6
0,8
0,5 1 ,0 2,0
(a)
Q
(b)
(10-79)
dengan
L = x
2
+ z2
= =
Dengan memasukkan harga x mH, dan z nH ke dalam Persamaan (10-79), kita hasilkan
O"x =3Q 2
(10-80)
m n
rrH2 ( 2
2 m + n )
2 5/2
Tegangan horisontal yang dinyatakan oleh Persamaan (10-80) tidak mencakup pengaruh perlawanan
tembok. Hal ini diselidiki oleh Gerber (1929) dan Spangler (1938) yaitu dengan cara melakukan pengetesan
dengan skala besar. Beranjak dari temuan dari (basil eksperimen) mereka, Persamaan (10-80) ini
dimodifikasi sedemikian rupa sehingga sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Untuk m > 0,4, kita dapatkan
(10-8 1)
O" x = H'2
0, 28Q 2
n
(10-82)
(0,1 6 + 2 3
n )
1-x=mH -t :
.
.
.
'
.· ·
. . ..
.
q
� .
0
.
0,2
- a. n
0,6
0,8
1 ,0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1,2
(a) q
Gambar 1 D-36 (a) Tekanan ke samping pada tembok yang disebabkan oleh beban garis; (� Grafik dari n vs (a./fJ/
q [Persamaan 1 0-83 dan 1 0-84].
_ ± q _ (10-83)
_
7tH
n 0, 4) (10-84)
0, 203q +
n 2 )2
(untuk m >
(0, 16
dengan: (J'x = H
Beban Lajur
Gambar 10-37 menunjukkan suatu beban lajur sebesar q/satuan luas terletak pada jarak m1 dan tembok
yang mempunyai ketinggian H. Menurut teori elastisitas, tegangan arah horisontal cr pada kedalaman z.
yang bekerja pada tembok, dapat dituliskan sebagai berikut: x
( 10-87)
Bob 10 • Tekanan Tanah ke Samping 95
dengan
92 (derajat) = tan -1 ( m1 m2
) ( 1 0-89)
CONTOH 1 0- 1 2:
Suatu beban garis sebesar 50 kN/m diletakkan sejauh 3 meter dari muka tembok sebelah belakang; ketinggian tembok
adalah 5 meter. Tentukan gaya horisontal yang bekerja pada tembok sebagai akibat beban garls tersebut.
Penyelesaian:
Lihat Gambar 1 0-38a.
m = L = l = 0' 6
H 5
Karena m > 0,4 maka Persamaan 10-83 akan digunakan dalam perhitungan, persamaan tersebut adalah sebagai
berikut:
cr xH .! m2n
q X (m 2 + n 2 �
Kita akan menentukan besarnya tekanan yang bekerja pada tembok pada setiap interval kedalaman I meter. Tabel
berikut merupakan hasil perhitungan :
. · .· : ·
Gambar 1 0-37 Tekanan ke samping pada tembok yang disebabkan oleh beban lajur
96 Mekanlka Tanah Jilid 2
50 kN/m
(a)
a,(kN/m2)
5,73
.....-P----ersamaan 9-83
\ Penuekatan
2 6,78
z(m)
(b)
Gambar 1o-38
Bob 10 • Tekanon Tanah ke Samping
97
Distribusi tekanan arah horisontal diberikan dalam Gambar 10-38b. Untuk mudahnya, kita akan menganggap bahwa
variasi a, adalah linear untuk tiap interval kedalaman yang ditinjau (ditunjukkan sebagai garis putus pada Gambar
1 0-38b). Sehingga:
p =
( 2
)
0 + 5, 7 3
(1) + )
6, 78 (1) + )
5, 3 1 (1)
CONTOH 1 0- 1 3:
Perhatikan Gambar 1 0-37 . Untuk suatu beban lajur diberikan data-data sebagai berikut: q = 1000 lb/ft2; m 1 = 10 ft;
m = 5 ft; dan H = 10 ft. Tentukan gaya P per satuan lebar tembok yang disebabkan oleh beban lajur tersebut.
2
Penyelesaian:
Dari Persamaan (10-87 ), (1 0-88), dan ( 10-89)
91 = = 45°
92
Sehingga:
p - 45)] 1256 lb I ft
Tumpuan
. · .- .·
· . ·
(a)
Turap
Penyangga
Gambar 1 0-39 Turap; (a) potongan melintang; (b) tampak alas (potongan X-A).
turap bergerak. Selama urutan pekerjaan seperti memancang turap, menggali tanah, dan meletakkan
barisan dan tumpuan dan penyangga (lihat B dan C dalam Gambar 1 0-39) berlangsung, turap akan
bergerak terus masuk ke dalam tanah. Hal ini disebabkan oleh adanya tekanan yang cukup besar yang
diberikan oleh tanah di sekeliling galian. Deformasi turap ditunjukkan oleh garis putus-putus dalam
Gambar 10-39a. Hal penting yang perlu diperhatikan pada konstruktur turap adalah kemungkinan terjadinya
perputaran dari turap yang bersangkutan terhadap tumpuan-tumpuan yang berada pada barisan atas.
Deformasi turap ini berbeda dengan deformasi tembok penahan. Oleh karena itu, teori Coulomb dan
teori Rankine tidak memberikan distribusi tekanan tanah yang sesuai untuk konstruksi turap. Keadaan ini
dijelaskan dalam Gambar 10-40 di mana AB merupakan suatu turap dengan permukaan halus, dengan
urugan tanah yang berbutir. Bila posisi .tembok berubah ke AB', maka bidang keruntuhan BC akan
terbentuk. Karena bagian atas dari massa tanah di dalam zona ABC tidak mengalami deformasi yang
cukup untuk menimbulkan kondisi aktif, maka zona tadi tidak termasuk dalam kondisi aktif menurut
Rankine. Untuk kondisi tersebut, bidang gelincir BC memotong permukaan tanah dengan sudut hampir
90°. Distribusi tekanan tanah yang teijadi mempunyai bentuk hampir parabola yaitu abc seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar 1 0-40b. Untuk tipe distribusi tekanan dengan bentuk tersebut, tempat kedudukan
resultan gaya aktif Pa berada pada ketinggian naH dari dasar tembok, pada saat na > t; untuk distribusi
tekanan yang berbentuk segitiga, na = t . Evaluasi dari teori dan pengamatan yang dilakukan
di lapangan menunjukkan bahwa na dapat dianggap sebesar 0,55.
Bob 10 • Tekanan Tanah ke Samping 99
Pasir
Spiral logaritma
b c
1----K.yH ---j
B' B
K.yH -1
(a) (b)
Gambar 1 0 - 4 0 Distribusi tekanan tanah pada turap dengan putaran terhadap puncaknya.
2. P1 = gaya aktif yang bekerja pada suatu titik yang berjarak n0H dari dasar galian dan rniring
dengan sudut 8 dengan arah horisontal.
Mekanika Tanah Jilid 2
1 00
I
I
I
I
I
9()0
y
1/J
c =O
H
Percobaan 1
Percobaan 2
(b)
Gambar 1 D-41 Penentuan besamya gaya aktif yang bekerja pada turap dari suatu galian tanah yang tak berkohesi
(c = 0).
Bob Tekanan Tanah ke Samping Mekanika Tanah Jilid 2
10110 •
101
3 . F1 = resultan gaya-gaya geser dan normal yang bekerja sepanjang bidang longsor yang dicoba.
Garis kerja dari gaya F" adalah rnelalui titik 01•
Sekarang, hitung besamya rnornen yang disebabkan oleh gaya-gaya yang disebutkan di atas terhadap
titik 01,
atau
'
� lt;1w(l)
= (10-90)
1p(l)
dengan 1,.._1) dan 1p(1) adalah lengan rnornen untuk gaya-gaya W1 dan P1 •
Harga 1p( l) tadi dapat ditentukan secara grafis. Untuk rnenentukan 1w(l)' kita terlebih dahulu harus
rnenentukan
berat bagian ABb1• Hal ini dapat dilakukan dengan cara rnernotong hardboard dengan
pusat
ukuran yang sarna seperti ABbl' dan selanjutnya gantung potongan hardboard tersebut dengan benang
pada ujungnya. Apabila pusat berat telah diketahui, dengan sendirinya 1,.._1) dapat diukur.
Sekarang, prosedur untuk rnenentukan gaya aktif seperti yang telah diterangkan di atas diulangi
untuk beberapa bidang longsor lain yang dicoba seperti ABb2 , ABb3, ABbn (Garnbar 10-41b).
• • •
Perhatikan bahwa pusat spiral logaritrna akan terletak pada garis-garis b2b2', b3b3', , bnbn' · Gaya-gaya
• • •
aktif P 1 , P2, P3, • • • Pn dari tiap-tiap bidang longsor yang dicoba, digarnbar dengan skala tertentu pada
bagian atas dari Garnbar 10-41b. Titik tertinggi dari kurva yang digarnbar rnelalui titik-titik tersebut
rnerupakan gaya aktif rnaksirnurn Pa, yang bekerja pada turap penahan.
Kirn dan Purber (1969) telah rnenentukan harga-harga dari PJ0,5 yfP untuk turap galian, untuk
bermacarn-rnacarn harga dari 1/J, o, dan na. Harga-harga tersebut diberikan dalarn Tabel 10-6.
Tabel 10-7 rnernberikan suatu perbandingan yang rnenarik antara koefisien tekanan tanah aktif yang
diturunkan dari teori urnurn bidang keruntuhan coba-coba (trial wedge theory), untuk ternbok yang berputar
terhadap puncaknya dengan koefisien tekanan tanah aktif yang diturunkan dari teori Coulomb untuk
ternbok yang berputar terhadap dasamya. Perbandingan tersebut dibuat dengan anggapan bahwa sudut
geser ternbok o, adalah sarna dengan nol. Dari tabel tadi kita dapat rnelihat bahwa untuk na sarna dengan
0,4, koefisien tekanan tanah yang diturunkan dari dua teori tersebut adalah harnpir sarna. Akan tetapi,
perbedaan rnenjadi rnakin besar dengan bertarnbahnya na . Bila na sarna dengan 0,6 rnaka:
� �
putaran terhadap putaran terhadap
puncak dasar
dengan:
m' = sekitar 1,23 untuk 1/J = 25° s/d sekitar 1,16 untuk qi = 40°.
Gaya Aktif pada Sistem Turap untuk Galian dalam Tanah Kohesif (t/J = 0)
Bob Tekanan Tanah ke Samping Mekanika Tanah Jilid 2
10210 •
102
Untuk rnenentukan besamya gaya aktif yaug bekerja pada turap dari suatu galian yang dibuat dalarn tanah
kohesif yang jenuh, rnetode bidang keruntuhan coba-coba sebagairnana kita bahas dalarn sub-bab terdahulu
dapat dipakai. Sekalipun dernikian, untuk kondisi undrained (air pori tak diperbolehkan rnengalir ke luar
pada saat pengetesan) yaitu 1/J = 0, persarnaan spiral logaritrna, 'i = r0� 1an '· berubah rnenjadi
persarnaan suatu lingkaran karena r1 = r0•
Garnbar 10-42a rnenunjukkan suatu bidang longsor yang dicoba untuk turap yang tingginya = H.
Kurva kelonggaran Bb 1 adalah lengkung lingkaran, pada saat pusatnya terletak dipermukaan tanah.
Bob Tekanan Tanah ke Samping Mekanika Tanah Jilid 2
10310 •
103
= = =
0,280 0,31 8
10 0,273 0,300
15 0,249 0,270 0,296
20 0,248 0,269 0,295
25 0,232 0,250 0,271 0,297
0,276 0,302
0,262 0,31 2
0,167 0 ,1 80 0 ,1 9 6
5 0,1 63 0, 1 90
10 0 ,1 50 0,172 0,187
15 0 ,1 59 0,171 0 ,1 85
20 0 ,1 59 0 ,1 71 0 ,1 85
25 0, 1 73 0 ,1 87
0,1 53 0 ,16 0 ,1 76 0,1 90
0 , 1 68 0 ,1 81 0 , 1 96
0 ,1 64 0 , 1 75 0, 1 8 8 0,204
0,198 0,2 1 3
*Setelah penerrtian Kim dan Preber
Bob Tekanan Tanah ke Samping Mekanika Tanah Jilid 2
10410 •
104
Bob103
10 Tekonon Tonoh ke Somping Mekanika Tanah Jilid 2
•
103
103
103
= 0°, =
-
=
=
"' -
=
=
""
=
=
=
Dengan meninjau untuk per satuan lebar tembok, gaya-gaya keseimbangan dari blok tanah ABb1 adalah:
1. wl = berat blok tanah
2. P1 = gaya aktif yang bekerja pada ketinggian n.H dari dasar tembok
3. F1 = resultan dari gaya-gaya normal yang bekerja sepanjang bidang longsor
4. c.rA = gaya yang disebabkan oleh kohesi yang bekerja sepanjang bidang longsor
5. c.H = gaya yang disebabkan oleh lekatan antara tanah dengan turap (c. = lekatan antara tanah dan
material yang digunakan untuk turap, ca ::;;; c).
Sekarang, kita akan menentukan besar momen gaya-gaya tersebut di atas terhadap titik 01:
W1 [1� 1 > ] + F1 [0] - c. r1 91 [r1] - c.H[H cot 91] - P1 [(1 - n)H]
atau
� = 1 2 2
c. 1 ( 10-92)
H(1 - n. ) [W.lw(l) - 1j 9 - c.H cot
91 ]
Jika gaya aktif yang dihasilkan oleh bidang longsor yang dicoba-coba, misalnya P1, P2, P3, Pn,
digambarkan dengan skala tertentu seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 10-42b, maka titik tertinggi
dari grafik yang digambar melalui titik-titik tersebut akan merupakan gaya aktif P yang dicari. ••
Dengan menggunakan prosedur di atas. Das dan Seeley (1975) menunjukkan bahwa:
( 1 0-93)
dengan
( 1 0-94)
Bob104
10 Tekonon Tonoh ke Somping Mekanika Tanah Jilid 2
•
104
104
104
K = ( 1 0-95)
0 2,762
3,056
1 3, 1 43
1-- 1. (1) -1
H cot 8, I
I
c.
F,
(a)
I I
I I1 I
I I
o, o, o,
H
Percobaan l
(b)
Bob105
10 Tekonon Tonoh ke Somping Mekanika Tanah Jilid 2
•
105
105
105
Gambar 1 0-42 Penentuan besamya gaya aktif yang bekerja pada turap dari suatu galian tanah yang berkohesi
(� = 0).
Mekoniko Tonoh Jilid 2
0 6 Tekanon Tanah ke Samplng
Bob1 10•
1 05
CONTOH 1 0- 1 4:
Potongan dan tampak atas dari sebuah turap galian yang dibuat dalam tanah pasir, ditunjukkan dalam Gambar
1 0-45a dan b. Anggaplah 'Ypasir = 1 1 5,38 lb/ft3 dan tP = 30°. Tentukan beban dari tiap-tiap penyangga.
Penyelesaian:
Diagram tekanan ke samping dianggap seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 1 0-43a, dengan:
Pa [ (%)]
0, 65-yH tan 2 45 - = 0,65( 1 1 5, 38) tan 2 ( 45 -
- 750 lb / ft
2
Sekarang kita anggap bahwa turap mempunyai hubungan sendi pada tempat-tempat penyangga B dan C. Dengan
memperhatikan Gambar 1 0-45c, kita hitung reaksi dari A, B 1 , B , C1 , C , dan D.
2 2
cu 4
T
0,25H
IH r
0,75H
1 Pasir
1
Lempung lembek ke menengah Lempung kaku
(a) (c)
Mekoniko Tonoh Jilid 2
0 6 Tekanon Tanah ke Samplng
Bob1 10•
1 05
Gambar 10-43 Diagram tekanan menurut Peck untuk perencanaan turap dari suatu galian.
Mekoniko Tonoh Jilid 2
0 6 Tekanon Tanah ke Samplng
Bob1 10•
1 05
Sehingga
B1 = 750(9) - 4339,3 = 2410,7 lb/ft :: 241 1 lb/ft
A = 4340 lb/ft
B = B1 + B2 = 241 1 + 2625 = 5036 lb/ft
c = C1 + C2 = 2625 Ib/ft
D = 10.500 lb/ft
Gambar 1 0-45b menunjukkan bahwa jarak dari pusat ke pusat penyangga adalah 8 ft. Jadi, beban rencana dari
penyangga adalah:
A = (4340)(8) = 34720 lb
B = (5036)(8) = 40288 lb
c = (2625)(8) = 2 1000lb
D = (10500)(8) = 84000 lb
---
B + C
c
D + E
D
E
Mekoniko Tonoh Jilid 2
0 6 Tekanon Tanah ke Samplng
Bob1 10•
1 05
Gambar 1 0-44 Penentuan besamya beban yang harus dipikul oleh penyangga dengan menggunakan diagram tekanan
ke samping yang ditentukan secara empiris.
Mekanika Tanah
08 Tekanan Tanah ke Samping
Bob 110 •
107 Jilid 2
107
107
2 ft .. •
Penyangga jarak dan pusat
, ,. . . . · -
A
.:
8 lb/ft' ke pusat = 8 ft
7 ft
q, = 30°
B
750
7 ft
3O ft
7 ft
:: ; :
D
t :·.: . ..
-:.; . ·
·::.
7 ft ; i ... ·
:;• :y·.'·:·�;�:': :t
I
1._
2ft
A
t
7 ft
750 lblft'
-
B,
B,
7 ft - 750 lblft2 -
I
c, '
c,
t
+
7 ft
750 lb/ft2 -
7 ft
Mekanika Tanah
08 Tekanan Tanah ke Samping
Bob 110
•
108 Jilid 2
108
108
(c)
Gambar 1 0 -
45
Mekanika Tanah
08 Tekanan Tanah ke Samping
Bob 110
•
109 Jilid 2
109
109
SOAL-SOAL
10-1 Gambar P l0. 1 menunjukkan suatu tembok penahan dengan tanah pasir sebagai urugan di belakang tembok.
Untuk keadaan a s/d g, tentukanlah gaya aktif total per satuan lebar tembok menurut cara Rankine, lokasi
gaya resultan, dan variasi tekanan aktif dengan kedalaman.
a. H = 10 ft, y = 1 10 lbtr, rp = 32°
H = 12 ft, y = 98 lb/ft3, rp 28° =
Pasir
Berat jenis = y (atau densiti = p)
�
c=O
o (sudut gesek dinding) = 0
Gambar P1D-1
10-2 Anggaplah bahwa tembok yang ditunjukkan dalam Gambar P l0- 1 dijaga dari keruntuhan; tentukan besar dan
lokasi resultan gaya ke samping per satuan lebar dari tembok untuk keadaan-keadaan di bawah ini.
a. H = 8 ft, y = 105 lb/ft3, rp = 34°
b. H = 14 ft, y = 108 lb/ftl, rp = 36°
H = 5 m, y = 14,4 kN/m3, rp = 3 1 °
d. H = 3,5 m, y = 13,4 kN/m3, rp = 28°
10-3 Untuk tembok penahan seperti yang terlihat dalam Gambar P I 0- 1 , tentukan gaya pasif P P, per satuan lebar
tembok dengan metode Rankine. Juga tentukan besarnya tekanan tanah pasif pada dasar tembok dengan
menggunakan metode Rankine. Sebagai tambahan diberikan keadaan seperti di bawah ini.
a. H = 10 ft, y = l l0 lb/ftl, rp = 30°
H = 14 ft, y = 120 lb/ft3, rp =36°
H = 2,45 m, y = 16,67 kN/ml, rp = 33°
d. H = 4 m, p = 1800 kg/m3, rp = 38°
10-4 Suatu tembok penahan seperti diberikan dalam Gambar PI0-4. Tentukan besarnya gaya aktif P per satuan ••
lebar tembok dengan metode Rankine dan tentukan lokasi resultan gaya untuk tiap-tiap keadaan berikut.
a. H = 12 ft, H1 = 4 ft, y1 = 105 lb/ft3, y = 122 lb/ftl
2
1/>1 = 30°, 1/>2 = 30°, q = 0
b. H = 20 ft, H1 = 6 ft, y1 = 1 10 lb/ftl, y = 126 lb/ft3,
2
1/>1 = 34°, 1/>2 = 34°, q = 300 lb/ft2
c. H = 5,5 m, H1 = 2,75 m, y1 = 15,72 kN/ml, y2 = 19,24 kN/m3
1/>1 = 32°, 1/>2 = 36°, q = 15 kN/m2
Mekanika Tanah
08 Tekanan Tanah ke Samping
Bob 110
•
110 Jilid 2
110
110
10-5 Untuk Gambar P10-4. Tentukan gaya pasif PP , per lebar tembok dengan metode Rankine untuk keadaan
berikut ini. Juga tentukan lokasi gaya resultan untuk tiap-tiap keadaan di bawah ini:
a. H = 12 ft, H1 = 4 ft, y1 = 105 lb/ft3, y2 = 122 lb/ft3, cp1 = 30°, cp2 = 30°, q = 0
b. H = 20 ft, HI = 6 ft, yl = 1 10 1b/ft3, y2 = 126 1b/ft3, cpl = 34°, q = 300 lb/ft2, q = 300 1b/ft2
Tekanan pennukaan = q
l j l l
r Pasir Y,
1/J,
c, = 0
,. Pennukaan air torse
Pasir
y, (berat jenis jenuh), 1/!2, c, =0
----D
------inding
- tanpa
gesekan
Gambar P10-4
10-6 Suatu tembok penahan setinggi 14 ft dengan muka sebelah belakang tegak menahan tanah lempung lembek
yang jenuh. Berat volume tanah lempung jenuh adalah 124,5 1b/ft3• Hasil pengujian di laboratorium
menunjukkan bahwa kekuatan geser dalam keadaan undrained c., dari tanah lempung yang bersangkutan
adalah sebesar 400 lb/ft2•
a. Buat perhitungan-perhitungan yang dianggap penting dan gambar variasi dari tekanan aktif (metode
Rankine) pada tembok dengan kedalaman.
b. Tentukan kedalaman dari retak tarikan yang dapat terjadi.
c. Tentukan gaya aktif total per satuan lebar tembok sebelum retak tarikan terjadi.
d. Tentukan gaya aktif total per satuan lebar tembok setelah retak tarikan terjadi. Juga tentukan lokasi dari
gaya resultan.
10-7 Kerjakan lagi Soal no. 1 0-6a, b, c, dan d dengan anggapan bahwa tanah urugan di belakang tembok harus
menahan beban luar (surcharge) sebesar 150 lb/ft2 •
10-8 Suatu tembok penahan setinggi 8 m dengan muka sebelah belakang tegak mempunyai tanah c- cp sebagai
urugan di belakang tembok. Untuk tanah urugan, diketahui y = 18,55 kN/m3, c = 24,92 kN/m2, cp = 1 6°.
Dengan memperhitungkan adanya retak tarikan, tentukan besarnya gaya aktif P. , yang bekerja pada dinding
dengan menggunakan metode Rankine.
Untuk tembok seperti yang dijelaskan dalam Gambar 9-8, tentukan gaya pasif, P , dengan metode Rankine.
P
10-9
10-10 Untuk tembok penahan seperti diberikan dalam Gambar P10- 1 0, tentukan gaya aktif P •• menurut Rankine.
Juga tentukan letak gaya resultan. Anggap bahwa ada retak tarikan.
a. p = 2100 kg/m3, cp = 0°, c = c. = 30,2 kN/m2
b. p = 1950 kg/m3, cp = 18°, c = 19,4 kN/m (Lihat Gambar 1 0- 1 0)
10-1 1 Suatu tembok penahan seperti ditunjukkan dalam Gambar P10- 1 1 . Diketahui tinggi tembok adalah sama
dengan 16 ft dan berat volume tanah urugan adalah 1 14 lb/ft3• Hitung gaya aktif P pada tembok dengan
••
menggunakan persamaan Coulomb [Persamaan ( 10-53) dan (1 0-54)] untuk sudut geser antara tanah dengan
tembok sebesar:
a. 8 = 0°
b. 8 = 10°
c. 8 = 20°
Tunjukkan arah dan lokasi gaya resultan.
1 1Q Mekoniko Tonoh Jilid 2
10-12 Untuk tembok penahan seperti yang diberikan dalam Soal 1 0- 1 1 , tentukan gaya pasif PP , dengan menggunakan
persamaan Coulomb [Persamaan ( 1 0-56) dan ( 1 0-57)], untuk harga-harga sudut geser antara tanah dan dinding
sebesar:
a. � = 0°
b. � = 10°
� = zoo
10-13 Gambar spiral logaritma sesuai dengan persamaan r1 = r0e� tan ' dengan 91 bervariasi dari 0° sampai
1 80°. Gunakan 1/J = 40° dan r0 = 30 mm.
10-14 Perhatikan Gambar P 1 0- 1 1 . Apabila H = 5 m, kepadatan tanah p = 1 850 kg/m3, dan sudut geser antara
tembok dengan tanah � = zoo, tentukan gaya pasif PP per satuan lebar tembok secara grafis. Gunakan metode
keruntuhan coba-coba.
Pasir
Berat jenis = y (atau densiti) = p)
c=O
� = 38°
l) (gesekan dinding)
H
Gambar P10 -1 1
10-15 Perhatikan Gambar 10- 14, apabila semua harga parameter yang diketahui adalah tetap kecuali harga 9, yaitu
9 = 0, berapakah besarnya gaya pasif P p, per satuan lebar tembok? Gunakan Tabel 10-5.
10-16 Perhatikan Gambar P 1 0- 1 6, dengan menggunakan metode Coulomb, tentukan besarnya tekanan tanah aktif
P., per satuan lebar tembok untuk tiap-tiap keadaan berikut ini. Gunakan graflk: Culmann untuk penyelesaiannya.
H =15 ft, J3 = 85°, n = 1 , H1 = ZO ft, y = 1 Z8 lb/ft3, 1/J = 38°, � = 10°
b. H = 18 ft, J3 = 90°, n = Z, H1 = ZZ ft, y = 1 1 6 lb/ft3, 1/J = 34°, � = 17°.
c. H = 5,5 m, J3 = 80°, m = 1, H1 = 6,5 m, p = 1680 kg/m3, 1/J = 30°, � = 30°.
n
Tanah tanpa kohesi
Berat jenis = y (atau densiti = p)
c=O
�
l) (sudut gesek dinding)
Gambar P1 0-16
Bob11310 Tekanan Tanah ke Samping Mekanika Tanah Jilid 2.
•
111
113
113
10-17 Perhatikan tembok penahan seperti ditunjukkan dalam Gambar P I 0- 10. Beban titik vertikal sebesar 8,92 kN
diletakkan di permukaan tanah sejauh 3 meter dari tembok. Hitunglah penambahan tekanan pada tembok
akibat beban titik tersebut. Gambar variasi antara tekanan dan kedalaman. Gunakan persamaan yang telah
dimodifikasi dalam Subbab 1 0-1 2.
10-18 Perhatikan tembok penahan yang ditunjukkan dalam Gambar PI0- 1 . Diketahui: H = 10 ft; beban garis sebesar
800 lb/ft diletakkan pada permukaan tanah sejajar dengan bagian atas dari tembok sejauh 5 ft dari muka
sebelah be1akang tembok. Tentukan penambahan gaya ke samping per satuan lebar tembok yang disebabkan
oleh beban garis. Gunakan persamaan yang telah dimodifikasi yang diberikan dalam Subbab 1 0- 1 2.
10-19 Gunakan cara gratis seperti yang diberikan dalam sub-bab yang menjelaskan mengenai teori umum kelongsoran
untuk menentukan gaya aktif P yang bekerja pada turap suatu galian seperti yang ditunjukkan dalam
••
Gambar P1 0-1 9.
