Sukasmo , S.Pd . 2010. Upaya peningkatkan minat hasil belajar IPA Fisika pada pokok
bahasan Besaran dan Satuan melalui penerapan Metode Peta Konsep / Mind Map ( Pemetaan
Pikiran ) di SMP Negeri 2 Kaliwungu Kelas VII F Tahun Pelajaran 2010 – 2011
Latar Belakang dari penelitian tindakan kelas ini adalah sikap kurang bergairah, kurang
aktif, kelas kurang berpusat pada siswa, dan kadang-kadang ada yang bermain-main sendiri di
dalam kelas menjadi masalah yang dihadapi SMP Negeri 2 Kaliwungu khususnya untuk mata
pelajaran fisika menyebabkan hasil belajar siswa rendah.
Permasalahan dari penelitian tindakan kelas ini adalah bagaimana aktifitas siswa dan
hasil belajar fisika serta respon siswa pada pokok bahasan Besaran dan Satuan melalui model
pembelajaran dengan Peta Konsep di kelas VII-F SMP Negeri 2 Kaliwungu. Dan tujuan dari
penelitian tindakan kelas ini adalah mendeskripsikan aktifitas siswa, mengetahui hasil belajar
siswa, dan mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran di kelas VII-F SMP Negeri 2
Kaliwungu.
Melalui penelitian tindakan kelas (PTK) masalah ini dicoba untuk diatasi dengan model
pembelajaran dengan Metode Peta Konsep. PTK dilakukan dalam 2 siklus. Subjek penelitian
adalah siswa kelas VII-F semester 1 SMP Negeri 2 Kaliwungu yang berjumlah 40 siswa. Data
diperoleh melalui observasi, pemberian tes uji kompetensi, dan penyebaran angket. Kemudian
dianalisilis secara deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa aktifitas siswa meningkat dalam berkelompok,
mengerjakan tugas-tugas, berfikir bersama, dan menjawab soal - soal. Hasil belajar siswa
meningkat dan respon terhadap pembelajaran yang dilaksanakan positif. Dengan demikian dari
pelaksanaan penelitian tindakan kelas melalui model pembelajaran dengan metode peta
konsep siklus I dan siklus II, disimpulkan bahwa dapat meningkatkan hasil belajar fisika pada
pokok bahasan Besaran dan Satuan di SMP Negeri 2 Kaliwungu dalam kegiatan pembelajaran
khususnya mata pelajaran fisika pada pokok bahasan Besaran dan Satuan.
Kata kunci: Hasil belajar , model pembelajaran dengan metode peta konsep
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minat belajar merupakan bentuk ketertarikan , keinginan siswa untuk melakukan hal, tugas, latihan,
yang berkaitan dengan pembelajaran. Dengan meningkatnya minat siswa dalam belajar maka secara
signifikan prestasi hasil belajarpun secara otomatis akan baik. Dengan demikian peranan minat menjadi
sangat penting/dominan berkaitan dengan upaya peningkatan hasil belajar siswa.
Kenyataan yang terjadi dalam pembelajaran sering dijumpai hal-hal yang tidak mendukung dalam
rangka pencapaian hasil belajar seperti minat atau keinginan siswa dalam belajar yang relatif masih rendah,
beberapa kompetensi dasar sebagai tujuan pembelajaran yang belum mampu tercapai sesuai dengan standar
kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang diharapkan dan sebagainya, sehingga perlu dilakukan upaya atau
langkah konkret untuk meningkatkan minat atau motivasi belajar pada siswa. Minat belajar merupakan
bentuk ketertarikan , keinginan siswa untuk melakukan hal , tugas , latihan , yang berkaitan dengan
pembelajaran. Dengan meningkatnya minat siswa dalam belajar maka secara signifikan prestasi hasil
belajarpun secara otomatis akan baik. Dengan demikian peranan minat menjadi sangat penting / dominan
berkaitan dengan upaya peningkatan hasil belajar siswa.
