Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
Toxic anterior segment syndrome (TASS) merupakan peradangan intraokular
akut yang berat ditandai dengan edema kornea menyeluruh yang terjadi dalam
waktu 1 hingga 2 hari setelah operasi segmen anterior dan paling sering dikaitkan
dengan operasi katarak. TASS merupakan inflamasi yang terjadi dalam keadaan
yang steril, atau disebut endoftalmitis noninfeksius yang dapat dijumpai keluhan
nyeri atau tanpa nyeri, penurunan visus, edema kornea menyeluruh yang meluas
dari limbus ke limbus, fotofobia dan inflamasi berat pada segmen anterior. TASS
dimulai pada waktu 12 hingga 24 jam setelah operasi, sedangkan endoftalmitis
infektif terjadi dalam waktu 2 hingga 7 hari setelah pembedahan. Pada kebanyakan
kasus, TASS responsif dengan pemberian steroid topikal.1
Data tentang kejadian TASS masih sangat kurang. Kejadian berkisar
beberapa kasus hingga 20 kasus disetiap tahunnya. Pada tahun 2005 pada
pertemuan tahunan American Academy of Ophtalmology, 52% peserta telah melihat
1 kasus TASS dan 7% peserta telah melihat lebih dari 5 kasus TASS. TASS dapat
menyebabkan kerusakan endotel kornea yang permanen, selain itu juga dapat
menyebabkan kerusakan trabecular meshwork sehingga dapat menyebabkan
gangguan penglihatan. Visus akhir tergantung pada jenis toksin dan lama waktu
serangan, visus dapat 20/20 tanpa adanya gangguan persepsi cahaya. Pasien
mungkin memerlukan tindakan intraokular lanjut seperti keratoplasti penetrasi atau
operasi filtering glaukoma untuk mengembalikan fungsi penglihatan.2
TASS merupakan suatu komplikasi yang mungkin tidak dapat dihindari pada
tindakan operasi segmen anterior. Karena itu diperlukan pengenalan dari gejala,
agar diagnosa TASS dapat segera ditegakkan dan pasien bisa segara mendapatkan
terapi yang tepat untuk mencegah terjadinya kerusakan yang ireversibel pada fungsi
penglihatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi2
Toxic anterior segment syndrome (TASS) merupakan reaksi peradangan akut
post operatif yang disebabkan oleh substansi non infeksius yang memasuki segmen
anterior dan menyebabkan kerusakan pada jaringan intraokular. Sebagian besar
kasus terjadi setelah operasi katarak yang berjalan lancar dan post implantasi
intraocular lens (IOL). Sebelumnya, TASS dikenal juga dengan endoftalmitis steril
atau uveitis post operatif yang tidak diketahui penyebabnya.

2.2 Epidemiologi2
Data tentang kejadian TASS masih sangat kurang. Kejadian berkisar
beberapa kasus hingga 20 kasus disetiap tahunnya. Pada tahun 2005 pada
pertemuan tahunan American Academy of Ophtalmology, 52% peserta telah melihat
1 kasus TASS dan 7% peserta telah melihat lebih dari 5 kasus TASS. Belum
diketahui adanya hubungan antara kejadian TASS dengan ras, umur dan jenis
kelamin.

2.3 Etiologi1,3
Etiologi dari TASS dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mungkin
berpotensi menjadi penyebab TASS, yaitu:
a. Endotoksin bakteri atau kontaminasi partikel pada larutan normal salin.
b. Larutan irigasi intraokular dengan pH, osmolaritas atau komposisi ion yang
tidak normal.
c. Ophthalmic Viscosurgical Devices (OVD) terdenaturasi.
d. Pemberian obat-obatan intraokular (antibiotik pada larutan irigasi atau
antibiotik intrakamera).
e. Salep topikal.
f. Sterilisasi instrumen bedah yang tidak adekuat.
g. Pembilasan yang tidak adekuat yang menyebabkan terjadinya penumpukan
Ophthalmic Viscosurgical Devices (OVD).
h. Bahan pengawet dan endapan logam.
2.4 Patofisiologi2,4
TASS dimulai dengan masuknya zat toksin yang tidak disengaja ke dalam
segmen anterior yang menyebabkan reaksi inflamasi dengan intensitas yang
bervariasi tergantung pada jenis toksin dan durasi serangan. Pada pemeriksaan
histopatologi TASS dijumpai kerusakan toksik segmen anterior. Dapat dijumpai
nekrosis sel dan apoptosis serta kerusakan jaringan ekstraselular, yang
mengakibatkan respon inflamasi akut yang berat.
Zat toksin menginduksi kerusakan yang akut pada endotel yang menyebabkan
hilangnya fungsi barrier. Hal ini menyebabkan sel endotel yang masih tersisa
bermigrasi dan tersebar pada daerah yang rusak untuk upaya mempertahankan
sistem pompa endotel. Jika terjadi kerusakan yang signifikan, sel endotel yang
tersisa tidak dapat mengkompensasi sehingga terjadi edema kornea permanen.
Kerusakan trabecular meshwork juga dapat terjadi, sehingga terjadi
penurunan drainase, adanya jaringan parut dan terbentuknya sinekia anterior perifer
yang dapat menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan intraokular.

