BESARAN DAN SATUAN MELALUI PENERAPAN METODE PETA KONSEP / MIND MAP
(Pemetaan Pikiran) PADA SISWA KELAS 7 A SMP NEGERI 2 MALEBER TAHUN PELAJARAN
2015 - 2016
ABSTRAK
Upaya peningkatkan minat hasil belajar IPA Fisika pada pokok bahasan Besaran dan Satuan
melalui penerapan Metode Peta Konsep / Mind Map ( Pemetaan Pikiran ) di SMP Negeri 2
Kaliwungu Kelas VII A Tahun Pelajaran 2015 – 2016
Latar Belakang dari penelitian tindakan kelas ini adalah sikap kurang bergairah,
kurang aktif, kelas kurang berpusat pada siswa, dan kadang-kadang ada yang bermain-main
sendiri di dalam kelas menjadi masalah yang dihadapi SMP Negeri 2 Maleber khususnya
untuk mata pelajaran fisika menyebabkan hasil belajar siswa rendah.
Permasalahan dari penelitian tindakan kelas ini adalah bagaimana aktifitas siswa dan
hasil belajar fisika serta respon siswa pada pokok bahasan Besaran dan Satuan melalui
model pembelajaran dengan Peta Konsep di kelas VII A SMP Negeri 2 Maleber. Dan tujuan
dari penelitian tindakan kelas ini adalah mendeskripsikan aktifitas siswa, mengetahui hasil
belajar siswa, dan mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran di kelas VII A SMP
Negeri 2 Maleber.
Melalui penelitian tindakan kelas (PTK) masalah ini dicoba untuk diatasi dengan
model pembelajaran dengan Metode Peta Konsep. PTK dilakukan dalam 2 siklus. Subjek
penelitian adalah siswa kelas VII A semester 1 SMP Negeri 2 Maleber yang berjumlah 25
siswa. Data diperoleh melalui observasi, pemberian tes uji kompetensi, dan penyebaran
angket. Kemudian dianalisilis secara deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa aktifitas siswa meningkat dalam berkelompok,
mengerjakan tugas-tugas, berfikir bersama, dan menjawab soal - soal. Hasil belajar siswa
meningkat dan respon terhadap pembelajaran yang dilaksanakan positif. Dengan demikian
dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas melalui model pembelajaran dengan metode
peta konsep siklus I dan siklus II, disimpulkan bahwa dapat meningkatkan hasil belajar fisika
pada pokok bahasan Besaran dan Satuan di SMP Negeri 2 Maleber dalam kegiatan
pembelajaran khususnya mata pelajaran fisika pada pokok bahasan Besaran dan Satuan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Minat belajar merupakan bentuk ketertarikan , keinginan siswa untuk melakukan
hal, tugas, latihan, yang berkaitan dengan pembelajaran. Dengan meningkatnya minat siswa
dalam belajar maka secara signifikan prestasi hasil belajar pun secara otomatis akan baik.
Dengan demikian peranan minat menjadi sangat penting/dominan berkaitan dengan upaya
peningkatan hasil belajar siswa.
Kenyataan yang terjadi dalam pembelajaran sering dijumpai hal-hal yang tidak
mendukung dalam rangka pencapaian hasil belajar seperti minat atau keinginan siswa
dalam belajar yang relatif masih rendah, beberapa kompetensi dasar sebagai tujuan
pembelajaran yang belum mampu tercapai sesuai dengan standar kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang diharapkan dan sebagainya, sehingga perlu dilakukan upaya atau
langkah konkret untuk meningkatkan minat atau motivasi belajar pada siswa. Minat belajar
merupakan bentuk ketertarikan , keinginan siswa untuk melakukan hal , tugas , latihan ,
yang berkaitan dengan pembelajaran. Dengan meningkatnya minat siswa dalam belajar
maka secara signifikan prestasi hasil belajar pun secara otomatis akan baik. Dengan
demikian peranan minat menjadi sangat penting / dominan berkaitan dengan upaya
peningkatan hasil belajar siswa.
Permasalahan yang sama juga terjadi pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Maleber
Kabupaten Kuningan, khususnya kelas VII A (dibandingkan 3 kelas pararel lainnya).
Setidaknya hal ini tampak dari hasil tes materi Besaran dan satuan pada mata pelajaran IPA
Fisika pada semester Ganjil tahun 2015 - 2016 (ada 2 kali tes tertulis ). Dari data yang ada
diperoleh kesimpulan bahwa pada tes tertulis pertama hingga kedua, hanya ada 20% hingga
40% dari 25 siswa yang mendapat nilai 70 ke atas (batas ketuntasan), sedangkan sebagian
besar siswa mendapat nilai di bawah 70, bahkan ada yang mendapat nilai 40.
