Anda di halaman 1dari 4

Dasar teori

Resistensi listrik merupakan ukuran seberapa besar suatu objek melawan aliran listrik.
Dalam satuan internasional (SI) resistensi listrik memiliki satuan ohm (Ω). Tubuh manusia
sebagai konduktor listrik yang baik ternyata memiliki kemampuan resistensi ketika terjadi
kontak dengan arus listrik. Nilai resistensi ini berbeda pada setiap bagian tubuh manusia. Nilai
resistansi pada tubuh tidaklah tetap. Nilainya bervariasi dari seseorang dengan orang yang
lainnya dan dari waktu ke waktu. Sebagai contoh laki-laki cenderung memiliki resistansi yang
lebih rendah daripada wanita. Sebagaimana resistor yang digunakan pada peralatan elektronik,
resistansi pada lengan manusia bergantung pada panjang dan diameter lengan. Resistansi
sebanding dengan panjang dan berbanding terbalik dengan diameter. Karena laki-laki
cenderung memiliki lengan yang yang lebih tebal (lebih berotot) sehingga mereka memiliki
resistansi yang lebih rendah (Tim Penyusun, 2018 : 14).

Secara alami, resistansi juga bergantung pada jalur yang dilewati arus pada tubuh
manusia, apakah antara tangan ke tangan, tangan ke kaki, kaki ke kaki, tangan ke alis mata, dan
sebagainya. Sebagai contoh, jika arus masuk melewati tangan kiri dan keluar pada kaki kanan,
maka nilai resistansinya akan jauh lebih tinggi dari pada jika arus masuk dan keluar pada jari-
jari yang berdekatan. Di dalam tubuh, jaringan yang memiliki resistansi terbesar adalah tulang
dan lemak, sementara syaraf dan otot memiliki resistansi terkecil. Selain itu dapat dikatakan
bahwa mayoritas resistansi tubuh ada pada kulit-sel kulit mati dan kering dari epidermis adalah
konduktor yang sangat buruk. Oleh karena itu, berdasarkan kemampuan resistansinya tubuh
dibagi menjadi tiga bagian :

1. Tahanan rendah : serabut syaraf, membran mukosa, otot


2. Tahanan menengah : kulit kering, jaringan lemak, tendon
3. Tahanan tinggi : tulang

Ketika terjadi trauma listrik, kulit merupakan tahanan utama dan pertama yang akan
dihadapi oleh arus listrik ketika masuk ke dalam tubuh. Besarnya tahanan tersebut dipengaruhi
oleh ketebalan dan keadaan kulit ketika terjadi kontak listrik. Air sebagai konduktor yang cukup
baik akan menurunkan tahanan kulit secara efektif ketika terjadi kontak listrik. Hal ini
dibuktikan oleh sebuah penelitian yang menyebutkan berkeringat dapat menurunkan tahanan
kulit dari 3000 ohm menjadi 2500 ohm. Berikut ini merupakan hal-hal yang mempengaruhi
besar kecilnya resistansi tubuh antara lain:
1. jenis kelamin,
2. basah tidaknya permukaan kulit,
3. tebal tipisnya kulit.

Resistansi lebih besar saat kondisi kulit dalam keadaan kering. Antara perempuan dan
laki-laki, nilai resistansinya lebih besar yang laki-laki. Untuk kulit yang permukaannya tebal
maka nilai resistansinyapun lebih besar daripada yang berkulit lebih tipis (Halliday, 1997:159).
Tahanan tubuh manusia berkisar di antara 500 Ω sampai 100.000 Ω tergantung dari
tegangan, keadaan kulit pada tempat yang mengadakan hubungan (kontak) dan jalannya arus
dalam tubuh. Kulit yang terdiri dari lapisan tanduk mempunyai tahanan yang tinggi, tetapi
terhadap tegangan yang tinggi kulit yang menyentuh konduktor langsung terbakar, sehingga
tahanan dari kulit ini tidak berarti apa-apa. Tahanan tubuh manusia ini yang dapat membatasi
arus. Lapisan luar kulit, jika kering, memberikan hambatan besar. Hambatan efektif antara dua
titik di sisi yang berlawanan pada tubuh ketika kulit kering berkisar antara 10.000 Ω sampai
1000.000 Ω. Jika kulit basah, hambatan mungkin sebesar 1000 Ω atau lebih kecil lagi (Giancoli,
2001 : 114).