2.5 Manifestasi Klinis3,4


Manifestasi klinis dari TASS terjadi segera setelah operasi katarak atau
segmen anterior (12 hingga 24 jam setelah operasi). Gejala dapat muncul dalam 24
jam pertama setelah operasi katarak. Peradangan terbatas pada segmen anterior,
dengan hasil pemeriksaan gram dan kultur biasanya negatif. TASS biasanya
mengalami perbaikan dengan terapi steroid. Diagnosis banding utama dari TASS
adalah endoftalmitis infektif yang onsetnya berkisar 72 hingga 96 jam setelah
tindakan pembedahan.
Pasien dengan TASS akan mengeluhkan pandangan yang kabur, nyeri pada
mata yang ringan hingga berat dan mata merah yang terjadi setelah operasi katarak.
Peradangan biasanya cukup parah dan dapat dijumpai adanya hipopion atau adanya
lapisan serbukan leukosit pada segmen anterior. Pada TASS juga ditemukan edema
kornea difus dari limbus ke limbus. Walaupun edema fokal pada kornea dapat
terjadi setelah operasi katarak, pada pasien dengan TASS edema terjadi menyeluruh
dan dapat menyebabkan kerusakan endotel yang luas.
Pada kasus TASS yang berat, dapat dijumpai adanya fibrin pada segmen
anterior atau pada permukaan iris dan lensa intraokular. Gejala ini dapat
menyebabkan kerusakan iris yang ireversibel, yang dapat menyebabkan dilatasi
pupil, pupil yang ireguler yang menyebabkan gangguan pada konstriksi dan dilatasi
dan kerusakan trabecular meshwork yang potensial.
Walaupun pada periode awal setelah operasi pasien TASS mengalami
penurunan tekanan intraokular, kerusakan trabecular meshwork permanen dapat
menyebabkan hipertensi okular atau glaukoma sekunder setelah peradangan mulai
mereda.

2.6 Penegakan Diagnosis1,2


Anamnesis
Onset inflamasi akut segmen anterior 12 hingga 48 jam setelah operasi
segmen anterior yang berjalan dengan lancar. Pasien dengan keluhan pandangan
yang kabur, nyeri yang ringan hingga berat serta fotofobia.

Pemeriksaan Fisik
Diperlukan pemeriksaan yang menyeluruh, yaitu penilaian visus, ukuran dan
reaksi pupil, pemeriksaan slit lamp, tekanan intraokuli dan pemeriksaan fundus.
Pada pemeriksaan fisik dapat dijumpai edema kornea difus limbus ke limbus, pupil
ireguler atau dilatasi, peningkatan tekanan intraokuli dan hipopion.

Gambar 1. Edema kornea difus pada TASS

Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien dengan reaksi segmen anterior yang cukup berat, penilaian
segmen posterior mungkin akan sulit dilakukan dengan slit lamp atau pemeriksaan
fundus. Pada situasi ini, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa
ultrasonografi orbita untuk menyingkirkan adanya vitritis. Pewarnaan gram,
pemeriksaan kultur bakteri aerob dan anaerob serta kultur jamur dapat dilakukan
untuk menyingkirkan diagnosa banding.

