Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH HIDROKARBON

Tugas Makalah

Disusun Sebagai Syarat Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Filsafat Pendidikan di Program Studi Pendidikan Kimia

Disusun Oleh :

Kelompok 1

MOH. RIFALDI A25120010


SAKINAH A25120021
RISNAWATI A25120032

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah dengan judul
“Hidrokarbon” ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam tak lupa pula kita
curahkan kepada junjungan kita, yaitu Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga
dan para dahabatnya hingga akhir zaman.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Bapak Anang Wahid selaku Dosen mata kuliah Kimia Organik. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang seputaran materi kimia organik
bagi para pembaca dan penulis.

Kami menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan dari para pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Palu, 05 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................. ii


Daftar Isi........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hidrokarbon .................................................................................. 2
2.2 Pengertian, Tata Nama, Sifat-sifat Alkana ...................................................... 2
2.3 Pengolahan Sampah Organik. ......................................................................... 4
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 6
3.2 Saran ................................................................................................................ 6
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 7

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan ketahanan pangan tercermin dengan tersedianya pangan yang


cukup dalam jumlah dan mutu, aman, merata dan terjangkau. Di samping itu, karena
penggunaan pupuk an-organik berdampak pada menurunnya tingkat kesuburan tanah
serta ketersediaannya yang selalu tidak mencukupi, maka perlu mensubstitusikan
pupuk anorganik dengan pupuk organik melalui slogan “Go Organic 2010”, yang
sekaligus sebagai upaya “meng-organik- kan lahan pertanian”.

Penggunaan pupuk organik dapat meningkatkan fungsi tanah sebagai media


pertumbuhan dan sumber nutrisi tanaman. Daur ulang ekologis dengan
memanfaatkan mikroorganisme tanah ini sebagai penyedia produk metabolit untuk
memperkaya nutrisi tanaman. Rangkaian proses ini diharapkan dapat membantu
pelestarian lingkungan dan juga mengurangi pengaruh negatif gangguan polusi bahan
kimia pertanian bagi kesehatan masyarakat di sekitar hamparan pertanian.

Bahan baku pupuk organik dapat berasal dari sisa limbah pertanian yang tidak
digunakan, kotoran hewan, sampah rumah tangga dan sampah pasar tradisional.
Sampah tersebut selama ini belum dimanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan sampah
sebagai bahan baku pupuk organik akan meningkatkan kebersihan dan kesehatan
lingkungan serta akan memperpanjang umur teknis dan ekonomis pemakaian TPA
(Tempat Pembuangan Akhir), karena mengurangi beban pemakaian TPA.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu Hidrokarbon?


2. Jelaskan pengertian, tata nama dan sifat-sifat dari alkana!
3. Bagaimana cara mengolah sampah organik?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari hidrokarbon

2. Untuk mengetahui pengertian, tata nama, dan sifat-sifat dari alkana

3. Untuk mengetahui bagaimana caranya mengolah sampah organik

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hidrokarbon

Hidrokarbon adalah senyawa yang hanya mengandung C dan H. Hidrokarbon


yang mempunyai ikatan tunggal disebut alkana, misalnya metana (CH4), sedangkan
alkena mengandung ikatan rangkap dua, seperti etena (CH2=CH2), benzena (C6H6)
dan alkuna mengandung ikatan rangkap tiga seperti etuna (CH CH). Alkana jenis
siklis apabila tiga atom C membentuk cincin disebut siklo propana, empat(siklo
butana) dan lima (siklopentana). Senyawa hidrokarbon yang mengandung ikatan
pi(п) di sebut hidrokarbon tidak jenuh, sepert alkena dan alkuna.

