Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

a. Latar Belakang

Dalam menjalankan operasional perusahaan, seorang manajer dituntut untuk


mampu berpikir dan tanggap dalam pengambilan keputusan dan harus tetguh pada
pendirian keputusan yang dipilihnya. Oleh karenanya komitment menjadi salah
satu factor penentu didalam organisasi karena pengambilan keputusan yang tanpa
adanya komitmen akan mengakibatkan risiko kerugian yang lebih besar kelak di
kemudian hari.

ESKALASI KOMITMEN adalah tendensi dari pengambil keputusan untuk


tetap bertahan atau mengeksklasi komitmennya pada serangkaian tindakan yang
gagal.Bazerman ( 1994 ) mendefinisikan ekskalasi adalah derajat dimana inividu
mengesklasikan komitmen untuk tindakan-tindakan tertentu yang dilakukan
sebelumnya sampai satu titik tidak melewati model pengambilan keputusan yang
rasional.

Staw ( 1997 ) menjelaskan bahwa eskalasi komitmen terjadi ketika individu


maupun organisasi memilih serangkaian tindakan untuk tetap befrtahan meskipun
tengah ada kerugian yang di dapat dimana kesempatan untuk tetap bertahan atau
meninggalkan komitmen tersebut sama-sama memiliki ketidakpastian dalam
konsekuensinya . fenomena eskalasi sebagai keputusan untuk tetap melanjutkan
proyek meskipun prospek ekonomimya mengindikasikan bahwa proyek tersebut
harus dihentikan ( Ruchala , 1999 ). Menurut Santoso (2012) ,eskalasi komitmen
di artikan sebagai fenomena yang menjelaskan bahwa seorang memutuskan untuk
meningkatkan atau menambah investasinya , walaupun bukti baru menjelaskan
bahwa keputusan hyang telah di lakukan adalah salah . Eskalasi komitmen
merupakan tindakan meningkatkan atau memperluas suatu komitmen awal
terhadap suatu proyek atau investasi tertentu meskipun proyek atau investasi
gtersebut telah memberikan umpan balik negatif atau tidak menguntungkan
(tanjung , 2012 ). Koroy mengungkapkan eskalasi komitmen adalah keputusan
untuk melanjutkan proyek bahkan ketika suatu prospek dalam kondisi ekonomi
yang diharapkan mengindikasikan bahwa proyek tersebut harus dihentikan.

b. Rumusan Masalah

1.) Apa pengertian Eskalasi Komitmen


2.) Factor apa saja yang mengakibatkan terjadinya Eskalasi ?
3.) Bagaimana Strategi dalam mengurangi Eskalasi ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Eskalasi Komitmen

Eskalasi komitmen adalah komitmen seorang pengambil keputusan untuk


tetap melanjutkan dan memperluas komitmen awalnya terhadap pelaksanaan suatu
investasi proyek atau usaha – usaha tertentu yang sudah tidak menguntungkan
atau memberikan umpan balik yang negative, meskipun keputusan tersebut
kemungkinan akan mengakibatkan resiko kerugian yang lebih besar lagi
dikemudian hari.

Pengambilan keputussan adalah suatu proses penetapan pilihan berbagi


alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai dengan situasi
individu seringkali di hadapakan dengan berbagai alternatif pilihan dalam
hidupnya yang menuntutnya untuk mengambil suatu keputusan . hal ini juga
dihadapi oleh manajer dalam suatu perushaan sebab pengambilan keputusan
berada di tangannya . pengambilan keputusan yang rasional ,berdasarkan teori
ekonomi berasumsi manajer perusahaan bisa membuat keputusan yang strategis ,
dimana keputusan itu sangat penting dan menjadi faktor penentu kesuksesan
organisasi di masa yang akan datang.

