Anda di halaman 1dari 2

Pengertian, Jenis, dan Indikator Penalaran Matematika (Reasoning)

Penalaran matematika atau biasa yang dikenal dengan penalaran matematis dalam beberapa
literatur disebut dengan mathematical reasoning. Brodie (2010) menyatakan bahwa,
“Mathematical reasoning is reasoning about and with the object of mathematics”. Jadi dapat
disimpulkan bahwa penalaran matematika adalah kemampuan seseorang (anak) melakukan
inferensi-inferensi logis berdasarkan fakta/pernyataan matematika yang ada.

Menurut Polya, ada dua jenis penalaran matematika, yaitu: penalaran demonstratif
(demonstratif reasoning) dan penalaran yang masuk akal (plausible reasoning). Sementara itu,
Lithner (2006) membagi jenis penalaran yang sering digunakan siswa dalam menyelesaikan
tugas-tugas matematika secara garis besar menjadi dua jenis penalaran, yaitu: Creative
Reasoning (Penalaran Kreatif) dan Imitatif Reasoning (Penalaran Imitatif). Penalaran kreatif
mempunyai empat kriteria, yaitu:

Kebaruan (novelty). Dalam penalaran kreatif, suatu rangkaian solusi yang baru (bagi penalar)
diciptakan dalam pemecahan masalah atau rangkaian solusi yang telah dilupakan, diciptakan
kembali. Jawaban yang hanya mencontoh dari prosedur penyelesaian tidak termasuk ke dalam
jemis penalaran kreatif.

Fleksibel (flexibility). Menggunakan pendekatan yang berbeda dan diadaptasi untuk situasi
permasalahan yang sesuai.

Masuk akal (possible). Terdapat argumen yang mendukung pilihan dan penerapan strategi
sehingga menguatkan alasan bahwa kesimpulan yang diberikan benar atau masuk akal. Dalam
hal ini, menebak jawaban tidak diperbolehkan.

Berdasar matematis (mathematical foundation). Argumentasi yang diberikan oleh penalar ada
dalam sifat-sifat intrinsik matematis dari komponen yang termuat dalam penalaran.

Sementara penalaran imitatif terbagi menjadi beberapa jenis penalaran, yaitu penalaran ingatan
(memorised reasoning) dan penalaran algoritma (algorithmic reasoning).

Terdapat dua jenis penalaran matematika yang umum dikenal, yaitu penalaran induktif dan
penalaran deduktif.
Penalaran Induktif. Penalaran induktif merupakan suatu kegiatan, suatu proses atau suatu
aktivitas berpikir untuk menarik suatu kesimpulan atau membuat suatu pernyataan baru yang
bersifat umum (general) berdasarkan pada beberapa pernyataan khusus yang diketahui benar.
Contoh penalaran: Jika ada siswa diminta untuk menunjukkan bahwa jumlah besar sudut-sudut
suatu segitiga adalah 180 derajat, lalu setiap siswa diminta untuk membuat model segitiga
sembarang dari kertas, menggunting sudut-sudut segitiga tersebut, dan mengimpitkannya. Di
antara siswa mungkin ada yang membuat segitiga siku-siku, ada yang membuat segitiga sama
kaki, sama sisi atau segitiga sembarang. Dari hasil yang diperoleh siswa menunjukkan hasil yang
sama, yaitu jumlah besar sudut-sudut segitiga adalah 180 derajat. Pernyataan atau kesimpulan
yang didapat dari penalaran induktif bisa bernilai benar atau salah. Karenanya, di dalam
matematika kesimpulan yang didapat dari proses penalaran induktif masih disebut dengan
dugaan (conjecture).

Penalaran Deduktif. Penalaran deduksi didefinisikan sebagai proses penalaran yang menerapkan
hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagian yang
khusus. Pada penalaran deduktif proses penalaran konklusinya diturunkan secara mutlak dari
premis-premisnya. Pada deduksi yang valid atau sahih, kesimpulan yang didapat dinyatakan
tidak akan pernah salah jika premis-premisnya bernilai benar.

Menurut Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas (2004) tentang Rapor, disebutkan bahwa
indikator penalaran bagi siswa yang memiliki kemampuan dalam penalaran matematika adalah:

Mengajukan dugaan.

Melakukan manipulasi matematika.

Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran
solusi.

Menarik kesimpulan dari pernyataan.

Memeriksa kesahihan suatu argumen.

Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi.

Anda mungkin juga menyukai