Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

SPACE OCCUPYING LESION ( SOL )


A. PENGERTIAN
SOL ( Space Occupying Lesion ) merupakan generalisasi masalah tentang
adanya lesi pada ruang intracranial khususnya yang mengenai otak. Banyak
penyebab yang dapat menimbulkan lesi pada otak seperti kontusio serebri,
hematoma, infark, abses otak dan tumor intracranial.(Suzanne dan Brenda G
Bare. 1997: 2167).
Tumor otak merupakan salah satu tumor susunan saraf pusat, baik ganas
maupun tidak. Tumor ganas disusunan saraf pusat adalah semua proses
neoplastik yang terdapat dalam intracranial atau dalam kanalis spinalis, yang
mempunyai sebagian atau seluruh sifat-sifat proses ganas spesifik seperti yang
berasal dari sel-sel saraf di meaningen otak, termasuk juga tumor yang berasal
dari sel penunjang (Neuroglia), selepitel pembuluh darah dan selaput
otak.(Fransisca B Batticaca. 2008: 84).
Karena cranium merupakan tempat yang kaku dengan volume yang
terfiksasi maka lesi-lesi ini akan meningkatkan tekanan intracranial. Suatu lesi
yang meluas pertama kali diakomodasi dengan cara mengeluarkan cairan
serebrospinal dari rongga cranium. Akhirnya vena mengalami kompresi,dan
gangguan sirkulasi darah otak dan cairan serebrospinal mulai timbul dan
tekanan intracranial mulai naik. Kongestivenosa menimbulkan peningkatan
produksi dan penurunan absorpsi cairan serebrospinal dan meningkatkan
volume dan terjadi kembali hal-hal seperti diatas.
Posisi tumor dalam otak dapat mempunyai pengaruh yang dramatis pada
tanda-tanda dan gejala. Misalnya suatu tumor dapat menyumbat aliran keluar
dari cairan serebrospinal atau yang langsung menekan pada vena-vena besar,
meyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intracranial dengan cepat. Tanda-
tanda dan gejala memungkinkan dokter untuk melokalisir lesi akan tergantung
pada terjadinya gangguan dalam otak serta derajat kerusakan jaringan saraf
yang ditimbulkan oleh lesi. Nyeri kepala hebat, kemungkinan akibat peregangan
durameter dan muntah-muntah akibat tekanan pada batang otak merupakan
keluhan yang umum. Suatu pungsi lumbal tidak boleh dilakukan pada pasien
yang diduga tumor intracranial. Pengeluaran cairan serebrospinal akan
mengarah pada timbulnya pergeseran mendadak hemispherium cerebri melalui
takik tentorium kedalam fossa cranii posterior atauherniasi medulla oblongata
dan serebellum melalui foramen magnum. Pada saat ini CT-scan dan MRI
digunakan untuk menegakkan diagnose.
Tumor otak adalah lesi oleh karena ada desakan ruang baik jinak / ganas
yang tumbuh di otak, meningen dan tengkorak.
B. ETIOLOGI
1. Riwayat trauma kepala
2. Faktorgenetik
3. Paparanzatkimia yang bersifatkarsinogenik
4. Virus tertentu
5. Defisiensiimunologi
6. Congenital
C. PATOFISIOLOGI
 Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan edema serebral
 Aktivitas kejang dan tanda – tanda neurologis fokal
 Hidrosefalus
 Gangguan fungsi hipofisis
Pada fase awal, abses otak ditandai dengan edema local, hyperemia,
infiltrasileukosit / melunaknya parenkim trombosis sepsis dan edema, beberapa
hari atau minggu dari fase awal terjadi proses uque fraction atau dinding kista
berisi pus. Kemudian rupture maka infeksi akan meluas keseluruh otak dan bisa
timbul meningitis.
Tumor otak menyebabkan gangguan neurolagis.Gejala-gejala terjadi
berurutan. Hal ini menekankan pentingnya anamnesis dalam pemeriksaan klien.
Gejala neurologic pada tumor otak biasanya dianggap disebabkan oleh tumor
dan tekanan intrakranial. Gangguan vocal terjadi apabila penekanan pada
jaringan otak dan infiltrasi / inovasi langsung pada parenkim otak dengan
kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang
tumbuh menyebabkan nekrosis jaringan otak. Gangguan suplai darah arteri
pada umumnya bermanifestasi sebagai kehilangan fungsi secara akut dan
mungkin dapat dikacaukan dengan gangguan cerebrovaskuler primer. Serangan
kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuro dihubungkan dengan
kompersi invasi dan perubahan suplai darah kejaringan otak.
Peningkatan intracranial dapat diakibatakan oleh beberapa factor :
bertambahnya masa dalam tengkorak , terbentuknya oedema sekitar tumor dan
perubahan sirkulasi serebrospinal. Pertumbuhan tumor akan menyebabkan
bertambahnya massa karena tumor akan mengambilkan ruang yang relative
dari ruang tengkorak yang kaku.
Tumor ganas menimbulkan odem dalam jaringan otak. Mekanisme belum
sepenuhnya dipahami namun diduga disebabkan selisih osmotik yang
menyebabkan pendarahan. Obstruksi vena oedema yang disebabkan kerusakan
sawar darah otak semuanya menimbulkan kenaikan volume inntrakranial.
Observasi sirkulasi cairan serebrospinal dari vantrikel laseral keruang sub
arakhnoid menimbulkan hidrosephalus.
Peningkatan intracranial akan membahayakan jiwa bila terjadi secara
cepat akibat salah satu penyebab yang telah dibicaraknan sebelumnya. Mekanis
mekompensasi memerlukan waktu berhari-hari / berbulan-bulan untuk menjadi
efektif dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan intracranial timbul
cepat.
Mekanisme kompensasi ini bekerja menurunkan volume darah
intrakranial, volume cairan cerborspinal, kandungan cairan intrasel dan
mengurangi sel-sel parenkim.Kenaikan tekanan yang tidak diobati
mengakibatkan herniasiulkus/ serebulum. Herniasi timbul bila girus medalis
lobus temporalis bergeser ke interior melalui insisuratentorial oleh massa
dalam hemis terotak. Herniasi menekan ensefalon menyebabkan kehilangan
kesadaran dan menekan saraf ketiga. Pada herniasi serebulum tonsil sebelum
bergeser kebawah melalui foramen magnum oleh suatu massa posterior, (
Suddart, Brunner. 2001 ).
PATHWAY