2.2 Alkana

A. Alkana

Alkana biasa disebut dengan senyawa hidrokarbon jenuh. Senyawa ini


dinamakan hidrokarbon karena di dalamnya hanya terkandung atom karbon dan
hydrogen, dan dikatakan jenuh karena hanya memiliki ikatan tunggal C-H dan C-C
saja. Alkana memiliki rumus umum CnH2n+2, di mana n adalah bilangan asli (bulat)
yang menyatakan jumlah atom karbon. Alkana juga sering disebut sebagai senyawa
alifatik (Yunani = aleiphas yang berarti lemak). Hal ini dikarenakan lemak-lemak
hewani mengandung karbon rantai panjang yang mirip dengan alkana. Alkana dengan
satu formula dapat membentuk beberapa struktur molekul. Misalnya alkana dengan
empat atom karbon dapat membentuk normal butana dan isobutana, keduanya sama-
sama memiliki rumus molekul C4H10. Hal yang sama juga terjadi untuk C5H12, dan
seterusnya. Suatu senyawa yang memiliki jumlah dan macam atom sama tetapi
berbeda dalam penataannya disebut dengan isomer. Isomer berasal dari bahasa
Yunani; isos + meros yang berarti terbuat dari bagian yang sama. Senyawa seperti
butana dan isobutana hanya berbeda pada urutan atom yang terikat satu sama
lainnya,disebut isomer konstitusional.

B. Tata Nama

Berdasarkan aturan dari IUPAC ( nama sistematis ) :

1) Nama alkana bercabang terdiri dari 2 bagian :

 Bagian pertama (di bagian depan) merupakan nama cabang

2
 Bagian kedua (di bagian belakang) merupakan nama rantai induk

2) Rantai induk adalah rantai terpanjang dalam molekul. Jika terdapat 2 atau lebih
rantai terpanjang, maka harus dipilih yang mempunyai cabang terbanyak.
3) Rantai induk diberi nama alkana sesuai dengan panjang rantai.
4) Cabang diberi nama alkil yaitu nama alkana yang sesuai, tetapi dengan mengganti
akhiran –ana menjadi –il. Gugus alkil mempunyai rumus umum :CnH2n+1 dan
dilambangkan dengan R.
5) Posisi cabang dinyatakan dengan awalan angka. Untuk itu rantai induk perlu
dinomori. Penomoran dimulai dari salah 1 ujung rantai induk sedemikian rupa
sehingga posisi cabang mendapat nomor terkecil.
6) Jika terdapat 2 atau lebih cabang sejenis, harus dinyatakan dengan awalan di, tri,
tetra, penta dan seterusnya
7) Cabang-cabang yang berbeda disusun sesuai dengan urutan abjad dari nama
cabang tersebut. Awalan normal, sekunder dan tersier diabaikan. Jadi n-butil, sek-
butil dan ters-butil dianggap berawalan b-.
 Awalan iso-tidak diabaikan. Jadi isopropil berawal dengan huruf i- .
 Awalan normal, sekunder dan tersier harus ditulis dengan huruf cetak miring.
8) Jika penomoran ekivalen (sama) dari kedua ujung rantai induk, maka harus dipilih
sehingga cabang yang harus ditulis terlebih dahulu mendapat nomor terkecil.

C. Sifat-sifat Alkana

 Merupakan senyawa nonpolar, sehingga tidak larut dalam air

 Makin banyak atom C (rantainya makin panjang), maka titik didih makin tinggi.
Hubungan jumlah atom C terhadap titik didih alkana di dalam Tabel 1.1.

3
Nama Titik Leleh (ºC) Titik Didih (ºC) Massa jenis
(g/cm3 )
Metana -182 -162 0,423
Etana -183 -89 0,545
Propana -188 -42 0,501
Butana -138 0 0,573
Pentana -130 36 0,526
Heksana -95 69 0,655
Heptana -91 98 0,684
Oktana -57 126 0.703
Nonana -51 151 0.718
Dekana -30 174 0.730

 Pada tekanan dan suhu biasa, CH4 - C4H10 berwujud gas, C5H12 - C17H36
berwujud cair, diatas C18H38 berwujud padat

 Mudah mengalami reaksi subtitusi dengan atom-atom halogen (F2, Cl2, Br2 atau
I2).

Dapat mengalami reaksi oksidasi (reaksi pembakaran).

2.3 Studi Kasus Mengenai Pengadaan Pupuk Organik Yang Berkelanjutan

Komposisi sampah di Klaten, tahun 2004 mengandung bahan organik


sebanyak 69,10% dan tahun 2007 menurun menjadi 65,89%. Kandungan bahan
organik sampah di Temanggung relatif stabil dan tinggi, yakni sebanyak 94,78%
tahun 2004 dan 94,16 % tahun 2007 dan di Jepara kandungan bahan organiknya
relatif kecil, yakni sebanyak 59,20% tahun 2004 dan meningkat menjadi 68,00%
tahun 2007 (Tabel 4.1). Bahan kertas persentasenya turun, kecuali di Jepara. Hal ini
salah satunya dipengaruhi adanya industri mebel yang banyak menggunakan bungkus
dari kertas. Namun sebaliknya untuk persentase sampah plastik, untuk daerah Klaten
dan Tamanggung meningkat, tetapi di Jepara cenderung menurun. Sampah logam di
ketiga lokasi penelitian meningkat persentasenya.

