Anda di halaman 1dari 38

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR IPA FISIKA DENGAN MATERI

BESARAN DAN SATUAN MELALUI PENERAPAN METODE PETA KONSEP / MIND MAP
(Pemetaan Pikiran) PADA SISWA KELAS 7 A SMP NEGERI 2 MALEBER TAHUN PELAJARAN
2015 - 2016

ABSTRAK

Upaya peningkatkan minat hasil belajar IPA Fisika pada pokok bahasan Besaran dan Satuan
melalui penerapan Metode Peta Konsep / Mind Map ( Pemetaan Pikiran ) di SMP Negeri 2
Kaliwungu Kelas VII A Tahun Pelajaran 2015 – 2016

 Latar Belakang dari penelitian tindakan kelas ini adalah sikap kurang bergairah,
kurang aktif, kelas kurang berpusat pada siswa, dan kadang-kadang ada yang bermain-main
sendiri di dalam kelas menjadi masalah yang dihadapi SMP Negeri 2 Maleber khususnya
untuk mata pelajaran fisika menyebabkan hasil belajar siswa rendah.
Permasalahan dari penelitian tindakan kelas ini adalah bagaimana aktifitas siswa dan
hasil belajar fisika serta respon siswa pada pokok bahasan Besaran dan Satuan melalui
model pembelajaran dengan Peta Konsep di kelas VII A SMP Negeri 2 Maleber. Dan tujuan
dari penelitian tindakan kelas ini adalah mendeskripsikan aktifitas siswa, mengetahui hasil
belajar siswa, dan mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran di kelas VII A SMP
Negeri 2 Maleber.
Melalui penelitian tindakan kelas (PTK) masalah ini dicoba untuk diatasi dengan
model pembelajaran dengan Metode Peta Konsep. PTK dilakukan dalam 2 siklus. Subjek
penelitian adalah siswa kelas VII A semester 1 SMP Negeri 2 Maleber yang berjumlah 25
siswa. Data diperoleh melalui observasi, pemberian tes uji kompetensi, dan penyebaran
angket. Kemudian dianalisilis secara deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa aktifitas siswa meningkat dalam berkelompok,
mengerjakan tugas-tugas, berfikir bersama, dan menjawab soal - soal. Hasil belajar siswa
meningkat dan respon terhadap pembelajaran yang dilaksanakan positif. Dengan demikian
dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas melalui model pembelajaran dengan metode
peta konsep siklus I dan siklus II, disimpulkan bahwa dapat meningkatkan hasil belajar fisika
pada pokok bahasan Besaran dan Satuan di SMP Negeri 2 Maleber dalam kegiatan
pembelajaran khususnya mata pelajaran fisika pada pokok bahasan Besaran dan Satuan.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar  Belakang
Minat belajar merupakan bentuk ketertarikan , keinginan siswa untuk melakukan
hal, tugas, latihan, yang berkaitan dengan pembelajaran. Dengan meningkatnya minat siswa
dalam belajar maka secara signifikan prestasi hasil belajar pun secara otomatis akan baik.
Dengan demikian peranan minat menjadi sangat penting/dominan berkaitan dengan upaya
peningkatan hasil belajar siswa.
Kenyataan yang terjadi dalam pembelajaran  sering dijumpai hal-hal yang tidak
mendukung dalam rangka pencapaian hasil belajar seperti minat atau keinginan siswa
dalam belajar yang relatif  masih rendah, beberapa kompetensi dasar  sebagai  tujuan
pembelajaran yang belum mampu tercapai sesuai dengan standar kriteria ketuntasan
minimal (KKM) yang diharapkan dan sebagainya, sehingga perlu dilakukan upaya atau
langkah konkret untuk meningkatkan minat atau motivasi belajar pada siswa. Minat belajar
merupakan bentuk ketertarikan , keinginan siswa untuk melakukan hal , tugas , latihan ,
yang berkaitan dengan pembelajaran. Dengan meningkatnya minat siswa dalam belajar
maka secara signifikan prestasi hasil belajar pun secara otomatis akan baik. Dengan
demikian peranan minat menjadi sangat penting / dominan berkaitan dengan upaya
peningkatan hasil belajar siswa.
Permasalahan yang sama juga terjadi pada siswa kelas  VII  SMP Negeri 2 Maleber
Kabupaten Kuningan,  khususnya kelas  VII A (dibandingkan 3 kelas pararel lainnya).
Setidaknya hal ini tampak dari hasil  tes materi Besaran dan satuan pada mata pelajaran IPA
Fisika pada semester Ganjil tahun 2015 - 2016 (ada 2 kali tes tertulis ). Dari data yang ada
diperoleh kesimpulan bahwa pada tes tertulis pertama hingga kedua, hanya ada 20% hingga
40% dari 25 siswa yang mendapat nilai 70 ke atas (batas ketuntasan), sedangkan sebagian
besar siswa mendapat nilai di bawah 70, bahkan ada yang mendapat nilai 40.
Rendahnya kemampuan para siswa menjadi petunjuk adanya kelemahan sekaligus
kesulitan belajar, yang dalam hal ini berarti ada kelemahan dan kesulitan belajar memahami
