Anda di halaman 1dari 127

KEMENTERIAN

PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

1. PENYEARAHAN TAK TERKENDALI 1 

Tujuan percobaan
Setelah selesai melakukan praktikum, anda diharakan mampu:
 menjelaskan prinsip kerja penyearah pulsa tunggal (gelombang setengah) tak terkendali;
 menggunakan dioda sebagai katup satu arah;
 menentukan daya maksimum yang dapat dikonversikan dari ac ke dc;
 membedakan fungsi alat harga rata-rata dan alat ukur harga efektif (rms meter);
 membedakan daya searah nyata (Pm) dan daya searah imajiner(Pi);
 mengukur faktor tegangan denyut.

Dasar teori
Penyearah mempunyai peranan sangat penting di industri yang terdapat peralatan listrik dan
menggunakan arus searah sebagai sumber energinya, sedangkan sumber listrik yang tersedia
adalah sumber arus bolak balik.
Penyearah pulsa tunggal (gelombang setengah) tak terkontrol adalah penyeararh yang hanya
memanfaatkan setengah gelombang ac yang disearahkan dan keluarannya tidak dapat
dikontrol atau tetap. Terminologi tak terkontrol di sini dipakai untuk membedakan dengan
penyearah semi terkontrol atau tetrkontrol penuh. Penyearah tak terkontrol menggunakan
dioda sebagai katup penyearah. Penyearah semi terkontrol menggunakan dioda dan tiristor
(SCR) secara bersama-sama, dan penyearah terkontrol secara penuh menggunakan SCR
(Silicon Controlled Rectifier), GTO atau (Gate Turn On)
Pada dasar teori ini akan dibahas secara singkat tentang proses penyearahan dan faktor-faktor
yang menentukan kuantitas dan kualitas hasil penyearahan, seperti konversi daya dan faktor
denyut. Untuk membantu dalam memahami teori-teori seperti tersebut di atas akan diberikan
satu contoh perhitungan.

Proses penyearah
Diagram proses penyearahan, secara sederhana, dapat ditunjukan pada gambar
di bawah ini.

1
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG
Sisi Arus Bolak-Balik Penyearah Sisi Arus Searah

Gambar 2.1 Diagram proses penyearah

Energi mengalir dari sisi arus bola!; balik (trafo) masuk ke unit penyearah dan keluar ke
beban R. Keluaran dc penyearah adalah keluar pulsa (tidak rata). Oleh karena itu, keluaran
penyearah mengandung unsur ac dan dc Karena alasan itulah, days pada sisi dc disebut daya
campuran (mixed power). V dan P adalah tegangan efektif (rms) dan daya pada sisi ac; V M
dan PM adalah tegangan efektif dan daya campuran pada sisi dc; V QC dan lac adalah tegangan
dan arus dc (harga rata-rata) Kenyataan ini hedaknya di perhatikan agar dalam praktikum
nanti tidak ada kesalahan, sehingga dapat membedakan yang mana harga efektif dan harga
rata-rata (dc).
Berdasarkan diagram penyearah ini dan dengan adanya perubahan bentuk energi listrik dari
ac menjadi dc, merupakan bukti adanya transfer energi (daya) dari sisi ac ke sisi dc.
Konfigurasi unit penyearah inilah yang akan menentukan besarnya energi yang bisa ditransfer
dari sisi ac ke sisi dc Jika rugi-rugi diabaikan maka daya campuran (pm) pada sisi dc akan
sama dengan daya masuk pada sisi ac (P) atau PM = P.
Konfigurasi unit penyearah pula yang menentukan kualitas hasil penyearahan Akhirnya,
dikenal bermacam-macam konfigurasi penyearah, seperti penyearah pulsa ganda, pulsa tiga,
pulsa enam, baik yang tak terkontrol, semi kontrol atau terkontrol secara penuh.
Objek percobaan kali ini adalah penyearah pulsa tunggal tak terkontrol. Oleh karena itu,
bahasan akan difokuskan pada penyearah sederhana ini tanpa memperhitungkan efek perata
(filter) dan harmonisasi.

2
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG
Penyearah pulsa tunggal (gelombang setengah)

Penyearah pulsa tunggal atau gelombang setengah sangat jarang digunakan dalam elektronika
daya, akan tetapi dari penyearah ini akan dapat di pelajari fenomena- fenomena dasar yang
sangat bermanfaat bagi pengembangan teknik penyearahan lebih lanjut.
Sirkit (rangkaian) penyearah setengah gelombang dapat dilihat pada gambar 2.2a. Bila
tegangan masukan adalah sinusoidal, maka tegangan keluaranya berupa tegangan pulsa
seperti yang ditunjukkan oleh gambar 2.2b

Sisi Arus Bolak-Balik Sisi Arus Searah

Gambar 2.2 Penyearah pulsa tunggal tak terkontrol


a) Rangkaian
b) Hubungan masukan keluaran

Jika masukan penyearah sinyal sinusoidal dengan polaritas seperti yang ditunjukkan pada
gambar, maka dioda hanya akan konduksi (menghantarkan ) pada setengah gelombang
pertama. Pada setengah gelombang berikutnya dioda tidak konduksi karena mendapat
tegangaan balik. Sehingga diperoleh keluaran seperti ditunjukkan pada gambar 2.2b

3
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
Jika tegangan masukan adalah
NEGERI υ = Vm sin ωt dan dengan mengabaikan rugi-rugi pada dioda
SEMARANG

maka tegangan pada beban R adalah:

Sehingga dapat ditentukan tegangan dc dan tegangan efektif (rms) pada sisi dcsebagai:

(ingat bahwa tegangan efektif VM di sini tidak sama dengan tegangan efektif pada sisi ac (

) hubungan antara Vdc, Vm dan V pada penyearah ini dapat ditentukan sebagi berikut:

Faktor denyut (ripple faktor)


Faktor denyut didefinisikan sebagai perbandingan antara harga efektif komponen ac dan
harga rata-rata hasil penyearahan.
Perhitungan faktor denyut dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu perhitungan berdasarkan
harga efektif dan harga rata-rata pada sisi dc atau perhitungan berdasarkan penetapan daya
terbuang (dump power) yang merupakan selisih antara daya masukan ke penyearah dan daya
hasil perkalian antara arus dc dan tegangan dc

4
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Penyearah pulsa tunggal tak terkontrol

a. Metode 1
Jika parameter tegangan yang kita lihat maka faktor tegangan denyut (R„) dapat di rumuskan:

VM adalah harga tegangan efektif komponen ac. Jika v adalah harga tegangan

Maka faktor tegangan denyut adalah

Hasil analisis ini menunjukkan bahwa pada penyearah gelombang setengah tegangan denyut
efektif adalah lebih besar dari tegangan keluaran dc.

b. Metode 2
Daya yang dikonversikan ke sisi dc adalah hasil perkalian tegangan dan arus efektif pada sisi
dc:

5
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Daya imajiner adalah hasil kali antara arus dan tegangan dc;

Daya yang dikonversikan PM lebih besar dari daya imajiner P,. Selisih daya ini disebut daya
terbuang Pd (dump pawer). Adanya daya terbuang ini akibat adanya faktor denyut yang
terkandung di dalam sisi dc yang menentukan kualitas penyearah. Semakin besar faktor
denyut penyearah, maka semakin rendah kualitas hasil penyearahan. Sesuai dengan definisi
faktor denyut, yakni perbandingan antara harga efektif tegangan denyut (komponen ac) dan
tegangan searah yang dapat dituliskan sebagai:

Karena metode perhitungan yang akan digunakan dalam praktikum ini adalah metode 2 maka
untuk memperjelas analisis, berikut ini akan disajikan contoh perhitungan yang memakai
metode ini seperti yang terdapat pada [1]:
Sirkit penyearah gelombang setengah, seperti yang ditunjukan pada diagram, dicatu dengan
sumber bolak balik, V = 220 V. Resistansi beban adalah 220 ohm. Konversi daya pada
resistor (beban), jika resistor itu dihubungkan ke tegangan bolak balik termaksud adalah

Jika resistor dihubungkan pada sisi keluaran arus searah:


Vdc = 0,45.220 V = 99 w
VM = 0,707. 220 V = 1556 V
Daya yang dikonversi adalah

Dibandingkan dengan hubungan tegangan bolak balik, daya turun 50% karena hanya
setengah period dari tegangan sinusoidal yang digunakan.
Daya imajiner searah:.

6
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Daya terbuang, akibat kandungan arus bolak balik dalam tegangan searah adalah

Harga tegangan denyut efektif dapat diperoleh dari

Jadi pada sirkit penyearah gelombang setengah, faktor denyut sama dengan :
= 1,21 atau Rv = 121%

Daftar alat dan bahan


1 osiloskop
1 voltmeter universal (harga efektif dan harga rata-rata)
1 wattmeter (universal)
1 amvermeter (universal)
1 trafo isolasi 1 fasa beban resistif, 2x100 ohm / 2 A
1 dioda
1 set 3 sekering super cepat

Diagram rangkaian

7
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Langkah percobaan
1. Buatlah rangkaian seperti yang ditunjukan pada diagram rangkaian.
Pada sisi arus searah (keluaran penyearah), ukur daya PM yang dikonversikan pada
beban R dengan menggunakan wattmeter. Hubung singkat dioda, D1, dan ulangi
pengukuran.
2. Tampilkan pada layar osiloskop, tegangan pada beban R dan gambarkan diatas lembar
kerja pada saat:
a. dioda digunakan (efektif)
b. dioda dihubung singkat
3. Ukur VM dan l^ pada sisi arus searah dengan alat ukur harga efektif
4. Ulangi pengukuran dengan manggunakan alat ukur harga rata-rata. Selain itu, catatlah
tegangan dan arus dc, V<jC dan l^c serta hitung daya imajiner Pj.
5. Ukurtegangan bolak balik, V(efektif), pada keluaran trafo isolasi dan kemudian hitung

dan

6. Hitung daya terbuang Pd.


Tentukan tegangan denyut efektif V, dari persamaan (2.16)
7. Tentukan faktor denyut berdasarkan persamaan (2.15)

Keselamatan kerja

1. Perhatikan pada saat anda menggunakan osiloskop (2-kanal) bahwa hanya boleh ada satu
titik bersama (common point) untuk menghindari adanya hubung singkat. Untuk
menghindari hal ini, disarankan untuk mengoperasikan osiloskop tanpa pengetanahan
atau menggunakan trafo isolasi. Akibat tidak memfungsikan pentanahan, maka rumah
osiloskop tidak ditanahkan, sehingga memungkinkannya menjadi bertegangan. Hal ini
hendaknya diperhatikan
2. Perhatikan pemasangan apermeter anda, dan perhatikan pula batas ukurnya yang tepat.
3. Perhatikan daerah ukur yang tepat harga rata-rata (dc) atau harga efektif (ac) agar data
yang anda peroleh tidak salah

8
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Penyearah tak terkontrol 


Data percobaan
1. Untuk langkah 1
Dioda digunakan (efektif) PM =.......W
Dioda dihubung singkat P =.......W
Daya yang dikonversikan.....% dari daya maksimum
2. Untuk langkah 2
a. Tegangan pada R jika dioda dihubung singkat

Pengesetan "AC"
x =......ms/cm y =......V/cm Vp-p = V
T =.......ms f =.......Hz

9
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG
b. Tegangan searah jika dioda diefektifkan

10
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
7. Untuk langkah 7POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Pertanyaan
Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas:
1. Bandingkan daya terukur dioda difungsikan dan tidak difungsikan (dihubung-singkat)
pada langkah percobaan 2. Jelaskan komentar Anda.
2. Apakah perbedaan tegangan terukur ketiks dioda tidak difungsikan dan difungsikan.
Jelaskan, mengapa perbedaan itu terjadi?
3. Berikan komentar tentang faktor denyut yang anda peroleh dari hasil percobaan.

Daftar pustaka
Lucas-Nulle, 1986, Elektronika Daya, LEI (E), Sindorf.

Millman.J. dan Halkias, CC,1967, Elektronic Devcies and Circuits, McGraw-Hill. New York.

Samir K. Datta. 1985, Power Elektronics & Controls, Pretice-Hall, Virginia, USA.

11
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

3. PENYERAH JEMBATAN TAK TERKENDALI 1

Tujuan percobaan
Setelah menyelesaikan praktikum, anda dihrapkan mampu:
• membangun penyearah jembatan pulsa ganda;
• mengamati dan mengukur tegangan dan arus pada daerah-daerah tertentu dalam
rangkaian;
• mengenal arti faktor bentuk;
• membedakan antara rasio arus dioda di sisi ac dan dc;
• membuktikan bahwa faktor denyut tegangan, (Rv) adalah lebih kecil dibandingkan faktor
denyut tegangan yang ada pada penyearah pulsa tunggal (gelombang setengah).

Dasar teori
Pendahuluan
Penyearah pulsa ganda (penyearah gelombang penuh) tak terkendali ada dua macam, yakni
penyearah pulsa ganda dengan menggunakan trafo titik-tengah (centre tap transformer) dan
penyearah pulsa ganda dengan sistem jembatan dengan sumber ac fasa 1. Penyearah tak
terkendali adalah penyearah yang keluarannya tetap dan tak dapat dikendalikan.
Penyearah jembatan pulsa ganda (gelombang penuh) merupakan penyearah yang paling
banyak digunakan di industri yang menggunakan peralatan-peralatan listrik yang
memerlukan sumber listrik arus searah. Khususnya di bidang tenaga penyearah-penyearah
berdaya besar (yang tidak cukup dengan sumber fasa 1) juga didasarkan pada penyearah-
penyearah sistem jembatan ini.
Di samping di bidang daya (power), penyearah model ini banyak pula digunakan

Dibandingkan dengan penyearah gelombang penuh dengan menggunakan trafo centre tap,
penyearah ini mempunyai kelebihan dan kekurangan, antara lain seperti berikut ini.
• Penyearah ini hanya memerlukan dua terminal tegangan sumber arus bolak-balik (ac),
sehingga cukup dengan trafo biasa (tanpa centre tap).
• Arus pada sisi primer maupun sekunder adalah sinusoidal, sehingga untuk keluaran yang
sama, penyearah ini memerlukan trafo yang lebih kecil.

12
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
• Tegangan balik puncak masing-masing deoda, mendekati sama dengan tegangan puncak
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
sekunder trafo, NEGERI
sehingga pnyearah ini sesuai untuk aplikasi tegangan tinggi.
SEMARANG
• Kekurangan penyearah ini, di samping karena menggunakan 4 dioda, adalah tegangan
jatuh pjada dioda-dioda yang secara keseluruhan lebih besar menyebabkan penyerah ini
kurang cocok untuk penyearah tegangan rendah.

Penyearah jembatan pulsa tunggal tak terkendali


Sebelum membahas penyearah jembatan pulsa ganda tak terkendali, perlu diingat kembali
bahwa pada penyearah gelombang penuh dengan menggunakan trafo CT, tegangan yang
disearahkan adalah dua tegangan antara ujung dan titik tengah belitan sekunder trafo. Berarti
bahwa hanya setengah tegangan sekunder trafo yang dapat dimanfaatkan sebagai tegangan
keluaran (dc). Namun satu kelebihan penyearah ini, dibandingkan dengan penyearah pulsa
tunggal, adalah kualitas penyearahnya lebih baik yang ditunjukkan oleh faktor denyut (ripple
factor) halsil penyearahannya yang lebih rendah.
Ditinjau dari sudut kualitas keluarannya, antara penyearah dengan menggunakan trafo CT
dan sistem jembatan adalah sama, namun ditinjau dari kemampuan dalam memindahkan
dayanya, sistem jembatan lebih unggul. Berikut ini akan diulas kembali secara singkat
tentang sirkit penyearah jembatan pulsa ganda tak terkendali dan faktor denyut hasil
penyearahannya. Dengan catatan bahwa dalam pembahasan ini tidak melibatkan unsur
penyaring (filter).

Gambar 3.1 Penyearah jembatan pulsa ganda tak terkendali a. RAngkaian dan
b. Hubungan masukan keluaran (input-output)

Dengan polaritas tegangan yang masuk ke sirkit penyearah seperti yang terlihat pada gambar
3.1a, maka pada setengah gelombang pertama, dioda D3 dan D2 konduksi sehingga arus
mengalir dari polaritas positif sekunder trafo melalui D3, keluar ke beban R dan kembali ke

13
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
polaritas negatif trafo setelah melalui D2; sementara dan D4 dalam keadaan tak konduksi.
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
Kemudian, pada setengah gelombang berikutnya, arus mengalir dari polaritas negatif trafo
NEGERI SEMARANG

keluar ke beban R melalui D4 dan kembali ke polaritas positif trafo melalui D,. Demikian
proses ini berlangsung sehingga hubungan antara masukan dan keluaran penyearah seperti
yang ditunjukkan gambar 3.1 b. Jadi, jelas ai;us bolak-balik selalu mengalir melalui dua
dioda tergantung pada polaritas tegangan bolak-balik. Selain itu, perlu diingat bahwa
tegangan pulsa searah selalu lebih rendah dibandingkan harga sesaat sebesar \atuh tegangan
yang dialami pada kedua dioda.

Faktor denyut
Untuk memperoleh gambaran tentang kualitas hasil penyearahan, maka berikut ini akan
ditinjau kembali persamaan-persamaan dasar dan analisis perhitungan faktor denyut.

Perbandingan antara harga efektif (rms) dan harga rata-rata disebut sebagai faktor Ibentuk
(form faetor). Untuk gelombang sinusioidal, faktor bentuk ini adalah 1,11.
Berdasarkan kenyataan ini terbukti bahwa kualitas keluaran penyearah ini jauh lebih baik
kalau dibandingkan hasil penyearah gelombang setengah yang faktor denyutnya 1,21.

14
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
Seperti yang telah disinggung di atas bahwa 2 dioda selalu konduksi selama setengah
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
gelombang (T 12). Lama
NEGERI(periode)
SEMARANG arus mengalir biasa dinyatakan dengan istilah sudut aliran
arus (angel of current flow) O. Jika T adalah 360°, maka e = 180°. Setelah 180°, 2 dioda yang
tadinya mati, menjadi konduksi dan berganti mengalirkan arus, sementara 2 dioda yang
tadinya konduksi berganti menjadi tak konduksi. Perubahan seperti ini, di dalam teknik
penyearah, diketahui sebagai komutasi. Komutasi ini, kemudian dikategorikan berdasarkan
atas jumlah lintasan komutasi q.
untuk penyearah ini, lintasan komutasi q = 2. Sebagai contoh, karena aliran arus berubah dari
D3 ke D4 dan dari D2 ke D1 secara bersamaan, maka ini dikatakan bahwa pada rangkaian ini
terdapat 2 kelompok komutasi (s = 2).

