Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi

1. Tekanan darah

Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke dinding arteri

saat darah dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Sebagai analogi,

bayangkan kran air. Jika suplai air terganggu dan ‘tekanan air rendah’,

maka aliran air di kran menjadi lambat dan hanya berupa tetesan air.

Tekanan darah berperan penting, karena tanpanya darah tidak akan

mengalir (Anna & Bryan, 2007).

Tekanan darah adalah kekuatan yang ditimbulkan oleh jantung

yang berkontraksi seperti pompa, untuk mendorong agar darah terus

mengalir ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Tekanan darah ini

diperlukan agar darah tetap mengalir dan mampu melawan gravitasi, serta

hambatan dalam dinding pembuluh darah. Tekanan darah dibagi menjadi

dua, yaitu tekanan darah sistolik dan diastolik. Angka lebih tinggi yang

diperoleh pada saat jantung berkontraksi disebut tekanan darah sistolik.

Angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi disebut

tekanan darah diastolik. Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik

garis miring tekanan diastolik (Khasanah, 2012).

Batas normal adalah bila tekanan sistolik tidak lebih dari 140

Efektivitas Rebusan Buah..., Ari Asep Pangestu, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
mmHg dan tekanan diastolik tidak lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah

termasuk kategori tinggi jika tekanan sistolik lebih dari 160 mmHg dan

diastolik di atas 99 mmHg, dalam tiga kali pemeriksaan berturut-turut

selama selang waktu 2-8 minggu (Martuti A, 2009).

2. Pengertian Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan arteri

sistemik yang menetap di atas batas normal yang telah disepakati, dengan

nilai sistolik 140 mmHg dan diastolik 90 mmHg dan salah satu pencetus

terjadinya penyakit jantung, ginjal, dan stroke (Elokdyah, M, 2007).

Kevin, Michelle, stephanie, dan tracy (2014) menyimpulkan bahwa

Hipertensi didefisinikan sebagai tekanan darah yang konsisten di atas

140/90 mmHg atau 130/80 mmHg jika menderita diabetes atau gagal

ginjal kronis. Hipertensi lebih sering terjadi pada pria hingga usia 45

tahun, dan prevalensi tertinggi terjadi pada wanita berusia di atas 65 tahun.

Warna kulit hitam dan hispanik memiliki kemungkinan 2 kali untuk

menderita hipertensi.

Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, di

mana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan

meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan

jantung, dan kerusakan ginjal. Hipertensi didefinisikan oleh joint national

committee on detection, evaluation and treatment of high blood pressure

(JIVC) sebgai tekanan yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg dan

diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, mempunyai rentang tekanan

Efektivitas Rebusan Buah..., Ari Asep Pangestu, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
darah normal tinggi sampai hipertensi maligna. Keadaan ini dikategorikan

sebagai primer atau sekunder, terjadi sebagai akibat dari kondisi patologi

yang dapat dikenali, seringkali dapat diperbaiki (Faqih, 2006).

3. Klasifikasi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua

golongan:

1. Hipertensi Primer

Hipertensi primer adalah tekanan darah 140/90 mmHg atau

lebih, pada usia 18 tahun ke atas dengan penyebab yang tidak di

ketahui. Pengukuran dilakukan 2 kali atau lebih dengan posisi

duduk, kemudian diambil reratanya, pada dua kali atau lebih

kunjungan (Chandra, 2014)

2. Hipertensi sekunder

Merupakan 10% dari seluruh kasus hipertensi adalah

hipertensi sekunder, yang disefinisikan sebagai peningkatan

tekanan darah karena suatu kondisi fisik yang ada sebelumnya

seperti penyakit ginjal atau gangguan tiroid. Faktor pencetus

munculnya hipertensi sekunder antara lain: penggunaan

kontrasepsi oral, coarcstation aorta, neurogenik (tumor otak,

ensefalitis, ganggua psikiatris), kehamilan, peningkatan volume

intravaskuler, luka bakar, dan stress (Wajan, 2010).

Efektivitas Rebusan Buah..., Ari Asep Pangestu, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
4. Patofisiologi

Tekanan darah arteri merupakan produk total resistensi perifer

dan curah jantung. Curah jantung meningkat karena keadaan yang

meningkatkan frekuensi jantung, volume sekuncup atau keduanya.

Resistensi perifer meningkat karena faktor-faktor yang meningkatkan

viskositas darah atau yang menurunkan ukuran lumen pembuluh darah,

khususnya pembuluh arteriol.