I
I
I y = 1 6 .5 1 kN/rn3
I
· . . . .
c=O
q, = 30'
I
I
I
/
3.5 m
/
. /
· . .: .
Gambar P1 0-19
10-20 Suatu turap setinggi 7 m dipasang pada galian yang dibuat dalam tanah pasir, seperti ditunjukkan dalam
Gambar P I 0-20. Dalam perencanaan, balok penyangga diletakkan pada jarak 2 meter dari pusat ke pusat.
Dengan menggunakan diagram tekanan empiris yang diperkenalkan oleh Peck, hitung beban rencana dari
penyangga tersebut.
1-----5-
T
pasir
� = 30°
2 r n
·
. ..
2 m
Dasar potongan
Gambar P1 0-20
Bob11410 Tekanan Tanah ke Samping Mekanika Tanah Jilid 2.
•
111
114
114
NOTASI
Simbol-simbol berikut telah digunalcan dalam bab ini
Simbol Penjelasan
lnggris
A luasan
c gaya yang disebabkan oleh kohesi
c. gaya yang disebabkan oleh lekatan
c kohesi
c. lekatan
c. kohesi dalam keadaan undrained
d tinggi
F gaya (realcsi)
g percepatan gravitasi
H tinggi
K fungsi ca/cu
koefisien tekanan tanah alctif
K' koefisien tekanan tanah alctif dengan memasukkan pengaruh gempa
koefisien tekanan tanah dalam keadaan diam (at rest)
a
K.
Kp koefisien tekanan tanah pasif
kh rasio antara komponen horisontal dari percepatan yang disebabkan oleh gempa dengan percepatan
yang disebabkan oleh gravitasi
rasio antara komponen vertikal dari percepatan yang disebabkan oleh gempa dengan percepatan yang
disebabkan oleh gravitasi
L panjang
Iengan momen
e
-fr (Subbab 1 0 - 1 2 )
m
jarak
koefisien [Persamaan 10-9 1 ]
jaralc antara pusat berat suatu pias dari spiral logaritma dengan sisi lurusnya yang terpendek (lihat
Gambar 1 0-32).
fr (Subbab l 0 - 1 2)
n
faktor perkalian yang dipakai untuk menyatakan lokasi dari garis kerja gaya alctif suatu turap penahan
terhadap dasar turap
jarak antara pusat berat suatu pias dari spiral logaritma dengan sisi lurusnya yang terpanjang (lihat
Gambar l Q-32)
rasio dari overconsolidasi
OCR
gaya
p gaya alctif
p a gaya alctif termasuk pengaruh gempa
p. gaya pasif
.
pd gaya yang disebabkan oleh tekanan tanah dalam keadaan diam (at rest)
p 0
gaya pasif
p indeks plastis
p
PI tekanan ke samping (turap penahan)
P. beban titik
Q beban per satuan panjang, juga beban per satuan luas
q jarak radial
r tekanan air pori
berat
u
berat beton
w
berat tanah
w
jarak horisontal
c
w
jarak vertikal
s
z
Bob 115
10 Tekanon Tanah ke Samping Mekanika Tanah Jilid 2
•
1 13
115
115
jarak dari lokasi resultan gaya yang menekan tembok terhadap dasar tembok
kedalaman retak tarikan
Huruf YulUlni
REFERENSI
Alpan, I. (1967). "The Emperical Evaluation of the Coefficients K. and K.,." Soils and Foundations, Vol. 7, No. 1 ,
31.
Brooker, E.W., and Ireland, H.O. (1965). "Earth Pressure at Rest Related to Stress History," Canadian Geotechnical
Journal, Vo1.2, No. 1 , 1 -1 5.
Caquot, A., and Kerisel, J. (1948). Tables for the Calculation of Passive Pressure, Active Pressure, and Bearing
Capacity of Foundations, Gauthier-Villars, Paris, France.
Coulomb, C.A. ( 1776). "Essai sur une Application des Regles de Maximis et Minimis a quelques Problemes de
·
Statique, relatifs a l'Architecture," Mem. Roy. des Sciences, Paris, Vol.3, 38.
Culmann, C. (1 875). Die graphische Statik, Meyer and Zeller, Zurich.
Das, B.M., and Seeley, G.R. (1975). "Active Thrust on Braced Cut in Clay," Journal of the Construction Division,
ASCE, Vol. l O l , No. C04, 945-949.
Gerber, E. (1929). Untersuchungen iiber die Druckverteilung im Ortlich belasteten Sand, Technische Hochchule,
Zurich.
Hijab, W. (1956). "A Note on the Centroid of a Logarithmic Spiral Sector," Geotechnique, Vol.4, No.2, 96-99.
Jaky, J. (1944). "The Coefficient of Earth Pressure at Rest," Journal of the Society of Hungarian Architects and
Engineers, Vol.7, 355-358.
Janbu, N. ( 1957). "Earth Pressure and Bearing Capacity Calculations by Generalized Procedure of Slices," Proceedings,
4th International Conference on Soil Mechanics and Foundation Engineering, Vol.2, 207-21 3 .
Jarquio, R. ( 198 1 ). "Total Lateral Surcharge Pressure Due to a Strip Load," Journal of the Geotechnical Engineering
Division, ASCE, Vol. l 07, No.GTlO, 1424- 1428.
Bob 116
10 Tekanon Tanah ke Samping Mekanika Tanah Jilid 2
•
1 13
116
116
Kim, J.S., and Preber, T. ( 1 969). "Earth Pressure Against Braced Excavations," Journal of the Soil Mechanics and
Foundations Division, ASCE, Vol.95, No.SM6, 15 8 1 -1584.
Mononobe, N. (1929). "On the Determination of Earth Pressures During Eartquakes," Proceedings, World Engineering
Conference, Vol.9, 274-280.
Okabe, S. (1 926). "General Theory of Earth Pressure," Journal of the Japanese Society ofCivil Engineering, Tokyo,
Vol. l 2, No. l .
Packshaw, S. ( 1 969). "Earth Pressure and Earth Resistance," A Century of Soil Mechanics, The Instituion of Civil
Engineers, London, England, 409-435.
Peck, R.B. (1 969). "Deep Excavation and Tunneling in Soft Ground," Proceedings, 7th Internation1 Conference on
Soil Mechanics and Foundation Engineering, Mexico City, State-of-the-Art Vol.225-290.
Rankine, W.M.J. (1 857). "On Stability on Loose Earth," Philosophic Transactions of Royal Society, London, Part I,
9-27.
Seed, H.B., and Whitman, R.V. (1 970). "Design of Earth Retaining Structures for Dynamic Loads," Proceedings,
Specialty Conference on Lateral Stresses in the Gorund and Design of Earth Retaining Structures, ASCE, 103-
147.
Shields, D.H., and Tolunay, A.Z. ( 1973). "Passive Pressure Coefficients by Method of Slices," Journal of the Soil
Mechanics and Foundations Division, ASCE, Vol.99, No.SM 1 2, 1043-1053,
Spangler, M.G. (1938). "Horizontal Pressures on Retaining Walls Due to Concentrated Surface Loads," Iowa State
University Engineering Experiment Station, Bulletin, No. I40.
Terzaghi, K . ( 1 941). "General Wedge Theory of Earth Pressure," Transactions, ASCE, Vol. l06, 68-97.
Terzaghi, K ., and Peck, R.B. (1 967). Soil Mechanics in Engineering Practice, Wiley, New York.
B A B
l l
Daya Dukung Tanah
u ntuk Pondasi Dangkal
Bagian paling bawah dari suatu konstruksi dinamakan "pondasi". Fungsi pondasi ini adalah meneruskan
beban konstruksi ke lapisan tanah yang berada di bawah pondasi. Suatu perencanaan pondasi dikatakan
benar apabila beban yang diteruskan oleh pondasi ke tanah tidak melampaui kekuatan tanah yang
bersangkutan. Apabila kekuatan tanah dilampaui, maka penurunan yang berlebihan atau keruntuhan dari
tanah akan terjadi, kedua hal tersebut akan menyebabkan kerusakan konstruksi yang berada di atas
pondasi tadi. Oleh karena itu, para insinyur sipil yang merencanakan pondasi harus mengevaluasi daya
dukung tanah yang pondasinya akan dibangun.
Bentuk pondasi ini bermacam-macam. Bentuknya biasanya dipilih sesuai dengan jenis bangunan
dan tanah di mana konstruksi Gambar 1 1-1 menunjukkan tipe-tipe pondasi yang umum. Pondasi tapak
(spread foating) mempunyai bentuk seperti kolom suatu bangunan, tetapi ukurannya dibuat lebih besar
dari kolom sehingga beban yang diteruskan ke pondasi dapat disebarkan ke luasan tanah yang lebih bes!IT.
Untuk tanah dengan daya dukung rendah, ukuran dari pondasi tapak biasanya terlalu besar sehingga tidak
praktis. Oleh karena itu, untuk keadaan tersebut akan lebih ekonornis kalau seluruh konstruksi dibangun
di atas suatu lantai beton yang luas. Tipe yondasi tadi dinamakan pondasi tikar (mat foundation).
Pondasi tiang dan pondasi caisson digunakan untuk konstruksi yang lebih berat, yaitu bila kedalaman
pondasi yang dibutuhkan untuk mernikul beban sangat besar. Pondasi tiang biasanya terbuat dari kayu,
beton, atau besi yang berfungsi untuk meneruskan beban dari konstruksi bagian atas ke lapisan tanah
yang paling bawah: Bagaimana pondasi tiang ini meneruskan beban ke lapisan-lapisan tanah dapat
dikelompokkan dalam dua katagori: Pertama, tial)g yang kekuatannya didasarkan pada lekatan antara
tanah dan tiang (friction file); Kedua, tiang yang kekuatannya didasarkan pada daya dukung ujung tiang
(end-bearing file). Untuk friction file, beban konstruksi bagian atas ditahan oleh gaya geser yang timbul
sepanjang permukaan tiang (selimut tiang). Untuk end-bearing file, beban yang diterima oleh tiang
diteruskan oleh ujung tiang ke lapisan tanah keras.
Pondasi caisson dapat dibuat dengan cara memasukkan batang pipa ke dalam tanah dan kemudian
diisi dengan beton. Pipa tersebut dapat ditinggalkan didalam tanah atau ditarik ke luar selama pengecoran
beton berlangsung. Pada umumnya, diameter caisson ini jauh lebih besar daripada diameter pondasi tiang.
Perbedaan antara pondasi tiang dan caisson menjadi kabur bilamana diametemya sekitar 3 ft (0,9 m),
sehingga definisi serta batasan istilah yang dipakai menjadi tidak tepat lagi.
Pondasi tapak dan pondasi tikar pada umumnya dinamakan pondasi dangkal dan pondasi tiang,
sementara itu pondasi caisson disebut sebagai pondasi dalam.
116 Mekanika Tanah Jilid 2
116
116
Secara umum, yang dinamakan pondasi dangkal adalah pondasi yang mempunyai perbandingan
antara kedalaman dengan lebar sekitar kurang dari empat. Apabila perbandingan antara kedalaman dengan
lebar pondasi lebih besar dari empat, pondasi tersebut diklasifikasikan sebagai pondasi dalam.
Dalam bab ini, kita akan membicarakan daya dukung tanah untuk pondasi dangkal. Seperti telah
disebutkan sebelumnya bahwa suatu pondasi akan aman apabila:
1. Penurunan (settlement) tanah yang disebabkan oleh beban masih dalam batas yang diperbolehkan.
2. Keruntuhan geser dari tanah di mana pondasi berada tidak terjadi.
Pemampatan tanah (konsolidasi dan teori elastisitas) sudah kita bahas dalam Bab 7. Dalam bab ini kita
akan memperkenalkan masalah kemampuan pondasi dangkal untuk memikul beban yang didasarkan pada
kriteria keruntuhan geser dalam tanah.
Bob 1 1 • Daya Dukung Tanah untuk Pondasi Dangkal 1 17
q.
I
Beban per satuan luas
(b)
Gambar 1 1 -2 Daya dukung batas tanah untuk kondisi dangkal; (a) Model pondasi; (� Grafik hubungan antara beban
dengan penurunan.
Mekoniko Tonoh Jilid 2
1 18
1 s -1
-
.
· . ··
Gambar 1 1 -3 Bentuk keruntuhan daya dukung dalam tanah di bawah pondasi dangkal.
antara panjang dan lebar lebih besar 5 dinamakan pondasi lajur (strip foating). Menurut Terzaghi, suatu
pondasi didefinisikan sebagai pondasi dangkal apabila kedalaman D1 , adalah kurang atau sama dengan
lebar pondasi B (Gambar 1 1 -4) . Di samping itu, untuk perhitungan daya dukung batas dari tanah, Terzaghi
menganggap bahwa berat tanah di sebelah kanan dan kiri pondasi sampai dengan kedalaman dasar
pondasi, diganti dengan beban terbagi rata (surcharge), q = yDr
Mekanisme keruntuhan untuk menentukan daya dukung batas tanah (keruntuhan geser menyeluruh/
general shear failure), untuk pondasi lajur dengan permukaan dasar kasar yang terletak pada kedalaman
D1 , menurut asumsi Terzaghi diukur dari permukaan tanah, sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar
1 1 -5a. Massa tanah ABJ (zona I) adalah zona elastis. Kedua garis AJ dan BJ membentuk sudut lP dengan
arah horisontal. Zona 11 (AlE dan BJD) adalah zona geser radial, dan zona Ill adalah zona pasif menurut
Rankine. Garis-garis keruntuhan JD dan JE merupakan busur spiral logaritrnis, dan DF dan EG adalah
garis-garis lurus: AE, BD, EG, dan DF membentuk sudut 45 - t dengan arah horisontal. Persamaan
busur spiral logaritmis JD dan JE diberikan sebagai [Persamaan ( 10-69)] .
Apabila beban per satuan luas q diletakkan di atas pondasi dan keruntuhan geser menyeluruh
••
(general shear failure) teijadi, maka tekanan pasif Pp akan bekerja pada tiap-tiap permukaan massa tanah
ABJ. Keadaan ini dapat dengan mudah dipaharni apabila kita mengumpamakan bahwa AJ dan BJ adalah
dua tembok yang mendorong massa-massa tanah AJEG dan BJDF yang menyebabkan keruntuhan di
daerah pasif. P p seharusnya miring dengan sudut 0 (yang merupakan sudut geser antara tembok dan
tanah) terhadap normal dari permukaan bidang AJ dan BJ. Dalam kasu� ini, 8 sama dengan sudut geser
tanah tP· Karena AJ dan BJ rniring dengan sudut lP terhadap horis.ontal, maka arah PP adalah vertikal.
Sekarang marilah kita perhatikan diagram benda bebas (free body) dari massa tanah ABJ seperti
ditunjukkan dalam Gambar 1 1-5b. Tinjaulah keseimbangan dari satu-satuan panjang pondasi sebagai
berikut:
Bob 1 1 • Doyo Dukung Tonoh untuk Pondosi Dongkol 1 19
b = B/2
W = berat massa tanah ABJ = yb tan lfr
2
C = gaya kohesi yang bekerja pada tiap-tiap bidang dan BJ, yang besarnya adalah
a sama dengan satu-satuan kohesi dikalikan dengan panjang
AJ atau BJ = c .
cos lP
Jadi:
2bq" = 2 PP + 2bc tan fP - yb2 tan fP ( 1 1 -2)
Tekanan pasif dalam Persamaan ( 1 1-2) merupakan kontribusi dari berat tanah y, kohesi c, beban luar
surcharge (berat tanah di kanan!kiri pondasi dari muka tanah sampai dengan dasar pondasi) q. Gambar
1 1 -6 menunjukkan pembagian tekanan pasif yang disebabkan oleh tiap-tiap komponen tersebut di atas
yang bekerja pada permukaan massa tanah BJ. Jadi, kita dapat menuliskan bahwa:
( 1 1-3)
I
2b
Iq
B = "
i
1
A
,
tp rp
C = c(AJ) =
W C = c(BJ) =
'
cos tp
'
/
/
/
'--
1/! J 1/!
P, p
p
(b)
T
1
H = b tan �
I H r-- - -
1
(b) Kontribusi dari
kohesi, c
Gambar 1 1 - 6 Distribusi gaya pasif pada permukaan massa tanah at seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar 1 1 -50
dengan Kt Kc, dan K adalah koefisien tekanan tanah yang merupakan fungsi sudut geser tanah tPo
Dengan memasukkan Persamaan ( 1 1-3) ke dalam Persamaan ( 1 1 -2); kita dapatkan:
2bqu = 2b o c[tan tP( Kc + 1)] ( 1 1 -4)
+ 'Y 0
B[2 2 tan
1 tP( K1 o tan ]
tP - 1)
Bob 1 1 • Daya Dukung Tanah untuk Pondasi Dangkal 121
Tanda-tanda I, 11, dan Ill dalam Persamaan ( 1 1 -5) secara berurutan merupakan kontribusi dari kohesi
beban luar (surcharge), dan berat volume tanah untuk daya dukung batas. Karena cara untuk mengevaluasi
harga Kc , K , dan K adalah sangat rumit, maka Terzaghi menggunakan suatu metode pendekatan untuk
9 1
menentukan daya dukung batas q" . Prinsip metode pendekatannya diberikan di bawah:
Apabila y NY
= 0 (yaitu, tanah tidak mempunyai berat) dan q = 0, Persamaan ( 1 1 -5) menjadi:
(1 1 -7)
( 1 1 -8)
1500
1000
800
600
500
400
300
200
100
80
60
50
40
30
20
10
8
6
5 n uk q l - 0:
4
N.
,
,
0 10 20 30 40 50
Gambar 1 1 -7 Faktor daya dukung untuk keruntuhan geser menyeluruh menurut Terzaghi.
Bab 1 1 • Dayo Dukung Tonoh untuk Pondosi Dongkol M�kanika Tanah 1Jilid
23 2
122
122
122
Dengan cara superposisi, apabila pengaruh berat volume tanah, kohesi, dan beban luar (surcharge)
diperhitungkan, maka kita peroleh
q. = qe + qq + qy = cNe + qNq + t yBNY ( 1 1 -9)
Persamaan ( 1 1 -9) ini kita namakan "persamaan daya dukung menurut Terzaghi". Sedangkan
parameter-parameter Ne, Nq, dan NY kita namakan 'Jaktor daya dukung ". Harga faktor daya dukung
tersebut akan kita berikan dalam Gambar 1 1 -7.
Untuk pondasi bentuk lingkaran dan bujur sangkar, persamaan daya dukung batas yang disarankan
oleh Terzaghi adalah sebagai berikut:
Pondasi bentuk bujur sangkar:
qu = 1 ,3cNe + q Nq + 0,4 yBNy ( 1 1 -1 0)
dengan
B = diameter pondasi
Persamaan 0 1-9) diturunkan dengan anggapan bahwa jenis keruntuhan tanah di bawah pondasi
adalah keruntuhan geser menyeluruh (general shear failure). Untuk kondisi keruntuhan geser setempat
(local shear failure) kita dapat menganggap bahwa:
c' = l e ( 1 1 - 1 2)
3
dan
lP' = l tan lP
tan (1 1 -1 3)
3
Daya dukung batas dari tanah untuk pondasi lajur diberikan sebagai berikut:
Faktor-faktor daya dukung yang telah dimodifikasi, yaitu: Ne'• Nq', dan N; dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan umum seperti yang dipakai untuk menentukan harga-harga Ne, Nq , dan Nr' tetapi
dengan menggunakan harga lP' = tan-1 (2/3 tanlP) sebagai ganti lP· Harga-harga faktor daya dukung untuk
keruntuhan geser setempat (local shear failure) diberikan dalam Gambar 1 1 -8. Daya dukung batas dari
tanah untuk pondasi dengan bentuk bujur sangkar dan lingkaran untuk kondisi keruntuhan geser setempat
dapat diberikan sebagai berikut (serupa dengan Persamaan ( 1 1 - 10) dan ( 1 1 - 1 1 )]:
Pondasi bentuk bujur sangkar:
qu' = 1 ,3 c'Nc' + qNq + 0,3 yBNy'
' ( 1 1- 15)
Pondasi bentuk lingkaran:
berada dekat dengan dasar pondasi, kita membutuhkan beberapa perubahan dalam suku kedua dan ketiga
dari Persamaan (1 1 -9) sampai dengan (1 1-1 1), dan Persamaan ( 1 1 - 14) sampai dengan ( 1 1 -16). Dalam
Bab 1 1 • Dayo Dukung Tonoh untuk Pondosi Dongkol M�kanika Tanah 1Jilid
23 2
124
124
124
100
80
60
50
40
30
20
10
8
';;!:.�
6
.;_� 5
."
';;!:.
ell
4 I
3
c:
.a:::>
"0
'"
» 2
"'
...
"
0
0
,"'
; ;:
�
1,0
0,8
0,6 Untuk 1 / 1 - 0:
' =
Nq 1=
I N=0
0,2
0,1 30 40 50
0 10 20
Sudut geser tanah, 1/1 (derajat)
Gambar 1 1 - 8 Faktor daya dukung untuk keruntuhan geser setempat menurut Terzaghi.
kasus ini, ada tiga keadaan yang berbeda mengenai lokasi permukaan air tanah terhadap dasar pondasi
seperti ditunjukkan dalam Gambar 1 1 -9. Sekarang, kita akan membahas tiap-tiap keadaan tersebut secara
singkat.
Keadaan I (Gambar l l -9a): Apabila permukaan air tanah terletak pada jarak D di atas dasar pondasi,
harga q dalam suku kedua dari persamaan daya dukung harus dihitung sebagai berikut:
( 1 1 - 17)
dengan
y ' = Ysa, - Yw = berat volume efektif dari tanah. Demikian juga, berat volume tanah y yang
ada dalam suku ketiga persamaan daya dukung harus diganti dengan y '.
Keadaan /1 (Gambar 1 1 -9b): Apabila permukaan air tanah berada tepat di dasar pondasi, maka harga
q akan sama dengan yDr Akan tetapi , berat volume y, dalam suku ketiga dari persamaan daya dukung
harus diganti dengan y '.
Keadaan Ill (Gambar 1 1 -9c): Apabila permukaan air tanah berada pada kedalaman D di bawah
dasar pondasi, maka q = yD, Besaran y dalam suku ketiga dari persamaan daya dukung harus diganti
dengan Yrata-rata
Bob 1 1 • Daya Dukung Tanah untuk Pondasi Dangkal Mekanika Tanah Jilid
1 25 2
124
124
124
Y rata-rata = + y'(B - D)] (untuk D ::; B) (l l -1 8a)
(l l -18b)
1 1 -4 ANGKA ·KEAMANAN
Pada umumnya, suatu angka keamanan F,, yang besamya sekitar 3 digunakan untuk menghitung daya
dukung yang diijinkan untuk tanah di bawah pondasi. Hal ini dilakukan mengingat bahwa dalam keadaan
yang sesungguhnya, tanah tidak homogen dan tidak isotropis sehingga pada saat mengevaluasi parameter
parameter dasar dari kekuatan geser tanah ini kita menemukan banyak ketakpastian.
Kini marilah kita tinjau 3 definisi yang berbeda mengenai daya dukung yang diijinkan untuk pondasi
dangkal, yaitu: daya dukung ijin gross, daya dukung ijin netto, dan daya dukung ijin gross dengan
memberikan angka keamanan terhadap keruntuhan geser
- - t-
f Y,,.
(a)
l
l
y
l f air tanah
(c)
Gambar 1 1 -9 Pengaruh lokasi permukaan air tanah terhadap daya dukung pondasi dangkal. (a) Keadaan I, (�
Keadaan 11, (q Keadaan Ill.
Bob 1 1 • Daya Dukung Tanah untuk Pondasi Dangkal Mekanika Tanah Jilid
1 25 2
125
125
125
qijin = q.
F (1 1 - 19)
s
yang didefinisikan oleh Persamaan (1 1 - 19) di atas adalah beban per satuan luas yang diijinkan untuk
qijin
dibebankan pada tanah di bawah pondasi, agar kemungkinan terjadinya keruntuhan dapat dihindari.
w(D +
Beban tersebut termasuk (Gambar 1 1 - 10); (a) beban mati dan beban hidup di atas permukaan tanah,
L)
; (b) berat pondasi itu sendiri W , dan (c) berat tanah yang terletak tepat di atas pondasi
F
w,
Jadi,
L) + WF +
( 1 1-20)
_ qu _
qijin -
F - A F
dengan
s s
Daya dukung ijin netto dari pondasi adalah beban per satuan luas yang diijinkan untuk suatu pondasi
tanpa memasukkan berat tanah di sebelah kanan dan kiri pondasi dari permukaan tanah sampai dengan
kedalaman dasar pondasi (surcharge) yang besamya adalah q = y D1 Jadi beban batas netto adalah
q u (net) = qu - q ( 1 1-21)
� =
qu (net)
( 1 1 -22)
qu - q
qijin (net) =
s s
Apabila kita menganggap berat beban 1uar (surcharge) adalah hampir sama dengan berat pondasi dan
tanah di atasnya, atau
maka:
qijin (net)
Wcv+
A
Ll
( 1 1 -23)
:�·:,·
:'. j
I
I
I
I
I
I
I
I
I w
,
I
I 2
Bob 1 1 • Daya Dukung Tanah untuk Pondasi Dangkal Mekanika Tanah Jilid
1 25 2
126
126
126
Gambar 1 1 - 10
Bob 1 1 • Daya Dukung Tanah untuk Pondasi Dangkal Mekanika Tanah Jilid
1 25 2
127
127
127
Daya dukung ijin gross ini dapat kita hitung dengan menggunakan angka keamanan F" pada kekuatan
geser tanah. Urutannya adalah sebagai berikut:
1. Hitung
cd c ( 1 1 -24)
= -
F.
dengan cd adalah kohesi yang timbul
2. Hitung:
tan tP
tan tPd = ( 1 1 -25)
F.
dengan tPd adalah sudut geser tanah yang timbul
3. Hitung daya dukung ijin dari pondasi dengan menggunakan Persamaan ( 1 1 -9), ( 1 1- 10) , dan ( 1 1- 1 1)
dengan cd dan IPd s,ebagai parameter kekuatan geser tanah tersebut. Sebagai contoh, daya dukung ijin
gross dari pondasi lajur menurut persamaan Terzaghi dapat dituliskan sebagai berikut:
Dalam beberapa keadaan, angka keamanan untuk daya dukung batas gross dan netto adalah sekitar
3 sampai dengan 4, sedangkan untuk keruntuhan geser angka keamanan 2 sampai dengan 3 dianggap
cukup.
Faktor lain yang harus kita perhatikan adalah besar penuruan pondasi yang diijinkan. Penurunan
B
·pondasi yang disebabkan oleh beban batas, (atau q" q.')
mungkin berkisar antara 5% sampai dengaan
25% dari (lebar pondasi) untuk tanah berpasir, dan antara 3% sampai dengan 15% dari untuk tanah
lempung. Oleh karena itu, untuk ukuran pondasi yang besar, besamya penurunan mungkin terlalu besar
B
untuk keamanan bangunan pada beban batasnya.
CONTOH 1 1 - 1 :
Suatu rencana pondasi seluas 4 ft ditunjukkan dalam Gambar 1 1 - 1 1 . Tentukan beban gross yang diijinkan,
x luasan pondasi) yang dapat dipikul oleh pondasi. Angka keamanan yang dibutuhkan adalah 3.