Akibat adanya 2 lintasan komutasi, tiap-tiap dioda mengalirkan arus setengah dari arus
searah. Begitu juga dengan arus efektifnya. Dengan demikian berlaku rumusan untuk arus
yang mengalir pada tiap-tiap dioda sebagai berikut:

IFdc = harga rata-rata arus maju dioda (diode forward current)


IF = harga efektif arus maju dioda

Analisis percobaan
Metode analisis rangkaian yang akan dilakukan dalam praktikum ini sama dengan yang
dilakukan pada praktikum Penyerah Satu Pulsa (gelombang setengah) tak terkendali Hal ini
dimaksudkan untuk memudahkan dalam membandingkan kedua penyearah tersebut.
Daftar alat dan bahan
Osiloskop 1 buah
Avometer 1 buah
Wattmeter universal 1 buah
Alat ukur harga efektif (r.m.s. meter) 1 buah
Trafo isolasi, fasa 1 1 buah
Dioda 4 buah
Beban resistif, 2 x 100 ohm/2A 1 buah
Set sekring aksi super cepat 1 buah

15
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
Rangkaian Percobaan :
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Langkah percobaan
1. Buatlah rangkaian seperti yang ditunjukkan pada diagram rangkaian.
Ukur daya pada masukan penyearah (P) dan daya pada sisi keluaran penyearah (P M).
Munculkan tegangan dc pada beban R pada layar osiloskop dan gambarkan osilogram
tersebut pada kertas yang telah disediakan.
2. Ukur tegangan efektif V pada sisi ac dan tegangan efektif Vm pada sisi dc (beban R)
dengan menggunakan alat ukur harga efektif (besi putar). Ukur juga tegangan dc (V d0)
pada beban R dengan menggunakan alat ukur harga rata-rata (dc) (kumparan putar yang
diset padaa daerah ukur dc).
3. Pindah fungsi alat ukur ke ac dan ukur tegangan efektif pada sisi masukan penyearah
(V).

Hitunglah perbandingan dan dirnana = f = faktor bentuk.

4. Ukur arus beban ldc, dan arus maju pada dioda IFav dengan menggunakan alat ukur harga
rata-rata (alat ukur kumparan putar).
5. Hitung daya imajiner P, dan daya terbuang (dump power) Pd.
6. Hitung tegangan denyut V, dan laklor dsnyul Rv.

Keselamatan kerja

16
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
1. Karena anda nanti akan memidah-mindahkan ampemetei dari cabang rangkaian yang
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
satu ke yangNEGERI
lain dalam rangkaian, maka perhatikan polaritas, untuk ac atau dc, dan
SEMARANG

batas ukur meter. 2. Waspadalah dengan yang diinstruksikan di dalam langkah-


langkah percobaan tentang besaran yang sedang anda ukur, harga efektif (rms) atau
harga rata-rata (dc).

Data percobaan
1. Langkah 1
PM =.......W; P =......W
Bentuk gelombang dc:

Dengan pengesetan pada "DC" sebagai berikut


X = .......... ms/cm;
Y = .......... V/cm;
Vmaks = .......... V;
TM = .......... ms;
f = .......... Hz.

2. Langkah 2
Dengan alat ukur harga efektif (rms meter);
V =……………V; Vm = ………..V;
Dengan ukur harga efektif (rms meter);
Vdc = ……………V
3. Untuk langkah 3

17
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
Dengan alat ukur harga efekktif (alat ukur kumparan putar, diset untuk ac):
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

4. Untuk langkah 4

5. Untuk langkah 5

6. Untuk langkah 6

Pertanyaan

1. Beri komentar tentang hasil perhitungan perbadingan dan langkah percobaan 3.

2. Beri komentar tentang hasil pengukuran dan perhitungan pada langkah percobaan 4.
3. Bagaimana menurut pendapat anda tentang faktor denyut pada sistem jembatan ini
dibandingkan dengan faktor denyut pada penyearah gelombang tunggal?
Daftar pustaka
Lucas-Nulle. 1986. Elektronika Daya. LE1 (E). Kerpend-Sindorf.
Millman, J. dan Halkias, CC, 19678, Electronic Devices and Circuits. New York. Mc Grwa-
Hill.
Theraja, B.L. 1980. A Text Book of Electrical Technology Ram Nagar, New Delhi: Nirja
Construction & Development Co.

4. PENYEARAH TAK TERKENDALI 3

Tujuan percobaan
Setelah melakukan percobaan Ini, anda dapat:
 menyusun rangkaian penyearah pulsa tiga dan membandingkan antara jenis
penyambungan K dan A:
 menjelaskan terjadinya beban penuh saluran netral;
 menentukan tegangan mundur dioda melalui pengukuran;
 menghitung besar tegangan searah dengan dasar periode pulsa keluaran;

18
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
 menjelaskan pembebanan arus searah saluran fasa,
POLITEKNIK
 mengukur arus NEGERI
secara SEMARANG
tak langsung dengan osiloskop. PM.7.5.06/L2/2011

Dasar teori
Secara umum, pengunaan penyearah fasa tiga dipertimbangkan jika terdapat kebutuhan arus
searah yang besar dan perlunya keseimbangan pembebanan dalam jala-jala fasa tiga. Jenis
penyearah fasa tiga yang paling sederhana adalah penyearah pulsa tiga, yang memerlukan
hanya satu dioda unutk masing-masing penghantar fasanya. Ketiga diodanya disambungkan
menjadi satu pada sisi polaritas yang sama, menjadi rangkaian M3K atau M3A.

Gambar 13.1 Rangkaian M3A

Perbedaannya hanyalah pada polaritas tegangan searah yang dihasilkan. Bebannya


dihubungkan antara sambungan bersama dioda-dioda tersebut dan netral. Jadi pada beban
akan mengalir arus total ld.
Hasil tegangan searah keluarannya dapat diamati dengan mempelajari bentuk gelombang
masing-masing tegangan fasanya seperti ditunjukkan pada gambar tegangan keluaran.

Gambar 13.2 Tegangan keluaran

19
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
Padat = t1:
POLITEKNIK
Tegangan UL1N positif (tegangan UL2N negatif;UL3N = 0), sehingga dioda V10 menghantar dan
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG
tegangan jala-jala terhubung ke beban.

Pada t = t2:
Tegangan UL1N = UL2N . sehingga dioda V30 juga menghantar.
Titik waktu tersebut diukur dari titik 0 merupakan sudut penyulutan alami yang
besarnya T/12 atau 30°.

Jika sesaat kemudian ULIN = UL2N, dioda V10 menjadi menyumbat. Titik waktu tersebut dikenal
sebagai titik komutasi. Kondisi yang sama terjadi lagi pada t3 (komutasi dioda V30 ke dioda
V50). Sehingga hanya tegangan fasa positif untuk masing-masing 1/3 periode membentuk
tegangan searah keluarannya, yang besarnya diberikan dalam persamaan:
Ud = 1,17Uf = 0,68 U

Harga sesaat tegangan searah terendah setengah harga puncak tegangan fasanya, ripelnya
didapat 18,7%.
Frekuensi ripel hasil penyearah pulsa tiga (P = 3):

fMix = 3 fmains
Jarak antar titik-titik komutasi sebesar 120°. Jadi untuk setiap dioda mengalir arus searah:
IFAV = 1/d Id
Seperti disebutkan di atas, dioda yang menghantar menghubungkan penghantar fasa dengan
titik bersama sambungan dioda. Pada saat yang sama untuk dioda-dioda lain yang tidak
sedang menghantar akan menahan tegangan balik sebesar selisih masing-masing tegangan
fasanya dan tegangan fasa pada dioda yang menghantar.
Harga maksimum URRM sama dengan harga puncak tegangan antara fasa (jaringan)
URRM = \

Daftar alat dan bahan


Osiloskop 1 buah
Transformator-pemisah fasa tiga, berikut peralatan
saklarnya 1 buah
AVO-meter 1 buah
R.M.S.-meter 1 buan
Indikator arus-tegangan 1 buan
Dioda 3 buah
Sekering tipe super-cepat 3 buah
Beban résistif, 3 x 100 Q, 2A 1 buah

Diagram rangkaian

20
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Langkah percobaan
1. Buatlah rangkaian seperti pada diagram rangkaian.
Pilih tegangan U, sesuaikan dengan kemapuan beban resistor.
Tampilkan tegangan searahnya pada osiloskop, dan gambarkan pada lembar
data percobaan.
2. Ukur tegangan U dan Ud Dengan multimeter. Hitung harga perbandingan Ud/U.
3. Tampilkan arus yang melalui dioda V30 pada osiloskop. Gunakan penunjuk aus-tegangan.
4. Ukur arus Id, IFAB dan IFRMS Bandingkan harga-harganya dengan persamaan pada dasar
teori.
5. Tampilkan tegangan balik UAK dioda V10 dan gambarkana pada lembar data percobaan.
6. Ubah rangkaian menjadi penyearah M3A (anoda-anoda sebagai titik bersama). Periksa
tegangan searah dengan keadaan yang sama seperti langkah-langkah sebelumnya.

Data percobaan
1. Data percobaan langkah 1
Bentuk gelombang tegangan searah rangkaian M3K

Skala
X = ms/cm
Y = V/cm

21
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
TMix = ms
POLITEKNIK
fMix = Hz PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG
Umaks = V

2. Data percobaan langkah 2


U = _______ V; Ud = ______ V; ______ Ud/U =_______
3. Data percobaan langkah 3
Karena osiloskop hanya dapat mengukur tegangan, arus diode yang hendak diukur harus
dikonversikan ke tegangan yang nilainya sebanding dengan arus yang mengalir pada
dioda tersebut (metode proprosional tegangan). Konversinya sesuai dengan hukum Ohrn.
RM = 50 MΩ

Periksa perhitungannya:

4. Data percobaan langkah 4


Karena arus dioda besarnya sama dengan arus pada masing-masing penghantar sisi
sekunder trafo, maka sisi sekunder trafo tersebut mendapat beban arus searah.

5. Data percobaan langkah 5

Skala:
X = ms/cm
Y = ms/cm
URRM = ____V/cm .____cm =_____V

6. Data percobaan langkah 6


_______________________________________________
22
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
_______________________________________________
POLITEKNIK
_______________________________________________PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG
u = v

5. PENYEARAH TAK TERKENDALI 6 DIODA 3

Tujuan percobaan
Setelah melakukan percobaan ini, anda diharapkan dapat:
 menjelaskan rangkaian penyearah pulsa enam dari dua penyearah pulsa tiga;
 membuktikan bahwa tegangan searah keluarannya dua kali lebih besar daripada sistem
pulsa tiga;
 menentukan frekuensi pulsa tegangan searah keluarannya; . menentukan besar tegangan
ripelnya;
 menjelaskan pembebanan arus searah pada penghantar jaringan,
 mengukur lebar sudut aliran arus dan pengaruh komutasi dengan mengunakan osiloskop.

Dasar teori

23
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
Rangkaian penyearah pulsa enam (B6) termasuk juga dalam kelompok sistem penyearah fasa
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
tiga. Bedanya dengan penyearah
NEGERI pulsa tiga (M3) adalah bahwa dalam penghantar-penghantar
SEMARANG

fasanya mengalir arus bolak-balik. Hal tersebut memungkinkan transformatornya digunakan


lebih efisien.
Pada diagram rangkaian, bila hubungan antara (b) dan netral dilepas, maka terlihat dengan
jelas adanya hubungan seri dua rangkaian M3. Jadi terukur antara titik (a) dan titik (c)
tegangan sebesar dua kali tegangan rangkaian M3. Tegangan searah keluarannya diberikan
dengan persamaan:
Ud = 2.1,17.Uph = 1,35.U
Karena saluran netral tidak diperlukan lagi dalam rangkaian tersebut, maka penyearah B 6
dapat menggunakan transformator-transformator dengan sisi sekunder sambungan bintang
atau sambungan segitiga.
Interaksi tegangan-tegangan dari rangkaian M3K dan M3A membuat bentuk gelombang
tegangan searah keluarannya seperti ditunjukkan pada diagram di bawah ini.

Frekuensi tegangan ripelnya menjadi 6 kali frekuensi jaringan.

Gambar 14.1 Tegangan searah keluaran


Harga tegangan searah keluaran rangkaian B6 sebesar selisih tegangan keluaran rangkaian-

rangkaian M3-nya. Harga maksimum diarsir antara t1 dan t2 adalah : Udmaks = u =


Faktor ripel tegangan pada diagram searah hanya sebesar 4,2%, yang dengan alat
ukur bisa tidak, terukur nilanya dapat dilihat bahwa lama pengaliran arus T/3, yang dalam
rangkaian M3 sama dengan sudut pengaliran arus 120°.
Dalam rangkaian jembatan tersebut, dua dioda menghantar secara seri. Dengan adanya
perbedaan fasa, komutasi terjadi setiap 60°.
Arus dioda dirumuskan sebagai berikut:

24
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
IFAV = 0,33 . Id
POLITEKNIK
IFRMS = 0,58. Id PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG
Tegangan balik maksimumnya sebesar harga puncak tegangan jaringan
URRM = 2.U = 1,05. Ud

Daftar alat dan bahan


Osiloskop 1 buah
trafo isolasi fasa tiga dan saklar 1 buah
AVO-meter 1 buah
r.m.s -meter 1 buah
Indikator arus-tegangan 1 buah
Dioda 6 buah
Sekering tipe super-cepat 3 buah
Beban resistif, 3 x 100 Ω, 2A 1 buah

Diagram rangkaian

Langkah percobaan
1. Buatlah rangkaian seperti diagram rangkaian, sambungan b-N dipasang Ukur tegangan
U1, Uab dan Ubc dengan multimeter.
2. Tampilkan tegangan Uab pada osiloskop. Amatilah bentuk gelombang tegangan tersebut,
dan perubahan yang bila sambungan b-N dilepas Ukur tegangan U d = Uac dengan
osiloskop dan gambarkan pada lembar data percobaan.
3. Tentukan besar kala pulsa dan frekuensinya berdasarkan gambar rangkaian tersebut.
4. Ukur tegangan Ud dengan multimeter. Bandingkan dengan perhitungan Ua = Uab - Ubc
dari pengukuran langkah percobaan 1.
Ukur tegangan Umix dengan R.M.S.-meter.
5. Tampilkan arus penghantar I1 dengan bantuan indikator arus-tegangan dan gambarkan
osilogramnya pada lembar data percobaan. Tentukan puncak dari penghantar I, tersebut.
6. Tampilkan arus yang mengalir melalui dioda V10. Gambarkan osilogramnya pada lembar
data percobaan dengan memperhatikan hubungan fasanya dengan osilogram sebelumnya.
Hitunglah waktu dan sudut aliran arus.

25
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
Data percobaan
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
1. Data percobaanNEGERI
1 SEMARANG
Uab =
Ubc =
U =
Uab/U =

2. Data percobaan 2
Jika sambungan b-N dilepas, tegangan bentuk pulsa tiga menjadi

Skala
X = ms/cm
Y = V/cm
UD.maks =
D.maks/U

3. Data percobaan langkah 3


Tmix =
fmix = l/ mix =

4. Data percobaan 4
UD =
UD/UD.maks =
Uab - = Ubc =
Umix =
5. Data percobaan langkah 5

26
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Skala
X = ms/cm
Y = V/cm
iL.maks =

6. Data percobaan 6

Skala
X = ms/cm
Y = V/cm
tarus =
Ө = tarus/T.360° =

6. RANGKAIAN PENYALAAN DENGAN MENGGUNAKAN IC TCA 785

Tujuan percobaan
Setelah melakukan percobaan ini, anda diharapkan dapat.

27
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
• membuat rangkaian penyalaan dengan mengunakan IC TCA 785;
POLITEKNIK
• mengamati cara kerja dengan rangkaian tersebut; PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG
• mempelajari karakteristrik IC TCA 785

Dasar teori
Rangkaian pemotongan fasa untuk mengatur sudut penyalaan tiristor, Triac, dan pengaturan
bagi transistor. Pulsa pengaturan dapat digeser-geser antara 0-180 derajat. Penggunaan tipikal
adalah dalam rangkaian penyearah, rangkaian inverter satu fasa maupun tiga fasa.
Susunan terminal: Sambungan Terminal: (Penglihatan bagian atas)

14 Q1 Keluaran 1
15 Q2 Keluaran 2
16 Us Tegangan sumber

28
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Gambar 2.1 Blok Diagram IC. TCA 785

Cara kerja
Cara gambar 4.1 blok diagram IC. TCA 785 adalah sebagai berikut.
• Sinyal sinkronisasi dari nol akan menetapkan letak titik nol dan dimasukkan ke dalam
memori sinkron. Tegangan jala-jala disalurkan melalui tahanan yang berhambat tinggi
(tegangan U5)
• Peraba ini akan mengendalikan sebuah generator tangga. Kapasitor C10 dari generator ini
akan dimuati dengan arus konstan (tergantung pada r9). Bila tegangan-tegangan ramp
U10 melebihi harga Un (sudut penyalaan 0), maka sinyalnya akan diteruskan ke
rangkaian logik. Sudut penyalaan 0 dapat diatur antara 0 sampai 180 derajat, tergantung
pada besarnya tegangan pengendali Uii.
• Pada terminal keluaran Qi dan Cte akan keluar tegangan pulsa positif selama 30 mikro
detik setiap setengah gelombang. Panjang pulsa ini dapat diperpanjang sampai 180
derajat dengan menggunakan kapasitor C12. Bila terminal 12ditanahkan, maka akan
timbul pulsa-pulsa yang panjangnya antara phi sampai 180 derajat.
• Pada terminal keluaran Qi dan Cte akan keluar sinyal kebalikan dari sinyal Qi dan Q2.
Pada terminal 3 akan tersedia sinyal sebesar phi +180 derajat, yang dapat dipakai untuk
mengendalikan suatu rangkaian logik di luar IC. Pada terminal keluaran Qz (kaki7)
terdapat suatu sinyal yang Hx sesuai dengan hubungan NCR pada d dan 0.2.

29
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
• Dengan bantuan terminal masukan inhibit terminal keluaran Qi,Q2, dan Qi-, dan Q2, Qu
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
dapat diblokir.NEGERI
Dengan bantuan terminal 13, pulsa keluaran 01 dan Q2 dapat
SEMARANG

diperpanjang menjadi (180 - phi).