Hipertensi yang berlangsung lama akan meningkatkan beban

kerja jantung karena terjadi peningkatan resistensi terhadap ejeksi

ventrikel kiri. Untuk meningkatkan kekuatan kontraksinya, ventrikel

kiri mengalami hipertropi sehingga kebutuhan jantung akan oksigen

dan beban jantung meningkat. Dilatasi dan kegagalan jantung dapat

terjadi ketika keadaan hipertrofi tidak lagi mampu mempertehankan

curah jantung yang memadai. Karena hipertensi memicu aterosklerosis

arteri koronaria, maka jantung gangguan lebih lanjut akibat penurunan

aliran darah ke dalam miokardium shingga timbul angina pectoris atau

infark miokard. Hipertensi juga menyebabkan kerusakan pembuluh

darah yang semakin mempercepat proses aterosklerosis serta

kerusakan organ, seperti cedera retina, gagal ginjal, stroke, dan

aneurisma serta diseksi aorta (kowalak, 2011).

Efektivitas Rebusan Buah..., Ari Asep Pangestu, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
5. Tanda dan gejala

Tekanan darah tinggi sering disebut sebagai silent killer, hal ini

diibaratkan sebagai bom waktu yang pada awal tidak menunjukkan

tanda dan gejala yang spesifik, sehingga orang seringkali

mengabaikannya. Walaupun menunjukan gejala, biasanya ringan dan

tidak spesifik, seperti pusing, muka merah, sakit kepala, dan keluar

darah dari hidung. Jika muncul gejala bersamaan dan di yakini

berhubungan dengan penyakit hipertensi. Namun gejala tersebut tidak

berkaitan dengan hipertensi. Namun demikian, jika hipertensinya berat

atau sudah berlangsung lama dan tidak mendapat pengobatan, akan

timbul gejala seperti: sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak

napas, tereengah-engah, pandangan mata kabur dan berkunang-

kunang. Terjadi pembengkakan pada kaki dan pergelangan kaki, keluar

keringat yang berlebihan, kulit tampak pucat dan kemerahan, denyut

jantung yang kuat, cepat dan tidak teratur. Kemudian muncul gejala

yang menyebabkan gangguan psikologis seperti: emosional, gelisah

dan sulit tidur (Ira, 2014).

6. Faktor resiko hipertensi

Ada dua faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi

yaitu faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat

dimodifikasi. Faktor-faktor yang dapat dimodifikasi antara lain:

Efektivitas Rebusan Buah..., Ari Asep Pangestu, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
a. Konsumsi lemak berlebih

Meskipun makan terlalu banyak lemak terutama lemak

jenuh yang ditemukan pada daging dan produk olahan susu

tidak secara langsung dapat mengakibatkan kenaikan tekanan

darah, tapi tetap merupakan slah satu faktor resiko penyakit

kardiovaskuler karena hal tersebut menyebabkan tingginya

kadar kolesterol di dalam darah (Anna & Bryan, 2007).

b. Obesitas

Menurut Jaya (2009), berat badan lahir dan indeks masa

tubuh berhubungan dengan tekanan darah, terutama tekanan

darah sistolik.

c. Merokok

Walaupun merokok hanya menyebabkan peningkatan

tekanan drah sesaat, namun merokok yang berlangsung lama

akan menyebabkan resiko terkena penyakit jantung dan stroke

(Anna & Bryan, 2007).

d. Stress

Stress akan mengakibatkan penurunan permukaan

filtrasi, aktivitas saraf simpatis yang berlebih serta produksi

berlebih rennin angiotensin. Aktivitas berlebih dari saraf

simpatir menyebabkan peningkatan kontraktilitas sehingga

dapat meningkatkan tekanan darah (Martuti, 2009).

Efektivitas Rebusan Buah..., Ari Asep Pangestu, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
e. Kurang olahraga

Berolahraga secara rutin seperti bersepeda, jogging dan

senam aerobik dapat memperlancar aliran darah sehingga

mengurangi resiko terkena tekanan darah tinggi. Orang yang

kurang aktif berolahraga juga menyebabkan kegemukan atau

obesitas. Berolahraga juga dapat mengurangi asupan garam ke

dalam tubuh, yang mana garam akan keluar dari dalam tubuh

bersama keringat (Setiawan, 2008).

Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain:

a. Usia

Sejalan dengan bertambahnya usia seseorang, maka

memiliki resiko tinggi mengalami kenaikan tekanan darah.

Tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan

tekanan diatoliknya akan terus meningkat sampai usia 55-60

tahun (Ira, 2014).

b. Keturunan

Faktor keturunan mempunyai peranan penting, jika

orang tua menderita atau mempunyai riwayat penyakit

hipertensi maka garis keturunan berikutnya memiliki resiko

hipertensi yang lebih besar (Whidarto, 2007).

c. Jenis kelamin

Dikarenakan laki-laki dianggap lebih rentan terkena

penyakit hipertensi dibandingkan dengan perempuan. Hal ini

Efektivitas Rebusan Buah..., Ari Asep Pangestu, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
disebabkan gaya hidup yang buruk dan tingkat stress yang

dihadapi oleh laki-laki daripada perempuan (Jaya, 2009).

7. Komplikasi Hipertensi

Komplikasi akibat hipertensi menurut Anna & Bryan (2007)

antara lain:

a. Jantung

Menyebabkan penyakit gagal jantung, angina, dan serangan

jantung. Penyakit hipertensi menyebabkan gangguan pada jantung

sehingga tidak dapat memompa darah ke seluruh tubuh secara

efisien dan kurangnya pasokan oksigen ke dalam pembuluh darah

jantung.

b. Ginjal

Menyebabkan gagal ginjal yang mana disebabkan

kemampuan ginjal yang berkurang dalam membuang zat sisa dan

kelebihan air. Jika bertambah buruk maka akan menyebabkan

gagal ginjal kronik.

c. Alat gerak

Menyebabkan penyakit arteri perifer. Timbul jika

pembuluh arteri berada dalam keadaan stress berat akibat

peningkatan tekanan darah dan penyempitan arteri tersebut

menyebabkan aliran darah berkurang. Hal ini akan mengakibatkan

nyeri pada tungkai dan kaki saat berjalan.

Efektivitas Rebusan Buah..., Ari Asep Pangestu, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
d. Otak

Menyebabkan penyakit stroke iskemik dan stroke

hemoragik. Pada stroke iskemik terjadi karena aliran darah yang

membawa oksigen dan nutrisi ke otak terganggu. Stroke hemoragik

terjadi karena pecahnya pembuluh darah di otak yang diakibatkan

oleh tekanan darah tinggi yang persisten.

e. Mata

Menyebabkan penyakit kerusakan retina (vascular retina),

yang terjadi karena adanya penyempitan atau penyumbatan

pembuluh arteri di mata.

8. Terapi hipertensi

Terapi pada penyakit tekanan darah tinggi Menurut Marya

(2013) dibagi menjadi dua yaitu terapi farmakologis dan non

farmakologis, terapi farmakologis yaitu:

a. Diuretik

Peranan sentral retensi garam dan air dalam proses

terjadinya hipertensi essensial, penggunaan diuretic dalam

pengobatan hipertensi dapat masuk akal. Akan tetapi, akhir-

akhir ini rasio manfaat terhadap resikonya masih belum jelas.

Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan diuretik

seperti: hipokalemia, hiperurisemia, dan intoleransi karbohidrat

dapat meniadakan efek manfaat obat tersebut dalam

menurunkan tekanan darah tinggi.

Efektivitas Rebusan Buah..., Ari Asep Pangestu, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
b. Vasodilator

Peningkatan resistensi perifer merupakan kelainan

utama hipertensi essensial, maka pemberian obat vasodilator

dapat menjawab kelainan ini. Obat-obat vasodilator akan

menyebabkan vasodilatasi atau pelebaran pembuluh darah yang

akan menurunkan tekanan darah.

Terapi non farmakologis bagi penderita hipertensi yaitu:

a. Mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor seperti:

stress, merokok, dan obesitas.

b. Melakukan aktivitas olahraga aerobik secara teratur.

c. Membatasi asupan jumlah kalori, garam, kolerterol, lemak

dan lemak jenuh dari makanan.

B. Buah Pepaya Mengkal Sebagai Terapi

1. Pengertian

Menurut parle milind & gurditta (2011), mengungkapkan Buah

pepaya atau dalam bahasa latin carica papaya merupakan buah tropis

asli Amerika yang tersebar dari Meksiko sampai pegunungan Andes.

Kemudian pada abad 18 buah pepaya mulai diperkenalkan ke berbagai

belahan dunia seperti benua Eropa, Asia, Afrika dan Australia. Buah

pepaya adalah buah yang pertama kali dikonsumsi oleh manusia untuk

memenuhi nutrisi dan sebagi pengobatan.