materi Besaran dan Satuan. Mengenai masalah ini, guru IPA Terpadu  kelas  VII
mengidentifikasi penyebab siswa  kelas  VII A ‘gagal’ dalam belajar IPA Fisika berkaitan
dengan kesulitan mengenali pikiran utama atau ide pokok dalam materi Besaran dan Satuan
selain rendahnya minat dan motivasi mereka dalam belajar IPA Fisika. Dari  wawancara
dengan siswa diperoleh informasi mengenai penyebab siswa sulit memahami isi dari materi
Besaran dan Satuan,
Selama ini pembelajaran IPA Fisika dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: (1)
memberi sebuah materi Besaran dan Satuan yang diambil guru dari berbagai sumber, bukan
dari buku pelajaran atau LKS (lembar kerja siswa) dengan alasan materi Besaran dan Satuan
yang ada pada buku sudah  diisi soal-soalnya oleh siswa di rumah, (2) meminta siswa
membaca materi tersebut dalam waktu yang ditentukan guru, misalnya 15 menit, (3)
meminta siswa mencari kata-kata yang dirasa sulit untuk dibahas bersama, (4) menugasi
beberapa siswa untuk menyampaikan isi Materi Besaran dan Satuan, (5) menugasi siswa
mengerjakan soal  (pilihan ganda atau isian singkat) yang telah disiapkan guru pada buku
tugas dengan waktu yang telah ditentukan, (7) mengumpulkan buku tugas, (8) membahas
jawaban soal-soal tersebut, serta (9) menilai hasil tes tertulis. Prosedur tersebut
menunjukkan bahwa siswa tidak diberi kesempatan untuk melakukan aktivitas Memahami
materi melalui tahap Peta Konsep lebih dahulu guna membangun skemanya tentang isi
Materi .
Langkah yang dapat ditempuh untuk meningkatkan atau menumbuhkan minat dan
hasil belajar siswa salah satunya adalah dengan menggunakan konsep / model
pembelajaran Peta Konsep atau mind map (pemetaan pikiran). Penggunaan model
pembelajaran Peta Konsep atau mind map ini diduga dapat meningkatkan minat belajar
siswa karena pembelajaran dengan konsep ini lebih didasarkan pada kemudahan untuk
menggali informasi yang akan menarik minat siswa terutama dalam hal penyajian materi /
bahan ajar yang lebih skematis, terperinci, dan lebih konkret dengan berbagai variasi
gambar / tulisan yang menarik perhatian siswa yang belajar.
Menurut Tony Buzon (2007) mind map (pemetaan pikiran) adalah cara mudah
menggali imformasi dalam dan luar otak, cara baru untuk belajar dan berlatih yang cepat
dan ampuh , cara membuat catatan yang tidak membosankan dan cara terbaik untuk
membuat ide-ide baru dalam merencanakan proyek.
Merefleksi fenomena di atas, peneliti  menetapkan untuk mengadakan mind map /
Peta Konsep pada kegiatan pemamahaman materi Besaran dan Satuan dalam bentuk
penelitian tindakan kelas. Adapun  alasan pemilihan strategi tersebut sebagai berikut ini.
Pertama, adanya mind map / Peta Konsep dapat membantu siswa dalam mengatur fokus
perhatiannya sehingga menghindarkannya dari pemberian fokus berlebihan pada  materi
yang kurang penting, atau sebaliknya kurang memberikan perhatian pada materi yang
penting. Kedua, adanya mind map / Peta Konsep  memungkinkan siswa dapat melakukan
kegiatan memahami materi Besaran dan satuan  dengan tujuan yang jelas, yakni
menemukan informasi untuk menjawab materi Besaran dan Satuan. Ketiga, dengan
dilatihnya siswa melakukan mind map / Peta Konsep sebelum kegiatan pembelajaran
dimulai, berarti  pembelajaran tidak hanya difokuskan pada hasil, tapi juga pada proses
panguasaan keterampilan mind map / Peta Konsep.
Langkah yang dapat ditempuh untuk dapat meningkatkan atau menumbuhkan minat
dan hasil belajar siswa salah satunya adalah dengan menggunakan konsep/model
pembelajaran mind map (pemetaan pikiran). Penggunaan model pembelajaran mind map
ini diduga dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa karena pembelajaran dengan
konsep ini lebih didasarkan pada kemudahan untuk menggali informasi yang akan menarik
minat siswa terutama dalam hal penyajian materi / bahan ajar yang lebih skematis,
terperinci, dan lebih konkret dengan berbagai variasi gambar/tulisan yang menarik
perhatian siswa yang belajar.
Konsep pembelajaran mind map / peta konsep  ini merupakan solusi alternatif
terbaik dan sangat tepat jika diterapkan dalam proses pembelajaran karena memberikan
berbagai kemudahan dalam belajar, seperti pemahaman konsep, menjadikan proses
pembelajaran menjadi lebih  menarik karena  konsep pengemasan yang lebih sederhana .