Gambar 4.2

Karakterlistrik Listrik

30
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

31
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

32
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Ukuran-ukuran sebagai patokan untuk rangkaian luar.


min maks
Kapasitansi tegangan C10 500 pF 1 micro F2)
Waktu penyalaan

Arus pengisian

Harga arus I10 maks dan min harus diperhatikan


Tegangan tangganya adalah:

• K = 1.10 1± 20%
• Hati-hati waktu pengosongan

Pengendalian tiristor dengan menggunakan ICTCA 785, ini mempunyai beberapa keuntungan
jika dibandingkan dengan rangkaian-rangkaian konvensional, di antaranya adalah
• pengaturan sudut penyalaan lebih sempurna, karena penentuan titik nol yang lebih pasti;
• periode/panjang pulsa trigger 3 dihasilkan dapat diatur;
• dapat digunakan untuk kendali 3 fasa;
• arus keluar 250 mA;
• temperatur kerja yang lebih besar

Daftar alat dan bahan


• i.c.tca785 I buah
• scr2n6399
• Kapasitor 0,47 mF I buah
• Kapasitor0,1 mF i buah
• Kapasitor 220 pF 1 buah
• Kapasitor 2,2 mF 1 buah

• Dioda IN 4002 3 buah


• Resistor: 22 kW; 2,2 kW; 220W, 4,7 kW masing-masing 1 buah)
• Trimpot 100 kW

33
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
• Potensio 10 kW
POLITEKNIK
• Trafo 48 V buah PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG
• Lampu 1 buah
• Bread board 1 buah
• Osiloskop 1 buah
• Voltmeter 1 buah

Gambar 4.3 Diagram rangkaian penyalaan dan daya

34
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Langkah percobaan
1. Buatlah rangkaian kendali, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.4, di atas bread
board, konfigurasi dari kaki-kaki IC TCA 785 lihat pada buku petunjuk pemakaian.
Evaluasi pulsa-pulsa penyalaan yang dihasilkan pada terminal-terminal keluaran yang
ada (kaki-kaki no. 14,15, 2, & 4).
2. Amati bentuk gelombang yang dihasilkan pada kaki No. 10, dan beri komentarnya.
3. Hubungkan terminal keluaran (no. 14 atau 15) pada gafe dari tiristor yang akan
dikendalikan, dengan beban lampu. Dengan mengatur potensiometernya, amati tegangan
dan arus beban dari pulsa penyalaannya.

Keselamatan kerja
1. Perhatikan pada saat anda menggunakan osiloskop (2-kanal) bahwa hanya boleh ada satu
titik bersama (common point) untuk menghindari adanya hubung singkat.
2. Untuk menghindari suatu hubung singkat dan bahaya bagi keselamatan terhadap orang
yang melakukan pengukuran, hanya boleh digunakan satu kabel dari dalam tanah
(ground) dari osiloskop ke tanah yang diukur.
3. Perhatikan dalam pemasangan ampermeter, jangan sampai dipasang seperti memasang
Voltmeter. Bila ini terjadi akan merusakkan alat ukur tersebut. Usahakan batas ukur pada
alat ukur yang digunakan harus pada posisi yang aman/skala batas ukur yang dianggap
tepat.
4. Perhatikan daerah pengukuran yang tepat dc atau ac, sehingga diperoleh data yang akurat
5. Perhatikan sebelum menggunakan alat ukur, periksa dulu alat ukur yang akan dipakai
sudah dikalibrasi atau belum. Hal ini untuk menghindari kesalahan dalam pembacaan
alat ukur.

Data percobaan
Untuk langkah percobaan 1

35
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Skala
X= ms/cm
Y= v/cm
Untuk langkah percobaan 2

Skala
X= ms/cm
Y= v/cm

Untuk langkah percobaan 3

36
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Skala
X= ms/cm
Y= v/cm

Pertanyaan
1. Dari hasil setiap pengukuran dan penggambaran bentuk gelombang keluaran yang
dihasilkan pada percobaan ini, berilah penjelasan dan komentar anda (untuk langkah 5.1,
5.2 dan 5.3).
2. Terangkan secara singkat prinsip kerja dari rangkaian penyalaan.

Daftar pustaka
Lucas-Nulle. 1986. Elektronika Daya. LFI (E). Kerpen - Sindorf.

Dewan S.B and Straughen. A. 1975. Power Semiconductor Circuit. John Wiley and Sons.
Bird B.M, King K.E & Pedder D AG. 1993. An Instruction to Power Electronics. 2nd edition.
Boffius Lone England: John Willey & Sons.
Fisher M.J. 1991. Power electronics. Boston: PWS-KENT Publishing Co.

Klemens. Henmon 1987 Basic Principles of Power Electronics. Springer Verlog. Berlin.
Samir K. Datta. 1985, Power Electronic & Control. Virginia, (USA): Prentic

7. PENYEARAH ARUS PULSA-TUNGGAL

Tujuan percobaan
Setelah melakukan percobaan, anda diharapkan dapat:
• membedakan antara bias balik dan kondisi tertahan;
• mengoperasikan sebuah tiristor sebagai sebuah dioda yang dapat terkendali dengan pulsa
penyalaan yang diperlukan;
• menggambarkan kurva karakteristik pada penyearah arus terkendali;
• menjelaskan tujuan pemadaman pada sebuah tiristor;
• menunjukkan pengaruh dari tegangan keluaran dc bila tiristor dihidupkan saat dibebani.

37
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
Dasar teori NEGERI SEMARANG

Rangkaian mi, pulsa tunggal tiristor menetapkan pemotongan/perubahan pulsa tegangan yang
dipergunakan ke gerbang, yang seringkah dengan tegangan anoda katoda positif sampai saat
penyalaan atau pengendalian.
Tegangan pengendali yang berhubungan dengan katoda harus positif. Faktor-faktor yang
menentukan perubahan tiristor diset seperti tabel di bawah ini: Faktor-faktor yang
menentukan untuk respon tiristor

Suatu parameter yang memungkinkan penundaan penyalaan, dari bagian positif ke bagian
negatif dari pembangkit tegangan utama yang melewati nol, adalah sudut penundaan
penyalaan ,α, yang sering disebut fasa.
Gambar-gambar berikut memperlihatkan kemungkinan kondisi hubungan pada
perubahan tiristor dan penundaan tegangan penyalaan, a - 90.

38
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Daerah kurva sinus dari pemasok tegangan utama adalah sebagai berikut:
• fasa bias positif-operasi tertahan;
• kondisi penghantaran;
• fasa negatif bias balik.

Selama tiristor dapat menyerap tegangan balik, puncak positif maksimum tegangan balik
harus diperhitungkan, dengan mempertimbangkan karateristik dioda, selain puncak negatif
maksimum tegangan balik. Arus maju dalam tiristor ditulis sebagai l T, untuk membedakan
antara tiristor dengan dioda. Hal-hal yang mungkin menyebabkan penundaan penyalaan,
tegangan dc dapat diset antara 0 V.
Pada a = 180°, dan Ud maks pada 0°.
Pada a = 0°, rangkaian beroperasi seperti pada rangkaian tidak terkendali, dalam hal ini
tegangan ditulis sebagai Ud90.
Dengan beban tahanan murni, berdasarkan fungsi tegangan dc: Udα = 1/2Ud0(1 + cos α)
Diagram di bawah ini menggambarkan hubungan antara tegangan dc, U dα, dengan sudut fasa,
α, dalam bentuk kurva karakte

Dalam praktiknya, beban merupakan kombinasi induktansi dan resistansi. Selama induktansi
bertindak sebagai elemen penyimpan magnit, kenaikan arus kurang cepat dibandingkan
dengan beban tahanan murni. Energi yang tersimpan, yang menjamin bahwa aliran arus

39
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
beban mencukupi, sehingga tetap mengalirkan arus catu tegangan utama yang melewati nol.
NEGERI SEMARANG

Hal itu adalah penyalur arus distribusi, yang dalam ternologi kelistrikan disebut sebagai
perata arus (current smooting) Aliran arus beban, yang telah disebutkan sebelumnya,
memastikan bahwa tiristor tetap mengkonduksi. Hal itu tidak berubah hingga energi yang
tersimpan dikurangi sampai suatu tingkatan tiristor yang menangkap/menyimpan arus tidak
dapat diperbaiki. Prinsip aliran tegangan dc dan arus beban, pada a = 90°, digambarkan dalam
diagram di bawah ini.

Daftar alat dan bahan


Catu daya DC ± 15 Volt/2 ampere 1 buah
Osiloskop 1 buah
Avometer 1 buah
Transformator isolasi, fasa stu 1 buah
Set potensiometer 1 buah
Adaptor tegangan dan arus 1 buah
Beban tahanan 2 x 100 Ohm/2A 1 buah
Beban induktif, 200 mH/5A 1 buah
Dioda Tiristor 1 buah
Satuan pengendali tiristor 4P 1 buah
Sekering (fuse) tipe cepat = 3 1 buah

40
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
Rangkaian : NEGERI SEMARANG

Gambar 5.3 Penyearah arus pulsa-tunggal

Langkah percobaan
1 Buatlah rangkaian seperti pada gambar rangkaian.
Hubungkan singkat terminal-terminal induktansi, yang secara efektif menjadikan beban
tahanan murni. Pulsa penyalaan tiristor dapat diperoleh dari satu pada 2 keluaran untuk
setengah gelombang positif. Buatlah batas bagian atas pada .sudut atas pada sudut fasa
pulsa pada 0°. Dengan pengendalian bagian bawah, pulsa penyalaan dapat dibuat antara
0° sampai 180° Tunjukkan pulsa penyalaan pada osiloskop. Bagaimana polaritas pulsa-
pulsa tersebut ?
2 Tunjukkan tegangan Udx dan ukur tegangan dengan meter kumparan putar pada a = 0°,
45°, 90°, 135°, dan 180°.
Plot grafik Udx/Udo sebagai fungsi a. Cek harga U, mempergunakan r.m.s, meter dan
hitung Udn.
3 Ubahlah polaritas pulsa kendali dengan membalikkan 2 hubungan. Selidiki tegangan
keluaran pada daerah : 0° < a < 180°, dan lengkapi data percobaan 1.
4 Tunjukkan tegangan yang melewati RM (sebanding dengan arus beban) untuk a = 90°
(ekivalen dengan beban tahanan murni) dan gambarkan osilogram pada lembar kerja 2.
Berapakah besarnya harga Ud90?
5 Buka/lepas hubungan singkat pada terminal-terminal induktansi dan ulangi pengukuran
seperti pada nomor 4. Berapa harga Ud909
6 Bandingkan harga pengukuran Ua?» yang diperoleh dari 4 dan 5. Mengapa harga yang
diukur tersebut berbeda ?
7

Keselamatan kerja

41
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
1. Perhatikan pada saat anda menggunakan osiloskop (2-kanal) bahwa hanya boleh ada saru
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
Utik bersama (commonSEMARANG
NEGERI point) untuk
menghindari adanya hubung singkat.
2. Untuk menghindari suatu hubung singkat dan bahaya bagi keselamatan terhadap orang
yang melakukan pengukuran, hanya boleh digunakan satu kabel dari dalam tanah
(ground) dari osiloskop ke tanah yang diukur.
3. Perhatikan dalam pemasangan ampermeter, jangan sampai dipasang seperti memasang
Voltmeter. Bila ini terjadi akan merusakan alat ukur tersebut. Usahakan batas ukur pada
alat ukur yang digunakan harus pada posisi yang aman/skala batas ukur yang dianggap
tepat.
4. Perhatikan daerah pengukuran yang tepat dc atau ac sehingga diperoleh data yang akurat.
5. Perhatikan sebelum menggunakan alat ukur periksa dulu apakah alat ukur yang akan
dipakai sudah dikalibrasi atau belum, hal ini untuk menghindari kesalahan dalam
pembacaan alat ukur.

Data percobaan
1. Untuk percobaan 1
Pulsa dari keluaran unit pengendali bagian atas adalah:
2. Untuk percobaan 2

Pengukuran tegangan A.C. : U = V


Maka, Ud0 = = V

42
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
3. Untuk percobaan 3
POLITEKNIK
Tegangan keluaran seluruh daerah kendali, Uda = V PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG
Apabila tegangan anoda - katoda adalah positif dan tegangan gerbang katoda adalah
negatif, tiristor adalah:

4. Untuk percobaan 4
Letak dc
RM = 0,1 Q
X ms/cm Y mV/cm
Ud9o (RL & L )
= V

5. Untuk percobaan 5
Letak dc:
RM = 0,1 Ω
X = ms/cm
Y = mv/cm
Ud90 (RL & L)
= V
Arus beban dengan beban campuran
6. Untuk percobaan 6
Yang megakibatkan pelurusan/perataan tegangan negatif Ud90 = Dari V untuk beban
tahanan, ke V untuk beban campuran

Pertanyaan
1. Dari hasil perhitungan percobaan 4, buatlah karakteristik untuk mode A dan B, dan
berilah komentar anda!
2. Dari hasil pengukuran percobaan 6 buatlah karakteristik pengaturan!

Berilah penjelasan dan komentar mengenai hasil kerja anda!

Daftar pustaka
Lucas-Nulle. 1986. Elektronika Daya, LFI (E) Kerpen - Sindorf.

43
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
Dewan S.B and Straughen. A1975. Power Semiconductor Circuit. John Wiley and Sons.
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG
Bird B.M, King K.E & Pedder D.A.G. 1993. An Instruction to Power Electronics 2nd edition,
John Widey & Sons, Boffius Lone England:

Fisher M. J 1991. Power electronics. Boston: PWS-KENT Publishing Co.

Klemens, Henmon. 1987. Basic Principles of Power Electronics. Berlin Sprinoer Verlog.

Samir K. Datta. 1985, Power Electronic & Control. USA: Prentice-Hall, Virginia.

44
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

8. PENYEARAH ARUS PULSA GANDA SETENGAH TERKENDALI (KENDALI


SIMETRIS)

Tujuan percobaan
Setelah melakukan percobaan, anda diharapkan dapat:
• mendefinisikan arti penyearah arus pulsa ganda setengah terkendali simetris
• dibandingkan dengan yang tipe asimetris; . membedakan antara B2HK dan B2HZ;
• menunjukkan bagian yang tidak bergerak pasif didalam sirkuit (bagian rangkaian yang
tidak bergerak);
• memperlihatkan bahwa beban-beban induktif menyebabkan transien tegangan di bagian
negatif;
• menjelaskan apabila u = 0°, harga-harga yang sama diperoleh seperti pada
• rangkaian tidak terkendali, B2;
• mengukur periode-periode aliran arus dalam dioda dan tirisistor;
• menjelaskan daerah pengendali praktis berada pada daerah 0° < α < 160°;
• menerangkan penempatan diode penindas tambahan.

Dasar teori
Penyearah arus setengah terkendali sering dipergunakan terutama pada peralatan sederhana
yang berhubungan dengan penyearah arus. Penyearah arus tersebut terbuat dari rangkaian-
rangkaian jembatan.di tempat tirisistor dipergunakan untuk setengah gelombang pertama,
sedangkan setengah gelombang yang lain menggunakan dioda akan lebih ekonomis.
Latihan ini berhubungan dengan suatu rangkaian jembatan setengah terkendali asimetris
Seperti terlihat dalam diagram, rangkaian tersebut terdiri atas suatu hubungan seri rangkaian
M2 katoda terkendali dan rangkaian M2- anoda tidak terkendali.
Dalam operasi tanpa penundaan, (a = 0°),tegangan dc dihitung seperti pada rangkaian B2
tidak terkendali, dengan :

Udo = 0.9. U, sepanjang suatu daerah terpilih, 0° < a < 180°, mempergunakan hubungan U da =
1/2 Udo (1 + cos a). Kurva karakteristik yang berhubungan diberikan kurva a latihan bagian 2,
rangkaian B2 terkendali penuh. Perlu dicatat, kurva karakteristik pada jembatan setengah
terkendali tidak tergantung pada pembebanan, dalam perbandingannya terhadap rangkaian

45
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
terkendali penuh. Hal ini sehubungan terhadap sifat statis di bagian dalam pada rangkaian
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
efeknya adalah tampak jelas
NEGERI pada momen bila tegangan keluaran dc berusaha mengubah
SEMARANG

polaritas pada sejumlah e.m.f balik yang disebabkan oleh beban induktif.
Untuk menghilangkan efek ini, diagram berikut ini akan dibandingkan dengan latihan B2
untuk a = 90°

Mengingat dalam penyearah arus terkendali penuh, tambahan dan kehilangan energi melalui
dioda yang sama, sedangkan dalam rangkaian setengah terkendali dinyatakan sebagai
tegangan yang melewati titik, yaitu arus balik yang terjadi. Jadi, selama setengah periode
tegangan bagian positif, arus mengalir dari sisi bagian ac melalui V1, dan V40 dinyatakan
sebagai tegangan yang melewati titik nol, dioda V1 tetap mengalirkan, terutama (whilet) arus
yang melewati dioda V30 dan yang tidak berubah (unswitched).
Dalam rangkaian energi yang tersimpan di dalam lilitan dikeluarkan lewat d/oda suppression.
Selama waktu tersebut, terminal pada sisi/bagian dc dihubung singkatkan oleh dioda V30, dan
V40, sehingga tegangan dc adalah :
Udα = Ovolt

Sepanjang daerah kendali ideal : 0° < a <180°, secara praktis, harga maks = 160° yang
dipergunakan. Hal itu untuk mencegah kemungkinan penurunan pengendalian M2. bagian
penyearah arus (V1,V2). Oleh penurunan tersebut, berarti konduksi yang tidak bergerak dari
tiristor menyebabkan pengosongan waktu recovery rangkaian dioda. Hal yang berbahaya
tersebut dapat dicetak, dengan menyisipkan suatu dioda suppression.

46
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
Daftar alat dan bahan
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
Potensiometer NEGERI SEMARANG 1 buah
Unit kendali tiristor 4P 1 buah
Dioda 1 buah
Tiristor 1 buah
Adaptor tegangan & arus 1 buah
Sekering 3-super-fast 1 buah
Catu daya ganda 1 buah
Beban tahanan, 2 x 100 W/2A 1 buah
Beban induktif. 100 mH/5A 1 buah
Trafo isolasi, 1 fasa 1 buah
AVO meter 1 buah
Oskoloskop 1 buah

Gambar 6.1 Penyearah arus pulsa ganda setengah terkendali (kendali simetris)

Langkah percobaan
1. Buatlah rangkaian seperti yang terlihat pada diagram rangkaian, tetapi tanpa dioda
penindas

2. Tunjukkan kurva karakteristik untuk daerah 0° <a < 150°, dan tulis harga Udx pada baris
pertama tabel tersebut.

47
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
Bentuk hasil bagi Uδα; dihitung dengan :
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

3. Pada osiloskop, tempatkan tegangan dc keluaran, Ud60> dan gambarkan osilosgram pada
data percobaan.
Hubungkan singkat induktansi dan tentukan perubahannya dalam kurva tegangan.
4. Tunjukkan id pada oskoloskop (melewati RM) dengan menghubung singkat terminal-
terminal induktansi. Gambarkano osiiogramnya.
5. Tunjukkan teganganyang melewati RM dan gambarkan kurva arus diode untuk k/i dan
k/30 Gambarkan kurva arus dalam fasa yang dikoreksi yang berhubungan dengan arus i d,
dari nomor 4.
6. Dari penggambaran kurva-kurva arus dalam nomor 5, tentukan sudut fasa dari aliran
arus:
 dalam dioda yang terkendali, V1
 dalam dioda yang tidak terkendali, V30
7. Ubahlah hubungan dioda, yaitu seperti dengan suatu kombinasi sisi anoda dari tiristor
hasil-hasil penyearah arus B2HA. Sketsakan rangkaian tersebut, dan ulangi pengukuran
seperti dalam percobaan nomor 3.