Permasalahan yang sama juga terjadi pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Kaliwungu Kabupaten
Kendal, khususnya kelas VII F (dibandingkan Enam kelas pararel lainnya). Setidaknya hal ini tampak dari
hasil tes materi Besaran dan satuan pada mata pelajaran IPA Fisika pada semester Ganjil tahun 2010 - 2011
(ada 2 kali tes tertulis ). Dari data yang ada diperoleh kesimpulan bahwa pada tes tertulis pertama hingga
kedua, hanya ada 20% hingga 40% dari 40 siswa yang mendapat nilai 70 ke atas (batas ketuntasan),
sedangkan sebagian besar siswa mendapat nilai di bawah 70, bahkan ada yang mendapat nilai 40.
Rendahnya kemampuan para siswa menjadi petunjuk adanya kelemahan sekaligus kesulitan belajar,
yang dalam hal ini berarti ada kelemahan dan kesulitan belajar memahami materi Besaran dan Satuan.
Mengenai masalah ini, guru IPA Terpadu kelas VII mengidentifikasi penyebab siswa kelas VII F ‘gagal’
dalam belajar IPA Fisika berkaitan dengan kesulitan mengenali pikiran utama atau ide pokok dalam materi
Besaran dan Satuan selain rendahnya minat dan motivasi mereka dalam belajar IPA Fisika. Dari wawancara
dengan siswa diperoleh informasi mengenai penyebab siswa sulit memahami isi dari materi Besaran dan
Satuan,
Selama ini pembelajaran IPA Fisika dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: (1) memberi
sebuah materi Besaran dan Satuan yang diambil guru dari berbagai sumber, bukan dari buku pelajaran atau
LKS (lembar kerja siswa) dengan alasan materi Besaran dan Satuan yang ada pada buku sudah diisi soal-
soalnya oleh siswa di rumah, (2) meminta siswa membaca materi tersebut dalam waktu yang ditentukan
guru, misalnya 15 menit, (3) meminta siswa mencari kata-kata yang dirasa sulit untuk dibahas bersama, (4)
menugasi beberapa siswa untuk menyampaikan isi Materi Besaran dan Satuan, (5) menugasi siswa
mengerjakan soal (pilihan ganda atau isian singkat) yang telah disiapkan guru pada buku tugas dengan
waktu yang telah ditentukan, (7) mengumpulkan buku tugas, (8) membahas jawaban soal-soal tersebut, serta
(9) menilai hasil tes tertulis. Prosedur tersebut menunjukkan bahwa siswa tidak diberi kesempatan untuk
melakukan aktivitas Memahami materi melalui tahap Peta Konsep lebih dahulu guna membangun skemanya
tentang isi Materi .
Langkah yang dapat ditempuh untuk meningkatkan atau menumbuhkan minat dan hasil belajar
siswa salah satunya adalah dengan menggunakan konsep / model pembelajaran Peta Konsep atau mind map
(pemetaan pikiran). Penggunaan model pembelajaran Peta Konsep atau mind map ini diduga dapat
meningkatkan minat belajar siswa karena pembelajaran dengan konsep ini lebih didasarkan pada kemudahan
untuk menggali informasi yang akan menarik minat siswa terutama dalam hal penyajian materi / bahan ajar
yang lebih skematis, terperinci, dan lebih konkret dengan berbagai variasi gambar / tulisan yang menarik
perhatian siswa yang belajar.
Menurut Tony Buzon (2007) mind map (pemetaan pikiran) adalah cara mudah menggali imformasi
dalam dan luar otak, cara baru untuk belajar dan berlatih yang cepat dan ampuh , cara membuat catatan yang
tidak membosankan dan cara terbaik untuk membuat ide-ide baru dalam merencanakan proyek.
Merefleksi fenomena di atas, peneliti menetapkan untuk mengadakan mind map / Peta Konsep pada
kegiatan pemamahaman materi Besaran dan Satuan dalam bentuk penelitian tindakan kelas. Adapun alasan
pemilihan strategi tersebut sebagai berikut ini. Pertama, adanya mind map / Peta Konsep dapat membantu
siswa dalam mengatur fokus perhatiannya sehingga menghindarkannya dari pemberian fokus berlebihan
pada materi yang kurang penting, atau sebaliknya kurang memberikan perhatian pada materi yang
penting. Kedua, adanya mind map / Peta Konsep memungkinkan siswa dapat melakukan kegiatan
memahami materi Besaran dan satuan dengan tujuan yang jelas, yakni menemukan informasi untuk
menjawab materi Besaran dan Satuan. Ketiga, dengan dilatihnya siswa melakukan mind map / Peta
Konsep sebelum kegiatan pembelajaran dimulai, berarti pembelajaran tidak hanya difokuskan pada hasil,
tapi juga pada proses panguasaan keterampilan mind map / Peta Konsep.
