Anda di halaman 1dari 18

Hidrokarbon dan Turunannya

CRITICAL JURNAL REVIEW

Dosen Pengampu: Drs. Bajoka Nainggolan, M.S

OLEH:

NAMA : YOLANDA AGUSTIN


NIM : 4173331051

Kimia Dik D 2017

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkah,
karunia, dan rahmat-Nya sehingga pada akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas
critical jurnal review, ini disusun sebagai dasar acuan dalam memahami secara
mendalam mengenai alcohol dan eter dan untuk meningkatkan keefektifan
perkuliahan mahasiswa dalam matakuliah hidrokarbon dan turunannya. Dalam
penyusunan materi pembahasan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang
dihadapi oleh kami, namun dengan penuh kesabaran, bantuan, dorongan serta
bimbingan dari orang tua, dosen matakuliah dan pihak-pihak terkait, akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan segala petunjuk, kritik, dan saran
membangun dari pembaca agar dapat menunjang pengembangan dan perbaikan
makalah selanjutnya.
Akhir kata, kami memohon maaf atas adanya kekurangan dalam
pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat berguna untuk menambah
wawasan bagi semua pihak dan dapat berkembang dengan baik untuk
kedepannya.

Medan, Desember 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan.......................................................................................................2
1.3 Manfaat.....................................................................................................2
BAB II ISI JURNAL...........................................................................................3
2.1 Identitas Jurnal..........................................................................................3
2.2 Ringkasan Isi Jurnal..................................................................................3
BAB III PENILAIAN…...…………………………………………………....10
3.1 Keunggulan……….……………………………………………………10
3.2 Kelemahan.……………………………………………………………..12
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………..13
4.1 Kesimpulan……………………………………………………….........13
4.2 Saran……………………………………………………………….......13
DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 RASIONALISASI PENTINGNYA CJR

Melakukan Critical Journal Riview pada suatu jurnal dengan


membandingkannya dengan journal lain sangat penting dilakukan, karena dari
kegiatan tersebut kita bisa menemukan kekurangan dan kelebihan dari jurnal yang
di bandingkan. Kemudian setelah kita bisa menemukan beberapa kekurangan
tersebut maka dapat memperoleh suatu informasi yang kompeten pada jurnal
tersebut dengan cara menggabungkan beberapa informasi dari jurnal
pembandingnya

1.2 TUJUAN PENULISAN CJR

1. Menanambah pengetahuan tentang alcohol dan eter dan melengkapi tugas


perkulliahan mata kulliah kimia organik
2. Meningkatkan daya analisa dan pengetahuan berkaitan dengan dengan
alkohol dan eter
3. Menguatkan kemampuan melakukan Critical Journal Review

1.3 MANFAAT CJR

1. Untuk menambah pengetahuan dan wawsan mahasiswa tentang Critical


Journal Review
2. Memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang alkohol dan eter
3. Untuk mengetahui banyak hal tentang Critical Journal Review

3
BAB II

ISI JURNAL

2.1 INDENTITAS JURNAL

1. Jurnal I
Judul : Oksidasi 3-(3,4-dimetoksifenil)-propanol dengan
menggunakan Oksidator Piridinium Klorokromat
(PCC) (Oxidation of 3-(3,4-dimethoxyphenyl)-
propanol using Pyridinium Chlorochromate
(PCC) as an Oxidator)

Jurnal : JSKA
Volume dan Halaman : Vol. 10 No.3, -
Tahun : 2007
Penulis : 1Ngadiwiyana, 2
Ismiyarto, 3
Ayu Ratri Kartika
Iriany

2. Jurnal II
Judul : Kajian Mekanisme Reaksi Oksidasi Kariolanol
Dengan Oksidator Selektif Piridinium
Klorokromat (PCC)

Jurnal : Jurnal Kimia Indonesia


Volume dan Halaman : Vol. 2 No. 1, 7-12
Tahun : 2007
Penulis : Sudarmin

3. Jurnal III

4
Judul : Alcohol (ethanol and diethyl ethyl ether)- diesel
blended fuels for diesel engine applications-A
feasible solution

Jurnal : Adv Automob


Volume dan Halaman : Vol. 4 No.1
Tahun : 2015
Doi : 10.4172/2167-7670.1000117
Penulis : Banapumath NR, Khandal SV, RaganathaSwamy
L, and Chandrashekar TK

