Anda di halaman 1dari 31

PELIT (SUKA MEMINTA TETAPI TIDAK SUKA MEMBERI)

Sifat pelit atau disebut kikir atau juga bakhil dan kalau bahasa Jawa
menyebutnya sebagai medit adalah sifat dasar manusia yang paling mendasar.
Sifat pelit biasanya disebabkan oleh kekhawatiran yang berlebihan akan
sesuatu hal yang mungkin terjadi di masa depan. Rasa takut akan jatuh
miskin, tidak punya uang, tidak bisa mendapatkan kenikmatan hidup seperti
yang didapatkan saat ini, tabungan habis, dan lain sebagainya merupakan
faktor yang cukup dominan dalam mempengaruhi sifat pelit pada manusia.

Hakikatnya, orang pelit itu menganggap bahwa apa yang didapatkan


itu semata karena jerih payahnya, karenanya ia bisa menggunakan semua
hasilnya untuk apa yang dia suka.

Dalam Al-Qur’an ,Allah Ta’ala berfirman,

o “Dan barangsiapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir


terhadap diri nya sendiri. Dan Allahlah yang Maha kaya sedangkan
kamulah orang-orang yang membutuhkan(Nya). Dan Allahlah yang
Maha kaya sedangkan kamulah orang-orang yang
membutuhkan(Nya); dan jika kamu berpaling , niscaya Dia akan
mengganti (kamu) dengan kaum yang lain dan mereka tidak akan
seperti kamu (ini).
” (QS. Muhammad: 38)
o “Dan adapun orang-orang yang kikir dan merasa dirinya cukup.
Serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan
menyiapkan baginya (jalan) yang sukar.” (al Lail : 8-10)

Allah menyandingkan antara sifat bakhil dengan istighna’ (merasa tidak


butuh) dan juga mendustakan pahala. Karena ketika seseorang terjangkiti sifat
bakhil, maka mereka tidak butuh kemurahan Allah, tidak butuh arahan dan
petunjuk-Nya. Ia merasa bahwa rejeki itu karena usahanya, ia merasa mampu
menentukan nasib sendiri tanpa pertolongan Allah. Ia juga di sifati dengan
mendustakan pahala yang terbaik, karena seandainya ia membenarkan,
tentulah dia akan bersedekah dan menunaikan hak harta agar bermanfaat
baginya di akhirat.

Ibnu Abbas menjelaskan ayat tersebut, “Bakhil terhadap hartanya dan tidak
sudi menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala serta tidak percaya adanya surga
dan nikmatNya, maka akan Kami persiapkan untuknya nasib yang
menjadikannya senantiasa dalam kesusahan, baik di dunia maupun di akhirat.”

Sifat kikir menyebabkan seseorang menjadi fakir terhadap kebaikan, dan kaya
akan dosa dan kesalahan. Karena sifat ini mendorong seseorang untuk
menghalalkan segala cara untuk mendapatkan harta, lalu berpaling dari apa
yang diperintahkan kepadanya. Hasratnya hanya tertuju untuk dunia yang
fana. Maka kelak, sebagai balasannya, harta yang merka tumpuk itu menjadi
malapetaka bagi mereka,

Sifat pelit ini merupakan sifat yang tercela, dan tidak boleh dilakukan karena
sangat buruknya sifat ini.

Kikir dalam bahasa Arab disebut sebagai bakhil dan menurut istilah berarti
sifat seseorang yang amat tercela dan hina, tidak hendak mengeluarkan harta
yang wajib di keluarkan baik dalam ketentuan agama seperti zakat, nafkah
keluarga atau menurut ketentuan perikemanusiaan seperti sedekah, infak, dan
hadiah.

Imam Ibnu Jauzi dalam kitabnya at-thibbu ar-ruhi mendefinisikan kikir


sebagai sifat enggan menunaikan kewajiban, baik harta benda ajau jasa.

Dalam tulisan milik Aip Hanifatu Rahman, 2009:- perbuatan kikir disebabkan
oleh beberapa faktor:

1. Karena hartanya merasa milik sendiri

2. Karena takut harta mereka berkurang. Hal ini sebagai mana tercantum
dalam firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah ayat 268
“setan menjanjikan (menakut-nakuti) kemiskinan kepadamu dan menyuruh
kamu berbuat keji (kikir), sedangkan Allah menjanjikan ampunan dan karunia-
Nya kepadamu. Dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui”

3. Tidak punya rasa kasih sayang

4. Merasa drinya lebih dari orang lain.

Bahayanya kikir

Bahaya dari sifat kikir tercantum dalam beberapa surat dalam Al-Qur’an
seperti di bawah ini

Surat Ali-Imran ayat 180

“dan janganlah sekali-kali orang-orang kikir dengan apa yang diberikan


Allah kepada mereka dari Karunia-Nya, mengira bahwa (kikir) itu baik bagi
mereka. Apa (harta) yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan (di lehernya)
padahari kiamat. Milik Allah-lah warisan (apa yang ada) di langit dan di
bumi. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

buruknya sifat kikir ini

Dalam Al-Qur’an Surat Al-Lail ayat 8-11

“dan adapun orang yang kikir dan merasa dirinya cukup (tidak perlu
pertolongan Allah), serta mendustakan (pahala)yang terbaik, maka akan Kami
mudahkan baginya jalan menuju kesukaran (kesengsaraan).***

Abu Bakar’Ashidiq RA.berkata: “orang yang bakhil atau kikir tidak bisa lepas
dari salah satu tujuh perkata berikut:

1. Ketika ia mati, hanyatnya akan diwarisi oleh orang yang akan


menghabiskan dan membelajnjakannya untuk sesuatu yang tidak
diperintahkan Allah
2. Allah akan membangkitkan penguasa zhalim yang akan merenggut
seluruh hartanya setelah menyiksanya terlebih dahulu
3. Allah menggerakkan dirinya untuk menghabiskan harta bendanya
4. Muncul ide padadirinya mendirikan bangunan di tempat yang rawan
bencana, sehingga bangunan berikut semua harta yang disimpan di
dalamnya lalu ludes
5. Dia ditimpa musibah yang dapat menhabiskan hartanya, seperti
tenggelam, etrbakar, mengalami pencurian dan sebagainya
6. Dia tertimpa penyakit kronis sehingga hartanya habis untuk berobat
7. Dia menyimpan hartanya di sebuah tempat,kemudian ia lupa tempat
itu,sehingganya hartanya hilang.”

Rasulullah SAW bersabda:”hati-hatilah dari sifat kikir kerana sesungguhnya ia


telah menghancurkan umat-umat sebelum kalian.” (H.R.muslim)

Hadist lain yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi

“tidak akan masuk surga orang-orang yang menipu,bakhil (kikir) dan orang-
orang yang buruk mengurus miliknya.”