= qijin
Qii • (Qiii•
'Y = l lOlb/ft>
� = 20°
3 ft c = 200 lb/ft2
l 14�--- 4 ft -----..!�
Bob 1 1 • Daya Dukung Tanah untuk Pondasi Dangkal Mekanika Tanah Jilid
1 25 2
128
128
128
Gambar 1 1 -1 1
Bob 1 1 • Daya Dukung Tanah untuk Pandasi Dangkal Mekanika Tanah JHid
1 272
129
1291
29
Penyetesaian:
Anggaplah bawah tanah mengalami keruntuhan geser menyeluruh:
q• = 1 ,3 cNe + qN9 + 0,4 yBN1 [Persamaan ( 1 1- 10)]
Jadi:
q. = 1 ,3(200)(17,7) + (330)(7,4) + 0,4 ( 1 10)(4)(5)
= 4602 + 2442 + 880 = 7924 1b/ft2
-
q.
qijin - F -
- 7924 = 2641, 33 lb I ft z
s
Sehingga:
Q...
IJID
= 2641 ,33 X 82 = 2641 ,33 X 4 = 42261 ,3 lb
= 21, 1 3 ton
CONTOH 1 1 -2:
Kerjakan kembali Soal no. 1 1- 1 ; anggaplah bahwa tanah mengalami keruntuhan geser seternpat.
Penyelesaian:
Dari Persamaan 1 1-15.
q.' = 1 ,3 c'Ne' + qN9' + 0,4 yBN;
c
'
= 2/3(200) = 133,3 lb/ft2
Dari Gambar 1 1-8, Ne' = 1 1 ,8, N9' = 3,9, dan N; = 1,7. Jadi:
q.' = (1 ,3)( 133,3)(1 1,8) + ( 1 10 X 3)3,9 + 0,4 ( 1 10)(4)( 1,7)
= 2044,8 + 1287 + 299,2 = 3631 lb/ft2
Sehingga:
Q...
IJID
= 1210,3 X 82 = 121 0,3 X 16 = 19364,8 lb :: 9,68 ton
CONTOH 1 1 -3:
Suatu pondasi bentuk bujur sangkar ditunjukkan dalam Gambar 1 1- 12. Pondasi tersebut akan memikul beban sebesar
30000 kg. Dengan menggunakan angka keamanan 3, tentukanlah ukuran pondasi, yaitu ukuran dari B.
Penyelesaian:
Diketahui: y tanah = 1 850 kg/m3 • Jadi,
1850 x 9,8 1
y = = 1 8_ 148 kN / m 3
1000
Beban total yang dipikul pondasi:
30. 000 X 9, 8 1
294, 3 kN = Qijin
1000
Dari Persamaan ( 1 1 -10)
Bob 1 1 • Daya Dukung Tanah untuk Pandasi Dangkal Mekanika Tanah JHid
1 272
130
1301
30
p = 1850 kg/m'
� = 35°
c =0 1 m
��-----8-- ------��
l
Gambar 1 1 - 12
Dari Gambar 1 1 -7, untuk � = 35°, Ne = 57,8, N = 4 1 ,4, dan N = 42,4. Masukkan angka-angka tersebut ke dalam
q 1
Persamaan ( 1 1 -29).
294, 3
Jj'2 t (l, 3)(0)(57,8) + ( 1 8 . 148 X 1)(41,4) + 0,4(1 8. 148)(B)(42,4)
atau
294 3
• = 250, 44 + 1 02, 6 B
Jj'2
Persamaan ( 1 1 -29) sekarang diselesaikan dengan cara coba-coba, dan hasil yang kita dapatkan adalah:
B= 0,95 m
CONTOH 1 1 ·4:
Seperti Contoh 1 1 - 1 . Tentukan beban ijin netto, Qiii• (nettoJ dengan angka keamanan F, = 3 terhadap daya dukung batas
netto.
Penyelesaian:
Dari Contoh 1 1 - 1
qu = 7924 Jb/ft2
qu (net) = qu - q = 7924 - 330 = 7590 Jb/ft2
7590 = 2530 lb / ft 2
q ijin (net)
3
Jadi:
Qijin (net) = (qij in (netto) )(B2) = (2530)(42 )
Bob 1 1 • Daya Dukung Tanah untuk Pandasi Dangkal Mekanika Tanah JHid
1 272
132
1321
32
=
4
0
.
4
8
0
l
b
=
2
0
,
2
4
t
o
n
Bab Doya Dukung Tanah untuk Pondasl Dangkal Mekanlka Tanah Jllid 2
133 1 1 • 1 29
1331
33
Catatan: Bandingkan harga Q.IJ..ID <neUo> tersebut dengan Ql.J..ID yang dihitung dalam Contoh 1 1-1 untuk semua keadaan,
Qijio > Qijin (oelto)
CONTOH 1 1 -5:
Seperti Contoh 1 1-1. Tentukan beban ijin gross dengan memakai angka keamanan 3 terhadap keruntuhan geser
Penyelesalan:
Diketahui: c = 200 lb/ft2 dan � = 20°. Jadi, dari Persamaan ( 1 1 -24) dan ( 1 1 -25) .
..£..
300 66, 67 lb / ft 2
cd = =
F, 3
F, 3
Untuk � = 6,9°, dari Gambar 1 1-7, Nc = 8, Nq ::::: 2, dan N y :::::0,9 (dengan cara interpo1asi). Sekarang, dari Persamaan
( 1 1- 10).
= 1 ,3 (66,67)(8) + (330)(2) + (0,4)(1 1 0)(4)(0,9)
= 693,4 + 660 + 158,4 = 1 5 1 1,8 lb/ft2
Jadi,
QIJID = (qI.J.I.D)(82) = ( 1 5 1 1 ,8)(4
... X 4)
= 241 88 lb = 12,09 ton
Catatan: Marilah kita bandingkan basil Contoh 1 1-1 dengan jawaban di atas. Apabila kita diharuskan memakai F,
= 3 terhadap daya dukung batas gross dan juga F, = 3 terhadap keruntuhan geser, maka kita harus memilih
QI.J..ID = 12,09 ton karena 12,09 ton adalah harga terkecil dari dua jawaban yang kita hitung.
para peneliti tadi menunjukkan perbedaan yang mencolok. Hal ini disebabkan oleh adanya bermacam
macam asumsi mengenai bentuk massa tanah yang berada tepat di bawah pondasi, seperti yang akan
dijelaskan dalam paragraf berikut.
Selama menurunkan persamaan daya dukung untuk pondasi lajur, Terzaghi menganggap bahwa
permukaan dasar pondasi adalah kasar dan sisi-sisi AJ dan BJ dan massa tanah ABJ (Gambar 1 1 -Sa)
membentuk sudut l/J dengan arah horisontal. Kemudian, basil pengujian model menunjukkan (sebagai
contoh, De Beer dan Vesic, 1958) bahwa asumsi Terzaghi tentang sifat umum dari permukaan bidang
longsor dalam tanah yang dipakai untuk menentukan besamya daya dukung batas adalah benar. Walaupun
demikian, pengujian akhir-akhir ini membuktikan bahwa sisi-sisi AJ dan BJ dari massa tanah ABJ temyata
membentuk sudut sebessar 45 + t terhadap horisontal dan bukan sebesar q,. Tipe mekanisme
keruntuhan tersebut ditunjukkan dalam Gambar 1 1 -13. Tipe keruntuhan ini terdiri dari zona aktif menurut
Rankine (Zona I), dua zona geser radial (Zona 11), dua zona pasif menurut Rankine (Zona Ill). Kurva
kurva JD dan JE merupakan lengkung spiral logaritmis. Berdasarkan pada tipe mekanisme keruntuhan
inilah, daya dukung batas pondasi lajur dapat dievaluasi dengan menggunakan metode superposisi perkiraan
seperti dijelaskan dalam Subbab 12-2. Hasilnya adalah sebagai berikut:
Bab Doya Dukung Tanah untuk Pondasl Dangkal Mekanlka Tanah Jllid 2
134 1 1 • 1 29
1341
34
( 1 1 -30)
dengan q
c
adalah kontribusi kohesi, q untuk beban luar (surcharge), dan q untuk berat volume tanah.
q 1
Bab Doya Dukung Tanah untuk Pondasl Dangkal Mekanlka Tanah Jllid 2
135 1 1 • 1 29
1351
35
f- B - 1
qc = cNc ( 1 1 -33)
dengan
( 1 1 -34)
N = c (Nq - 1 ) tan if>
j.
Persarnaan (l l-32)
Harga-harga numerik yang diberikan oleh Caquot dan Kerisel dapat diperkirakan (Vesic, 1973)
sebagai:
N r
= 2(N + I )tan if> ( 1 1-36)
1
Persamaan l l-32
Persamaan ( 1 1 -37) ini merupakan bentuk umum persamaan daya dukung seperti yang diberikan oleh
Terzaghi [Persamaan ( 1 1 -9)]. Tetapi, harga faktor daya dukungnya tidak sama. Besaran Nq , Ne,
dan N1
yang didefinisikan dengan Persamaan ( 1 1-32), ( 1 1 -34), dan ( 1 1 -36), diberikan dalam Tabel l l- 1 ; walaupun
Bab Doya Dukung Tanah untuk Pondasl Dangkal Mekanlka Tanah Jllid 2
136 1 1 • 1 29
1361
36
-
demikian, untuk semua tujuan praktis faktor daya dukung dari Terzaghi memberikan basil yang cukup
bagus. Perbedaan-perbedaan yang ada dari faktor daya dukung biasanya kecil sekali dibandingkan dengan
p:>.rameter-parameter tanah yang tidak diketahui.
Bob 1 1 • Daya Dukung Tanah untuk Pondasl Dangkal 131
Agar persamaan daya dukung tanah untuk pondasi lajur yang diberikan pada Persamaan ( 1 1-37)
dapat dipakai secara umum, maka persamaan tersebut harus disempumakan dengan cara memasukkan
faktor-faktor berikut:
a) Faktor kedalaman (depth factor): untuk memasukkan perlawanan geser yang tetjadi sepanjang
permukaan bidang runtuh dalam tanah yang berada di atas dasar pondasi.
b) Faktor bentuk (shape factor): untuk menentukan daya dukung dari pondasi yang berbentuk persegi
dan lingkaran.
Faktor kemiringan (inclimation factor): untuk menentukan daya dukung pondasi di mana arah dari
beban membentuk sudut tertentu dengan vertikal.
Jadi, persamaan umum daya dukung batas yang telah dimodifikasi dapat dituliskan sebagai berikut:
Harga-harga pendekatan dari faktor bentuk untuk pondasi-pondasi bentuk persegi, bujur sangkar,
dan lingkaran sudah diberikan oleh De Beer (1970). Begitu juga harga-harga pendekatan dari faktor
kedalaman dan faktor kerniringan telah diberikan berturut-turut oleh Hansen (1970) dan Meyerhof (1 953).
Harga-harga tersebut adalah faktor empiris yang didasarkan pada basil observasi dari percobaan yang
dilakukan. Faktor-faktor bentuk, kedalaman, dan kemiringan dapat Anda lihat dalam Tabel 1 1 -2.
Pengaruh permukaan air tanah telah diikutsertakan dalam menentukan harga q dan y dalam Persamaan
· ( 1 1 -38). Hal ini dapat kita lakukan dengan cara seperti yan'g telah kita jelaskan dalam Subbab 1 1-3.
CONTOH 1 1 -6:
Suatu pondasi bentuk lingkaran ditunjukkan dalam Gambar 1 1 -14. Tentukan beban bruto yang cukup aman (angka
keamanan = 3) agar dapat dipikul oleh pondasi yang bersangkutan. Guna Persamaan ( 1 1 -38).
y = 1 8,08 kN/m3
0,61 m c = 0
lP = 32°
1 1 ,22 m -----1"'��
Gambar 1 1 -14
Bob 1 1 • Daya Dukung Tanah untuk Pondasi Dangkal 1 33
=-
Acs =
1
=
1
= -
=
- ·
= - sin
= - 1 -
· tan
""
= -
= _
Mekanika Tanah Jilid 2
134
Penyelesaian:
Dari Persamaan 1 1 -38
q. cAcs AcdNc + qAq,AqdNq + tAy,A)tfyBNy
=
(Catatan: A ., Aq1., dan A"(1. semuanya adalah sama dengan satu sebab bebannya tegak).
Cl
Acs I + Nq =
Ne I + 35,,49 1,65
23 I 8
= =
0, 6
I + 2(0,62)(0,22)(I) = I. 273
I -
tan 4>
1 - I, 273 I, 292
I' 273 _
Dari Gambar I I -I4 kita ketahui bahwa permukaan air tanah terletak di atas dasar pondasi. Dengan dernikian,
q =
=
0,6I (1 8,08) + 0,6I (2I ,07 - 9,8I )
1 1 ,029 + 6,869 = 17,898 kN/m2
Jadi,
q. =
=
( I7,898)( 1 ,62)( 1 ,273)(23, I 8) + (0,5)(0,6)(2I ,07-9,8 I )( 1 ,22)(30,22)
855,58 + I 24,54 :: 980, I2 kN/m2
Sehingga:
beban batas pondasi, maka beban tersebut dapat dihitung dengan pendekatan seperti dijelaskan berikut
Mekanika Tanah Jilid 2
134
ini. Gambar 1 1 -15b menunjukkan suatu pondasi dengan beban yang terletak pada jarak e b dan e1 dari titik
Penyelesaian:
I
Q. (a) Penampang
D,
1
B ---.t--i
f-- B 2e. -..j -
��-----B ------'llr��
Gambar 1 1 -15 Beban batas untuk pondasi dangkal yang menerima beban tidak sentris (eksentris).
Perhatikan bahwa persamaan di atas kita peroleh dengan memasukkan B' sebagai ganti B dalam Persamaan
( 1 1-38). Selama kita menghitung faktor bentuk dan kedalaman B' seharusnya kita gunakan sebagai ganti
B, sedangkan L' seharusnya kita gunakan sebagai ganti L. Perlu diperhatikan bahwa apabila L 2e1 lebih -
Setelah besamya q" dihitung dengan menggunakan Persamaan (1 1-41 ), maka besamya beban total
batas bruto dapat ditentukan sebagai berikut:
Qu = qu (B' X L') ( 1 1 -42)
CONTOH 1 1 -7:
Suatu pondasi bentuk persegi dengan ukuran 5 ft x 2,5 ft ditunjukkan dalam Gambar 1 1 - 1 6. Tentukan besamya beban
total batas yang bekerja taksentris untuk keruntuhan daya dukung dalam tanah.
1 1 • Daya Dukung Tanah untuk Pondasi Dangkal
Bob1 36 Mekanlka Tanah Jllid 2
137
Penyelesaian:
2,5 - 2(0,2) 2,1 5 - 2(0,4) 4,2
0 (11-41).
Lebar efektif B' = = ft. Panjang efektif L' = = ft.
Masukkan c = dalam Persamaan
q" = q"A.cs"A.cd Nq + t "A...,."A.')tlyB' NT
Untuk tP 30°, N9 18,4, N1 22,4
= = =
"A.qs
= 1 + ( }an tP 1 + ( }o. 58) 1,29
= =
1 - 0 4(8'L' ) 1 - 0 4(.b.!)
'
=
4,2 = 0,8
'
( 1 1 -43)
dengan Ne adalah faktor daya dukung dan merupakan fungsi dari (C.<2l)/(C14 1l) dan d/b (Catatan: b = f ).
Harga-harga Ne diberikan dalam Gambar 1 1 - 1 8.
1 1 • Daya Dukung Tanah untuk Pondasi Dangkal
Bob1 36 Mekanlka Tanah Jllid 2
137
Penyelesaian:
y = l l 5 lb/ft3
·;'.'··
c=O
2 ft 1/> = 30°
l
I
��
I
,o
r· r.. ft
s rt ----,-*-=--
I
I
I
I
I"""" 2.5 ft ,..,~,
Gambar 1 1 - 16
1-- B = 2b -1
--- .._
-- ......
-----
.._
_...._
c,m; 1/>
_
0; Y
_ _ _ _
Lapisan 1: , ,
II: c-<21; 1/> = 0 Y,
Permukaan
1 1 • Daya Dukung Tanah untuk Pondasi Dangkal
Bob1 36 Mekanlka Tanah Jllid 2
137
Penyelesaian:
Lapisan 2 ;
Gambar 1 1 - 1 7 Anggapan mekanisme keruntuhan tanah untuk pondasi lajur yang berada di alas tanah lempung berlapis
dua, 1/> = 0 .
Mekoniko Tonoh Jilid 2
1 38
Cu(2)
Cu( l )
Gambar 1 1 -1 8 Harga N. untuk pondasi yang berada di atas tanah lempung berlapis dua, 1/J = 0. (Menurut Reddy dan
Srinirasau, 1 967).
Suatu pondasi 1ajur terletakdi atas tanah 1empungyangterdiridari 2 1apisan yang berbeda, seperti ditunjukkan da1am
CONTOH 1 1 -8:
Gambar 1 1-19. Tentukan daya dukung batas pondasinya. Gunakan Persamaan (11-37).
Penyelesaian:
Dari Persamaan (11-37).
Untuk 1/J 0 (dari Tabe1 1 1-1), Nq 1, N1 0. Dari Gambar 1 1-18, untuk
= = =
c.(2)
=24 5 = o•
c.<t> 48
dan
0,5
0,5
4
maka b
Jadi,
qu = (48)(3,8) + (0,7 19)(1) 182,4 + 13,3
X =
1
=
9
5
,
7
k
N
/
m
2
Mekanika Tanah Jilid 2
Bab1481 1 • Daya Dukung Tanah untuk Pondasi Dangkal 1 39
148
148
Lapisan I
c•< '> = 48 kN/m2
0,7 m t/1, = 0
Y, = 19 kN/m3
I m
0,5 m
Lapisan II
c.(2) = 24 kN/m2
t/1, = 0
y, = 17 kN/m3
Gambar 1 1 - 19
dan
q•<r> = 'Y Pt Nqo> + i[ 1 - (1 1-46)
"(1berat volume dari lapisan tanah yang atas (pasir padat, pada masalah
=
ini).
Nq( J ) dan N'Y( J) = faktor daya dukung dari lapisan tanah yang atas yang merupakan sudut
geser l/J1 (Tabel 1 1 -1).
Mekanika Tanah Jilid 2
Bab1491 1 • Daya Dukung Tanah untuk Pondasi Dangkal 1 39
149
149
Perlu diperhatikan bahwa Persamaan ( 1 1-44), ( 1 1 -45) dan ( 1 1 -46) adalah serupa dengan Persamaan
( 1 1 -38). Tetapi, faktor kedalamannya tidak sama; faktor tersebut dianggap agak konservatif.
Mekanika Tanah Jilid 2
Bab1501 1 • Daya Dukung Tanah untuk Pondasi Dangkal 1 39
150
150
�
:
..
Pasir padat
:
�:'!� ; ;_{:- ��:;-:.-�?����· . :����;-.: .
�;.=�
Pasir padat
D1 Y,
1/J, 1/J,
c, = 0 c, = 0
Lapisan atas
yang Jebih tipis H
Y,
1/>,
c, = 0
Y,
1/>,
c, = 0
Gambar 1 1 -20 Daya dukung tanah yang berlapis (lapisan pasir padat berada di atas lapisan pasir lepas).
Apabila ketebalan lapisan pasir padat adalah kecil, keruntuhan dalam tanah yang akan tetjadi adalah
coblos (punching) dalam lapisan tanah pasir padat yang kemudian diikuti dengan keruntuhan geser
menyeluruh dalam lapisan pasir lepas, seperti ditunjukkan dalam Gambar 1 1 -20 yang sebelah kiri. Untuk
keadaan tersebut, daya dukung batas dari pondasi dapat diberikan sebagai berikut:
q. = q• <bl + y , H
2 ( 2 D1
1+� ) Ks tan � y, H � q• <r>
( 1 1 -47)
i
[Persamaan ( 1 1 -44)]
(untuk pondasi lajur)
(1 1 -48)
koefisien [P
er
=
geser
coblos sa
(punching
m
aa
shear
n
coefficient)
= faktor
(1
bentuk 1-
4
6)
]
qu(b) = daya dukung batas dari lapisan tanah yang bawah
Bob 1 1 • Daya Dukung Tanah untuk Pondasi Dangkal 141
Harga-harga faktor bentuk 'A,' dapat diambil sekitar 1. Koefisien geser coblos:
K, = fiyl, Y2• N�l>' N�2>] ( 1 1 -50)
dengan:
y2 = berat volume lapisan pasir yang bawah
N�2> = faktor daya dukung untuk sudut geser tanah = t/J2 •
Variasi dari K, ditunjukkan dalam Gambar 1 1-2 1 . Notasi q•<h> dalam Persamaan ( 1 1 -47), ( 1 1 -48), dan
(1 1 -49) diberikan dengan hubungan sebagai berikut:
1
q•< h> = 'Yl ( D, + H ) Nq(z> + 2 y 2 BNr<2> ( 1 1-5 1 )
(untuk pondasi lajur)
qu<b> = yl(DJ + H)Nq<2> + 0,3 y2BN�2> ( 1 1 -52)
(untuk pondasi bentuk lingkaran dan bujur sangkar)
dan
"(1 = berat volume dari lapisan tanah yang atas. Nq< J > dan N� 1 > = faktor daya dukung untuk
tanah dengan sudut geser t/J1 •
b) Apabila tebal H adalah kecil jika dibandingkan dengan lebar pondasi B , maka bidang longsor yang
ada dalam tanah akan melalui lapisan atas dan lapisan bawah tanah di bawah pondasi yang
bersangkutan. Keadaan ini ditunjukkan dalam Gambar 1 1-23 yang sebelah kiri. Untuk keadaan ini
Meyerhaf dan Hanna, ( 1 978) menyarankan.
Bob1421 1 • Daya Dukung Tanah untuk Pondasi Dangkal Mekanika Tanah Jilid 2
142
142
142
30
t/1, = 50°
25
:. .:·
:
...
1!
� 20
=
.!:!
"'
I;:
8
::..: 15
dengan:
Df
konstan
B
B
0
Gambar 1 1 -22 Variasi antara daya dukung batas dengan � untuk tanah pasir berlapis (lapisan padat berada di atas
lapisan yang lepas).
1/J, 1/J,
c, = 0
c,
Pasir padat
y,
1/1, Lapisan atas
yang lebih tebal
c,
Untuk tujuan praktis, H1 dapat kita asumsikan sama dengan 2B. Perlu diperhatikan bahwa Persamaan
( 1 1 -57) mempunyai batas-batas seperti:
( 1 1 -6 1 )
Bob1451 1 • Daya Dukung Tanah untuk Pondasi Dangkal Mekanika Tanah Jilid 2
145
145
145
1 1-25.
CONTOH 1 1 -9:
4.
Suatu pondasi bentuk bujur sangkar terletak di atas tanah yang berlapis seperti ditunjukkan dalam Gambar
Tentukan beban ijin netto yang dapat dipikul oleh pondasi tersebut. Gunakan F, =
Penyelesalan:
Lapisan pasir yang atas adalah padat; hal ini dikarenakan �1 = 40° �2 = 32°.
(11-48) y1
adalah lebih besar dari Juga, > Yr
Jadi, Persamaan seharusnya digunakan untuk menghitung q•• atau:
Diketahui �1 = 40°. �1
Untuk harga 11-1
tersebut, dari Tabel didapatkan Nq( l l = 64,20 dan Nr< > 1 109,4 1.
= Jadi
(16,7)(30,22) = 0,256
(18)(109,41)
1 1-21. � 40° 5. 1.
(11-48): 1
Lihat Gambar Untuk = dan harga-harga dari K, = Juga anggap 'A.,' =
1654,8 (11-45).
y1DJ"qo> + 0,3 y1BNr<1>
Di samping itu, kita perlu juga memeriksa harga q• = kN/m2 lebih kecil dari q•<•> ' Dari Persamaan
= = kN/m2
Gambar 1 1 -24 Variasi daya dukung batas dengan � ul'ltuk tanah pasir berlapis (lapisan yang lepas berada di atas
lapisan padat).
Bob 1 141 4
• Daya Dukung Tanah untuk Pondasi Dangkal 148
Mekanlka Tanah Jllld 2
1,5 m
y, =
1 8 kN/m3
41, 400
...,.,,.,1 .,5. _--m
=
c, = 0
1 ,0 m
y, = 1 6,7 kN/m3
4>, = 32°
c, = 0
Gambar 1 1 -25
q• = 1654,8
Sekarang,
q. - "(1 D1 = (1654,8) - (1 8)(1,5) = 1 627, kN8 Im
2
qijin (net)
q. (net)
=
1627,8 406 '95 /m 2
=
kN
Jadi
F. 4
(406,95)(1,5 1,5 )
915,7 kN BZ
Qijin(nel) = q i X =
ij n(nel) X
Lihat Gambar 1 1 -26. Tentukan daya dukung batas bruto dari pondasi. Gunakan F, = 5 .
CONTOH 1 1 - 1 0:
Penyelesaian:
IP2 ; danjuga "(2• Jadi, Iapisan pasir sebelah atas adalah Jebih Jepas. Oleh karena itu. Persamaan ( 1 1-57) akan
di1gunakan. Dari Persamaan ( 1 1 -60).
tP < "(1 <
· . :· . . . · _ . _ ..
4 ft x 6 ft
1 Y, = 98 lb/ft3
�I = 38°
c, = 0
·
.
. . .. . :' ·: . . . · . . · .. · .
,.
,
.
_
108 lb/ft3
·
'·
· y, =
1/>, = 38°
c, = 0
Gambar 1 1 -26
Y< >
( 1 52,4 mm sampai dengan 762 mm) dan bearing plate bentuk bujur sangkar dengan ukuran 1 ft x 1 ft
(304,8 mm x 304,8 mm).
Bob 1 1 • Daya Dukung Tanah untuk Pondasi Dangkal
Mekanlka Tanah 152
Jilid 2
1 46 1521
52
Batang
reaksi
-- Batang
..
r •
::!! • ••
Gambar 1 1 -27 Sketsa plat dukung (bearing plate) untuk uji beban (load test) lapangan.
Sebuab diagram dari basil uji beban (load test) ditunjukkan dalam Gambar 1 1-27. Untuk melakukan
pengujian, dibuat suatu galian dengan kedalaman Dr Lebar galian sebarusnya tidak kurang dari 4 x lebar
bearing plate yang digunakan dalam pengujian. Bearing plate tersebut diletakkan pacta dasar galian yang
dibuat, kemudian beban diberikan di atas bearing plate secara bertabap.
Selanjutnya, beban tadi didiarnkan sedemikian rupa sebingga dianggap cukup untuk menyebabkan
penurunan. Apabila penurunan bearing plate sudab kecil sekali (dapat diabaikan), maka penambahan
beban dilakukan lagi. Dari basil pengujian ini, grafik antara beban dan penurunan seperti ditunjukkan
dalam Gambar 1 1 -28 dapat digambarkan.
Apabila kita menggunakan basil uji beban (load test) di lapangan, maka daya dukung batas tanah
yang bersangkutan untuk pondasi yang akan dibangun dapat kita bitung dengan metode pendekatan
berikut:
Beban per unit luas, q
Gambar 1 1 -28 Bentuk umum dari kurva antara beban dan penurunan yang didapat dari uji beban (load test).
