Anda di halaman 1dari 6

KAJIAN FARMAKOGNOSTIK HERBA MENIRAN HIJAU

(Phyllanthus niruri L.) dan HERBA MENIRAN MERAH


(Phyllanthus urinaria L.)
Virsa Handayani1), Nurfadillah1)
virsaichafarmasi@yahoo.com
1)
Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia Makassar

ABSTRAK
Herba meniran secara empiris telah lama digunakan oleh masyarakat sebagai obat
tradisional. Ditinjau dari prospek yang sangat potensial sebagai bahan obat maka perlu
dilakukan kajian farmakognostik sampel untuk pengendalian mutu dan keaslian simplisia.
Penelitian ini bertujuan memberikan dasar ilmiah mengenai gambaran farmakognostik
secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian secara kualitatif dan kuantitatif telah
dideskripsikan. Kajian morfologi pada daun herba meniran hijau (Phyllanthus niruri L.)
dan daun herba meniran merah (Phyllanthus urinaria L.) memiliki bentuk yang sama.
Pada batang memiliki perbedaan, meniran hijau percabangannya monopodial dan
berwarna hijau sedang meniran merah percabangannya simpodial dan berwarna merah.
Pada akar sama-sama berakar tunggang serta berwarna putih kekuningan. Berdasarkan
kajian anatomi pada meniran hijau (Phyllanthus niruri L.) dan Meniran merah
(Phyllanthus urinaria L.) memiliki bentuk yang sama baik dari daun, batang maupun
akarnya. Berdasarkan kajian identifikasi kandungan kimianya pada meniran hijau
(Phyllanthus niruri L.) mengandung tanin (katekol), saponin dan karbohidrat, sedangkan
pada meniran merah (Phyllanthus urinaria L.) hanya mengandung tanin (katekol) dan
saponin.

Keyword: Phyllanthus niruri, Phyllanthus urinaria, Farmakognostik

I. PENDAHULUAN Indonesia dapat ditingkatkan. Adapun tujuan


Latar Belakang yang ingin dicapai adalah untuk memperoleh
Secara geografis negara Indonesia data identifikasi utuk membandingkan antara
merupakan suatu negara yang memiliki tumbuhan meniran hijau (Phyllathus niruri
banyak jenis tanaman yang dapat L.) dan meniran merah (Phyllathus urinaria
dimanfaatkan sebagai obat tradisional L.) secara makroskopik, mikroskopik dan
(Miksusanti, et al, 2009) Salah satu tanaman kromatografi lapis tipis.
yang memiliki potensi untuk dikembangkan
sebagai obat tradisional adalah herba meniran II. METODOLOGI PENELITIAN
hijau (Phyllanthus niruri L.) dan herba A. Alat dan Bahan
meniran merah (Phyllanthus urinaria L.). Alat yang digunakan meliputi alat-alat
Herba meniran merupakan tanaman liar yang gelas (pyrex), Lampu UV 254 dan 366 nm,
dapat tumbuh disegala musim dan merupkan Mikroskop, seperangkat alat maserasi,
tumbuhan yang memiliki beberapa khasiat, Seperangkat alat rotavapor (Ika® Werke @
diantaranya kanker, SARS, hepatitis, demam Rvor), timbangan analitik (O’Houss).
berdarah dan kencing batu (Sulaksana, 2004). Bahan yang digunkan yaitu aquadest,
Herba meniran mengandung filantin, Asam klorida P, Asam sulfat, Besi (III)
hipofilantin, damar, kalium, tanin, saponin, klorida, Etanol, Etil asetat, Fehling A,
flavanoid dan triterpenoid (Heyne, 1987). Fehling B, Floroglusin P, Iodine 0,1 N,
Pada penelitian ini akan dilakukan Kalium hidroksida, Kloralhidrat,
uji farmakognostik dan aspek standarisasinya Kloroform,bauchardat, dragendorff, lempeng
sehingga diharapkan kelayakan pemanfaatan KLT GF254 (E.Merck), Metanol, n-butanol, n-
tumbuhan meniran hijau dan meniran merah heksan, Tumbuhan meniran hijau
yang merupakan kekayaan hayati bangsa