B. Paradigma Eskalasi Unilateral

Dalam studi awal Staw (1976) dalam Bazerman (1994) menyimpulkan


bahwa mekanisme yang menggaris bawahi eskalasi adalah perselisihan kognitif
atau pembenaran diri. Oleh karena itu, sekali seseorang membuat suatu keputusan
awal untuk menjalani suatu jalur tindakan, umpan balik negative bertentangan
dengan pembuatan keputusan awal. Salah satu cara untuk menghilangkan
pertentangan ini untuk menaikkan komitmen terhadap tindakan awal dengan
kepercayaan bahwa sukses dijalur ini akan diraih sekarang. Suatu kesimpulan
penting dari studi ini adalah bahwa perasaan tanggung jawab oleh pembuat
keputusan terhadap keputusan awal secara signifikan membiaskan keputusan
selanjutnya menuju eskalasi. Perasaan bertanggung jawab disebut juga dengan
akuntabilitas.

Schoorman, dan Goodman (1980) dalam bazerman (1994) juga


menemukan bahwa kecenderungan untuk eskalasi secara signifikan dipengaruhi
oleh : (1). Derajat kekecewaan yang dirasakan oleh pembuat keputusan ketika
umpan balik negative dari keputusan awaldiperoleh, (2). Persepsi tentang
pentingnya keputusan tersebut, dan, (3). Persepsi hubungan antara kedua
keputusan. Dalam penelitian ini juga menemukan bahwa kecendrungan untuk
eskalasi timbul dari konteks sumber daya keuangan untuk melakukan bidang
penghargaan. Lebih spesifiknya, kami menemukan bahwa seorang yang membuat
keputusan awal untuk merekrut karyawn setelah dievaluasi bahwa karyawan
tersebut lebih baik, memberikan keuntungan yang lebih besar, dan membuat
proyeksi yang lebih optimis tentang penampilan masa depan dibandingkaan
dievaluasi tidak membuat keputusan awal untuk merekrut karyawan.

C. Paradigma Eskalasi Kompetitif

Dalam paradigma eskalasi unilateral yang telah dijelaskan, semua usaha


pembenaran yang mengarah pada kebohongan eskalasi tidak rasional dalam diri
seseorang. Kita meninggikan sesuatu karena komitmen sebelumnya dari diri kita.
Namun, dalam pradigma eskalsi kompetitif , tambahan usaha kompetitif memakan
prosses eskalasi. Bagian ini mengamati proses eskalasi dalam situasi persaingan.
Pembuat keputusan yang berhasilharus belajar untuk mengidentifikasi
jebakan, dan kunci dari permsalahan dalam mengidentifikasi pelengan sebagai
sesuatu jebakan dan jangan pernah membuat penawaran apapun. Salah satu
strategi kognitif untuk mengidentifikasi jebakan kompetisi adalah untuk mencoba
mempertimbangkan keputusan dari perspektif keputusan yang dibuat oleh orang
lain. Dalam pelealangan, strategi ini akan dengan cepat mengatakan kepada anda
bahwa pelelnagan tersebut terlihat sama menariknya bagi penawar yang lain
seperti halnya bagi anda. Dengan pengetahuan ini, anda dengan tepat bisa
memprediksi apa yang akan terjadi dan menghindari pelelangan.

Paradigma eskalasi persaingan sangat umum dibarengi dengan paradigm


staw unilateral. Dalam tiap – tiap kasus, pembuat keputusan membuat suatu
keputusan awal dimana dia rasa perlu untuk dibenarkan melalui keputusan dimasa
depan., dan pembuat keputusan merasa bahwaa dia ‘ terlalu banyak berinvestasi
untuk berhenti’. Namun ada satu perbedaan utama antara kedua paradigma, dalam
peleangan dollar, persaingan dengan kelompok lain , yaitu keinginan untuk ‘
menang ‘ , bertindak sebagai motivasi tambahan untuk meninggikan komitmen.