Mekoniko Tonoh Jilid 2
1 48
Bob 1 1 • Daya Dukung Tanah untuk Pondasi Dangkal 1 49
Untuk lempung:
= q u(plat) ( 1 1 -62)
qu(pondasi)
Untuk suatu beban tertentu q, penurunan pondasi yang akan dibangun dapat dihitung dengan
metode pendekatan dengan menggunakan persamaan berikut ini:
Dalam tanah lempung:
B(pondasi)
S(pondasi) = S(plat) B ( 1 1 -64)
(plat)
Housel (1929) juga telah memperkenalkan suatu metode untuk menentukan daya dukung pondasi yang
berada di atas tanah kohesif, apabila besaran penurunan S, diketahui. Menurut metode ini, beban total
yang dapat dipikul oleh pondasi yang mempunyai luas A dan keliling P dapat dituliskan sebagai berikut:
Q = A· q + P· s ( 1 1-66)
dengan:
q = tegangan tekan di bawah pondasi
s = satu satuan tegangan geser pada keliling pondasi
Perlu diperhatikan bahwa q dan s adalah dua parameter yang tidak diketahui, pada gilirannya harus
Q2
ditentukan
ukurannya. dari uji beban
dan(loadadalah
test) lapangan dengan menggunakan dua bearing penurunan
plate yangsebesar
berbeda
Apabila
Q1
pada bearing plate 1 dan 2, maka:
beban yang dibutuhkan untuk menghasilkan S
( 1 1-67)
dan
( 1 1-68)
(load test) pada suatu tanah berpasir di lapangan diberikan dalam Gambar Pengujian dilakukan
CONTOH 1 1 - 1 1 :
dengan menggunakan bearing plate berdiameter in. Dengan menggunakan hasil pengujian tersebut, hitunglah
Hasil uji beban 1 1 -29.
daya dukung batas tanah untuk pondasi dengan bentuk Iingkaran yang berdiameter ft.
B = 24
4
Daya dukung batas tanah untuk bearing plate dapat kita tentukan dari Gambar
Penyelesaian:
1 1 -29.
q lb/ft2
7100
( 1 1 -63),
q. (pondasi)
q. B(pondasi)
Mekoniko Tonoh Jilid 2
1 48
Bob 1 1 • Daya Dukung Tanah untuk Pondasi Dangkal 1 49
qu (plat) B(plat)
1100 4 ( ft )
14200 lb ft2
2 ft = I
Mekoniko Tonoh Jilid 2
1 48
Bob 1 1 • Daya Dukung Tanah untuk Pondasi Dangkal 1 49
0,2
0,4
0,6
""
..
d'
'"
c:
0,8
:l
c:
""'
""'
1,0
1,2
Gambar 1 1 -29
Tentukaan beban total pondasi dengan diameter m yang akan menyebabkan penurunan sebesar
1,3 13 mm.
Dari Persamaan
Penyelesaian:
( 1 1 -68).
Q Aq + PS
304,8
kN
45, 5 = q + + = 0, 073q 0,958s ( 1 1 -69)
Demikian juga untuk pengujian dengan bearing plate berdiameter mm menghasilkan: = 762
169, 7 kN = q + =
o. 456q + 2, 394s
( 1 1-70)
dan
s = 31,9 kN/m
Jadi, beban total yang dapat dipikul oleh pondasi dengan diameter 1,3 meter adalah:
Q = (�)1,3)2(204,65) + 1t(1,3)(31,9) 401,92 kN
=
N = 50
N = 40
N = 30
N = 20
N = 15
N =IO
2 3 4
Lebar pondasi, B (fl)
Gambar 1 1 -30a
Bob 1 1 • Daya Dukung Tanah untuk Pondasi Dangkal 151
bertambahnya lebar pondasi B. Akan tetapi, sebagian besar dari peraturan gedung menetapkan bahwa
pondasi seharusnya tidak mengalarni penurunan lebih besar dari 1 inchi (25,4 mm). Untuk pondasi
dengan ukuran 1ebar (B) agak kecil, daya dukung batas yang dicapai sebelum penurunan adalah sebesar
1 inchi (25,4 mm) untuk keadan tersebut.
qu (net)
qijin (net) = -p;-
s
Kerniringan dari garis-garis grafik di sebelah kiri dari Gambar 1 1-30a, b, dan c, bersesuaian dengan
persamaan di atas untuk angka keamanan F, = 2. Untuk harga-harga B yang lebih besar, beban batas akan
terjadi pada penurunan yang besarnya lebih dari satu inchi (25,4 mm). Untuk keadaan ini
v, N = 50
0,5
,..._
N = 40
N
.:::
1:
g
4
•
N = 30
:
�
:�
00
c
:s
3
""'
:s
.,
"0
g
· ;;;
N = 20
a
..
:..: 2
4
Lebar pondasi, B (ft)
Gambar 1 1 -30b
1 52 Mekanika Tanah Jilid 2
Gambar 1 1-31 menunjukkan suatu pondasi berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 6 ft. Daya
dukung yang diijinkan dari pondasi tersebut dapat kita hitung dengan menggunakan Persamaan ( 1 1 - 10)
sebagai berikut:
qu = qNq + 0,4 yBNy
(Catatan c = 0). Untuk lP = 35°, Nq = 4 1 ,4 dan N = 42,4 (Gambar 1 1 -7). Jadi,
1
qu = {100 X 3){41 ,4) + {0,4){1 00){6){42,4)
= 12,420 + 10, 1 76 = 22,596 lb/ff
Apabila F, = 4 digunakan, maka:
... qu 22596 5649 lb/ ft2
q ,Jm = F
= =
s
4
Tabel 1 1 -3 menunjukkan bahwa untuk lP = 35°, harga penetrasi yang baku (N) adalah sekitar 10.
Untuk soal ini
0, 25 N = 50
N = 40
1:
g
; N = 30
;,.
=s
bl)
1:
::1
.'"I
::1
"0
"'
s
· ;;;
N = 20
"'
c..
"'
:.::
N = 15
N = 10
N=5
0 2 3 4 5
Lebar pondasi, B (ft)
Gambar 1 1 ·30c
Bob 1 1 • Daya Dukung Tanah untuk Pondasi Dangkol Jilid 2
1 53
Mekanika Tanah
160
160
160
-; -. ::.'.:=-;�·.".': � . . . : .
·
.
:::, -; ,;
� = 35°
y = 1 ()() lb/ft2
c = O 3ft
6 ft x 6 ft
Gambar 1 1 -31
1
Sekarang, lihat Gambat l l-30b, untuk N = 10 dan B = 6 ft,
qIJ. ID = 1 , 1 ton!ft2 = 2200 lb/ft2
Besamya qiiin = 2200 lb/ft2 tersebut di atas adalah untuk penurunan sebesar 1 inchi (25,4 mm). Jadi,
apabila penurunan sebesar I inchi merupakan kriteria perencanaan untuk pondasi' q... yang didasarkan
IJID
pada penurunan (= 2200 lb/ft2) akan lebih menentukan dari pada qi i yang didasarkan pada daya dukung
i •
batas.
dengan
K0 = koefisien tekanan tanah dalam keadaan diam (at rest)(Bab 10).
Kondisi tegangan tersebut dapat digambarkan dalam Gambar 1 1 -33 sebagai titik X. Sekarang, apabila
pondasi dibangun, beban netto pondasi tadi akan memperbesar tegangan air dalam elemen tanah A. Titik
Y mewakili keadaan tegangan sesaat setelah kita memberikan beban. Dengan beijalannya waktu, setelah
kelebihan tegangan air lenyap, garis kedudukan tegangan akan bergeser ke arah kanan sepanjang garis
Bob 1 1 • Daya Dukung Tanah untuk Pondasi Dangkol Jilid 2
1 53
Mekanika Tanah
161
161
161
yang paralel dengan diagonal ruang (karena cr 1 ' dan cr3 ' bertambah depgan besaran yang sama). Titik yang
menyebabkan semua kelebihan tegangan air pori lenyap diwakili oleh titik Z. Perlu diperhatikan bahwa
ada sedikit kelebihan kekuatan yang tersedia pacta titik Y. Sedangkan kekuatan yang cukup tersedia di
titik Z. Oleh karena itu, kita dapat menyimpulkan bahwa selama proses keluamya air pori berlangsung,
kekuatan tanah bertambah, sehingga keamanan terhadap keruntuhan juga bertambah.
Bob 1 1 • Daya Dukung Tanah untuk Pondasi Dangkol Jilid 2
1 53
Mekanika Tanah
162
162
162
Beban
. . . .
Lempung jenuh
I
I
Apabila tanah lempung di mana pondasi berada adalah jcnuh, tidak. sensitif, dan terkonsolidasi-lebih
(over consalidated), keadaan awal dari tegangan pada elemen tanah A dapat diwakili oleh titik X dalam
Gambar 1 1 -34. Tetapi, akibat beban pondasi, kelebihan tegangan air-pori yang terbentuk di dalam tanah
lempung kemungkinan akan negatif.
Keadaan ini akan menyebabkan penambahan cr1 ' dan cr3' . Jadi, keadaan tegangan sesaat sesudah
pemberian beban dapat diwakili oleh titik Y. Walaupun demikian, dengan berjalannya waktu, selama
proses keluamya air-pori berlangsung, garis kedudukan tegangan akan bergeser ke bawah sesuai dengan
kurva l'Z, yang sejajar dengan diagonal ruang (karena cr1' dan cr'3 keduanya berkurang). Dapat ditambahkan,
bahwa pada titik Z, kekuatan yang tersedia adalah lebih kecil daripada kekuatan yang tersedia di titik Y.
Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa keamanan terhadap keruntuhan akan berkurang secara
perlahan-lahan sejalan dengan perjalanan waktu.
Amplop kelelahan
b-
>.
"'
E
!"::
.:;;:
� "' I
"'
E
"'
:;
'"=
J)
O
'c
"
"'
J)
O
f-<
K a' Io
t Amplop kelelahan
-��
I Diagonal
ruang
L.r� - ---
�
l
"'
OJ)
K a
'
Gambar 11 -34
Daya dukung batas netto kita definisikan dalam Persamaan ( l l -21) sebagai:
qu(net) =
qu - q
Dari Persamaan ( l i -38), untuk kondisi beban vertikal dan tf> 0 (Catatan: Nq = I , Ny = 0, A.qs I , dan
\d =
= =
Jadi,
qu(net) = (c A Acd N + q) - q = c A Acd N
U CS C U CS C
Acs 1 + = 1+
I - Aqd
� ·
=
1173 (Tabel l l - 2)
A = Aq (Tabel l l - 2)
-
cd d
Nq tan 1/J
qu(net -teori)
=
2 J J Ocl. := O' 844
qu ( net-yang ada) 2500
Hasil perhitungan di atas menunjukkan adanya kesamaan antara q" yang diperkirakan secara teont1s
dengan q" yang ditentukan dari hasil uji beban lapangan. Variasi yang sangat kecil yang timbul antara
teori dan hasil uji beban mungkin disebabkan perkiraan harga c. yang diratakan.
Bishop dan Bjerrum (1960) telah memperhatikan beberapa keruntuhan yang terjadi pada saat akhir
pembangunan pondasi yang berada di atas tanah lempung jenuh. Keadaan tersebut diberikan dalam Tabel
1 1 -3. Dari tabel tersebut dapat kita lihat bahwa untuk semua kasus, qu <neHeon.Jiq u <net-yang ada) adalah sekitar
satu. Keadaan ini memperkuat kenyataan bahwa perencanaan pondasi dangkal berdasarkan pada daya
dukung batas netto merupakan suatu teknik yang cukup dapat diandalkan.
Beban
8
10
ft
Gambar 1 1 ·35 Uji beban (load test) lapangan dengan cara skempton pada pondasi yang berada di atas tanah lempung
jenuh (menurut Biskop dan Bjerrum, 1 960).
Bob 1 1 • Daya Dukung Tanah untuk Pondasi Dangkal 157
(%) LL PL PI
PI qu(net yang ada)
-
Catatan:
w = kadar air; LL = batas cair; PL = batas plastis; PI = tidak plastis
• menurut Biskap and Bjerrum (1960)
SOAL-SOAL
1 1-1 Suatu pondasi lajur ditunjukkan dalam Gambar P l l - 1 . Dengan menggunakan faktor daya dukung menurut
Terzaghi, tentukan beban gross per satuan luas pondasi yang diijinkan (q;i;) yang dapat dipikul oleh pondasi.
Gunakan angka keamanan 3 dan anggap kondisi keruntuhan geser adalah menyeluruh, untuk semua keadaan
berikut ini:
Gambar P11-1
1 58 Mekanlka Tanah Jllld 2
1 1-2 Kerjakan lagi Soal no. 1 1- 1 ; anggap kondisi keruntuhan geser adalah setempat dalam tanah.
1 1-3 Kerjakan 1agi Soal 1 1 -1 dengan menggunakan faktor daya-dukung menurut Prandtl-Reissner dan
Caquat-Kerise1 yang diberikan dalam Tabel 1 1- 1 [Persamaan ( 1 1 -38)].
1 1-4 Suatu pondasi bentuk bujur sangkar (B x B) harus memikul beban gross yang diijinkan sebesar 670 kN.
Dasar pondasi terletak pada kedalaman 0,92 m di bawah permukaan tanah. Untuk tanah di bawah pondasi
diberikan: y = 18,1 kN/m3, c = 0, tfJ = 40°. Apabila angka kamanan yang dibutuhkan adalah 3, tentukan
ukuran pondasi. Gunakan faktor daya dukung menurut Terzaghi dan anggap keruntuhan geser yang terjadi
dalam tanah adalah menyeluruh [Persamaan ( 1 1 -10)].
1 1-5 Kerjakan kembali Soal 1 1-4 dengan menganggap keruntuhan-geser-setempat dari tanah [Persamaan
( 1 1 -1 5)].
1 1-6 Suatu pondasi bentuk persegi seperti ditunjukkan dalam Gambar P1 1-6. Untuk keadaan-keadaan berikut ini,
tentukan beban gross yang diijinkan, Qii i•' yang dapat dipikul oleh pondasi. Gunakan persamaan Terzaghi
untuk keruntuhan-geser-menyeluruh (F, = 3).
a. y = 105 lb/ft3, Y, = 1 1 8 lb/ft3, c = 0, 1/J = 35°, B = 5 ft, D = 4 ft,
., 1
h = 2 ft.
b. y = 1 15 lb/ft3, Y,., = 122,4 lb/ft3 , c = 100 lb/ft2 , 1/J = 30°, B = 4 ft, D1 = 3 ft,
h = 4 ft.
c. p = 1 800 kg/m3, P,., = 1980 kg/m3, c = 23,94 kN/m2 , 1/J = 25°, B = 1 ,8 m, D1 = 1 ,2 m,
h = 2 m.
i Berat jenis = y
(atau densiti = p) ; c;
h
Qsama
!
Permukaan air tanah
- _ _
v,
j Y..,
P,••
Gambar P 1 1 -6
.. · .
.
. .
I
I
.. : '• ' ·. � . . . . . . ·. ·
� x -j
:�· .
(atau densiti = p)
c
D -:
rp
I
Q...
L
I
x -iI
T
I y
I
_
1 I
I
Gambar P 1 1 -8
Suatu pondasi bentuk bujur sangkar ditunjukkan dalam Gambar P1 1-9. Untuk keadaan berikut ini, tentukan
beban gross yang diijinkan yang dapat dipikul oleh pondasi. Gunakan angka keamanan =
1 1-9
b. B = 4,5 ft, DJ = 4 ft, d = 4 ft, c•< •> = 700 lb/ft2, c.<2> = 1000lb/ft2,
'Y.
2
= 115 lb/ft3' = 122 lb/ft3
B = 2 m, DJ = 1,5 m, d"(2= 1,5 m, c. �1> = 28,72 kN/m2, c. <2> = 50 kN/m2,
'Y.
Gambar Pll-10 menunjukkan suatu pondasi dengan bentuk empat persegi panjang. Diketahui B = 4 ft, dan
L = 6 ft. Dengan menggunakan angka keamanan sebesar tentukan beban netto yang diijinkan yang dapat
1 1- 1 0
angka keamanan 4.
1 1- 12
keruntuhan geser.
1 1-14
Suatu plat dukung yang mempunyai ukuran 1 ft 1 ft digunakan untuk uji beban (load test) pada tanah
berpassir. Beban batas per satuan luas (q) untuk pengujian didapatkan = 4200 lb/ft2. Perkirakan beban total
1 1-15 x
yang diijinkan, Qiiin' untuk pondasi dengan ukuran 5,5 5,5 ft. Gunakan angka keamanan F, = 4.
ft x
Suatu plat dukung dengan diameter = 762 mm dipakai untuk melakukan uji beban (load test) pada tanah
lempung. Beban batas per satuan luas (q ) untuk pengujian didapatkan = 248,9 kN/m2• Berapakah besarnya
1 1- 16
beban total yang diijinkan (Qiiin) untuk pondasi dengan diameter 2 meter? Gunakan angka keamanan =
3.
1 60 Mekanika Tanah Jilid 2
'
Lapisan Jempung I
c.,<J>
41, = 0
Y,
. . . .. . ·•
.·
. . .· · '· .
.
. ·. .' . , .
. . .
··
' '
Gambar P 1 1 -9
· ; · .. · : ;.
. .. . . · · ·:. : . . ' ·, .
. ·:. - . .
·
: .:
, ' •,
�. ..
.�
. Lapi&an lempung 11
cl < 2>
41, = 0
3 ft y,
B x L
Pasir
y = 118 lb/ft3
41 420
2,5
=
ft
c=O
.. . ·: . . .
.· :· · . . .
·
.
. . . . ..
: pasir
.. . . · . ..
y = I OS lb/ft3
c =0
Gambar P 1 1 -1 0
Bob 1 1 • Daya Dukung Tanah untuk Pondasi Dangkal 161
··..-···-�· : :.
Pondasi
1,5 m memutar
t
1,25 m
Pasir
y = 16,3 kN/m3
c=O
1/1 = 32°
. . -
··.. · :-
Pasir
y = 1 8,2 kN/m'
c=O
1/1 = 42°
Gambar P1 1 ·1 2
1 ,5 X 1 ,5 0,5 1 5,750
2,5 X 2,5 33,750
Apabila pondasi dengan bentuk bujur sangkar ukuran 5,75 ft 5,75 ft dibangun dan besar penurunan yang
diijinkan adalab incbi, berapakab besar beban total yang dapat dipikul?
x
0,5
Berdasarkan pada basil-basiluji beban lapangan yang diberikan dalam Soal l 1-17, tentukan diameter pondasi
bentuk lingkaran yang dapat memikul beban sebesar ton dengan penurunan yang diijinkan sebesar
1 1 -18
incbi.
30 0,5
Hasil dua uji beban lapangan diberikan di bawab ini. Berdasarkan pada basil test tersebut, tentukan ukuran
pondasi dengan bentuk bujur sangkar yang akan memikul beban total sebesar dengan penurunan
1 1-19
Simbol Penjelasan
lnggris
luas pondasi
A
lebar pondasi
B
lebar efektif
B'
setengah dari lebar pondasi
b
gaya akibat kohesi
kohesi
c
c
jarak antara dasar pondasi dengan bidang permukaan dari lapisan lempeng
jarak pusat beban terhadap pusat sumbu dalam arah lebar pondasi
jarak pusat beban terhadap pusat sumbu dalam arah panjang pondasi
eb
e,
angka keamanan
F
jarak antara dasar pondasi dengan bidang permukaan dari lapisan pasir
kedalaman permukaan bidang longsor di bawah pondasi
s
H
H
, koefisien tekanan tanah
KC, Kq, Kl
koefisien tekanan tanah dalam keadaan diam (at rest)
KO
K koefisien geser coblos
s
panjang pondasi
panjang efektif dari pondasi
L
keliling
Ne'• Nq' N1'
indeks plastis
p
p
batas plastis
PI
beban total
PL
geser
lebar dari test pit (sumur test)
beban hidup dan beban mati dari pondasi
berat dari pondasi
1 62 Mekanika Tanah Jilld 2
berat tanah
yang terletak
di atas
pondasi
Bob 1 1 • Doya Dukung Tanah untuk Pondasl Dangkal 1 63
w kadar air
Yunani
kemiringan beban ter.hadap garis tegak
berat volume
(l
American Society for Testing and Materials (1982). Annual Books of Standards - Part 19, Philadelphia, Pa.
Referensl
Balla, A (1962). "Bearing Capacity Of Foundations," Journal of the Soil Mechanics Foundations Division,
ASCE, Vol.89, No.SM5, 12-34.
and
Bishop, A.W., and Bjerrum, L. (1960). "The Relevance of the Triaxial Test to the Solution of Stability Problems,"
Proceedings, Research Conference on Shear Strengh of Cohesive Soils, ASCE, 437-501.
Button, S.J. (1953). "The Bearing Capacity, of Footings on a Two-Layer Cohesive Subsoil," Proceedings, 3rd
International Conference on Soil Mechanics and Foundation Engineering, Vol.l, 332-335.
Caquot, A., and Kerisel, J. (1953). "Sur le terme de surface dans le calcul des fondations en milieu pulverulent,"
Proceedings, 3rd International Conference on Soil Mechanics and Foundation Engineering, Vol. I, 336-337.
Das, B.M. (1984). Principles of Foundation Engineering, Brooks/Cole Engineering Division, Monterey, Calif.
DeBeer, E.E. (1970), "Experimental Determination of Shape Factor and Bearing Capacity Factors of Sand,"
Geotechnique, Vol. 20, No.4, 387-41 1.
DeBeer, E.E., and Vesic, A.S. (I958). "Etude Experimentale de la Capacite Portante du Sable Sous des Fondations
Directes Etablies en Surface," Ann. Traw. Publics Belg., Vol.59, No.3.
Hansen, J.B. (I970). "A Resived and Extended Formula for Bearing Capacity," Danish Geotechnical Institute,
Bulletin No.28, Copenhagen.
House!, W.S. (1929). "A Practical Method for the Selection of Foundations Based on Fundamental Research Soil
Mechanics," University of Michigan Research Station, Bulletin No.13, Ann Arbor.
in
Lundgren, H., and Mortensen, K. (1953). "Determination by the Theory of Elasticity of the Bearing Capacity of
Continuous Footings on Sand," Proceedings, 3rd International Conference on Soil Mechanics and Foundation
Engineering, Vol I, 409-4I2.
Meyerhof, G.G. (I95I). "The Ultimate Bearing Capacity of Foundations," Geotechnique, Vo1.2, No.4 30I-331.
Meyerhof, G.G. (I953). "The Bearing Capacity ofFoundations under Eccentric and Inclined Loads," Proceeding, 3rd
International Conference on Soil Mechanics and Foundation Engineering, Vol. I, 440-445.
Meyerhof, G.G., and Hanna, A.M. (I978). "Ultimate Bearing Capacity of Foundations on Layered Soil under
Inclined Load," Canadian Geotechnical Journal, Vol.l5, No.4, 565-572.
164 Mekoniko Tanoh Jilid 2
Peck, R.B., Hanson, W.E., and Thombum, T.H. ( 1 974). Foundation Engineering, 2nd ed., Wiley, New York.
Prandtl, L. ( 1 921). "Uber die Eindringungsfestigkeit (Harte) plastischer Baustoffe und die Festigkeit von Schneiden,"
Zeitschrift fur Angewandte Mathematik und Mechanik, Vol. l , No. l , Base), Switzerland, 1 5-20.
Reddy, A.S., and Srinivasan, R.J. ( 1 967). "Bearing Capacity of Footings on Layered Clays," Jorunal of the Soil
Mechanics and Foundations Division, ASCE, Vol.93, No.SM2, 83-99.
Reissner, H. (924). "Zum Erddruckproblem," Proceedings, 1st International Congress of Applied Mechanics, 295-
3J L
Skempton, A.W. ( 1942). "An Investigation of the Bearing Capacity of a Soft Clay Soil," Journal of the Institute of
Civil Engineers, London, Vol . 1 8 , 307-32 1 .
Terzaghi, K . ( 1 943). Theoretical Soil Mechanics, Wiley, New York.
Vcsic, A.S. ( 1 973). "Analysis of Ulti mate Loads on Shallow Foundations," Journal of the Soil Mechanics and
Foundations Division, ASCE, Vol.99, No.S M I , 45-73.
B A B
12
Stabi l itas Ta l u d
Suatu permukaan tanah yang miring dengan sudut tertentu terhadap bidang horisontal dan tidak dilindungi,
kita namakan sebagai talud tak tertahan (unrestrained slope). Talud ini dapat teijadi secara alarniah atau
buatan. Bila permukaan tanah tidak datar, maka komponen berat tanah yang sejajar dengan kerniringan
talud akan menyebabkan tanah bergerak ke arah bawah seperti ditunjukkan dalam Gambar 1 2- 1. Bila
komponen berat tanah tersebut cukup besar, kelongsoran talud dapat teijadi, yaitu tanah dalam zona a b
c d e a dapat menggelincir ke bawah. Dengan kata lain, gaya dorong (driving farce) melampaui gaya
berlawanan yang berasal dari kekuatan geser tanah sepanjang bidang longsor.
Dalam banyak kasus, para insinyur sipil diharapkan mampu membuat perhitungan stabilitas talud
guna memeriksa keamanan talud alamiah, talud galian, dan talud timbunan yang didapatkan. Faktor yang
perlu dilakukan dalam pemeriksaan tersebut adalah menghitung dan membandingkan tegangan geser
yang terbentuk sepanjang permukaan retak yang paling mungkin dengan kekuatan geser dari tanah yang
bersangkutan. Proses ini dinamakan analisis stabilitas talud (slope stability analysis).
Analisis stabilitas suatu talud bukanlah merupakan suatu pekeijaan yang ringan. Bahkan untuk
mengevaluasi variabel-variabel seperti lapisan-lapisan tanah dan parameter-parameter kekuatan geser
tanah mungkin merupakan pekeijaan yang membosankan. Rembesan dalam talud dan pernilikan
kemungkinan bidang longsor/gelincir menambah rumitnya masalah yang akan ditangani.
Bab ini akan menjelaskan prinsip-prinsip dasar yang bertalian dengan analisis stabilitas talud. Kini,
marilah kita bahas satu per satu.
1 2- 1 ANGKA KEAMANAN
Tugas para insinyur yang menganalisis stabilitas talud adalah menentukan angka keamanan. Umumnya,
angka keamanan didefinisikan sebagai
(1 2- 1)
Mekanika Tanah Jilid 2
166
1661
66
c d
\\ \
:.· . ·. .\ \
\
\
.. :\ -: " \ \ \
.. . .
I
J..
\ \
.. \
. \ \
( _;. \ - N . \ \ \
. .. . \
;.< \ \ \ \
. ·
Tanah setelah I
·
.
. \
kelonggaran I .-. :\: . · ·
\ \
..
talud ,.:··. · -\ •
.
_) .,-. . . ,
\ \ \
\ \ \
-
\ \ \ b
\ .·,' ·' . . \ \ \
. \ -�
· : . .
\ \
\
\
\ X
. \ \
\ \
.
dengan
F, = angka keamanan terhadap kekuatan tanah
= kekuatan geser rata-rata dari tanah
-r1
't = tegangan geser rata-rata yang bekerja sepanjang bidang longsor
d
Kekuatan geser tanah terdiri dari dua komponen, yaitu kohesi dan geseran, dan dapat kita tuliskan
sebagai berikut:
-r1 = c + cr tan t/J
dengan
c = kohesi
t/J = sudut geser tanah
cr = tegangan normal rata-rata pada permukaan bidang longsor
Dengan memasukkan Persamaan ( 12-2) dan (12-3) ke dalam Persamaan (12-1) kita dapatkan:
c + c r tan ( 12-4)
=
t/J
F
•
cd + cr tan t/Jd
Mekanika Tanah Jilid 2
167
1671
67 Sekarang kita dapat memperkenalkan aspek-aspek lain dari angka keamanan tadi, yaitu angka
keamanan terhadap kohesi Fe, dan angka keamanan terhadap sudut geser, F,- Dengan demikian, Fe dan
F; dapat kita definisikan sebagai
( 1 2-5)
dan
tan t/J ( 1 2-6)
F; =
tan t/Jd
Bob 12 • Stabilitas Talud 1 67
Bilamana Persamaan ( 1 2-4), ( 12-5), dan ( 1 2-6) dibandingkan, adalah wajar bila Fe menjadi sama
dengan F,, harga tersebut memberikan angka keamanan terhadap kekuatan tanah. Atau, bila
c tan 4>
=
cd tan lfd
kita dapat menuliskan:
F• = Fc = F' ( 1 2-7)
F, = 1, maka talud adalah dalam keadaan akan longsor. Umumnya, harga 1 ,5 untuk angka keamanan
terhadap kekuatan geser dapat diterima untuk merencanakan stabilitas talud.