Idiopatik

Tumor otak

Penekananjaringanotak Bertambahnyamassa

Invasijaringanotak Nekrosis jar. otak Penyerapancairanotak

Kerusakan jar. Neuron Gang.Suplai Hipoksiajar Obstruksi vena di otak


( Nyeri ) darah ingan

Kejang Gang.Neurolog Gang.Fungs Gang. Oedema


isfokal iotak Perfusi
jaringan

Defisitneurolo Disorientasi Peningkatan Hidrosefalus


gis TIK

 Aspirasise Resti.Cidera Perubahan


kresi proses pikir
 Obs.
Jlnnafas Bradikardiprogresif, Bicaraterganggu, Hernialisulk
 Dispnea hipertensisitemik, afasia us
 Hentinafa gang.pernafasan
s
 Perubahan
Ancamankema Gang.Komunikasi Menisefalontek
polanafas
tia verbal anan
Gang.Pertuka
ran gas
Cemas Mual, muntah, Gang.ke
papileodema, sadaran
Gang. Rasa pandangankabur,
( Suddart, Brunner. 2001 )
nyaman penurunanfungsipendeng
aran, nyerikepala
D. MANIFESTASI KLINIS
Peningkatan tekanan intracranial
a. Nyeri kepala
Nyeri bersifat dalam, terus – menerus, tumpul dan kadang – kadang
bersifat hebat sekali, biasanya paling hebat pada pagi hari dan diperberat saat
beraktivitas yang menyebabkan peningkatan TIK, yaitu batuk, membungkuk
dan mengejan.
b. Nausea dan muntah
Akibat rangsangan pada medualoblongata
c. Papil edema
Statis vena menimbulkan pembengkakan papila sarafoptikus.
E. KLASIFIKASI
Berdasarkan jenis tumor dapat dibagi menjadi :
 Jinak
 Acoustic neuroma
 Meningioma
 Pituitary adenoma
 Astrocytoma ( grade I )
 Malignant
 Astrocytoma ( grade 2,3,4 )
 Oligodendroglioma
 Apendymoma
Berdasarkan lokasi tumor dapat dibagi menjadi :
 Tumor intradural
 Ekstramedular
 Cleurofibroma
 Meningioma intramedural
 Apendimoma
 Astrocytoma
 Oligodendroglioma
 Hemangioblastoma
 Tumor ekstradural