D. Faktor Penyebab Terjadinya Eskalasi

Bagian-bagian sbelumnya telah menyediakan beberapa petunjuk tentang


terjadinya eskalasi. Namun, kunci untuk menghilangkan eskalasi nonrasional
adalah kemampuan untuk mengidentifikasi factor kejiwaan yang memelihara
sifat eskalasi. Literature yang ada dngan jelas menyatakan bahwa terdapat
berbagai alasan terjadinya eskalasi, yaitu :

1. Bias Persepsi, bias persepsi yang terjadi setelah kita membuat suatu
komitmen terhadap jalan hidup tertentu menyatakan sejumlah prosedur
pembenaran. Dalam membuat keputusan, kita perlu menelusuri secara
berhati-hati terhadap informasi yang tidak nyaman. Kebutuhan ini
terutama muncul dalam serangkaian keputusan, dimana kita memiliki
kecenderungan alamai menuju eskalasi. Singkatnya, jika suatu keputusan
objektif dapat mengevaluasi keterbukaan kita terhadap informasi yang
tidak mengenakkan, penghalang persepsi terhadap perilaku non eskalasi
dapat dikurangi atau dihilangkan.

2. Bias Pertimbangan, setelah menyaring informasi yang akan kita gunakan


dalam membuat keputusan, selanjutnya kita masih harus membuat
keputusan. Mengulang tesis sentral dari konsep framing , seseorang
cenderung menghindari resiko terhadap masalah yang di frame positif dan
mencari resiko terhadap masalah yang di-frame negative. Kita perlu
memimta sesorang untuk menilai keputusan baru dititik acuan netral yang
mnghilangkan perilaku mencari risiko ekstrim diamati diantara subjek
yang bertanggung jawab tinggi ( yaitu pembuat keputusan yang
menyetujui dana atau sumber daya bagi jalan tindakan).

3. Manajemen Penampilan, kembali pada keputusan perekrutan di awal


bab, jika persepsi dan perimbangan anda mengarah pada kesimpulan
dimana pekerja tersebut sharusnya dipecat, anda mungkin tidak memecat
pekerja tersebut. Mengapa ? memecat pegawai akan sama saja
mengumumkan kepada umum bahwa anda membuat kesalahan pada
keputusan awal anda. Menjaga karyawan mungkin lebih diminati untuk
menjaga muka. Oleh karena itu mengelola penampilan dari orang lain
bertindak sebagai alas an ketiga untuk meninggikan komitmen anda
terhadap jalur tindakan sebelumnya. Sebagai tambahan, untuk tidak ingin
mengakui kegagalan terhadap orang lain, kita juga mencoba untuk terlihat
konsisten, dan jalur tindakan yang konsisten adalah untuk meningkatkan
komitmen kita terhadap tindakan kita sebelumnya.
4. Persaingan Tidak Rasional, tiga contoh sebelumnya menjelaskan
eskalasi dimunculkan dari paradigm unilateral dan kompetitif. Namun,
persaingan yang tidak rasional memberikan suatu penjelasan yang
membedakan antara kedua paradigma. Khususnya kompetisi tidak rasional
merujuk kepada suatu situasi dimana kedua perusahaan terlibat dalam
suatu aktivitas yang jelas jelas tidak masuk akal dalam hal hasil yang
diharapkan pada kedua sisi, namun dimana sulit untuk mengidentifikasi
tindakan tidak masuk akal spesifik oleh kedua perusahaan.

5. Integrasi, bagian ini menyatakan empat penyebab tambahan yang


memberi sumbangan terhadap kecenderungan kita untuk meninggikan
komitmen tehadap jalur tindakan yang sebelumnya dipilih. Dengan
merujuk keempat penyebab sebagai tambahan, kita menduga bahwa
mereka tidak mutlak eksklusif. Masing-masing bias secara tersendiri
menyebabkan eskalasi, tetapi mereka lebih sering bertindak bersamaan
untuk meningkatkan kecenderungan tidak masuk akal pembuatan
keputusan untuk melanjutkan kesalahan sebelumnya. Dalam upaya untuk
mengurangi eskalasi, kita harus mengingat bahwa kita mencoba untuk
menghitung komitmen tidak masuk akal disepanjang tindakan. Komitmen
masuk akal tetap sebagai atribut yang berharga.