Dengan menganggap bahwa tekanan air pori adalah nol, kita akan mengevaluasi angka keamanan terhadap
kemungkinan kelonggaran talud sepanjang bidang AB yang terletak pada kedalaman H di bawah permukaan
tanah, keruntuhan talud dapat terjadi karena pergerakan tanah di atas bidang AB dari kanan ke kiri.
Marilah kita perhatikan suatu elemen talud, abed, yang mempunyai satu satuan tebal tegak lurus
terhadap bidang gambar. Gaya F yang bekerja pada bidang ab dan cd adalah sama besar dan berlawanan
arah; oleh karena itu gaya tadi dapat diabaikan. Berat elemen tanah yang ditinjau adalah:
. .
. . .
w
...---F--
B
A
Gambar 1 2-2 Analisis talud menerus (tanpa rembesan).
Mekanika Tanah Jilid 2
168
1681
68
Jadi, tegangan normal cr dan tegangan geser t pada dasar elemen talud dapat diberikan sebagai
berikut:
yLH cos l3
Na
yH cos 2 13 (1 2-9)
)
cr
Luasan dasar elemen talud
dan 13
yLH sin 13
= = (1 2- 10)
)
t yH cos l3 sin 13
Luasan dasar elemen talud
13
Reaksi dari berat W adalah gaya R yang sama besamya dengan W, tetapi berlawanan arah. Komponen
komponen tegak dan paralel dari gaya R terhadap bidang AB adalah N, dan T, .
N, = R cos l3 = W cos l3 (1 2- 1 1 )
Untuk keseimbangan, tegangan geser perlawanan yang terbentuk pada dasar elemen talud adalah sama
dengan (T)l(luasan dasar elemen talud) = yH cos 13 sin 13. Hal ini dapat juga dituliskan dalam bentuk
[Persamaan ( 1 2-3)]
td = cd + cr tan 1/Jd
Besar tegangan normal diberikan dengan Persamaan (12-9). Dengan memasukkan Persamaan ( 1 2-9) ke
dalam Persamaan (12-3), kita dapatkan
td = cd + yH cos2 13 tan 1/Jd (1 2- 1 3)
Jadi,
atau:
.5L sin 13 · cos l3 - cos 2 l3 · tan 1/Jd (1 2-1 4)
yH
'
Angka keamanan terhadap kekuatan tanah telah kita definisikan dalam Persamaan ( 12-7), dengan
demikian:
Dengan memasukkan hubungan tersebut di atas ke dalam Persamaan (12-14), kita dapatkan:
Untuk tanah berbutir c = 0, angka keamanan F,, menjadi (tan 1/J)/(tan l3). Ini menunjukkan bahwa
suatu talud menerus yang terdiri dari tanah pasir, harga F,-nya tidak tergantung pada tinggi H, dan talud
akan tetap stabil selama l3 < 1/J.
Bila tanah mempunyai kohesi (c) dan sudut geser (1/J), ketebalan lapisan tanah pada talud kritis dapat
Mekanika Tanah Jilid 2
169
1691
ditentukan dengan memasukkan harga F, = I dan H = He, ke dalam Persamaan (12-15) dengan demikian
69
kita hasilkan:
= .f.
1
H er
'Y cos 2 l3 (tan 13 - tan 1/J) ( 1 2- 1 6)
Bob 12 • Stobilitas Tolud 1 69
Komponen W ctalam arah tegak lurus ctan sejajar terhactap bictang AB actalah:
Na = W cos � = Y LH cos �
.. 1 (1 2- 1 9)
ctan:
Ta = W sin � = Ysat LH sin � (1 2-20)
Tegangan normal total ctan tegangan geser pacta ctasar elemen taluct actalah sebagai berikut:
Tegangan normal total:
Ysat H cos 2 �
N,
a = = (1 2-23)
Tegangan geser:
T, Ysat H cos � sin � ( 1 2-24)
't =
Tegangan geser perlawanan yang terbentuk pacta ctasar elemen taluct ctapat juga ctituliskan sebagai
berikut:
(1 2-25)
ctengan:
u = tekanan air pori = Yw H cos2 � (lihat Gambar 12-3b)
Dengan memasukkan harga: a [Persamaan (1 2-23)] ctan u ke ctalam Persamaan (1 2-25), kita ctapatkan:
'td = cd + (Ysat H cos2 � - Yw H cos2 �) tan tf>d = cd + 1 H cos2 � tan tf>d ( 12-26)
Sekarang, usahakan agar persamaan-persamaan sebelah kanan ctan Persamaan 12-24 ctan 1 2-26
bersemaian:
Y,.1 H cos � sin �
· = cd + y ' H cos2 � tan tf>d
Mekanika Tanah Jilid 2
170
..
170 ---- L
170
. ... · :
� Arab rembesan
w �
N. � B
\
\
..-
T.
..-
H -*
(a)
Garis aliran
Garis ekspotensial
H cos2 f3
Rembesan 1
(b)
Gambar 1 2-3 Analisis talud menerus (dengan rembesan).
( - )
atau:
= cos 2 � tan � i tan t/Jd ( 1 2-27)
Y,.,
-
171 =
Fs
, tan t/J
Fs - c + l (1 2-28)
2 tan �
Bob 12 • Stabilitas Talud 171
Suatu talud menerus seperti ditunjukkan dalam Gambar 12-4. Parameter-parameter kekuatan geser pada Iapisan
CONTOH 1 2- 1 :
keras.
= =
b) Bila � 30°, tentukan tinggi H, untuk F, I. (anggap tekanan air pori adalah sama dengan no!).
= =
Penyelesaian:
y =
1900 9,81 18, 64 kN/m 2
x
p · g =
Dari Persamaan (12-15)
_
1000
_
tan q,
tan � tan �
F = + - --
yH
tan 25
s
Perhatikan Gambar 12-4. Bila terjadi rembesan melalui tanah, dan permukaan air tanah sama dengan permukaan
CONTOH 1 2-2:
Karena harga F, ini kurang dari satu, maka talud adalah tidak stabil.
Her
12-4 TALUD DE NGAN TINGGI TERBATAS-UMUM
Bila harga mendekati tinggi talud, talud tersebut umumnya dinamakan sebagai talud dengan tinggi
terbatas (finite slope). Bila kita ingin menganalisis stabilitas suatu talud dengan tinggi terbatas yang
berada dalam tanah yang homogen, untuk memudahkan, kita perlu suatu asumsi tentang bentuk umum
dari potensi bidang longsor yang akan terjadi. Walaupun ada bukti bahwa kelonggaran talud biasanya
terjadi dengan permukaan bidang yang lengkung, Culmann ( 1 875) memperkirakan bidang longsor sebagai
bidang yang rata. Angka keamanan F, yang dihitung dengan menggunakan cara perkiraan yang
diperkenalkan Culmann memberikan hasil yang cukup bagus untuk talud dengan kemiringan yang hampir
tegak. Setelah diadakan penyelidikan yang intensif dari kelongsoran talud di tahun 1920, komisi geoteknik
dari Swedia menyarankan bahwa permukaan kelongsoran yang sesungguhnya tetjadi diperkirakan berbentuk
silindris lingkaran (circularly cylindrical).
Sejak saat itu, hampir semua analisis stabilitas talud yang dilakukan dengan cara konvensional
dibuat dengan anggapan bahwa kurva potensi kelongsoran merupakan busur dari suatu lingkaran. Akan
tetapi, ada beberapa keadaan (misalnya, zona bendungan dan pondasi di atas lapisan lunak) menunj ukkan
bahwa analisis stabilitas beranggapan kelongsoran merupakan bidang rata adalah lebih sesuai dan
memberikan hasil yang sangat bagus.
H.
menyebabkan kelongsoran dengan kekuatan geser tanah adalah minimum.
�- AC
Gambar 12-5 menunj ukkan suatu talud dengan tinggi Kemiringan talud terhadap bidang horisontal
ABC
adalah adalah suatu bidang longsor yang dicoba. Dengan memperhatikan satu kesatuan tebal dari
talud, berat bagian = W.
W t(H)(BC)(l)(y) ( 12-29)
H(H H �)y
()
1 cot e cot
[ � ]
2
-
2 sin (�
1 1-1 -
AC
·
Komponen-komponen W yang tegak lurus dan sejajar terhadap bidang adalah sebagai berikut:
[ ()) ]() ()
komponen yang tetak lurus bidang W cos ().
(�
Na = =
1 1-12 sin
.
(1 2-30)
-
COS
-
2 'Y
•
Sill · Sill
Bob 12 • Stabilitas Talud 1 73
B c
[ - e) ]
Ta = komponen yang sejajar bidang = W sin e.
1 sin (�
=
- yH 2 . .
sm e (12-3 1)
2 sm � . sin e
Tegangan normal (tegangan yang tegak lurus bidang) rata-rata dan tegangan geser pada bidang AC
diberikan sebagai berikut:
er = tegangan normal rata - rata
-
(-!!-
sm e
)
Na
-
- - Na
(ACX1)
[ ]
-2
- 1
yH
sin (�
sin � .
- e)
sin e
cos e e
sin (12-32)
dan
(AC)(1)
e)
= 1y
2
H[ sin (� - e)
sin � sin e.
] (1 2-33)
Tegangan geser perlawanan rata-rata yang terbentuk sepanjang bidang AC juga dapat dinyatakan
sebagai berikut:
e] e
tan !Pd
2 H[ e
er
1
sin (� - e) (1 2-34)
y cos · sin tan !Pd
sin � sin
.
e] smz e
.
(1 2-35)
Persamaan (12-36) ini diturunkan dari bidang 1ongsor percobaan AC. Selanjutnya, agar dapat me
nentukan bidang longsor yang kritis, kita menerapkan prinsip maksimal dan minimal (untuk harga <Pd
tertentu) untuk mendapatkan sudut 0 di mana kohesi yang bekerja (c) akan maksimum. Jadi, penurunan
pertama dari cd terhadap 0 dibuat sama dengan nol; atau
acd
( 1 2-37)
ao
Mengingat y, H, dan � dalam Persamaan (12-36) adalah tetap, maka:
a
[sin (� - 0) . (sin 0 - cos 0 .
tan fPd )] = 0 ( 1 2-38)
ao
cd =
yH [ 1
4
cos (� fPd )
sin � · cos <Pd
- - ] ( 1 2-40)
Tinggi maksimum dari talud di mana keseimbangan kritis terjadi dapat ditentukan dengan memasukkan
]
cd = c, dan 1/Jd= X ke dalam Persamaan ( 12-40). Jadi,
=
Y 1 (�
er
fP )
- COS -
CONTOH 1 2-3:
Suatu galian dibuat dalam tanah yang mempunyai y = I 05 lb/ft3, c = 600lb/ft2 , dan 1/J = 15°. Kemiringan tepi galian
terhadap bidang datar adalah 45°. Berapakah kedalaman galian harus dibuat supaya mempunyai angka keamanan (F)
sama dengan 3?
Penyelesaian:
Diketahui: 1/J = 15°, c = 600 lb/ft2• Bila F, = 3, maka Fe dan F, seharusnya sama dengan 3 .
_f_
�
cd
atau
_f_ _f_ 600
cd 200 lb I ft2
� F. 3
Juga:
tan 1/J
F,
tan 1/Jd
tan 1/J
tan 1/Jd
atau F,
Mekanika Tanah Jilid 2
175
1751
75
t n /J tan 15°
F. 3
]
a 1
1/Jd [
tan-1 tan 1 5
3
5, 1°
Bob 12 • Stabilitas Talud 1 75
[ ]
Dengan memasukkan harga-harga cd dan iPd ke dalam Persamaan ( 12-40), kita memperoleh:
-
·
H =
y I - cos (� lPd )
[
J
4 x 200 sin 45 cos 5, 1 ·
23, 03 ft
105 1 - cos (45 - 5, 1)
CONTOH 1 2-4:
Suatu talud seperti ditunjukkan dalam Gambar 12-6. AC merupakan bidang longsor percobaan. Untuk blok ABC,
tentukan angka keamanan yang melawan kelongsoran.
Penyelesaian:
Perhatikan satu satuan tebal dari bagian ABC yang tegak lurus terhadap bagian yang terlihat.
Berat dari bagian ABC = W.
1. (100)(10) 2 (cot 30 - cot 50) = 4465 lb
2
Jadi,
Ta 4465 · (sin 30) = 2232, 5 lb
Tr
(..£.. )
AC (cd + er tan lPd )
Na tan lP
+
F. AC F.
_!_ (AC · c + Na tan tP)
F.
W (cos 30) = 4465 (cos 30) 3866, 8 lb
AC lO ft = 20 f t
sin 30
Jadi
T, = _!_ [(20(600) + (3866,8)(tan 10)]
F.
12. 681, 8 lb
=
F.
Karena Tr = T
a
12. 681, 8
2232, 5
F.
atau
F, = 5,68
B c
y = 100 1b/ft3
rp = l()oo
c = 600 1b/ft2
10 ft
Gambar 1 2-6
Bob 12 • Stabllitas Talud Mekanika Tanah1 Jilid
77 2
1 76
Pada umumnya, prosedur analisis stabilitas dapat dibagi dalam dua kelompok besar yaitu:
a) Prosedur massa (mass procedure)
Dalam ha! ini, massa tanah yang berada di atas bidang gelincir diambil sebagai suatu kesatuano
Prosedur ini berguna bila tanah yang membentuk talud dianggap homogen, walaupun ha! ini jarang
dijumpai pada talud sesungguhnya yang ada di lapangano
o \ - - --
-
1
I
I
I
I
I
I
I
I \__Lingkaran ujung dasar
talud (Toe circle)
: ··· ··. .·- ·· ···::· .: ·.·: · ·: ·. ··· ·:. ·. :::: �· ··
. . . . . . � ·. ..
·
,
_ _
_
I - - -
- - -
1
I
I
I
I
I
I
I
I oo o 0 0
I : : 0
gelincir percobaan AED yang merupakan busur lingkaran berjari-jari = r. Pusat lingkaran terletak pada
0. Dengan memperhatikan satu-satuan tebal yang tegak lurus pada bagian yang kita tinjau, maka berat
tanah yang berada di atas lengkung (kurva) AED dapat kita ketahui melalui W = W1 + W2, dengan:
Keruntuhan talud mungkin terjadi karena massa tanah yang menggelincir. Momen gaya yang
mendatang terhadap titik 0 yang menyebabkan ketidak stabilisan talud adalah:
( 12-42)
f.-- L L ---{
�.t- - - -
1 ! - - -.. ---. _
I
I I
I
I
I
I
Lapisan keras
Lingkaran titik
tengah (mid circle)
Jari-jari = r
Berat volume = y
deogan:
11 dan 12 adalah lengan momen
Perlawanan terhadap kelongsoran berasal dari kohesi yang bekerja sepanjang bidang gelincir. Bila
cd adalah kohesi yang dibutuhkan untuk terbentuk, maka momen gaya perlawanan terhadap titik 0
adalah:
-
2 () ( 1 2-43)
MR = cd (AEDX1Xr) = cd r-
Untuk keseimbangan, MR = Md; Jadi,
atau
cd = W. lt - Wz l2 ( 1 2-44)
2
r ()
Perlu Anda ketahui bahwa potensi bidang gelincir AED, kita pilih secara acak. Bidang longsor kritis
akan teijadi bila bidang longsor yang mempunyai rasio c. terhadap cd adalah minimum. Dengan kata lain,
harga cd adalah maksimum. Untuk mendapatkan bidang gelincir yang kritis, kita dapat membuat sejumlah
percobaan dengan bidang gelincir yang berbeda-beda. Angka keamanan paling kecil yang kita dapatkan
merupakan talud, dan lingkaran yang bersemaian adalah bidang lingkaran paling kritis.
Masalah-masalah stabilitas dari tipe ini telah dipecahkan secara analitis oleh Fellenius ( 1 927) dan
Taylor (1937). Untuk kasus lingkaran kritis, besar kohesi yang dibutuhkan dapat dinyatakan dengan
hubungan berikut.
atau
5L = m ( 12-46)
yH
Perhatikan bahwa besaran m di sebelah kanan Persamaan ( 1 2-46) adalah bilangan tak berdimensi,
dan kita mengacunya sebagai angka stabilitas (stability number). Selanjutnya tinggi kritis (yaitu, F = 1)
,
talud ini dapat kita evaluasi dengan menggantikan H = Her dan cd = cd pada persamaan di atas. Jadi,
Bab Mekanika Tanah 1Jilid
792
18212 • Stabilitos Talud
.
_ .. :__ ·. :. :. _: ·,: . · .
0, 3
E 0,2 f3 =
53°
0
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Gambar 1 2-9 (a) Definisi dari parameter-parameter untuk tipe keruntuhan lingkaran titik tengah (midpoint circle) dan
( b) Grafik hubungan antara angka stabilitas dengan sudut kemiringan talud (digambar lagi setelah Terzaghi dan Peck,
1967).
H = .s__ (1 2-47)
ym
er
(stability factor). Para pembaca harus hati-hati dalam menggunakan Gambar 12-9 dan perhatikan bahwa
gambar tersebut hanya berlaku untuk talud dari tanah lempung yang jenuh dan hanya berlaku untuk
keadaan undrained (air pori dijaga tidak mengalir ke luar), pada saat 1/J = 0.
Bila Anda mengacu ke Gambar 12-9, hal berikut perlu Anda perhatikan:
1. Untuk sudut kemiringan � yang lebih besar dari 53°, lingkaran kritis harus selalu berupa lingkaran
ujung dasar talud. Letak pusat lingkaran ujung dasar talud kritis mungkin dapat dicari dengan
bantuan Gambar 1 2- 10.
2. Untuk � < 53°, lingkaran kritis mungkin berupa ujung dasar talud, lereng talud, atau lingkaran titik
tengah, tergantung pada letak lapisan keras yang berada di bawah talud. Ha! ini dinamakan fungsi
kedalaman (depth function), yang dijelaskan sebagai berikut:
Bab Mekanika Tanah 1Jilid
792
18312 • Stabilitos Talud
D
Tinggi talud
3. B i l a lengkung kriti s adalah l i ngkaran titik tengah (yaitu, permukaan bidang longsor merupakan
bidang s i nggung dari lapisan keras), maka letak titik pusat bidang l ongsor dapat di tentukan dengan
bantuan Gambar 1 2- 1 1 .
4. Harga m a ksi m u m angka stabilitas (stab i l i ty n u m ber) yang m un g ki n terjadi pada kelongsoran l i ngkaran
titik tengah adalah 0, 1 8 1 .
TA B E L 1 2-1 Kohesi dari pusat ling karan
Fe l l e n i us ( 1 927 ) j u g a menyel i d i k i ujung dasar talud (� < 53°)
masala h l i ngkaran uj u ng dasar t a l u d yang
rl � a, a2
kritis dari talud dengan � < 53°. Letak (derajat) (derajat) (derajat)
ti t i k pusa t l i n gkaran uj ung dasar talud
1 ,0 45 28
I
dapat d i tentuka n denga n menggunakan
Gambar 1 2- 1 2 dan Tabel 1 2- 1 . Perhatikan 1 ,5 33,68 26
bahwa l i ngkaran uj u n g dasar talud kritis
tersebut t i dak harus merupakan lengkung
2,0 26,57
1 8 ,43
25
25
35
35
I
yang pal i n g kritis yang ada. 0 1 1 ,32 25 37
60
. .,
t::
"
:3,
cc
c
"
-o
i:l
so
50 60 70 80 90
f3 (derajat)
Bab Mekanika Tanah 1Jilid
792
18412 • Stabilitos Talud
Suatu talud galian dibuat dalam tanah lempung Iembek dengan sudut kemiringan talud 75° terhadap horisontal
CONTOH 1 2 -5:
Penyelesaian:
Karena sudut kemiringan talud � = 75° lingkaran kritisnya merupakan toe circle. Dari Gambar 1 2-9
Bagian a
r = DC
sin f!_2
( sinHer )
Tetapi, DC AC2 2
a
Jadi Her
r
sin a sin 2
2 ·
Dari Gambar 12-10, untuk � 75°, a = 4 1 ,8° dan Dengan memasukkan harga tersebut ke dalam
persamaan untuk r, kita dapatkan:
= 9 = 5 1 ,8°.
r =
2 sin a sin f!_2 ·
D 3
50 40
I
30 20 10 0
60
{J (derajat)
Gambar 1 2-11 Kohesi dari lingkaran titik tengah/midpoint circle (menurut Terzaghi dan Peck, 1 967).
182 Mekanika Tanah Jilid 2
1821
82
:", . : · : ·:: :
· · · . .. . . ·. ; ·· . . . . .
Gambar 1 2- 1 2 Lokasi dari pusat lingkaran ujung dasar talud (toe circle) untuk � < 53°.
Bagian c
AF - AE
Her (cot a - cot 75°)
26, 98 (cot 41, 8 - cot 7 5) 22, 95 ft
Bila galian yang dijelaskan dalam Contoh 1 2-5 dibuat hanya untuk kedalaman 10 ft, berapakah angka keamanan talud
CONTOH 1 2-6:
Gambar 1 2-13
Bob 1 2 • Stabilitas Talud 1 83
Jadi,
cd
0, 219
(1 10)(10)
atau:
cd (0, 2 19)(1 10)(10) = 240, 9 lb / ft2
---
Tekanan air pori dianggap sama dengan nol. AC adalah lengkung lingkaran percobaan melalui ujung
dasar talud, dan 0 adalah pusat lingkaran. Perhatikan satu satuan tebal tegak lurus pada bagian talud.
Berat blok tanah ABC = W = (luasan ABC)(y)
Untuk keseimbangan, gaya lain yang bekeija pada blok adalah sebagai berikut:
1 . Cd resultan gaya kohesi yang besamya sama dengan satuan kohesi yang diperlukan dikalikan
-
dengan panjang tali busur AC. Besaran Cd yang kita peroleh dari Gambar 12-14b adalah,
( 1 2-49)
1
F
(a)
(b)
(c)
Gambar 1 2-14 Analisa talud dalam tanah yang homogen dengan � > 0.
Mekanika Tanah Jilid 2
184
Cd bekerja dalam arah sejajar dengan tali busur AC Gambar 12-14b, dan pada jarak a dari pusat
lingkaran 0 sehingga:
atau
...--
cd (AC)r ,.--..
a = = AC r
=
(12-50)
Cd AC
2. F - resultan gaya normal dan gaya geser yang bekerja sepanjang permukaan bidang longsor. Untuk
keseimbangan, garis kerja gaya F akan melalui titik perpotongan garis kerja dari W dan Cd.
Sekarang, bila kita menganggap bahwa geseran seluruhnya termobilisir (tPd = tP atau F, = 1), maka
garis kerja dari F akan membentuk sudut tP dengan suatu garis normal terhadap lengkungan, dan tentu
saja gaya F tadi akan menyinggung lingkaran yang berpusat di 0 dengan jari-jari r sin tP· Lingkaran·
inilah yang kita namakan lingkaran geser. Sebetulnya, jari-jari lingkaran geser ini sedikit lebih besar dari r
· sin tP·
Karena arah W, Cd, dan F diketahui, dan besaran W juga diketahui, maka poligon gaya dalam
Gambar 12-14c dapat diperikan (diplot). Besaran Cd tadi dapat ditentukan dari poligon gaya. Jadi, satuan
kohesi yang diperlukan dapat dicari dengan:
d
cd = c
AC
Penentuan besamya harga cd yang dijelaskan di atas didasarkan pada bidang longsor percobaan.
Beberapa percobaan harus dibuat untuk mendapatkan bidang longsor yang paling kritis sepanjang mana
kohesi yang dibutuhkan adalah maksimum. Oleh karena itu, adalah mungkin untuk menuliskan kohesi
maksimum yang terbentuk sepanjang bidang longsor yang kritis sebagai
cd = yH lfla, �. 9, lP) ] (1 2-5 1 )
0,20
0,1 6
£:
,_;
�
=
.; 0,12
:0
s"'
'"
...
00
,:: 0,08
<
0,04
Gambar 1 2-1 5 Grafik hubungan antara angka stabilitas dengan sudut kemiringan talud, !p > 0 (menurut Taylor, "Stability
of Earth Slope", Journal of the Boston Society of Civil Engineers, 1 937).
Bob 12 • Stabilitas Talud 1 85
Untuk keseimbangan kritis, yaitu, Fe = F, = F, = 1, kita dapat menggantikan H = Her dan cd = c dalam
P�rsamaan ( 12-5 1).
C = "(Her lfta, �. 0, t/>)]
atau
(1 2-52)
"(Her
dengan:
m = angka stabilitas
Harga m untuk bermacam-macam harga t/> dan � diberikan dalam Gambar 12-15. Contoh 1 2-7 dan
12-8 menggambarkan cara penggunaan grafik tersebut.
Hasil perhitungan telah menunjukkan bahwa untuk t/> lebih besar 3°, semua lingkaran-lingkaran kritis
adalah lingkaran ujung dasar talud (toe circles).
CONTOH 1 2-7:
Tentukan tinggi kritis suatu talud dengan � = 45° yang dibangun dari tanah yang mempunyai 1/J = 20° dan c = 23,96
kN/m2• Berat volume tanah yang dipadatkan adalah 18,87 kN/m3•
Penyelesaian:
m
"fHer
Dari Gambar 12-15, untuk � = 45°, dan 1/J = 20°, m = 0,062. Jadi,
23, 96
Her = ....f.... =
"(m
= 20 48 m
1 8, 87 X 0, 062 '
CONTOH 1 2-8:
Suatu talud seperti ditunjukkan dalam Gambar 12-16a. Tentukan angka keamanan terhadap kekuatan geser.
Penyelesaian:
Bila kita menganggap bahwa kohesi seluruhnya termobilisasi, lalu perhatikan Gambar 12-15 (untuk � = 30°,
dan 1/Jd = 1/J = 20°),
m = 0 025 = 5!_ '
yH
atau
cd = (0,025)(16)(12) = 4,8 kN/m2
Jadi,
tan 20
tan 20
dan
F = ..£... = .1Q_ = 4 1 7 '
e cd 4, 8
Karena Fe *- F,, hal ini bukan merupakan angka keamanan terhadap kekuatan geser.
Sekarang kita dapat membuat percobaan lain. Misalkan sudut geser yang terbentuk 1/Jd, adalah sama dengan 1 5°.
Untuk � = 30° dan sudut geser 15°, maka
y = 16 kN/m'
c = 20 kN/m2
/ l
F,
45o I
F
,
0 2 3 4 5 6
F,
(b)
Gambar 12-16
dan
F.: = = = 2, 26
Perhitungan yang serupa dari F, dan Fe untuk bennacam-macam harga �d dapat dibuat, dan harga tersebut ditabulasikan
di bawah ini:
Angka-angka dari F, sudah digambarkan dengan harga-harga Fe yang bersesuaian dalam Gambar l2-16b, dimana
didapatkan:
0,6
0,4
"'� 0,3
0,2
0,1
20 30 40 10 20 30 40 50
1/1 (derajat) 1/J (derajat)
(a) Talud dengan kemiringan (b) Talud dengan kemiringan
1 tegak dan thorisontal 1 tegak dan thorisontal
Gambar 12-1 7 Garis-garis kontur dari angka keamanan-keamanan yang sama (menurut Singh, 1 970).
Tegangan normal cr dalam persamaan di atas [Persamaan (12-53)] adalah sama dengan:
Untuk keseimbangan blok percobaan ABC, momen gaya dorong terhadap titik 0 adalah sama dengan
momen gaya perlawanan terhadap titik 0, atau
Y Wnr
-
sin a n = Y1..