18
Jurnal Fitofarmaka Indonesia, Vol 1 No.1
(Phyllanthus niruri L.) dan meniran merah III. HASIL DAN PEMBAHASAN
(Phyllanthus urinaria L.). A. Hasil penelitian
1. Pemeriksaan Makroskopik
a. Pemeriksaan Makroskopik Tumbuhan Meniran Hijau dan
Bagian tanaman yang utuh yaitu Meniran Merah
akar, batang dan daun meniran hijau Tumbuhan meniran hijau
(Phyllanthus niruri L.) dan meniran merah (Phyllanthus niruri L.) dan meniran merah
(Phyllanthus urinaria L.) diambil untuk (Phyllanthus urinaria L.) sama-sama
pemeriksaan morfologi, wujud tanaman merupakan tumbuhan terna semusim,
dideskripsikan secara umum, termasuk cirri tumbuh tegak dan tumbuh liar
khasnya kemudian data yang diperoleh (Sastroamijoyo,1997). Terdapat perbedaan
didokumentasikan (Ditjen POM, 1994). pada tumbuhan meniran hijau dan meniran
merah, data dapat dilihat pada tabel 1.
b. Pemeriksaan Mikroskopik
Dilakukan pemeriksaan 2. Pemeriksaan Mikroskopik
mikroskopik dengan mengamati bentuk sel Tumbuhan Meniran Hijau dan
dan jaringan tumbuhan pada bagian Meniran Merah
penampang melintang dan membujur dari Dari pemeriksaan makroskopik
akar, batang dan daun meniran hijau tumbuhan meniranan hijau dan meniran
(Phyllanthus niruri L.) dan meniran merah merah anatomi daun, susunan jaringan pada
(Phyllanthus urinaria L.), kemudian bentuk penampang melintang terdapat kutikula,
sel – selnya diamati menggunakan mikroskop epidermis atas, jaringan tiang, xylem, floem,
dan didokumentasikan (Ditjen POM, 1979 ; epidermis bawah, jaringan bunga karang dan
Fahn, 1991). stomata. Sedangkan susunan jaringan pada
penampang membujur terdapat stomata tipe
c. Pemeriksaan Organoleptik anisositik, sel tetannga, sel penutup. Pada
Bagian tumbuhan yang utuh (akar, anatomi batang, susunan jaringan pada
batang dan daun) diamati warna, rasa dan penampang melintang terdapat epidermis,
bau selanjutnya didokumentasikan. korteks, endodermis, xylem, kambium, dan
floem. Sedangkan susunan jaringan pada
d. Reaksi identifikasi kimia penampang membujur terdapat epidermis,
Identifikasi meliputi golongan korteks, floem, kambium, xylem dan ca-
lignin, tanin, dioksiantrakinon, fenol, oksalat. Pada anatomi akar, susunan jaringan
alkaloid, flavanoid, saponin, pati dan aleuron, pada penampang melintang terdapat
karbohidrat dengan menggunakan pereaksi epidermis, endodermis, bulu akar, korteks,
spesifik (Gritter, 1991). kambium, xylem, floem. Sedangkan susunan
jaringan pada penampang membujur terdapat
e. Ekstraksi Sampel epidermis, floem, xylem, korteks dan bulu
1. Ekstraksi secara maserasi dengan akar.
pelarut etanol
Ekstraksi dengan metode maserasi 3. Pemeriksaan Organoleptik
dengan pelarut methanol selama 3x 24 jam, Tumbuhan Meniran Hijau dan
hasil ekstraksi diuapkan hingga diperoleh Meniran Merah
ekstrak kental (Ditjen POM, 1986). Pengamatan organoleptik
tumbuhan, dimaksudkan untuk mengetahui
sifat-sifat fisik yang khas dari tumbuhan
f. Kromatografi Lapis Tipis tersebut dengan melakukan pengamatan
Ekstrak etanol yang diperoleh terhadap kekhususan bentuk, warna, bau dan
kemudian dilakukan pemeriksaan secara rasa dari suatu simplisia. Dari hasil
kromatografi lapis tipis diamati pada UV pengamatan yang diperolehi, tumbuhan
254 nm, 366 nm dan disemprotkan dengan meniran hijau dan meniran merah, pada daun
H2SO4 10% serta dihitung nilai Rf (Rohman, berasa pahit, bau khas dan berwarna hijau.
2007 ; Harbone, 1987). Pada akarnya sama yaitu tidak berasa, bau
khas dan berwarna putih kekuningan. Pada
batangnya sama-sama berasa pahit dan bau