Riwayat lain yang juga diriwayatkan oleh At-Tirmidzi

“dan orang-orang yang bakhil (kikir) itu jauh dari Allah, jauh dari manusia,
jauh dari surga dan dekat pada neraka”

Rasulullah SAW bersabda “ tidak ada penyakit (hati) yang lebih berbahaya
dari sifat kikir”. (cari sumbernya)

Imam Ali bin Abi Thalib (ra) berkata: jadilah orang yang dermawan tapi
jangan jadi pemboros. jadilah orang yang hidup hemat,tapi jangan jadi orang
yang kikir.(Al-Mukhtarah min Hikam Amiril Mukminin sa: 14 dalam akun
instagram bertahajudlah)

ada beberapa cara menanggulangi sikap buruk ini antara lain:

1. Keyakinan bahwa segala sesuatu milik Allah semata.ini seperti surat Ali-
Imran ayat 180.

2. Banyak bersyukur atas nikmat yang Allah berikan

3. Motivasi untuk bersedekah seperti dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat


261
“perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti
sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratur
biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah
Mahaluas Maha mengetahui.

4. Senantiasa merenungi bahwa mereka yang tidak mampu merupakan saudara


kita
refrensi 3
-Pelit adalah salah satu sifat atau sikap yang di miliki manusia dimana dia
tidak mau memberikan barang yang dia punya sedikitpun kepada orang lain
- Tidak mau membagikan sesuatu kepada orng lain
refrensi 4
Pelit adalah sipat bawaan yang susah sekali disembuhkan, meskipun sangat
susah tetapi sedikit demi sedikit bisa dihilangkan asalkan orangnya mau dan
punya itikad baik untuk menghilangkan sipat sipat buruk tersebut.

Tahukah anda bahwa sebenarnya sipat pelit itu sangat merugikan ? baik untuk
diri sendiri maupun orang lain. di bawah ini saya tuliskan beberapa kerugian
yang ditimbulkan karenanya :

1. Selalu Menjadi Jurang Pemisah

Seseorang yang mempunyai sipat pelit biasanya akan selalu dijauhi teman
temannya, karena si pelit malas memberikan sesuatu barang/uang ataupun
berupa benda material lainnya, kalau diberi tentu saja ia mau. istilah “Take &
Give” tidak ada dalam kamusnya, ia hanya mau menerima atau mengambil
saja (Take), tetapi melas sekalimemberi (Give). apalagi kalau secara terpaksa
ia harus memberikan barang yang harganya mahal, wah bisa meriang 7 hari 7
malam karenanya. kalaupun memberi biasanya hanya berupa barang yang
sudah tak terpakai lagi atau barang yang sudah tak ada nilainya sama sekali,
itulah sebabnya ia dijauhi lingkungannya.
2. Penyakit yang menggerogoti dari dalam

memelihara sipat pelit sama saja dengan memelihara penyakit atau virus jahat
yang akan menggerogoti kesehatan dari dalam. jiwanya akan selalu tidak sehat
karena disaat ia harus mengeluarkan barang/uang meskipun secara terpaksa
hatinya menjerit tidak rela, ia akan selalu membayangkan sesuatu yang telah
diberikannya, seakan ia dirampok atau dibegal.

3. Menghambat Jalannya Usaha

mengapa demikian ? saya ambil sebuah contoh,

Teman saya kebetulan ia mempunyai sipat pelit, ia seorang pengusaha swasta.


ia selalu mengeuh karena selalu ditinggal pegawai/pekerja nya, karena
minimnya gaji yang diberikan, tidak sesuai dengan pekerjaan dan tanggung
jawab yang diberikan. padahal pegawai pegawainya itu sudah berpengalaman
di bidangnya. sehingga terpaksa ia harus selalu mencari pegawai baru untuk
dilatih kembali dari awal, dan biasanya kalau sudah mahir pegawai baru itu
pun meninggalkannya, kejadian seperti itu terus saja berulang ulang.
Kemudian ia pun selalu ditinggalkan relasi maupun pelanggannya karena
malasnya ia memberikan diskon atau korting harga. itu hanya salah satu
contohnya saja.

4. Dzalim terhadap diri sendiri


ia tidak menyadari bahwa dengan sipat pelitnya itu bukan saja ia telah berbuat
dzolim terhadap orang lain tetapi juga terhadap dirinya sendiri. di saat ia
menderita sakit biasanya ia malas mengeluarkan biaya untuk berobat jika itu
mahal, ia hanya makan obat murahan saja “toh nantinya sembuh sendiri!”.
pola hidupnya pun biasanya sangat sederhana, seandainya ia orang kaya ia tak
mau menggunakan fasilitas kekayaannya. kerjanya cuma menghitung untung
rugi.

5. Dibenci orang lain

si Pelit jika diberi sedikit kekuasaan (jabatan kecil kecilan) maka biasanya
perintahnya akan bertubi tubi, ia ingin dilayani secara prima. tidak peduli
keringat orang lain segala sesuatunya tahu beres saja. dan kalau mendapat
sedikit untung, tanpa rasa malu diumpetinnya keuntungan itu untuk dirinya
sendiri seakan semua itu didapat tanpa pertolongan orang lain (malas berbagi
rezeki), kalau yang namanya pekerjaan baru dibagi bagi pas giliran dapat
untung dimakannya sendiri. kalaupun dengan terpaksa ia harus membagi
sedikit rezeki yang didapatkannya maka diumumkanlah pemberiannya itu,
terus saja diomong omongin kepada setiap orang seakan seluruh Indonesia
wajib mengetahuinya. dan banyak lagi kasus lainnya yang tidak bisa saya
uraikan semua disini. itu sebabnya ia selalu dibenci orang.

6. Orang akan senang jika ia mendapat Celaka

Ketika si Pelit mendapat celaka maka semua mengucapkan ikut bersedih,


padahal ucapan itu hanya di mulut saja sekedar untuk menyenangkan hati si
Pelit. hati mereka sebenarnya merasa senang berbunga bunga bahkan tertawa
tawa dibelakangnya. sebenarnya si Pelit berjalan dengan diikuti sejuta
kutukan, setiap langkahnya, setiap geraknya.
Terus anda tentu bertanya :

“Apakah Penulis seorang yang Dermawan ? sehingga begitu mengusik


kelakuan si Pelit ?”

saya jawab : “tidak juga ! saya orang wajar wajar saja, tetapi saya tidak
termasuk orang Pelit !!”

refrensi 5
Pelit: orang yang sengsara, penimbun uang dan harta benda (sering kali hidp
menderita).

