Anda di halaman 1dari 11

Pelaksanaan : Minggu, 13 November 2016

Pembicara : Bp. Abu Ridwan

Tema : Orang yang di kabulkan doanya

Selalu berusaha, berdoa dan tawakal merupakan sesuatu hal yang harus di lakukan kita setiap
saat selama masih hidup. Doa juga merupakan permohonan hamba kepada Sang Pencipta Allah SWT jika
di dalam keadaan sulit atau pun menginginkan sesuatu.

Biasanya doa tersebut ada yang terkabul dengan cepat, ada yang lama, dan ada pula doa yang di
tolak Allah SWT dan tidak kunjung di kabulkan sepanjang hidupnya. Ketika berdoa kita kerap berharap
namun keputusan terkabul atau tidak tetap Allah yang menentukan.

Banyak orang yang tidak bisa memanfaatkan kesempatan untuk berdoa padahal boleh jadi
seseorang itu tergolong yang mustajab doanya tetapi kesempatan baik itu banyak di sia-siakan. Maka
seharusnya setiap muslim memanfaatkan kesempatan tersebut untuk berdoa sebanyak mungkin baik
memohon sesuatu yang berhubungan dengan dunia ataupun akhirat.

Di antara orang-orang yang doanya mustajab :

1. Orang yang terkena musibah dan sangat membutuhkan (mudhthar).


Dalam Al-Quran, Allah ta’ala berfirman:
ْ‫ط َّْر ي ُِجيبُْ أ َ َّمن‬
َ ‫عاْهُ ِإذَا ال ُمض‬
َ ‫ِف َد‬ ْ ِ ‫َللا َم َْع أَإِلَهْ اْلَر‬
ُْ ‫ض ُخلَفَا َْء َويَج َعلُ ُكمْ السُّو َْء َويَكش‬ ْ ً ‫تَذَ َّك ُرونَْ َما قَل‬
َِّْ ‫ِيل‬
Artinya: “Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa
kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai
khalifah di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati
(Nya).” (QS An-Naml 62).
Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang berada dalam kesulitan bila berdoa akan dikabulkan
oleh Allah ta’ala baik seorang kafir, apalagi seorang muslim. Namun Allah hanya mengabulkan doa
orang fajir dan orang kafir dalam masalah darurat keduniaan, bukan perkara akhirat, Sebagaimana
dalam ayat lain:
ْ‫ط َّْر ي ُِجيبُْ أ َ َّمن‬
َ ‫عاْهُ ِإذَا ال ُمض‬
َ ‫ِف َد‬ ْ ِ ‫َللا َم َْع أَإِلَهْ اْلَر‬
ُْ ‫ض ُخلَفَا َْء َويَج َعلُ ُكمْ السُّو َْء َويَكش‬ ْ ً ‫تَذَ َّك ُرونَْ َما قَل‬
َِّْ ‫ِيل‬
Artinya: “maka apabila mereka (orang kafir) naik kapal mendoa kepada Allah dengan memurnikan
keta’atan kepada-Nya, maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba
mereka (kembali) mempersekutukan (Allah)”. (Al-Ankabut: 65).
Allah mengabulkan doa mereka karena berkahnya tauhid yang tiba-tiba tertanam dalam hati
mereka ketika berada dalam kesempitan dan kesusahan, walaupun ketika selamat mereka kembali
kafir dan mengingkari nikmat-Nya. Adapun dalam perkara akhirat, maka Allah tidak akan
mengabulkan doa orang fajir dan kafir, sesuai ayat:
‫عا ُْء َو َما‬ َّْ ‫ض َللْ فِي ِإ‬
َ ‫ّل الكَاف ِِرينَْ ُد‬ َ
Artinya: ” Dan tiadalah doa orang-orang kafir itu kecuali dalam kesesatan/ kesia-siaan”. (QS Ghafir
50).