Rendahnya kemampuan para siswa menjadi petunjuk adanya kelemahan sekaligus
kesulitan belajar, yang dalam hal ini berarti ada kelemahan dan kesulitan belajar memahami
materi Besaran dan Satuan. Mengenai masalah ini, guru IPA Terpadu kelas VII
mengidentifikasi penyebab siswa kelas VII A ‘gagal’ dalam belajar IPA Fisika berkaitan
dengan kesulitan mengenali pikiran utama atau ide pokok dalam materi Besaran dan Satuan
selain rendahnya minat dan motivasi mereka dalam belajar IPA Fisika. Dari wawancara
dengan siswa diperoleh informasi mengenai penyebab siswa sulit memahami isi dari materi
Besaran dan Satuan,
Selama ini pembelajaran IPA Fisika dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: (1)
memberi sebuah materi Besaran dan Satuan yang diambil guru dari berbagai sumber, bukan
dari buku pelajaran atau LKS (lembar kerja siswa) dengan alasan materi Besaran dan Satuan
yang ada pada buku sudah diisi soal-soalnya oleh siswa di rumah, (2) meminta siswa
membaca materi tersebut dalam waktu yang ditentukan guru, misalnya 15 menit, (3)
meminta siswa mencari kata-kata yang dirasa sulit untuk dibahas bersama, (4) menugasi
beberapa siswa untuk menyampaikan isi Materi Besaran dan Satuan, (5) menugasi siswa
mengerjakan soal (pilihan ganda atau isian singkat) yang telah disiapkan guru pada buku
tugas dengan waktu yang telah ditentukan, (7) mengumpulkan buku tugas, (8) membahas
jawaban soal-soal tersebut, serta (9) menilai hasil tes tertulis. Prosedur tersebut
menunjukkan bahwa siswa tidak diberi kesempatan untuk melakukan aktivitas Memahami
materi melalui tahap Peta Konsep lebih dahulu guna membangun skemanya tentang isi
Materi .
Langkah yang dapat ditempuh untuk meningkatkan atau menumbuhkan minat dan
hasil belajar siswa salah satunya adalah dengan menggunakan konsep / model
pembelajaran Peta Konsep atau mind map (pemetaan pikiran). Penggunaan model
pembelajaran Peta Konsep atau mind map ini diduga dapat meningkatkan minat belajar
siswa karena pembelajaran dengan konsep ini lebih didasarkan pada kemudahan untuk
menggali informasi yang akan menarik minat siswa terutama dalam hal penyajian materi /
bahan ajar yang lebih skematis, terperinci, dan lebih konkret dengan berbagai variasi
gambar / tulisan yang menarik perhatian siswa yang belajar.
Menurut Tony Buzon (2007) mind map (pemetaan pikiran) adalah cara mudah
menggali imformasi dalam dan luar otak, cara baru untuk belajar dan berlatih yang cepat
dan ampuh , cara membuat catatan yang tidak membosankan dan cara terbaik untuk
membuat ide-ide baru dalam merencanakan proyek.
Merefleksi fenomena di atas, peneliti menetapkan untuk mengadakan mind map /
Peta Konsep pada kegiatan pemamahaman materi Besaran dan Satuan dalam bentuk
penelitian tindakan kelas. Adapun alasan pemilihan strategi tersebut sebagai berikut ini.
Pertama, adanya mind map / Peta Konsep dapat membantu siswa dalam mengatur fokus
perhatiannya sehingga menghindarkannya dari pemberian fokus berlebihan pada materi
yang kurang penting, atau sebaliknya kurang memberikan perhatian pada materi yang
penting. Kedua, adanya mind map / Peta Konsep memungkinkan siswa dapat melakukan
kegiatan memahami materi Besaran dan satuan dengan tujuan yang jelas, yakni
menemukan informasi untuk menjawab materi Besaran dan Satuan. Ketiga, dengan
dilatihnya siswa melakukan mind map / Peta Konsep sebelum kegiatan pembelajaran
dimulai, berarti pembelajaran tidak hanya difokuskan pada hasil, tapi juga pada proses
panguasaan keterampilan mind map / Peta Konsep.
Langkah yang dapat ditempuh untuk dapat meningkatkan atau menumbuhkan minat
dan hasil belajar siswa salah satunya adalah dengan menggunakan konsep/model
pembelajaran mind map (pemetaan pikiran). Penggunaan model pembelajaran mind map
ini diduga dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa karena pembelajaran dengan
konsep ini lebih didasarkan pada kemudahan untuk menggali informasi yang akan menarik
minat siswa terutama dalam hal penyajian materi / bahan ajar yang lebih skematis,
terperinci, dan lebih konkret dengan berbagai variasi gambar/tulisan yang menarik
perhatian siswa yang belajar.
Konsep pembelajaran mind map / peta konsep ini merupakan solusi alternatif
terbaik dan sangat tepat jika diterapkan dalam proses pembelajaran karena memberikan
berbagai kemudahan dalam belajar, seperti pemahaman konsep, menjadikan proses
pembelajaran menjadi lebih menarik karena konsep pengemasan yang lebih sederhana .
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan, dirumuskan permasalahan-permasalahan
penelitian sebagai berikut.
1. Apakah dengan konsep pembelajaran mind map (pemetaan pikiran) / peta konsep
dapat meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPA , terutama siswa kelas
7 SMP Negeri 2 Maleber tahun pelajaran 2015-2016
2. Apakah dengan konsep pembelajaran mind map (pemetaan pikiran) / peta konsep
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA , terutama siswa kelas 7
SMP Negeri 2 Maleber tahun pelajaran 2015-2016
Pembelajaran mind map / Peta Konsep materi Besaran dan Satuan IPA Terpadu di
SMP merupakan bagian dari kegiatan belajar pada mata pelajaran IPA Terpadu yang
bertujuan untuk menumbuh kembangkan keterampilan siswa dalam menyerap informasi
yang terdapat dalam materi diatas , sehingga tesnya difokuskan pada kemampuan
memahami isi materi. Penggunaan model pembelajaran Peta Konsep atau mind map ini
lebih didasarkan pada kemudahan untuk menggali informasi yang akan menarik minat siswa
terutama dalam hal penyajian materi / bahan ajar yang lebih skematis, terperinci, dan lebih
konkret dengan berbagai variasi gambar / tulisan yang menarik perhatian siswa yang
belajar.. Kemampuan memahami materi adalah kemampuan menangkap makna, baik yang
tersurat mapun tersirat, dalam materi Besaran dan Satuan pada Mata Pelajaran IPA Terpadu
yang diukur dengan tes pilihan ganda maupun uraian tentang isi materi Besaran dan
Satuan .