2.7 Diagnosa banding2


Salah satu diagnosa banding TASS adalah endoftalmitis infektif, berikut
perbedaan tanda dan gejalanya.
Tanda dan
TASS Endoftalmitis infektif
Gejala
Onset Biasanya 12-24 jam Biasanya 2-7 hari
Nyeri Biasanya ringan hingga Biasanya berat
sedang
Edema kornea Limbus ke limbus Edema fokal, spesifik pada
area trauma
TIO Dapat meningkat tiba-tiba Biasanya tidak meningkat
Peradangan Reaksi segmen anterior Reaksi segmen anterior
segmen anterior sedang hingga berat dengan sedang hingga berat. Dapat
peningkatan leukosit dan dijumpai fibrin dan hipopion
fibrin. Dapat dijumpai
hipopion
Vitritis Sangat jarang Selalu ada
Pupil Dilatasi dan tidak reaktif Reaktif
Edema palpebra Biasanya tidak jelas Sering dijumpai
Visus Menurun Menurun
Respon Perbaikan yang jelas Kurang jelas
terhadap steroid

2.8 Penatalaksanaan2,3,5
Pasien harus ditatalaksana sebagai endoftalmitis infektif jika pada masa awal
didapatkan gambaran klinis yang kurang jelas, sampai terbukti penyebab yang pasti
dari inflamasi. Setelah TASS dikonfirmasi, pasien harus diberikan steroid topikal.
Biasanya steroid diberikan 1 tetes setiap 30-60 menit pada 3 hari pertama dengan
tapering bertahap.
Respon biasanya cepat setelah dimulai terapi steroid topikal. Penilaian pada
pasien harus dilakukan kembali pada hari yang sama atau pada hari berikutnya
untuk membantu konfirmasi serta untuk membedakan TASS dengan endoftalmitis
infektif, yang jika dengan pemberian steroid saja akan memperburuk kondisi. Jika
kondisi pasien tidak mengalami perbaikan mungkin dapat dipertimbangkan untuk
pemberian steroid oral.
Penilaian serta penatalaksanaan yang tepat untuk peningkatan tekanan
intraokular juga penting untuk mencegah kerusakan saraf optik. Anti inflamasi non
steroid dapat membantu perbaikan pada sebagian kasus.
Tidak ditemukan adanya manfaat yang jelas untuk washout segmen anterior
pada TASS. Pada kasus inflamasi yang diduga disebabkan oleh IOL yang tidak
respon terhadap terapi, dapat dilakukan penggantian lensa. Jika edema kornea
menetap lebih dari 6 minggu walaupun dengan terapi, kemungkinan telah terjadi
dekompensasi kornea permanen yang membutuhkan transplantasi kornea. Pasien
dengan kerusakan trabecular meshwork yang berkembang menjadi glaukoma yang
resisten terhadap terapi, mungkin diperlukan tatalaksana pembedahan berupa
trabekulektomi.

2.9 Pencegahan1,6
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk meminimalisir kejadian
TASS adalah sebagai berikut:
a. Menggunakan larutan normal salin dengan pH, osmolaritas dan komposisi
ion yang tepat.
b. Filtrasi yang baik dari pabrik normal salin untuk mengeliminasi endotoksin
dan partikel kontaminan.
c. Menghindari penggunaan larutan yang mengandung pengawet, pemberian
obat intrakamera atau cairan irigasi.
d. Penggunaan ophthalmic viscosurgical devices (OVD) yang baru.
e. Sterilisasi instrumen yang adekuat sesuai dengan protokol pabrik.
f. Standar dan prosedur operasi serta pengolahan instrumen yang sesuai SOP.

2.10 Komplikasi1
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pasien yang mengalami TASS
adalah :
a. Inflamasi lanjut.
b. Penurunan visus.
c. Atrofi iris, dilatasi pupil atau pupil yang ireguler.
d. Kerusakan endotel kornea dengan edema kornea.
e. Kerusakan trabecular meshwork yang dapat menyebabkan glaukoma
sekunder.