Keselamatan kerja
1. Perhatikan pada saat anda menggunakan osiloskop (2-kanal) bahwa hanya boleh ada saru
titik bersama (common point) untuk menghindari adanya hubung singkat.
2. Untuk menghindari suatu hubungsingkat dan bahaya bagi keselamatan terhadap orang
yang melakukan pengukuran, hanya boleh digunakan satu kabel dari dalam tanah
(ground) dari osiloskop ke tanah yang diukur.
3. Perhatikan dalam pemasangan ampermeter, jangan sampai dipasang seperti memasang
voltmeter. Bila ini terjadi akan merusakan alat ukur tersebut. Usahakan batas ukur pada
alat ukur yang digunakan harus pada posisi yang aman/skala batas ukur yang dianggap
tepat.

4. Perhatikan daerah pengukuran yang tepat "dc" atau "ac" sehingga diperoleh data yang
akurat
5. Perhatikan sebelum menggunakan alat ukur periksa dulu apakah alat ukur yang akan
dipakai sudah dikalibrasi atau belum, hal ini untuk menghindari kesalahan dalam
pembacaan alat ukur.

Data percobaan

48
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
9. Untuk percobaan 2
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Kurva karakteristik dari penyearah arus B2H


10. Untuk percobaan 3

Kurva dc pada 60°


Ketika induktansi dirangkai pendek, keluaran dc
Saat induktansi dihubung singkat, keluaran dc

11. Untuk percobaan 4

49
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
Kurva arus beban a NEGERI
= 60° SEMARANG

12. Untuk percobaan 5

Kurva arus dioda V^

13. Untuk percobaan 6


ti (V1) = ms (V1) = o
ti (V30) = ms (V30) = o
>
(V1) = = (V30) (x)
(X): Coret yang tidak dipakai.

14. Untuk percobaan


Perubahan rangkaian, bandingkan dengan percobaan 2

Pertanyaan
1. Dari hasil perhitungan percobaan nomor 4, buatlah karakteristik untuk Mode A dan B.
Berilah komentar anda.

50
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
2. Dari hasil pengukuran nomor 9, buatlah karakteristik pengaturan
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Berilah penjelasan dan komentar mengenai hasil kerja anda.

Daftar pustaka
Lucas-Nulle. 1986. Elektronika Daya. LFI (E). Kerpen - Sindorf.

Dewan SB and Straughen. A. 1975, Power Semiconductor Circuit John Wiley and Sons.

Bird B.M, King K.E & Redder D.A.G, 1993 An Instruction to Power Electronics, 2nd
edition. Boffius Lone England: John Willey & Sons.

Fisher M.J. 1991. Power electronics. PWS-KENT Publishing Co, Boston.

Klemens, Henmon. 1987. Basic Principles of Power Electronics. Berlin:Springer Verlog.

Samir K. Datta. 1985. Power Electronic & Control. Virginia, (USA): Prentice-Hall.

51
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

15. PENYEARAH ARUS PULSA GANDA SETENGAH TERKENDALI (KENDALI


ASIMETRIS)

Tujuan percobaan
Setelah menyelesaikan percobaan ini, anda diharapkan mampu:
 menerangkan perbedaan antara penyearah arus setengah terkendali simetris dengan
asimetris;
 membedakan anara B2HK dan B2HZ;
 menjelaskan pertimbanganeia untuk menghilangkan diode peninda:
 menentukan perbedaan sudut aliran arus antara dioda dengan tiristor;
 menerangkan besarnya arus lin dalam penyearah arus setengah terkendali lebih kecil
daripada dalam rangkaian terkendali penuh, meskipun pada kondisi operasi yang sama;
 menjelaskan bahwa daya reaktif yang berasal dari pembangkit tegangan utama pada
penyearah arus setengah terkendali kurang bisa teratasi daripada rangkaian terkendali
penuh.

Dasar teori
Bentuk sederhana dari penyearah pada kendali asimetris B2HZ, diberikan dalam
bahasa Jerman, apabila dalam bahasa Inggris bisa berarti rangkaian jembatan (Brigde
Circuit), 2 kutub, sepasang setengah terkendali.
Pada pembangkit tegangan dc, rangkaian jembatan setengah terkendali asimetris
adalah ekivalen dengan rangkaian terkendali simetris. Dioda penindas tambahan dapat
dihilangkan dengan menghubungkan dioda V10 dan V30 secara seri. Dengan demikian, daerah
kendali yang aman adalah 0° < a <180°. Kebalikan dengan penyearah arus terkendali
simetris, sudut aliran arus dari 2 tiristor daiam rangkaian B2HZ akan berkurang apabila
kendali dinaikkan. Oleh karena itu, dioda diperuntukkan aliran arus yang besar selama fasa
tidak bergerak.
Oleh karena itu, dalam penyearah arus terkendali penuh, umpan balik energi hanya
dapat terjadi melalui tiristor dan pemasok utama tegangan ac. Dalam rangkaian setengah
terkendali, penurunan energi mengambil tempat melalui jalan penindasan dan pembebanan
pada bagian dc. Kuadrat dari bentuk gelombang arus bolak-balik dari penyearah arus

52
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
setengah terkendali, menghasilkan arus r.m.s yang mempunyai harga sangat rendah
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
dibandingkan dengan rangkaian
NEGERI penyearah arus terkendali.
SEMARANG

Untuk saat ini, keuntungan yang disebutkan dalam penyearah arus hanyalah biaya
dioda yang lebih rendah dibandingkan dengan rangkaian penyearah arus terkendali penuh.
Pada umumnya, apabila pemakaian penyearah arus setengah terkendali adalah lebih penting,
yang menyebabkan efek daya reaktif dari pembangkit utamanya lebih rendah.

Gambar 7.1
Kedua rangkaian tersebut mempunyai beban induktif dan a = 60°. Hal itu berarti bahwa, pada
pemeriksaan arus bolak-balik pemisahannya dapat dilihat pada rangkaian B 2Z. Jika sebuah
garis simetri digambar dalam setengah gelombang tegangan bolak-balik, Su, dan dalam
setengah perioda arus gelombang kuadrat, S1. Hal itu dapat dilihat bahwa baris S1 dapat
diubah. Perubahan fasa tersebut disebabkan oleh jumlah pengendalian dan resultante daya
reaktif yang seringkah berdasarkan pada daya kendali-reaktif.
Dalam penyearah arus terkendali penuh, sudut perubahan fasa, C, adalah sama dengan
perubahan fasa kendali, a, pada penyearah arus setengah terkendali, harga C dibagi 2.

53
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
Daftar alat dan bahan
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
Catu daya dc ± 15 V/2A
NEGERI SEMARANG 1 buah
Osiloskop 1 buah
AVO meter 1 buah
Trafo isolalsi 1 buah
Potensiometer 1 buah
Adaptor tegangan & arus 1 buah
Beban tahanan, 2 x 100 Q 1 buah
Beban induktif, 200 mH/5A 2 buah
Dioda 2 buah
Tiristor 2 buah
Unit kendali tiristor 4P 1 buah
Sekering 3-super-fast 1 buah

Diagram rangkaian

Gambar 7.2 Penyearah arus pulsa ganda setengah terkendali (kendali asimetris)

Langkah percobaan
1. Buatlah rangkaian seperti terlihat pada gambar rangkaian ukur harga karakteristik
pengendalian:

Bandingkan harganya dengan yang diperoleh dalam latihan B2HK.

54
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
2. Pada a = 60°, tunjukkan arus bolak-balik, l1α, dan tegangan ac. Gambarkan osilogram
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
pada data percobaan.
NEGERIBandingkan
SEMARANG sudut pemisah dengan sudut kendali fasa.
3. Dari osilogram tersebut, tentukan besar, jumlah dan sudut beda fasa (yaitu kapasitif atau
induktif).
4. Tunjukkan arus beban (yaitu tegangan yang melewati RM) pada a = 60° dan arus dioda
dalam V4 dan Gambarkan osilogram pada lembar kerja 2.
5. Berapa harga sudut-sudut aliran arus untuk V4 dan V30 ?

Keselamatan kerja
1. Perhatikan pada saat anda menggunakan osiloskop (2-kanal) bahwa hanya boleh ada satu
titik bersama (common point) untuk menghindari adanya hubung singkat.
2. Untuk menghindari suatu hubung singkat dan bahaya bagi keselamatan terhadap orang
yang melakukan pengukuran, hanya boleh digunakan satu kabel dari dalam tanah
(ground) dari osiloskop ke tanah yang diukur.
3. Perhatikan dalam pemasangan ampermeter, jangan sampai dipasang seperti memasang
Voltmeter. Bila ini terjadi akan merusakan alat ukur tersebut. Usahakan batas ukur pada
alat ukur yang digunakan harus pada posisi yang aman/skala batas ukur yang dianggap
tepat.
4. Perhatikan daerah pengukuran yang tepat dc atau ac, sehingga diperoleh data yang akurat
5. Perhatikan sebelum menggunakan alat ukur periksa dulu apakah alat ukur yang akan
dipakai sudah dikalibrasi atau belum. Hal ini berfungsi untuk menghindari kesalahan
dalam pembacaan alat ukur.
Data percobaan
1. Untuk percobaan 1

2. Untuk percobaan 2
Penyetelan skala AC
Bentuk gelombang tegangan dan arus bolak-balik

55
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG Skala pengukuran arus RM = 0,1 
X= ms/cm
Y= mV/cm

3. Untuk percobaan 3

4. Untuk percobaan 4

Bentuk gelombang arus beban pada a = 60

Bentuk gelombang arus dalam V4

56
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Bentuk gelombang arus pada V30

5. Untuk percobaan 5

0
ti (/V4) = ms → ((V1) = → (V4) (V30)

0
ti (/V30) = ms - ((V30) =
Pertanyaan
1. Dari hasil perhitungan percobaan nomor 4, buatlah karakteristik untuk Mode
A dan B. Berilah komentar anda.
2. Dari hasil pengukuran percobaan nomar 5 buatlah karakteristik pengaturan

Berilah penjelasan dan komentar mengenai hasil kerja anda.

Daftar pustaka
Lucas-Nulle. 1986. Elektronika Daya. LFI (E). Kerpen - Sindorf

Dewan S.B and Straughen. A. 1975. Power Semiconductor Circuit. John Wiley and Sons.

Bird B.M, King K.E & Pedder D.A.G. 1993. An Instruction to Power Electronics. 2nd
edition. Boffius Lone, England: John Willey & Sons.

Fisher M.J. 1991. Power electronics. Co, Boston. PWS-KENT Publishing.

16. PENYEARAH ARUS FASA TUNGGAL TERKENDALI PENUH

57
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
Tujuan percobaan
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
Setelah melakukan percobaan ini, anda diharapkan dapat:
NEGERI SEMARANG

 menyatukan cara kerja penyearah gelombang penuh memakai tiristor dengan pulsa yang
tepat pada berbagai macam beban;
 memeriksa secara matematis harga Vd, dan secara grafis dari lengkung sifat pengaturan;
 mengukur harga rata-rata dan harga r.m.s arus yang mengalir dalam cabang jembatan l v
dan ld pada keadaan kerja yang diatur;
 menjelaskan perpindahan kerja dari kerja sebagai penyearah ke kerja sebagai konverter,
dengan mengamati tegangan;
 mengukur daya p dc dan daya masuk efektif p, dan menjelaskan keadaan pada beban
reaktif;
 memilih dioda yang dapat dipakai berdasarkan harga puncak invers, Vrms dan Vav serta
harga arus Irms dan lav .

Dasar teori
• Rangkaian B2* yang diatur dapat dianggap sebagai dua buah rangkaian M 2 yang
dihubungkan seri. Dengan demikian untuk dapat mengalirkan arus diperlukan dua buah
thyristor yang menyala. Dalam rangkaian ini, kedua tiristor itu adalah V 1 dan V4 untuk
setengah gelombang positif dan V2 dan V3 untuk setengah gelombang negatif.
• Tegangan searah keluaran, pada a = 0° akan sama besar dengan tegangan searah
keluaran penyearah gelombang penuh yang tidak diatur.
Vdα = Vdo = 0.9. V atau V/Vd0 = 1.11
Dalam keadaan diatur, maka tegangan keluaran akan mengikuti hubungan: Vdα = Vdo*
(1+Cos α)/2
Vda = Vdo* Cos a
Pada beban tahanan murni pada beban induktif. Lengkung pengaturan penyearah
gelombang penuh yang diatur
• beban tanahan murni
• beban induktif

Pada kerja sebagai penyearah dan sebagai konverter. Vd9o = 0V.

58
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

• Tegangan puncak invers pada dioda sama dengan harga puncak tegangan sumber;
• Pada saat mengamati arus kerja, macam beban yang dipakai menjadi penting Pada beban
tahanan murni, pada a > 0°, timbul arus dengan celah-celah kosong. Pada beban induktif
yang besar yang mengalir menjadi rata dan sudut pengaliran arus selalu 180°.
• Dengan adanya perlambatan pada penyalaan, maka fasa arus yang mengalir akan
terlambat sebesar <5 derajat terhadap gelombang sinus tegangan. Pergeseran fasa ini
akan menyebabkan beban penyearah akan mempunyai daya reaktif yang besar.
• Faktor beban suatu penyearah (lambda)^ ( = <5m/s adalah daya VA pada sumber
Daftar alat dan bahan
Sumber tegangan searah, +/-15 V 1 buah
Osiloskop 1 buah
Wattmeter universal 1 buah
Alat ukur rms 1 buah
Sekering 3- super-cepat 1 buah
Transformator 1 fasa 1 buah
Potensiometer 1 buah
Adaptor teg/arus 1 buah
Beban ohm, 2x10 ohm 2 A 1 buah
Beban induktif 100mh 5 A 1 buah
Tiristor 1 buah
Unit pengatur tiristor 4P 1 buah

59
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Langkah percobaan
1. Buatlah rangkaian percobaan sesuai dengan gambar rangakaian. Hubung singkat jepitan
induktansi. Tunjukkan dengan osiloskop bentuk tegangan keluaran. Ukur daerah kerja
pergeseran fasa.
2. Tunjukkan tegangan keluaran searah pada sudut penyalaan = 60° gambarkan pada
osilogram bentuk tegangan.
Ukur V dan Vd60 dengan alat ukur kumparan berputar. Hitunglah harga Vdo dengan
rumus:
Vdα= Vd0 . (1 +cosα)/2
Untuk beban tahanan murni. Bandingkan harga Vd6o / Vdo dari hasil pengukuran dan
secara matematis. Amati arus yang mengalir Id dari bentuk tegangan pada ujung-ujung
Rm, gambarkan bentuk itu ( pada diagram yang sama). Tentukan besarnya sudut
pengaliran arus.
3. Tunjukkan pada oscilloscope bentuk tegangan Vak pada tiristor V1 tanpa mengubah
pengesetan pengaturan. Gambarkan bentuk tegangan itu.
Berapa besar tegangan puncak invers Vrms pada arah yang berlawanan ? Samakan harga
tersebut dengan hasil perhitungan menurut rumus Vrms = V2 x V? Berapa besar Vdrm ?
4. Pada a = 0° arus yang mengalir melalui dioda adalah yang paling besar ukurlah arus-arus
berikut:
a. Iav pada tiristor V1, dengan alat ukur kumparan berputar
b. Irms pada tiristor V1 dengan alat ukur besi bergerak
c. Arus masukan pada penyearah dengan aiat ukur besi bergerak
d. Arus keluaran penyearah Id dengan alat ukur kumparan berputar

5. Lepaskan kawat penghubung singkat pada induktansi. Ubah sudut fasa penyalaan dari 0°
menjadi 60°. Lihat perubahan Vdα pada osiloskop.? Gambarkan bentuk gelombang itu.
Ukur tegangan Vd6o dengan alat ukur kumparan berputar.
6. Gambarkan gelombang arus 1d dari percobaan 2 pada diagram yang sama dengan
percobaan 5 ukur dan bandingkan Id dan I.
7. Hitung daya searah Pdc = Vd6o Id
Ukur daya masuk efektif P dan daya keluaran Pm dengan Wattmeter.

60
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
Hitung daya semu S = V . I dan faktor kerja (lambda) δ = Pm/s.
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Keselamatan kerja
1. Perhatikan pada saat anda menggunakan osiloskop (2-kanal) bahwa hanya boleh ada satu
titik bersama (common point) untuk menghindari adanya hubung singkat.
2. Untuk menghindari suatu hubung singkat dan bahaya bagi keselamatan terhadap orang
yang melakukan pengukuran, hanya boleh digunakan satu kabel dari dalam tanah
(ground) dari osiloskop ke tanah yang diukur.
3. Perhatikan dalam pemasangan ampermeter, jangan sampai dipasang seperti memasang
Voltmeter Bila ini terjadi akan merusakan alat ukur tersebut.
Usahakan batas ukur pada alat ukur yang digunakan harus pada posisi yang aman/skala
batas ukur yang dianggap tepat.
4. Perhatikan daerah pengukuran yang tepat dc atau ac sehingga diperoleh data yang akurat
5. Perhatikan sebelum menggunakan alat ukur periksa dulu apakah alat ukur yang akan
dipakai sudah dikalibrasi atau belum, hal ini untuk menghindari kesalahan dalam
pembacaan alat ukur
Data percobaan
1. Untuk percobaan 1

2. Untuk percobaan 1
Penyetelan skala AC

61
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
Skala pengukuran arus
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG RM = 0,1Ω
X = ms/cm
Yi = mV/cm

Bentuk gelombang tegangan arus bolak-balik

3. Untuk percobaan 3
α = cm ms/cm.360°/20 ms =

4. Untuk percobaan

Skala pengukuran
RM = 0,1 Ω
X = ms/cm
Yt = mV/cm

Bentuk gelombang arus beban pada α = 600

62
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Skala pengukuran
RM = 0,1 Ω
X = ms/cm
Y1 = ms/cm
Bentuk gelombang arus dalam V4

Skala pengukuran
RM = 0,1 Ω
X = ms/cm
Y1 = ms/cm

Untuk percobaan

0
ti (V4) = ms → ( (V1) = → (V4) (V30)

0
ti (V30) = ms → (V30)

Pertanyaan
1. Dari hasil perhitungan percobaan nomor 4, buatlah karakteristik untuk Mode A dan B.
Berilah komentar anda.
2. Dari hasil pengukuran percobaan nomor 9, buatlah karakteristik pengaturan

Berilah penjslasan dan komentar mengenai hasil kerja anda


Daftar Pustaka

Lucas-Nulle. 1986. Elektronika Daya. LFI (E). Kerpen - Sindorf.