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan dengan latar belakang, identifikasi masalah dan rumusan masalah tersebut di
atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui dan mendiskripsikan apakah dengan konsep pembelajaran mind map
(pemetaan pikiran) / peta konsep dapat meningkatkan minat belajar siswa pada mata
pelajaran IPA, terutama siswa kelas 7 SMP Negeri 2 Maleber tahun pelajaran 2015-2016
2. Mengetahui dan mendiskripsikan apakah dengan konsep pembelajaran mind map
(pemetaan pikiran) / peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPA, terutama siswa kelas 7 SMP Negeri 2 Maleber tahun pelajaran 2015-2016
D. Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian khususnya untuk perbaikan kualitas pendidikan dan /
atau pembelajaran diuraikan secara jelas. Yang perlu dikemukakan adalah manfaatnya bagi
siswa, guru, serta komponen pendidikan terkait di sekolah sehingga Penelitian ini berguna :
Secara teoretis penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi/acuan tentang
peranan konsep pembelajaran mind map / peta konsep pada proses belajar mengajar
kaitannya dengan upaya meningkatkan minat belajar siswa disekolah pada mata pelajaran
IPA, terutama pada siswa kelas 7 SMP Negeri 2 Maleber tahun pelajaran 2015-2016.
1. Secara praktis penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan / pertimbangan
bagi guru atau tenaga pengajar agar menggunakan konsep pembelajaran mind map /
peta konsep ini dalam mengajar, karena memiliki kelebihan dalam hal pemahaman
konsep.
2. Secara aplikatif penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi sekolah
untuk menyiapkan media atau bahan pemebelajaran khususnya mengenai konsep
pembelajaran mind map / peta konsep .
3. Bagi para pemerhati pendidikan khususnya dalam upaya meningkatkan kualitas
pendidikan, penelitian ini berfungsi sebagai bahan masukan untuk menyempurnakan
bahan ajar atau dapat dijadikan sebagai tolok ukur untuk melakukan penelitian lanjutan
mengenai konsep pembelajaran mind map / peta konsep ini.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
C. Hipotesis Tindakan
Penerapan konsep pembelajaran mind map (pemetaan pikiran) / peta konsep diduga dapat
meningkatkan minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA, terutama pada siswa
kelas 7A SMP Negeri 2 Maleber tahun pelajaran 2015-2016
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Upaya meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas 7A SMP Negeri 2 Maleber
tahun pelajaran 2015 - 2016.
2. Penggunaan konsep mind map (pemetaan pikiran) dalam pembelajaran.
D. Penerapan Konsep Pembelajaran Mind Map
Konsep pembelajaran mind map menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Guru menuliskan masalah yang akan dipecahkan dalam bentuk lingkaran atau
pohon, dibagian tengah kertas atau papan white board
2. Guru membuat cabang-cabang atau kegiatan yang harus dilakukan untuk
memecahkan masalah tersebut.
3. Guru membuat ranting – ranting yang mempengaruhi atau berhubungan dengan
cabang-cabang tersebut.
4. Guru menugaskan kelompok kelas yang sudah terbentuk dengan membuat sebuah
konsep mind map untuk menguraikan sebuah masalah.
5. Guru menetapkan waktu pembuatan peta konsep kepada masing-masing
keolmpok.
6. Guru memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk
menyampaikan hasil pemetaan konsep.
7. Guru melakukan monitoring terhadap terhadap masing-masing kelompok untuk
mengevaluasi hasil kinerja kelompok dengan menggunakan pemetaan konsep.
8. Guru membuat simpulan atas hubungan-hubungan hasil kinerja setiap kelompok
dengan menggunakan konsep mind map tersebut.
9. Guru memberikan pujian/aplaus/reward kepada kelompok terbaik dalam
pembuatan peta konsep maupun dalam penyajian peta konsep.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Awal Responden
Keadaan subjek penelitian sebelum diadakan teratmen / perlakuan adalah sebagai
berikut :
1. Siswa mengalami kesulitan belajar, terutama dalam memahami konsep
pembelajaran. Hal ini terbukti dengan kemampuan menjawab pertanyaan guru pada
saat pelajaran yang relatif masih rendah.
2. Kemampuan memahami kompetensi dasar yang belum maksimal. Hal ini
menunjukkan bahwa kondisi pengajaran yang dilakukan guru kurang diminati anak
yang imbasnya pada hasil belajar yang tidak optimal. Kurangnya cara penyapaian
pengajaran yang lebih variatif dan lebih kepada pemakaian metode klasik sehingga
siswa tidak tergerak untuk meningkatkan minatnya dalam pembelajaran.
3. Tugas-tugas yang diselesaikan siswa belum dapat menjangkau esensi tugas yang
sebenarnya. Hal ini menunjukkan tingkat pemahaman siswa yang relatif masih
rendah karena baik kondisi minat siswa maupun konsep pembelajaran yang
dilakukan guru belum sesuai dengan istuasi dan kondisi siswa yang sebenarnya.