B. Rumusan  Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan, dirumuskan permasalahan-permasalahan
penelitian sebagai berikut.
1.   Apakah dengan konsep pembelajaran mind map (pemetaan pikiran) / peta konsep
dapat meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran IPA , terutama siswa kelas
7 SMP Negeri 2 Maleber tahun pelajaran 2015-2016
2.   Apakah dengan konsep pembelajaran mind map (pemetaan pikiran) / peta konsep
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA , terutama siswa kelas 7
SMP Negeri 2 Maleber tahun pelajaran 2015-2016
Pembelajaran mind map / Peta Konsep materi Besaran dan Satuan  IPA Terpadu di
SMP merupakan bagian dari kegiatan belajar pada mata pelajaran IPA Terpadu yang
bertujuan untuk menumbuh kembangkan keterampilan siswa dalam menyerap informasi
yang terdapat dalam materi diatas , sehingga tesnya difokuskan pada kemampuan
memahami isi materi. Penggunaan model pembelajaran Peta Konsep atau mind map ini
lebih didasarkan pada kemudahan untuk menggali informasi yang akan menarik minat siswa
terutama dalam hal penyajian materi / bahan ajar yang lebih skematis, terperinci, dan lebih
konkret dengan berbagai variasi gambar / tulisan yang menarik perhatian siswa yang
belajar.. Kemampuan memahami materi adalah kemampuan menangkap makna, baik yang
tersurat mapun tersirat, dalam materi Besaran dan Satuan pada Mata Pelajaran IPA Terpadu
yang diukur dengan tes pilihan ganda maupun uraian tentang isi materi Besaran dan
Satuan .

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan dengan latar belakang, identifikasi masalah dan rumusan masalah tersebut di
atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
1.   Mengetahui dan mendiskripsikan apakah dengan konsep pembelajaran mind map
(pemetaan pikiran) / peta konsep  dapat meningkatkan minat belajar siswa pada mata
pelajaran IPA, terutama siswa kelas 7 SMP Negeri 2 Maleber tahun pelajaran 2015-2016
2.   Mengetahui dan mendiskripsikan apakah dengan konsep pembelajaran mind map
(pemetaan pikiran) / peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPA, terutama siswa kelas 7 SMP Negeri 2 Maleber tahun pelajaran 2015-2016