Pemanfaatan sampah di TPA dapat membantu mereduksi dan menstabilkan


volume timbulan sampah yang dibuang ke TPA. Pengolahan sampah organik dapat
memperpanjang umur teknis TPA sehingga TPA bukan lagi sebagai Tempat

4
Pembuangan Akhir, tetapi sebagai Tempat Pemrosesan Akhir dari bahan yang semula
diberi predikat sampah menjadi bahan baku pupuk organik. Pengolahan sampah
sebanyak 1 m3 dapat diperoleh sampah organik sebanyak antara 125-150 kg dan
akan menghasilkan pupuk organik rata-rata sebanyak 50 kg. Perhitungan di atas
diperoleh volume ketersediaan sampah, sampah organik dan pupuk organik. Sampah
organik di Kabupaten Temanggung pertumbuhannya rata-rata 3,58 % per tahun dari
200.289,10 m3/tahun (2004) menjadi 548.463,17 m3/tahun (2007); Kabupaten Jepara
meningkat 14,15 % per tahun dari 112.527,36 m3/tahun menjadi 152.265,60
m3/tahun dan di Kabupaten Klaten meningkat 0,59 % dari 712.448,64 m3/tahun
menjadi 724.895,42 m3/tahun.

Manfaat sosial ekonomi pendayagunaan sampah organik, terutama di


lingkungan TPA adalah bahwa masyarakat sekitarnya memperoleh kesempatan kerja
dan peluang kerja dan akhirnya memperoleh pendapatan, baik para pemulung dan
tenaga kerja baru yang mengelola sampah organik di TPA menjadi bahan baku pupuk
organik. Di samping itu, pemulung juga diringankan pekerjaannya, karena dengan
alat ayakan memisahkan sampah organik yang telah menjadi butir-butir tanah dengan
sampah non organik yang dicari pemulung.

5
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hidrokarbon adalah senyawa yang hanya mengandung C dan H.


Hidrokarbon yang mempunyai ikatan tunggal disebut alkana, misalnya metana
(CH4), sedangkan alkena mengandung ikatan rangkap dua, seperti etena (CH2=CH2),
benzena (C6H6) dan alkuna mengandung ikatan rangkap tiga seperti etuna (CH CH).

Manfaat sosial ekonomi pendayagunaan sampah organik, terutama di


lingkungan TPA adalah bahwa masyarakat sekitarnya memperoleh kesempatan kerja
dan peluang kerja dan akhirnya memperoleh pendapatan, baik para pemulung dan
tenaga kerja baru yang mengelola sampah organik di TPA menjadi bahan baku pupuk
organik. Di samping itu, pemulung juga diringankan pekerjaannya, karena dengan
alat ayakan memisahkan sampah organik yang telah menjadi butir-butir tanah dengan
sampah non organik yang dicari pemulung.

3.2 Saran

Kami menerima saran dan kritikan dari teman-teman mahasiswa untuk menambah
makalah ini semakin bermanfaat dan memberikan tambahan wawasan dan
pengetahuan kami. Dan tak lupa, kami mohon kepada Dosen Penyaji materi untuk
meluruskan dan memperjelas paparan makalah kami.

6
DAFTAR PUSTAKA

Allinger ,N.L.,et.al 1976. Organic Chemistry, 2nd Edition, New York: Worth
Publisher.

Athinks, R.C., and Carey, F.A. 2002. Organic Chemistry, 3rd Ed, Boston: McGraw
Hill.

Fessenden and Fessenden, J.S. 1992, Kimia Organik (terjemahan oleh Pudjaatmaka,
A.H) jilid 2nded, Erlangga, Jakarta.

Susanto., (2002), “Penerapan Pertanian Organik (Pemasyarakatan dan


Pengembangannya)”. Penertbit Kanisius, Jakarta.

7
3

Anda mungkin juga menyukai