Resistansi kulit menjadi lebih rendah jika kulit pada kondisi yang basah atau
terbakar/terpapar panas. Hal ini berarti ketika seseorang tersetrum, resistansi tubuh akan turun
karena kulit kita terbakar. Penyelidikan dan penelitian tahanan tubuh manusia yang diperoleh
beberapa orang ahli adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Berbagai harga tahanan tubuh manusia

Peneliti Tahanan (ohm) Keterangan


Dalziel 500 Dengan tegangan 60 cps.
AIEE Committee Dengan tegangan 21
2.330
Report volt.
1958 Tangan ke tangan IK = 9
mA
1.1301 Tangan ke kaki .
.680 Tangan ke tangan
dengan arus searah.
800 Tangan ke kaki dengan
50 cps.
Laurent 3.000
Sumber : (Hutauruk, 1991:136)

Tubuh manusia memiliki nilai resistansi tertentu. Untuk mengukur resistansi total tubuh
manusia dapat dilakukan dengan menambahkan resistansi dari setiap bagian tubuh. Karena arus
melewati kulit dua kali (saat masuk dan keluar). Sehingga resistansi total dapat dirumuskan :

R total = R kulit (masuk) + R internal + R kulit (keluar)

Dengan menggunakan hukum Ohm tentang tegangan, arus, dan resistansi, dan
dinyatakan dalam rumus
I = E/R
Keterangan:
I = arus listrik
E = tegangan
R = resistansi

Jumlah arus yang mengaliri tubuh sama dengan jumlah tegangan yang dipasangkan di
antara dua titik pada tubuh, dibagi dengan resistansi elektris yang dihasilkan tubuh di antara
kedua titik itu. Semakin besar nilai tegangan yang dipakaikan semakin mudah bagi elektron
untuk mengalir melewati suatu nilai resistansi. Jadi, bahaya tegangan tinggi berarti potensi bagi
arus yang besar untuk melewati tubuh, yang akan mencederai atau membunuh. Kebalikannya,
semakin besar nilai resistansi maka semakin lambat bagi elektron untuk mengalir pada nilai
tegangan tertentu. Seberapa besar tegangan itu berbahaya tergantung seberapa besar nilai
resistansi total pada rangkaian itu untuk melawan gerakan elektron (R. Margunadi. 2006: 215).
Nilai resistansi pada tubuh tidaklah tetap. Bahkan Ada teknik pengukuran berat badan
berdasarkan pengukuran nilai resistansi elektris diantara jari kaki dengan jari tangan seseorang.
Perbedaan persentase berat tubuh memberikan nilai resistansi yang berbeda: hanya ada satu
variabel yang berpengaruh pada resistansi elektris pada tubuh manusia. Agar teknik ini dapat
bekerja secara akurat, seseorang harus mengatur pemasukan fluida ke dalam diri mereka dalam
beberapa jam sebelum dites, kelembaban tubuh juga mempengaruhi nilai resistansi pada tubuh.
Resistansi pada tubuh juga bervariasi bergantung bagaimana kontak yang dibuat oleh
kulit, apakah antara tangan ke tangan, tangan ke kaki, kaki ke kaki, tangan ke alis mata, dan
sebagainya. Keringat, yang mengandung banyak garam dan mineral, adalah konduktor listrik
yang baik karena mereka berwujud likuid. Jadi darah juga terdiri dari bahan-bahan kimia yang
konduktif. Sehingga kontak dengan kawat dengan tangan yang basah akan memberikan nilai
resistansi yang lebih kecil dari pada saat kondisi tangan bersih dan kering (Sokoloff, 2008:262).
Pengukuran resistansi elektris menggunakan sebuah meteran yang sensitif, misalnya
mendapatkan pengukuran kira-kira satu juta ohm (1 MΩ) diantara kedua tangan, diukur dengan
cara menggengam kedua probe dari ohmmeter di antara kedua tangan saya. Ohmmeter akan
menunjukkan resistansi yang lebih kecil ketika saya menggengam kedua probe itu lebih erat
dan resistansinya bertambah besar saat saya merenggangkan genggaman. Apabila kita bekerja
pada tempat yang panas, kotor, dan lingkungan industri, resistansi diantara kedua tangan kita
akan kemungkinan besar menjadi lebih besar, sehingga kemungkinan arus dapat membunuh
kita lebih kecil. Tetapi seberapa besar bahaya dari arus listrik, hal itu bergantung dari beberapa
faktor. Struktur kimia tubuh seseorang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap aliran
listrik. Beberapa orang memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap arus listrik, ada yang
mengalami kontraksi otot karena sengatan listrik statis, ada pula yang tidak begitu terasa.
Walaupun berbeda-beda, pedoman perkiraan telah diteliti dengan melakukan tes menggunakan
arus yang kecil untuk mengetahui seberapa bahaya efek sengatan listrik terhadap tubuh
(Halliday, 1997: 163).

Daftar Pustaka

Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika. Jakarta : Erlangga


Halliday, David and Robert Resnick.1997. Fisika. Jakarta: Erlangga.
Hutauruk. TS. 1991. Pengetanahan Netral Sistem Tenaga & Pengetanahan Peralatan. Jakarta
: Erlangga
R. Margunadi. 2006. Dasar-Dasar Teori Rangkaian. Jakarta: Erlangga.
Sokoloff, David R and Alex Mazzolini. 2008. Active Learning in Science and Enginering. USA
Tim penyusun. 2018. Petunjuk Praktikum Biofisika. Yogyakarta : FMIPA UNY

Anda mungkin juga menyukai