4. Jurnal IV
Judul : Catalytic Etherification of Glycerol with Alcohols

Jurnal : Materials Science and Applied Chemistry


Tahun : 2013
Doi : 10. 7250/msac.2013.0112013/28
Penulis : Modris Roze, Valdis Kampars, Kristine Teivena,
Ruta Kampare, Edvard Liepins

2.2 RINGKASAN ISI JURNAL

1. Jurnal I
Sintesis piridinium klorokromat dilakukan dengan menambahkan piridin
pada senyawa kromat-klorida pada suhu 0 0C. Untuk mekanisme reaksi yang
terjadi pasangan elektron bebas pada piridin bertindak sebagai nukleofil dan akan
menyerang atom hidrogen pada senyawa kromat membentuk garam piridinium
klorokromat (PCC).
Pada reaksi oksidasi senyawa 3(3,4-dimetoksifenil)-propanol dengan
oksidator Piridinium Klorokromat kondisi reaksi oksidasi harus bebas air, apabila
terdapat air maka aldehid yang dihasilkan akan teroksidasi lebih lanjut
membentuk produk samping suatu senyawa asam karboksilat. Reaksi oksidasi

5
senyawa 3(3,4-dimetoksifenil)-propanol berlangsung melalui pembentukan
senyawa antara ester kromat. Reaksi yang terjadi adalah atom Cr akan diserang
oleh nukleofil yang berasal dari gugus –OH pada 3-(3,4 dimetoksifenil)-propanol
dan gugus Cl akan lepas sehingga membentuk suatu senyawa kromat ester.
Berdasarkan spektra FTIR yang didapat, diketahui bahwa senyawa hasil
oksidasi senyawa 3-(3,4dimetoksifenil)-propanol diperkirakan memiliki gugus
aldehid, metoksi dan cincin aromatis. Kemudian untuk mengetahui struktur dari
senyawa hasil oksidasi dilakukan analisis dengan menggunakan instrument GC-
MS. Dari hasil analisis GC-MS dapat terlihat untuk puncak kromatogram nomor 3
dengan waktu retensi 20,797 menit adalah puncak senyawa 3-(3,4-
dimetoksifenil)propanal dengan m/e = 194 dan memiliki kelimpahan sebesar 64,5
%, sedangkan senyawa 3-(3,4-dimetoksifenil)-propanol yang belum bereaksi
ditunjukkan pada puncak nomor 7 dengan m/e =196 dan kelimpahan sebesar = 2,3
% (tR= 22,1 menit).
Sehingga dari hasil penelitian didapatkan data untuk kondisi reaksi
oksidasi senyawa 3-(3,4-dimetoksifenil)propanol selama 3 jam pengadukkan
dengan perbandingan mol oksidator reaktan 2:1 dan suhu reaksi 30 0C
menghasilkan kemurnian senyawa 3-(3,4-dimetoksifenil)propanal sebesar 64,5%,
hasil yang diperoleh belum optimal terbukti dengan masih terdapatnya senyawa 3-
(3,4dimetoksifenil)-propanol dalam larutan.

2. Jurnal II
Reaksi OM-DM pada Kariofilena Dengan Pelarut THF-Air. Bahan
kariofilena diisolasi dari minyak cengkeh, sedangkan prosedur kerja
oksimerkurasi-demerkurasi dalam pelarut THF-air diadaptasi dari Vogel’s. Reaksi
Oksidasi Kariolanol Menjadi Kariofilanon dengan PCC.
Analisis Produk Reaksi OM-DM kariofilena Dengan Inframerah. Analisis
struktur terhadap produk senyawa kariolanol (turunan alkohol kariofilena) melalui
reaksi oksimerkurasi demerkurasi pelarut THF-air, Hasil spektra Inframerah (IR)
produk reaksi OM-DM kariofilena pealarut THF-air diketahui adanya perbedaan
gugus fungsional pada kedua spektra Inframerah (IR) tersebut. Hasil analisis
struktur dengan IR, maka produk reaksi OM-DM pelarut THF-air sebagai