�
-
( c + W,
cos a n
�
tan 4>) (M.n )(r)
atau
� = L wn sin a n
=l n
Mekanika Tanah Jilid 2
188
1881
88
( 12-54)
Catatan: M.n dalam Persamaan (12-54) diperkirakan sama dengan den·gan bn = lebar
potongan nomor n .
188 Mekoniko Tonoh Jilid 2
188
188
0,6 0,6
10 20 50
tp (derajat) tp (derajat)
(c) Talud dengan kemiringan (d) Talud dengan kemiringan
1 tegak dan 1 horisontal I tegak dan 1 ! horisontal
0,6 0,6
0,5
0,1
10 20 40 10 20 30
tp (derajat) t/1 (derajat)
(e) Talud dengan kemiringan (f) Talud dengan kemiringan
1 tegak dan 2 horisontal 1 tegak dan 2,5 horisontal
0,6
0,5
tp (derajat)
(g) Talud dengan kemiringan
1 tegak dan 3 horisontal
Gambar 1 2-18 Analisis Stabilitas dengan metode irisan yang biasa: (a) Permukaan bidang yang dicoba; (b) Gaya yang
beke�a pada irisan nomor n.
189 Mekoniko Tonoh Jilid 2
189
189
Bob 12 • Stabilltas Talud 1 89
(a)
...
�
\
- \
-- a
- - .
\
\
.:::_
:, _ _ _ _
\ \
\
\
. . -\
\ M.
�
\
(b)
190 Mekoniko Tonoh Jilid 2
190
190
Perhati1can bahwa harga an bisa negatif atau positif. Harga an adalah positif hila talud bidang longsor
yang merupa1can sisi bawah dari irisan, berada pada Jcwadran yang sama dengan talud mu1ca tanah yang
merupa1can sisi atas dari irisan. Untu1c mendapat1can ang1ca Jceamanan yang minimum-yaitu, ang1ca Jceamanan
untu1c ling1caran Jcritis-beberapa percobaan dibuat dengan cara mengubah leta1c pusat ling1caran yang
dicoba. Metode ini umumnya di1cenal sebagai "metode irisan yang sederhana (ardinary method ofSlices)".
Untu1c mudahnya, suatu talud dalam tanah yang homogen ditunju1c1can dalam Gambar 12-18. AJcan
tetapi, metode irisan dapat di1cembang1can untu1c talud dalam tanah berlapis-lapis seperti ditunju1c1can
dalam Gambar 12-19. Prosedur umum dari analisis stabilitas adalah sama. Tetapi, ada beberapa hal yang
.
perlu diingat. Selama mengguna1can Persamaan (1 2-54) untu1c menghitung ang1ca Jceamanan, harga-harga
4> dan c tida1c a1can sama untu1c semua potongan. Sebagai contoh, untu1c potongan no. 3 (Gambar 12-19),
Jcita hams mengguna1can sudut geser 4> = 4>3 dan Jcohesi c = c3; dan serupa untuk potongan no. 2, 4> = 4>2
dan c = er
Gambar 1 2-20b menunju1c1can poligon gaya untuk keseimbangan dari irisan nomor n. Jumlahkan
·
atau:
F.
Untuk keseimbangan blok ABC (Gambar 12- 1 8a), ambil momen terhadap 0
( 1 2-57)
c
y,. r/1,. c,
.
· .·-.
Gambar 1 2-19 Analisa stabilitas dengan metoda irisan yang biasa untuk talud pada tanah yang berlapis
Bob 12 • Stabilitos Talud 191
T.
w
.
T. . , w•
!:iT
(b)
Gambar 1 2-20 Metoda irisan menurut Bishop yang sudah disederhanakan: (a) Gaya-gaya yang beke�a pada irisan
nomor n, (b) Poligon gaya untuk keseimbangan.
s (c + cr tan lP) Mn
dengan
T. fi1 (1 2-58)
=
Dengan memasukkan Persamaan (12-56) dan (12-58) ke dalam Persamaan (12-57), didapatkan
=
�(cbn+ W, tan tP + !:lT tan tP) (n) (1 2-59)
F.
dengan
( 12-60)
Untuk penyederhanaan, hila kita mengumpamakan !:lT
=
0, maka Persamaan (12-59) berubah menjadi:
I<
n=l cbn + W, tan lP) (n)
s
F = n�W, sin <Xn1na
(1 2-61)
n=l ·
Bob 12 • Stabllitas Talud Mekonika Tonoh Jilid 2
1 92 1 93
1,2
1 ,1
t:"
1 ,0
0,9
u" . = -10°
0,8
0,7
u. = -20°
0,6
0,5
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 ,0
Perhatikan bahwa F, muncul pada kedua sisi dari Persamaan (12-61). Oleh karena itu, cara coba
coba perlu dilakukan untuk mendapatkan harga Fi Gambar 12-2 1 menunjukkan variasi dari ma(nJ
dengan (tan ,P)IF, untuk bermacam-macam harga a •.
Seperti pada metode irisan sederhana, beberapa bidang longsor harus diselidiki untuk mendapatkan
bidang longsor yang paling kritis yang akan memberikan angka keamanan minimum.
Metode Bishop yang disederhanakan ini mungkin merupakan metode yang paling banyak digunakan.
Bila kita menerapkannya dengan program komputer, maka metode ini akan memberikan basil yang
memuaskan dalam banyak masalah. Metode irisan sederhana diberikan dalam bab ini sebagai contoh.
Metode sederhana ini sekarang jarang digunakan karena dianggap sudah kuno.
CONTOH 1 2-9:
Untuk talud seperti ditunjukkan dalam Gambar 1 2-22, tentukan angka keamanan terhadap kelongsoran untuk bidang
longsor AC yang dicoba. Gunakanlah metode irisan sederhana.
Bob 12 • Stabllitas Talud Mekonika Tonoh Jilid 2
1 92 1 93
Penyelesaian:
Massa yang longsor dibagi menjadi tujuh irisan. Perhitungan yang lain ditunjukkan dalam tabel berikut ini.
lrisan a sin a, a, an an
,
No. (kN/m)
(2) (8)
2 1 ,1
0,81 173,1
5
6 268,8
-9,25
= = =
= tan
oleh tekanan air pori pada dasar potongan nomor n adalah sama dengan u. u..
18 m >--------l.,�l
T
5m
y = 16 kN/m3
= 20 kN/m2
......
c
' = 20°
14 m
�1
B
O
w,
o
_g o / w. w,
I I
w1 I w' '
Bob 12 • Stabllitas Talud Mekonika Tonoh Jilid 2
1 92 1 93
Gambar 1 2-22
Mekanlka Tanah Jllld 2
1 94
(positif)
�
\
\
\
\
\ Pennukaan air tanah
\
\
y \
(positif) \
\ Rembesan
H
+Y
Jadi, Persamaan (12-54) untuk metode irisan yang sederhana akan disempurnakan untuk menentukan:
%W, sin an
F. = ( 12-62)
Begitu juga Persamaan ( 1 2-61) untuk metode irisan yang disederhanakan menurut Bishop akan
disempurnakan ke bentuk:
( 1 2-63)
Perlu diperhatikan bahwa Wn dalam Persamaan ( 12-62) dan (12-63) adalah berat total irisan.
Dengan menggunakan metode irisan dan bermacam-macam asumsi yang lain, Bishop dan Margenstern
( 1960) dan Spencer (1967) memberikan grafik (chart) untuk menentukan angka keamanan dari talud yang
sederhana dengan memperhitungkan pengaruh tekanan air pori.
a. Tinggi talud, H
b. Fungsi kedalaman [seperti didefinisikan dalam Persamaan ( 1 22-48)], D
c. Berat volume tanah, y
d. Parameter-parameter kekuatan geser efektif dari tanah, c dan tP·
Bob 12 • Stabilltos Talud 1 95
e. Rasio tegangan air pori, r". Menurut Gambar 12-23, r" didefinisikan sebagai:
ru =
hy <J>
( 12-64)
u
-- = -
yz yz
f. A. yH tan tP (1 2-65)
c; = C
H
Ns = y F. ( 12-66)
c
Perhatikan bahwa Gambar 12-24 adalah untuk lingkaran-lingkaran kritis yang melalui ujung dasar
talud (critical toe circles), dan Gambar 1 2-25 adalah untuk lingkaran-lingkaran kritis dengan bermacam-
macam fungsi kedalaman, D. Gambar 12-26 dan 1 2-27 adalah untuk lokasi pusat lingkaran kritis yang
m elalui ujung, dasar talud, dan untuk lingkaran dengan bermacam-macam fungsi kedalaman. Parameter
X dan Y didefinisikan dalam Gambar 12-23. Rasio tegangan air pori r", yang digunakan dalam gambar
tersebut adalah harga rata-rata sepanjang permukaan bidang longsor kritis. Untuk menentukan angka
keamanan terliadap kekuatan geser minimum, Anda harus memeriksa lingkaran yang melalui ujung dasar
talud dan juga lingkaran dengan bermacam-macam fungsi kedalaman. Urutan cara mengerjakannya
diberikan dan dijelaskan dalam Contoh 12-10.
350
300
250
200
160
120
100
A. = so
,,
20
"
15
10
20 8
16 6
4
12 3
0 2
0
1
0,5
0
5
5 15 25 35 45
Sudut kemiringan talud, f3 (derajat)
(a) Lingkaran ujung dasar talud (Toe circle), r, = 0
Bob 12 • Stabilltos Talud 1 95
Gambar 1 2-24 Angka stabilitas untuk lingkaran ujung dasar talud yang kritis (menurut Cousius, 1 978).
Mekanika Tanah Jilid 2
1 96
300
250
200
160 '0
"
1 20
....
100
-::)
�- s o
A.'� = 50
vi
� 40
� 30
... 25
� 20 IS
�
10
16 8
6
12 4
10 2
0
5
5 IS 25
�- 40 �
,_;
s
:.; :::
:.0 30
� A.'� = 50
20
� 16 20
IS
12 10
10 6 8
4
0
5
5 15 25
Sudut kemiringan talud, {3 (derajat)
(c) Lingkaran ujung dasar talud (Toe circle), r. = 0,5
350 350
300 300
25 250
200
c
160 Cl.
12 120
A = 50
50 A = 50
:eo:;"
40 40
B 20
:=
30 30
i 20
10
20 20
16 6 16 10
12 12
10 2 10
I
0 0
15 25 35 15 25 35
D= 1 D= 1
- - - - D = 1 .25
D = 1,5
(a)
Gambar 1 2-25 Angka stabilitas untuk lingkaran kritis dengan faktor kedalaman tertentu (menurut Cousius, 1 978).
Mekanlka Tanah Jllid 2
1 98
350
300
250
200
1 60
120
100
50
40
30 6
:C '
,-
� 20
�... 16 20
B 12 10
� 10 6
4
2
0
15 25 45
S•1dut kemiringan talud, {3 (derajat)
r. = 0,5
D=1
D = 1 ,25
D = 1 ,5 (c)
Gambar 1 2-25 (Lanjutan)
CONTOH 1 2 - 1 0:
Tentukan angka keamanan minimum (F) dari suatu talud yang mempunyai parameter sebagai berikut: H = 10,5 m; f3
= sudut kemiringan = 25°; c = 10,5 kN/m; tP = 25°; y = 18,5 kN/m3 , r. = 0,35 (harga rata-rata). Juga tentukan Iokasi dari
Gunakan Gambar 12-24, periksa kemungkinan kelongsoran yang melalui ujung dasar talud. Dari Gambar 12-
24b dan 1 2-24c, untuk r. = 0,25 dan f3 = 25°, N, = 26 dengan D = 1,05. Juga, untuk r. = 0,5 dan f3 = 25°, N, :::
19 dengan D = 1,05.
Langkah 3:
Gunakan Gambar 12-25b, dan 12-25c, untuk r. = 0,25 dan f3 = 25°, N, = 25 dengan D ::: 1,0. Juga, untuk r
.
Langkah 4:
Berdasarkan hasil-hasil yang dilakukan dalam langkah 2 dan 3, dengan cara interpolasi, kita mendapatkan
bahwa lingkaran kelongsoran melalui suatu ke dalaman mendekati D = 1,0. Untuk r. = 0,35, harga minimum N,
adalah sekitar 21,5. Dengan menggunakan Persamaan (1 2-66), kita dapatkan:
(21, 5)(10,5)
F =
N,c
= 1 16
yH (18, 5)(10, 5)
I •
Bob 12 • Stobilitas Tolud Jilid 2
1 99
Mekanlka Tanah
200
2,0
Ac; =
CCl.
3 -
;...I :X::
ci:i. 1 ,0 --
c
tan f3
s
2
><I :X::
A.c; =0
2
0
6
10
20
50
-1,0
5 25 35 45
Sudut kemiringan talud, f3 (derajat)
(a) r, =0
2,0
A, ; = 50
CCl.
c
s
>< I :X:: 20
CCl. 1,0
c
s tan
;... :XI :
0
6
10
20
.K tan f3
. H
-1,0
5 15 25 35 45
Sudut kemiringan talud, f3 (derajat)
(b) r, = 0,25
Bob 12 • Stobilitas Tolud Jilid 2
1 99
Mekanlka Tanah
200
Gambar 1 2-26 Koordinat X dan Y untuk lingkaran ujung dasar talud yang kritis (menurut Cousius, 1 978).
Bob 12 • Stobilitas Tolud Jilid 2
1 99
Mekanlka Tanah
200
-
IO -
-
6 tan
tan f3 20
-1,0 50
5 15 25 35 45
Sudut kemiringan ta1ud, f3 (derajat)
(c) r, = 0,5
Langkah 5:
Untuk menentukan fokasi pusat lingkaran yang paling kritis, perhatikanlah Gambar 12-26 dan Gambar 12-27.
Dari Gambar 12-26b, untuk r. = 0,25, � = 25°, dan A.c, = 8 ,63, harga ("*) tan �= 0,22. Demikian juga, dari Gambar
1 2-26c, (�) tan � = 0,2, dan (jj) tan � = 1,0 1 .
Dari Gambar 12-27b, untuk r. = 0,25, � = 25°, D : : 1, dan Ac; = 8,63, harga ("*) tan � 0,2 ==
dan ( 11) tan J3 1,08. Demikian juga, dari Gambar 12-27c, (t) tan � = 0,21 , dan ( 11) tan � = 1 ,03. Interpolasi
==
4 5 m
H - - _
2,0 -
A
,,
1,0
A
,, =2
0 2
6
10
20
_!_ tan fJ
H
50
-I,O
5 45
Kemiringan talud, � (derajat)
(a) r. =0; D =I
2,0
A ,, =50
c:t:l. IO
1,0 6
!
:o..l::t:
ci:i.
c:
s
><l::t:
0
tan fJ
50
-1.0
5 25 35 45
Kemitingan taiud, � (derajat)
(b) r. "' 0,25; D I =
Gambar 12-27 Koordinat xdan yuntuk lingkaran-lingkaran dengan faktor kedalaman D= 1 (menu rut Cousius, 1978)-
202 Mekanika Tanah Jilld 2
2,0
\;=50
10
1,0
<:o.. X. tan f3
= H
s
:...l::r::
= A. ;=2
s ,
0
><l::r:: 6
10
20
X... tan f3
H
-1,0
5 15 25 35 45
Tekanan air pori pada titik P (Gambar 12-28a) akan terus bertambah selama pembangunan timbunan
berlangsung, seperti ditunjukkan dalam Gambar 12-28c, pada saat t = t1, u = u1 > lryw. Hal ini disebabkan
proses keluamya air pori dari lapisan lempung terjadi dengan kecepatan yang rendah. Akan tetapi, setelah
pembangunan timbunan selesai (yaitu, t > t1), tekanan air pori akan berkurang secara perlahan dengan
bertambahnya waktu, yang berarti proses konsolidasi juga terjadi. Pada saat t = t 2, maka
U = lryw
Untuk penyederhanaan, apabila kita menganggap bahwa pembangunan timbunan dilakukan sangat
cepat, dan boleh dianggap bahwa air pori tidak sempat mengalir ke luar selama pembangunan timbunan,
maka kekuatan geser rata-rata dari lempung akan tetap dari t =0 sampai t = t1 , atau 't1 = c. (kekuatan
geser dalam keadaan undrained air pori tidak ke luar). Kondisi ini ditunjukkan dalam Gambar 12-28d.
Untuk t > tl' selama proses konsolidasi berlangsung, harga kekuatan geser 't1 akan bertambah secara
perlahan. Pada saat t ;::: t2 - yaitu, setelah proses konsolidasi selesai - kekuatan geser rata-rata dari lapisan
lempung akan sama dengan (Gambar 12-28d) 't1 = c + a' tan tf> (kekuatan geser dalam keadaan air
teralirkan/air pori telah mengalir ke luar). Angka keamanan sepanjang permukaan bidang longsor dapat
dituliskan sebagai:
Kekuatan geser rata-rata dari lapisan lempung sepanjang
permukaan bidang longsor 't 1 (Gambar 12-28d)
(12-68)
Tegangan geser rata- rata 't, sepanjang permukaan
bidang longsor (Gambar 12-28b)
Perilaku umum variasi angka keamanan F, terhadap waktu ditunjukkan dalam Gambar 12-28c. Seperti
dapat dilihat dari gambar tersebut bahwa harga awal F, akan berkurang dengan waktu. Pada saat akhir
pembangunan (waktu t = t1), harga angka keamanan adalah minimum. Di luar titik tersebut, harga F, akan
terus bertambah dengan mengalimya air pori keluar sampai saat t = t •
2
Bob 12 • stabllltas Talud 203
Timbunan
B
Muka tanah
___ __
_
__
_
Y _muka air
h -=- tanah
· + -- p
(a)
Tinggi timbunan
I
I
I
+
'• tz
(b)
·c
8.
...
·a
=
<U
01)
=
<U
01)
�
'· tz Waktu
(c)
t"'�
.g
=
.s
...
"
"'
"
01)
=
<U
I
'Oi I
;:l
� I
:.::
~
.
c
"'
,:::
~"'... I
I
"""' I
~,::: I
I
<
t, 'z
Waktu
Gambar 12-28 Variasi angka keamanan terhadap waktu untuk timbunan di atas lempung lembek (digambar lagi setelah
Bishop dan Bjernnen, 1960).
Mekanlka Tanah Jilid 2
204
(a)
1
Tegangan geser rata-rata t, pada
1 permukaan yang ditinjau
melalui P
I
I
t2 Waktu
Gambar 1 2-29 Variasi angka keamanan dari talud galian dalam tanah lempung lembek (digambar lagi setelah Bishop
dan Bjerrmen, 1 960).
�
(positif)
~
·c
8.
I
t, t
Waktu
(c)
...�
-a"
�
'•
12 Waktu
(d)
..-
�
g
1:!
.ri
01)
�
,, 12 Waktu
(e)
Kekuatan geser untuk kondisi air termampatkan air pori tidak mengalir ke luar yang didapat dari uji vane
di lapangan adalah = 250 ± 50 lb/ft2 (:= 12 ± 2,4 kN/m2).
kekuatan geser untuk kondis_i rusak = 25 ± 5 b/ff (::: I,2 ± 0,24 kN/m2)
batas cair = 35 ± 5
batas plastis = 20 ± 2
Selama pelaksanaan pembangunan uji timbunan, timbunan diletakkan pada kecepatan yang cukup
seragam dalam periode sekitar satu bulan. Keruntuhan talud (I tegak: 4 datar) terjadi pada tanggal 6 juni
1968, malam hari. Tinggi timbunan pada saat runtuh adalah 21,5 ft (6,55 m). Gambar 12-31 menunjukkan
permukaan keruntuhan talud y�ng sebenamya. Perputaran bagian talud yang ditunjukkan dalam Gambar
12-31 adalah "keruntuhan sebelum" bagian talud berputar dengan sudut 13 derajat terhadap suatu titik W
45 ft, elevasi 51 ft.
Ladd (1972) melaporkan analisis stabilitas tegangan total (konsep rp = 0) dari talud yang runtuh
dengan menggunakan metode Bishop yang disederhanakan. Variasi dari kekuatan geser dalam kondisi air
pori tidak mengalir ke luar (c) yang digunakan untuk analisis stabilitas, diberikan di bawah. Perhatikan
bahwa harga-harga tersebut belum dikoreksi dengan Persamaan (9-48).
.. uji vane
laut rata-rata)
20 15
5 0
-10
,
"
<, : i'
o ,� o,
1\.)
0
0.
� -30
�- , ·
·: . ......-.. _:..-;..� .. �-t.�: ;:·,
�
Gambar 12-30 Penampang melintang melalui garis tengah bagian eksperimental di mana pengukuran diadakan, arah
utara (menurut Ladd , 1972).
�
�
<-
�
"'
Bob 12 • stabilitas Talud 207
Garis tengah
50
40
30
i\ ��p u�g
S 0 lembek
_
sebelum runtuh
_
"'
'"
--- setelah runtuh
>
.!:! -- - bagian yang berputar
w
Pasir-lanau
_20 =:,.
120 110 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 10 20 30
Jarak (ft)
Gambar 1 2-31 Penampang melintang bagian eksperimental di mana pengukuran dilakukan, saat sebelum dan sesudah
runtuh (menurut Ladd, 1972).
Permukaan keruntuhan
kritis (dari test vane)
Lempung lembek
' ...
............... ......
Lanau-pasir y = 130 lb/ft3; 1/1 30°
-20
=
120 100 80 60 40 20 0
Gambar 1 2-32 Hasil analisa stabilitas tegangan total (menurut Ladd, 1972).(Catatan: SHANSEP = Stress Ustary and
Normalized Soil Engineering Properties).
Angka keamanan (F) yang didapat dari analisis stabilitas untuk lingkaran kritis dari kelongsoran
adalah 0,88. Lingkaran kritis dari kelongsoran tersebut ditunjukkan dalam Gambar 12-32. Angka keamanan
untuk bidang longsor yang sesungguhnya, yang didapat dengan menggunakan metode Bishop yang
disederhanakan adalah 0,92. Untuk perbandingan, bidang longsor yang sesungguhnya juga ditunjukkan
dalam Gambar 12-32. Perhatikan bahwa dasar dari bidang longsor yang sesungguhnya berada sekitar
3 ft (0,91 m) di atas bidang longsor kritis yang ditentukan secara teoretis.
Mekanika Tanah Jilid 2
208
Garis
Irisan n >m
Irisan n =m
Irisan n = I
�'; Irisan
"
�
" 20 : : ·
..!:! ·.
" .
...
.
::l
E
5 0
Lempung
·u
;
"
>
'"
�
Pasir dan lanau
20
120 80 60 20 0 20 30
Jarak (ft)
Para pembaca dapat memeriksa angka keamanan F,, untuk permukaan bidang longsor yang sebenamya
sebagai pekerjaan rumah. Garis besar cara mengerjakannya adalah sebagai berikut.
Gambar 12-33 menunjukkan bagian timbunan (embankment) dan bidang longsor yang sesungguhnya.
Untuk penyederhanaan, lapisan tanah tidak ditunjukkan dalam gambar tersebut. Pada Gambar 12-33,
dasar potongan No. n =1 sampai dengan ini adalah dalam tanah pasir (c =0). Dasar dari potongan No.
n = m + 1 sampai dengan n =p adalah dalam tanah lempuQg. Untuk analisis tegangan total dengan
metode Bishop yang disederhanakan, Persamaan (12-61) mungkin digunakan. Karena untuk potongan no.
1 sampai dengan m, c =0, dan untuk potongan No. m+ 1 sampai dengan p, tP =0 dan c =c•• maka:
-
m<a> • m(a).
F •=I •=m+l
+ (12-69)
rw. sin �w. sin
=
s n-m
a. a.
n=l n=m+l
Perhatikan bahwa w.
pada persamaan di atas adalah berat total dari potongan di bawah konstruksi untuk
menghitung w
kita dapat menggunakan harga berat volume tanah jenu yang diberikan oleh Ladd (1972).
•.
Ladd (1972) juga melaporkan analisis stabilitas talud didasarkan pada variasi harga rata-rata kekuatan
batas kondisi air termampatkan dari lapisan lempung sebagaimana ditetapkan dengan menggunakan "tress
thistary And Normalized Sail Engineering Properties" (SHANSEP). Uraian lebih rinci untuk mendapatkan
harga c. dengan cara ini adalah di luar lingkup buku ini. Akan tetapi, basil akhir dari harga c. tersebut
dapat Anda peroleh dalam tabel berikut:
Bob 12 • Stabllitos Talud 209
laut
5
-
25
,
-5
-10
Dengan menggunakan harga rata-rata c", di atas, analisis stabilitas dengan metode Bishop yang
disederhanakan memberikan basil sebagai berikut:
Gambar 12-32 juga menunjukkan permukaan bidang longsor kritis yang ditentukan dengan menggunakan
harga c" yang didapat dari SHANSEP.
Dengan mengacu pada hasil-hasil sebelumnya, kita dapat menggambarkan kesimpulan sebagai berikut:
a) Bidang longsor yang sebenamya dari talud dengan ketinggian terbatas, merupakan lengkung dari
lingkaran.
b) Ketidak cocokan antara bidang longsor kritis yang diperkirakan dengan bidang longsor yang sebenamya
pada dasamya disebabkan oleh perbedaan asumsi dari kekuatan geser. Harga c" dan SHANSEP
memberikan Fs = 1, dan permukaan bidang longsor kritis memberikan harga Fs yang hampir sama
dengan bidang longsor sebenamya.
Kasus lapangan ini merupakan contoh lain yang menunjukkan pentingnya evaluasi yang benar
terhadap parameter tanah yang akan digunakan, untuk memperkirakan stabilitas bermacam-macam struktur/
konstruksi.
SOAL-SOAL
12-1 Untuk talud seperti yang diberikan dalam Gambar Pl2-l, tentukan tinggi H, untuk keseimbangan kritis.
Diketahui � = 20°
--- --�
-
H
y= I 00 lb/ft'
( tanah keras)
Gambar P12-1
Mekanika Tanah Jilid 2
21 0
12-3 Lihat Gambar Pl2-l. Gambar grafik Her lawan kemiringan talud � (untuk � dari 15° s/d 30°).
12-4 Talud dengan ketinggian tak terbatas ditunjukkan dalam Gambar 12-4. Tentukan angka keamanan terhadap
kelongsoran sepanjang bidang AB. Diberikan H 4 m. Perhatikan bahwa ada rembesan melalui tanah, dan
=
�Arab rembesan
G, = 2,65
e = 0,7; c = 15 kN/m2
� = 20°
Gambar P12-4
12-5 Suatu talud dengan tinggi terbatas ditunjukkan dalam Gambar P12-5. Anggap bahwa keruntuhan talud terjadi
sepanjang suatu bidang rata (asumsi culmann), tentukan tinggi talud untuk keseimbangan kritis.
12-6 Lihat Gambar P12-5 , tentukan tinggi ta1ud H, yang akan mempunyai angka keamanan terhadap kelongsoran
sebesar 2. Anggap bahwa bidang longsor kritis adalah lurus/rata.
12-7 Lihat Gambar P12-5. Apabila H = 3,96 m, berapakah angka keamanan terhadap kelongsoran? Anggap
bahwa bidang kritis adalah rata.
12-8 Tentukan tinggi dari talud dengan tinggi terbatas yang mempunyai kemiringan tegak = 1 dan horisontal =
2, yang harus mempunyai angka keamanan = 2 terhadap kelongsoran. Untuk tanah, diberikan:
c = 18 kN/m2
1/J 20°
=
p = 1 700 kg/m3
��:::·· .
..