2.11 Prognosis1
Pada sebagian besar kasus, TASS berhasil diterapi dengan steroid topikal atau
dengan anti inflamasi non steroid. Reaksi inflamasi yang berat dapat menyebabkan
kerusakan yang serius pada jaringan intraokular termasuk endotel kornea, atrofi iris,
kerusakan trabecular meshwork dengan kemungkinan glaukoma sekunder. Dimana
kerusakan jaringan ini dapat mengakibatkan gangguan penglihatan yang
ireversibel.
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Identitas Pasien


Nama : An. IF
Umur : 8 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Aceh
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Aceh Barat Daya
Nomor CM : 1106147
Tanggal Masuk : 29 Oktober 2016
Tanggal Pemeriksaan : 30 Oktober 2016

3.2 Anamnesis
Keluhan Utama
Nyeri pada mata kiri
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada mata kiri yang dirasakan sejak dua
hari sebelum masuk rumah sakit. Saat ini nyeri dirasakan pada mata kiri
hingga ke kepala sebelah kiri. Pasien juga mengalami mata kiri yang merah,
pandangan yang kabur dan silau saat melihat cahaya. Sebelumnya pasien
menjalani operasi katarak mata kiri pada tanggal 26 Oktober 2016. Kedua
mata pasien mengalami katarak yang diketahui sejak 1 tahun yang lalu saat
pasien mulai sekolah. Saat itu pasien mengalami kesulitan dalam belajar
karena pandangan kedua mata yang kabur. Sebelumnya pasien tidak pernah
ada keluhan dengan matanya dan menurut ibu pada masa kanak-kanak, pasien
bermain dengan teman sebayanya tanpa ada keterbatasan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien menderita katarak yang diketahui sejak satu tahun yang lalu. Keluhan
seperti ini sebelumnya tidak pernah dialami pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki keluhan seperti pasien.
Riwayat Penggunaan Obat
Pasien baru pertama kali berobat untuk keluhan yang dialaminya.
Riwayat Kebiasaan Sosial
Pasien merupakan seorang pelajar, aktivitas pasien sebagai pelajar
mengalami keterbatasan karena katarak yang dialami pasien.

3.3 Pemeriksaan Fisik


Vital Sign
Kesadaran : Compos mentis
Nadi : 98 kali/menit, regular
Pernapasan : 20 kali/menit
Suhu : Afebris

Status Oftalmologis
OD OS
5/60 Visus 1/300
Orthophoria Kedudukan Orthophoria
bola mata
Edema (-), hiperemis (-), Palpebra Edema (-), hiperemis (-),
blefarospasme (-) blefarospasme (+)
Injeksi konjungtiva (-), Konjungtiva Injeksi konjungtiva (-),
injeksi siliar (-) injeksi siliar (+)
Jernih Kornea Edema (+)
Cukup COA Dangkal
Warna cokelat, kripta (+), Iris Warna cokelat, kripta tidak
sinekia (-) jelas, sinekia (-)
Bulat, 3 mm, RCL + Pupil Bulat, 3 mm, RCL
Agak keruh Lensa IOL (+)

Gambar 2. Foto Klinis Pasien


3.4 Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (19/10/2016)
Jenis Pemeriksaan 19/10/2016 Nilai rujukan
Hemoglobin 15,4 12,0-14,5 g/dl
Hematokrit 44 45-55%
Eritrosit 5,7 4,7-6,1x106/mm3
Leukosit 12,4 4,5-10,5x103/mm3
Trombosit 340 150-450x103/mm3
MCV 78 80-100 fL
MCH 27 27-31 pg
MCHC 35 32-36 %
RDW 12,3 11,5-14,5 %
MPV 9,2 7,2-11,1 fL
LED 18 < 15 mm/jam
Diftel 10/1/0/39/39/43/7 %
Waktu perdarahan 2 1-7 menit
Waktu pembekuan 7 5-15 menit
GDS 102 < 200 mg/dl
Ureum 17 13-43 mg/dl
Kreatinin 0,31 0,67-1,17 mg/dl

USG Orbita (31/10/2016)

Tidak tampak adanya vitreus opacity.

3.5 Diagnosa Kerja


Pseudofakia OS + TASS OS + katarak juvenile OD
3.6 Tatalaksana
Cendo Polypred 1 tts / jam OS
Timolol 0,25% ED 2 x 1 tts OS
Cefadroxyl syr 2 x Cth I
Paracetamol syr 3 x Cth II
Metilprednisolon 1 x 16 mg
Glaukon 3 x 125 mg
KSR 1 x 600 mg