6
kariolanol yang ditandai munculnya serapan gugus hidroksil (-OH) pada serapan
3400 – 1450 cm-1 dan 1100-1000 cm-1 yang tajam yang karakteristik untuk
suatu senyawa diol, sedangkan ikatan C–O dari gugus hidroksil ditandai serapan
pada 1080-1100 cm-1. Berdasarkan data spektra IR, maka diketahui bahwa pada
reaksi OM-DM kariofilena pelarut THF-air, maka terjadi penyerangan oleh gugus
merkuri asetat, hidrasi, dan demerkurasi pada ikatan rangkap kariofilena se-hingga
dihasilkan senyawa kariolanol sebagai klovanadiol.
Analisis struktur produk oksidasi Kariolanol dengan PCC. Dalam upaya
memantau mekanisme reaksi dari oksidasi kariolanol dengan PCC (Piridinium
klorokromat) pelarut diklorometana, maka dilakukan pemantauan uji struktur
berdasarkan perubahan munculnya serapan gugus fungsional antara sebelum dan
sesudah reaksi oksidasi menggunakan alat spektrofotometer Inframerah (IR).
Berdasarkan hasil analisis struktur dengan IR, maka tampak jelas bahwa senyawa
kariolanol setelah reaksi oksidasi dengan PCC memang muncul peak (puncak)
baru yaitu dua puncak yaitu serapan 1710 cm-1, selain itu dari gambar spektra
masih ditemukan puncak serapan gugus hidroksil 3421-3400 cm-1 yang diperkuat
ikatan C-O dari hidroksil pada serapan 1200-1257 cm-1. Dari data spektra di atas,
maka peneliti berpendapat sudah terjadinya reaksi oksidasi pada salah satu gugus
hidroksil dari senyawa kariolanol, sehingga gugus hidroksil tersebut dioksidasi
dan dihasilkan keton.
Hipotesis Mekanisme Reaksi OM-DM Kariofilena dalam PelarutTHF-air.
Berdasarkan data IR dan NMR, maka mekanisme reaksi OMDM kariofilena
dalam pelarut THF-air, peneliti hipotesiskan sebagai berikut: Reaksi
oksimerkurasi demerkurasi kariofilena dalam pelarut THF-air; sehingga
dihasilkan senyawa kariolanol.
Tahap berikutnya senyawa kariolanol, selanjutnya mengalami reaksi
siklisasi dan penataan ulang sehingga dihasilkan senyawa kariolanol sebagai
klovanadiol. Dengan melihat hasil reaksi oksimerkurasidemerkurasi (OM-DM)
kariofilena pelarut THF air, maka dihasilkan kariolanol. Senyawa kariolanol
menurut nama IUPAC adalah 7-metildekahidro-3, 7-mentano-
siklopentasiloktaena-3,7diol.

7
Hipotesis Mekanisme Reaksi Oksidasi Klovanadiol dengan PCC.
Berdasarkan produk OM-DM, maka reaksi oksidasi PCC dalam pelarut di-
klorometana maka oksidator akan menyerang pada gugus hidroksil pada posis

8
3. Jurnal III

Mesin diesel paling populer juga dikenal penggerak utama efisien antara
mesin pembakaran internal karena sederhana, konstruksi kuat mereka ditambah
dengan efisiensi termal yang tinggi dan output daya spesifik dengan ekonomi
yang lebih baik bahan bakar, rentang hidup lebih lama dan kehandalan yang
menghasilkan lebar mereka digunakan tersebar transportasi, pembangkit listrik
termal dan banyak aplikasi lebih industri dan pertanian. Meskipun banyak
keuntungan, mesin diesel secara inheren kotor dan merupakan kontributor paling
signifikan dari berbagai udara polusi gas buang seperti partikulat (PM), oksida
nitrogen (NOx), karbon monoksida (CO) dan senyawa berbahaya lainnya yang
berkontribusi masalah kesehatan masyarakat yang serius. Partikulat (PM) emisi
dari pembakaran diesel berkontribusi Hazes perkotaan dan regional. 3dan PM.
emisi NOx dari kendaraan diesel memainkan peran utama dalam pembentukan
ozon permukaan tanah. Ozon adalah paru-paru dan iritasi pernapasan
menyebabkan berbagai masalah kesehatan yang berhubungan dengan pernapasan,
termasuk nyeri dada, batuk, dan sesak napas. Partikulat telah dikaitkan dengan
kematian dini, dan peningkatan gejala pernafasan dan penyakit. Selain itu, ozon,
NO, dan partikel.
Tujuan untuk meningkatkan pembakaran, mengurangi polusi dan
meningkatkan kinerja mesin diesel telah diintensifkan penelitian di mesin diesel.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dipersepsikan pembakaran, kinerja dan
emisi karakteristik mesin diesel yang menggunakan bahan bakar oksigen (agen
blending). Dalam pandangan ini, penyelidikan eksperimental dilakukan pada
silinder empat air tak langsung injeksi tunggal didinginkan mesin diesel
menggunakan bahan bakar etanol dan dietil eter dicampur dalam rasio volume
yang berbeda dengan bahan bakar diesel.
Penyelidikan eksperimental dilakukan dengan empat campuran yang
berbeda dari etanol (E0 -neat diesel, E5, E10, E15 dan E20) dan dietil eter (DEE0
- rapi diesel, DEE5, DEE10, DEE15 dan DEE20) untuk menilai dampak dari
menggunakan etanol dan dietil eter-diesel memadukan pada mesin diesel kinerja,
pembakaran dan emisi. Selain itu, 2% Etil asetat telah ditambahkan ke etanol
diesel campuran untuk mempertahankan homogenitas dan mencegah ketegangan