Untuk mengukur ketercapaian tujuan penelitian dirumuskan indikator-indikator


sebagai berikut:
Aspek Pencapaian Cara mengukur
siklus terakhir
Keaktifan siswa dalam Diamati saat pembelajaran 
Pembelajaran mind 75% dan dihitung dari jumlah
map / Peta Konsep siswa yang menampakan
materi Besaran dan keaktifan  dalam kegiatan
Satuan Pembelajaran mind map /
Peta Konsep materi Besaran
dan Satuan
Motivasi  siswa dalam 75% Diamati saat pembelajaran
Pembelajaran mind dan dihitung dari jumlah
map / Peta Konsep siswa yang menampakkan
materi Besaran dan kesungguh-annya dalam
Satuan  IPA membaca materi yang
dibagikan guru, menjawab
pertanyaan, juga dalam
mengerjakan tes tertulis.
Kemampuan siswa 75% Diamati saat pembelajaran
dalam melakukan dan dihitung dari jumlah
aktivitas Pembelajaran siswa yang melakukan
mind map / Peta aktivitas Pembelajaran mind
Konsep materi Besaran map / Peta Konsep materi
dan Satuan  IPA secara Besaran dan Satuan  IPA
benar
Kemampuan siswa 75% Diukur dari hasil ulangan /
dalam memahami isi tes dihitung dari jumlah
materi siswa yang dapat menjawab
dengan benar minimal  70%
soal pada tes

D. Manfaat Penelitian
                        Manfaat hasil penelitian khususnya untuk perbaikan  kualitas pendidikan dan /
atau pembelajaran diuraikan secara jelas. Yang perlu dikemukakan adalah manfaatnya bagi
siswa, guru, serta komponen pendidikan terkait di sekolah sehingga Penelitian ini berguna :
Secara teoretis penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi/acuan tentang
peranan konsep pembelajaran mind map /  peta konsep pada proses belajar mengajar
kaitannya dengan upaya meningkatkan minat  belajar siswa disekolah pada mata pelajaran
IPA, terutama pada siswa kelas 7  SMP Negeri 2  Maleber tahun  pelajaran  2015-2016.
1.      Secara praktis penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan / pertimbangan
bagi guru atau tenaga pengajar  agar  menggunakan konsep pembelajaran mind map /
peta konsep ini dalam mengajar, karena memiliki kelebihan dalam hal pemahaman
konsep.
2.      Secara aplikatif penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi sekolah
untuk menyiapkan media atau bahan pemebelajaran khususnya mengenai konsep
pembelajaran mind map / peta konsep .
3.      Bagi para pemerhati pendidikan khususnya dalam upaya meningkatkan kualitas
pendidikan, penelitian ini berfungsi sebagai bahan masukan untuk menyempurnakan
bahan ajar atau dapat dijadikan sebagai tolok ukur untuk melakukan penelitian lanjutan
mengenai konsep pembelajaran mind map / peta konsep  ini.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Pengertian Mind Map / Peta Konsep