Langkah yang dapat ditempuh untuk dapat meningkatkan atau menumbuhkan minat dan
hasil belajar siswa salah satunya adalah dengan menggunakan konsep/model pembelajaran mind
map (pemetaan pikiran). Penggunaan model pembelajaran mind map ini diduga dapat meningkatkan
minat dan hasil belajar siswa karena pembelajaran dengan konsep ini lebih didasarkan pada
kemudahan untuk menggali informasi yang akan menarik minat siswa terutama dalam hal penyajian
materi / bahan ajar yang lebih skematis, terperinci, dan lebih konkret dengan berbagai variasi
gambar/tulisan yang menarik perhatian siswa yang belajar.
Konsep pembelajaran mind map / peta konsep ini merupakan solusi alternatif terbaik dan
sangat tepat jika diterapkan dalam proses pembelajaran karena memberikan berbagai kemudahan
dalam belajar, seperti pemahaman konsep, menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih menarik
karena konsep pengemasan yang lebih sederhana .
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas 7F SMP Negeri 2 Kaliwungu tahun pelajaran 2010-2011,
yang berjumlah 40 siswa sebagai respondennya.
2. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas VII-F SMP Negeri 2 Kaliwungu tahun pelajaran 2010/2011
dengan jumlah siswa 40. hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam siklus ini adalah
sebagai berikut:
B.1. Siklus I
Siklus pertama terdiri dari empat tahap sebagai berikut :
A. Perencanaan
Dalam tahap ini yang dilakukan antara lain
1. Menyusun perangkat pembelajaran antara lain RPP dan sistem penilaian.
2. Menyusun lembar observasi untuk penilaian aktivitas siswa.
3. Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis soal uji kompetensi siswa mengenai materi besaran
dan satuan.
B. Pelaksanaan tindakan
Guru menerapkan konsep pembelajaran mind map untuk mengajarkan materi Besaran
dan Satuan , pada siswa kelas 7 F SMP Negeri 2 Kaliwungu tahun pelajaran 2010 - 2011.
Langkah-langkah dalam siklus I ini antara lain sebagai berikut :
1. Guru menyiapkan media pemebelajaran yang berupa bagan, skema pohon faktor, pada sebuah
kertas media, untuk menyampaikan materi pelajaran mengenai Besaran dan Satuan.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran mengenai materi Besaran dan Satuan.
3. Guru menerapkan konsep pembelajaran mind map, dengan prosedur sebagai berikut :
Menulis masalah (topik) pembahasan yakni tentang Besaran dan Satuan , pada bagian tengah
kertas dalam bentuk lingkaran atau pohon.
Membuat cabang-cabang masalah (topik) tentang Besaran dan Satuan secara lebih terperinci.
Membuat ranting-ranting yang berhubungan dengan cabang atau berkaitan dengan topik yang
sedang dibahas yakni Besaran dan Satuan .
4. Guru selanjutnya memberikan latihan terhadap setiap kelompok yang sudah terbentuk dengan
konsep pemetaan pikiran untuk menguraikan masalah yang berkaitan dengan topik masalah yang
sedang dibahas yakni tentang Besaran dan Satuan, dengan memberikan batasan waktu
mengerjakan yakni 20 menit. Di akhir pembahasan guru menyimpulkan materi
pembahasan melalui konsep mind map tersebut.
5. Guru mengadakan tes/evaluasi untuk mengetahui kemampuan hasil belajar siswa
6. Guru melakukan refleksi terhadap efektifitas penerapan konsep pembelajaran mind map ini.
Selanjutnya hasil tes diolah untuk mendapatkan nilai kuantitatif (bentuk angka). Hasil tes yang
telah diperoleh kemudian dibandingkan hasilnya dengan pencapaian sebelumnya. Hasil
penerapan konsep pembelajaran mind map (pemetaan pikiran ) adalah sebagai berikut :
Pada awal dimulai pembelajaran dapat dilihat
1. Siswa kurang bersemangat bekerja secara kelompok dalam pembalajaran.
2. Siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar menggunakan model pembelajaran dengan metode
Peta Konsep.