2. Orang Yang Terzalimi Walaupun Fajir/Kafir.


Sebagaimana dalam HR Bukhari (1395), Muslim (19) dll dalam hadis Ibnu Abbas
radhiyallahu’anhuma ketika Mu’adz radhiyallahu’anhu diutus oleh Rasulullah shallallahu’alaihi
wasallam, beliau menasehatkan padanya:
ِ َّ ‫س فَإِنَ ْهُ ال َمظلُو ِْم َدع َوْة َ َوات‬
ْ‫ق‬ َْ ‫حِ َجابْ للاِْ َوبَينَْ بَينَ َها لَي‬
Artinya: “ serta takutlah kepada do’a orang yang terdzolimi, sesungguhnya tak ada hijab antara
do’anya dengan Allah ( doanya terkabul )”.
Dalam riwayat lain:
ِْ ُ‫س فَإِنَّ ْهُ كَاف ًِرا كَانَْ َوإِنْ ال َمظل‬
‫وم َدع َوْة َ اتَّقُوا‬ َْ ‫حِ َجابْ دُونَ َها لَي‬
Artinya : “Takutlah terhadap doa orang yang terzholimi, kendati berasal dari orangkafir,
sesungguhnya tidak ada antara dia dan Allah Ta’ala tabir penghalang.” (HR. Ahmad 2/367).

3. Kedua orang tua yang mendoakan anaknya.


Dalam HR Abu Daud (1531) dan Tirmidzi (1905) dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah
shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
ُ َ‫ع َواتْ ثَل‬
ْ‫ث‬ َ ‫ّلَ ُمست َ َجابَاتْ َد‬ َّْ ‫ساف ِِْر َو َدع َوْة ُ ال َوا ِل ِْد َدع َوْة ُ فِي ِه‬
ْ َّْ‫ن شَك‬ ِْ ُ‫ال َمظل‬
َ ‫وم َو َدع َوْة ُ ال ُم‬
Artinya: “Tiga doa yang dikabulkan, tidak diragukan pengabulannya; doanya orangtua (maksudnya
untuk anaknya), doanya seorang musafir dan doanya yang terzhalimi.” (Dinilai hasan oleh Tirmidzi
dan Al Albani di dalam kitab Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no. 596).
Bila doa seorang ayah dikabulkan oleh Allah ta’ala, maka doa seorang ibu lebih akan dikabulkan
oleh-Nya karena berbakti kepada seorang ibu merupakan sebab utama terkabulnya doa sang anak
sebagaimana yang terjadi pada kisah Uwais Al-Qarni yang doanya selalu terkabulkan karena
kebaktiannya yang sangat besar terhadap ibunya (lihat hadisnya pada poin keenam).

4. Seorang Pemimpin Yang Adil.


Sebagaimana dalam HR Tirmidzi (3598) dan selainnya:
‫إ‬ ْ َّ ‫ي إفط َر َح ََّت َو‬، ‫اَلل َي إر َفع َها ْال َم ْظ ُلوم َو َد إع َوة‬
ّ َ ‫َإ‬ َ َّ َ ‫ْ َ َ َ إ‬
َْ ‫ َدع َوت ُ ُهمْ ت ُ َر ُّْد‬: ‫ال َع ِادل ِاْل َمام‬، ‫الص ِائم‬
ْ‫ّل ث َ َلث‬ ِ ِ ‫اب فوق‬
ِ ‫ال ِقيام ِة يوم السح‬
Artinya: “Ada tiga orang yang doanya tidak ditolak: Pemimpin yang adil, orang yang berpuasa
sampai dia berbuka, dan doa orang yang didzalimi, Allah angkat di atas awan pada hari kiamat.”
(Hadis ini dinilai hasan oleh Imam Tirmidzi dan Hafidz Ibnu Hajar dalam Talkhis Al-Habir, 2/96).

5. Orang Yang Sedang Berpuasa, Khususnya Tatkala Berbuka.


Hadisnya telah lewat pada poin keempat diatas. “Ada tiga orang yang doanya tidak ditolak:
Pemimpin yang adil, orang yang berpuasa sampai dia berbuka, dan doa orang yang didzalimi, Allah
angkat di atas awan pada hari kiamat.” (Hadis ini dinilai hasan oleh Imam Tirmidzi dan Hafidz Ibnu
Hajar dalam Talkhis Al-Habir, 2/96).