19
Jurnal Fitofarmaka Indonesia, Vol 1 No.1
khas, namun pada meniran hijau batangnya mengandung tanin (katekol) dan saponin.
berwarna hijau sedangkan pada meniran (Dapat dilihat pada tabel 2).
merah batangnya berwarna merah
5. Kromatografi Lapis Tipis
4. Reaksi identifikasi kimia Pada ekstrak etanol dan n-hexan
Dari hasil penelitian menunjukkan untuk identifikasi komponen kimianya
bahwa, senyawa yang terdapat dalam serbuk digunakan cairan pengelusi n-hexan : etil
daun meniran hijau (Phyllanthus niruri L.) asetat dengan perbandingan 8 : 2 pada
positif mengandung tanin (katekol), saponin penampak sinar UV 254 nm, sinar UV 366
dan karbohidrat pada penambahan pereaksi nm dan H2SO410%. Data kromatografi lapis
fehling A dan B. Sedangkan pada meniran tipis dapat dilihat pada tabel 3 dan gambar 1.
merah (Phyllanthus urinaria L.) hanya positif

Tabel 1. Pemeriksaan Makroskopik


Pengamatan Pengamatan
No Pemeriksaan Meniran hijau Meniran merah
1. Tumbuhan Terna semusim, tumbuh Terna semusim, tumbuh
tegak, tinggi 38 cm, tidak tegak, tinggi 20,7 cm, tidak
berbulu, tangkainya berbulu, pada pangkalnya
berwarna hijau, tumbuh liar agak berkayu, tangkainya
di tempat-tempat yang berwarna merah, tumbuh liar
lembab, di sepanjang jalan di tempat-tempat yang
dan di antara rerumputan lembab, di sepanjang jalan
dalam jumlah yang banyak. dan di antara rerumputan
dalam jumlah yang banyak

2. Daun Tunggal, berbentuk jorong Tunggal, berbentuk jorong


(Folium) (ovalis), ujung (apex) tumpul (ovalis), ujung (apex) tumpul
(obtusus), pangkal (basis) (obtusus), pangkal (basis)
membulat (rotundatus), membulat (rotundatus), tepi
susunan tulangnya bertulang (margo) rata, permukaan
menyirip (penninervis), tepi daun licin (laevis), panjang 9
(margo) rata (integer), mm dan lebar 3 mm,
permukaan daun licin berwarna hijau muda.
(laevis), panjang 9 mm dan
lebar 4 mm, berwarna hijau
muda.

3. Batang Basah, berbentuk bulat Basah, berbentuk bulat


(Caulis) (teres), permukaan batang (teres), permukaan batang
licin (laevis), arah tumbuh licin (laevis), arah tumbuh
batang tegak lurus (erectus), batang tegak lurus (erectus),
cara percabangan cara percabangan simpodial,
monopodial, berwarna hijau berwarna merah, tinggi 7,2
muda, tinggi 24 cm. cm.

4. Akar Termasuk sistem perakaran Termasuk sistem perakaran


(Radix) tunggang, bercabang, tunggang, bercabang,
berwarna putih kekuningan. berwarna putih kekuningan.

20
Jurnal Fitofarmaka Indonesia, Vol 1 No.1
Tabel 2. Reaksi identifikasi kimia
Warna Keterangan
No Uji Pereaksi
Pustaka Hasil
Mh Mm Mh Mm
1 Tanin FeCL3 Hijau Hijau Hijau + +
1N
a. Katekol Brom Terjadi
endapan
FeCL3 Biru - - - -
b. Pirogalotanin 1N
Brom Tidak
terbentuk
endapan
2 Karbohidrat Luff Endapan Endapan Endapan - -
merah hijau hijau
Fehling + -
A dan B Endapan Endapan Endapan
kuning- jingga hijau
jingga
3 Saponin HCL 2N Terbentuk Terbentuk Terbentuk + +
buih buih buih

Tabel 3.Hasil kromatografi lapis tipis ekstrak etanol daun meniran hijau (Phyllathus niruri L.) dan
meniran merah (Phyllanthus urinaria L.)

Sinar UV 254 nm Sinar UV 366 nm H2SO4 10%


Ekstrak Nilai Warna Nilai Warna noda Nilai Warna
Rf noda Rf Rf noda
0,67 Hijau 0,67 Merah muda 0,85 Ungu
0,62 Kuning 0,62 Merah muda 0,67 Hijau
0,47 Kuning 0,47 Merah muda 0,62 Kuning
H1 0,36 Kuning 0,36 Merah muda 0,47 Kuning
0,27 Hijau 0,27 Merah muda 0,36 Kuning
0,20 Kuning 0,20 Merah muda 0,27 Hijau
- - - - 0,20 Kuning
0,67 Hijau 0,67 Merah muda 0,85 Ungu
0,62 Kuning 0,62 Merah muda 0,67 Hijau
0,47 Kuning 0,47 Merah muda 0,62 Kuning
M1 0,36 Kuning 0,36 Merah muda 0,47 Kuning
0,27 Hijau 0,27 Merah muda 0,36 Kuning
0,20 Kuning 0,20 Merah muda 0,27 Hijau
- - - - 0,20 Kuning
Keterangan :
H1 = Ekstrak etanol daun meniran hijau (Phyllanthus niruri L.)
M1 = Ekstrak etanol daun meniran merah (Phyllanthus urinaria
L.)