3. Siswa malas menjawab pertanyaan dan saling menunggu teman atau kelompok lainnya.
4. Aktivitas interaksi dalam kelompok, menyamakan persepsi, saling menanyakan dalam kelompok
masing kurang
5. Kurang disiplin dan percaya diri dalam menjawab soal masih merupakan butir yang lemah.
6. Waktu tidak cukup karena peneliti harus menjelaskan terlebih dahulu model pembelajaran dengan
metode Peta Konsep kepada siswa tentang aturan-aturan yang ada dalam Peta Konsep.
Untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan pada siklus I diatas dilakukan upaya sebagai
berikut:
1) Memotivasi siswa dengan menunjukkan alat-alat peraga yang akan digunakan dalam Metode Peta
Konsep berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.
2) Peneliti perlu mengelola waktu dengan baik.
3) Memberikan peringatan kepada anggota kelompok untuk lebih disiplin dan percaya diri sehingga
mengetahui dan memahami pertanyaan agar dapat menjawab dengan tepat.
4) Perlu bimbingan yang intensif melatihkan pentingnya berfikir bersama dalam kelompoknya, dan
memperhatikan materi yang ingin disampaikan.
Pada akhir siklus pertama dari hasil pengamatan setelah dilakukan tindakan-tindakan terjadi
perubahan suasana kelas, antara lain:
1) Siswa mulai terbiasa dengan kondisi pembelajaran menggunakan model pembelajaran dengan
metode Peta Konsep dan mulai memahami langkah-langkahnya.
2) Siswa lebih termotivasi dalam pembelajaran..
3) Siswa sudah bisa melakukan kegiatan sesuai petunjuk guru, dengan cepat melaksanakan
pembentukan kelompok dan bersemangat bekerja dalan kelompoknya.
4) Siswa mendengarkan soal yang dibacakan dengan penuh perhatian, menganalisia setiap
pertanyaan dan sangat antusias untuk menjawab pertanyaan.
5) Suasana pembelajaran semakin menyenangkan saat masing-masing kelompok berebut untuk
menjawab pertanyaan dan mengemukakan alasan-alasan dari jawaban dengan antusias mencari
tahu jawaban yang benar melalui peragaan.
C. Pengamatan
Dalam penelitian tindakan kelas siklus pertama dilakukan observasi tentang aktifitas siswa
dan penilaian hasil belajar siswa dalam pembelajaran menggunakan dengan metode Peta
Konsep. Dalam observasi yang dilakukan untuk mengetahui aktifitas siswa yang menjadi aspek
penilaiannya meliputi aspek berkelompok, mengerjakan tugas-tugas, berfikir bersama, dan
menjawab pertanyaan. Sedangkan penilaian hasil belajar siswa melalui tes tertulis berupa soal-
soal uji kompetensi berkaitan dengan materi yang dipelajari, yaitu besaran dan satuan.
Hasil observasi siswa dan hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel berikut:
Table 1 Hasil observasi siswa dan hasil belajar IPA Fisika siswa SMP Negeri 2 Kaliwungu siklus I[A2]
KETERANGAN SIKLUS I
Sedangkan grafik hasil observasi siswa dan hasil belajar siswa pada siklus I adalah sebagai
berikut:
Gambar 1 Grafik Hasil observasi siswa dan hasil belajar IPA Fisika siswa SMP Negeri 2 Kaliwungu siklus I
D. Refleksi
Keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus I adalah sebagai berikut:
1. Siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar menggunakan model pembelajaran dengan metode
Peta Konsep. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran tersebut masih baru bagi siswa.
2. Hasil observasi pada siklus I menunjukkan prosentase rata-rata aktifitas siswa mencapai 72,79%.
Hasil ini telah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sebesar 70 % dan untuk
analisis deskriptif aktifitas seluruh siswa masuk dalam kriteria baik. Untuk hasil belajar siswa
diperoleh dari nilai uji kompetensi yang telah dianalisis dengan hasil nilai rata-rata seluruh siswa
mencapai 68,64%, dan ketuntasan klasikal mencapai 79,17 % dimana dari 40 siswa kelas VII-F
sebanyak 32 siswa dinyatakan tuntas dan hanya 8 siswa yang tidak tuntas. Prosentase rata-rata
tersebut hampir memenuhi kriteria tuntas yang ditetapkan sebesar 80 %.