Dewan S.B and Straughen. A. 1975. Power Semiconductor Circuit. John Wiley and Sons.

Bird B.M, King K.E & Pedder D.A.G. 1993. An Instruction to Power Electronics, 2nd
edition. Boffius Lone England: John Willey & Sons.

Fisher M.J. 1991. Power electronics. 1991. Boston: PWS-KENT Publishing Co.

Klemens, Henmon. 1987. Basic Principles of Power Electronics. Berlin: Springer Verlog.

Samir K. Datta. 1985, Power Electronic & Control. (USA): Prentice-Hall, Virginia.

63
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

17. UNIT REGULASI ARUS BOLAK-BALIK SATU FASA SEMI TERKENDALI

Tujuan percobaan
Setelah menyelesaikan percobaan ini, anda diharapkan dapat:
• menggunakan daya yang tersedia secara optimis pada rangkaian regulator ac;
• menentukan sketsa perbedaan antara tegangan beban inversi dan kendali sudut fasa;
• membuktikan ketelitian yang dihasilkan dari perhitungan yang didapat dalam percobaan
ini, dari arus jala-jala dan arus pada dioda;
• menjelaskan perpindahan daya yang dihasilkan

Dasar teori
Unit regulasi arus bolak-balik adalah mengubah tegangan dari masukan ac yang konstan
menjadi keluaran ac semi terkendali yang dapat diatur (variabel). Pada regulasi ac ini
menggunakan satu buah SCR dan dioda yang dihubungkan anti paralel. Gelombang keluaran
dari regulasi ac tersebut adalah sebagian mengandung komponen dc, karena hanya
melakukan arus pada setengah gelombang dari tegangan bolak-balik dan tergantung pada
polaritas dari dioda.

Pada rangkaian unit regulasi tersebut sudut a dapat menjadi 180°. Ini berarti besarnya
perpindahan (transfer) daya adalah 50%, dalam kondisi seperti ini tiristor tidak melakukan
arus ke beban. Kondisi tiristor bekerja adalah pada sudut a 135° (lihat gambar 9.1)

Gambar 9.1 Gelombang keluaran

Dalam diagram rangkaian terlihat bahwa, tiristor V1 T1, melakukan arus selama 0,5
gelombang positif, karena penyalaan tiristor ditunda oleh sudut o = 135° dan akan padam saat
melalui arus 180°. Jadi, sudut pengaliran arus : 180° - 135° = 45°.

64
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
Dioda akan melakukan arus
NEGERI ke beban selama 0,5 gelombang negatif. Penambahan dari nilai
SEMARANG

sesaat arus yang melalui dioda dan tiristor diberikan oleh nilai dari arus beban, lα. Tegangan
keluaran, Uα adalah berbanding dengan keluaran arus ia untuk beban resistif seperti gambar
9.1 tersebut di atas.

Pada teknik arus bolak-balik nilai r.m.s dari tegangan dan arus yang teruraikan adalah sama,
karena skala r.m.s dari meter moving coil hanya valid untuk sinyal sinusoidal dalam
percobaan ini digunakan alat ukur kumparan besi (moving iron). Dalam percobaan, besarnya
daya berkisar antara 50% - 100% dari nilai maksimumnya.

Contoh
Kombinasi dua nilai RMS adalah mungkin, secara matematis hanya menanyakan persoalan
nilai kuadratnya.

Daftar alat dan bahan


Sumber dc 1 buah
Osiloskop 1 buah
Universal power meter 1 buah
RMS meter 1 buah
Trafo isolasi /fasa 1 buah
Pengesetan potensiometer 1 buah
Adaptor tengangan dan arus 1 buah
Beban resistif, 2 x 100 ohm/ 2A 1 buah

65
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
Diagram Rangkaian
NEGERI SEMARANG

Gambar 9.2 Diagram rangkaian

Langkah percobaan
1. Bentuk rangkaian seperti diperlihatkan pada diagram. Perlihatkan tegangan U 12 dan Uα,
pada sudut a = 90° Gambar tampilan osiloskop pada data percobaan nomor 1. Berapa
transfer daya yang dihasilkan/diharapkan
2. Dari osiloskop, hitung tengangan puncak U. Ukur tegangan u dengan sebuah AVO meter,
dan hitung nilai tegangan U dengan rumus:
3. Ukur arus RMS pada Vi dan V20 dan pada beban la periksa dengan penjumlahan nilai
kuadrat.

4. Pada saat nilai kendali sudut fase diberikan, ukur tegangan Uα dan daya P. Masukan
nilai-nilai pada tabel.
5. Periksa rating daya dari beban reristor dan hiiung daya yang digunakan pada nilai yang
diukur.

6. Dari hasil pada tabel percobaan 4 gambar karakteristik

Keselamatan kerja

66
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
1. Perhatikan pada saat anda menggunakan osiloskop (2-kanal) bahwa hanya boleh ada satu
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
titik bersama (commonSEMARANG
NEGERI point) untuk
menghindari adanya hubung singkat.
2. Untuk menghindari suatu hubung singkat dan bahaya bagi keselamatan terhadap orang
yang melakukan pengukuran, hanya boleh digunakan satu kabel dari dalam tanah
(ground) dari osiloskop ke tanah yang diukur.
3. Perhatikan dalam pemasangan ampermeter, jangan sampai dipasang seperti memasang
Voltmeter. Bila ini terjadi akan merusakan alat ukur tersebut. Usahakan batas ukur pada
alat ukur yang digunakan harus pada posisi yang aman/skala batas ukur yang dianggap
tepat.
4. Perhatikan daerah pengukuran yang tepat "dc" atau "ac", sehingga diperoleh data yang
akurat.
5. Perhatikan sebelum menggunakan alat ukur periksa dulu apakah alat ukur yang akan
dipakai sudah dikalibrasi atau belum. Hal ini berfungsi untuk menghindari kesalahan
dalam pembacaan alat ukur.

Data percobaan
1. Untuk percobaan
Pengesetan ac
Skala :
X= ms/cm
Y= V/cm
a. Bentuk gelombang U12 pada a = 90°
Pengesetan ac
Skala :
X= ms/cm
Y= V/cm

T= cm ms/cm
T= ms
f= = Hz
b. Bentuk gelombang U a pada a = 90°

2. Untuk percobaan 2
U = cm v/cm = v
Koreksi perhitungan U
U =

67
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
= v
POLITEKNIK
3. Untuk percobaan 3 PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG
Iv1= A, Iv20 = A, Ia = A
Hitung
Iα =

Iα =
Iα = A
4. Untuk percobaan 4

Pertanyaan
1. Dari hasil setiap pengukuran dan penggambaran bentuk gelombang keluaran yang
dihasilkan pada percobaan ini, berilah penjelasan dan komentar anda.
2. Dari hasil pengukuran percobaan 2 hitung besarnya tegangan puncak?
3. Dari hasil pengukuran percobaan 4, buatlah karakteristik pengaturan

Berilah penjelasan dan komentar mengenai hasil kerja anda.

Daftar pustaka
Lucas-Nulle. 1986. Elektronika Daya. LFI (E). Kerpen - Sindorf.

Dewan S. B and Straughen. A 1975. Power Semiconductor Circuit. John Wiley and Sons.

Bird B.M, King K.E & Pedder D.A.G. 1993, An Instruction to Power Electronics, 2"°
edition. Boffius Lone England: John Willey & Sons.

68
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
Fisher M.J. 1991. Power electronics. Boston: PWS-KENT Publishing Co.
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG
Klemens, Henmon. 1987. Basic Principles of Power Electronics. Berlin: Springer Verlog.

Samir K. Dana, 1985. Power Electronic & Control. Virginia, (USA): Prentice-Ha

18. UNIT REGULASI ARUS BOLAK-BALIK DENGAN TRIAC

Tujuan percobaan
Setelah melakukan percobaan ini, anda diharapkan dapat:

69
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
• menjelaskan untung-rugi penggunaan TRIAC dibandingkan dengan dua tiristior anti-
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
pararel; NEGERI SEMARANG
• menjelaskan pengertian kuadran kendali:
• menjelaskan pengaruh beban induktif terhadap daerah kendali regulator terkontrol penuh
W1 ;
• mengukur karakteristik kendali, Uα = f(α), dengan beban campuran (resistif dan induktif),
dan memperbandingkan tanggapannya pada beban résistif murni dan induktif murni;
• menentukan pergeseran fasa φ melalui pengukuran dengan osiloskop dan dengan
pengukuran daya.

Dasar teori
Karena rangkaian regulasi W, banyak sekali (misalnya pada pengatur kecerahan penerangan),
maka pabrik-pabrik piranti semikonduktor berusaha menemukan alternatif yang mungkin
untuk menggantikan dua tiristor yang dihubungkan anti-paralel yang relatif mahal. Hasilnya
adalah dengan dikembangkannya komponen yang lebih kompak yang dikenal dengan TRIAC
(Triode Memating Current Switch).

Gambar 10.1 Rangkaian Wi dengan tiristor atau dengan TRIAC

Konstruksinya yang terintegrasi ada sisi buruknya juga, TRIAC menjadi sangat terpengaruh
oleh panas. Maka dari iku penggunaanya pada saat ini masih terbatas untuk daya tidak
melebihi 5kW. Ini berarti untuk pengaturan daya yang relatif besar rangkaian tiristor anti-
paralel masih harus digunakan.

Keuntungan menggunakan TRIAC adalah ukuran fisiknya yang kecil, dan hanya memerlukan
satu pelat penurun panas (heat sink).

70
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
Keuntungan lain, rangkaian menggunakan TIRAC dibanding tiristor anti-paralel adalah cara
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
penylutannya, dapatNEGERI
dilihat pada gambar, hanya dibutuhkan satu elektroda kendali pada
SEMARANG

TRIAC (gate).

Tiristor dapat disulut dengan pulsa positif UQK hnaya jika UAK positif, sedangkan pada
TRIAC dapat pada kedua polaritasnya. Empat kondisi yang mungkin dalam penyulutan
TRIAC ditabelkan sebagai berikut.
Kuadarat kontrol TRIAC.

Tipe kendali I II III IV


UA2A1 + - - +
UGA1 + + - -
Sejauh menyangkut arus saluran utama, kedua regulator W1 mempunyai tanggapan yang
sama. Selanjutnya, akan diamati bila rangkaian regulasi W 1 tersebut mempunyai beban yang
murni induktif. Arus yang mengalir dalam induktans yang ideal menimbulkan di satu sisi
penyerapan energi (energy absorption) di sisi lain penyimpangan energi (energy dissipation).
Ini berarti bahwa untuk sudut fasa pengendalian 0° ≤ α ≤ 90°, tegangan penuh berada di
beban, karena dalam jalur pertama selama tegangagan negatif akan tetap menghantar sampai

suatu waktu ketika arah arusnya berganti. Pada saat tersebut, jalur kedua menghantar,
sehingga setengah perioda tegangan lanjutnya langsung berada pada beban. Hanya jika sudut
α ≤ 90° arus bolak-baliknya mulai menampilkan celah, sehingga daerah pengendalian
sesungguhnya hanya berada pada daerah 90° ≤ α ≤ 180°

Dalam praktek, bebanya lebih sering merupakan beban campuran. Dalam hal ini,
karakteristik kendalinya terletak di antara dua harga ekstremnya. φivδ = α dan φohm = 0,
tergantung pada faktor-bebanya. Tan
tan φ = XL / R

Daftar alat dan bahan


Catu daya, ± l5Vdc 1 buah
Osiloskop 1 buah
71
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
Alat ukur daya 1 buah
POLITEKNIK
RMS meter 1 buah PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG
Trafo isolasi, 1 –fasa 1 buah
"set point potensiometer" 1 buah
Adaptor tegangan-arus 1 buah
Beban resistif,2 x 100 Ω/ZA 1 buah
TRIAC 1 buah
Unit kendali tiristor, 4P 1 buah
Sekering tipe super-cepat-3 1 buah

Diagram rangkaian

Gambar 10.2 Diagram rangkaian

Langkah percobaan
1. Buatlah rangkaian seperti pada diagram rangkaian, tanpa induktans lebih dahulu,
sehingga tanggapan penyulutan triac dapat diamati.
Aturlah unit kendali 4-pulsa menjadi pulsa tunggal dan atur α = 90°
a. Sulut TRIAC dengan keluaran pulsa ke-1 dan ke-2
Tentukan polaritas tegangan UA2AI dan UQAI dan buatlah sketsa bentuk gelombang
tegangan keluarannya.
b. Pertukarkan sambungan pulsanya.
c. Sulut TRIAC dengan keluaran pulsa ke-3 dan ke-4.
d. Pertukarkan sambungan pulsanya.
2. Tampilkan tegangan keluaran Uu pada a = 90° sketsa osilogramnya.
3. Sisipkan induktans. Tampilkan tegangan keluaran Ua dan arus beban Iα, (dengan bantuan
adaptor tegangan-arus) pada α = 0°. Gambarlah osilogramnya pada data percobaan.
Apakah yang dimaksud sudut pergeseran-fasa φ?

4. Ukur daya nyata maksimum Pmaks. pada α = 0°, juga U0 dan l0. Dengan Smaks = U010. maka
cos φ= Pmaks/(U0.I0)

Hitung harga φ dan bandingkan dengan harga terukur sebelumnya. Hitunglah impedans,
Z = U0/l0.
5. Gambarkan karakteristik kendali Ua / U0 = f (a)

72
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
Dalam daerah mana letak karakteristik untuk beban campuran?
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG
Data percobaan
1. Data langkah percobaan 1

2. Data untuk langkah percobaan 2

73
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

3. Data untuk langkah percobaan 3


Bentuk gelombang tegangan dan arus pada a = 0°

Posisi ac
Skala pada pengukuran tegangan
X = ms/cm
Y = V/cm
Skala pada pengukuran arus dengan RM = 0,1 Q X = ms/cm
Y = mV/cm
f=
4. Data langkah percobaan 4
Pmax = W
u0 = V
lo = A
cos φ =
φ = 0
Z = Ω

74
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
5. Data langkah percobaan 5
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
α NEGERI SEMARANG
0° 30° 60° 90° 120° 150° 80°
Uα [V]
Uα/Uo [-]

75
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

19. UNIT REGULASI ARUS BOLAK-BALIK TERKENDALI PENUH

Tujuan percobaan
Setelah menyelesaikan percobaan ini, anda diharapkan dapat:
• menjelaskan fungsi unit pengatur arus bolak-balik simetris;
• mengamati kesamaan sudut fasa dari setengah siklus positif dan negatif;
• memperlihatkan perbedaan antara regulator arus bolak-balik semi terkendali dan
terkendali penuh dengan beracuan pada sifat-sifat kendalinya;
• mengevaluasi kelebihan sebuah grafik dibandingkan dengan perhitungan matematis;
• membuktikan pengaruh induktansi pada arus bolak-balik yang dihasilkan

Dasar teori
Unit regulasi arus bolak-balik terkendali penuh adalah suatu konverter ac-ke ac; yaitu
menggunakan dua tiristor yang dipasang secara antiparalel. Tegangan keluaran yang
dihasilkan dari rangkaian ini, tegangan ac yang variabelnya dikendalikan dengan mengatur
penyalaan dari tiristor. Jadi, unit regulasi dari tegangan masukan ac yang konstan diubah
menjadi tegangan keluaran ac yang variabel. Unit regulasi am bolak-balik terkendali penuh
ini biasa disebut dengan ac chopper 1 fasa.
Dengan operasi simetris berarti pada tiristor diumpankan pulsa penyalaan dengan waktu
tunda yang sama, referensinya adalah titik nol tegangan masuk yang sesuai (lihat gambar
11.1).
Karena pada a = 10°, kedua tiristor masih tidak bekerja {turned off), maka daerah pengaturan
tegangan dan daya keluaran adalah 0% sampai 100%. Persamaan matematis untuk
menghitung tegangan bolak-balik keluar adalah :

Untuk menghindari kerumitan perhitungan Ua secara matematis. Untuk harga tegangan


bolak-balik U = U0, dan sudut pengaturan (α), maka dalam perhitungan dapat digunakan
karakteristik kendali.
Contoh perhitungan:

76
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Karena pengaturan simetris, maka harga r.m.s arus (Ivi) dan (l\/2) adalah sama , sehingga arus
beban \a dapat dihitung sebagai berikut:

Apabila bebannya adalah gabungan dari tahanan (R) dan lilitan (L), setelah penyulutan, arus
yang melalui tiristor memperlihatkan tampak daerah penundaan yang bertambah. Akibatnya
cukup sering sebuah tiristor tidak bekerja penuh, sebab aurs holding thyristor tidak dapat
dicapai apabila waktu pulsa penyulutan sangat singkat.
Pemecahan masalah ini adalah dengan menggunakan perioda pulsa penyulutan yang lebih
lama atau memakai sederetan pulsa. Pada bagian induktif dari beban, akibat adanya
penyimpanan energi magnetik menyebabkan masih adanya aliran arus, meskipun pada saat
tegangan sudah mencapai nol. Akibat dalam latihan-latihan penyearah arus, tegangan negatif
beban bisa timbul meskipun aliran arus positif.

Gambar 11.1 Gelombang sinus dengan titik nol sebagai referensi (acuan)

Daftar alat dan bahan


 Catu daya dc, 15 V 1 buah
 RMS meter 1 buah
 Potensiometer 1 buah
 Beban L (induktif), 100 mH/5A 1 buah
 Tiristor 1 buah
 3 fuse super 1 buah
 Osiloskop 1 buah
 Transformator 1 fasa 1 buah
 Adaptor tegangan dan arus 1 buah

77
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
 Beban R, 2 X 100 ohm 1 buah
POLITEKNIK
 Tiristor kendali unitSEMARANG
NEGERI 4P 1 buah PM.7.5.06/L2/2011

Diagram rangkaian

Gambar 11.2 Diagram rangkaian penyalaan dan daya

Langkah percobaan
1. Buat rangkaian seperti pada gambar rangkaian.
Mula-mula tanpa lilitan (L), sehingga beban berupa tahanan murni (R). Untuk daerah
pengaturan 0° < a < 180°. Ukur besarnya tegangan keluaran dan dayanya
2. Berdasarkan hasil langkah percobaan 1 di atas, gambar karakteristik kendalinya:

3. Bandingkan harga dari Ua/Uo pada a = P/2 dengan persamaan

4. Pada a = 90°, ukur besar arus IVI dan arus Iα


Bandingkan hasil pengukuran la dengan persamaan: \a = V2 . Iv I
5. Tunjukkan pada osiloskop bentuk tegangan keluaran dan arus beban untuk a = 600,
gambarkan hasil percobaan pada langkah 5.
Masukkan beban induktif (L) pada rangkaian percobaan dan ulangi dari langkah
percobaan 1.