-Harga dan Kualitas

Orang yang Pelit akan selalu berusaha mendapatkan harga TERMURAH


tanpa peduli apakah kualitasnya sesuai untuk keperluannya (fit for purpose)
- Uang dan Kebahagiaan
-Kesimpulan
Pelit memangkas semua pengeluaran membabi buta tanpa berpikir lebih dalam
dan bahkan pada kasus ekstrem kalau bisa si Pelit ingin mendapat semuanya
gratis.

Refrensi 6
-Menurut Collins English Dictionary, definisi cheapskate (pelit) adalah “a
miserly person ” atau “a stingy hoarder of money and possessions (often living
miserably) ”.

Bisa diartikan, bahwa orang pelit adalah kamu menjadi orang yang sengsara
dengan menimbun uang, harta benda yang terkadang tidak kamu butuhkan
- Orang yang pelit, akan berpikir ulang untuk membeli minum, lalu malah
akhirnya meminta minum ke teman secara paksa, sekalipun sedang kehausan,
dan berada di tempat makan.

-orang yang pelit akan merugi


-orang yang pelit tidak murah hati dan sangat meminimalkan jumlah
pengeluaran

Refrensi 7
- pelit dan perhitungan, memberi mungkin akan merasa menjadi miskin....

dan umumnya manusia ingin yang gratis...

nah kebanyakan manusia yang tidak berpikir...

memberi kesulitan banyak, tapi menerima kesulitan gak mau...

kalau memberi uang sukanya mengurangi, kalau menyampaikan pesan


sukanya dilebihkan...

tapi memang adakalanya kita perlu meminta,, karena kalau tidak diminta kita
tidak diberi...

tapi sekarang bagaimana kalau tabiat orangnya yang suka meminta-minta


daripada memberi

- Seburuk-buruk sifat yang ada pada seseorang adalah sifat pelit yang sangat
pelit
- Asy syuh semakna dengan al bukhl (pelit). Imam An Nawawi mengatakan:
‫ والحرص على ما ليس له‬،‫ هو البخل بأداء الحقوق‬:‫الش ُّح‬

“Asy syuh adalah al bukhl (pelit) untuk menunaikan hak-hak, dan disertai
semangat untuk menguasai hal yang bukan miliknya” (Syarah Muslim Lin
Nawawi, 16/222).

Jadi asy syuh lebih parah dari al bukhl (pelit) karena asy syuh itu selain pelit
juga semangat untuk mendapatkan hak dan harta orang lain.

Adapun al bukhl, Ar Raghib Al Asfahani mendefiniskan dengan bagus:

‫ إمساك المقتنيات عما ال يحق حبسها عنه‬:ُ‫الب ُْخل‬

“Al bukhl adalah menahan harta yang dimiliki pada keadaan yang tidak layak
untuk menahannya ketika itu” (Mufradatul Qur’an, 1/109).

Sebagian ulama juga memaknai bahwa al bukhl itu enggan mengeluarkan


harta pada hal yang wajib. Al Faiyumi mengatakan:

‫ منع الواجب‬:‫البخل في الشرع‬

“Al bukhl dalam syari’at artinya menahan harta pada hal yang wajib”
(Mashabihul Munir, 1/37)

Sifat pelit termasuk akhlak tercela. Allah Ta’ala berfirman:

َ‫ش َّح نَ ْف ِس ِه فَأ ُ ْولَئِكَ ُه ُم ْال ُم ْف ِلحُون‬


ُ َ‫َو َمن يُوق‬
“Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang
yang beruntung” (QS. Al Hasyr: 9)

Allah Ta’ala juga berfirman:

َ َ‫ب ِب ْال ُح ْسنَى * ف‬


‫سنُ َي ِس ُِّرهُ للعسرى‬ َ َّ‫َوأ َ َّما َمن َب ِخ َل َوا ْست َ ْغنَى * َو َكذ‬

“Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta
mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya
(jalan) yang sukar” (QS. Al Lail: 8-10)
Refrensi 6

-Bab Bakhil (Kitab Hidayatus Salikin)

Berikut secarik catatan kecil dari Majlis Ta'lim. - Minggu ke.3

Asuhan : KH. Muhammad Fakhruddin bin Sufyan Al Bantani, SHi.

Mursyid Mahad Aly Al Arbain. Jakarta

Bab Bakhil

(Pelit atau Kikir atau amat sangat cinta harta benda).

Pasal yang ke Lima dalam menyatakan macam-macam Maksiat Batin.

Maksiat Batin ialah dosa yg timbul akibat perbuatan batin. ia dosa yg tdk
terlihat, namun hanya dapat tertangkap tanda2nya.

Bakhil atau kikir, atau pelit adalah penyakit no.5 yg tidak boleh ada dalam diri
seorang muslim. Sebab pelit adalah penyakit batin yg berbahaya lagi
membinasakan. Pelit ini timbul karena dirinya menganggap harta benda yg
ada padanya, ia dapatkan karena semata-mata atas upaya dan jerih payahnya
sendiri, bukan karena kemurahan dan kasih sayangnya Allah SWT. Karena
semuanyan semata dari ia, maka yg demikian membuat ia berat
mengeluarkannya.

Pemaparan...

Dalam Pasal yang ke lima ini akan diterangkan mengenai bahaya pelit dan
bahaya amat sangat cinta pada harta benda.

Ketika ditanya seorang Tabi'in besar yakni Imam Abu Hasyim; "Mad dunia"
Apasih harta benda itu...?!, Beliau berkata;"sebetulnya harta benda itu tidaklah
ada nilainya, karena yg namanya harta benda itu, bila telah kita miliki, ia
laksana mimpi, yang belum dimiliki, laksana khayalan. Itulah Dunia, ia indah
disaat belum dimiliki saja, namun bila telah dimiliki, ia akan terasa biasa2
saja, tidak istimewa.

Amat sangat cinta pada harta benda itu identik dengan pelit, pelit itu diantara
gara2 amat sangat cinta akan harta benda. maka...

Pelit itu termasuk sifat, karakter, atau tabiat yg amat sangat dicela oleh
Agama. Pelit pula hal yg teramat besar membuat orang2 celaka dan binasa
kelak nanti di akhirat.

Karena amat tercelanya pelit itu, maka surgapun di haramkan bagi mereka.
Sebagaimana tertulis amat sangat besar pada pintu surga itu, yakni "Anna
haromun likulli bakhil" Aku itu haram bagi orang yg pelit. Atau dalam bahasa
kita, Orang pelit dilarang masuk.