21
Jurnal Fitofarmaka Indonesia, Vol 1 No.1
.
H1 M1 H1 M1 H1 M1
UV 254 UV 366 H2SO4 10 %
Keterangan:
H1 = Ekstrak etanol daun meniran hijau (Phyllanthus niruri L.)
M1 = Ekstrak etanol daun meniran merah (Phyllanthus urinaria
L.)
Fase gerak : n-hexan : etil asetat (8:2)

IV. KESIMPULAN 2. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat


1. Pemeriksaan makroskopik (morfologi) dan Makanan, 1979. Farmakope
tumbuhan meniran hijau (Phyllanthus Indonesia, Edisi III. Departemen
niruri L.) dan meniran merah Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
(Phyllanthus urinaria L.) Perbedaannya
terletak pada tinggi tumbuhan, pangkal, 3. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan
ukuran daun, percabangan dan warna Makanan, 1995. Farmakope Indonesia,
pada batang. Edisi IV. Departemen Kesehatan
2. Pemeriksaan mikroskopik (anatomi) Republik Indonesia, Jakarta.
diperoleh hasil yang sama baik pada
bentuk daun, batang dan akar dari 4. Direktorat JendraI Pengawasan Obat dan
meniran hijau (Phyllanthus niruri L.) dan Makanan. 2000. Parameter Standar
meniran merah (Phyllanthus urinaria L.) Umum Ekstark Tumbuhan Obat.
3. Identifikasi komponen kimia serbuk daun Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
pada meniran hijau (Phyllanthus niruri
L.) positif mengandung tanin (katekol), 5. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
saponin dan karbohidrat. Sedangkan dan Makanan, 1986. Sediaan Galenik.
pada meniran merah (Phyllanthus Departemen Kesehatan Republik
urinaria L.) hanya positif mengandung Indonesia, Jakarta.
tanin (katekol) dan saponin.
4. Profil kromatografi lapis tipis, lebih 6. Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan.
banyak noda yang tampak pada senyawa Edisi III. Gadjah mada University Press,
non polar (n-hexan) dengan eluen n- Yogyakarta.
hexan : etil asetat (8 : 2) dengan
penampak noda sinar UV 254 nm, sinar 7. Gritter, RJ., Bobbit, JM., Schwarting
UV 366 nm dan H2SO4 10% pada AE., 1991. Pengantar Kromatografi.
meniran hijau (Phyllanthus niruri L.). Penerjemah : Padmawinata. Penerbit
ITB, Bandung.
DAFTAR PUSTAKA
1. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan 8. Harborne, J. B., 1987, Metode Fitokimia,
Makanan.1987. Analisis Obat Penuntun Cara Modern Mengekstraksi
Tradisional, Jilid I. Departemen Tumbuhan, Penerjemah: Padmawinata,
Kesehatan RI, Jakarta. Edisi kedua, ITB, Bandung.

22
Jurnal Fitofarmaka Indonesia, Vol 1 No.1
9. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna
Indonesia. Jilid III. Badan Litbang
Kehutanan. Departemen Kehutanan.
Jakarta.

10. Miksusanti., Betty sri laksmi,J.,Rizal


syarief, Bambang pontjo, Gatot tri
mulyadi., (2009), Antibacterial Activity
Of Temu Kunci Tuber (Kaempheria
pandurata) Essential Oil Against
Bacillus cereus, Medical Journal of
Indonesia, vol 18 No 1, p. 11.

11. Rohman, A., 2007. Metode


Kromatografi Untuk Analisis Makanan.
Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

12. Roth,H.J, Biaschek. 1988. Analisis


Farmasi. Penerjemah Sarjono Kisman.
Universitas Gadjah Mada Press,
Yogyakarta.

13. Sastroamidjojo, S. 1997. Obat Asli


Indonesia, Penerbit Dian Rakyat Jakarta.

14. Steenis, V.2006. Flora. Penerjemah:


Moes Surjowinoto, PT. Pradnya
Paramita. Jakarta.

15. Sulaksana. J. 2004. Meniran, Budi Daya


dan Pemanfaatan untuk Obat. Jakarta.

23
Jurnal Fitofarmaka Indonesia, Vol 1 No.1

Anda mungkin juga menyukai