Berdasarkan taksonominya, tanaman pepaya di klasifikasikan

sebagai berikut:

Efektivitas Rebusan Buah..., Ari Asep Pangestu, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
Tabel 2.1 Taksonomi tanaman Pepaya

Domain Flowering plant


Kingdom Plantae
Subkingdom Tracheobionta
Class Magnoliopsida
Subclass Dillenidae
Division Magnoliophyta
Superdivision Spermatophyte
Phylum Steptophyta
Family Caricaceae
Genus Carica
Botanical name Carica papaya linn

2. Kandungan dan manfaat

Pepaya (Carica papaya L.) merupakan salah satu komoditas

buah yang hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan. Denny

(2012) mengemukakan bahwa bagian tanaman buah pepaya seperti

akar, daun, buah dan biji mengandung fitokimia: polisakarida, vitamin,

mineral, enzim, protein, alkaloid, glikosida, saponin dan flavonoid

yang semuanya dapat digunakan sebagai nutrisi dan obat.

Buah Pepaya mengandung enzim papain, enzim ini dapat

mencegah protein arginine.L-arginine merupakan substrat untuk

produksi endothelial nitric oxide, regulator utama untuk tekanan darah

arterial melalui efek vasodilatasi potensial. L-arginine dapat disintesis

dari L-citrulline melalui siklus citrulline-NO yang menyebabkan

peningkatan produksi endothelial nitricoxide. Nitric oxide disintesis

dari bagian dalam pembuluh darah menyebabkan relaksasi pembuluh

darah sehingga menurunkan tekanan darah (Figueroa et al, 2010).

Efektivitas Rebusan Buah..., Ari Asep Pangestu, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
Pepaya di Australia dikenal oleh masyarakat sebagai paw-paw.

Buah ini tersohor sebagai tanaman obat di berbagai belahan dunia.

Khasiatnya bisa dipetik dari hampir seluruh bagian tanamannya,

namun buahnyalah yang paling banyak digunakan karena sangat

mudah diperoleh dan mudah untuk mengolahnya. Buah pepaya

mengandung berbagai macam enzim, vitamin, dan mineral. Bahkan,

kandungan vitamin A-nya lebih besar daripada wortel, dan kandungan

vitamin C-nya lebih banyak daripada buah jeruk. Pepaya juga kaya

akan vitamin B kompleks dan vitamin E. apalagi jika buah pepaya

tersebut masih mengkal dibandingkan dengan buah pepaya yang sudah

matang (Denny, 2012).

Tabel 2.2 Kandungan Buah Pepaya

Informasi Gizi per 100 gram (g)


163kj
Energi
39 kkal
Lemak Jenuh 0,043 g
Lemak tak Jenuh Ganda 0,031 g
Lemak tak Jenuh Tunggal 0,038 g
Kolesterol 0 mg
Protein 0,61 g
Karbohidrat 9,81 g
Serat 1,8 g
Gula 5,9 g
Sodium 3 mg
Kalium 257 mg
Sumber: http://www.fatsecret.co.id (2015)

Menurut Sri Hananto (2014), menyatakan bahwa pemberian jus

buah pepaya dapat menurunkan tekanan darah tinggi di desa Sukoanyar

Efektivitas Rebusan Buah..., Ari Asep Pangestu, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
kecamatan Turi kabupaten Lamongan. Hal ini membuktikan bahwa

kandungan gizi di dalam buah pepaya dapat dijadikan sebagai terpai untuk

menurunkan tekanna darah tinggi.

Pengaruh pemberian kalium dari buah-buahan pada penelitian ini

berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan tekanan darah sistolik

maupun diastolik. Hal ini berkaitan dengan peranan kalium dalam mekanisme

penurunan tekanan darah yaitu menyebabkan vasodilatasi yang dapat

melebarkan pembuluh darah sehingga darah dapat mengalir dengan lebih

lancar (Mariani, 2007).

C. Buah mahkota dewa sebagai terapi

1. Pengertian

Buah mahkota dewa (Phaleria macrocarpa) merupakan salah

satu tanaman asli yang berasal dari Indonesia yang akhir-akhir ini

popular sebagai tanaman yang dapat menyembuhkan berbagai macam

penyakit. Tanaman ini memiliki 1,5-2,5 meter, daunnya tunggal

berbentuk lonjong, dan berujung lancip. Buahnya bulat dan berwarna

merah tua jika matang. Tanaman ini berasal dai wilayah timur

Indonesia yaitu Irian dan tumbuh subur pada ketinggian 10-1200 meter

di atas permukaan laut (Azwar Agoes, 2010).