Pelit merupakan Penyakit batin pada harta benda, ia laksana orang yg gemar
makan namun tidak ingin buang hajat besar. Maka tentulah yg demikian itu
adalah Penyakit, dan Penyakit harus diobati, dan musti di buang jauh2 dari
diri. Sebab kelak Penyakit itu akan membawa pada celaka diri.
Oleh sebab itu, Agama menasehati kita agar orang susah mau belajar menjadi
dermawan dikala ia masih susah, supaya kelak bila kaya ia telah menjadi
pandai dalam dermawan. Namun jika ia menunggu kaya, atau belum ingin
belajar dermawan di saat susah. Maka kelak setelah ia kaya, ia akan sulit
menjadi dermawan, sebab ia baru akan belajar, ...belajar,....belajar, dan
tentulah jadi lama ia baru pandai menjadi dermawan.

Mari perbanyaklah niat dan upaya untuk menjadi dermawan, dimulai dari saat
ini, dari apa2 yg kita mampu, salah satunya adalah berqurban.

Ingatlah, berqurban tidaklah sama dengan ibadah haji, karena ibadah haji
sekali seumur hidup minimal sekali, serupa ibadah haji dengan hakekah, yg
hanya sekali seumur hidup. sebagai bagian dari rasa syukur kita atas nikmat
hidup yg diberikan kepada kita oleh Allah SWT.

Sedangkan berqurban, ia adalah bagian dari wujud syukur kita atas nikmat
harta benda yg Allah SWT berikan atas kita pada tiap2 tahunnya. Ibadah ini
serupa halnya dengan Zakat Fitrah, yg diwajibkan pada kita untuk ditunaikan,
selama kita mengalami masanya, dan telah sesuai syariat agama yg telah di
tentukan.

Namun jika belum ada akan kemampuan untuk berqurban itu, maka niat dan
tekadkanlah dg sungguh2 olehmu agar kelak ibadah qurban itu dpt tertunaikan
sesuai syariat agama dan sesuai harapanmu juga. Sebab insya Allah, niat dan
tekad yg sungguh2 itu akan mendapat bantuan/ pertolongan dari Allah SWT.
Lagipula niat dan tekadmu yg sungguh2 itu untuk berqurban, sesungguhnya
bermakna kita sedang akan meng kaya kan diri kita dari masa dan saat2
sebelum kita mampu untuk berqurban.

Lalu bagaimana ukuran mampu itu...?!, karena hal tersebut sering ditanyakan
dalam keseharian kita. Maka contoh dan penjelasan sederhananya adalah ;

Andai engkau miliki uang saat ini sebesar 10.juta, lalu bila kau belanjakan ia
untuk berqurban sebesar 2.juta, maka akan bersisa 8.juta. Selanjutnya,
dinyatakan mampu ia untuk berqurban apabila sisa dari uang nya itu dinilai
dimata umum masih cukup untuk biaya hidup pokok selama 4 hari. Yakni : 1
Hari Raya dan 3 hari tasrik kesudahannya.Akan tetapi, ia dinyatakan belum
mampu oleh Agama bila sisa setelah berqurban itu tidaklah dinilai cukup
dalam pandangan umum untuk biaya hidup pokoknya selama 4 hari
sebagaimana dijelaskan tadi. Ingatlah untuk selalu mentunaikan ibadah sesuai
dg tuntunan dan syariat agama yg benar. Demikian pula dengan berqurban,
diantaranya ;

qurban kambing jawa mustilah telah berusia 2 thn, kurang 1 hari saja tidaklah
sah.

qurban kambing gembel mustilah telah berusia 1 thn, atau 6 bulan namun telah
kupak.

qurban sapi mustilah telah berusia 2 thn.

Semua itu mendidik kita untuk menjadi pribadi yang dermawan.

Rangkumannya : Pelit itu merupakan penyakit berbahaya yang amat besar


dalam mencelakakan dan membinasakan kita kelak di akhirat nanti.

Firman Allah SWT dalam Qur'an, yang artinya dalam bahasa keseharian kita
adalah : " Jangan dikira orang yg pelit itu, dari kurnia yg Allah berikan itu
akan menguntungkannya, karena justru yang demikian itu merugikan lagi
membinasakan mereka". Karena pelit atas harta yg demikian itu kelak di
akhirat berakibat dikalungkannya harta tersebut pada lehernya dengan keadaan
terbungkus api neraka.

Dikisahkan pula pada zaman dahulu di era para Tabi'in, ada seorang Ulama
Besar dari kalangan Tabi'in yang bernama Abu Sinan, ia Kyai atau Ulama
Besar yang sangat dihormati, banyak orang yg datang untuk mengaji padanya.

Suatu hari seperti hari2 biasanya, banyak masyarakat yg datang ke


kediamannya untuk dapat mengaji pada beliau, namun hari iti ia berkata ;
"Pengajian hari ini libur dahulu, sebab saya punya tetangga, adiknya baru
wafat, sedangkan saya belum melayatnya. Kini saya ingin melayat, adakah
dari kalian yg ingin melayat bersama ku..", kemudian mereka berkata; "baik
guru kami ikut bersamamu".

Singkat cerita, Sang Ulama Abu Sinan ini bersama para jamaahnya
menyaksikan bahwa ada seorang ahli ibadah yg wafat, lalu didapati padanya
tertimpa siksa kubur yg amat mengerikan, yakni terbelitnya leher si mayit ahli
ibadah ini dg Ular besar yg wujudnya berupa api yg menyala-nyala. Hal
tersebut menimpanya hanya di karenakan si mayit mempunyai satu penyakit
semasa hidupnya, yakni penyakit bakhil atau pelit. Sekalipun ia dikenal sbagai
muslim yg ahli ibadah.

Sebagaimana Firman Allah SWT, yang dalam bahasa kita "Jangan dikira
orang yg pelit itu, dari kurnia yg Allah berikan itu menguntungkan, karena
sesungguhnya yg demikian itu (pelit), justru akan merugikannya lagi
membinasakannya kelak". atau perumpamaannya; "jangan dikira dengan
doyan makan saja, tanpa disertai dengan berak kesudahannya, akan membawa
ia akan kebaikan atau kemakmuran. Sebab sesungguhnya yg demikian itu
bahaya baginya, dan kelak akan mencelakainya. Sebab orang2 pelit itu kelak
di akhirat, dirinya akan dikalungi dengan hartanya yg ia pelit atasnya, dan
harta yg dikalungkan itu terbuat dari api neraka yg amat panas lagi menyala-
nyala.

Karenanya, jangan...jangan...janganlah kita menjadi pribadi yg pelit, tetapi


belajarlah...belajar...belajarlah dan berupaya agar dpt menjadi pribadi yg
Derma, andai belum mampu untuk yg besar2, maka mulailah dari yg kecil2,
yg kita mampu. Sungguh yg demikian itu jauh lebih baik dari yg tidak
memberi sama sekali. Semoga dg niat dan upaya Derma yg sungguh2 serta
istiqomah, maka kelak Insya Allah akan dimudahkan kita jalan menuju pribadi
Dermawan. Amiin.
Bakhil atau pelit ini amatlah berbahaya, hingga Nabi Muhammad SAW sangat
mewanti-wanti akan hal ini kepada umatnya, agar seorang muslim sekuat
mungkin untuk tidak menjadi pribadi yg pelit. Bahkan saking tercela dan
bahayanya pelit ini, Nabi Muhammad SAW berdoa setiap harinya agar dirinya
dijauhi dari sifat pelit ini.