Menurut Anderson dan Maletta (1994) semakin berpengalaman atau


familiar individu dengan tugas yang dikerjakan, maka individu itu semakin
berani menghadapi risiko dalam pengambilan keputusan. Pribadi yang kurang
bersahabat dengan tugas keputusan yang mengandung resiko umumnya
berperilaku konservatif, yaitu lebih berhati hati dalam menhindari risiko
daripada merka yang lebih bersahabat dengan tugas itu. Dalam konteks
pengambilan keputusan dibawah ketidakpastian, para pengambil keputusan
yang mempunyai pengalam kerja substansial dan kaya pengalaman, oleh
sebab justifikasi, konsistensi, dan keberanian terhadap risiko yang lebih besar,
cenderung lebih berani meneruskan proyek yang menunjukkan kinerja
negative atau bereskalasi daripada mereka yang tidak berpengalaman. Hal ini
tetap terjadi meskipun informasi disajikan baik dalam bingkai keputusan
positif ataupun negative. Orna gorang yang lebih berpengalaman tidak mudah
terjebak oleh informasi baru.

E. Strategi Mengurangi Eskalasi

Bowen (1987) dalam Ghosh (1997) mengemukakan bahwa eskalasi muncul


dalam kasus yang memiliki umpan balik ambigu. Perilaku eskalasi lebih
responsive dalam menghadapi dilemma dibandingkan perbuatan salah, karena
penguatan komitmen menjadikan adanya kesempatan tambahan untuk strategi
dalam bekerja, atau mengoleksi lebih banyak informasi. Konsep dan manipulasi
dari umpan balik negative, akan mengindikasikan suatu arah tindakan yang gagal,
yang tidak didefinisikan dengan baik dari penelitian eskalasi sebelumnya. Studi-
studi awal menfokuskan pada apakah investasi awal memengaruhi keputusan saat
ini dimana peneliti mempertimbangkan suatu umpan balik negative.

Umpan balik negative maupun positif mendorong suatu pencarian strategi


–strategi alternative yang harus tidak ambigu. Bagaimanapun, ini adalah bias yang
secara inheren karena dipersepsikan kurang akurat, dan mendapat perhatian kecil.
Caldwell dan O’Relly (1982) dalam Ghosh (1997) menunjukkan bukti empiris
bahwa subjek subjek yang secara bebas memilih tidakan mereka atau dengan kata
lain, mereka secara aktif melihat hanya informasi yang mendukung keputusan
awal, mereka dan memelihara komimen terhadap arah tindakan awal.

Penelitian sebelumnya mengindikasikan bahwa pengambil keputusan tidak


cocok dengan historical cost sebagai basis keputusan untuk biaya dan keuntungan
yang akan datang. Sebagai contoh, orang yang membayar penuh untuk tiket
pertunjukan menjadi lebih baik kinerjanya selama musim tersebut dibandingkan
dengan secara random diberi potongan harga. Penjelasan ini membuat tiket adalah
sunk cost sehingga harga yang dibayarkan adalah tidak relevan untuk keputusan.
Dibawah kondisi-kondisi yang dibatasi, sunk cost memiliki effect importance.
Sebagai contoh, dalam Staw (1976) subjek subjek tidak diinformasikan mengenai
keuntungan potensial yang akan datang yang berasal dari tambahan investasi.
Atau dengan kata lain, ketika informasi mengenai keuntungan yang diharapkan
adalah tidak ada, itu menjadi alas an bagi pengambil keputusan untuk mengadopsi
suatu pola yang default dari kelanjutan suatu investasi. Dengan demikian,
ketersediaan informasi ini adalah sangat krusial jika pengambil keputusan
memilih untuk melakukan kalkulasi dan sunk cost berpengaruh terhadap
keputusan tambahan investasi.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Eskalasi komitmen merupakan tindakan seorang manajer perusahaan