9
antar muka antara dua cairan. Untuk nilai kecepatan dan kompresi rasio yang
sama, bahan bakar dicampur berbeda serta solar murni, berbagai parameter mesin
seperti rem efisiensi termal dan konsumsi bahan bakar, parameter pembakaran
seperti tekanan dan emisi gas buang puncak silinder seperti asap opacity,
hidrokarbon, CO, dan NOx, diukur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi termal brake meningkat
dengan peningkatan etanol dan isi DEE di bahan bakar dicampur pada kondisi
operasional secara keseluruhan. Pada beban yang lebih tinggi, tingkat emisi CO
berkurang diamati untuk campuran etanol dan DEE pada beban tinggi. emisi HC
meningkat untuk semua campuran etanol dan DEE dibandingkan dengan bahan
bakar diesel karena konsumsi bahan bakar yang tinggi dan panas laten yang tinggi
penguapan yang menurunkan suhu silinder dan menyebabkan emisi hidrokarbon
tidak terbakar pada beban rendah.
Emisi NOx sedikit berkurang dengan etanol dan DEE memadukan
dibandingkan dengan diesel pada beban rendah. Selanjutnya, karena nilai yang
lebih rendah kalori dan panas laten yang tinggi penguapan etanol dan hasil DEE
berkurangnya temperatur nyala dan emisi NOx lebih rendah. Emisi NOx hampir
identik dibandingkan dengan diesel pada beban mesin yang lebih tinggi. Etanol
dan DEE menunjukkan emisi asap termurah pada beban mesin tinggi
dibandingkan dengan operasi bahan bakar diesel. Emisi NOx sedikit berkurang
dengan etanol dan DEE memadukan dibandingkan dengan diesel pada beban
rendah. Selanjutnya, karena nilai yang lebih rendah kalori dan panas laten yang
tinggi penguapan etanol dan hasil DEE berkurangnya temperatur nyala dan emisi
NOx lebih rendah. Emisi NOx hampir identik dibandingkan dengan diesel pada
beban mesin yang lebih tinggi. Etanol dan DEE menunjukkan emisi asap termurah
pada beban mesin tinggi dibandingkan dengan operasi bahan bakar diesel. Emisi
NOx sedikit berkurang dengan etanol dan DEE memadukan dibandingkan dengan
diesel pada beban rendah. Selanjutnya, karena nilai yang lebih rendah kalori dan
panas laten yang tinggi penguapan etanol dan hasil DEE berkurangnya temperatur
nyala dan emisi NOx lebih rendah.