Bakhil atau pelit memiliki lawanannya yaitu, sakho atau murah hati, yg
termasuk dlm kategori pribadi yg Dermawan. Dermawan itu sendiri
mempunyai dua tingkatan, yakni :

1. Sakho (Murah Hati), Dermawan ini maknanya ia murah hati dengan


memberikan orang lain / berbagi kepada sesama setelah kebutuhannya
terpenuhi. Ini dipuji oleh agama;

2. Itsar , Dermawan ini maknanya ia murah hati dengan memberikan orang


lain/ berbagi kepada sesama tanpa mendahului kepentingannya dahulu. (hanya
dalam urusan harta benda dunia). Ini pun amat sangat dipuji agama, dan ia
sifat tertingginya Dermawan.

Dermawan itsar ini dahulu dimiliki oleh para kaum anshor. Dikisahkan dahulu
ada keluarga anshor yg saat itu hanya memiliki sepiring makanan, namun
mereka akan kedatangan seorang tamu dari kaum muhajirin. Lalu berkata si
orang anshor ini kepada isterinya " duhai isteriku, tolong kau siapkan makanan
yg hanya sepiring itu di meja makan nantinya, lalu kau gelapkan ruang makan
itu nantinya pula, kapan? nanti setelah kutawarkan tamu kita untuk makan
bersama, dan setelah ia akan mulai makan bersama dg itu. Dengan begitu ia
tdk akan tau kalau makanan yg tersedia hanya sepiring saja untuknya, dan
karena ia tdk mengetahui yg sebenarnya, semoga ia dapat menyantapnya
dengan tenang dan bahagia.

sang Isteri anshor ini menyetujui perintah sang suami, lalu ia bertanya
mengenai anak2nya, lalu menjawab sang suami seraya memberi petunjuk pada
isterinya agar isterinya mengambil batu dan menggoreng-gorengnya di dapur,
agar si anak2 tenang dalam menanti makanannya yg mereka kira akan mereka
makan, sambil isterinya itupula untuk sambil merayu si anak2 untuk tidur
dalam menanti masakannya itu.

Sungguh luar biasa mulianya sifat orang2 anshor ini, itulah mereka kaum
anshor yg memiliki makna pembela-pembela Islam. jauh berbeda dg kita yg
lebih mengutamakan kepentingan diri dari orang lain, bahkan kadang tdk
segan merebut hak orang lain yg bukan menjadi haknya. serta suka
mendahului orang lain dalam urusan ibadah dg alasan mereka lebih tua,
mereka ulama, mereka pejabat...sungguh keliru yg demikian. Karena agama
justru mengajarkan untuk mendahului orang lain untuk urusan dunia, dan
mengutamakan diri sendiri bagi urusan ibadah untuk akhirat.

Agama juga menyatakan, bahwa banyak berbagi/ Dermawannya dirimu


terhadap orang2 miskin pun sesama yg lain, nantinya akan membawamu pada
banyaknya saksi dan pembela kebaikan di akhirat kelak. Dan sungguh yg
demikian itu kelak akan makin mendekatkan kita akan kemungkinan yg besar
mendapat ampunannya Allah SWT. Sebab kita sebagai manusia yg banyak
akan dosa dan kesalaham sangatlah butuh pertolongan dan bantuan dari
manapun, baik dari Syafaat para Nabi2, pembelaan para wali2, ulama2, pun
orang2 soleh lainnya. terlebih mereka kaum miskin yg telah kita berbagi
atasnya. Karenanya sungguh ke Dermawanan atau ke Murah Hatian itu
banyak membawa kita pada banyak kebaikan dan keselamatan.

Demikian kiranya secarik catatan Ta'lim ini di sampaikan. Bilamana catatan


ini dinilai memiliki manfaat yang baik, maka mari sebarkan kebaikan ini.
Semoga niat baik dan tulus ikhlas kita pada penyebaran kebaikan ini mendapat
ganjaran terbaik disisi Allah SWT, dan semoga pula Allah masukkan kita pada
golongan hamba2x Nya yg mendapat ampunan-Nya. Serta ditetapkan-Nya kita
pada akhir hayat yang palin indah dan baik, yakni Khusnul Khotimah. Amiin
Ya Rabbal Alamiin...
Namun, bila didalam catatan ini ditemukan hal-hal keliru dan menyalahi
makna yang sesungguhnya, maka sungguh hal tersebut semata-mata hanya
karena kekhilafan dan kebodohan si penulis (Murid) yang telah keliru
memahami materi yang di sampaikan sang Guru, karenanya diri membuka
luas segala koreksi dan arahan yang membangun. Akan tetapi bila dirasa hal
ini telah baik dan benar, maka semata-mata hal tersebut adalah bagian dari
pertolongan dan karunia dari Allah SWT.
-refrensi terbaik

KIKIR DAN BAKHIL

Dalam pembahasan ini ada dua kata dalam bahasa arab yang maknanya
hampir sama yaitu kata ( ‫ ) البخل‬dan ( ‫) الشح‬.

Al-buhlu atau bakhil adalah menahan sesuatu yang wajib. Sedangkan asy-syuh
atau kikir adalah menahan sesuatu yang wajib dan tamak atau rakus terhadap
apa yang menjadi milik orang lain. Jadi asy-syuh lebih buruk dan tercela dari
pada al-Bukhl.

Dua sikap ini sama tercelanya. Sehingga tidak pantas dalam diri seorang
muslim terdapat sifat bakhil dan kikir. Sebagaimana dikatakan dalam sebuah
riwayat:

“Dua hal yang tidak akan terhimpun pada diri seorang mukmin: bakhil dan
ahlak yang buruk.” (Diriwayatkan At-Tirmidzi)

“kikir dan iman sama sekali tidak akan terhimpun di dalam diri seorang
hamba.” (Diriwayatkan At-Tirmidzi, Ahmad, Al-Hakim, Al-Baihaqi dan Al-
Baghawi)

Dalil-dalil yang berkaitan dengan bakhil.


Sifat bakhil dan kikir ini sangatlah dicela dalam Islam. Hal ini bisa dilihat
dalam beberapa nash syar’I, baik dari Al Qur’an maupun As Sunnah.
Kesemua dalil tersebut menunjukkan betapa jeleknya akibat dari keduanya.