� = wo
c = 9,6 kN/m2
y = 15,72 kN/m3
1
Gambar P1 2-5
Bob 12 • stabllltos Talud 211
12-9 Suatu talud dari galian dibuat di dalam tanah lempung (Gambar P12-9). Diketahui c. 500 lb/ff =
(lP 0) dan y = 11 0 lb/ft3• Talud mempunyai sudut kemiringan 56° dengan horisontal. Tentukan kedalaman
=
maksimum galian yang dapat dibuat. Anggap bahwa permukaan bidang longsor kritis merupakan lengkung
lingkaran. Bagaimanakah bentuk asli dari bidang longsor? (yaitu lingkaran ujung dasar talud, lingkaran
lereng talud, atau lingkaran titik tengah)?
.· ·.: . :·. •. . . ; : .·
y = ll0 lb/ft'
c. = 500 lblft'
IP = O
H
Gambar P1 2-9
12-10 Untuk talud galian seperti dijelaskan pada Soal 12-9, apabila kita menghendaki angka keamanan terhadap
kelongsoran = 2, berapakah kedalaman galian harus dibuat?
12-11 Gunakan grafik yang diberikan dalam Gambar 12-9. Tentukan tinggi talud, tegak = 1 dan horisontal 1/2
dalam tanah lempung jenuh yang mempunyai kekuatan geser kondisi air termampatkan 32, 55 kN/m2• =
Angka keamanan terhadap kelongsoran yang diinginkan adalah = 2. Diketahui y = 18,9 kN/m3•
12-12 Lihat Soal 12-11. Berapa tinggi talud yang kritis? Bagaimanakah perilaku bidang lengkung kritisnya? Tentukan
juga jari-jari bidang kritis tersebut!
12-13 Untuk talud seperti ditunjukkar. dalam Gambar P12-1 3. Tentukan angka keamanan terhadap kelongsoran
untuk bidang longsor AC yang dicoba.
Jari-jari p = 36 ft
Gambar P 1 2- 13
12-14 Suatu talud galian dibuat dalam lapisan tanah lempung yang jenuh. Talud dibuat dengan kemiringan 40°
terhadap bidang datar. Kelongsoran talud akan teljadi bila galian mencapai kedalaman 6, 1 m. Hasil penyelidikan
tanah terdahulu menunjukkan bahwa lapisan batuan terletak pada kedalaman9, 15 meter di bawah permukaan
tanah. Anggaplah bahwa teljadi kondisi air termampatkan dan Y,., 17, 29 kN/m3; tentukan:
=
a) Kohesi untuk kondisi air termampatkan dari lempung (gunakan grafik Taylor, Gambar 12-9).
b) Bagaimanakah bentuk bidang kritis yang sebenarnya?
c) Dengan memperhatikan ujung dasar, talud, pada jarak berapa bidang Iongsor memotong dasar galian?
21 2 Mekanika Tanah Jilid 2
12-15 Apabila talud galian yang dijelaskan pada Soal IZ-I4 dibuat sedemikian rupa sehingga H e, = 7,6Z m, pada
sudut berapa talud tersebut harus dibuat terhadap bidang datar (gunakan grafik dari Taylor dan hasil-hasil
dari Soal 11 - I4a).
12-16 Perhatikan Gambar PIZ-I6 dan gunakan grafik Taylor (Gambar IZ-I5) untuk menyelesaikan soal�soal berikut
ini:
H
c
l
Gambar P12-16
a) Apabila n' = Z, t/J =10°, c = 700 lb/ft2, dan y = 110 lb/ftl, tentukan tinggi kritis dari talud
b) Apabila n' = I, t/J =zoo, c = 400 lb/ft2, dan y = II5 lb/ft3, tentukan tinggi kritis dari talud
c) Apabila n' = Z,5, t/J = 12°, c = Z3,94 kN/m2, dan y = I6,5I kN/ml, tentukan tinggi kritis dari talud
Apabila n' =1 , t/J = I5°, c = I8 kN/m3, dan y = I7,I kN/m2, tentukan tinggi kritis dari talud.
12-17 Perhatikan Gambar PIZ-I6 dan gunakan Gambar IZ-I5 (pada halaman 00)0, tentukan angka keamanan
terhadap kelongsoran untuk kasus-kasus sebagai berikut:
a) n' = Z, t/J =1 0°, c = 700 lb/ft2, y =1 1 0 lb/ftl, dan H =50 ft
b) n' = I, t/J =zoo, c = 400 lb/ft2, y =115 lb/ft3, dan H =30 ft
c) n' =Z,5 t/J =12°, c = Z3,94 kN/m2, y = I6,5 I kN/m3 dan H = IZ m
d) n ' = I, t/J = I5°, c = I8 kN/m2, y = I7,I kN/mJ, dan H =5 m
12-19 Perhatikan Gambar PIZ-I9 dan gunakan metode irisan yang biasa; tentukan angka keamanan terhadap
kelongsoran untuk kasus-kasus percobaan berikut:
a) n' = I, t/J =zoo, c = 400 lb/ft2, y = II5 lb/ft3, H = 40 ft, a = 30°, dan (J =70°
b) n' = I, t/J = I5°, c = I8 kN/m2, y = I7,I kN/m3, H = 5 m, a = 30°, dan (J =80°
I
I
I
I
I y
I
H c
I
I rp
I
I
I
I
I
Bob 12 • Stobilitos Tolud 213
12-20 Selesaikan soal-soal 1 2- 1 9a dan b dengan metode yang disederhanakan menurut Bishop.
12-21 Tentukan angka keamanan minimum F dari talud dengan parameter berikut:
H = 25 ft, � = 30°, lP = 20°, c = 1 0 0 iblft2, y = 1 1 5 lb/ftl dan r. = 0,25. Gunakan grafik Cousius
12-22 Tentukan perkiraan lokasi dari lingkaran kritis untuk talud yang diberikan pada Soal 1 2-2 1 .
12-23 Ulangi Soal 1 2-2 1 untuk berikut: H = 15 m, � = 20°, lP = 1 5°, c = 20 kN/m2, y = 1 7,5 kN/m3 , dan r. = 0,5.
NOTASI
Simbol-simbol berikut dipakai dalam bab ini
Simbol Keterangan
� lnggris
Yunani
a sudut
f3 kemiringan talud terhadap horisontal
y berat volume
y' berat volume efektif
Y,., berat volume jenuh
Referensi
Bishop, A.W. ( 1 955). "The Use of Slip Circle in the Stability Analysis of Eart Slopes," Geotechnique, Vol.5, No. 1 ,
7- 1 7 .
Sishop, A . W . , and Bjerrum, L . (1 960). "The Relevance o f the Triaxial Test tothe Solution o f Stability Problems,"
Proceedings, Research Conference on Shear Strength of Cohesive Soils, ASCE, 437-50 1 .
Bishop, A. W., and Morgenstem, N.R. ( 1 960). "Stability Coefficients for Earth Slopes," Geotechnique, Vol.IO, No.4,
1 29- 1 49.
Cousins, B.F. (1978). "Stability Charts for Simple Earth Slopes," Journal of the Geotechnical Engineering Division,
ASCE, Vol. 1 4, No. GT2, 267-279.
Culmann, C. (1875). Die Graphische Statik, Meyer and Zeller, Zurich.
Fellenius, W. ( 1 927). Erdstatische Berechnungen, Revised Edition, W. Emst u. Sons, Berlin.
Ladd, C.C. ( 1 972). "Test Embankment on Sensitive Clay," Proceedings, Conference on Performance of Earth and
Earth-Supported Structures, ASCE, VOI . l , Part 1 , 1 01 -1 28.
Singh, A. ( 1 970). "Shear Strength and Stability of Man-Made Slopes," Journal of the Soil Mechanics and Foundations
Division, ASCE, Vol.96, No.SM6, 1 879-1 892.
Spencer, E. ( 1 967. "A Method of Analysis of the Stability of Embankments Assuming Parallel Inter-Slice Forces,"
Geotechnique, Vol. 17, No. l , 1 1 -26.
Taylor, D.W. ( 1 937). "Stability of Earth Slopes," Journal of the Boston Society of Civil Engineers, Vol.24, 1 97-246.
Terzaghi, K ., and Peck, R.B. ( 1 967). Soil Mechanics in Engineering Practice, 2nd ed., Wiley, New York .
.,
13
Eksploitasi Lapisan
Tanah
Pada dua belas bab terdahulu, kita telah menelaah sifat-sifat dasar tanah dan perilakunya akibat tegangan
dan regangan dalam keadaan ideal. Pada kenyataannya di lapangan, deposit tanah alarniah tidaklah
homogen, elastis, ataupun isotropis. Di beberapa tempat, lapisan-lapisan dari suatu deposit tanah mungkin
berbeda sekali dari satu tempat ke tempat yang lain, sekalipun hanya beijarak horisontal sekitar 15 sampai
30 m saja. Untuk perencanaan suatu pondasi, kita perlu mengetahui dahulu susunan lapisan tanah yang
sebenamya pada suatu tempat, kita juga perlu mengetahui basil pengujian laboratorium dari sampel tanah
yang diambil dari berbagai kedalaman lapisan tanah, dan mungkin kalau ada - perlu diketahui pula basil
pengamatan lapangan yang dilakukan sewaktu pembangunan gedung-gedung atau bangunan-bangunan
lain yang didirikan dalam kondisi tanah yang serupa. Untuk hampir semua bangunan-bangunan besar,
eksplorasi mencukupi. Adapun tujuan eksplorasi (penyelidikan) lapisan tanah ini pada umurnnya mencakup
maksud-maksud berikut:
a) Untuk menentukan kondisi alamiah dan lapisan-lapisan tanah di lokasi yang ditinjau;
b) Untuk mendapatkan sampel tanah asli (undisturbed) dan tidak asli (disturbed), dengan maksud untuk
mencari jati-diri (meng-identifikasi), tanah tersebut secara visual dan melakukan pengujian labora
torium yang perlu;
c) Untuk menentukan kedalaman tanah keras, hila memang memungkinkan dijumpai sampai kedalaman
maksimum yang dirasa perlu;
d) Untuk melakukan uji lapangan (in-situ field test) seperti uji rembesan (Bab 4), uji geser vane
(Bab 9), dan uji penetrasi yang baku;
e) Untuk mengamati kondisi pengaliran air (tanah) ke dan dari lokasi tanah tersebut; dan
f) Untuk mempelajari kemungkinan timbulnya masalah khusus perilaku bangunan yang sudah ada di
sekitar lokasi tersebut.
Pada bab ini, kita akan membahas secara ringkas teknik eksplorasi lapisan tanah. Pembaca juga karni
sarankan untuk mengacu pada buku Manual on Foundation Investigation dari AASHTO (the American
Association of State Highway and Transportation Officials), tahun 1967, untuk tambahan informasi.
216 Mekanika Tonah Jilid 2
Program eksplorasi tanah pada suatu bangunan secara umum dapat dibagi menjadi empat katagori utama,
yaitu:
1. Memisahkan informasi yang telah ada dari bangunan yang akan didirikan.
Informasi ini meliputi tipe bangunan dan penggunaannya di masa depan, ketentuan peraturan bangunan
lokal, dan informasi tentang kolom bangunan berikut dinding-dinding pendukung beban. Bila eksplorasi
tersebut adalah untuk pondasi jembatan, kita harus mengetahui lebih dahulu panjang bentang jembatan
dan perkiraan beban yang harus dipikul oleh masing-masing pilar dan pangkal jembatan (abutment).
2. Mengumpulkan informasi yang telah ada untuk kondisi tanah dasar setempat
Program eksplorasi tanah akan menghasilkan penghematan yang besar bila para geolog yang
mengepalai proyek tersebut lebih dahulu melakukan telaah yang cermat terhadap informasi yang
telah ada tentang kondisi tanah di tempat tersebut. Informasi yang berguna dapat diperoleh dari
beberapa sumber seperti:
a) peta sigi (survey) geologis
b) peta agronomi yang dibuat oleh U.S. Department of Agriculture
c) manual tanah yang diterbitkan oleh bagian jalan raya dari negara-negara bagian, dan
d) laporan-laporan yang sudah ada tentang hasil eksplorasi tanah dari bangunan-bangunan di sekitar
lokasi tersebut.
Informasi-informasi yang diperoleh dari sumber-sumber di atas akan dapat memberikan gambaran
yang lebih "dalam" tentang jenis-jenis tanah dan masalah-masalah yang mungkin akan dijumpai
pada saat pengeboran tanah yang sesungguhnya.
Geolog yang bersangkutan seyogyanya melakukan inspeksi visual terhadap lokasi dan daerah
sekitamya. Dalam banyak kasus, informasi yang diperoleh dari peninjauan lapangan seperti ini akan
banyak berguna dalam perencanaan kelak. Jenis tumbuhan di daerah lokasi, misalnya, dapat
memberikan beberapa gambaran tentang jenis tanah dasar yang akan dijumpai. Kemudahan mencapai
tempat itu dan kondisi drainase daerah tersebut juga segera dapat diketahui. Pembuatan potongan
tanah secara terbuka (open cut) dapat memberikan gambaran tentang bentuk lapisan-lapisan tanah
di tempat itu. Retakan yang terjadi pada dinding bangunan di sekitar tempat itu mungkin dapat
menunjukkan adanya penurunan tanah (settlement) akibat lapisan tanah lempung yang lembek atau
adanya tanah lempung yang "mengembang".
Termasuk dalam tahap ini adalah pelaksanaan beberapa uji pengeboran di lokasi dan pengumpulan
sampel tanah asli, dan tidak asli dari berbagai kedalaman untuk diinspeksi langsung atau untuk diuji
di laboratorium. Tidak ada rumus atau pedoman yang pasti dan cepat untuk menentukan jumlah titik
pengeboran atau kedalaman tanah sampai di mana pengeboran harus dilakukan. Pada umurnyn a
untuk bangunan, sekurang-kurangnya satu pengeboran pada bangunan dapat dilaksanakan sebagai
permulaan. Uji pengeboran tambahan dapat saja dilakukan tergantung dari seragam atau tidaknya
kondisi tanah di tempat itu. Pada Tabel 13-1 diberikan ancar-ancar jarak antar lubang bor untuk
perencanaan.
Uji pengeboran lapangan seharusnya dilaksanakan melalui seluruh lapisan tanah yang "jelek" dan
sampai mencapai tanah yang kokoh. Sowers and Sowers (1 970) telah memberikan perkiraan kasar untuk
kedalaman pengeboran yang minimum (kecuali kalau lapisan tanah keras/cadas dijumpai pada kedalaman
yang lebih dangkal) untuk gedung bertingkat banyak. Perkiraan kedalaman tersebut adalah seperti persamaan
berikut:
Bangunan ringan dari baja dan bangunan ramping dari beton
Pada Persamaan ( 13- 1) dan (13-2), zb adalah perkiraan kedalaman pengeboran, dan S adalah jumlah
lantailtingkat bangunan
The American Society of Civil Engineers (1 972) telah menetapkan pedoman "kasaran" untuk
memperkirakan kedalaman pengeboran, untuk eksplorasi tanah dari bangunan gedung-gedung. Pedoman
tersebut adalah sebagai berikut:
a) Memperkirakan besamya kenaikan tegangan bersih !lp, berikut variasinya dengan kedalaman yang
mungkin terjadi akibat didirikannya bangunan tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan mengikuti
prinsip-prinsip dari Bab 6. Kemudian, menentukan kedalaman tanah D., di mana harga !lp hanya
tinggal 1 0% saja dari beban rata-rata dari bangunan per satuan luas.
b) Menggambar (plot) kurva variasi tegangan vertikal efektif (cr') dalam lapisan tanah sebagai fungsi
kedalaman. Kemudian, membandingkan kurva tadi dengan kurva variasi kenaikan tegangan (!lp)
dengan kedalaman yang diperoleh dari langkah a di atas. Selanjutnya, menentukan kedalaman D2
dengan !lp = 0,05 cr'
c) Memperkirakan harga terkecil antara D1 dan D2 untuk kedalaman uji pengeboran minimum.
Bila eksplorasi tanah tersebut untuk bangunan dam dan talud (embangmen), maka kedalaman
pengeboran harus ditetapkan antara setengah sampai dua kali tinggi timbunan dam atau talud tersebut.
Cara-cara yang umum untuk melaksanakan uji pengeboran di lapangan dan prosedur untuk
mengumpulkan sampel tanah akan kita bahas pada uraian berikut.
5 m). Kedua alat tersebut dapat digunakan untuk pekerjaan eksplorasi tanah untukjalan raya dan bangunan
bangunan kecil. Informasi tentang tipe tanah yang ada pada berbagai kedalaman, dapat diperoleh dengan
melihat langsung jenis tanah yang tertinggal sepanjang auger tersebut. Sampel tanah yang kita peroleh
Mekanika Tanah Jilid 2
21 8
(a) (b)
Gambar 1 3-1 Auger tanah: (a) Auger lwan; (b) Auger kapal .
dengan cara ini adalah tidak asli (disturbed), tetapi sampel-sampel tersebut dapat kita gunakan dalam uji
di laboratorium seperti analisis butiran dan batas-batas Atterberg.
Bila lubfmg bor hendak diteruskan lebih dalam lagi, maka metode yang paling sering digunakan
ialah dengan auger berulir menerus (continuous flight auger). Auger ini bertenaga mesin. Tenaga untuk
mengebor dihasilkan oleh sebuah kerangka pengebor (drilling rig) yang ditumpangkan di atas traktor atau
truk. Auger berulir menerus ini tersedia di pasar dengan ukuran 3-5 ft (1-1,5 m). Pada saat melaksanakan
pengeboran, bagian demi bagian dapat disambung-sambung dan lubang bor dengan sendirinya bertambah
dalam. Auger berulir menerus ini dapat berupa alat bergagang solid ataupun bergagang berlubang.
Yang umum dipakai untuk alat yang bergagang solid adalah yang berukuran diameter luar 2 f in
(66,68 mm), 3t in (82,55 m), 4 in. (101,6 mm), dan 4t in (114,3 mm). Untuk alat yang bergagang
berlubang, ukuran diameter luar dan dalam adalah sebagai berikut:
Auger berulir ini mampu membawa tanah yang lepas dari dasar lubang bor ke permukaan tanah. Operator
dapat mendeteksi adanya perubahan jenis tanah ini, yaitu dari perubahan kecepatan dan suara pada saat
pengebor'an. Gambar 13-2 menunjukkan kegiatan pengeboran dengan auger berulir. Bila kita menggunakan
auger bergagang solid, auger ini harus dicabut ke atas secara berkala untuk mendapatkan sampel tanah
dan juga untuk melakukan pengujian yang lain seperti uji penetrasi yang baku. Auger bergagang berlubang
mempunyai keunggulan yang nyata, yaitu auger tersebut tidak harus sering dicabut untuk pengambilan
Bob 13 • Eksplorasi Lapisan Tanah 21 9
Gambar 13-2 Pengeboran tanah dengan auger berulir (dari Danny R. Anderson, El Paso, Texas).
Gambar 13-3 Gambar potongan dari auger bergagang berlubang dengan tutup ujung yang dapat E!ilepas.
220 Mekanlka Tanah Jilid 2
sampel tanah atau untuk pengujian lainnya. Seperti yang kita lihat pada Gambar 13-3, bagian luar auger
bertindak sebagai selubung (casing). Sebuah tutup yang dapat dicabut ke atas dipasang di dasar auger
dengan bantuan sebuah batang tengah. Pada saat pengeboran, tutup tersebut dapat ditarik ke atas sedangkan
auger dibiarkan tetap di tempat, dan kemudian pengambilan sampel tanah dan uji penetrasi yang baku
dapat dilakukan lewat lubang di tengah auger tersebut. Bila auger bergagang berlubang tersebut digunakan
pada tanah-tanah berpasir di bawah permukaan air, ada kemungkinan bahwa pasir akan terdorong oleh
tekanan hidrostatis beberapa puluh cm ke dalam lubang auger begitu saat tutup diambil. Kalau kondisinya
demikian, tutup tersebut tidak perlu digunakan, dan sebaliknya air di dalam lubang auger hams dijaga
selalu lebih tinggi dari permukaan .air tanah.
Pengeboran sistem putar (rotary drilling) ialah suatu cara pengeboran menggunakan mata bor (drilling
bit) yang berputar cepat, yang dipasang pada ujung bawah batang bor, dan bekeija untuk memotong dan
menghancurkan tanah di sekitarnya dalam prosesnya membuat lubang bor lebih dalam lagi. Pada saat ini,
ada beberapa tipe mata bor yang tersedia untuk tujuan tersebut. Bor putar dapat digunakan di pasir
lempung, atau batuan (kecuali kalau batuannya sangat pecah-pecah). Air atau lumpur bantu pengeboran
(drilling mud) dapat dipaksakan (ditahan) ke bawah melalui lubang tengah dan mengalir melalui celah
diantara mata bor, dan pada saat air atau lumpur tadi kembali ke atas (lewat luar bor), air tersebut akan
membawa bahan-bahan tanah basil pengeboran tadi ke pennukaan. Lumpur bantu pengeboran (drilling
mud) berwujud lumpur agak cair dibuat dari campuran antara bentonite dan air. Bentonite adalah lempung
montmorillonite yang terbentuk dari basil pelapuhan abu vulkanis. Dengan cara ini, lubang bor dengan
diameter berkisar antara 2 sampai 8 in (50,8 sampai 203,2 mm) dapat dengan mudah dibuat.
Pipa bertekanan
Sepatu pemotong
berkecepatan tinggi
silinder selubung baja (casing) dengan panjang kira-kira 6 sampai 10 ft (2 sampai 3 m) dimasukkan
Pengeboran sistem cuci (wash boring) adalah satu cara lain untuk mengebor tanah. Pada metode ini,
(ditumbukldipukul) ke dalam tanah. Tanah di dalam selubung tersebut kemudian dikeluarkan dengan
bantuan "mata pengeruk" (shopping bit) yang dipasang di ujung batang bor. Kemudian air dipaksa masuk
melewati batang bor, dan air tersebut mengalir dengan kecepatan tinggi melewati lubang diantara batang
bor (Gambar 13-4). Air ini bersama dengan partikel-partikel tanah basil pengeboran, kemudian mengalir
keluar ke permukaan tanah via lubang bor (antara selubung dengan batang bor) dan tumpah di atas
puncak selubung lewat sebuah sambungan T. Air "pencuci" ini dikumpulkan kembali dalam suatu bak.
Selubung baja (casing) dapat disambung-sambung dengan selubung lainnya hila lubang bor bertambah
dalam. Selubung tambahan tidak diperlukan hila lubang bor dapat tetap terbuka tanpa bantuan selubung
(tanah didinding lubang tidak "ambrol" ke dalam lubang).
Pengeboran sistem tumbuk (percussion drilling) juga dapat kita gunakan untuk memperdalam lubang
bor, terutama pada tanah-tanah yang keras dan batuan. Dengan cara ini, sebuah mata bor yang berat dan
kokoh dapat ditumbukkan untuk menghancurkan tanah keras. Selubung baja mungkin juga diperlukan
pada sistem pengeboran ini. Tanah yang sudah hancur kemudian dibasuh keluar lubang dengan cara
pengaliran air (seperti pada pengeboran sistem cuci).
I
18 in.
(457,2 mm)
dalaman yang diinginkan, alat bor diangkat
ke atas. Alat pengambil sampel tanah
(sampler) split spoon kemudian dipasangkan
ke ujung batang pengebor dan diturunkan
kembali ke dasar lubang bor. Alat sampler
tersebut kemudian di paksa menembus tanah
Sepatu pemotong �
T
l
3 in.
di dasar lubang bor dengan cara dipukul sistem (76,2 mm)
1
(34,9 mm)
penumbuk. Penumbukan dilakukan pada
puncak batang bor. Biasanya palu penumbuk
Gambar 13-6 Alat sampler split spoon yang telah dibongkar (diambil dari Soil test, Inc. Evanston, Illinois).
Di samping itu, kita hams mencatat jumlah pukulan yang
diperlukan untuk menancapkan alat sampler setiap interpal 6 in
(152,4 mm) dan pencatatan dilakukan sebanxak tiga kali
Batang pengebor
kedalaman 5 ft ( 1 ,5 m).
""
-D,
ujung batang pengebor dan kemudian diturunkan ke dasar lubang bor. Setelah itu, secara hidrolis batang
ditekan masuk ke dalam tanah dan kemudian ditarik ke atas lagi. Tabung sampler dengan tanah "tertangkap"
di dalamnya, kemudian ditutup rapat dan dibawa ke laboratorium untuk diuji. Tabung sampler berdinding
tipis yang paling umum digunakan ialah yang mempunyai diameter luar 2 in (50,8 mm) dan 3 in (76,2
mm).
Piston
(a)
Gambar 1 3-8 Alat pengambil contoh tanah (sampler) bentuk piston: (a) Alat sampler diturunkan ke dasar lubang bor;
(b) Tekanan udara keluar melewati lubang pada batang piston.
Mekanika Tanah Jilid 2
224
Sebuah sampel tanah dapat dianggap asli (undisturbed) hila rasio luasan dari tabung sampler kurang
dari atau maksimum 10%. Di bawah ini diberikan perhitungan untuk A, dari sebuah alat split spoon
standar dan sebuah Shelby tube berdiameter 2 in (50,8 mm)
Untuk alat split spoon standar: Di = 1,38 in, dan D0 = 2 in
22 - (1,38)2
didapat A, (%) = x 100 110%
(1,38)2
=
didapat A, (%) =
2 2 - (1,875)2 x 100 = 13,7%
(1,875)2
Perhitungan di atas menunjukkan bahwa sampel tanah yang kita peroleh dari alat split spoon sangat
tidak asli (tingkat kerusakan tinggi). Rasio luasan (A) dari alat Shelby tube berdiameter 2 in. Sedikit lebih
besar dari 10%. Untuk keperluan praktis, sampel tanahnya dapat dianggap sebagai sampel tanah asli
(tingkat kerusakan rendah). Perlu diperhatikan bahwa biaya pengambilan tanah akan naik sejalan dengan
bertambahnya diameter sampel tanah yang didapat.
Tanah yang tidak asli tetapi cukup representatif dari sampel tanah yang diambil dengan alat split
spoon dapat digunakan di laboratorium untuk pengujian analisis butiran, batas cair, batas plastis, dan
batas kerut. Akan tetapi, sampel tanah tersebut tidak dapat digunakan untuk uji seperti konsolidasi,
triaksial, dan tekanan tak tersekap. Untuk pengujian yang belakangan tersebut, perlu sampel tanah yang
asli.
berdasarkan angka penetrasi bakunya (N). dengan kondisi kekerasan dan harga
Tabel 13-2 akan menyajikan perkiraan "unconfined compressive strength"-nya.
hubungan antara harga N dari suatu tanah
lempung pada suatu kedalaman tertentu
4 ... . . . . . . . ... . . . .. .. .... . .. . . ...... .. . .... . .
... . . . 0,5
Aga
k
kak
u
K
a
k
u
2
Sang
at
kaku
K
e
r
a
s
Pada tanah berbutir, angka penetrasi baku sangat tergantung dari besarnya tegangan vertikal efektif,
cr'
pada lapisan tanah yang ditinjau (Bab 5). Hal ini dapat diterangkan dengan bantuan Gambar 1 3-9 di
mana dimisalkan suatu kondisi ideal dari lapisan pasir yang homogen. Pada kedalaman h" tegangan
vertikal efektif adalah
cr' = cr,' = yh1 ( 1 3-4)
Walaupun pasimya adalah homogen, kita mendapatkan berat volume '{ yang sama, dan akibatnya berlaku
juga untuk harga kerapatan relatif (D) serta sudut geser dalam (qJ) harga y, D, dan qJ akan sama di seluruh
lapisan - harga tekanan vertikal efektif pada kedalaman h2 (pada saat harga tekanan lateral lebih tinggi
dari pada di h1) yang lebih tinggi akan menghasilkan angka penetrasi baku yang lebih tinggi pula. Fakta
ini secara jelas didemonstrasikan oleh Gibbs dan Holtz (1957). Hasil temuan mereka dapat dilihat pada
Gambar 1 3- 10. Sebagai contoh, kita dapat melihat bahwa pada D, 80%, angka penetrasi baku (N) ialah ==
kira-kira 12 untuk cr' = 0 lb/ft2• Harga N akan meningkat menjadi 50 (untuk D, = 80%0 bila
cr'= 40 lb/ft2 (276 kN/m2). Untuk alasan ini, kita perlu melakukan konversi angka penetrasi baku yang
kita peroleh dari berbagai kedalaman menjadi angka yang sesuai bila yang bekerja hanya tekanan vertikal
tertentu. Pick, Hanson, dan Thombum (1974) telah menyodorkan hubungan empiris untuk mengkonversikan
harga-harga angka penetrasi baku yang dapat dari lapangan dengan angka penetrasi baku pada harga'
tekanan vertikal efektif tertentu, yaitu cr' = 1 ton/ft2 (95,6 kN/m2).