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT Scan : Memberi informasi spesifik mengenal jumlah, ukuran,
kepadatan, jejas tumor, dan meluasnya edema serebral sekunder serta
member informasi tentang sistem vaskuler
2. MRI :Membantu dalam mendeteksi jejas yang kecil dan tumor didalam
batang otak dan daerah hiposisis, dimana tulang menggangu dalam
gambaran yang menggunakan CT Scan
3. Biopsistereotaktik : Dapat mendiagnosa kedudukan tumor yang dalam
dan untuk memberi dasar pengobatan serta informasi prognosisi
4. Angiografi : Memberi gambaran pembuluh darah serebal dan letak tumor
5. Elektroensefalografi( EEG ) : Mendeteksi gelombang otak abnormal.

G. PENATALAKSANAAN
Metode umum untuk penatalaksanaan tumor otak meliputi:

1. Pembedahan
o Pembedahan intracranial biasanya dilakukan untuk seluruh tipe kondisi
patologi dari otak untuk mengurangi TIK dan mengangkat tumor.
o Pembedahan ini dilakukan melalui pembukaan tengkorak, yang disebut
dengan Craniotomy.
o Perawatan pre operasi pada pasien yang dilakukan pembedahan
intracranial adalah:
a. Mengkaji keadaan neurologi dan psikologi pasien
b. Memberi dukungan pasien dan keluarga untuk mengurangi perasaan-
perasaan takut yang dialami.
c. Memberitahu prosedur tindakan yang akan dilakukan untuk
meyakinkan pasien dan mengurangi perasaan takut.
d. Menyiapkan lokasi pembedahan, yaitu: kepala dengan menggunakan
shampo antiseptik dan mencukur daerah kepala.
o Menyiapkan keluarga untuk penampilan pasien yang dilakukan
pembedahan, meliputi :
a. Balutan kepala.
b. Edema dan ecchymosis yang biasanya terjadi dimuka.
c. Menurunnya status mental sementara.
Perawatan post operasi, meliputi :

a. Mengkaji status neurologi dan tanda-tanda vital setiap 30 menit untuk 4 -


6 jam pertama setelah pembedahan dan kemudian setiap jam. Jika
kondisi stabil pada 24 jam frekuensi pemeriksaan dapat diturunkan
setiap 2 samapai 4 jam sekali.
b. Monitor adanya cardiac aritmia pada pembedahan fossa posterior akibat
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
c. Monitor intake dan output cairan pasien. Batasi intake cairan sekitar
1.500 cc / hari.
d. Lakukan latihan ROM untuk semua ekstremitas setiap pergantian dinas.
e. Pasien dapat dibantu untuk alih posisi, batuk dan napas dalam setiap 2
jam.
f. Posisi kepala dapat ditinggikan 30 -35 derajat untuk meningkatkan aliran
balik dari kepala. Hindari fleksi posisi panggul dan leher.
g. Cek sesering mungkin balutan kepala dan drainage cairan yang keluar.
h. Lakukan pemeriksaan laboratorium secara rutin, seperti : pemeriksaan
darah lengkap, serum elektroit dan osmolaritas, PT, PTT, analisa gas
darah.
i. Memberikan obat-obatan sebagaimana program, misalnya :
antikonvulsi,antasida, atau antihistamin reseptor, kortikosteroid.
j. Melakukan tindakan pencegahan terhadap komplikasi post operasi.

2. Radioterapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang pula
merupakan therapi tunggal. Adapun efek samping : kerusakan kulit di
sekitarnya, kelelahan, nyeri karena inflamasi pada nervus atau otot pectoralis,
radang tenggorkan.

3. Chemoterapi
Kemoterapi dilakukan dalam berbagai cara, termasuk secara sistemik,
intracranial atau dengan memasukkan polimer yang membawa agen
kemoterapi secara langsung ke jaringan tumor. Masalah utama dengan
komplikasi depresi sum-sum tulang, paru, dan hepar tetap merupakan factor
penyulit utama dalam kemoterapi. Sawar darah otak juga mempersulit
pemberian agen kemoterapi. Penelitian sawar darah otak dengan manitol
hiperosmotik member hasil yang mengecewakan, penelitian mengenai
penggunaan dexametason untuk menutup sawar darah otak dan efek obat
antiepilepsi pada metabolism obat kemoterapi masih terus dilakukan dan
mulai memberikan hasil.
4. Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk tumor yang sudah
bermetastase.
5. Terapi Steroid
Steroid secara dramatis mengurangi edema sekeliling tumor intrakranial,
namun tidak berefek langsung terhada tumor.Pemilihan terapi ditentukan
dengan tipe dan letak dari tumor. Suatu kombinasi metode sering dilakukan.

H. KOMPLIKASI
1. Gangguan fungsi neurologis
2. Gangguan kognitif
3. Gangguan tidur dan mood
4. Disfungsi seksual
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SOL
A. Pengkajian
1. Anamnesis
a. Identitas klien : nama, usia, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tgl MRS, askes, dst.
b. Keluhan utama : nyeri kepala disertai penurunan kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang : demam, anoreksi dan malaise peninggian
tekanan intrakranial serta gejala nerologik fokal.
d. Riwayat penyakit dahulu : pernah, atau tidak menderita infeksi telinga
(otitis media, mastoiditis) atau infeksi paru – paru (bronkiektaksis, abses
paru, empiema), jantung (endokarditis), organ pelvis, gigi dan kulit).
2. Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum
- Pola fungsi kesehatan
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : malaise
Tanda : Ataksia, masalah berjalan, kelumpuhan, gerakan involunter.
b. Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat kardiopatologi, seperti endokarditis
Tanda : TD : meningkat
N : menurun (berhubungan dengan peningkatan TIK dan pengaruh pada
vasomotor).
c. Eliminasi
Gejala : -
Tanda : adanya inkonteninsia dan atau retensi.
d. Nutrisi
Gejala : kehilangan nafsu makan, disfagia (pada periode akut)
Tanda : anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa kering.
e. Hygiene
Gejala : -
Tanda : ketergantungan terhadap semua kebutuhan, perawatan diri
(pada periode akut).
f. Neurosensori
Gejala : sakit kepala, parestesia, timbul kejang, gangguan penglihatan.
Tanda : penurunan status mental dan kesadaran. Kehilangan memori,
sulit dalam keputusan, afasia, mata : pupil unisokor (peningkatan TIK),
nistagmus, kejang umum lokal.
g. Nyeri / kenyamanan
Gejala : sakit kepala mungkin akan diperburuk oleh ketegangan, leher /
pungung kaku.
Tanda : tampak terus terjaga, menangis / mengeluh.
h. Pernapasan
Gejala : adanya riwayat infeksi sinus atau paru
Tanda : peningkatan kerja pernapasan (episode awal). Perubahan mental
(letargi sampai koma) dan gelisah
i. Keamanan
Gejala : adanya riwayat ISPA / infeksi lain meliputi : mastoiditis,
telingatengah, sinus abses gigi, infeksi pelvis, abdomen atau kulit, fungsi
lumbal, pembedahan, fraktur pada tengkorak / cedera kepala.