Dari Al Qur’an

Kata bakhil beberapa kali disebutkan dalam Al Qur’an. dan semua ayat
tersebut mengandung celaan terhadap sifat bakhil ini, di antaranya :

ُ‫ ) وَمَا يُغْنِي عَنْهُ مَالُه‬10 ( ‫ ) فَسَنُيَسِِّرُهُ لِلْعُسْرَى‬9 ( ‫ ) وَكَذَِّبَ بِالْحُسْنَى‬8 ( ‫وَأَمَِّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى‬
11 ( ‫) إِﺫَا ﺗَرَدَِّى‬

“dan adapun orang-orang yang kikir dan merasa dirinya cukup (tidak
memerlukan pertolongan Allah). Serta mendustakan pahala yang terbaik.
Maka akan kami permudahkan jalannya menuju kesukaran (kesengsaraan).
Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa (mati). (Qs. Al-
Lail : 8-11)

ُ‫هَاأَنتُمْ هَﺆُالَﺀ ﺗُﺪْعَوْنَ لِتُنفِقُوا فِي سَبِيلِ اللهِ فَمِنﻜُم مَِّن يَبْخَلُ وَمَن يَبْخَلْ فَﺈِنَِّمَا يَبْخَلُ عَن نَِّفْسِهِ وَالله‬
‫ الْغَنِيُِّ وَأَنتُمُ الْفُقَرَاﺀ‬.

“Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu)


pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada orang yang kikir, dan siapa yang
kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah
yang maha kaya sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan(Nya).
(Qs. Muhammad :38)

‫الَِّذِينَ يَبْخَلُونَ وَيَأْمُرُونَ النَِّاﺱَ بِالْبُخْلِ وَيَﻜْتُمُونَ مَا ﺁﺗَاهُمُ اللهُ مِن فَﻀْلِهِ وَأَعْتَﺪْنَا لِلْﻜَافِرِينَ عَذَابًا مُِّهِينًا‬
“yaitu orang-orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan
menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan-Nya kepada mereka.
Dan kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir siksa yang
menghinakan.” (Qs. An-Nisa’ : 37)

Allah mencela orang-orang yang tidak mau menginfakkan hartanya di jalan


yang telah diperintahkan Allah, seperti untuk berbuat baik kepada orang tua,
kerabat karib, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat,
tetangga yang jauh, ibnu sabil dan hamba sahaya. Mereka pun tidak
mengeluarkan hak Allah yang terdapat dalam harta mereka, bahkan menyuruh
orang lain berbuat bakhil. Rasulullah bersabda,

“Adakah penyakit yang lebih ganas dari pada bakhil?“

Firman Allah, “dan menyembunyikan karunia Allah yang telah diberikan


kepada mereka.“ Orang bakhil adalah orang yang mengingkari nikmat Allah.
Nikmat Allah itu tidak tampak dalam pakaian, makanan atau pemberiannya.
Oleh karena itu Allah mangancam dengan firmanNya, “dan kami telah
menyediakan bagi orang-orang kafir siksa yang menghinakan.“

Dalam sebuah hadits dinyatakan,

“Sesungguhnya jika Allah menganugerahkan suatu nikmat kepada hamba-


Nya, maka Dia suka jika kenikmatan itu tampak berdampak pada dirinya.“
Konteks ayat ini adalah bakhil dalam hal harta. Namun bakhil terhadap ilmu
pengetahuan tentu lebih tercakup lagi ke dalaml ayat itu sebab konteknya
mengenai infak kepada kerabat dekat dan orang-orang lemah.

ِ‫وَالَ يَحْسَبَنَِّ الَِّذِينَ يَبْخَلُونَ بِمَا ﺁﺗَاهُمُ اللهُ مِن فَﻀْلِهِ هُوَ ﺧَيْرًا لَِّهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌِّ لَِّهُمْ سَيُﻄَوَِّﻗُونَ مَا بَخِلُواْ بِه‬
ِ‫يَوْﻡَ الْقِيَامَﺔ‬

“sekali-kali janganlah orang yang bakhil dengan hartan yang Allah berikan
kepada mereka dari karunia-Nya menyangka , bahwa kebakhilan itu baik bagi
mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelah di lehernya
pada hari kiamat.” (Qs. Ali Imron :180)

Firman Allah ta’ala, “dan jangan sekali-kali mengira bahwa kekikiran orang-
orang atas karunia yang telah Allah berikan kepadanya adalah baik bagi
mereka. Bukan baik tetapi buruk bagi mereka.” Maksudnya, jangan sekali-kali
orang kikir menduga bahwa harta yang dikumpulkan itu berguna baginya,
justru akan memberikan madharat bagi mereka dalam agamanya, walaupun
kadang mendatangkan manfaat baginya di dunia.”

Kemudian Allah memberitahukan ihwal kesudahan hartanya pada hari kiamat.


Allah berfirman, “apa yang mereka kikirkan itu kelak akan dikalungkan
kepada mereka pada hari kiamat.”

Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah, dia berkata bahwa Rasulullah


bersabda, “ barang siapa yang diberi harta kekayaan oleh Allah namun tidak
dizakatinya, maka hartanya itu akan menjelma menjadi seekor ular yang
mempunyai dua titik hitam pada sebelah atas kedua matanya. Kemudian ular
itu akan dikalungkan kepadanya pada hari kiamat lalu menggigit kedua
pipinya. Ular itu berkata, ‘aku adalah hartamu dan gudang kekayaanmu.’
Kemudian Nabi membaca ayat di atas.”

Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia berkata, “ayat ini diturunkan
berkaitan dengan ahli kitab yang tidak mau menjelaskan isi kitab yang
diturunkan kepada mereka.” Demikian menurut riwayat Ibnu Jarir. Pendapat
yang shahih ialah yang sebelumnya, walaupun pendapat ini termasuk ke dalam
pengertian bakhil juga.

َ‫وَمَنْ يُوقَ شُحَِّ نَفْسِهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُون‬

“dan barang siapa dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-
orang yang beruntung.” (Qs. Al-Hasr : 9)

Ada seorang laki-laki mendatangi Abdullah dan berkata : “wahai Abu


Abdirrahman aku khawatir aku akan celaka.” Maka beliau bertanya, “Apa
yang menimpamu?” laki-laki itu menjawab, “Aku mendengar Firman Allah,
““dan barang siapa dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah
orang-orang yang beruntung.” (Qs. Al-Hasr : 9), sedangkan aku adalah orang
yang sangat kikir, hampir-hampir tidak pernah aku mengeluarkan sesuatu pun
dari kedua tanganku ini.” Maka beliau berkata, “Bukan kikir ini yang
dimaksud dalam firman Allah tersebut, sesungguhnya kikir adalah engkau
memakan harta saudaramu secara dzalim, tetapi yang menimpamu adalah
kebakhilan, dan sejelek-jeleknya sesuatu adalah kebakhilan.”