3. Siswa menjadi lebih antusias dalam pembelajaran Peta Konsep di kelas, bersemangat bekerja
dalam kelompoknya, dan dengan antusias mencari tahu jawaban pertanyaan yang benar melalui
peragaan.
4. Waktu pembelajaran masih tidak cukup karena peneliti harus menjelaskan terlebih dahulu kepada
siswa tentang aturan-aturan yang ada dalam Peta Konsep.
Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus
I, maka dibuat perencanaan untuk pelaksanaan siklus II agar dapat dicapai hasil yang lebih
baik. Langkah-langkah yang ditempuh antara lain:
1) Memberikan motivasi kepada para siswa agar lebih aktif dan percaya diri dalam pembelajaran.
2) Memberi penghargaan pada kelompok dan siswa yang berhasil menjawab soal yang diberikan
dengan tepat.
3) Terus memberikan bimbingan intensif pada siswa untuk melatihkan pentingnya berfikir bersama
dalam kelompoknya, dan memperhatikan materi yang ingin disampaikan.
4) Menjelaskan kembali materi yang belum dipahami siswa dan memberikan tugas begi siswa yang
belum tuntas.
5) Menyusun kembali perangkat pembelajaran dengan metode Peta Konsep yang mudah dipahami
dan mengatur pengelolaan waktu dengan baik.
6) Menyusun angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran dengan metode Peta Konsep ,
untuk mengetahui respon siswa.
Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran dengan metode
Peta Konsep disebarkan pada masing-masing siswa setelah kegiatan pembelajaran dengan metode Peta Konsep
siklus I dilaksanakan. Angket berisi 10 item pernyataan yang berisi respon siswa terhadap model pembelajaran
dengan metode Peta Konsep. Item-item pernyataan pada angket adalah sebagai berikut:
Selanjutnya untuk lebih jelas dan mudah dalam mengetahui respon siswa pada setiap
kategori respon siswa yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak
setuju (STS) dianalisis secara deskriptif dalam bentuk persentase untuk tiap kategori. Hasil prosentase
respon siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel . Prosentase tiap kategori angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran dengan metode Peta
Konsep [A3]
Tidak 2 1 1 1 2 2 1 2 1 1 14 3.49
Setuju
(TS)
Sangat 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 3 0.75
Tidak
Setuju
(STS)
40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 400 100
Jumlah
Jika disajikan dalam bentuk grafik prosentase tiap kategori angket tanggapan siswa terhadap model
pembelajaran dengan metode Peta Konsep dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 10 Grafik Prosentase tiap kategori angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran
dengan metode Peta Konsep
Siklus II
Mengacu pada refleksi pada siklus I dengan keberhasilan dan juga kegagalan yang terjadi seperti yang
telah disebutkan sebelumnya diantaranya adalah:
1) Siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar menggunakan model pembelajaran dengan metode Peta
Konsep.
2) Hasil observasi pada siklus I menunjukkan prosentase rata-rata aktivitas siswa telah memenuhi memenuhi
indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sebesar 70 % dan masuk dalan kriteria baik. Untuk evaluasi
hasil belajar dari nilai uji kompetensi diperoleh hasil nilai rata-rata mencapai 68,64%, dengan ketuntasan
klasikal mencapai 79,17 % dimana dari 48 siswa kelas VII-F sebanyak 40 siswa dinyatakan tuntas dan hanya
10 siswa yang tidak tuntas Prosentase rata-rata tersebut hampir memenuhi kriteria tuntas yang ditetapkan
sebesar 80 %.
3) Siswa menjadi lebih antusias dalam pembelajaran Peta Konsep di kelas dan lebih bersemangat bekerja
dalam kelompoknya.
4) Waktu pembelajaran masih tidak cukup dimana bagian penutup belum terlaksana dengan baik.