Pola Fungsional Gordon


1. Persepsi Kesehatan – Pola Manajemen Kesehatan
Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga melanjutkan perawatan di
rumah.
2. Pola nutrisi – Metabolik
Penurunan BB dan malnutrisi umum. Keinginan pasien untuk makan
terganggu oleh ketidak sadaran pasien.
3. Pola Eliminasi
Dengan pengeluaran melalui saluran kencing, usus, kulit dan paru maka
tubuh dibersihkan dari bahan – bahan yang melebihi kebutuhan dan dari
produk buangan.
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Pasien tidak dapat melakukan aktivitas dan latihan karena mengalami
penurunan kesadaran.
5. Pola Persepsi Kognitif
Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya
ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.
6. Pola Tidur dan Istirahat
Pada pasien pola istirahat dan tidur tidak dapat dikaji karena mengalami
penurunan kesadaran.
7. Konsep Diri dan Persepsi Diri
Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image, body
comfort.
8. Peran dan Pola Hubungan
Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah
sakit. Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab atau perubahan
kapasitas fisik untuk melaksanakan peran (Doenges,1993).
9. Pola Reproduktif dan Sexual
Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial dan alat reproduksi
(Doenges,1993).
10. Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi
Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan, rumah
(Doenges,1993).
11. Pola Keyakinan dan Nilai
Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama
yang dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini
diharapkan perawat dalam memberikan motivasi dan pendekatan
terhadap klien dalam upaya pelaksanaan ibadah (Mediana,1998).
3. Diagnosa Keperawatan
NO Diagnosa NOC NIC
1 Gangguan perfusi Status Neurologis : Kesadaran Aktivitas :
jaringan cerebral tidak Indikator : 1. Pantau status neurologis dengan teratur dan
efektif b.d penghentian 1. Buka mata terhadap stimulus bandingkan dengan keadaan normalnya seperti
aliran darah eksternal GCS
2. Orientasi kognitif 2. Pantau frekuensi dan irama jantung
3. Kemunikasi yang tepat 3. Pantau suhu juga atur suhu lingkungan sesuai
dengan situasi kebutuhan. Batasi penggunaan selimut dan
4. Mematuhi perintah lakukan kompres hangat jika terjadi demam
5. Aktivitas kejang tidak ada 4. Pantau masukan dan pengeluaran, catat
6. Fleksi normal karakteristik urin, tugor kulit dan keadaan
7. Ekstensi normal membrane mukosa
5. Gunakan selimut hipotermia
6. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
seperti steroid, klorpomasin, asetaminofen

2 Nyeri akut b.d a. Tingkat kenyamanan a. Manajemen nyeri


peningkatan TIK Klien diharapkan melaporkan : Aktivitas :
 Nyeri berkurang 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
 Kecemasan berkurang termasuk lokasi karakteristik, durasi, frekuensi,
 Stres berkurang kualitas, dan factor presipitasi
 Ketakutan berkurang 2. Observasi reaksi non verbal dari
ketidaknyamanan
3. Kaji kebiasaan yang mempengaruhi respion nyeri
b. Kontrol nyeri 4. Pilih dan lakukan penanganan nyeri
Klien diharapkan : 5. Ajarkan pasien untuk memonitor nyeri
 Menggunakan analgesik 6. Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan
 Memantau gejala nyeri dari dan tindakan nyeri tidak berhasil
waktu ke waktu 7. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen
 Menjelaskan faktor – faktor nyeri
penyebab nyeri 8. Tanyakan pada pasien apa saja hal yang
 Mengunakan langkah-langkah memberatkan rasanya nyeri
pencegahan 9. Tanyakan pada pasien teknik apa saja yang dapat
 Menggunakan bantuan non mngurangi rasa nyeri yang di rasakan.
analgesik seperti yang di 10. Ajarkan pasien teknik relaksasi.
rekomendasikan
 Melaporkan perubahan dalam
perubahan gejala nyeri
b. Analgesik administrasi
Aktivitas :
c. Menentukan lokasi nyeri, karakteristik, kualitas
dan tingkat keparahan sebelum mengobati pasien
d. Memeriksa perintah medis untuk obat, dosis dan
frekuensi yang ditentukan analgesik
e. Memeriksa alergi obat
f. Mengevaluasi kemampuan pasien untuk
participitate dalam pemilihan analgesik, rute, dan
dosis, dan melibatkan pasien,
g. Memilih analgesik sesuai atau kombinasi dari
analgesik ketika lebih dari satu yang diresepkan
h. Menentukan pilihan analgesik, berdasarkan jenis
dan severiry rasa sakit
i. Menentukan analgesik pilihan, rute pemberian,
dan dosis analgesik yang optimal
j. Memantau tanda-tanda vital sebelum dan setelah
pemberian analgesik narkotik diatas dosis
k. Memfasilitasi respon terhadap analgesik
l. Mengelola analgesik
m. Menginformasikan kepada pasien efek samping
dari analgesic
n. Mengevaluasi efektivitas analgesik pada interval
yang sering dan teratur setelah pemberian
masing-masing, terutama setelah dosis awal,
o. Amati juga tanda-tanda dan gejala dari efek tak
diinginkan.