N' CN NF = 0,77NF (untuk cr' > 0, 25 ton / ft 2 )
= ( 1 3-6)
dengan
N= angka penetrasi baku sesudah dikoreksi
. . - . . . . . ....
. .
.. . _.
.
· ·· · ·· .. . .
·•
' . . \:
: . .
... . . .
= .
.
·
. · •
'
"; ' . : ,. ,
.
Air (keluar)
'Y
rp
h,
• B
Gambar 1 3-9 Pengaruh dari tekanan tanah efektif terhadap angka penetrasi standar.
Mekoniko Tonoh Jilid 2
226
cr' 40 lb/in.'
=
(276 kN/m2)
cr' = 0 lb/in. 2
(0 kN/m2)
0 20 60 80 100
Kepadatan relatif, D,
'
Gambar 1 3- 10 Hasil . dari studi oleh Gibbs dan Holtz, perubahan N akibat perbedaan D, dan cr .
Pacta Gambar 1 3-1 1 diberikan grafik NINF terhadaap tekanan vertikal efektif. Dalam Tabel l3-3, kita
dapat melihat perkiraan korelasi antara angka penetrasi baku, kerapatan relatif, dan sudut geser dalam dari
tanah pasir.
Angka penetrasi baku sangat berguna TABEL 1 3-3 Perkiraan hubungan antara angka
sebagai pedoman dalam eksplorasi tanah dan penetrasi standard yang sudah dikoreksi, sudut geser
untuk memperkirakan kondisi lapisan tanah, dalam, dan kepadatan relatif dari tanah pasir
asal saja angka tersebut dapat diintepretasikan
dengan benar. Perlu diperhatikan bahwa semua Sudut
persamaan dan hubungan tentang angka penetrasi relatif geser
N'IN,
0,4 0,6 0,8 1 ,0 1,2 1,4 2,0
·o
.....:-
�
<8
"
<;;
..1<1 2
"€"
>
�
=
$:!
=
"'
00
=
"'
00
� 3
Gambar 1 3-1 1 Perubahan dari N'/NF akibat perubahan tegangcm tanah vertikal efektif a' (dari Peck, Hanson, dan
Thombum, 1974).
dengan:
E = modulus Young dari tanah tersebut
f..t = rasio Poisson
V0 = volume sel mula-mula pada tekanan sel Po (yaitu tekanan sel pada awal dari Zona IT).
!:ip = 1
L1V tangen sudut kemiringan garis lurus yang tergambar pada Zona 11
Menard menyarankan bahwa harga f..t = 0,33 dan hila digunakan pada Persamaan (1 3-8) didapat
Berdasarkan teori elastis, hubungan antara modulus Young dengan modulus geser dapat dinyatakan
sebagai berikut:
E = 2 (1 + f.).tG ( 13-10)
dengan:
G = modulus geser dari tanah
(13- 1 1)
Hasil uji dengan pressuremeter ini dapat digunakan untuk menentukan koefisien tekanan tanah at-
Ko (Bab 10). Koefisien ini didapat dari besarnya rasio antara p0 dan cr' (cr' = tegangan vertikal efektif
rest,
pada kedalaman yang ditinjau), atau
Harga p0 tadi (Gambar 1 3-1 3) merupakan harga tekanan lateral di dalam lubang bor tersebut.
• •. 1
.
Se! penjaga
Se! pengukur
Se! penjaga
.... . .
�
Zone 11
Zone
Zone I pseudoelastis 1
Pembebanan
ulang Zone lll
Zone plastis
I 6.V
I
_ _ _ l
6.p
v.
P.
Pengukuran tekanan sel, p
Gambar 1 3- 13 Relationship between measuring pressure and measuring volume for Menard-type pressuremeter.
Hubungan antara pengukuran tekanan dan pengukuran volume untuk pressuremeter tipe Menard.
Pengujian dengan pressuremeter ini sangat sensitif terhadap perbedaan kondisi lubang bor sebelum
pengujian dilakukan.
Sudut kemiringan
( 1 3- 1 3)
Trofimenkov (1 974) juga telah memberikan rumusan untuk modulus tegangan-regangan pada tanah pasir
dan Jempung sebagai berikut:
E = 3qc (untuk tanah pasir) ( 1 3-14)
Hubungan-hubungan seperti pada Persamaan ( 1 3-13), (13-14), dan ( 1 3-15) dapat digunakan dalam
perhitungan penurunan elastis dari pondasi [lihat Persamaan (8-47), Bab 8].
Lubang bor
-
-
Tc
1 a = E
A
Gambar 1 3-16 Variasi dari t, dan a pada test bor Iowa.
Uji seperti ini dapat diulang dengan menambah besarnya gaya normal (F) beberapa kali tanpa
mencabut alat geser tersebut dari dalam lubang bor. Hasil uji dapat digambarkan dalam bentuk grafik
(Gambar 1 3-1 6) untuk mendapatkan harga parameter kekuatan geser tanah (yaitu kohesi c dan sudut
geser dalam t/J). Harga kekuatan geser yang didapat dengan cara ini akan lebih menyerupai basil uji
consolidated drained (Bab 9).
232 Mekanika Tanah Jilid 2
beraturan, maka pengambilan sampel ini mungkin perlu lebih dalam lagi. Untuk pengambilan batuan ini,
sebuah tabung pengambil sampel (rock barrel) disambungkan pada batang pengebor. Sebuah mata bor
khusus juga dipasang di dasar tabung tersebut. Mata bor ini mempunyai bagian pemotong batuan yang
dapat dari intan, tungsten, atau carbide. Pemboran dilakukan dengan cara bor-putar. Air dialirkan melalui
lubang tengah batang pengebor selama pelaksanaan pengeboran dan batuan yang hancur dibilas keluar
dari lubang bor. Pada Gambar 13-17 ditunjukkan gambar sebuah alat pengambilan sampel batuan (rock
barrel) bertabung satu. Sampel batuan yang diperoleh dengan rock barrel bertabung satu ini mungkin
dapat pecah-pecah akibat gaya torsi dari alat bor. Untuk menghindari masalah ini, kita menggunakan
rock barrel bertabung ganda. Pada Tabel 13-5 diberikan rincian dari berbagai tipe silinder selubung
(casing) dan tabung pengambil sampel batuan, diameter dari bata bor, dan diameter dari sampel batuan
yang diperoleh. Sampel batuan yang ukurannya lebih kecil daripada ukuran BX umurnnya cenderung
untuk hancur (pecah) pada waktu pemboran dilaksanakan.
sehubungan
tabung luar dari
ambil
1
1 1
2 5/16 1
2
Berdasarkan panjang dari sampel batuan yang didapat dari setiap pemboran, harga-harga berikut
dapat dipakai sebagai pedoman mutu batuan tersebut.
Batang pengebor
(a) (b)
Gambar 1 3 - 1 7 Pengambilan contoh batuan: (a) Rock barrel berselubung tunggal; {b) Rock barrel berselubung ganda.
B O R I N G LOG
LOCATION Intersection Hill Street and Miner Street DATE June 7, 1 983
BORING NO. 4 TYPE OF BORING Anyer bergaga.ng berluba.ng GROUND ELEVATION 1 32,2 ft
2 -
3 -
4 -
1
Tanah lempung
muda SS-1
7 -
8 -
9-
11 -
5 24
12 -
13 -
14 -
qu =
Lempung
lunak (CL) SS-1
1 15 -
16
-
6 28 kekuatan
unconfined
cmpression
17 -
18 -
19 -
Pasir padat
dan kerikil
S$-3
1 20 -
21 -
32
Akhir dari
22 -
pemboran pada 22 ft
Gambar 1 3-1 8 Bentuk yang lazim dari sebuah laporan pemboran (boring log).
Bob 13 • Eksplorasl Laplsan Tanah 235
Di samping itu, para pembuat laporan tadi perlu melengkapi laporan tanah tersebut dengan gambar
gambar sebagai berikut:
a) peta lokasi tapak;
b) peta lokasi titik-titik bor terhadap denah bangunan yang direncanakan;
hasil bor menurut kedalaman tanah (boring log);
d) hasil uji laboratorium; dan
hasil-hasil khusus lainnya yang dianggap perlu.
Gambar boring log di no. c di atas merupakan gambar yang terinci dari setiap lubang bor. Pada Gambar
13-18 ditunjukkan contoh sebuah boring log.
SOAL-SOAL
13-1 Tentukan rasio luas dari sebuah tabung Shelby yang mempunyai diameter luar 1 1 4 mm dan diameter dalam
111 mm.
13-2 Ulangi Soal 1 3 - 1 di atas bila diameter 1uar = 3 in, dan diameter dalam 2,875 in
13-3 Harga angka penetrasi baku (N) dari suatu tanah 1empung pada suatu keda1aman ada1ah 1 1 . Berikan perkiraan
harga kekuatan tekanan tanah tak tersekapnya (q. = unconfined compression strength).
13-4 Pada Gambar P 1 3-4 dilihatkan angka-angka penetrasi baku pada sebuah lapisan tanah pasir. Tentukan harga
angka penetrasi baku yang telah dikoreksi untuk masing-masing kedalaman tersebut. (Lihat Gambar P 1 3-4)
13-5 a. Dari hasil pada Soal 1 3-4, tentukan perkiraan besamya harga N' (angka penetrasi baku yang telah
dikoreksi) untuk pembangunan pondasi dangkal (pada masing-masing kedalaman tersebut).
b. Coba lihat Gambar 1 1 -30. Bila dimensi pondasi adalah 5 x 5 ft (bentuk bujur sangkar), berapa besar
beban yang diizinkan pada kolom di atas pondasi tersebut? Sebagai catatan, dasar pondasi di letakkan
pada kedalaman 5 ft dari permukaan tanah. Penurunan tanah (settlement) maksimum yang diizinkan
adalah 1 ,0 inch.
Kedalaman (ft)
Pasir
y = 1 1 6 1b/ft3
5 9
10 9
15 12
20 14
16
25
Gambar P13-4
236 Mekanika Tanah Jilid 2
13-6 Harga undrained shear strenght (kekuatan geser undrained) suatu tanah lempung yang diperoleh dari uji
geser vane (uji dilakukan langsung di lapangan) adalah 44 kN/m2• Harga indeks plastis tanah Iempung
tersebut adalah 22. Berapa kira-kira besamya harga yang sudah dikoreksi dari c. untuk keperluan perencanaan
di tanah tersebut? (Catatan: Gunakan harga yang telah dikoreksi menurut Bjerrum dalam Bab 9).
13-7 Harga rata-rata perlawanan ujung conus pada kedalaman tertentu di tanah pasir adalah 205 kN/m2• Tentukan
perkiraan harga modulus Young tanah tersebut pada kedalaman ini.
13-8 Pada waktu pelaksanaan eksplorasi tanah digunakan alat pengambil sampel sepanjang 4,5 ft. Bila panjang
batuan yang "tertangkap" hanya 3,2 ft, tentukan rasio perolehan batuan tersebut.
NOTASI
Simbol-simbol berikut telah digunakan dalam bab ini
Symbol Keterangan
lnggris
A luas
A' konstanta
A rasio luas
r
N
N' angka penetrasi baku setelah dikoreksi
NF angka penetrasi baku dari pengukuran lapangan
tekanan
Po perlawanan conus
qc kekuatan tekanan tak tersekap (unconfined compr. strength)
q_
rock quality designation
RQD
gaya geser
s
jumlah tingkat (lantai) gedung
sb
V volume
kedalaman bor
0
Yunani
y berat volume tanah
llp perubahan tekanan; juga kenaikan tegangan dalam tanah
11V perubahan volume
ll rasio Paisson
er tegangan normal
er' tegangan vertikal efektif
kekuatan geser
t1
q, sudut geser dalam dari tanah
Bob 1 3 • Eksplorasl Lapisan Tanah 237
Referensl
American Association of State Highway and Transportation Officials ( 1 967). Manual of Foundation Investigations,
National Press Building, Washington, D.C.
American Society of Civil Engineers ( 1 972): "Subsurface Investigation for Design and Construction of Foundations
of Buildings, Part I," Journal of the Soil Mechanics and Foundations Division, ASCE, Vo1.98, No.SM5, 48 1 -
490.
Deere, D.U. ( 1 963). "Technical Description of Rock Cores for Engineering Purposes," Felsmechanik und
lngenieurgeologie, Vol. l , No. 1 , 1 6-22.
Gibbs, H.J., and Holtz, W. G. ( 1 957). "Research on Determining the Density of Sand by Spoon Penetration Testing,"
Proceedings, 4th International Conference on Soil Mechanics and Foundation Engineering, Vo1. 1 , 35-39, London.
Menard, L. ( 1 965). "Rules for Calculation of Bearing Capacity and Foundation Settlement Based on Pressuremeter
Tests," Proceeding, 6th International Conference on Soil Mechanics and Foundation Engineering, Montreal,
Canada, Vol.2, 295-299.
Osterberg, J.O. ( 1 952). "New Piston-Type Sampler," Engineering News Solution, April 24.
Pectk, R.B., Hanson, W.E., and Thornburn, T.H. ( 1 974). Foundation Engineering, 2nd ed., Wiley, New York.
Schmertmann, J.H. ( 1 970). "Static Cone to Compute Static Settlement Over Sand," Journal of the Soil Mechanics
and Foundations Division, ASCE, Vol.96, No.SM3, 1 0 1 1 - 1043.
Sowers, G.B., and Sowers, G.F. ( 1 970). lntroductiory Soil Mechanics and Foundations, Macmillan, New York.
Trofimenkov, J.G. ( 1 974). "General Reports: Estern Europe, " Proceedings, European Symposium of Penetration
Testing, Stockholm, Sweden, Vo1.2. 1 , 24-39.
Faktor-faktor Konversi
I ff 929,03 cm2
I ft2 = 929,03 x IQ2 mm2
1 in.2 6,452 cm2
1 in.2 645 ,1 6 cm2
2
5
,
4
m
m
/
d
e
t
i
k
Mekanika Tanah Jilid 2 239
Gaya I lb 4,448 N
I lb 4,448 X IQ-3 kN
1 lb = 0,4536 kgf
I kip 4,448 kN
1 U.S. ton 8,896 kN
1 lb 0,4536 x IQ-3 ton metrik
I lb/ft I4,593 N/m
Panjang 1 m 3,28 1 ft
I cm 3,28 1 x 10 2 n
-
1 mm 3,28 1 X 10-3 ft
I m 39,37 in.
1 cm 0,3937 in.
I mm 0,03937 irt.
Gaya 1 N =
0,2248 lb
I
1 kN
kN = 0,2248
224,8 lbkip
II kgf
kN = 0, 1 1 24 lb
2,2046 U.S. ton
1 metric ton 2204,6 lb
1 N/m = 0,0685 lb/ft
Mekanika Tanah Jilid 2 239
Lampiran: Faktor-faktor Konversi
240
Modulus
= 6, 1 02 X 1 0-5 in.3
bagian 6 , 1 02 x 1 04 in?
1 cm2/detik 0, 1 55 in.2/detik
Koefisien
1 m2/tahun 4,9 1 5 x 1 0-5 in.2/detik
konsolidasi
1 cm2/detik 1 ,0764 x l Q-3 ftl/detik
J awaban u ntuk
Soal - soal Pilihan
= 56 kN/m2
Pada z = 5,22 ft, cr. = 0
cr. = 1 093
c
Pada z = 14 ft, 1b/ft2
9.9 1 ton/ft2
b. 5,22 ft
9.1 1 62,95 kN/m2
9.1 3 a. 1 8°
c. P. = 3100 1b/ft
b. 64,85 kN/m2 P = 4798 kN/m
= 984,84 kN/m
a
BAB 1 2
1 2. 1 23,6 ft
1 2.3 p H er
(deg) (ft)
15
20 23,6
1 2,3
30 8,62
lndeks
A Bentuk cantilever, 5 5
Bentuk piston, 223
Alat kerucut penetrometer, 229 Berat total irisan, 194
Alat pressuremeter, 227 Berat volume efektif, 49
Alat sampler, 221 Berturap, 97
Alat split spoon standar, 220 Besamya sudut geser, 8
Alat Torvana, 39 Besamya tegangan bersih, 217
Alpan ! 967, 48 Bidang geser, 52
Analisa pendekatan, 79 Bidang lingkaran kritis, 178
Angka keamanan kelongsoran, 178 Bidang 1ongsor kritis, 209
Angka keamanan, 225 Bidang longsor melengkung, 87
Angka penetrasi baku, 222 Bidang longsor sesungguhnya, 207
Angka penetrasi standar, 225 Bishop dan Bjerrum, 1 1
Angka stabilitas talud, 226 Bishop Margenstenn 1 960, 194
Angka stabilitas, 195 Blok keruntuhan, 87
Arloji ukur horisontal, 6 Brooker dan Jreland 1965, 47
Butiran padat, 4
Button 1953, 136
8
Base failure, 176
Batang bor, 221
c
Batas air, 20 Caquost dan kerisel 1948, 90
Batas bruto, 145 Cara analitis, 77
Batas plastis, 2 1 Cara coba-coba, 88
Beban deviator, 28 Cara grafis, 77
Beban elemen tanah, 167 Cara superposisi, 122
Beban garis, 93 Consolidated drained, 12
Beban ijin netto, 105 Coulomb, 70
Beb!Jn lajur, 95
Beban lingkaran, 6 Cousin 1978, 194
Beban mati, 6
Beban penyangga, 105
Beban surcharge, 57 D
Beban tegangan deviator, 12
Das dan See1ey 1973, 102
Bentonite, 220
Daya dukung batas Bruto, 145
244 Mekanika Tanah Jilid 2
E
Hardboard, 101
Harga indeks p1astis, 12
Eksplorasi tanah, 2 1 5 Harga kegagalan geser, 230
End Bearing file, 1 1 5 Harga kekuatan geser undrained, 39
Harga kohesi, 1 2
Harga parameter, 8
G J
Galian berturap, 97 Jaky 1 944, 47
Garis keruntuhan Mohr, 20
Jari-jari lingkaran Mohr, 23
Garis keruntuhan, 1
Jarquio 1 98 1 , 93
Garis kontur, 225
Garis Mohr, 40
Garis radial, 99
Garis tegangan, 27
K
Gaya aktif maksimum. 83 Kecepatan geser yang teratur, 6
Gaya aktif total, 62 Kecepatan Pembebanan, 26
Gaya aktif, 77 Kejenuhan, 41
Gaya dorong, 165 Kekuatan akhir maks., 7
Gaya horisontal, 47 Kekuatan geser puncak, 7
Gaya inersia horisontal, 83 Kekuatan geser puncak, 7
Gaya inersia vertikal, 83 Kekuatan geser, 1
Gaya keseimbangan, 100 Kekuatan tak tersekap, 36
Gaya normal terkontrol,
230 Kelonggaran talud, 166
Gaya pasif total, 56 Kemiringan bidang, 3
Gaya pasif, 90 Kenaikkan air pori, 2 1 0
245 Mekanika Tanah Jilid 2
Keruntuhan geser, 3 0
Kerusakan struktura1, 33
Keseimbangan p1astis, 5 1 Okate 1926, 74
Kesensitifan, 2 1 Overestime, 74
Kewruntuhan geser menyeluruh,
Kim dan Pur en 1969, 101
Koefisien rembesan, 9
Koefisien tekanan tanah atrest, 28
p
Koefisien tekanan tanah, 121 Packshaw, 63
Kohesi, 1 Packshwa 1 969, 90
Kohesif jenuh, 101 Paling kritis, 179
Komisi geoteknik, 176 Paralel tegak, 177
Kompresi hidrostatis, 12 Parameter kekuatan, 5
Kondisi drainase, 216 Parsial Thixotrophy, 34
Kondisi drained pasir, 5 Pasif menurun, 52
Kondisiaktif Ranink:ins, 5 1 Pembebanan tak sentris, 1 34
Konstanta empiris, 41 Pembebanan, 1 34
Kriteria Keruntuhan M.C., 1 Pemboran sistem cuci, 220
Pemboran, 220
Penambahan gaya geser, 6
L Penetrasi baku, 229
Pengeboran sistem tembok, 220
Ladd 1 972, 204 Pengujian unconfirred compression, 25
Ladd, Foote, Ishihara, Schlosser dan Pou1o 1977, 34 Pengukuran beban lingkaran, 6
Laqunilks diagram, 3 1 Penurunan elastis, 230
Lengkung kelongsoran, 176 Penyebaran sistem cuci, 221
Lingkaran geser, 1 84 Perencanaan turap, 105
Lingkaran lereng talud, 176 Peretroneter saku, 40
Lingkaran Mohr, 20 Pergeseran geser horisontal, 6
Longsor dasar, 176 Peristiwa thixotrophy, 34
Longsor sesungguhnya, 207 Perlawanan conus, 229
Persamaan daya dukung alas 1 17
Perubahan akibat Uc, 12
M Perubahan beban uji, 7
Perubahan deviator, 1 2
Margenstenn, Bishop 1960, 194 Perubahan hidrastatis, 1 2
Mata pegeruk, 221 Perubahan hidroksi, 1 1
Menard 1965, 227 Perubahan tekanan penyekap, 1 1
Mencari cara coba-coba, 88 Perubahan volume akibat akibat pengecilan, 1 2
Metode Bishop, 207 Perubahan volume, 6
Metode irisan bishop, 190 Pick, Hanson, dan Thombum 1974, 225
Metode irisan, 177 Piston vertikal, 1 1
Metode penyebaran, 217 Plat pendukung, 146
Metode potongan, 90 Polygon gaya, 82
Metode Rankine, 28 Pondasi coisson, 1 1 5
Metode rasio luasan, 224 Pondasi homogen, 1 36
Metode superposisi, 129 Pondasi lajur, 101
Metode superposisi, 129
Pondasi tapak, 1 1 5
Metode Taylor, 186
Pondasi tikar, 1 1 5
Meyerhop dan Hanne 1978, 1 39
Pori skempton, 12
Mid circle 1977, 128 Potongan Hardboard, 101
Modulasi tegangan regangan, 227 Prinsip mekanika, 4
Modulus geser, 228 Prosedur massa, 176
Modulus young, 228 Proudtl, 1921, 1 36
Q
N
Quick clay, 33
Normally consolidated, 6
246 Mekanika Tanah Jilid 2
R
Sudut drained, 2 1
Sudut geser dalam, 23 1
Rankine 1 857, 50 Sudut geser dalam, 23 1
Rasio kesensitifan, 33 Sudut geser teralirkan, 5
Rasio konsolidasi lebih, 35 Sudut gesr tanah, tembok, 1 13
Rasio luasan, 224 Sudut internal, 5
Rasio overconsolidation, 48 Sudut talud, 179
Rasio perolehan, 232
Rasio tegangan air pori, 195
Rasio tegangan horisontal, 47
Rasio, 33
T
Rata-rata garis, 8 Tabung sampling, 39
Rata-rata, 8 Tak sentris, 1 34
Reddy dan srinivasan 1967, 1 36 Tak sentris, 134
Regangan aksial, 1 2 Talud dangkal, 176
Regangan terkendali, 6 Talud tak tertahan, 165
Regangan, 12 Talud tinggiterbatas, 172
Reissner 1924, 1 30 Talud vertikal, 47
Rembesan tanah lempung, 5 Tanah berkohesi, 60
Rembesan terkendali, 6 Tanah saturated, 24
Rembesan tetap, 193 Tanah tak berkohesi, 52
Rembesan, 5 Tanggap resultan, 76
Rock Barrel, 232 Tanpa rembesan, 165
Rock quality, 233 Taylor 1937, 178
Rosengvist 1953, 33 Tegangan air pori udara, 40
Tegangan air pori, 4
Tegangan aksial, 1 1
s Tegangan Deviator, 1 2
Tegangan deviator, 1 1
Sample, 8 Tegangan deviator, 12
Satuan kemiringan, 179 Tegangan drained, 9
Satuan kohesi, 1 84 Tegangan efektif, 4
Scbmertmann 1 970, 229 Tegangan geser maks., 12
Seed dan Whitman 1970, 88 Tegangan geser runtuh , 7
Segitiga gaya, 7 1 Tegangan geser, 1
Se! Linear, 227 Tegangan Horisontal, 93
Selubung geser, 229 Tegangan normal , I
Shape factor, 13 2 Tegangan normal, 173
Shempton 1975, 3 4 Tegangan overburdeu, 204
Shields dan Tolunay 1973, 90 Tegangan penyekap, 12
SI, 225 Tegangan perlawanan rata, 173
Silindris lingkaran, 176 Tegangan pori skempton, 1 2
Silindris, 172 Tegangan rata-rata, 172
Singh 1970, 1 86 Tegangan residual, 9
Sistem cuci, 220 Tegangan Skempton, 1 3
Sistem talud rembesan, 196 Tegangan tak jenuh, 40
Sistem tumbuk, 221 Tegangan utama besar, 4
Skallow slope, 177 Tegangan Vertikal efektif, 21 7
Slope analisis, 165 Tekan aktif, 57
Slope circle, 176 Tekan pasif, 56
Slope factor, 1 76 Tekan sel, 22
Slope failure, 176 Tekanan arah vertikal, 47
Slope, 1 32 Tekanan Deviator, 83
Snelby tube, 222 Tekanan efektif vertikal, 49
Sondir, 229 Tekanan hidrostatis, 10
Sower dan Sower 1970, 2 1 7 Tekanan hidrostatis, 23
Spencer 1 967, 194 Tekanan horisontal, 49
Spiral log, 9 1 Tekanan ke samping, 8 1
Spiral Iogaritma, 87 Tekanan pro-konsolidasi, 35
Spiral, 87 Tekanan Rankine, 53
Split spoon, 222 Tekanan tanah aktif, 5 1
Sppanglen 1938, 93 Tekanan tanah coulomb, 70
Stabilitas talud, 87 Tekanan tanah Culmann, 76
Stress path, 28 Tekanan tanah pasif, 5 1
Strip foaling, 1 1 5 Tekanan tanah, 47
Sudut dalam, 225 Tekanan total horisontal, 49
lndeks
Titik tanggap, 76
TNGI, 2 1 w
Toe circle, 1 76 Waktu eksplorasi, 226
Total air pori, 23
Total irisan, 194
Treaksi normal, 5 z
Trial wedge, 72
Trial wegge Solution, 80 Zone aktif, 129
Trofimenhor, 174 Zone geser radial, 1 29
Zone pasif, 1 29
Zone pseudo elastis, 227
u Zone, I , ! I , I l l , 227
Zoner daerah plastis, 2::r
Uji air mengalir, 18
Uji air termampatkan, 17
MEKANIKA TANAH·
(Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis)
PENERBrr ERLANGGA
Kami Melayani 1/mu Pengetahuan
Jl. H. Baping Raya No. 100
Ciracas, Jakarta 13740 32-00-220-6