yang meningkatkan komitmen awalnya terhadap suatu proyek yang dijalankannya
meskipun proyek tersebut telah memberikan umpan balik negatif/tidak
menguntungkan. Peningkatan komitmen yang dilakukan oleh manajer di sini
berupa melanjutkan proyek yang telah dijalankannya meskipun kondisi
ekonominya menunjukkan bahwa proyek tersebut mengalami kerugian. Beberapa
faktor penyebab terjadinya eskalasi komitmen antara lain bias perseptual, bias
pertimbangan, impresi manajemen, dan ketidakrasionalan persaingan. Bias
perseptual dapat dihindari dengan cara mencari informasi yang telah
mendiskonfirmasi keputusan yang telah dibuat manajer yang nantinya prosedur
tersebut dapat digunakan sebagai sistem monitoring untuk memeriksa keputusan
selanjutnya yang akan diambil oleh seorang manajer. Kemudian bias
pertimbangan dapat diminimalkan dengan meminta seseorang untuk menilai
keputusan baru yang akan diambil oleh manajer dari titik acuan netral yang
menghilangkan perilaku mencari risiko ekstrim. Sedangkan impresi manajemen
dapat diminimalkan dengan cara membuat sistem dari sudut pandang organisasi
yang memberikan penghargaan pada keputusan yang baik dan tidak pada upaya
impresi manajemen serta menerapkan sistem reward pada karyawan. Faktor yang
terakhir yaitu ketidakrasionalan persaingan dapat diminimalkan dengan tidak
masuk dalam sebuah keadaan persaingan dimana terdapat banyak keadaan yang
terlihat sebagai kesempatan tetapi terbukti merupakan perangkap. Terdapat
beberapa strategi yang dapat digunakan untuk menghindari terjadinya tindakan
eskalasi komitmen. Strategi tersebut antara lain melakukan pengendalian terhadap
proyek-proyek investasi, menggunakan titik referensi keadaan saat ini untuk
mengambil suatu keputusan, dan mengembangkan sistem informasi yang lebih
baik. Dengan strategi mengembangkan sistem informasi yang lebih baik
diharapkan dapat diperoleh informasi yang memadai mengenai suatu proyek
bisnis, dan salah satu informasi yang dapat dimanfaatkan adalah informasi
akuntansi. Informasi akuntansi yang dapat digunakan antara lain umpan balik
yang tidak ambigu, progress report, dan future benefit. Dengan adanya ketiga
informasi akuntansi tersebut, manajer dapat mengetahui sejauh mana proyek
bisnisnya berjalan, apakah proyek bisnisnya mengalami keuntungan atau
kerugian, mengetahui keuntungan apa saja yang didapatkan dengan menjalankan
proyek bisnis tersebut, dan menerima suatu informasi mengenai umpan balik yang
jelas tentang proyek bisnisnya. Sehingga adanya informasi akuntansi di atas dapat
mengurangi kemungkinan terjadinya tindakan eskalasi komitmen yang dilakukan
oleh seorang manajer. Dengan kata lain informasi akuntansi dapat digunakan
sebagai suatu strategi untuk mengurangi terjadinya eskalasi komitmen.

B. Saran
Demikianlah Makalah yang dapat kami sajikan. Kami sadar makalah ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan, memiliki banyak kekeliruan dan kesalahan. Oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
dapat dijadikan bahan perbaikan dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA

Suartana Wayan I, Akuntansi Keperilakuan, Teori dan Implementasi,


Penerbit Andi Yogyakarta, 2010

Anda mungkin juga menyukai