Maka untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang sudah dicapai pada siklus I,
dibuat perencanaan kembali untuk siklus II berdasarkan refleksi tersebut. Sama seperti pada siklus I, siklus
II ini juga terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
a) Perencanaan
Perencanaan pada siklus II dilakukan berdasarkan perencanaan kembali yang disusun pada akhir siklus I,
yaitu:
1) Memberikan motivasi kepada para siswa agar lebih aktif dan percaya diri dalam pembelajaran.
2) Memberi penghargaan pada kelompok dan siswa yang berhasil menjawab soal pertanyaan yang diberikan
dengan tepat.
3) Terus memberikan bimbingan intensif pada siswa.
4) Menyusun kembali perangkat pembelajaran dengan metode Peta Konsep yang mudah dipahami dan
mengatur pengelolaan waktu dengan baik.
5) Menyusun angket tanggapan siswa terhadap tanggapan siswa terhadap model pembelajaran dengan metode
Peta Konsep. Angket disebar setelah pembelajaran siklus II selesai.
b) Pelaksanaan
Guru menerapkan konsep pembelajaran mind map untuk mengajarkan materi Satuan baku dan tidak
baku , pada siswa kelas 7 F SMP Negeri 2 Kaliwungu tahun pelajaran 2010 - 2011. Langkah-langkah
dalam siklus II ( tindakan utama) ini antara lain sebagai berikut :
7. Guru menyiapkan media pemebelajaran yang berupa slide power point , skema Peta Konsep dengan media
powerpoint yang disajikan di depan kelas , untuk menyampaikan materi pelajaran mengenai Satuan baku
dan tidak baku .
8. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran mengenai materi Satuan baku dan tidak baku .
9. Guru menerapkan konsep pembelajaran mind map, dengan prosedur sebagai berikut :
Menulis masalah (topik) pembahasan yakni tentang Satuan baku dan tidak baku , pada slide powerpoint
yang disediakan guru di depan kelas.
Siswa bersama – sama diajak mengisi cabang-cabang masalah (topik) tentang Satuan baku dan tidak baku
ke dalam slide powerpoint yang telah disediakan secara lebih terperinci.
Siswa bersama dengan guru membuat ranting-ranting yang berhubungan dengan cabang atau berkaitan
dengan topik yang sedang dibahas yakni Satuan baku dan tidak baku.
10. Guru selanjutnya memberikan latihan terhadap setiap kelompok yang sudah terbentuk dengan konsep
pemetaan pikiran untuk menguraikan masalah yang berkaitan dengan topik masalah yang sedang dibahas
yakni tentang Satuan baku dan tidak baku , dengan memberikan batasan waktu mengerjakan yakni 20 menit.
Di akhir pembahasan guru menyimpulkan materi pembahasan melalui konsep mind map tersebut.
11. Guru mengadakan tes/evaluasi untuk mengetahui kemampuan hasil belajar siswa
12. Guru melakukan refleksi terhadap efektifitas penerapan konsep pembelajaran mind map ini.
Selanjutnya hasil tes diolah untuk mendapatkan nilai kuantitatif (bentuk angka). Hasil tes yang telah
diperoleh kemudian dibandingkan hasilnya dengan pencapaian sebelaumnya. Hasil penerapan konsep
pembelajaran mind map (pemetaan pikiran ) adalah sebagai berikut :
1) Kegiatan pembelajaran semakin mengarah pada pembelajaran dengan metode Peta Konsep.
2) Siswa sudah terbiasa dengan kelompoknya dan bekerja sama dengan kelompok dalam memecahkan soal-
soal dari guru.
3) Siswa lebih berani dan percaya diri mengemukakan pendapatnya dalam menyampaikan alasan-alasan dari
jawaban yang diberikan mengenai peragaan yang disajikan.
4) Siswa menjadi lebih antusias mencari tahu kebenaran jawaban dengan peragaan langsung dan meyimak
alasan yang tepat dari Guru yang menjadi kunci jawabannya.
5) Suasana pembelajaran lebih menyenangkan lagi saat masing-masing kelompok berebut untuk menjawab
pertanyaan dan mengemukakan alasan-alasan dari jawaban dengan antusias.
6) Pengelolaan waktu sudah lebih baik dari siklus I, dapat menyelesaikan pembelajaran hingga penilaian
sampai pada penyebaran angket dengan tepat waktu.
7) Pada akhir pembelajaran siklus II angket disebarkan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran
dengan metode Peta Konsep.
c) Pengamatan
1) Hasil observasi aktifitas siswa dan evaluasi hasil belajar siswa pada siklus II dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2 Hasil observasi siswa dan hasil belajar IPA Fisika siswa SMP Negeri 2 Kaliwungu siklus II
KETERANGAN SIKLUS II
Prosentase rata-rata aktivitas siswa 83.13
Jika disajikan dalam bentuk grafik grafik hasil observasi siswa dan hasil belajar siswa pada siklus II adalah
sebagai berikut:
Gambar 9 Grafik Hasil observasi siswa dan hasil belajar IPA Fisika siswa SMP Negeri 2 Kaliwungu siklus II
2) Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran dengan metode Peta
Konsep disebarkan pada masing-masing siswa setelah kegiatan pembelajaran Peta Konsep siklus II dilaksanakan.
Angket berisi 10 item pernyataan yang berisi respon siswa terhadap model pembelajaran dengan metode Peta
Konsep. Item-item pernyataan pada angket adalah sebagai berikut:
11. Pelajaran Fisika jadi tidak membosankan dan menjenuhkan.
12. Saya jadi semangat ketika belajar dengan menggunakan model pembelajaran dengan metode Peta Konsep.
13. Suasana kelas menjadi lebih tenang dan lebih kondusif / mendukung proses pembelajaran.
14. Mempermudah saya memahaman materi pelajaran dan saya merasa lebih baik dalam menguasai IPA Fisika.
15. Menumbuhkan kretivitas dan daya pikir pada diri siswa.
16. Saya menjadi lebih berani dalam mengungkapkan pendapat atau jawaban
17. Saya senang mengerjakan tugas-tugas dari guru.
18. Siswa aktif dalam kelompok dan saling bekerja sama dalam menjawab kuis
19. Saya menjadi senang mengerjakan soal-soal IPA Fisika.
20. Dengan metode ini nilai IPA Fisika saya menjadi meningkat.
Selanjutnya untuk lebih jelas dan mudah dalam mengetahui respon siswa pada setiap kategori respon siswa
yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) dianalisis secara deskriptif
dalam bentuk persentase untuk tiap kategori. Hasil prosentase respon siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Prosentase tiap kategori angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran dengan metode Peta Konsep [A4]
Kategori Nomor Item Angket Jml Prosentase
Respon 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 skor (%)
Siswa
Sangat 26 24 24 24 28 26 26 28 26 27 259 64.75
Setuju
(SS)
Setuju 11 13 13 14 10 12 12 11 13 11 120 30.00
(S)
Tidak 3 3 3 2 2 1 1 1 1 1 18 4.5
Setuju
(TS)
Sangat 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 3 0.75
Tidak
Setuju
(STS)
Jika disajikan dalam bentuk grafik prosentase tiap kategori angkettanggapan siswa terhadap model pembelajaran
dengan metode Peta Konsep dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 10 Grafik Prosentase tiap kategori angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran dengan metode Peta
Konsep
d) Refleksi
Keberhasilan yang diperoleh selama pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut:
1) Meningkatnya aktivitas siswa yang meliputi aspek berkelompok, mengerjakan tugas-tugas, berpikir
bersama, dan menjawab pertanyaan yang telah menunjukkan peningkatan prosentase keaktifan siswa secara
keseluruhan lebih dari 10%, yaitu pada siklus I sebesar 72,79 % menjadi 83,11 % pada siklus II dan masuk
kriteria baik pada siklus I menjadi sangat baik pada siklus II.
2) Peningkatan hasil belajar siswa dari hasil analisis nilai uji kompetensi siswa yang menunjukkan prosentase
nilai rata-rata 68,64 % pada siklus I dan 79,27 % pada siklus II dengan tingkat prosentase ketuntasan kelas
siklus I sebesar 79,17 % dan siklus II sebesar 97,8 %. Prosentase nilai rata-rata dan prosentasi ketuntasan
kelas mengalami peningkatan lebih dari 10 %. Jumlah siswa yang tuntas, dari siklus I meningkat pada siklus
II dimana pada siklus II hanya satu siswa saja yang dinyatakan tidak tuntas. Ketuntasan klasikal yang dicapai
telah memenuhi indikator yang telah ditetapkan sebesar 80 %.