3 Ketidakseimbangan a. Status nutrisi a. Terapi nutrisi


nutrisi kurang dari Indikator : Aktifitas :
kebutuhan tubuh b.d  Atur makanan dan cairan serta hitung berapa
penurunan nafsu makan -diharapkan normal: jumlah kalori yang seharusnya masuk
 Tentukan makanan yang seharusnya dimakan
 Intake nutrisi cukup untuk mencukupi kebutuhan tubuh klien
 Intake makanan cukup  Tentukan apakah klien butuh alat bantu makan
 Intake cairan cukup atau tidak terkait mual yang dirasakan
 Hematokrit  Tingkatkan intake makanan tinggi kalsium yang
 Hidrasi seharusnya di perlukan
 Hemoglobin  Berikan makanan tinggi protein untuk
 Albumin darah meningkatkan proteksi tubuh
 Pilihkan klien makanan yang lembut, tidak asam
dan lunak yang seharusnya dimakan agar tidak
mual
 Sediakan nutrisi yang dibutuhkan oleh klien
sesuai dengan yang dibutuhkan klien : kalsium,
b. Status nutrisi : intake
zat besi, mineral, vitamin, karbohidrat, lemak,
nutrisi
protein
Indikator :
 Intake kalori normal
 Intake protein normal
 Intake lemak normal b. Monitoring nutrisi
 Intake karbohidrat normal Aktivitas :
 Intake vitamin normal  Memantau interval perubahan berat badan
 Intake mineral normal klien
 Intake zat besi normal  Memonitor respon emosional klien terhadap
 Intake kalsium normal makanannya
 Memoitor tempat sekitar ia makan
 Memonitor jadwal pengobatan dan prosedur
pada lain waktu selain pada waktu makan
 Memonitor tingkat kekeringan kulit yang
terkelupas dengan depigmentasi
 Memantau turgor kulit
 Monitor untuk rambut: kering, tipis dan mudah
rontok
 Monitor untuk mual dan muntah
 Memantau tingkat albumin, total protein,
hemoglobin dan hematokrit
 Memantau tingkat limfosit dan elektrolit
 Memantau dan memilih makanan yang sesuai
 Memonitor tingkat energi, malaise, kelelahan,
dan kelemahan
 Menyediakan makanan dan cairan yang optimal
4. Implementasi

Melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah di buat


di dalam intervensi keperawatan pasien.

5. Evaluasi

Evaluasi sumatif disesuaikan dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
disusun di dalam intervensi untuk mengetahui masalah pasien telah teratasi
ataupun tidak, sehingga dapat ditentukan rencana selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Brenda G. Bare, Suzanne C. Smeltzer. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC.

Batticaca, Fransisca. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan

Sistem Persarafan. Jakarta :Salemba Medika.

Doenges.EM.2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

Price, Sylvia A.2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses

Penyakit Edisi 6 Vol.2. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai