PENGANTAR
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu Piridinium Klorokromat (PCC)
2. Mengetahui hasil penelitian Piridinium Klorokromat (PCC pada kedua jurnal
3. Mengetahui bagaimana cara tahap-tahap kerja Piridinium Klorokromat (PCC) pada kedua
jurnal.
II
RINGKASAN ISI JURNAL
2.1 Identitas Jurnal
Jurnal I
Judul : Oksidasi 3-(3,4-dimetoksifenil)-propanol dengan
menggunakan Oksidator Piridinium Klorokromat
(PCC) (Oxidation of 3-(3,4-dimethoxyphenyl)-
propanol using Pyridinium Chlorochromate (PCC)
as an Oxidator)
Jurnal : JSKA
ISSN : -
Volume dan Halaman : Vol. 10 No.3, -
Tahun : 2007
1
Penulis : Ngadiwiyana, 2Ismiyarto, 3Ayu Ratri Kartika Iriany
Jurnal II
Judul : Kajian Mekanisme Reaksi Oksidasi Kariolanol
Dengan Oksidator Selektif Piridinium Klorokromat
(PCC)
Jurnal : Jurnal Kimia Indonesia
ISSN : -
Volume dan Halaman : Vol. 2 No. 1, 7-12
Tahun : 2007
Penulis : Sudarmin
Berdasarkan spektra FTIR yang didapat, diketahui bahwa senyawa hasil oksidasi senyawa
3-(3,4dimetoksifenil)-propanol diperkirakan memiliki gugus aldehid, metoksi dan cincin aromatis.
Kemudian untuk mengetahui struktur dari senyawa hasil oksidasi dilakukan analisis dengan
menggunakan instrument GC-MS. Dari hasil analisis GC-MS dapat terlihat untuk puncak
kromatogram nomor 3 dengan waktu retensi 20,797 menit adalah puncak senyawa 3-(3,4-
dimetoksifenil)propanal dengan m/e = 194 dan memiliki kelimpahan sebesar 64,5 %, sedangkan
senyawa 3-(3,4-dimetoksifenil)-propanol yang belum bereaksi ditunjukkan pada puncak nomor 7
dengan m/e =196 dan kelimpahan sebesar = 2,3 % (tR= 22,1 menit).
Sehingga dari hasil penelitian didapatkan data untuk kondisi reaksi oksidasi senyawa 3-
(3,4-dimetoksifenil)propanol selama 3 jam pengadukkan dengan perbandingan mol oksidator
reaktan 2:1 dan suhu reaksi 30 0C menghasilkan kemurnian senyawa 3-(3,4-
dimetoksifenil)propanal sebesar 64,5%, hasil yang diperoleh belum optimal terbukti dengan masih
terdapatnya senyawa 3-(3,4dimetoksifenil)-propanol dalam larutan.
Jurnal II
Reaksi OM-DM pada Kariofilena Dengan Pelarut THF-Air. Bahan kariofilena diisolasi
dari minyak cengkeh, sedangkan prosedur kerja oksimerkurasi-demerkurasi dalam pelarut THF-air
diadaptasi dari Vogel’s. Reaksi Oksidasi Kariolanol Menjadi Kariofilanon dengan PCC.
Analisis Produk Reaksi OM-DM kariofilena Dengan Inframerah. Analisis struktur
terhadap produk senyawa kariolanol (turunan alkohol kariofilena) melalui reaksi oksimerkurasi
demerkurasi pelarut THF-air, Hasil spektra Inframerah (IR) produk reaksi OM-DM kariofilena
pealarut THF-air diketahui adanya perbedaan gugus fungsional pada kedua spektra Inframerah (IR)
tersebut. Hasil analisis struktur dengan IR, maka produk reaksi OM-DM pelarut THF-air sebagai
kariolanol yang ditandai munculnya serapan gugus hidroksil (-OH) pada serapan 3400 – 1450 cm-
1 dan 1100-1000 cm-1 yang tajam yang karakteristik untuk suatu senyawa diol, sedangkan ikatan
C–O dari gugus hidroksil ditandai serapan pada 1080-1100 cm-1. Berdasarkan data spektra IR,
maka diketahui bahwa pada reaksi OM-DM kariofilena pelarut THF-air, maka terjadi penyerangan
oleh gugus merkuri asetat, hidrasi, dan demerkurasi pada ikatan rangkap kariofilena se-hingga
dihasilkan senyawa kariolanol sebagai klovanadiol.