4. Jurnal IV

10
Biodiesel adalah bahan bakar terbuat dari sumber daya terbarukan, seperti
minyak sayur atau lemak hewan, oleh transesterifikasi. Biodiesel kontribusi
kurang pemanasan global daripada bahan bakar fosil karena pengurangan CO2,
CO dan emisi hidrokarbon dari mesin. Hal ini juga mengurangi ketergantungan
nasional pada bahan bakar impor. Selama bertahun-tahun, gliserol terutama telah
dihasilkan dari petrokimia. Dalam beberapa tahun terakhir, peningkatan besar
dalam produksi biodiesel telah menyebabkan kelebihan produksi gliserol dan
banyak tanaman produksi sintetis telah ditutup atau dikurangi.
Oleh karena itu, penggunaan baru untuk gliserol yang dicari. Sekarang ahli
kimia mencoba untuk menggunakan gliserol sebagai sebuah blok bangunan untuk
produksi nilai tambah produk [1-3]. Gliserol merupakan sumber berbagai pelarut,
misalnya, eter gliserol dan ester, glikol propilena, gliserol karbonat, juga beberapa
produk oksidasi (misalnya, asam gliserat, asam ketomalonic) dan bahan kimia
lainnya (misalnya, akrolein). Oksigen aditif untuk bahan bakar juga merupakan
kesempatan besar bagi penggunaan baru dari gliserol. Gliserol tidak dapat
ditambahkan langsung ke bahan bakar karena dekomposisi dan polimerisasi pada
suhu tinggi, yang mengarah ke kerusakan mesin. Gliserol harus dimodifikasi
untuk derivatif, yang kompatibel dengan solar atau biodiesel, makhluk sebelum
ditambahkan ke bahan bakar. eter gliserol alkil bisa menjadi aditif bahan bakar
yang baik. Sintesis gliserol eter tert-butil dari isobutena dan gliserol dikatalisasi
oleh asam homogen.
eter gliserol bisa menjadi aditif bahan bakar yang baik. Dalam beberapa tahun
terakhir, esterifikasi gliserol telah diteliti secara luas. Kami mencoba untuk
melakukan sintesis eter gliserol menggunakan alkohol yang berbeda - etanol,
isopropanol, tert-butanol. Amberlyst- 15, Amberlyst-36, Montmorilonit K 10, β-
zeolit digunakan sebagai katalis. Reaksi esterifikasi antara gliserol dan alkohol
dilakukan di bawah tekanan atmosfer, dengan beroperasi pada temperatur yang
berbeda mulai dari 60 ° C dengan suhu mendidih, pada waktu reaksi yang berbeda
dan di kedua berbeda katalis / gliserol dan tingkat alkohol / gliserol.
Produk utama dari gliserol esterifikasi dengan tert-butanol adalah 1b monoeter.
Hasil dari 1b eter tergantung pada kondisi reaksi bervariasi 4-40%. Hasil terbaik
(40% yield) dicapai ketika Amberlyst 36 sebagai katalis dalam 5,5 wt.% Untuk

11
gliserol digunakan (Tabel 1). Upaya untuk meningkatkan konversi gliserol oleh
microwave atau iradiasi ultrasonik gagal dalam kedua kasus. Iradiasi dipercepat
reaksi, tetapi tingkat konversi gliserol atau hasil produk tidak berubah secara
signifikan. Maksimum konversi gliserol dalam kasus isopropanol dicapai setelah
40-50 menit, tetapi dalam kasus reaksi tert-butanol setelah 30-45 menit dan
kemudian reaksi berhenti.
Air bisa menghambat reaksi, karena itu penggunaan awal katalis kering dan
alkohol diadili, tetapi meningkatkan konversi gliserol hanya tidak signifikan.
Upaya untuk menambahkan air menghilangkan zat, seperti saringan molekul, juga
tidak memberikan hasil yang diharapkan, dan konversi gliserol rendah. Reaksi
lain dilakukan dalam larutan toluena, yang pada saat yang sama bekerja sebagai
menghilangkan zat air. Diamati bahwa penambahan toluena menjadi gliserol
dalam rasio 5-6: 1 dan penggunaan perangkap Dean-Stark signifikan
meningkatkan konversi gliserol. Empat katalis - Amberlyst 15, Amberlyst 36,
Montmorilonit K10, Zeolit β - diuji. Hasil terbaik dicapai ketika Amberlyst 36
digunakan sebagai katalis, gliserol (3% wt% menjadi gliserol.): Tert-butanol: rasio
toluena adalah 1: 4: 6 dan waktu reaksi adalah 3 jam. konversi gliserol dalam hal
ini adalah ~ 67% dan hasil dari 3-tert-butoxypropane-1,2-diol (1b) adalah 60%. Di
bawah kondisi reaksi ini, Amberlyst 15 dan Montmorilonit K10 kurang aktif.
Hasil panen dari alkylethers 1b, 3b adalah 54% dan 43%, masing-masing. β Zeolit
tidak dikerjakan tidak menunjukkan katalitik setiap aktivitas setelah pemanasan
pada 320 ° C selama 4 jam. β zeolit menunjukkan aktivitas yang sangat rendah.
Juga basah Amberlyst 15 tidak aktif. Ditemukan bahwa dalam reaksi tert-butanol
dengan gliserol, rasio monoalkylglycerol: jumlah dialkylglycerol tergantung pada
konsentrasi katalis dan waktu reaksi.

12
BAB III

PENILAIAN

3.1 KEUNGGULAN JURNAL


a) Kegayutan atau Keterkaitan antar Konsep
 Dalam Jurnal I dan Jurnal II sama-sama meneliti menggunakan
Oksidator Piridinium Klorokromat (PCC). Pada jurnal III
Penyelidikan eksperimental dilakukan dengan empat campuran
yang berbeda dari etanol (E0 -neat diesel, E5, E10, E15 dan E20)
dan dietil eter (DEE0 - rapi diesel, DEE5, DEE10, DEE15 dan
DEE20) untuk menilai dampak dari menggunakan etanol dan dietil
eter-diesel memadukan pada mesin diesel kinerja, pembakaran dan
emisi. Pada jurnal IV melakukan sintesis eter gliserol
menggunakan alkohol yang berbeda - etanol, isopropanol, tert-
butanol.
 Memang pada jurnal I dan II sama-sama menggunakan Oksidator
Piridinium Klorokromat (PCC) sebagai oksidatornya, tetapi pada
jurnal I menghasilkan senyawa 3-(3,4-dimetoksifenil)-propanal
yang berwarna coklat kehitaman dengan indeks bias = 1,57 dan
rendemen sebesar 71,3 %, dan pada jurnal II menghasilkan turunan
keton sebagai kariofilanon (senyawa ketol). Pada jurnal III emisi
HC meningkat untuk semua campuran etanol dan DEE
dibandingkan dengan bahan bakar diesel karena konsumsi bahan
bakar yang tinggi dan panas laten yang tinggi penguapan yang
menurunkan suhu silinder dan menyebabkan emisi hidrokarbon
tidak terbakar pada beban rendah. Pada jurnal IV hasil dari gliserol
esterifikasi dengan etanol, isopropanol dan tert-butanol dengan
adanya katalis heterogen - resin pertukaran ion, zeolit besar-pori
dan lempung montmorillonit

13
 Pada jurnal I menggunakan tahap-tahap kerja pada penelitian ini
adalah sintesis piridinium klorokromat (PCC), oksidasi senyawa
3(3,4-dimetoksifenil)-propanol dan analisis FT-IR dan GC-MS,
sedangkan pada jurnal dua menggunakan tahap-tahap kerja yaitu
reaksi kariofilena dengan pelarut THF-Air, reaksi kariofilena
dengan Inframerah, dan reaksi kariofilena dengan PCC.

b) Kemutakhiran Konsep
 Pada jurnal I oksidator PCC dapat disintesis dengan mereaksikan
HCl, CrO3 dan piridin pada suhu 0 0C dan menghasilkan padatan
jingga dengan titik leleh 160 0C-163 0C dan rendemen sebesar 85
% dan PCC dapat mengoksidasi senyawa 3-(3,4dimetoksifenil)-
propanol menjadi senyawa 3-(3,4-dimetoksifenil)-propanal yang
berwarna coklat kehitaman dengan indeks bias = 1,57 dan
rendemen sebesar 71,3 %. Pada jurnal II Reaksi oksidasi terhadap
senyawa kariolanol hasil reaksi OM-DM menggunakan oksidator
selektif PCC pelarut diklorometana, maka tahapan
mekanismenya terjadi penyerangan salah satu gugus hidroksil dari
kariolanol (klovanadiol) dan di-hasilkan turunan keton sebagai
kariofilanon (senyawa ketol).
 Pada jurnal III volatilitas yang tinggi dari dietil eter memiliki efek
luar biasa pada pengurangan emisi asap, terutama pada beban
mesin tinggi; maka DEE menunjukkan emisi asap terendah pada
beban mesin tinggi.
 Pada jurnal I reaktor BN600 yang dikembangkan di Rusia,
berfungsi sebagai sumber energi panas pada proses pencairan
batubara untuk menghasilkan bahan bakar cair sintetis
 Pada jurnal II menggunakan reaktor cepat berpendingan Natrium
(Sodium Cooled Fast Reactor, SFR dan Reaktor Cepat
Berpendingin Timbal Cair (lead-cooled fast reactor, LFR) dengan
memanfaatkan sistem pendinginan konveksi alamiah. Reaktor ini

14
beroperasi pada kisaran temperatur sebesar 550oC sampai
temperatur 800oC.

