PERCOBAAN II
TRANSFORMATOR SATU FASA
A. Tujuan Percobaan
Menentukan tegangan primer transformator dan tahanan dalamnya pada arus
primer tertentu.
Menentukan tegangan sekunder transformator dan tahanan dalamnya pada
arus sekunder tertentu.
Membandingkan nilai tahanan dalam transformator pada sisi primer dan sisi
sekunder.
B. Dasar Teori
D. Prosedur Percobaan
1. Membat rangkaian percobaan seperti pada Gambar (2.5) untuk sisi primer
transformator.
2. Menghubungkan input rangkaian dengan supply L+/L- (DC supply)
3. Mengatur supply pada posisi On
4. Mengatur nilai arus seperti pada Tabel (2.1).
5. Mencatat penunjukkan Voltmeter sesuai dengan nilai arus pada point 4.
6. Memaitikan power supply.
7. Membuat rangkaian percobaan seperti pada Gambar (2.6) untuk sisi
sekunder transformator.
8. Mengulangi langkah 2-6
9. Apabila semua data untuk Tabel 2.1. didapatkan matikan supply DC sebelum
rangkaian percobaan dilepaskan.
Arus (A)
N = 500
2 1.8
1.5
Tegangan (V)
1.5
1.1
1
0.5
0
0.5 1 1.5 2
Arus (A)
N = 250
G. Kesimpulan
NS
V p2
Ax2 =
V s2
60
=
59
= 1,01
V p3
Ax3 =
V s3
40
=
39 ,5
= 1,01
%error A1= | A |
A− A x1
×100 %
¿|1 ,01−1
1 , 01 |
,02
×100 %
¿1 %
%error A2= | A |
A− A x 2
×100 %
¿|1 ,01−1
1 , 01 |
,01
×100 %
¿0%
¿0%
= |78−80
78 |
× 100 %
= 2,56 %
= |59−60
59 |
×100 %
= 1,69 %
= |3939, 4−40
,4 |
×100 %
= 1,52 %
NS
V p2
Ax2 =
V s2
60
=
30
=2
V p3
Ax3 =
V s3
40
=
19 , 4
= 2,06
%error A1= | A− A x1
A |
×100 %
¿ |2 ,03−2
2 , 03 |
, 03
× 100 %
¿0 %
%error A2= | A− A x 2
A |×100 %
¿ |2 ,03−2
2, 03 |
×100 %
¿ 1 , 47 %
%error A3 = | A− A x 3
A |×100 %
¿ |2 ,03−2
2, 03 |
, 06
×100 %
¿ 1 , 47 %
d) Menentukan nilai Vs hitung (Np>Ns)
Dik : NP = 500
NS = 500
VP1 = 80 V
Vp2 = 60 V
Vp2 = 40 V
Dit : Vs hitung =……..?
Ns
Vs1 = Vp1 x
Np
= |3939, 3−40
,3 |
×100 %
= 1,78 %
= |30−30
30 |
×100 %
=0%
= |1919, 4−20
,4 |
×100 %
= 3,09 %
NS
V p2
Ax2 =
V s2
60
=
117
= 0,51
V p3
Ax3 =
V s3
40
=
79
= 0,50
%error A1= | A |
A− A x1
×100 %
¿|0 , 50−0
0 ,50 |
, 51
× 100 %
¿2 %
%error A2= | A |
A− A x 2
×100 %
¿|0 , 50−0
0 ,50 |
, 51
× 100 %
¿2%
%error A3 = | A− A x 3
A |
×100 %
¿|0 , 50−0
0 ,50
, 50
|×100 %
¿0%
d) Menentukan nilai Vs hitung (Np<Ns)
Dik : NP = 500
NS = 250
VP1 = 80 V
Vp2 = 60 V
Vp2 = 40 V
Dit : Vs hitung =……..?
Ns
Vs1 = Vp1 x
Np
500
= 80 x
250
= 160 v
Ns
Vs2 = Vp2 x
Np
500
= 60 x
250
= 120 v
Ns
Vs1 = Vp1 x
Np
500
= 40 x
250
= 80 v
e). Menghitung persentase error Tegangan sekunder (error%) (Vs)
= |156−160
156 |
×100 %
= 2,56 %
= |117−120
117 |
×100 %
= 2,56 %
= |79−80
79 |
×100 %
= 1,26 %
VP VS Ax A %
Catatan
(Volt) (Volt) error
100 78 1,02 1 Sisi sekunder
80 59 1,01 1,01 0 dalam hubungan
60 39,5 1,01 0 seri
100 39,3 2,03 0
80 30 2 2,03 1,47 Step-down
60 19,4 2,06 1,47
100 156 0,51 2
80 117 0,51 0,50 2 Step-up
60 79 0,50 0
Pada tabel 2. dapat dianalisa bahwa pada trafo primer dan
sekunder sama sisi mempunyai nilai tegangan yang hampir sama. Hal
ini disebabkan karena jumlah lilitan pada lilitan primer dan sekunder
sama (NP=NS) sehingga nilai tegangan pada kedua sisi hampir sama
karena adanya rugi-rugi pada trafo.