Berdasarkan taksonominya, tanaman mahkota dewa dapat

diklasifiksikan sebagai berikut:

Efektivitas Rebusan Buah..., Ari Asep Pangestu, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
Tabel 2.3 Taksonomi Tanaman Mahkota Dewa

Kingdom Plantae
Subkingdom Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas Rosidae
Ordo: Myrtales
Famili: Thymelaeaceae
Genus Phaleria
Spesies Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.
Sumber: www.petanihebat.com (2013)

2. Kandungan dan manfaat

Tanaman mahkota dewa mengandung senyawa saponin,

flavonoid, dan saponin. Saponin sebagai fitonutrien, yang sering

disebut juga deterjen alam, bersifat antibakteri dan antivirus. Selain

into, tanaman mahkota dewa dapat meningkatkan sistem kekebalan

tubuh, mengurangi kadar gula darah, serta mengurangi penggumpalan

darah. Flavonoid berfungsi sebagai antiperadangan dan antikanker,

sedangkan polifenol berfungsi sebagai antihistamin. Penelitian yang

sedang dilakukan tentang efek mahkota dewa terhadap kesehatan,

seperti antipiretik, antihipertensi dan antiobesitas (Azwar agoes, 2010).

Menurut Albinur (2011), senyawa yang terkandung di dalam buah

mahkota dewa adalah senyawa flavonoid. Senyawa ini juga terdapat pada

tumbuhan bunga rosella (Tambunan, 2010), dimana bunga rosella efektif

untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi (Rezki, 2011).

Senyawa flavonoid bermanfaat untuk melancarkan peredaran darah

keseluruh tubuh, mencegah terjadinya penyumbatan pada pembuluh

darah, mengurangi kandungan kolesterol dan mengurangi penumbuhan

Efektivitas Rebusan Buah..., Ari Asep Pangestu, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
lemak pada dinding pemuluh darah serta mengurangi resiko penyakit

jantung koroner (Apriyanti,2012).

Hasil penelitian Sudewa (2014) tersebut diketahui bahwa terdapat

penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada kelompok intervensi

setelah diberikan buah mahkota dewa. Terdapat perbedaan rata-rata

tekanan darah sebelum dan setelah intervensi sebesar 8,5 dengan nilai p

kurang dari 0,001.

Mengkonsumsi buah mahkota dewa menurut Ragil (2011), secara

rutin satu kali sehari selama tujuh hari dapat menurunkan tekanan darah

tinggi pada penderita hipertensi di dusun Pisangan Tridadi Sleman. Hal

ini membuktikan bahwa buah mahkota dewa (Phaleriae Fructus) efektif

untuk menurunkan tekanan darah tinggi.

D. Kerangka teori penelitian

Kerangka teori penelitian adalah kumpulan teori yang mendasari

topik penelitian, yang disusun berdasar teori yang sudah ada dalam

tinjauan teori dan mengikuti kaidah input, proses dan output (Saryono,

2011). Kerangka teori penelitian ini akan dijelaskan pada gambar 2.1

sebagai berikut:

Efektivitas Rebusan Buah..., Ari Asep Pangestu, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
Faktor Resiko Hipertensi:
Dapat Dimodifikasi:
1. Konsumsi Lemak
Berlebih

2. Obesitas

3. Stress

4. Kurang Berolahraga Hipertensi

5. Merokok

Tidak Dapat Dimodifikasi:


1. Usia
Primer Sekunder
2. Jenis Kelamin

3. Keturunan
Terapi Non Terapi
Farmakologi Farmakologis

Terapi Buah Pepaya Terapi Buah Mahkota


Mengkal Dewa

Kandungan: Kandungan:
1. Lemak 1. Saponin

2. Protein 2. Flavonoid

3. Karbohidrat 3. Polifenol
Perubahan
4. Kalium Tekanan 4. Tannin
Darah
5. Gula 5. Sterol

6. Serat

Gambar 2.1 Kerangka teori menurut Marya (2013), (Anna & Bryan, 2007),

(Azwar Agoes, 2010), Notoatmodjo (2012).

Efektivitas Rebusan Buah..., Ari Asep Pangestu, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
E. Kerangka konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini diterangkan pada gambar 2.2

sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Pemberian Rebusan
Buah Pepaya Perubahan Tekanan
Darah

Pemberian Rebusan
Buah Mahkota Dewa

Gambar 2.2 kerangka konsep penelitian

F. Hipotesis

Berdasarkan uraian teori di atas dapat diambil hipotesis penelitian

yaitu:

1. Air rebusan buah pepaya mengkal dapat menurunkan tekanan

darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas

Kedungbanteng.

2. Air rebusan buah mahkota dewa dapat menurunkan tekanan

darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas

Kedungbanteng.

3. Terdapat perbedaan efektivitas air rebusan buah pepaya

mengkal dan air rebusan buah mahkota dewa terhadap

perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah

kerja Puskesmas Kedungbanteng.

Efektivitas Rebusan Buah..., Ari Asep Pangestu, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016

Anda mungkin juga menyukai