4. Hasil pemerolehan tes belajar siswa yang relatif masih rendah. Hal ini dibuktikan
dengan hasil pencapaian nilai hasil belajar yang belum sesuai dengan standar
ketuntasan minimal yang diharapkan yaitu 70.
5. Adanya minat atau motivasi belajar yang relatif masih rendah pada siswa. Hal ini
didasarkan atas semua data atau temuan di lapangan melalui pengamatan baik
secara langsung maupun tidak langsung tentang aktivitas atau kegiatan siswa yang
cenderung tidak sesuai atau mendukung dengan kegiatan belajar, padahal tanpa
minat, maka akan sullit bagi siswa untuk dapat memahami atau menguasai materi
pembelajaran yang disampaikan guru.
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas VII-A SMP Negeri 2 Maleber tahun pelajaran
2015/2016 dengan jumlah siswa 25. hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam
siklus ini adalah sebagai berikut:
Siklus I
Siklus pertama terdiri dari empat tahap sebagai berikut :
a. Perencanaan
Dalam tahap ini yang dilakukan antara lain
1. Menyusun perangkat pembelajaran antara lain RPP dan sistem
penilaian.
2. Menyusun lembar observasi untuk penilaian aktivitas siswa.
3. Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis soal uji kompetensi siswa
mengenai materi besaran dan satuan.
b. Pelaksanaan tindakan
Guru menerapkan konsep pembelajaran mind map untuk mengajarkan
materi Besaran dan Satuan , pada siswa kelas 7 A SMP Negeri 2 Maleber
tahun pelajaran 2015 - 2016. Langkah-langkah dalam siklus I ini antara lain
sebagai berikut :
1. Guru menyiapkan media pemebelajaran yang berupa bagan, skema
pohon faktor, pada sebuah kertas media, untuk menyampaikan materi
pelajaran mengenai Besaran dan Satuan.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran mengenai materi Besaran
dan Satuan.
3. Guru menerapkan konsep pembelajaran mind map, dengan prosedur
sebagai berikut :
Menulis masalah (topik) pembahasan yakni tentang Besaran dan
Satuan pada bagian tengah kertas dalam bentuk lingkaran atau
pohon.
Membuat cabang-cabang masalah (topik) tentang Besaran dan
Satuan secara lebih terperinci.
Membuat ranting-ranting yang berhubungan dengan cabang atau
berkaitan dengan topik yang sedang dibahas yakni Besaran dan
Satuan .
c. Pengamatan
Dalam penelitian tindakan kelas siklus pertama dilakukan observasi tentang aktifitas
siswa dan penilaian hasil belajar siswa dalam pembelajaran menggunakan dengan metode
Peta Konsep. Dalam observasi yang dilakukan untuk mengetahui aktifitas siswa yang
menjadi aspek penilaiannya meliputi aspek berkelompok, mengerjakan tugas-tugas, berfikir
bersama, dan menjawab pertanyaan. Sedangkan penilaian hasil belajar siswa melalui tes
tertulis berupa soal-soal uji kompetensi berkaitan dengan materi yang dipelajari, yaitu
besaran dan satuan.
Hasil observasi siswa dan hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel
berikut:
Table 1 Hasil observasi siswa dan hasil belajar IPA Fisika siswa SMP Negeri 2 Maleber siklus
I[A2]
KETERANGAN SIKLUS I
Sedangkan grafik hasil observasi siswa dan hasil belajar siswa pada siklus I adalah sebagai
berikut:
Gambar 1 Grafik Hasil observasi siswa dan hasil belajar IPA Fisika siswa SMP Negeri 2
Maleber siklus I
D. Refleksi
Keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus I adalah sebagai berikut:
1. Siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar menggunakan model pembelajaran
dengan metode Peta Konsep. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran
tersebut masih baru bagi siswa.
2. Hasil observasi pada siklus I menunjukkan prosentase rata-rata aktifitas siswa
mencapai 72,79%. Hasil ini telah memenuhi indikator keberhasilan yang telah
ditetapkan sebesar 70 % dan untuk analisis deskriptif aktifitas seluruh siswa masuk
dalam kriteria baik. Untuk hasil belajar siswa diperoleh dari nilai uji kompetensi yang
telah dianalisis dengan hasil nilai rata-rata seluruh siswa mencapai 68,64%, dan
ketuntasan klasikal mencapai 79,17 % dimana dari 40 siswa kelas VII-F sebanyak 32
siswa dinyatakan tuntas dan hanya 8 siswa yang tidak tuntas. Prosentase rata-rata
tersebut hampir memenuhi kriteria tuntas yang ditetapkan sebesar 80 %.
3. Siswa menjadi lebih antusias dalam pembelajaran Peta Konsep di kelas,
bersemangat bekerja dalam kelompoknya, dan dengan antusias mencari tahu
jawaban pertanyaan yang benar melalui peragaan.
4. Waktu pembelajaran masih tidak cukup karena peneliti harus menjelaskan terlebih
dahulu kepada siswa tentang aturan-aturan yang ada dalam Peta Konsep.
Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada
siklus I, maka dibuat perencanaan untuk pelaksanaan siklus II agar dapat dicapai hasil yang
lebih baik. Langkah-langkah yang ditempuh antara lain:
1) Memberikan motivasi kepada para siswa agar lebih aktif dan percaya diri dalam
pembelajaran.
2) Memberi penghargaan pada kelompok dan siswa yang berhasil menjawab soal yang
diberikan dengan tepat.
3) Terus memberikan bimbingan intensif pada siswa untuk melatihkan pentingnya
berfikir bersama dalam kelompoknya, dan memperhatikan materi yang ingin
disampaikan.