Analisis struktur produk oksidasi Kariolanol dengan PCC. Dalam upaya memantau
mekanisme reaksi dari oksidasi kariolanol dengan PCC (Piridinium klorokromat) pelarut
diklorometana, maka dilakukan pemantauan uji struktur berdasarkan perubahan munculnya
serapan gugus fungsional antara sebelum dan sesudah reaksi oksidasi menggunakan alat
spektrofotometer Inframerah (IR). Berdasarkan hasil analisis struktur dengan IR, maka tampak
jelas bahwa senyawa kariolanol setelah reaksi oksidasi dengan PCC memang muncul peak
(puncak) baru yaitu dua puncak yaitu serapan 1710 cm-1, selain itu dari gambar spektra masih
ditemukan puncak serapan gugus hidroksil 3421-3400 cm-1 yang diperkuat ikatan C-O dari
hidroksil pada serapan 1200-1257 cm-1. Dari data spektra di atas, maka peneliti berpendapat sudah
terjadinya reaksi oksidasi pada salah satu gugus hidroksil dari senyawa kariolanol, sehingga gugus
hidroksil tersebut dioksidasi dan dihasilkan keton.
Hipotesis Mekanisme Reaksi OM-DM Kariofilena dalam PelarutTHF-air. Berdasarkan
data IR dan NMR, maka mekanisme reaksi OMDM kariofilena dalam pelarut THF-air, peneliti
hipotesiskan sebagai berikut: Reaksi oksimerkurasi demerkurasi kariofilena dalam pelarut THF-
air; sehingga dihasilkan senyawa kariolanol.
b) Kemutakhiran Konsep
Pada jurnal satu masih memerlukan penelitian lebih lanjut mengenai optimalisasi
produk reaksi, sedangkan pada jurnal dua tidak memerlukan penelitian lebih lanjut.
Pada kedua jurnal tidak dituliskan daerah penelitiannya, hanya menggunakan
metodologi atau teknologi apa, dan hanya berfokus pada PLTN
V
KESIMPULAN DAN SARAN
a) Kesimpulan
Dari kajian proses steam reforming gas alam dengan reaktor membran menggunakan
sumber energi panas reaktor nuklir temperatur medium, dapat disimpulkan bahwa
pemanfaatan reaktor membran pada proses steam reforming gas alam akan menguntungkan
karena unit pabrik menjadi jauh lebih kompak, mengingat fungsi WGS dan PSA dapat
dihilangkan karena reaktor membran mampu mengambil alih fungsi tersebut. Temperatur
operasi proses steam reforming gas alam dengan reaktor membran yang lebih rendah,
memungkinkan untuk aplikasi panas reaktor nuklir temperatur medium. Sedangkan pada
kajian proses steam reforming gas alam dengan menggunakan temperatur tinggi yaitu ada
tiga teknologi produksi hidrogen dengan memanfaatkan energi nuklir, yaitu elektrolisis,
steam reforming dan termokimia siklus sulfur-iodine, masing-masing mempunyai
keuntungan dan kerugian. Hasil studi menggunakan pembobotan nilai menyimpulkan
bahwa teknologi steam reforming adalah lebih unggul dibanding dengan yang lain ditinjau
dari biaya produksi, biaya modal, biaya energi, status teknologi, keramahan terhadap
lingkungan, efisiensi dan material yang digunakan, sehingga teknologi ini lebih menjadi
pilihan untuk produksi hidrogen.
b) Saran
Sebaiknya produksi hidrogen dengan reaktor nuklir atau energi nuklir dilakukan dengan
cara steam reforming karena hidrogen yang didapatkan akan lebih murni, apalagi dengan
menggunakan membran perm-selektive, tidak mengurangi CO2. Tidak masalah mau
menggunakan temperatur tinggi maupun medium, asalkan hasil yang didapat lebih bagus.