3) Respon siswa terhadap pembelajaran paling banyak adalah setuju (S) dengan prosentase sebesar 61,3 %
kemudian sangat setuju (SS) 28,7 %, tidak setuju (TS) 8,9 %, dan sangat tidak setuju (STS) 1,1 %. Jumlah
prosentase sangat setuju dan setuju mencapai 90 % lebih besar dari pada kategori tidak setuju dan sangat
tidak setuju sekali.
Peningkatan aktifitas siswa dan hasil belajar siswa kelas VIII-A SMP Negeri 2 Kaliwungu, jika dibuat dalam
bentuk tabel dan grafik maka dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4 Peningkatan aktifitas siswa dan hasil belajar siswa kelas VIII-A SMP Negeri 2 Kaliwungu
KETERANGAN SIKLUS I SIKLUS II
Ji
ka disajikan dalam bentuk grafik maka dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar 11 Grafik peningkatan aktifitas siswa dan hasil belajar siswa kelas VIII-A SMP Negeri 2 Kaliwungu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat ditarik simpulan bahwa pembelajaran dengan metode Peta
Konsep dapat meningkatkan hasil belajar IPA Fisika pada materi Besaran dan Satuan pada siswa kelas VII
F SMP Negeri 2 Kaliwungu Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011. Rerata ulangan harian sebelum
tindakan 55,71 naik menjadi 68,64 pada siklus I dan 79,33 pada siklus II. Prosentase rata rata aktivitas siswa
sebelum PTK 60,43 menjadi 72,79 pada siklus I dan 83,13 pada siklus II.
B. Rekomendasi
Berdasarkan simpulan tersebut di atas, disarankan kepada rekan guru yang mempunyai
permasalahan dengan karakteristik kelas dan penyebab masalah yang (relatif) sama
direkomendasikan untuk :
1) Mengaplikasikan teknik pembelajaran ini sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah
terhadap rendahnya motivasi, keterlibatan berproses dan prestasi belajar siswa sekaligus
sebagai upaya inovatif dalam kegiatan pembelajaran.
2) Menjadikan laporan hasil penelitian tindakan kelas ini sebagai wacana dan bahan diskusi
untuk meningkatkan pemahaman kita tentang pentingnya guru dalam menyusun skenario
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa melalui penggunaan strategi yang tepat dan
menarik.
3) Memberikan masukan dan koreksi demi kesempurnaan dan meningkatnya wawasan penulis
dalam karya-karya penelitian selanjutnya
C. Saran-saran
1) Mengingat pelaksanaan siklus pada penelitian ini baru berjalan dua kali, siklus penelitian
diharapkan tetap dilanjutkan untuk mendapat temuan yang lebih signifikan.
2) Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini masih merupakan instrumen yang tingkat
validitasnya belum memuaskan, siklus berikutnya dapat mencoba dengan intrumen yang lebih
standar.
3) Pada akhir siklus kedua, tingkat pencapaian ketiga indikator kinerja yang ditentukan belum
maksimal. Siklus berikutnya diharapkan dapat lebih meningkatkan keterlibatan berproses
siswa, prestasi hasil belajar dan respon positif siswa.
DAFTAR PUSTAKA
DePorter, Bobbi. 2005 Readon, Mark., dan Nourie, Sarah Singer. Quantum Teaching: Mempraktikan Quantum Learning
di Ruang Kelas. Bandung: Kaifa
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Hatimah Ilhat, dkk. 2007. Pembelajaran berwawasan kemasyarakatan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Nasution. 2000. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Poerwadarminta. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Poerwadarminta. 1984. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Syamsul Mappa, Anisah Basleman. 1994. Teori Belajar Orang Dewasa. Jakarta : Proyek pembinaan dan Peningkatan
mutu tenaga kependidikan dirjen dikti depdikbud.
Tim, Abdi Guru. 2006. IPA Terpadu Untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga
Widodo, Slamet. 2008. Bimbingan Pemantapan IPA –FISIKA. Bandung: Yrama Widya.
BIODATA PENULIS