4) Menjelaskan kembali materi yang belum dipahami siswa dan memberikan tugas
begi siswa yang belum tuntas.
5) Menyusun kembali perangkat pembelajaran dengan metode Peta Konsep yang
mudah dipahami dan mengatur pengelolaan waktu dengan baik.
6) Menyusun angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran dengan metode
Peta Konsep , untuk mengetahui respon siswa.
Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran dengan
metode Peta Konsep disebarkan pada masing-masing siswa setelah kegiatan pembelajaran
dengan metode Peta Konsep siklus I dilaksanakan. Angket berisi 10 item pernyataan yang berisi
respon siswa terhadap model pembelajaran dengan metode Peta Konsep. Item-item
pernyataan pada angket adalah sebagai berikut:
1. Pelajaran Fisika jadi tidak membosankan dan menjenuhkan.
2. Saya jadi semangat ketika belajar dengan menggunakan model pembelajaran
dengan metode Peta Konsep
3. Suasana kelas menjadi lebih tenang dan lebih kondusif / mendukung proses
pembelajaran.
4. Mempermudah saya memahaman materi pelajaran dan saya merasa lebih
baik dalam menguasai IPA Fisika.
5. Menumbuhkan kretivitas dan daya pikir pada diri siswa.
6. Saya menjadi lebih berani dalam mengungkapkan pendapat atau jawaban
7. Saya senang mengerjakan tugas-tugas dari guru.
8. Siswa aktif dalam kelompok dan saling bekerja sama dalam menjawab kuis
9. Saya menjadi senang mengerjakan soal-soal IPA Fisika.
10. Dengan metode ini nilai IPA Fisika saya menjadi meningkat.
Selanjutnya untuk lebih jelas dan mudah dalam mengetahui respon siswa pada
setiap kategori respon siswa yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat
tidak setuju (STS) dianalisis secara deskriptif dalam bentuk persentase untuk tiap kategori.
Hasil prosentase respon siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel . Prosentase tiap kategori angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran dengan
metode Peta Konsep [A3]
Setuju
14 16 14 14 14 14 15 14 14 15 144 35.91
(S)
Tidak
Setuju 2 1 1 1 2 2 1 2 1 1 14 3.49
(TS)
Sangat
Tidak
0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 3 0.75
Setuju
(STS)
Jika disajikan dalam bentuk grafik prosentase tiap kategori angket tanggapan siswa terhadap
model pembelajaran dengan metode Peta Konsep dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 10 Grafik Prosentase tiap kategori angket tanggapan siswa terhadap model
pembelajaran dengan metode Peta Konsep
Siklus II
Mengacu pada refleksi pada siklus I dengan keberhasilan dan juga kegagalan yang terjadi
seperti yang telah disebutkan sebelumnya diantaranya adalah:
1) Siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar menggunakan model pembelajaran
dengan metode Peta Konsep.
2) Hasil observasi pada siklus I menunjukkan prosentase rata-rata aktivitas siswa telah
memenuhi memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sebesar 70 % dan
masuk dalan kriteria baik. Untuk evaluasi hasil belajar dari nilai uji kompetensi diperoleh
hasil nilai rata-rata mencapai 68,64%, dengan ketuntasan klasikal mencapai 79,17 %
dimana dari siswa kelas VII A sebanyak 25 siswa dinyatakan tuntas dan hanya 10 siswa
yang tidak tuntas Prosentase rata-rata tersebut hampir memenuhi kriteria tuntas yang
ditetapkan sebesar 80 %.
3) Siswa menjadi lebih antusias dalam pembelajaran Peta Konsep di kelas dan lebih
bersemangat bekerja dalam kelompoknya.
4) Waktu pembelajaran masih tidak cukup dimana bagian penutup belum terlaksana
dengan baik.
Maka untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang sudah
dicapai pada siklus I, dibuat perencanaan kembali untuk siklus II berdasarkan refleksi
tersebut. Sama seperti pada siklus I, siklus II ini juga terdiri dari empat tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
a) Perencanaan
Perencanaan pada siklus II dilakukan berdasarkan perencanaan kembali yang disusun pada
akhir siklus I, yaitu:
1) Memberikan motivasi kepada para siswa agar lebih aktif dan percaya diri dalam
pembelajaran.
2) Memberi penghargaan pada kelompok dan siswa yang berhasil menjawab soal
pertanyaan yang diberikan dengan tepat.
3) Terus memberikan bimbingan intensif pada siswa.
4) Menyusun kembali perangkat pembelajaran dengan metode Peta Konsep yang mudah
dipahami dan mengatur pengelolaan waktu dengan baik.
5) Menyusun angket tanggapan siswa terhadap tanggapan siswa terhadap model
pembelajaran dengan metode Peta Konsep. Angket disebar setelah pembelajaran siklus
II selesai.
b) Pelaksanaan
Guru menerapkan konsep pembelajaran mind map untuk mengajarkan materi Satuan
baku dan tidak baku , pada siswa kelas 7 A SMP Negeri 2 Maleber tahun pelajaran 2015 -
2016.
Langkah-langkah dalam siklus II ( tindakan utama) ini antara lain sebagai berikut :
1. Guru menyiapkan media pemebelajaran yang berupa slide power point , skema Peta
Konsep dengan media powerpoint yang disajikan di depan kelas , untuk
menyampaikan materi pelajaran mengenai Satuan baku dan tidak baku .
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran mengenai materi Satuan baku dan tidak
baku .
3. Guru menerapkan konsep pembelajaran mind map, dengan prosedur sebagai berikut
:
Menulis masalah (topik) pembahasan yakni tentang Satuan baku dan tidak baku
, pada slide powerpoint yang disediakan guru di depan kelas.
Siswa bersama – sama diajak mengisi cabang-cabang masalah (topik) tentang
Satuan baku dan tidak baku ke dalam slide powerpoint yang telah disediakan
secara lebih terperinci.
Siswa bersama dengan guru membuat ranting-ranting yang berhubungan
dengan cabang atau berkaitan dengan topik yang sedang dibahas yakni Satuan
baku dan tidak baku.
4. Guru selanjutnya memberikan latihan terhadap setiap kelompok yang sudah
terbentuk dengan konsep pemetaan pikiran untuk menguraikan masalah yang
berkaitan dengan topik masalah yang sedang dibahas yakni tentang Satuan baku dan
tidak baku , dengan memberikan batasan waktu mengerjakan yakni 20 menit. Di
akhir pembahasan guru menyimpulkan materi pembahasan melalui konsep mind
map tersebut.
5. Guru mengadakan tes/evaluasi untuk mengetahui kemampuan hasil belajar siswa
6. Guru melakukan refleksi terhadap efektifitas penerapan konsep pembelajaran mind
map ini.
Selanjutnya hasil tes diolah untuk mendapatkan nilai kuantitatif (bentuk angka). Hasil
tes yang telah diperoleh kemudian dibandingkan hasilnya dengan pencapaian sebelaumnya.
Hasil penerapan konsep pembelajaran mind map (pemetaan pikiran ) adalah sebagai berikut
:
1. Kegiatan pembelajaran semakin mengarah pada pembelajaran dengan metode Peta
Konsep.
2. Siswa sudah terbiasa dengan kelompoknya dan bekerja sama dengan kelompok
dalam memecahkan soal-soal dari guru.
3. Siswa lebih berani dan percaya diri mengemukakan pendapatnya dalam
menyampaikan alasan-alasan dari jawaban yang diberikan mengenai peragaan yang
disajikan.
4. Siswa menjadi lebih antusias mencari tahu kebenaran jawaban dengan peragaan
langsung dan meyimak alasan yang tepat dari Guru yang menjadi kunci jawabannya.
5. Suasana pembelajaran lebih menyenangkan lagi saat masing-masing kelompok
berebut untuk menjawab pertanyaan dan mengemukakan alasan-alasan dari
jawaban dengan antusias.
6. Pengelolaan waktu sudah lebih baik dari siklus I, dapat menyelesaikan pembelajaran
hingga penilaian sampai pada penyebaran angket dengan tepat waktu.
7. Pada akhir pembelajaran siklus II angket disebarkan untuk mengetahui respon siswa
terhadap pembelajaran dengan metode Peta Konsep.
c) Pengamatan
Hasil observasi aktifitas siswa dan evaluasi hasil belajar siswa pada siklus II dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2 Hasil observasi siswa dan hasil belajar IPA Fisika siswa SMP Negeri 2 Maleber siklus
II
KETERANGAN SIKLUS II
Prosentase rata-rata aktivitas siswa 83.13
Jika disajikan dalam bentuk grafik grafik hasil observasi siswa dan hasil belajar siswa pada
siklus II adalah sebagai berikut:
Gambar 9 Grafik Hasil observasi siswa dan hasil belajar IPA Fisika siswa SMP Negeri 2
Maleber siklus II
2) Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran
dengan metode Peta Konsep disebarkan pada masing-masing siswa setelah kegiatan
pembelajaran Peta Konsep siklus II dilaksanakan. Angket berisi 10 item pernyataan yang
berisi respon siswa terhadap model pembelajaran dengan metode Peta Konsep. Item-
item pernyataan pada angket adalah sebagai berikut:
1. Pelajaran Fisika jadi tidak membosankan dan menjenuhkan.
2. Saya jadi semangat ketika belajar dengan menggunakan model pembelajaran
dengan metode Peta Konsep.
3. Suasana kelas menjadi lebih tenang dan lebih kondusif / mendukung proses
pembelajaran.
4. Mempermudah saya memahaman materi pelajaran dan saya merasa lebih baik
dalam menguasai IPA Fisika.
5. Menumbuhkan kretivitas dan daya pikir pada diri siswa.
6. Saya menjadi lebih berani dalam mengungkapkan pendapat atau jawaban
7. Saya senang mengerjakan tugas-tugas dari guru.
8. Siswa aktif dalam kelompok dan saling bekerja sama dalam menjawab kuis
9. Saya menjadi senang mengerjakan soal-soal IPA Fisika.
10. Dengan metode ini nilai IPA Fisika saya menjadi meningkat.
Selanjutnya untuk lebih jelas dan mudah dalam mengetahui respon siswa pada setiap
kategori respon siswa yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak
setuju (STS) dianalisis secara deskriptif dalam bentuk persentase untuk tiap kategori. Hasil
prosentase respon siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Prosentase tiap kategori angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran
dengan metode Peta Konsep [A4]
Kategor Prosentas
Jml
i Nomor Item Angket e
sko
Respon 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 r (%)
Siswa 0
Sangat
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Setuju 259 64.75
6 4 4 4 8 6 6 8 6 7
(SS)
Setuju 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
120 30.00
(S) 1 3 3 4 0 2 2 1 3 1
Tidak
Setuju 3 3 3 2 2 1 1 1 1 1 18 4.5
(TS)
Sangat
Tidak
0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 3 0.75
Setuju
(STS)
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Jumlah 400 100
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Jika disajikan dalam bentuk grafik prosentase tiap kategori angket tanggapan siswa terhadap
model pembelajaran dengan metode Peta Konsep dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 10 Grafik Prosentase tiap kategori angket tanggapan siswa terhadap model
pembelajaran dengan metode Peta Konsep
d) Refleksi
Keberhasilan yang diperoleh selama pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut:
1) Meningkatnya aktivitas siswa yang meliputi aspek berkelompok, mengerjakan tugas-
tugas, berpikir bersama, dan menjawab pertanyaan yang telah menunjukkan
peningkatan prosentase keaktifan siswa secara keseluruhan lebih dari 10%, yaitu
pada siklus I sebesar 72,79 % menjadi 83,11 % pada siklus II dan masuk kriteria baik
pada siklus I menjadi sangat baik pada siklus II.
2) Peningkatan hasil belajar siswa dari hasil analisis nilai uji kompetensi siswa yang
menunjukkan prosentase nilai rata-rata 68,64 % pada siklus I dan 79,27 % pada siklus
II dengan tingkat prosentase ketuntasan kelas siklus I sebesar 79,17 % dan siklus II
sebesar 97,8 %. Prosentase nilai rata-rata dan prosentasi ketuntasan kelas
mengalami peningkatan lebih dari 10 %. Jumlah siswa yang tuntas, dari siklus I
meningkat pada siklus II dimana pada siklus II hanya satu siswa saja yang dinyatakan
tidak tuntas. Ketuntasan klasikal yang dicapai telah memenuhi indikator yang telah
ditetapkan sebesar 80 %.
3) Respon siswa terhadap pembelajaran paling banyak adalah setuju (S) dengan
prosentase sebesar 61,3 % kemudian sangat setuju (SS) 28,7 %, tidak setuju (TS) 8,9
%, dan sangat tidak setuju (STS) 1,1 %. Jumlah prosentase sangat setuju dan setuju
mencapai 90 % lebih besar dari pada kategori tidak setuju dan sangat tidak setuju
sekali.
Peningkatan aktifitas siswa dan hasil belajar siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Maleber, jika
dibuat dalam bentuk tabel dan grafik maka dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4 Peningkatan aktifitas siswa dan hasil belajar siswa kelas VII-A SMP Negeri
Maleber
KETERANGAN SIKLUS I SIKLUS II
Gambar 11 Grafik peningkatan aktifitas siswa dan hasil belajar siswa kelas VIII-A SMP
Negeri 2 Kaliwungu
6. Pembahasan Hasil Penelitian
Model pembelajaran dengan metode Peta Konsep ini menempatkan siswa untuk lebih
banyak mengembangkan keaktifan siswa dalam memecahkan masalah, ketepatan berfikir
ilmiah, berinteraksi dalam kelompok, dan pemahaman materi melalui peragaan langsung.
Berdasarkan analisis data hasil observasi siklus I, tidak terlaksananya bagian penutup
disebabkan masih belum terampil dalam pembelajaran Peta Konsep akibatnya waktu tidak
cukup. Untuk itu dilakukan perengelolaan waktu dengan baik pada siklus II.
Masih kurangnya aktivitas berfikir bersama pada siklus I, kemungkinan disebabkan
siswa belum terbiasa dengan pembelajaran yang menekankan pentingnya saling
berinteraksi, meyakinkan yang lain, dan menyamakan persepsi. Penyebab lainnya adalah
kurangnya bimbingan guru dalam mengajarkan pentingnya bekerja sama (keterampilan
sosial) dalam kelompok. Guru hanya membimbing melakukan peragaan dan menjawab kuis.
Hasil observasi pembelajaran siklus II berjalan jauh lebih baik dari siklus I. Bimbingan
intensif baik dari segi menganalisis dan menjawab setiap pertanyaan dalam Peta Konsep
secara berkelompok maupun mengajarkan keterampilan sosial (dengan cara mengingatkan
untuk berfikir bersama), menyebabkan aktivitas melakukan peragaan, berfikir bersama
(berinteraksi, meyakinkan tiap anggota, menyamakan persepsi), dan menjawab pertanyaan
cukup menonjol. Kegiatan-kegiatan ini merupakan butir-butir yang kuat pada aktivitas siswa.
Sehingga kriteria aktivitas siswa meningkat dari kriteria baik pada siklus I menjadi sangat
baik pada siklus II. Ini berarti sudah di atas indikator kinerja yang ditetapkan yaitu baik dan
dampak positifnya adalah meningkatnya aktifitas siswa dan hasil belajar siswa.
Ketidaktuntasan hasil belajar siswa pada siklus I ada hubungannya dengan masih
ada siswa yang bekerja sendiri dalam pembelajaran Peta Konsep atau menjawab pertanyaan
pertanyaan dan pengelompokan yang kurang heterogen. Sehingga ada kelompok lebih
banyak siswa yang lemah dari pada siswa yang pintar.
Bentuk pertanyaan yang dirancang peneliti berdasarkan peragaan yang berkaitan
dengan deskripsi suatu konsep, memotivasi siswa harus berkonsentrasi melihat peragaan
dan mendengarkan pertanyaan yang dibacakan agar tidak salah dalam menjawab dan
memacu siswa untuk berfikir ilmiah terhadap peragaan-peragaan yang disajikan agar siswa
dapat menjawab soal kuis secara kelompok kemudian mencari tahu jawabannya melalui
pembuktian dari peragaan yang ditampilkan sehingga pemahaman siswa pada materi yang
diajarkan menjadi lebih meningkat.
Pemahaman siswa yang meningkat berpengaruh langsung pada kemampuan siswa
mengerjakan soal-soal uji kompetensi yang diberikan sehingga akan meningkatkan hasil
belajar siswa. Ketidaktuntasan siswa pada siklus I disebabkan siswa masih kurang mengerti
dan belum terbiasa menggunakan model pembelajaran dengan metode Peta Konsep
sehingga kurang menguasai juga materi yang diajarkan. Pada siklus II siswa menjadi lebih
antusias terhadap pembelajaran sehingga terjadi peningkatan aktifitas siswa dan
meningkatkan pula hasil belajar siswa sehingga ketuntasan belajar meningkat. Peningkatan
terjadi pada aktifitas siswa dan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II.
Angket yang digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap model
pembelajaran dengan metode Peta Konsep disebarkan pada masing-masing siswa setelah
kegiatan pembelajaran Peta Konsep siklus II dilaksanakan.
Dari respon yang diberikan siswa dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang
dilaksanakan merupakan hal baru, siswa merasa senang mengikuti pelajaran, kuis lebih
mudah dipahami, memotivasi mengerjakan tugas, merasa siap untuk menjawab pertanyaan,
memusatkan perhatian dan berfikir kritis, serta lebih bergairah. Ini menunjukan bahwa
pembelajaran fisika yang menggunakan model pembelajaran dengan metode Peta Konsep
mendapat respon positif dari siswa.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat ditarik simpulan bahwa pembelajaran dengan metode
Peta Konsep dapat meningkatkan hasil belajar IPA Fisika pada materi Besaran dan Satuan
pada siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Maleber Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2015/2016.
Rerata ulangan harian sebelum tindakan 55,71 naik menjadi 68,64 pada siklus I dan 79,33
pada siklus II. Prosentase rata rata aktivitas siswa sebelum PTK 60,43 menjadi 72,79 pada
siklus I dan 83,13 pada siklus II.
B. Rekomendasi
Berdasarkan simpulan tersebut di atas, disarankan kepada rekan guru yang mempunyai
permasalahan dengan karakteristik kelas dan penyebab masalah yang (relatif) sama
direkomendasikan untuk :
1) Mengaplikasikan teknik pembelajaran ini sebagai salah satu alternatif pemecahan
masalah terhadap rendahnya motivasi, keterlibatan berproses dan prestasi belajar
siswa sekaligus sebagai upaya inovatif dalam kegiatan pembelajaran.
2) Menjadikan laporan hasil penelitian tindakan kelas ini sebagai wacana dan bahan
diskusi untuk meningkatkan pemahaman kita tentang pentingnya guru dalam
menyusun skenario pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa melalui
penggunaan strategi yang tepat dan menarik.
3) Memberikan masukan dan koreksi demi kesempurnaan dan meningkatnya wawasan
penulis dalam karya-karya penelitian selanjutnya
C. Saran-saran
1) Mengingat pelaksanaan siklus pada penelitian ini baru berjalan dua kali, siklus
penelitian diharapkan tetap dilanjutkan untuk mendapat temuan yang lebih
signifikan.
2) Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini masih merupakan instrumen yang
tingkat validitasnya belum memuaskan, siklus berikutnya dapat mencoba dengan
intrumen yang lebih standar.
3) Pada akhir siklus kedua, tingkat pencapaian ketiga indikator kinerja yang ditentukan
belum maksimal. Siklus berikutnya diharapkan dapat lebih meningkatkan
keterlibatan berproses siswa, prestasi hasil belajar dan respon positif siswa.
DAFTAR PUSTAKA
DePorter, Bobbi. 2005 Readon, Mark., dan Nourie, Sarah Singer. Quantum Teaching:
Mempraktikan Quantum Learning di Ruang Kelas. Bandung: Kaifa
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Syamsul Mappa, Anisah Basleman. 1994. Teori Belajar Orang Dewasa. Jakarta : Proyek
pembinaan dan Peningkatan mutu tenaga kependidikan dirjen dikti depdikbud.
Tim, Abdi Guru. 2006. IPA Terpadu Untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga
Widodo, Slamet. 2008. Bimbingan Pemantapan IPA –FISIKA. Bandung: Yrama Widya.
BIODATA PENULIS
2 komentar:
1.
Balas
2.
terima kasih gan atas sharing ilmunya...tapi sayang gambar2nya tdk tampil
salam blogger
Balas
Muat yang lain...
Popular
Tags
Blog Archives
Related Posts
Blogger news
ABSTRAK [A1] Sukasmo , S.Pd . 20 10 . Upaya peningkatkan minat hasil belajar IPA
Fisika pada pokok bahasan Besaran dan Satuan melal...
PEMBANGUNAN KARAKTER DAN KEPRIBADIAN MAHASISWA PADA PEMBELAJARAN
DI PERGURUAN TINGGI
Oleh: Asep Mahpudz * * ABSTRACT * * Dr. H. Asep Mahpudz, M.Si , Dosen Mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan di Universita...
Pengikut
Feedjit
Blogroll
Copyright © 2017 MENULIS BERSAMA ASWIR | Powered by Blogger
Design by NewWpThemes | Blogger Theme by Lasantha - Premium Blogger Themes
NewBloggerThemes.com