6. Anak Yang Berbakti Pada Kedua Orangtuanya.


Berbakti pada orangtua merupakan faktor utama dikabulkannya doa seorang muslim.
Sebagaimana dalam kisah Uwais Al-Qarni dalam Shahih Muslim (2542), bahwa Umar
َ
radhiyallahu’anhu berkata; Saya mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda: ‫يأت‬
‫أقسم لو بر بها هو والدة له درهم موضع إال منه رفبأ برص به كان قرن من ثم مراد من اليمن أهل أمداد مع عامر بن أويس عليكم‬
‫له فاستغفر ل فاستغفر فافعل لك يستغفر أن استطعت فإن ألبره هللا عىل‬
Artinya: “Akan datang padamu semua seorang bernama Uwais bin ‘Amir beserta sepasukan
mujahidin dari ahli Yaman, ia dari keturunan Murad dari Qaran. Ia mempunyai penyakit supak lalu
sembuh dari penyakitnya itu kecuali di suatu tempat sebesar uang dirham. Ia juga mempunyai
seorang ibu yang ia amat berbakti padanya. Andaikata orang itu bersumpah akan sesuatu atas
nama Allah, pasti Allah akan melaksanakan sumpahnya itu -dengan sebab amat berbaktinya
terhadap ibunya itu-. Maka jikalau engkau kuasa meminta padanya agar ia memintakan
pengampunan -kepada Allah- untukmu, maka lakukanlah itu!” Oleh sebab itu, mohonkanlah
pengampunan kepada Allah -untukku. Uwais lalu memohonkan pengampunan untuk Umar”.

7. Orang Musafir (Yang Sedang Melakukan Perjalanan).


Namun lebih akan dikabulkan lagi bila musafir tersebut melakukan perjalanan untuk tujuan
ibadah seperti ibadah haji, menuntut ilmu, atau jihad fi sabilillah. Sebagaimana dalam hadis: “Tiga
doa yang dikabulkan, tidak diragukan pengabulannya; doanya orangtua (maksudnya untuk
anaknya), doanya seorang musafir dan doanya yang terzhalimi.” (Dinilai hasan oleh Tirmidzi dan Al
Albani di dalam kitab Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no. 596).

8. Seorang Muslim Yang Berdoa Untuk Saudaranya Tanpa Sepengetahuannya


Dalam hadis Abu Darda radhiyallahu’anhu Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
َ َ ْ
‫يه الم إس ِل ِم د إع َوة‬
َ ‫َ إ‬ ‫يقول به م َو ّكل َم َلك َ ْرأسه إ َ إ َ َ َ ْ َ إ‬: ‫ي‬
َ ‫بمثله َو َل َك آم‬
ِ ‫وعند مستجابة الغي ِب ِبظهر ِأل ِخ‬ِ ِ ِ ِِ ِ
Artinya: “Sesungguhnya do’anya seorang Muslim kepada saudaranya tanpa sepengetahuannya
adalah dikabulkan, dan di sisikepalanya ada Malaikat (yang ditugaskan kepadanya, setiap kali
berdo’a kepada saudaranya dengan kebaikan para Malaikat) berkata, ‘Amiin, dan bagimu yang
semisalnya’.” (HR Muslim 2732) dll.
Rahasia mustajabnya doa ini adalah karena tanpa sepengetahuannya, doa tersebut lebih ikhlas
diucapkan, dan lebih jauh dari sifat riya’ dan sum’ah.

9. Seorang Muslim Yang Shalih, Bila Berdoa Kebaikan.


Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
‫رحم قطيعة أو بإثم يدع لم ما السوءمثله من عنه كف أو سأل ما هللا آتاه إال بدعاء يدعو أحد من ما‬
Artinya : Tidaklah seorang berdoa kepada Allah melainkan Allah akan mengabulkan apa-apa yang
dimintanya atau mencegah darinya keburukan yang akan menimpanya yang setara dengan apa
yang dimintanya, selama dia tidak meminta untuk suatu perbuatan dosa atau memutus
silaturrahim(HR.Tirmidzi).
Pelaksanaan : Minggu, 27 November 2016

Pembicara : Bp. Arif Syafarudin

Tema : Sabar dalam kehidupan

Sabar berasal dari kata “sobaro-yasbiru” yang artinya menahan. Dan menurut istilah, sabar
adalah menahan diri dari kesusahan dan menyikapinya sesuai syariah dan akal, menjaga lisan dari
celaan, dan menahan anggota badan dari berbuat dosa dan sebagainya. Itulah pengertian sabar yang
harus kita tanamkan dalam diri kita. Dan sabar ini tidak identik dengan cobaan saja. Karena menahan diri
untuk tidak bersikap berlebihan, atau menahan diri dari pemborosan harta bagi yang mampu juga
merupakan bagian dari sabar. Sabar harus kita terapkan dalam setiap aspek kehidupan kita. Bukan
hanya ketika kita dalam kesulitan, tapi ketika dalam kemudahaan dan kesenangan juga kita harus tetap
menjadikan sabar sebagai aspek kehidupan kita.

Pandangan Islam Tentang Sabar

Sesuai pandangan islam Sabar itu ada berbagai macam, antara lain :

1. Sabar dalam menjalankan perintah Allah SWT


Menahan diri kita agar tetap istiqomah dalam menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT
adalah bagian dari perintah Allah SWT. Kita harus tetap sabar menjalankan itu semua, karena Allah telah
menjanjikan surga bagi hamba-Nya yang menjalankan perintah-Nya dengan baik sesuai syariat yang
telah Allah SWT turunkan. Mulai dari shalat, zakat, puasa, dakwah, dan lain-lain. Itu semua harus kita
jalani dengan sabar.

2. Sabar dari apa yang dilarang Allah SWT


Semua kenikmatan itu hanya semua, karena jalan yang ditunjukan oleh setan itu tidaklah berakhir
kecuali di neraka. Dan kita sebagi umat Islam harus bersabar dari apa yang dilarang oleh Allah SWT.
Yakinlah bahwa semua larangan itu pasti ada maksudnya. Tidaklah Allah SWT melarang kita untuk
berbuat dosa, kecuali dalam dosa itu pasti ada sebuah kerugian yang akan didapat jika kita
melakukannya.

3. Sabar terhadap apa yang telah ditakdirkan Allah SWT


Jika ada salah satu dari kita ditakdirkan dengan kondisi fisik yang kurang, maka kita juga harus tetap
bersabar. Karena bersabar dengan ketentuan Allah SWT merupakan salah satu dari macam sabar. Dan
balasan lain dari sabar kita itu adalah surga. Rasulallah SAW bersabda: sesungguhnya Allah SWT
berfirman“Jika hambaku diuji dengan kedua matanya dan dia bersabar, maka Aku akan mengganti
kedua matanya dengan surga” (HR. Bukhori).

Sabar dalam kehidupan memiliki beberapa keutamaan, yaitu :


a. Sabar merupakan teman setia kemenangan sebagaimana disebutkan dalam hadits ke 19 pada
hadits Arba’in An Nawawiyah :
ِّ َ َ ‫ َف َق‬،‫ما‬
ً ‫ََإ َ َ َّ َإ‬ ّ ِّ َّ َ ْ َ ‫َإ َ َ َ ُإ‬ َ ِ ‫هللا إبن َع َّباس َر‬ َ ْ َ ‫َ إ‬
‫ َيا غالم ِإت‬: ‫ال‬ ‫ت َصىل هللا علي ِه وسلم يو‬ ‫ كنت خلف الن ِر‬: ‫ض هللا عنهما قال‬ ٍ ِ ‫عن أ ِرت ال َع َّباس ع إب ِد‬
َ ‫إ‬ َ َّ َ ‫َ َ إ‬ َ ‫َ َ إ‬ َ َ َ ‫َ َ إ‬ َ ‫إ‬ َ ْ َ ‫َ َ إ‬ َ ‫ْ إ‬ َ َ َ ِّ َ ُ
‫الرخ ِاء َي إعرفك ِف‬ ِ ‫ ت َع َّرف ِإل‬،‫ هللا ت ِجده أ َم َامك‬،‫ احف ِظ هللا ت ِجده تجاهك‬،‫ احف ِظ هللا يحفظك‬:‫ات‬
‫هللا ِف‬ ٍ ‫أعلمك ك ِلم‬
َ ْ َّ َ َّ َّ َ ‫إ َ َ َ َ َ َ َ َ َ إ َ ُ إ إ َ َ َ إ َ إ‬ ُ َ َ َ َ ‫َ إ‬ َّ َ َ ‫ِّ َّ َ إ‬
‫ َوأن الف َر َج َم َع‬،‫الص رإب‬
َّ ‫ْص َم َع‬
َ ‫الن إ‬ ‫ واعلم أن‬،‫ وما أصابك لم يكن ِليخ ِطئك‬،‫اعل إم أن َما أخطأك ل إم َيك إن ِلي ِصيبك‬‫ و‬،‫الشد ِة‬
ً ‫ْ َ إ َ َ َّ َ َ ْ إ إ‬
‫الكر ِب وأن مع العْس يْسا‬

Dari Abu Al ‘Abbas, ‘Abdullah bin ‘Abbas, mengatakan: Aku pernah membonceng di
belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian beliau berpesan, ”Wahai anakku, aku
akan mengajarkan kepadamu beberapa kalimat : Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjaga
kamu. Jagalah Allah, niscaya kamu akan mendapati Dia di hadapanmu…” (HR. Tirmidzi, ia telah
berkata, Hadits ini hasan, pada lafazh lain hasan shahih. Dalam riwayat selain
Tirmidzi: “Hendaklah kamu selalu mengingat Allah, pasti kamu mendapati-Nya di hadapanmu.
Hendaklah kamu mengingat Allah di waktu lapang (senang), niscaya Allah akan mengingat
kamu di waktu sempit (susah). Ketahuilah bahwa apa yang semestinya tidak menimpa kamu,
tidak akan menimpamu, dan apa yang semestinya menimpamu tidak akan terhindar darimu.
Ketahuilah sesungguhnya petolongan menyertai kesabaran dan sesungguhnya kesenangan
menyertai kesusahan dan kesulitan”.

Pertolongan merupakan sesuatu yang dicari, maka sabar menjadi kunci untuk
mendapatkannya. Karena sabar merupakan tahapan yang wajib dilalui. Ketika seseorang
tertimpa musibah maka dia wajib bersabar karena itu merupakan perintah Allah kepada setiap
orang. Maksud dari perkataan “dia wajib bersabar”, yaitu ia menahan lisannya dari mengeluh,
menahan hatinya dari marah dan menahan anggota badannya untuk melakukan kemaksiatan
yang dilarang, seperti memukul-mukul pipi, merobek baju saat tertimpa musibah kematian dan
selainnya. Maka dari itu Allah memerintahkan kita untuk memohon pertolongan dalam setiap
perkara dengan sabar dan shalat sebagaimana firman Allah berikut ini:
َ ‫الصالة َوإ َّن َها َل َكب َبة إال َع َىل ْال َخاشع‬
(٤٥) ‫ي‬ َّ ‫الص إب َو‬
َّ َ ‫َ إ‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫واست ِعينوا ِب ر‬

Artinya : Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu
sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu. (QS. Al-Baqarah : 45)

b. Sabar adalah cahaya

َ ‫إ‬ ّ َ ّ
‫هللا َصىل هللا َعل إي ِه َو َسل َم َم ِالك أ ِر إت َع إن‬ ‫َإ َ َ َ َ َ إ‬
ِ ‫ قال رسول‬: ‫ض هللا عنه قال‬ َ ِ ‫اص إم ْا َأل إش َعري َر‬ َ ‫إ‬ َ ْ َ ‫ُّ إ َ إ ْ إ‬
ِ ‫ الحار ِت ابن ع‬: ،‫الطهور شطر ا ِْليم ِان‬
َ َ َ َّ َ ‫َ َّ َ إ‬ َ ْ
‫ و‬،‫ والصالة نور‬،‫الس َم ِاء َواأل إرض‬
َّ ‫ي‬ َ ‫ان هللا َو ْال َح إمد هلل َت إمأل – َأ إو َت إمآلن – َما َب إ‬
َ َ ‫َ إ‬ ْ َ
‫ وسبح‬،‫هلل ت إمأل ال ِم إ َب ِان‬ َ ْ َ
،‫الصدقة ب إرهان‬ ِ ِ ِ ِ ‫والح إمد‬
َ َ ‫إ َ َ َإ‬ َّ ُ َ َ َ َ َ ْ
]‫ ك ُّل الناس َيغدو فبا ِئع نف َسه فم إع ِتق َها أ إو م إو ِبق َها [رواه مسلم‬. ‫َوالق إرآن ح َّجة لك أ إو َعل إيك‬

Dari Abu Malik, Al Harits bin Al Asy’ari berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda ”Suci itu sebagian dari iman, (bacaan) alhamdulillaah memenuhi timbangan,
(bacaan) subhaanallaah dan alhamdulillaah keduanya memenuhi ruang yang ada di antara
langit dan bumi. Shalat itu adalah nur (cahaya), sedekah adalah pembela, sabar adalah sinar,
dan Al-Qur’an menjadi pembelamu atau akan menuntutmu. Setiap manusia bekerja, lalu dia
menjual dirinya, kemudian pekerjaan itu dapat menyelamatkannya atau mencelakakannya”.
(HR. Muslim)
Imam Nawawi dalam menjelaskan hadits ini mengatakan bahwa : Sabar merupakan sifat
yang terpuji. Yaitu kesabaran untuk ta’at kepada Allah dan terhadap ujian serta cobaan dunia.
Makna dari sabar adalah sinar, pelakunya senantiasa berada dalam kebenaran.
Ibnu ‘Utsaimin menjelaskan tentang makna “dhiyaa-un” sebagaimana yang terdapat
dalam ayat berikut:

َّ َ َ َ ّ َ ْ َ َ ّ َ َ َ ‫ي َو ْالح َس‬ ِّ ‫ورا َو َق َّد َره َم َناز َل ل َت إع َلموا َع َد َد‬


ً ‫َو ْال َق َم َر ن‬
‫س‬َ ‫الش إم‬ ‫اب َما خل َق اَلل ذ ِلك ِإال ِبال َح ِّق يف ِّصل ِض َياءً ه َو ال ِذي جعل‬ ِ
َ ‫السن‬
ِ ِ
َ َ َ
(٥) ‫ات ِلق إو ٍم َي إعلمون‬ َ
ِ ‫اآلي‬

“Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-
manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun
dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” (Qs Yunus :
5)
Pelaksanaan : Jumat, 9 Desember 2016

Pembicara : Bp. Agus Rohmadi

Tema : Pentingnya menjaga lisan

Terkadang menjaga lisan itu emmang sangat sulit dilakukan, kecuali orang beriman kepada Allah
SWT dan meyakini akan adanya hari akhir yaitu hari penuh perhitungan dan pembalasan. Orang yang
berbuat dan beramal sahlih pasti akan mendapat balsan dengan kebahagiaan. Sedangkan orang yang
berbuat buruk maka akan di balas pula dengan keburukan.

Membahas tentang lisan ada nasehat yang sangat berharga dalam hal menjaga lisan,
disampaikan oleh Rasulullah SAW dan emnjadi tuntunan kita, sebagai mana haditsnya yaitu : “ Barang
siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendak nya berkata baik atau diam.”

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Tirmidzi, Uqbah bin Amir berkata : aku pernah bertanya
kepada Rasullah SAW, Ya Rasulullah, apakah keselamatan itu? beliau menjawab, tahan lah lisan mu dan
hendak nya rumah mu menyenangkan mu (karena penuh dengan dzikir dan mengingat Allah SWT) dan
menangislah atas kesalahan mu (karena menyesal). (HR. Tirmidzi).

Oleh karena itu, sudah sepantasnya setiap muslim memperhatikan apa yang dikatakan oleh
lisannya, karena bisa jadi seseorang menganggap suatu perkataan hanyalah kata-kata yang ringan dan
sepele namun ternyata hal itu merupakan sesuatu yang mendatangkan murka Allah Ta’ala.
Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan
dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:

َ ‫ ال‬, ‫ و إن العبد ليتكلم بالكلمة من سخط هللا‬, ‫ يرفعه هللا بها درجات‬, ‫يلق لها باال‬
‫يلق لها‬ َ ‫ ال‬, ‫إن العبد ليتكلم بالكلمة من رضوان هللا‬

‫باال يهوي بها ف جهنم‬

“Sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan keridhoan Allah, namun dia
menganggapnya ringan, karena sebab perkataan tersebut Allah meninggikan derajatnya. Dan sungguh
seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan kemurkaan Allah, namun dia
menganggapnya ringan, dan karena sebab perkataan tersebut dia dilemparkan ke dalam api
neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Menjaga lisan memang sangat penting di lakukan bagi kita sebagai uamt manusia, seperti firman
Allah, yaitu :

‫ْ َّ َّ إ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ ُ ُ َ َ َ َ إ‬ َ َ َ ‫َ َإ‬ ‫َإ‬
‫ْص َوالفؤاد ك ُّل أول ِئك كان َعنه َم إسئوال‬ ‫س لك ِب ِه ِعلم ِإن السمع والب‬ ‫َوال تقف ما لي‬

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya.” (QS. Al-Isra: 36)
Qotadah menjelaskan ayat di atas, “Janganlah kamu katakan ‘Aku melihat’ padahal kamu tidak
melihat, jangan pula katakan ‘Aku mendengar’ sedang kamu tidak mendengar, dan jangan katakan ‘Aku
tahu’ sedang kamu tidak mengetahui, karena sesungguhnya Allah akan meminta pertanggung-jawaban
atas semua hal tersebut.” Ibnu katsir menjelaskan makna ayat di atas adalah sebagai larangan untuk
berkata-kata tanpa ilmu. (Tafsir Ibnu Katsir)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda:

‫إ‬ َ َ َ ْ ‫ّ َ َْإ‬ ‫َ إ َ َ إ‬
‫آلخر ف َليق إل خ إ ًبا أ إو ِل َي إصمت‬ ِ ‫و َمن كان يؤ ِمن ِب‬
ِ ‫اَلل واليو ِم ا‬

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka katakanlah perkataan yang baik atau
jika tidak maka diamlah.”(Muttafaqun ‘alaihi)

Imam Asy-Syafi’i menjelaskan makna hadits di atas adalah, “Jika engkau hendak berkata maka
berfikirlah terlebih dahulu, jika yang nampak adalah kebaikan maka ucapkanlah perkataan tersebut,
namun jika yang nampak adalah keburukan atau bahkan engkau ragu-ragu maka tahanlah dirimu (dari
mengucapkan perkataan tersebut).” (Asy-Syarhul Kabir ‘alal Arba’in An-Nawawiyyah)

Ciri Muslim yang Baik

Termasuk tanda baiknya keislaman seseorang adalah dia mampu meninggalkan perkara yang
tidak bermanfaat baginya. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam sebuah hadits
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dari sahabat Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu,

َ ُ َ ْ َ
‫ِم إن ح إسن ِإ إسال ِم ال َم إر ِء ت إركه َما ال َي إع ِن إي ِه‬

“Di antara tanda baiknya Islam seseorang adalah ia meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat
baginya.”

Oleh karena itu, termasuk di antara tanda baiknya Islam seseorang adalah ia menjaga lisannya dan
meninggalkan perkataan-perkataan yang tidak mendatangkan manfaat bagi dirinya atau bahkan
perkataan yang dapat mendatangkan bahaya bagi dirinya.

Bahaya Tidak Menjaga Lisan

Salah satu bahaya tidak menjaga lisan adalah menyebabkan pelakunya dimasukkan ke dalam api
neraka meskipun itu hanyalah perkataan yang dianggap sepele oleh pelakunya. Sebagaimana hal ini
banyak dijelaskan dalam hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam salah satunya adalah hadits yang
telah disebutkan di atas.

Atau dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari sahabat Mu’adz bin Jabal radhiyallahu
‘anhu ketika beliau bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang amalan yang dapat
memasukkannya ke dalam surga dan menjauhkannya dari neraka, kemudian Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam menyebutkan tentang rukun iman dan beberapa pintu-pintu kebaikan, kemudian
berkata kepadanya: “Maukah kujelaskan kepadamu tentang hal yang menjaga itu semua?” kemudian
beliau memegang lisannya dan berkata: “Jagalah ini” maka aku (Mu’adz) tanyakan: “Wahai Nabi Allah,
apakah kita akan disiksa dengan sebab perkataan kita?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam menjawab: “Semoga ibumu kehilanganmu! (sebuah ungkapan agar perkataan selanjutnya
diperhatikan). Tidaklah manusia tersungkur di neraka di atas wajah mereka atau di atas hidung
mereka melainkan dengan sebab lisan mereka.” (HR. At-Tirmidzi)

Imam Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah berkata mengenai makna hadits di atas, “Secara
dzahir hadits Mu’adz tersebut menunjukkan bahwa perkara yang paling banyak menyebabkan
seseorang masuk neraka adalah karena sebab perkataan yang keluar dari lisan mereka. Termasuk
maksiat dalam hal perkataan adalah perkataan yang mengandung kesyirikan, dan syirik itu sendiri
merupakan dosa yang paling besar di sisi Allah Ta’ala. Termasuk maksiat lisan pula, seseorang berkata
tentang Allah tanpa dasar ilmu, ini merupakan perkara yang mendekati dosa syirik. Termasuk di
dalamnya pula persaksian palsu, sihir, menuduh berzina (terhadap wanita baik-baik) dan hal-hal lain
yang merupakan bagian dari dosa besar maupun dosa kecil seperti perkataan dusta, ghibah dan
namimah. Dan segala bentuk perbuatan maksiat pada umumnya tidaklah lepas dari perkataan-
perkataan yang mengantarkan pada terwujudnya (perbuatan maksiat tersebut). (Jami’ul Ulum wal
Hikaam)

Buah menjaga lisan

Buah menjaga lisan adalah surga. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫من يضمن ل ما بي لحييه وما بي رجليه أضمن له الجنة‬

“Barangsiapa yang mampu menjamin untukku apa yang ada di antara kedua rahangnya (lisan) dan apa
yang ada di antara kedua kakinya (kemaluan) aku akan menjamin baginya surga.” (HR. Bukhari)

Oleh karena itu wajib bagi setiap muslim untuk menjaga lisan dan kemaluannya dari perkara-
perkara yang diharamkan oleh Allah, dalam rangka untuk mencari keridhaan-Nya dan mengharap
balasan berupa pahala dari-Nya. Semua ini adalah perkara yang mudah bagi orang-orang yang
dimudahkan oleh Allah Ta’ala. (Kitaabul Adab)
Ketika kita telah mengetahui bahaya yang timbul akibat tidak menjaga lisan, dan kita pun telah
mengetahui bagaimana manisnya buah menjaga lisan, sudah sepantasnya kita selalu berfikir sebelum
kita mengucapkan suatu perkataan. Apakah kiranya perkataan tersebut akan mendatangkan keridhaan
Allah Ta’ala atau bahkan sebaliknya ia akan mendatangkan kemurkaan Allah Ta’ala. Cukuplah kita selalu
mengingat firman Allah Ta’ala (artinya):

َ َ َّ َ ُ ْ
‫َما َيل ِفظ ِم إن ق إو ٍل ِإال لد إي ِه َر ِقيب َع ِتيد‬

“Tiada suatu ucapan yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu
hadir.” (Qaaf: 18).

Juga firman Allah Ta’ala (artinya):

‫ْ َّ َّ إ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ ُ ُ َ َ َ َ إ‬ َ َ َ ‫َ َإ‬ ‫َإ‬
‫ْص َوالفؤاد ك ُّل أول ِئك كان َعنه َم إسئوال‬ ‫س لك ِب ِه ِعلم ِإن السمع والب‬ ‫َوال تقف ما لي‬

“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya.” (QS. Al-Isra: 36)
MAKALAH ISLAM DAN IPTEK

PENJABARAN MATERI PENGAJIAN

DI SUSUN OLEH :

NAMA : SUCI RISDIANA ATIFAH

NIM : A410150105

KELAS : 3C

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Anda mungkin juga menyukai