3.7 Prognosis
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanactionam : Dubia ad bonam

3.8 Follow Up Pasien


Tanggal Pemeriksaan Tatalaksana
30 Oktober 2016 S/ Nyeri mata kiri Cefadroxyl 2 x 250 mg
O/VOD: 5/60 VOS 1/300 Ibuprofen syr 2 x Cth I
Palpebra superior OS : Noncort ED 8x1 OS
blefarospasme Siloxan ED 8x1 OS
Conjungtiva bulbi OS : P pred ED 8x1 OS
injeksi siliar Homatro ED 3x1 OS
Cornea OS: Edema Levocin ED 8x1 OS
COA OS: Dangkal Midriatil 1% ED 8x1 OS
Pupil OS: bulat, RCL (-) Timolol 0,25% ED 2x1 OS
Lensa OD: agak keruh
Lensa OS: IOL
A/Pseudofakia OS + susp
endoftalmitis post operasi
OS + katarak juvenile OD

31 Oktober 2016 S/ Nyeri mata kiri Cendo Polypred 1 tts/jam OS


O/VOD: 5/60 VOS 1/300 Timolol 0,25% ED 2x1 tts OS
Palpebra superior OS : Cefadroxyl syr 2 x Cth I
blefarospasme Paracetamol syr 3 x Cth II
Conjungtiva bulbi OS : Metilprednisolon 1 x 16 mg
injeksi siliar
Cornea OS: Edema
COA OS: Dangkal
Pupil OS: bulat, RCL (-)
Lensa OD: agak keruh
Lensa OS: IOL
USG Orbita: tidak tampak
vitreus opacity
A/ Pseudofakia OS + flat
anterior chamber OS +
katarak juvenile OD

1 November 2016 S/ Nyeri kepala dan mata Cendo Polypred 1 tts/jam OS


kiri Timolol 0,25% ED 2x1 tts OS
O/ VOD: 5/60 VOS 1/300 Cefadroxyl syr 2 x Cth I
Palpebra superior OS : Paracetamol syr 3 x Cth II
blefarospasme Metilprednisolon 1 x 16 mg
Conjungtiva bulbi OS : Glaukon 3 x 125 mg
injeksi siliar KSR 1 x 600 mg
Cornea OS: Edema
COA OS: Dangkal
Pupil OS: bulat, RCL (-)
Lensa OD: agak keruh
Lensa OS: IOL, fibrin (+)
A/ Pseudofakia OS + flat
anterior chamber OS +
katarak juvenile OD

2 November 2016 S/ Nyeri kepala dan mata Cendo Polypred 1 tts/jam OS


kiri berkurang Timolol 0,25% ED 2x1 tts OS
O/ VOD: 5/60 VOS 1/300 Cefadroxyl syr 2 x Cth I
Palpebra superior OS : Paracetamol syr 3 x Cth II
blefarospasme Metilprednisolon 1 x 16 mg
Conjungtiva bulbi OS : Glaukon 3 x 125 mg
injeksi siliar berkurang KSR 1 x 600 mg
Cornea OS: Edema
berkurang
COA OS: Dangkal, sel (+)
Pupil OS: bulat, RCL (-)
Lensa OD: agak keruh
Lensa OS: IOL
A/ Pseudofakia OS +
TASS OS + katarak
juvenile OD
BAB IV
ANALISA KASUS
Pasien laki-laki usia 8 tahun, datang dengan keluhan nyeri dan merah pada
mata kiri, nyeri dirasakan sejak 1 hari setelah pasien menjalani operasi katarak.
Onset kejadian sesuai dengan TASS yaitu terjadi dalam 12 hingga 24 jam setelah
menjalani operasi katarak. TASS dapat terjadi pada berbagai usia dan tidak angka
kejadiannya tidak berbeda antara laki-laki dan perempuan. Pasien telah mengalami
keluhan sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, kemungkinan keluhan awal yang
dirasakan pasien hanya berupa nyeri yang ringan, sehingga pasien tidak segera
mencari pengobatan. Hal ini sesuai dengan gejala TASS yaitu adanya nyeri pada
mata dengan intensitas ringan hingga sedang. Selain itu pasien juga mengeluhkan
pandangan mata kabur serta silau saat melihat cahaya. Keluhan ini juga sesuai
dengan gejala TASS yaitu adanya penurunan visus dan fotofobia.
Pada pemeriksaan fisik dijumpai adanya edema difus pada kornea, fibrin pada
IOL dan adanya sel pada COA. Temuan sesuai dengan gejala TASS, yaitu adanya
edema kornea limbus ke limbus serta tanda peradangan pada segmen anterior. Pada
penyinaran pupil juga tidak didapatkan adanya refleks cahaya yang menandakan
pupil tidak reaktif. Adanya edema pada kornea dan inflamasi pada segmen anterior
menyebabkan sulitnya dilakukan penilaian segmen posterior baik melalui
pemeriksaan slit lamp dan pemeriksaan fundus. Karena itu dilakukan pemeriksaan
tambahan berupa ultrasonografi orbita, dengan hasil tidak ditemukannya vitreus
opacity yang menandakan tidak ada vitritis. Temuan ini juga sesuai dengan TASS
yang tidak melibatkan segmen posterior.
Pada hari pertama dan kedua, pasien ditatalaksana sesuai dengan terapi
endoftalmitis, sesuai dengan teori bahwa pasien harus ditatalaksana sebagai
endoftalmitis infektif jika pada masa awal didapatkan gambaran klinis yang kurang
jelas, sampai terbukti penyebab yang pasti dari inflamasi. Setelah TASS
dikonfirmasi, pasien mulai diberikan steroid topikal 1 tetes tiap jam, karena
sebelumnya pasien juga telah mulai diberikan steroid dan belum tampak adanya
kemajuan, maka disamping terapi topikal pasien juga diberikan steroid oral.
Dua hari terakhir pasien mengeluhkan nyeri mata kiri hingga kepala bagian
kiri, kemungkinan pada pasien telah terjadi gangguan pada trabecular meshwork
yang menyebabkan terjadinya gangguan distribusi akueus humor, disamping COA
dangkal yang dapat menyebabkan blok pupil. Karena itu pada pasien juga diberikan
obat anti glaukoma, untuk menjaga agar tidak terjadi kerusakan saraf optik yang
disebabkan peningkatan tekanan intraokular. Selain itu pemberian anti nyeri untuk
mengurangi keluhan pasien.
Evaluasi kembali setelah pemberian steroid, pada pemeriksaan ditemukan
adanya perbaikan yaitu edema yang mulai berkurang dan tanda peradangan yang
mulai juga mulai berkurang. Sesuai dengan TASS yang akan mengalami perbaikan
jika diberikan terapi steroid.
Prognosis pada pasien ini ad vitam adalah bonam, dimana gangguan yang
terjadi pada pasien tidak mengancam nyawa. Prognosis ad functionan dan
sanactionam adalah dubia ad bonam, karena dengan terapi pasien mengalami
perbaikan dan diharapkan mengalami pemulihan sempurna sehingga dapat
mengembalikan fungsi penglihatan dan pasien dapat menjalani kehidupan sehari-
hari dengan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

1. Stelzner SK, Alpa SP, Brad HF, Douglas MS. Toxic anterior segment
syndrome. American Academy of Ophtalmology. 2015 [cited 1 November
2016]. Available from:
http://eyewiki.aao.org/Toxic_anterior_segment_syndrome
2. Al-Ghoul AR, Puwat C, Deepinder KD. Toxic anterior segment syndrome.
Medscape. 2014 [cited 1 November 2016]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1190343
3. Sabbagh OM. Update on Toxic anterior segment syndrome. Review of
Ophtalmology. 2007 [cited 1 November 2016]. Available from:
https://www.reviewofophthalmology.com/article/update-on-toxic-anterior-
segment-syndrome
4. Luiz FAA, Marcelo JK, Tiago B, Bruno FF, Demian TE. Toxic anterior
segment syndrome. Revista Brasileira de Oftalmologia. 2013 [cited 1
November 2016]. Available from:
http://www.scielo.br/scielo.php?pid=S0034-
72802013000100007&script=sci_arttext&tlng=en
5. Caceres V. A diagnosis and treatment primer for TASS. 2006. [Cited 1
November 2016]. Available from:
http://www.eyeworld.org/article.php?sid=3255
6. Cohen AW, Thomas AO. Toxic anterior segment syndrome (TASS) A
system’s based view of a day in the life of a canula. University of Iowa Health
Care. 2008 [Cited 1 November 2016]. Available from:
http://webeye.ophth.uiowa.edu/eyeforum/cases/85-Toxic-Anterior-Segment-
Syndrome-TASS-Systems-Based.htm

Anda mungkin juga menyukai