Keselamatan kerja
1. Perhatikan pada saat anda menggunakan osiloskop (2-kanal) bahwa hanya boleh ada satu
titik bersama (common point) untuk menghindari adanya hubung singkat.
2. Untuk menghindari suatu hubung singkat dan bahaya bagi keselamatan terhadap orang
yang melakukan pengukuran, hanya boleh digunakan satu kabel dari dalam tanah
(ground) dari osiloskop ke tanah yang diukur.
3. Perhatikan dalam pemasangan amper meter, jangan sampai dipasang seperti memasang
Volt meter. Bila ini terjadi akan merusakan alat ukur tersebut. Usahakan batas ukur pada

78
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
alat ukur yang digunakan harus pada posisi yang aman/skala batas ukur yang dianggap
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
tepat. NEGERI SEMARANG
4. Perhatikan daerah pengukuran yang tepat "dc" atau "ac", sehingga diperoleh data yang
akurat
5. Perhatikan sebelum menggunakan alat ukur periksa dulu apakah alat ukur yang akan
dipakai sudah dikalibrasi atau belum, hal ini untuk menghindari kesalahan dalam
pombacaan alat ukur

79
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG
Data percobaan
1. Data percobaan langkah 1
α [deg] 0 30 60 90 120 150 180
Uα [V]
P [W]
Uα / Uo
P/Pmax

2. Data percobaan langkah 2

3. Data percobaan langkah 3

4. Data percobaan langkah 4


IV1 = A
80
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
Pengukuran Iα = A
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG
Teliti : Iα

5. Data percobaan 5

Pengesetan AC
Skala untuk penggukuran tegangan
X = ms/cm
Y = V/cm Pengukuran arus
RM = 0,1 Ohm(Q
X = ms/cm
X = V/cm
Uα dan Iα pada α = 60° (beban resistif)

Uα dan Iα pada α = 60° (beban campuran)

Pertanyaan
1. Dari hasil setiap pengukuran dan penggambaran bentuk gelombang keluaran yang
dihasilkan pada percobaan ini, berilah penjelasan dan komentar anda.
2. Dari hasil pengukuran langkah 1, buatlah karakteristik pengaturan Ua(/U0 = f(a) dan
P/Pmaks = f(a)
Berilah penjelasan dan komentar mengenai hasil percobaan anda.

Daftar pustaka
Lucas-Nulle. 1986. Elektronika Daya, LFI (E), Kerpen - Sindorf.

Dewan SB and Straughen. A. 1975. Power Semiconductor Circuit John Wiley and Sons.

81
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
Bird B.M, King KE & PedderDAG. 1993. An Instruction to Power Electronics, 2nd edition.
POLITEKNIK
Boffius Lone England: John Willey & Sons. PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG
Fisher M.J. 1991. Power electronics. Boston: PWS-KENT Publishing Co.

Klemens, Henmon. 1987. Basic Principles of Power Electronics, Berlin: Springer Veriog.

Samir K. Datta, 1985. Power Electronic & Control. Virginia, (USA): Prentice-Hall.

82
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

20. KENDALI OSILASI PERIODIK

Tujuan percobaan
Setelah melakukan percobaan, anda diharapkan dapat.
 menjelaskan penggunaan kendali osilasi periodik sebagai saklar tegangan nol;
 menunjukkan bahwa kendali osilasi periodik merupakan alternatif kendali penyulut sudut
fasa;
 menjelaskan keuntungan-keuntungan kendali osilasi periodik yang digunakan dalam
sistem pemanas;
 menunjukkan bahwa bila dibandingkan dengan kendali fasa, kendali osilasi periodik
tidak menghasilkan daya reaktif pada seluruh daerah kendali;
 mengukur konversi daya sebagai fungsi tegangan kendali, menguji dengan pengukuran
hubungan matematis antara konversi daya dengan lama osilasi.

Dasar teori
Kendali osilasi periodik, yang dikenal sebagai kendali gelombang penuh, merupakan
perubahan dari saklar arus bolak-balik elektronik menjadi regulator arus bolak-balik.
Komponen pengendali dapat berupa TRIAC atau dua iiristor anti-parale. Logik kendali
mengatur penyulutan, sehingga tepat pada saat tegangan berada di titik nol.
Kendali gelombang penuh terdiri atas sebuah saklar tegangan nol, yang bergantung pada
tegangan kendali (misalnya Uref = 0 - 10 V) secara periodik menghubungkan dan melepas.
Perhatikan gambar 12.1, prinsip kendali gelombang penuh, tE adalah lama saklar
menghubung (switch on) dan tp adalah lama saklar melepas (switch off). Jumlah waktu
torsebut adalah lama penyaklaran, tS.
Waktu waktu tersebut, besarnya merupakan kelipatan dari periode frekuensi jaring utama, T,
Dengan contoh pada gambar, maka:
tE =
tP =
ts =

83
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Gambar 12.1 Prinsip kendali gelombang penuh

Dengan mengatur lama posisi menghubung dalam suatu periode penyaklaran ts, maka
konversi tenaga berfungsi untuk pemakai dapat diatur secara halus mulai dari 0% sampai
100% tenaga maksimumnya.
Daya rata-rata dapat dihitung,
P = tE / ts . Pmaks
Jadi dari gambar di atas : P = 3T/4T . Pmaks = 0,785 Pmaks
Keuntungan-keuntungan regulator arus bolak-balik semacam itu adalah:
 percikan api penyaklaran minimal dengan mempergunakan saklar tegangan nol;
 faktor daya, cos f = 1, karena daya reaktif yang biasa disebabkan pada kendali fasa tidak
ada.
 tidak terdapat pembebanan harmonisa pada jaringan utama, karena arus pembebanannya
masih tetap sinusoidal, seperti tegangan jaringan utamanya.
Keburukan rangkaian kendali osilasi periodik ialah relatif lamanya masa istirahat dalam
pengaliran arus:
tP = n.T
Dengan: n = 1,2,3 dan seterusnya.
Pengaruhnya pada instalasi penerangan, lampu-lampu akan berpendar dan pada motor-motor
tidak berjalan dengan halus. Oleh sebab itu, penggunaan kendali osilasi periodik tersebut
dibatasi pada sistem kendali temperatur yang relatif besar konstanta waktu termisnya.

Daftar alat dan bahan


Osiloskop dual trace 1 buah
Trafo isolasi fase tunggal 1 buah
RMS.-meter 1 buah
Wattmeter 1 buah
Indikator arus - tegangan 1 buah
Potensiometer set point 1 buah
Catu daya ganda DC 1 buah

84
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
Pulse group controller 1 buah
POLITEKNIK
TRIAC, atau 2tiristor 1 buah PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG
Lampu pijar, 220V / 40W 1 buah
Sekering tipe super-cepat-3 1 buah
Soket lampu 1 buah

Langkah percobaan
1. Karena fungsi-fungsi kendali osilasi periodik sebagai saklar elektronik, masalah-masalah
akan timbul dalam pengukurannya.
Berikut ini merupakan langkah-langkah umumnya:
 Harga efektif dan daya:meter-meter menunjukkan harga maksimum selama waktu
switch-on (tE), dan menunjukkan nol selama periode swtich-off (tp), karena
cepatanya proses on-off, meter-meter tersebut tidak akan berhenti. Jadi, harga-harga
terukur untuk tE = 0 s dan tE =______ s dianggap cukup.

 Pulse group control dikonstruksi sedemikian rupa sehingga waktu penyaklaran ts


mencakup juga beberapa periode frekuensi jaringan utama (ts > > T)
Pada beberapa tipe osiloskop biasa, daerah penyetelan simpangan X tidak cukup
besar untuk mendapatkan tampilan yang stasioner.
2. Sambungkan satuan kendali osilasi periodik sesuai dengan diagram yang diberikan. Uji
fungsi kerjanya dengan mengamati lampu pijar pada beberapa pengaturan atau
penyetelan tegangan kendali (Uref = 0 -10 V).
3. Tampilkan tegangan U (menggunakan kanal A osiloskop) dan bentuk gelombang arusnya
dengan bantuan idikator arus-tegangan (menggunakan kanal B) pada Uref = 0 V dan 10 V.
Gambarkan osilogramnya pada lembar data percobaan.
4. Pada t£ = 00, ukur tegangan U, arus I dan daya P dengan alat ukur yang sesuai.
Hitunglah daya nominal lampu pijar.

85
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
5. Setel tegangan kendali sesuai dengan harga-harga yang pada tabel. Hitunglah angka
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
perbandingan tE/ts = SEMARANG
NEGERI tg / (tE + tp) dan gambarkan kurva karakteristi k P /Pmaks = f
(Uref).

Data percobaan
1. Data percobaan langkah 2
Dengan dinaikkannya tegangan kendali, keadaan lampu berubah dari [terang/gelap]' ke
[terang/gelap]. Jadi, lampu dioperasikan dengan lama waktu penyalaan (switch-on) t£
[bertambah/berkurang]'
2. Data percobaan langkah 3
a. Bentuk gelombang U pada Uref = 0 V dan 10 V

Skala
x = ms/cm
Y = V/cm

b. Bentuk gelombang I pada Ure, = 0


V dan 10 V

Skala
X= ms/cm
Y= V/cm
T= ms
ts = ms

3. Data percobaan langkah 4


U = N
I = A
Pmax = W
Pnom =
Pmak [>| = | <]' Pnom

4. Data percobaan langkah 5


Uref [V] 0,0 2,5 0,5 7,5 10

86
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
tE / tS = Pmaks
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

21. PENYEARAH ARUS PULSA TIGA

Tujuan percobaan
Setelah menyelesaikan percobaan ini, anda diharapkan dapat :
 menentukan sudut penyalaan a dari titik pengapian natural penyearah arus pulsa tiga
dengan menggunakan metode perhitungan;
 membandingkan pengaturan sudut penyalaan a untuk 0° < a 150° (beban resistif) dengan
sudut penyalaan a untuk 0° < a 180° (beban induktif);
 menunjukkan bahwa operasi celah (Gap Operation) dimungkinkan mulai a = 30° ke atas;
 memperlihatkan bahwa kurva karakteristik untuk 0° < a < 30° tidak tergantung dari
beban;
 menerangkan pengaruh-pengaruh komutasi yang ada dalam penyediaan sumber tegangan
arus searah.

Dasar teori
Penyearah arus pulsa tiga yang lazim juga disebut penyearah arus fasa tiga setengah
terkendali seperti gambar di bawah ini:

87
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Gambar 15.1 Penyearah arus fasa tiga setengah terkendali


Dalam penyearah ini berlaku rumusan seperti penyearah pulsa tiga tak terkendali yakni:.
Ud0 = 1,17 Ufasa
atau
Ud = 0,68U (U = 3U<asa)
Dari gambar didapat bahwa penggabungan fasa - tegangan muncul pada sudut fasa t = 30°,
ditinjau dari sudut penyalaan natural α0.

Jadi fasa - tegangan mendahului (leading) masih efektif pada konsumen sampai α = 30°.
Berikut ditunjukkan situasi sudut penyalaan tegangan pada 15° , 30° , dan 45°.

Dari gambar dapat dilihat bahwa sampai α ≤ 30° kurva tegangan tak dipengaruhi oleh beban,
dan pada α = 45° muncul operasi celah pada beban resistif murni. Sebaliknya dengan beban
induktif yang besar, tegangan overshoot negatif muncul (garis putus putus) seperti dalam
semua penyearah arus terkendali.
Berikut ditampilkan kurva karakteristik kendali dalam daerah 0° < α < 30° yang merupakan
fungsi Ud = Ud0 Cos α.

88
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Saat dipakai beban induktif, hubungan ini berlaku untuk daerah pengaturan 0° ≤ α ≤ 90°,
sedangkan dengan beban aktif kurva tegangan terus memasuki daerah negatif.
Untuk beban resistif, besar tegangan arus searah dalam daerah 30° < a < 150° dapat dihitung
berdasarkan rumusan berikut: U^ = 0,677 . Ud0 [ 1 + cos (a + 30°)]

Daftar alat dan bahan


Osiloskop 2 channel 1 buah
Trafo isolasi dengan saklar 1 buah
Multimeter kumparan putar 1 buah
Meter r.m.s. 1 buah
Potensiometer 1 buah
Sumber tegangan DC ganda +/-15 volt 1 buah
Pulse kendali, 6 pulsa 1 buah
Tiristor 10 A/ 800 Volt 1 buah
Sekering cepat 3 A 1 buah
Beban resistor, 3 x 100 Ohm, 2 A 1 buah
Beban Induktif, 100 mH/ 2 A 1 buah

Kelengkapan gambar percobaan

89
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Langkah percobaan
1. Susun rangkaian seperti dalam gambar
rangkaian. Periksa apakah semua alat
dalam kondisi bekerja dengan baik, lakukan dengan mengukur Ud a pada osiloskop. Pilih
RL = 100 Ohm, L = 100 mH dan Ufasa = 95 volt.
2. Atur sudut penyalaan a = 15° kemudian a = 45° , amatilah kurva tegangan untuk
berbagai macam beban ( beban campuran, beban induktif dan beban résistif ).
3. Ukurlah tegangan Uda pada a = 60° untuk beban campuran, gambar hasilnya pada kertas
milli-meter blok dan berikan komentar pada efek overshoot tegangan negatif (operasi
ceiah).
4. Periksa bahwa pernyataan anda pada langkah 3 adalah benar dengan menampilkan arus
beban id pada osiloskop, tanpa mengubah pengaturan tegangan maupun sudut
penyalaannya. Gambar kurva arusnya dengan warna berbeda pada gambar yang sama
dalam langkah 3.
5. Dengan beban campuran, ubahlah daerah pengaturan dalam tahap (a = 30°), periksalah
bahwa terjadi penurunan skala antara kurva untuk beban-beban induktif dan résistif.
6. Hitung harga Ud9o dan periksa kebenarannya pada pengukuran.
7. Ukurlah Ud90 dan ld pada osiloskop.
Gambar hasilnya dan berikan komentar anda. Buka/lepas hubungan cabang paralel dan
gambar hasilnya.

Data Percobaan
1. Langkah 2
Pada a =150 kurva dari Ud15, dengan beban résistif.........dibanding dengan beban
campuran.
Ud15 (resistor) = V Ud15 (campuran) = V
Pada α = 450 kurva Ud45, dengan beban résistif, memperlihatkan suatu sudut celah dari
Dengan beban campuran pada Ud45,..........dapat dilihat.
Ud45 (resistor) = V Ud45 (campuran) = V
2. Langkah 3
Beban induktif menyebabkan besar sudut tegangan overshoot menjadi. Selama sudut ini,
energi yang tersimpan melepaskan muatannya.
90
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

penyearah pulsa enam terkendali penuh, ada keuntungan dalam praktiknya, yakni terletak
pada murahnya harga dioda dan berkurangnya sejumlah daya reaktif, sementara kerugiannya
adalah faktor denyut yang besar dan rugi daya yang besar.
Sementara itu saat terdapat perbedaan yang besar dalam arus holding akan memungkinkan
tiristor dapat dimatikan lebih dini dan kemudian induktansinya akan dibuang muatannya
lewat rangkaian TSE. Efek ini dapat terlihat pada osiloskop sebagai osilasi yang teredam.
Pengukuran tidak dapat dilakukan di bawah tegangan ini.

Gambar rangkaian

91
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Kelengkapan gambar percobaan

92
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Langkah percobaan
1. Susun rangkaian seperti dalam gambar rangkaian. Periksa apakah semua alat dalam
kondisi bekerja dengan baik, lakukan dengan mengukur Ud a pada osiloskop. Pilih RL =
100 Ohm, L = 100 mH dan Ufasa = 95 volt.
2. Atur sudut penyalaan a = 15° kemudian a = 45° , amatilah kurva tegangan untuk
berbagai macam beban ( beban campuran, beban induktif dan beban resistif ).
3. Ukurlah tegangan Ud α pada a = 60° untuk beban campuran, gambar hasilnya pada kertas
milli-meter blok dan berikan komentar pada efek overshoot tegangan negatif (operasi
ceiah).
4. Periksa bahwa pernyataan anda pada langkah 3 adalah benar dengan menampilkan arus
beban id pada osiloskop, tanpa mengubah pengaturan tegangan maupun sudut
penyalaannya. Gambar kurva arusnya dengan warna berbeda pada gambar yang sama
dalam langkah 3.
5. Dengan beban campuran, ubahlah daerah pengaturan dalam tahap (a = 30°), periksalah
bahwa terjadi penurunan skala antara kurva untuk beban-beban induktif dan resistif.
6. Hitung harga Ud90 dan periksa kebenarannya pada pengukuran.
7. Ukurlah Ud90 dan ld pada osiloskop.
Gambar hasilnya dan berikan komentar anda. Buka/lepas hubungan cabang paralel dan
gambar hasilnya.

Data percobaan
1. Langkah 2
Pada a = 150 kurva dari Ud15, dengan beban résistif.........dibanding dengan beban
campuran.
Ud15 (resistor) = V
Ud15 (campuran) = V
Pada a = 450 kurva Ud45, dengan beban résistif, memperlihatkan suatu sudut celah dari
Dengan beban campuran pada Ud45...........dapat dilihat.
Ud45 (resistor) = V
Ud45 (campuran) = V

93
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
2. Langkah 3
POLITEKNIK
Beban induktif menyebabkan besar sudut tegangan overshoot menjadi. Selama sudut ini,
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG
energi yang tersimpan melepaskan muatannya.

3. Langkah 4
sebuah celah arus adalah karena bagian induktif dari beban.
harga minuman arus adalah saat.

4. Langkah 5
α (degrees) 0 30 60 90 120 150 180
Udα (V)

5. langkah 6
Ud90 = 0,677 Udo (1 + cos 1200)
Ud90 =
Ud90 =
Hasil pengukuran:
Ud90 =
6. langkah 7

94
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG
22. PENYEARAH ARUS PULSA ENAM SEMl -TERKENDALI

Tujuan percobaan
Setelah melakukan percobaan, anda diharapkan dapat:
 mengembangkan rangkaian penyearah arus pulsa tiga dengan menggunakan sistem
pengapian yang sama, dengan tiga dioda menjadi rangkaian penyearah arus enam pulsa
semi-terkendali;
 memeriksa bahwa karakteristik kendali dari penyearah arus pulsa tiga adalah sebangun
dengan penyearah arus enam pulsa semi-terkendali;
 mengamati proses perubahan bentuk tegangan Ud (6 pulsa) ke dalam bentuk 3 pulsa saat
penundaan waktu pengapian bertambah;
 menetapkan pengaruh-pengaruh dari jumlah pulsa pada denyut arusnya, dengan beban
resistif-induktif yang konstan.