Pada trafo step-down dengan jumlah lilitan primer 500 dan
lilitan sekunder 250 dapat dianalisa bahwa nilai V S didapatkan lebih
kecil dengan nilai VP. Hal ini sesuai dengan persamaan
Ns
V S =V p x
Np
dan trafo ini berfungsi untuk menurunkan tegangan.
Sedangkan pada trafo step-up dengan jumlah lilitan primer 250
dan lilitan sekunder 500 dapat dianalisa bahwa V S didapatkan lebih
besar dengan nilai VP. Hal ini sesuai dengan persamaan
Ns
V S =V p x
Np
dan fungsi trafo ini untuk menaikkan tegangan.
90 78
80
70 59
60
50 39.5
40
30
20
10
0
40 60 80
Vs
200
156
150 117
100 79
50
0
40 60 80
Tegangan Primer (Vp)
Grafik 2.5 Hubungan tegangan primer (VP) dan tegangan sekunder (VS)
pada step-up
Berdasarkan grafik 2.5 dapat dianalisa bahwa nilai tegangan
primer (VP) dengan tegangan sekunder (VS) berbanding lurus, jika
tegangan pada lilitan primer semakin besar maka tegangan pada lilitan
sekunder akan semakin besar pula. Hal tersebut dikarenakan Jumlah
lilitan primer (Np) lebih sedikit dibandingkan dengan lilitan sisi
sekunder (Ns) yakni Np = 250 dan Ns = 500. Oleh karena itu
transformator tersebut berfungsi untuk menaikkan tegangan.
G. Kesimpulan
1. Pada transformator dengan lilitan pada sisi sekunder dan sisi primer sama,
tegangan pada sisi primer diperoleh nilai : 40, 60, 80 dan pada sisi sekunder
diperoleh nilai : 39,5, 59, 78 berarti dapat disimpulkan tegangan yang
dihasilkan pada sisi primer lebih besar dari sisi sekunder tapi mendekati
nilai pada sisi sekunder . Hal ini terjadi karena drop tegangan, dimana
seharusnya tegangan yang dihasilkan pada sisi primer dan sekunder harus
sama, karena jumlah lilitannya sama ( N P ¿ N S). Pada transformator step-
down tegangan pada sisi primer diperoleh nilai : 40, 60, 80 sedangkan pada
sisi sekunder diperoleh nilai : 19.4, 30, 39,3 jadi dapat disimpulkan tegnagan
pada sisi sekunder lebih kecil dari sisi primer ( N P ¿ N S). Dan pada
transformator step-up tegangan pada sisi primer diperoleh nilai : 40, 60, 80
sedangkan pada sisi sekunder diperoleh nilai : 79, 117, 156 dapat
disimpulkan bahwa nilai tegangan yang dihasilkan pada sisi sekunder lebih
banyak dari tegangan sisi primer disebabkan jumlah lilitan pada sisi
sekunder lebih besar daripada sisi primer ( N P ¿ N S).
2. Perbandingan lilitan pada transformator yang jumlah lilitan primer dan
sekundernya sama. Sehingga didapatkan tegangan pada sisi sekunder yang
sama hampir mendekati nilai tegangan primer. Pada trafo step-down jumlah
lilitan pada sisi sekunder lebih sedikit daripada jumlah lilitan pada sisi
primer yang menyebabkan tegangan akan turun. Dan pada trafo step-up
jumlah lilitan pada sisi primer lebih sedikit daripada jumlah lilitan pada sisi
sekunder yang menyebabkan tegangan akan dinaikkan.
E. Hasil Pengamatan
Tabel 2.3. Hasil pengamatan percobaan transformator tanpa beban.
NS
F.3.2
F.3.2.1 Analisa Perhitungan transformator tanpa beban
Dik:
V P=60 V
I P =0 ,53 A
P P=9 W
Dit:
a) Nilai cos Ф = …?
b) Nilai RC = …?
c) Nilai Xm = …?
d) Nilai IC = …?
e) Nilai Im = …?
Jawab:
PP
a) cos Φ=
VP×IP
9
¿
60× 0 , 53
¿ 0 , 28
VP
b) RC =
I P ×cos Φ
60
¿
0 ,53 × 0 ,28
¿ 428 ,57 Ω
VP
c) X m=
I P × sin Φ
60
¿
0 ,53 × 1
¿ 113 , 20 Ω
d) I C =I P ×cos Φ
¿ 0 , 53 ×0 , 28
¿ 0,148 A
e) I m=I P ×sin Φ
VP IP PP RC Xm
Cos Ф
(V) (A) (W) (Ω) (Ω)
60 0.53 9 0,28 404,31 113,20
50 0.28 6 0,42 425,17 178,57
40 0.23 4 0,43 404,4 173,91
30 0.19 3 0,52 303,64 157,89
8
6
6
4
4 3
2
0
0.19 0.23 0.28 0.53
Arus Primer (A)
Daya (W)
Arus
0.3
0.2
0.1
0
30 40 50 60
Tegangan Primer (Vp)
300
200
100
0
30 40 50 60
Tegangan Primer (Vp)
150 130.43
113.2
100
50
0
30 40 50 60
Tegangan Primer (Vp)
NS
Grafik Hubungan Arus Primer (IP) Terhadap Daya pada Trafo Hubung
Singkat
0.6
0.4
0.2 0
0
0.3 0.35 0.4 0.45 0.5
Arus (A)
Daya
Grafik 2. Hubungan arus primer (IP) terhadap daya pada trafo hubung singkat
Berdasarkan grafik 2. dapat dianalisa bahwa saat arus semakin besar nilai
daya cendrung konstan. Seharusnya nilai daya berbanding lurus dengan nilai
arus, hal ini sesuai dengan persamaan:
P=V × I ×cos Φ
Grafik Hubung Arus Primer (IP) Terhadap Tegangan Primer (VP) pada
Trafo Hubung Singkat
15 13.1
11.1
10
5
0
0.3 0.35 0.4 0.45 0.5
Arus (A)
Grafik Hubung Arus Primer (IP) Terhadap cos Φ pada Trafo Hubung
Singkat
0.1
0.1
0.05 0
0
0.3 0.35 0.4 0.45 0.5
Arus Primer (Ip)
Grafik 2. Hubungan arus primer (IP) terhadap cos Φ pada trafo hubung
singkat
Berdasarkan grafik 2. dapat dianalisa bahwa dengan arus primer (I p)
yang semakin meningkat didapatkan nilai cos Φ yang fluktuatif, seharusnya
nilai cos Φ yang didapatkan semakin kecil dikarenakan cos Φ berbandimg
terbalik dengan arus primer (Ip) Sesuai dengan persamaan :
PP
cos Φ=
VP×IP
Grafik Hubung Arus Primer (IP) Terhadap Req pada Trafo Hubung
Singkat
6 4.93
4
4
2 0
0
0.3 0.35 0.4 0.45 0.5
Arus Primer (Ip)
Grafik Hubung Arus Primer (IP) Terhadap Xeq pada Trafo Hubung Singkat
37 36.77
36.52
36.5 36.21
36
35.5
0.3 0.35 0.4 0.45 0.5
Arus Primer (Ip)
G. Kesimpulan
1. Pada trafo tanpa beban jika diberikan tegangan yang berbeda-beda pada sisi
primer maka arus dan daya yang diperoleh akan semakin besar atau kecil
tergantung pada nilai tegangan. Hal ini terjadi sesuai dengan persamaan:
P=V × I
2. Pada trafo tanpa beban, jika tegangan semakin kecil maka nilai tahanan (Req)
dan reaktansi (Xm) juga semakin kecil.
3. Pada trafo hubung singkat, jika diberikan variasi arus, tegangan dan daya
yang diperoleh akan meningkat atau menurun tergantung pada nilai arus.
Karena daya berbanding lurus terhadap arus. Hal ini sesuai dengan
persamaan:
P=V × I
4. Pada trafo hubung singkat arus primer yang semakin besar menghasilkan nilai
tahanan Req, Xeq dan Zeq bernilai fluktuatif.
H. Tugas Tambahan
1. Jelaskan rugi-rugi yang ada pada transistor?
2. Jelaskan yang dimaksud dengan arus Eddy dan bagaimana arus Eddy
tersebut?
Jawab:
1. Rugi-rugi transformator
a) Rugi tembaga yang disebabkan arus beban mengalir di kawat
tembaga. Untuk mencari nilainya dengan persamaan:
2
PW =I × R
b) Rugi besi yaitu:
Rugi histeris karena fluks bolak-balik pada inti besi. Untuk
mencari nilainya dengan persamaan:
Pn=k × n × F × B
Rugi arus Eddy karena pusat pada inti besi. Untuk mencari
nilainya dengan persamaan:
Ps =Pn + Pe
2. Arus Eddy adalah kerugian pada inti besi karena GGL maksimum yang
menimbulkan arus pada inti magnet. Untuk menguranginya dengan
menggunakan inti besi yang berlapis-lapis.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2022. “ Modul Praktikum Dasar Teknik Tenaga Listrik”. Jurusan Teknik
Elektro Fakultas Teknik Universitas Matarm.
Badaruddin, dkk. 2016. “ Analisa Minyak Transformator Pada Transformator 3
Fasa”. Jakarta : Universitas Mercu Buana.
Sumardjati, Orih, dkk. 2001. “ Teknik Teanaga Listrik “. Jakarta : Direktronik
Pembangun Sekolah Menengah Keguruan.
Tondok. Taved Paserang dkk. 2019. “ Perencanaan Transformator Distribusi 125
KVa“. Jurnal Teknik Elekro dan Komputer vol.8 No 2.
Zuhal. 2000. “ Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya “. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.