Dari As-Sunnah

Dari nabi beliau pernah berdo’a:


“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari lemah hati dan bakhil (Riwayat Al-
Bukhari dan Muslim)

Jabir meriwayatkan, Nabi pernah bertanya kepada banu salamah,


“siapakah pemimpin kalian?“ mereka menjawab, “jadd bin Qais. Hanya saja
kami menganggapnya orang yang bakhil.“ Beliau bersabda, “Lalu penyakit
apakah yang lebih parah dari pada bakhil? Pemimpin kalian adalah Bisyr bin
Barra’ bin Ma’rur“ (Riwayatkan Al-Bukhari di dalam Al-Adabul Mufrad)

Dari Anas beliau berkata, Rasulullah bersabda :

ِ‫ﺛَلَاﺙٌ مُهْللِﻜَاتٌ شُحٌِّ مُﻄَاعٌ وَهَوًى مُتْبَعٌ وَإِعْﺠَابُ المَرْﺀِ بِنَفْسِه‬

“Tiga perkara yang merusak, yaitu kikir yang dituruti, nafsu yang diikuti, dan
ketaajuban seseorang terhadap diri sendiri .“ (Riwayatkan Al-Bazzar dan Abu
Nu’aim)

Dari Abu Hurairah beliau berkata, Rasulullah bersabda : “Tidaklah para


hamba menjumpai waktu subuh kecuali akan turun dua malaikat. Yang satu
berkata, “ya Allah berilah orang-orang yang berinfak ganti atas hartanya.“ Dan
yang lain berkata, “ya Allah berikanlah kepada orang yang bakhil kerugian.“
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Perkataan ulama salaf dan orang bijak

Para ulama salaf dan orang yang berilmu mereka sangat mencela sifat bakhil
dan kikir. Mereka sendiri tidak mau dirinya terjerumus dalam sifat ini. karena
sifat ini hanya akan mendatangkan kerugian bagi pelakunya. baik di dunia
maupun di akhirat, serta mendatangkan kesengsaraan bagi orang lain ketika di
dunia.

Al-Khaththabi berkata, “kikir yang membuat seseorang tidak mau memberi,


lebih parah dari pada bakhil.“

Salman alfarisy berkata, “jika orang dermaawan meninggal dunia, maka bumi
para malaikat penjaganya berkata, ‘ya rabbi, lepaskanlah urusan dunia dari
hamba-Mu karena kedermawannya’. Jika orang bakhil meninggal dunia, maka
bumi berkata, ‘ya rabbi, halangilah orang ini dari surga, sebagaimana hamba-
Mu ini menghalangi apa yang ada di tangannya dari keduniaan’.“

Di antara orang bijak ada yang berkata, “siapa yang bakhil, maka
musuhnyalah yang akan mewarisi hartanya.“

Seorang A’rabi mensifati orang lain dengan berkata, “dia menjadi hina dalam
pandanganku karena kebesaran dunia dalam pandangannya.“

Seorang A’rabi mencela suatu kaum dengan berkata, “mereka berpuasa dari
yang ma’ruf dan melahap kekejian.“

Abu Bakar Ash-Shiddiq berkata :

“Orang yang bakhil atau kikir tidak bisa terlepas dari salah satu tujuh perkara
berikut :
1. Ketika ia mati, hartanya akan diwarisi oleh orang yang akan menghabiskan
dan membelanjakannya untuk sesuatu yang tidak diperintahkan Allah;

2. Allah akan membangkitkan penguasa zhalim yang akan merenggut seluruh


hartanya setelah menyiksanya terlebih dahulu.

3. Allah menggerakkan dirinya untuk menghabiskan harta bendanya.

4. Muncul ide pada dirinya untuk mendirikan bangunan di tempat yang rawan
bencana, sehingga bangunan tersebut semua harta yang disimpan di dalamnya
lalu ludes.

5. Dia ditimpa musibah yang dapat menghabiskan hartanya, seperti tenggelam,


terbakar, mengalami pencurian, dan sebagainya.

6. Dia ditimpa penyakit kronis sehingga hartanya habis untuk berobat.

7. Dia menyimpan hartanya di sebuah tempat, kemudian ia lupa tempat itu,


sehingga hartanya hilang.”

Batasan bakhil

Banyak orang yang berbicara masalah bakhil dan kedermawanan. Di antara


mereka ada yang membatasi bakhil dengan menahan yang wajib. Sedangkan
orang yang berbuat sesuai dengan apa yang diwajibkan kepadanya, maka dia
tidak disebut orang bakhil. Memang pengertian ini bisa dikata cukup. Orang
yang tidak menyerahkan kepada keluarganya kecuali menurut ukuran yang
ditetapkan seorang hakim, kemudian dia membuat mereka menderita karena
tidak mau menambah bagian untuk keluarganya sekalipun hanya satu suapan
atau sebuah korma saja, maka dia termasuk orang bakhil.

Yang benar, orang yang terbebas dari bakhil ialah yang melaksanakan yang
wajib menurut syari’at dan hal-hal yang lazim, dengan cara yang terhormat
dan disertai kerelaan hati tatkala mengeluarkannya.

Yang wajib menurut ketentuan syariat ialah mengelurkan zakat dan


memberikan nafkah kepada keluarga. Sedangkan yang lazim dengan cara yang
terhormat ialah dengan tidak merasa sayang terhadap apa yang dikeluarkannya
dan menghindari hal-hal yang hina. Gambarannya berbeda-beda menurut
perbedaan kondisi dan individu. Sesuatu yang dipandang buruk pada diri
orang yang kaya belum tentu dipandang buruk pada diri orang yang miskin.
Apa yang dipandang buruk pada diri seseorang karena menyusahkan keluarga,
kerabat dan tetangganya dalam urusan makanan, belum tentu dianggap buruk
pada diri orang asing. Orang bakhil ialah yang menahan apa yang mestinya dia
tidak boleh menahannya, entah atas dasar ketentuan syariat entah atas dasar
menjaga kehormatan. Siapa yang melaksanakan ketentuan syariat dan
kelaziman kekesatriaan, berarti dia terlepas dari sifat bakhil. Tetapi dia tidak
memiliki sifat kedermawanan selagi tidak mau mengeluarkan lebih dari itu.