Dasar teori
Dengan mengacu kepada penyearah arus dua pulsa semi terkendali, rangkaian penyearah ini
dapat dikatakan sebagai sebuah kombinasi dari rangkaian penyearah arus pulsa tiga
terkendali dan tak terkendali. Harga maksimum tegangan arus searah U do = 1,35 U, seperti
dalam semua rangkaian penyearah pulsa enam. Persamaan berikut, untuk beban yang
tergantung fungsi kendali, juga diterapkan dalam rangkaian penyearah pulsa enam semi
terkendali ini:
Udα = 1/2 Ud0 (1 + cos α)

Karakteristik rangkaian penyearah ini, dalam kenyataan, bentuk pulsa enam dari tegangan
arus searahnya berubah menjadi bentuk pulsa tiga saat a = 60°. Efek ini disebabkan oleh
sudut komutasi yang konstan dari bagian yang tak terkendali, sehingga pada saat α = 60°
proses komutasi dari kedua bagian penyearah arus saling berlawanan.

Tegangan arus searah yang dihasilkan, dalam hal kendali diterapkan, diilustrasikan dalam
gambar berikut ini.
Untuk harga sesaat dalam diagram, berlaku persamaan sebagal berikut.:
Ud (P6ST) = Ud (P3T)-Ud (P3TT)

95
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Ketika rangkaian penyearah pulsa enam semi terkendali dibandingkan dengan penyearah
pulsa enam terkendali penuh, ada keuntungan dalam praktiknya, yakni terletak pada
murahnya harga dioda dan berkurangnya sejumlah daya reaktif, sementara kerugiannya
adalah faktor denyut yang besar dan rugi daya yang besar.
Sementara itu saat terdapat perbedaan yang besar dalam arus holding akan memungkinkan
tiristor dapat dimatikan lebih dini dan kemudian induktansinya akan dibuang muatannya
lewat rangkaian TSE. Efek ini dapat terlihat pada osiloskop sebagai osilasi yang teredam.
Pengukuran tidak dapat dilakukan di bawah tegangan ini.

96
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
Gambar rangkaian
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Gambar Percobaan

97
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Daftar alat dan bahan


Osiloskop 2 saluran 1 buah
Trafo isolasi 3 fasa dengan sakelar 1 buah
Multimeter 1 buah
Meter r.m.s. 1 buah
Potensiometer 1 buah
Sumber tegangan DC ganda +/-15 volt 1 buah
Pulsa kendali, 6 pulsa 1 buah
Tiristor 10 A/ 800 volt 1 buah
Dioda 1 buah
Sekering cepat 1 buah
Beban resistif, 3 x 100 Ohm / 2 A 1 buah
Beban Induktif 100 mH / 2 A 1 buah

Langkah percobaan
1. Susunlah rangkaian penyearah pulsa enam seperti terlihat dan atur tegangan U sampai
164 Volt
2. Atur tegangan Ud dalam step - step per 30° dengan osiloskop dan ukur harga rata-rata
yang berkaitan dari Udo sampai Udiso Masukan hasil yang diperoleh ke dalam tabel
dalam data percobaan 1.
3. Hitung harga Ud/Udo ternormalisasi dan gambar kurva karakteristiknya Bandingkan
hasilnya dengan penyearah pulsa ganda semi terkendali.
4. Periksa dengan perhitungan fungsi Ui2o/Udo terhadap rumusannya.
5. Ukur tegangan arus searah Ud45 (pada α = 45°) dan arus beban Id Gambar dua besaran
tersebut dalam lembar kerja 2. Ukur dan bandingkan harga-harga arus beban, ld dan
campuran.
6. Ulangi langkah 5 untuk sudut pengapian α= 75°.

98
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Data percobaan
1. Langkah 2
α (degrees) 00 300 600 900 1200 1500 1800
Udα xxxx
Udα / Udo 1 0

2. Langkah 3

Harga fungsi Udc /Udo dan bentuk dari karakteristik kendali adalah sama/tidak sama dengan
pada penyearah arus pulsa ganda semi terkendali.

3. Langkah 4
Udα / Ud0 = (1 + cos a) / 2

4. Langkah 5
Pengesetan dc
Skala:

X =

Y1 =

Y2 =

p =

99
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
Tegangan dc dan arus padaSEMARANG
NEGERI a = 45°

5. Langkah 6
Tegangan arus pada α = 750

Skala:

X =

Y1 =

Y2 =

p =

Daftar pustaka
Lucas-Nulle. 1986. Elektronika Daya. LFI (E). Kerpen - Sindorf.

Dewan S.B and Straughen. A. 1975. Power Semiconductor Circuit. John Wiley and Sons.

Bird B.M, King K.E & Pedder D.A.G. 1993. An Instruction to Power Electronics, 2nd
edition. Boffius Lone England: John Willey & Sons.

Fisher M.J. 1991. Power electronics. Co, Boston: PWS-KENT Publishing

Klemens, Henmon, 1987. Basic Principles of Power Electronics. Berlin: Springer Verlog.

Samir K. Datta, 1985, Power Electronic & Control. Virginia, (USA): Prentice-Hall.

100
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

23. PENYEARAH ARUS PULSA ENAM TERKENDALI PENUH

Tujuan percobaan
Setelah melakukan percobaan, anda diharapkan dapat:
 menetapkan keuntungan-keuntungan teoritis maupun praktis rangkaian penyearah arus
pulsa enam terkendali penuh dibandingkan dengan rangkaian penyearah pulsa tiga
terkendali;
 menjelaskan pentingnya dua pulsa pengapian setiap dioda selama operasi celah;
 melakukan pengukuran ketergantungan daerah pengaturan pada macam beban terpasang;
 menjelaskan munculnya daya reaktif pada sumber utama saat sebuah beban resistif
disambungkan dalam rangkaian arus searah.

Dasar teori
Dengan mengacu kepada penyearah arus pulsa tiga, penyearah arus pulsa enam terkendali ini
adalah sangat berbeda, rangkaian penyearah ini menghasilkan tegangan arus yang diberikan
oleh persamaan sebagai berikut:
Ud0 = 1,35.U, atau Ud0 = 2,34 Ufasa (U = 3 U,asa).
Di samping besar tegangan arus searah yang dua kali dalam rangkaian penyearah ini, faktor
denyut (ripple) juga mengecil. Ini dikarenakan tegangan arus searahnya berbentuk pulsa
enam.
Seperti dapat kita lihat dalam kurva karakteristik di bawah, sampai a = 60° tegangan yang
dihasilkan adalah tergantung pada beban.
Dengan beban resistor murni, persamaan matematika untuk 60° < a < 120°
adalah Uda = ½ Ud0 [1 + 1,154.cos (α + 30°)].
Daerah pengaturan untuk tipe beban itu adalah sampai α = 120°, sedang operasi celah akan
terjadi hanya mulai a > 60° ke atas. Selain itu, dengan beban induktif

fungsi Udα = Udo. Cos a hanya dapat diterapkan mulai dari a = 60° sampai a = 90°. Sementera
selama operasi sebagai konverter, fungsi tersebut dapat diterapkan secara ideal, yakni sampai
a = 180°.

101
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
Berbeda dengan rangkaian penyearah arus lainnya yang hanya menggunakan 1 (satu) pulsa
NEGERI SEMARANG

pengapian, penyearah arus pulsa enam terkendali penuh ini memerlukan 2 (dua) pulsa yang
tertunda sebesar 60° untuk saat permulaan, juga saat operasi celah. Dalam praktik 2 pulsa
tersebut sering disebut sebagai pulsa utama dan pulsa bantu (kedua). Untuk jelasnya, berikut
ini diilustrasikan saat operasi celah dengan beban resistif pada a = 75°.

Pada sudut Q1 tegangan fasa UL1L2 terhubung dengan beban melalui V1 dan V2 pada Q1 dioda
tersebut dalam kondisi mati (CUT OFF), dikarenakan nol terjadi pada sumber utama. Sudut
konduksi dari arus yang mengalir masing-masing adalah 45°. Setelah sudut celah 15° pada Q 3
tegangan UL1L2 tersambung dengan beban lewat V1 dan V2. Jadi, dioda V1membutuhkan
pengapian 60° = Q3 - Q1 dan pulsa kedua yang sesuai, F1
Diagram rangkaian

102
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
Daftar alat dan bahan
NEGERI SEMARANG

Osiloskop 2 saluran 1 buah


Trafo isolasi 3 fasa dengan saklar 1 buah
Multimeter 1 buah
Meter r.m.s 1 buah
Wattmeter 1 buah
Potensiometer 1 buah
Sumber tegangan dc ganda +/-15 volt 1 buah
Pulsa kendali, 6 pulsa 1 buah
Tiristor 10 A/800 volt 6 buah
Sekering cepat 3 buah
Beban resistif, 3 x 100 Ohm/2A 1 buah
Beban induktif 100 mH/2A 1 buah

Kelengkapan gambar percobaan

103
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
Langkah percobaan
NEGERI SEMARANG

1. Susunlah rangkaian penyearah pulsa enam seperti terlihat dan atur tegangan U sampai
164 volt. Awalnya nyalakan dioda-dioda hanya dengan pulsa utama, jalankan rangkaian
dan ukur harga Ud„ dengan multimeter.
2. Lengkapi kendali penyalaan dioda dengan pulsa bantu dan untuk keperluan ini, lengkapi
hubungan pada unit kendali yang bergaris putus-putus. Periksalah fungsi dari rangakaian.
3. Normalisasikan harga-harganya dan gambar kurva karakteristiknya dalam data
percobaan langkah 3.
4. Hitung besar daya yang tercapai penyearah arus oleh konduktor dan neteral. Ukurlah
harga-harga UL1L2 dan UL3L1 dan hitunglah daya reaktif dan faktor dayanya untuk a = 0°
dan a = 60°.
5. Tunjukkan pada osiloskop tegangan UL1L2 dan UL3L1 saat beban resistif dan gambarlah
hasilnya dengan menggunakan gambar yang sama dengan pada data percobaan langkah
5.
6. Ukur tegangan Uda pada a = 75° dengan multimeter dan osiloskop, gambar osiloskop Ud75
sebagai gambar kedua pada data percobaan dengan memperhatikan kesesuaian hubungan
fasa seperti tergambar dalam osilosgram langkah 5.
7. Tanpa mengubah besar sudut penyalaan, tunjukkan pulsa penyalaan pada dioda-dioda V6,
V1 dan V2. Gambar osilosgramnya yang bersesuai fasa dengan data percobaan langkah 7.
8. Hitunglah harga Ud75 yang terukur pada langkah 6 dengan persamaan yang sesuai.

Data percobaan
1. Langkah 1
Saat rangkaian dicatu dengan sumber fasa 1 (satu, maka rangkain berfungsi/ tidak
berfungsi.
Uda = volt
2. Langkah 2
Saat pulsa ganda diterapkan, rangkaian berfungsi dengan benar/tidak benar.
Udα = V- V

3. Langkah 3
α (degrees) 0 30 60 90 120 150 180
Udα
Udα / Udo 1

104
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

4. Langkah 4
a = 00
U i
L1L2 = ……..Fv; L1 = ………V; P1 = ……….W
Ptot = 3.P1 = 3…….. w = ……..w
S=
γ (00) = Ptot/S = ……V/…….Va = ……..

a = 600
U i
L1L2 = ……..Fv; L1 = ………V; P1 = ……….W
Ptot = 3.P1 = 3…….. w = ……..w
S=
γ (00) = Ptot/S = ……V/1…….Va = ……..

hasil γ (00) = γ (600

keterangan : coret yang tidak perlu pada cetak miring dan tebal.

5. Langkah 5

Pengesetan
Skala
X = ………….

X = ………….

6. Langkah 6

105
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
AC setting PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG
Scale:
X = ………….

X = ………….

Ud75 = ……….B
H = ………….0

7. Langkah 7

8. Langkah 8
Dari langkah 3 = Ud0 =..........B
Ud = ½ Ud0 [1 + 1,54 . Cos (α+ 30°)]
Ud75 =
Ud75 =
Terukur dari langkah 6: Ud75 =.......V

24. PENYEARAH ARUS PULSA ENAM TERKENDALI PENUH, OPERASI


KONVERTER

Tujuan percobaan
Setelah melakukan percobaan, anda diharapkan dapat:
 menetapkan rangkaian penyearah arus pulsa enam terkendali penuh yang dioperasikan
sebagai sebuah konverter;
 menjelaskan bahwa pada saat a < 90°, tegangan arus searahnya berbalik polaritas;
 merekam kurva karakteristik dari penyearah arus dengan sebuah beban aktif;
 memperkirakan bahaya yang mungkin terjadi dalam pemakaian praktisnya dari trip
overnya konverter;

106
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
 menggunakan wattmeter kebanyakan untuk mengamati perubahan dari mengirim daya
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
menjadi NEGERI SEMARANG
menerima daya;
 menjelaskan bahwa daya nyata saat α = 90° adalah identik dengan daya reaktifnya;
 menandai operasi penyearah arus dengan menguji dioda-dioda itu sendiri.

Teori dasar
Dalam teknik penggerak, operasi konverter rangkaian penyearah arus terkendali penuh ini
hanya ditemukan sebagai sebuah proses transisi, karena dalam penggerak energi yang
tersimpan akan sangat cepat terserap saat pengereman beroperasi.
Dalam percobaan sebelumnya, kemampuan dari operasi konverter hanya dicakup dalam
penyearah arus terkendali penuh yang hanya muncul/terjadi sebagai ayunan tegangan negatif
saat dibebani induktif
Percobaan ini menggunakan tegangan dari trafo T2 sebagai sebuah beban yang konstan, yang
memungkinkan operasi konverter yang menerus. Saat merangkai perhatian ditujukan pada
kenyataan bahwa energi dalam operasi konverter ini berasal dari satu sumber yang terosifasi
secara galvanis dengan sumber utama. Dalam hal ini, penyearah arus SR 1 terhubung dengan
trafo T1 dan tegangan dikurangi menjadi 164 volt.
Pada umumnya, semua pernyataan dalam penyearah arus terkendali penuh juga berlaku di
sini, tetapi efek khusus terlihat saat a - 90° yang arus dan tegangan maupun dayanya adalah

nol. Daya nyata campuran juga menjadi nol karena pada sisi arus searah tegangan bolak-
balik nyata ada dan daya setiap setengah siklusnya berubah tandanya.
Dalam teknik penyearah arus, saat a = 150°, bahaya akan muncul saat tripping over dari
konverter. Dalam kondisi ini pada saat tiristor tetap konduksi setelah proses komutasi dalam
daerah a = 180°, sehingga tegangan puncak negatif dan tegangan setengah siklus positif yang
bersesuaian akan terhubung dengan beban. Hal ini akan menyebabkan naiknya arus yang
tinggi dan memungkinkan rusaknya dioda-dioda, untuk menghindarinya dalam percobaan ini
sudut penyalaan hanya diatur sampai batas a < 150°.
Diagram rangkaian

107
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Kelengkapan gambar percobaan

108
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

109
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Daftar alat dan bahan

Osiloskop 2 saluran 1 buah


Trafo isolasi 3 fasa dengan sakelar 1 buah
Trafo eksperimen 3 fasa 1 buah
Multimeter 1 buah
Meter r. m. s. 1 buah
Wattmeter 1 buah
Potensiometer 1 buah
Sumber tegangan DC ganda +/-15 volt 1 buah
Pulsa kendali, 6 pulsa 1 buah
Tiristor 10 A/ 800 volt 6 buah
Dioda 6 buah
Sekering cepat 3 buah
Beban resistif, 3 x 100 Ohm / 2 A 1 buah
Beban induktif 100 mH / 2 A 1 buah

Langkah percobaan

1. Susunlah rangkaian seperti terlihat anda gambar rangkaian dan atur tegangan U sampai
164 Volt pada rangkaian penyearah arus SR1, tranformator T 2 pada awalnya pada kondisi
mati (off).
2. Tampilkan tegangan UAC pada α = 90° dan arus sebanding tegangan UBC. gambarkanlah
osilosgramnya pada data percobaan langkah 2.
3. Saat kondisi T1dan T2 mati dan tanpa adanya pulsa penyalaan, naikkanlah tegangan pada
T2 dengan mengubah tep-tep pada L1, L2, dan L3, sampai operasi celah terkompensasi
secara penuh. Selain itu, gambarkanlah oskilosgram tegangannya seperti langkah 2 serta
bandingkan kedua osilosgram tersebut.
4. Ukur tegangan UAB = Uα dalam tahap-tahap α = 30° dalam batas- batas 0° α 150°.
Pertahankanlah jangan sampai operasi celah terjadi oleh kenaikan tegangan pada
tranformator T2. Hitunglah harga ternormalisasi dari Udα / Udo dan gambar
karakteristiknya.
5. Periksa polaritas tegangan arus searah Ua« saat daerah pengaturan penyalaan sekitar α =
90° dan periksa pula bahwa lampu LED penunjukkannya berubah dari menerima
menjadi memberi daya.
6. Dari hasil pengukuran pada saat penyearah arus SR1, untuk UL1L2, IL1. dan PL1 saat α =
90°, hitunglah daya buta dan daya semu serta faktor kerja total pada sisi sekunder
transformator T1.

110
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
7. Tampilkan tegangan UL1N dan arus IL1 pada a = 90° dan periksa apakah terjadi geser fasa
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
Ф= a . Gambarlah oskilosgramnya
NEGERI SEMARANG dengan hubungan fasa yang bersesuaian pada gambar
yang sama.
8. Tampilkan tegangan Uak dioda V1, dan arus gabungan dioda pada α = 30° dan 150°, dan
gambarlah dua osilogram pada gambar yang sama.

Data percobaan
1. Langkah 2

2. Langkah 3

3. Langkah 4

4. Langkah 5
Pada titik perubahan dari a < 90° ke a > 90°, polaritas tegangan ud = UAC berubah dari
positif/negatif; juga lampu timbal pada wattmeter berubah dari merah/hijau ke
hijau/merah.
(merah =..................: hijau = .................)
5. Langkah 6
UL1L2 = .......B; iL1 = ………..W
P = ……W = ……W

S = ……V……A = ……V

Q = ………Var = ………Var

Keterangan : coret yang tak perlu pada cetak miring dan tebal.
6. Langkah 8

25. UNIT REGULASI ARUS TIGA FASA SEMI TERKENDALI

Tujuan percobaan
Setelah melakukan percobaan, anda diharapkan dapat:

111
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
 merangkai beban simetris tiga fasa dalam hubungan bintang atau segitiga pada unit
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
pengaturan; NEGERI SEMARANG
 membedakan antara 2 tipe rangkaian tersebut, berdasarkan rangkaian unit
pengaturannya;
 menyebutkan perbedaan-perbedaan, dari hasil pengukuran, antara operasi unit regulasi
satu fasa dan tiga fasa semi terkendali;
 menimbang antara keuntungan sederhananya rangkaian regulasi arus tiga fasa semi
terkendali, dengan kerugian dihasilkannya tegangan yang tidak simetris;
 memilih secara benar tegangan sinkron untuk rangkaian beban yang sesuai (bintang atau
segitiga).