3.2 KELEMAHAN JURNAL


a) Kegayutan atau Keterkaitan antar Konsep
 Pada jurnal I dan II sama-sama menggunakan sintesis piridinium
klorokromat (PCC) tetapi pada jurnal I menggunakan membran
sedangakan pada jurnal II menggunakan reaksi endotermal dan
reaksi eksotermal
 Pada jurnal III mengatakan bahwa ia memakai temperatur medium
tetapi proses steam reforming gas alam untuk kebutuhan hidrogen
dunia berlangsung pada temperatur sangat tinggi (800-1000oC),
yang berimplikasi membutuhkan energi panas dalam jumlah besar
b) Kemutakhiran Konsep
 Pada jurnal III masih memerlukan penelitian lebih lanjut mengenai
optimalisasi produk reaksi, sedangkan pada jurnal IV tidak
memerlukan penelitian lebih lanjut.
 Pada jurnal I dan II tidak dituliskan daerah penelitiannya, hanya
menggunakan metodologi atau teknologi apa, dan hanya berfokus
pada PLTN

15
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Alkohol merupakan senyawa yang mempunyai banyak manfaatnya dalam
kehidupan sehari-hari.Baik dalam dalam bahan makanan,obat-obatan dan lain-
lain. Selain itu alkohol juga sangat di butuhkan dalam industry minuman.
Alkohol mempunyai titik didih yang relatif tinggi.Semakin besar massa
molekul relatif alkanol, maka titik cair dan titik didihnya juga akan tinggi. Jadi
kenaikan titik cair dan titik didih alkanol sebanding dengan kenaikan massa
molekul relatifnya.
Penamaan alkohol di lakukan dengan dua cara yaitu secara trivial dan
secara IUPAC. Alkohol juga memiliki tiga keisomeran di mana antara lain yang
pertama isomer posisi,kemudian isomerfungsi dan isomer optic.
Eter atau alkoksi alkana merupakan turunan alkana yang mempunyai
struktur berbeda dengan alkohol. Eter mempunyai rumus umum R–O–R'. Dengan
gugus fungsi –O– yang terikat pada dua gugus alkil. Gugus alkil yang terikat
dapat sama dan dapat berbeda. Eter tidak membentuk ikatan hidrogen di antara
molekul-molekulnya, sehingga titik didihnya lebih rendah jika dibandingkan
dengan titik didih alkohol yang massa molekul relatifnya sama. Titik didih eter
sebanding dengan titik didih alkana. Adapun kegunaan dari pada eter itu sendiri
yaitu Eter dalam laboratorium digunakan sebagai pelarut yang baik untuk
senyawa kovalen dan sedikit larut dalam air. Dalam bidang kesehatan, eter banyak
dgunakan untuk obat pembius atau anestetik

4.2 SARAN
Didalam kelebihan dari keempat jurnal tersebut agar lebih dipertahankan
dan diperbaiki lagi, dan mengenai kekurangan jurnal agar lebih diteliti lagi untuk
mencapai hasil yang lebih maksimal.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ngadiwiyana, Ismiyarto, Ayu Ratri Kartika Iriany. 2007. Oksidasi 3-(3,4-


dimetoksifenil)-propanol dengan menggunakan Oksidator Piridinium
Klorokromat (PCC) (Oxidation of 3-(3,4-dimethoxyphenyl)-propanol using
Pyridinium Chlorochromate (PCC) as an Oxidator). JSKA. Vol. 10. No. 3
Sudarmin. 2007. Kajian Mekanisme Reaksi Oksidasi Kariolanol Dengan
Oksidator Selektif Piridinium Klorokromat (PCC). Jurnal Kimia Indonesia.
Vol. 2 No. 1, 7-12
Banapumath NR, Khandal SV, RaganathaSwamy L, and Chandrashekar TK. 2015.
Alcohol (ethanol and diethyl ethyl ether)- diesel blended fuels for diesel
engine applications-A feasible solution. Adv Automob. Doi 10.4172/2167-
7670.1000117

Modris Roze, Valdis Kampars, Kristine Teivena, Ruta Kampare, Edvard Liepins.
2013. Catalytic Etherification of Glycerol with Alcohols. Materials Science
and Applied Chemistry. Doi 10. 7250/msac.2013.0112013/28

17

Anda mungkin juga menyukai