Bakhil tidak hanya terbatas kaitannya dengan harta semata. Bakhil juga
termasuk dalam ilmu dan jabatan. Orang yang tidak mau mengajarkan ilmu
yang telah didapatkan kepada orang lain pun disebut bakhil. Begitu juga orang
yang tidak mau mengorbankan jabatannya baik untuk kepentingan agama
ataupun untuk kepentingan masyarakat maka dia termasuk bakhil.
Bahkan rasulullah menyatakan orang bakhil adalah orang yang tidak mau
membaca shalawat kepada beliau jika nama beliau disebut. Rasulullah
bersabda :

َ‫الْبَخِيلُ مَنْ ﺫُكِرْتُ عِنْﺪَهُ ﺛُمَِّ لَمْ يُﺼَلِِّ عَلَيَِّ ﺻَلَِّى اللَِّهُ عَلَيْهِ وَسَلَِّم‬

“Orang bakhil adalah siapa yang mendengar namaku disebut dia tidak mau
bershalawat kepadaku.“ (riwayat At-Tirmidzi)

Akibat bakhil

Bakhil tidak hanya mendatangkan kerugian di dunia semata, namun di akhirat


pun orang bakhil akan mendapat azab karena kebakhilannyan tersebut. Di
antara akibat yang ditimbulkan oleh bakhil adalah :

1. Akan sulit mendapatkan kebahagiaan.

2. Hina di hadapan orang lain.

3. Orang yang bakhil akan tersiksa jiwanya, karena selalu memikirkan


bagaimana cara agar hartanya bertambah.

4. Hartanya tidak bermanfaat karena hanya ditumpuk saja. Bahkan orang yang
sangat bakhil tidak mau hartanya berkurang sedikitpun, walau sekedar
memenuhi kebutuhannya sendiri.
5. Pada hari kiamat kelak, harta yang ditumpuknya akan dikalungkan di
lehernya sebagai balasan atas kebakhilannya.

6. Harta yang ditumpuknya tidak bermanfaat sama sekali dihadapan allah,


melainkan hanya akan mendatangkan kerugian baginya.

7. Kehancuran yang disebabkan peperangan sesama manusia, sebagai mana


yang telah menimpa umat-umat terdahulu.

Cara Mengobati bakhil

Semua penyakit pasti ada obatnya. Tidaklah Allah menurunkan suatu


penyakit, kecuali juga menciptakan obatnya. Sebagaimana penyakit yang
menimpa jasad manusia yang pasti ada obatnya, penyakit hati pun demikian.

Hal pertama untuk mengobati bakhil adalah dengan mengetahui kebaikan-


kebaikan yang akan didapat dari sifat dermawan (suka memberi) serta
mengetahui kejelekan-kejelekan yang akan didapat dari sifat bakhil.

Juga perlu diketahui bahwasannya sifat bakhil itu mempunyai sebab-sebab dan
motif-motif yang mendorong seseorang bersikap demikian. dan motif yang
paling kuat dalam hal ini adalah takut miskin. Maka islam telah menerangkan
hal itu dalam banyak ayat dengan ungkapan yang sangat indah dan bijaksana.

Sedangkan sebab yang lain adalah kecintaan terhadap harta. Sedangkan cinta
terhadap harta itu ada dua sebab:
1. Cinta kepada nafsu, yang tidak bisa dicapai kecuali dengan memiliki harta
dan harapan yang muluk-muluk. Sekalipun dia tidak mempunyai harapan yang
muluk-muluk untuk dirinya sendiri, tetapi dia mempunyai anak, maka dia juga
termasuk orang yang mempunyai harapan yang muluk-muluk.

2. Cinta hanya semata kepada harta itu. Di antara manusia ada yang
mempunyai harta melimpah, cukup untuk kebutuhannya sepanjang hidupl
andaikan dia membatasi kebutuhannya yang lazim seperti biasanya, agar
hartanya masih banyak atau bertambah banyak, sementara dia pun tidak
mempunyai anak dan sudah tua, lalu dia tidak mau membelanjakan hartanya
untuk kebutuhan-kebutuhannya, termasuk pula untuk sadaqah, maka ini
termasuk penyakit bakhil yang sulit diobati. Perumpamaan orang ini ialah
seperti orang yang mencintai orang lain. Ketika utusan orang yang dicintainya
datang, dia justru mencintai utusan tersebut dan malalaikan orang yang
tadinya dicintai. Dunia ini adalah utusan yang menghantarkan kepada apa
yang dibutuhkan. Dia mencintai uang dan lupa kebutuhannya. Tentu saja ini
merupakan kesesatan.

Penutup

Sifat bakhil adalah pokok dari semua kehinaan. Menandakan sedikitnya akal
dan jeleknya pembinaan. Mengajak manusia kepada kebiasaan-kebiasan yang
tercela. Tidak bisa bersatu dengan keimanan dalam hati manusia.

Karena pada hakikatnya kebakhilan akan menyebabkan kehancuran dan


rusaknya akhlak manusia. Sebagaimana ia merupakan tanda berburuk sangka
kepada Allah. Maka kebakhilan akan menyebabkan seseorang terpisah dengan
sahabat-sahabatnya dan jauh dari akhlak para nabi dan orang-orang sholeh.
Maka orang yang bakhil tidak diterima keberadaannya di dunia dan di akhirat
akan disiksa. mereka adalah orang yang dibenci oleh Allah dan manusia. Dari
sinilah muncul perkataan :

“Kedermawanan seseorang menjadikan musuh-musuhnya cinta kepadanya,


sedangkan kebakhilannya menyebabkan anaknya sendiri benci kepadanya.”

Ada juga yang mengatakan, “Bakhil menghilangkan sifat kemanusiaan dan


memunculkan kebiasaan hewani.”

Oleh karena itu marilah kita senantiasa berusaha menjauhkan diri kita dari
sifat bakhil. Karena ia hanya akan menjauhkan manusia dari kasih sayang
Allah dan akan menjadikan orang lain benci terhadap kita. Bahkan seorang
anak akan membenci ayahnya sendiri disebabkan oleh kebakhilan yang
menyelimuti hati.

Semoga Allah senantiasa menjaga kita dari sifat bakhil dan memasukkan kita
ke dalam golongan orang-orang yang sholeh. Wallahu a’lam

Referensi

1. Al-Qur’an Terjemah

2. Tafsir Al-Qur’an Al-’Azhim, Ibnu Katsir, Maktabah Al-Ashriyah, Beirut,


Cetakan III Tahun 2000 M.
3. Syarh Riyadhus-Shalihin, Muhammad bin Sholeh Al-Utsaimin, Darul
Ulum, Mesir, Cetakan I Tahun 2002 M.

4. Kitab Al-Adab Al-Mufrad, Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Maktabah


Ma’arif, Riyadh, Cetakan I Tahun 1998 M.

5. Minhajul Qosidhin jalan orang-orang yang mendapat petunjuk, Ibnu


Qudamah, Pustakan Al-Kautsar, Jakarta, Cetakan I Tahun 1997 M.

6. http:\www. Islamweb.net

Anda mungkin juga menyukai