Dasar teori
Pada rangkaian-rangkaian tiga jalur bolak-balik, dioda-dioda dapat dihubungkan ke setiap
jalur, sehingga satu rangkaian bolak-balik tiga jalur tersebut, dapat dioperasikan secara lepas
dari 2 jalur yang lainnya. Ini menunjukkan operasi murni unit regulasi arus ac satu fasa semi
terkendali dan disebut sebagai Mode A pada percobaan ini.
Gambar berikut memperlihatkan sebuah rangkaian bintang dan segitiga menggunakan tiga
rangkaian unit regulasi arus ac satu fasa semi terkendali mode A.

Pada kasus di tempat kendali penyalaan dioda dipilih, sedemikian rupa sehingga setiap
rangkaian unit regulasi arus ac satu fasa semi terkendali itu dapat dioperasikan sendiri-sendiri
(bebas), tipe rangkaian terbuka ini dikenalkan sebagai unit regulasi arus ac tiga fasa semi
terkendali.
Sebaliknya, pada sistem Mode B, setiap rangkaian unit regulasi arus ac satu fasa semi
terkendali hanya dapat dioperasikan dalam hubungan dengan setidak-tidaknya satu dari

112
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
rangkaian yang lain. Gambar berikut memperlihatkan rangkaian bintang dan segitiga dengan
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
beban simetris, menggunakan 3 pengatur unit regulasi arus ac satu fasa semi terkendali pada
NEGERI SEMARANG

Mode B.

Karena tipe-tipe pengatur arus 3 fasa yang hingga sekarang dipakai pada sebagian besar unit-
unit pengaturan, khususnya tipe terkendali penuh seperti unit regulasi ac tiga fasa terkendali
penuh dan unit regulasi arus ac tiga fasa semi terkendali.
Di Mode A, daya dari pengatur unit regulasi arus tiga fasa semi terkendali sebagaimana dalam
rangkaian unit regulasi arus ac satu fasa semi terkendali, hanya dapat diberikan ke beban
lewat dioda yang bersangkutan, dengan batasan-batasan 0,5 Pmak - 1,0 Pmak, selama satu kali
setengah periode dari sumber utama. Sebaliknya, pada Mode B, jika pulsa diletakkan pada
180°, tidak akan ada arus yang mengalir. Gambar berikut memperjelas keadaan tersebut.

113
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Untuk pulsa kendali, ini diartikan sebagai pengaturan daya atau tegangan, harus
dimungkinkan dalam batasan :
0 ≤ P ≤ 1,0Pmaks
0 ≤ U ≤ U0
Arus maju dari tiristor, umpamanya V1, di jalur L1, tergantung pada besar dan polaritas 2
tegangan yang lain. hal ini menyebabkan dihasilkannya tegangan yang tidak simetris di beban
3 fasa, yaitu tegangan ± periode positif berbeda bentuk dengan tegangan | periode negatif.
Tegangan yang tidak simetris tersebut menyebabkan, sebagai contoh pada pengoperasian
motor, tingkat kebisingan dari operasi akan naik.

Daftar alat dan bahan


Osiloskop 1 buah
Trafo isolasi 3 fasa 1 buah
Transformator percobaan 3 fasa 1 buah
Meter R.M.S. 1 buah
Meter daya 1 buah
Indikator untuk arus-tegangan 1 buah
Potensiometer 1 buah
Sumber tegangan ganda + dan -15 1 buah
Volt
Unit pengendali, 6 pulsa 1 buah
Tiristor 3 buah
Dioda 3 buah
Sekering (fuse) pemutus cepat 3 buah
Beban Ohm, 3 x 100 Ohm/2,3 A 1 buah

114
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Langkah percobaan
1. Buatlah rangkaian seperti diagram rangkaian yang ditunjukkan pada gambar 19.2 dengan
3 buah tahanan, masing-masing 100 Ohm/2,3A, sebagai beban. Untuk rangkaian
segitiga, beban tahanan harus dinaikkan atau tegangannya dapat dikurangi.
2. Untuk sudut penyalaan seperti pada gambar 19.3 ukurlah daya di jalur L 1 dan tegangan
beban, Uα = UU1U2, serta masukkan ke dalam tabel.
3. Ubahlah hubungan dari N ke W2 dan ulangi pengukuran pada langkah 2.

4. Hitunglah untuk Mode A (iangkah 2) dan Mode B (langkah 3), daya total dan nilai
normalnya:

115
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG
Gambarlah karakteristik pengaturan untuk setiap mode.
5. Rangkaian tegangan sinkron untuk rangkaian segitiga, dengan mengikuti hubungan :
Soket L1 N1 L2 N2 L3 N3
Penghantar L1 L2 L2 L3 L3 L1

6. Hubungkan dalam rangkaian segitiga, pada Mode A (Gambar 19.1 a), lalu Mode B
(Gambar 19.1b). Perhatikan harga rating dari beban tahanan
7. Ukur daya pada sedikitnya 1 tahanan beban pada α = 0° dan α = 180° dan buktikan
bahwa pada rangkaian segitiga tersebut, daerah pengaturan daya tergantung dari mode
operasinya.
8. Ukur tegangan Uu1v1 dengan Osiloskop pada α = 0° dan α = 90° untuk Mode B.
Gambarlah hasil yang didapat pada osiloskop dengan hubungan antara fasa yang benar
dan lengkapi data percobaan langkah 7 dan 8.

Keselamatan kerja
1. Perhatikan pada saat anda menggunakan osiloskop (2-kanal) bahwa hanya boleh ada saru
titik bersama (common point) untuk menghindari adanya hubung singkat.
2. Untuk menghindari suatu hubung singkat dan bahaya bagi keselamatan terhadap orang
yang melakukan pengukuran, hanya boleh digunakan satu kabel dari dalam tanah
(ground) dari osiloskop ke tanah yang diukur
3. Perhatikan dalam pemasangan amper meter, jangan sampai dipasang seperti memasang
Volt meter. Bila ini terjadi akan merusakan alat ukur tersebut.
Usahakan batas ukur pada alat ukur yang digunakan harus pada posisi yang aman/skala
batas ukur yang dianggap tepat.
4. Perhatikan daerah pengukuran yang tepat "dc" atau "ac" sehingga diperoleh data yang
akurat

5. Perhatikan sebelum menggunakan alat ukur periksa dulu apakah alat ukur yang akan
dipakai sudah dikalibrasl atau belum. Hal ini bertujuan untuk menghindari kesalahan
dalam pembacaan alat ukur.

Data percobaan
1. Langkah 2 dan 3

116
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

2. Langkah 4

3. Langkah

Mode A : Po ……W; P180 = ………..W: ………..

Mode B : Po ……W; P180 = ………..W: = …….

4. Langkah 8

Setting DC
Skala :
X= mx/cm
Y= v/c
U= V

a. Bentuk gelombang UU1V1 pada α = 00

X= mx/cm
117
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
Y= v/c
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

b. Bentuk gelombang Uyivi pada a = 90°


Pada sudut pengaturan a α ( ≤ / ≥ ( 0° *, tegangan beban/tegangan utama * adalah
simetris/tidak simetris *. (* coret yang tidak benar)
Pertanyaan
1. Dari hasil perhitungan langkah 4, buatlah karakteristik untuk Mode A dan B. Berilah
komentar anda.
2. Dari hasil pengukuran dan penggambaran bentuk gelombang keluaran yang dihasilkan
pada percobaan ini, berilah penjelasan dan komentar anda.
Daftar pustaka
Lucas-Nulle. 1986. Elektronika Daya. LFI (E), Kerpen - Sindorf.

Dewan S.B and Straughen. A. 1975. Power Semiconductor Circuit. John Wiley and Sons.

Bird B.M, King K.E & Pedder D.A.G. 1993. An Instruction to Power Electronics, 2nd
edition. Boffius Lone England: John Willey & Sons.

Fisher M.J. 1991. Power electronics. Boston. PWS-KENT Publishing Co.

Klemens, Henmon. 1987. Bas/c Principles of Power Electronics. Berlin: Springer Verlog.

26. UNIT REGULASI ARUS TIGA FASA TERKENDALI PENUH DENGAN


TIRISTOR DAN TRIAC

Tujuan percobaan
Setelah melakukan percobaan ini, anda diharapkan mampu:
 merangkai dan mengoperasikan sebuah unit regulasi arus tiga fasa terkendali penuh;
 memeriksa bahwa tegangan tetap simetris untuk seluruh daerah reguiasi,
 menjelaskan bahwa rangkaian penyalur untuk hubungan mode B lebih rumit;
 membuktikan bahwa tegangan jala-jala sama dengan pengurangan dua tegangan fasa
rangkaian bintang sebuah pengatur arus;
 memeriksa hubungan antara arus jala-jala dan arus cabang untuk harga-harga sesaat yang
bervariasi dalam sebuah rangkaian segitiga yang dicari dari sebuah pengatur arus;
 menguji rangkaian tersebut di atas menggunakan sebuah transformator beban, sebagai
contoh praktis.

118
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
Dasar teori
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
Unit regulasi arus NEGERI
tiga fasa terkendali penuh dengan tiristor dan TRIAC adalah suatu
SEMARANG

konverter ac-ke ac. Pada prinsipnya, unit regulasi arus ini terdiri atas tiga pasang tiristor anti
paralel dan tiga buah TRIAC. Tegangan keluaran yang dihasilkan dari rangkaian ini berupa
tegangan ac yang dapat diatur (variabel) dengan menggunakan komponen elektronika daya.
Unit regulasi ini biasa disebut AC Chopper 3 Fasa.
Dalam percobaan ini akan membahas pemakaian SCR dan TRIAC. Hal ini terdapat mode B,
pada rangkaian mode A lebih sederhana bila dibandingkan dengan rangkaian mode B. Karena
rangkaian mode B memerlukan rangkaian penyalur yang lebih rumit untuk regulasi arus tiga
fasa terkendali penuh. Sebagai contoh, untuk proses menghidupkan SCR dalam rangkaian ini
diperlukan dua pulsa secara bersamaan. Hal ini bertujuan agar arus mengalir melalu dua
dioda dari satu penghantar ke penghantar lain.
Pada rangkaian mode A merupakan rangkaian dalam hubungan bintang dan besarnya
tegangan jala-jala, sebagal contoh;
UU1VN = UU1N – UUV1N
sedangkan pada rangkaian mode B merupakan rangkaian dalam hubungan segitiga dan
besarnya arus jala-jala, sebagai contoh:

iL1 = iu – iw
Contoh pemakaian dari regulasi 3 fasa ini adalah untuk suplai pada cathodic protetion.
Daftar alat dan bahan
 Osiloskop 1 buah
 Transformator isolasi 3 fasa 1 buah
 Transformator percobaan 3 fasa 1 buah
 Meter R.M.S. 1 buah
 Meter daya 1 buah
 Adaptor arus tegangan 1 buah
 Potensiometer 1 buah
 Sumber daya arus searah 1 buah
 Unit kendali, 6 pulsa 1 buah
 Tiristor (dan sebagai tambahan 3 triac) 6 buah
 Dioda 6 buah
 Sekering jenis cepat 10 A 3 buah
 Beban resistif, 3 x 100 ohm / 2,3A 1 buah

Diagram Rangkaian

119
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Gambar 20.1 Diagram Rangkaian daya

120
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
Gambar 20.2 diagram rangkaian penyalaan
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Langkah percobaan
1. Buatlah rangkaian dengan N - W2 tidak dihubungkan
Ukur tegangan U1U2 pada osiloskop dan periksa apakah unit regulasi ini bekerja dengan
benar dan stabil pada seluruh daerah regulasi (lihat gambar 20.1 dan 20.2)
2. Hubungankan dan periksa kembali tegangan uU1V1 pada osiloskop. Yakinkan bahwa
setengah periode tegangan positif dan negatif simetris pada (a =36°, 90° dan 108°).
3. Ukurlah tegangan UUIN. UVIN dan Uu1v1 pada osiloskop untuk (α = 72°). Gambarlah
osilogram dari dua tegangan pertama pada data percobaan 3 dan tegangan ketiga pada
data percobaan 4 amati hubungan fasa yang benar. Periksa apakah pernyataan U u1v1 =
UU1N – UV1N adalah benar dengan membandingkan 3 harga sesaat.

4. Rangkai tegangan tersinkronisasi untuk rangkaian segitiga sebagai berikut:


Soket L1 N1 L2 N2 L3 N3
Penghantar L1 L2 L2 L3 L3 L1

5. Hubungkan 3 tahanan beban dalam rangkaian segitiga. Lepas hubungan-hubungan V2 -


U2, V2 - W3, W2 - N dan hubungkan U2 - L2, V2 -L3, W2 - L1 untuk kembali pada
rangkaian mode A.Perhatikan rating dari tahanan beban saat pemilihan tegangan
maksimum U.
6. Dengan penunjuk arus-tegangan serta osiloskop, ukur arus beban (U1/U2) dan beban
(V1/V2) serta pada jala-jala L2, untuk a = 72°. Lengkapi gambar pada lembar kerja untuk
memperlihatkan cara menghubungkan penunjuk arus-tegangan.
Gambar osilosgram pada data percobaan langkah 6. Arus beban di bagian atas dan arus
jala-jala di bagian bawah halaman. Pelajari hubungan fasa yang benar. Periksa kebenaran
pernyataan iL2 = iV -iu dengan membandingkan 3 besaran sesaat.
7. Sekarang rangkai pengatur arus 3 fasa dengan triac dan sebuah beban transformator,
seperti gambar 20.3 dan gambar 20.4. Jika hanya tersedia 1 transformator, pengatur dapat
dihubungkan langsung ke sumber utama.
8. Pada transformator pengatur, atur tegangan 1 Uα = 1 Ugo ukur daya pada jala-jala primer
dan sekunder transfomator, efisiensi pengatur dan efisiensi total.
9. Atur sudut regulasi seperti pada tabel dengan melihat pengukuran tegangan 1 Ua =
UL2L3 pada osiloskop.

121
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
Tentukan harga-harga R.M.S tegangan Uα dan 2Uα serta harga rata-rata aritmatik dari
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
tegangan Uaα. Masukkan harga-harga dalam tabel. Hitung harga-harga normalnya dan
NEGERI SEMARANG

gambar lengkung karakteristik pada data percobaan langkah 4.


Bandingkan perbandingan transformasi N dan lengkapi pernyataan pada lembar kerja.

Keselamatan kerja
1. Perhatikan pada saat anda menggunakan osiloskop (2-kanal) bahwa hanya boleh ada satu
titik bersama (common point' untuk menghindari adanya hubung singkat.

122
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL
2. Untuk menghindari suatu hubung singkat dan bahaya bagi keselamatan terhadap orang
POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
yang melakukan pengukuran,
NEGERI SEMARANG hanya boleh digunakan satu kabel dari dalam tanah
(ground) dari osiloskop ke tanah yang diukur.
3. Perhatikan dalam pemasangan amper meter, jangan sampai dipasang seperti memasang
Volt meter. Bila ini terjadi akan merusakan alat ukur tersebut. Usahakan batas ukur pada
alat ukur yang digunakan harus pada posisi yang aman/skala batas ukur yang dianggap
tepat.

4. Perhatikan daerah pengukuran yang tepat "dc" atau "ac" sehingga diperoleh data yang
akurat.
5. Perhatikan sebelum menggunakan alat ukur periksa dulu apakah alat ukur yang akan
dipakai sudah dikalibrasi atau belum, hal ini untuk menghindari kesalahan dalam
pembacaan alat ukur.

Data percobaan
1. Langkah 1
Dengan hubungan pulsa-pulsa penyalaan seperti yang telah ditentukan, kerja pengatur
yang stabil adalah mungkin/tak mungkin *)
2. Langkah 2
Pada sudut regulasi a = 36°, 90°. 108°*), tegangan Ua = UU1V1 mempunyai bentuk
simetrisAak simetris *) dalam setengah dari positif dan negatif
3. Langkah 3

Penyetelan
skala ac

X =..........ms/cm
UU1N = ........V
Y =.........V/cm
UV1N = ........V
Periksa pada
UU1v1 = ........V
Wt = 90°

a. bentuk gelombang dari uu1N dan UVIN pada a = 72°


*) coret yang tidak sesuai

4. Langkah 4

123
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

b. Bentuk gelombang dari UU1V1 = uu1N - uv1N pada α = 72°.

5. Langkah 5
Pada U = 360 V, dipergunakan RL = 200 ohm/2,3A. Pada RL = 100 Ohm/2,3A, U yang
harus dipilih 220 V.

6. Langkah 6

124
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

a. Sisi daya memperlihatkan hubungan penunjuk arus tangan.

Skala :
X = ms/cm
Y = V/cm
Cek pada Wt = 36°
iu = A
iv = A
iL2 = A
Wt = 36°

b. Bentuk gelombang iu dan iv pada a = 720

Regulasi skala AC:


X= ms/cm
Y= V/cm
Wt = 36°
c. Bentuk gelombang y = iv - iu pada a = 72°

7. Langkah 7
Primer : Ip (L2 = ...........W; 1Ptot.=…….=……..
Skunder: ……2P (L2) = ……..W; 2Ptot = ……=……..

Sisi D.C: …………Pd =w

125
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Ntrans. = _______ = _______ = _______


nreg = _______ = _______ = _______
n tot = _______ = _______ = _______

8. Langkah 8
α (deg) 00 300 600 900 1200 1500 1800
1 Uαv (V)
2 Uα (V)
Udα (V)

N=

Pada sudut regulasi (α ...............perbandingan transformasi memperlihatkan

penyimpangan besar/kecil *) dari harga nominal *) coret yang tidak tepat Lengkung
karakteristik rr^ i (a) dari pengatur arus 3 fasa terkendali penuh Udo dengan beban
transformator dan penyearah.

Pertanyaan
1. Dari hasil pengukuran dan penggambaran bentuk gelombang keluaran yang dihasilkan
pada percobaan ini berilah penjelasan dan komentar anda.
2. Dari hasil pengukuran langkah 9, buatlah karakteristik regulasi

f (α)

Berilah penjelasan dan komentar mengenai hasil percobaan anda.

9. Langkah 9

Lengkung karakteristik (a) dari pengatur arus 3 tiga fasa terkendali penuh dengan beban

transformator dan penyearah.

126
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN NASIONAL

POLITEKNIK
PM.7.5.06/L2/2011
NEGERI SEMARANG

Daftar pustaka
Lucas-Nulle. 1986. Elektronika Daya. LFI (E). Kerpen - Sindorf.

Dewan S.B and Straughen. A. 1975. Power Semiconductor Circuit. John Wiley and Sons.

Bird B M, King K.E & PedderD.A.G. 1993, An Instruction to Power Electronics, 2nd edition.
Boffius Lone England: John Willey & Sons.

Fisher M.J. 1991. Power electronics. Co, Boston: PWS-KENT Publishing.

Klemens, Henmon. 1987. Basic Principles of Power Electronics. Berlin: Springer Verlog.

Samir K. Datta, 1985. Power Electronic & Control. Virginia, (USA): Prentice-Hall

127

Anda mungkin juga menyukai