Sebagaimana diungkapkan DePorter, dkk. (2000) bahwa metode mencatat
yang baik harus membantu kita mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan
pemahaman terhadap materi, membantu mengorganisasi materi, dan memberikan
wawasan baru. Peta konsep (Concept Maps) memungkinkan terjadinya semua itu. Peta
konsep dikembangkan Tony Buzan pada tahun 1970-an merupakan teknik memetakan
konsep atau teknik mencatat informasi yang disesuaikan dengan cara otak memproses
informasi yang memfungsikan otak kanan dan otak kiri secara sinergis (bersamaan dan
saling melengkapi) sehingga informasi lebih banyak dan lebih mudah diingat (DePorter, dkk.
2000 dan DePorter dan Hernacki, 2002). Svantesson (2004) mengatakan teknik ini dapat
digunakan untuk membuat ringkasan buku dan ringkasan kuliah  ketika membutuhkan
struktur.
Peta konsep berbentuk suatu gambar keseluruhan dari suatu topik. Gagasan utama
diletakkan di tengah-tengah halaman dan sering dilengkapi dengan lingkaran, persegi, atau
bentuk lain.Dari gagasan utama, ditambahkan cabang-cabang untuk setiap point atau
gagasan utama. Jumlahnya bervariasi tergantung dari jumlah gagasan atau segmen. Tiap-
tiap cabang dikembangkan untuk detail dengan menuliskan kata kunci atau frase dan dapat
pula berupa singkatan.Sedangkan simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi dapat ditambahkan
untuk menambatkan ingatan yang lebih baik. Ditambahkan pula bahwa peta konsep terbaik
adalah peta konsep yang warna-warni dan menggunakan banyak gambar dan simbol;
biasanya tampak seperti karya seni (DePorter, dkk. 2000, DePorter dan Hernacki, 2002,
Svantersson, 2004).
Pengertian Peta Konsep  Menurut Hudojo, et al (2002) peta konsep adalah saling
keterkaitan antara konsep dan prinsip yang direpresentasikan bagai jaringan konsep yang
perlu dikonstruk dan jaringan konsep hasil konstruksi inilah yang disebut peta konsep.
Sedangkan menurut Suparno (dalam Basuki, 2000, h.9) peta konsep merupakan suatu bagan
skematik untuk menggambarkan suatu pengertian konseptual seseorang dalam suatu
rangkaian pernyataan. Peta konsep bukan hanya menggambarkan konsep-konsep yang
penting, melainkan juga menghubungkan antara konsep-konsep itu. Dalam menghubungkan
konsep-konsep tersebut dapat digunakan dua prinsip yaitu prinsip diferensial progresif dan
prinsip penyesuaian integratif.  Dahar (1989) mengemukakan ciri-ciri peta konsep sebagai
berikut : 
1. Penyajian peta konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep konsep dan
proposisi-proposisi dalam suatu topik pada bidang studi. 
2. Peta konsep merupakan gambar yang menunjukkan hubungan konsep-konsep dari
suatu topik pada bidang studi. 
3. Bila dua konsep atau lebih digambarkan dibawah suatu konsep lainnya, maka
terbentuklah suatu hirarki pada peta konsep itu.  Martin (dalam Basuki, 2000)
mengungkapkan bahwa peta konsep merupakan   petunjuk   bagi  guru, untuk 
menunjukkan  hubungan  antara   ide-ide   yang penting  dengan  rencana 
pembelajaran. Sedangkan  menurut  Arends (dalam Basuki, 2000) menuliskan bahwa
penyajian peta konsep merupakan suatu cara yang baik bagi siswa untuk memahami
dan mengingat sejumlah informasi baru. Dengan penyajian peta konsep yang baik
maka siswa dapat mengingat suatu materi dengan lebih lama lagi.  
Menurut Tony Buzon (2007) mind map (pemetaan pikiran) / peta konsep  adalah
cara mudah menggali imformasi dalam dan luar otak, cara baru untuk belajar dan berlatih
yang cepat dan ampuh, cara membuat catatan yang tidak membosankan dan cara terbaik
untuk membuat ide-ide baru dalam merencanakan proyek.
Pemetaan pikiran peta konsep adalah suatu metode untuk membuat catatan untuk
berpikir. Peta pikiran / peta konsep juga digunakan untuk memecahkan masalah untuk
mengingat (menghafal) dan melakukan sesuatu pada saat kita sedang berpikir atau sewaktu
pikiran memasuki otak kita (Isworo, Yatno: 2008)
Sebuah pemetaan pikiran / peta konsep dapat dibuat dengan kata-kata, warna-
warni, garis dan gambar yang menarik. Adapun langkah-langkah pembuatan mind map
(pemetaan pikiran) / peta konsep  adalah sebagai berikut;
1.     Menuliskan   masalah yang akan dipecahkan  dalam bentuk lingkaran atau pohon,
dibagian tengah kertas.
2.      Memuat cabang-cabang atau bagian kegiatan yang harus dilakukan untuk
memecahkan masalah tersebut.
3.      Memuat ranting –ranting yang mempengaruhi atau berhubungan dengan cabang-
cabang tersebut
Mind map / peta konsep dalam proses pembelajaran dapat digunakan sebagai :
1.     Topik atau cabang masalah yang dapat dibentuk dengan gambar dan warna yang
menarik, demikian pula dengan subtopik/rantingnya.
2.     Dalam mind map / peta konsep  banyak terdapat gambar karena nilai sebuah gambar
adalah lebih dari seribu kata-kata.
3.     Hasil mind map / peta konsep dapat ditempelkan  di dinding, buku, yang dapat dilihat
secara teratur atau berkala
4.     Gambar adalah produk sisi otak kanan yang kreatif, rincian detailnya dibuat oleh otak
kiri yang  logis analitis. Efektifitas mengingat gambar adalah 80% (Sandy MC Gregor,
2005)
            Pengembangan pola pikir seseorang dapat dilakukan mulai dari menentukan tujuan
pengembangan diri secara jelas mengenali potensi pola pikir dirinya. Identifikasi faktor-
faktor  internal dan eksternal , secara terus menerus berani mencoba  belajar dari
pengalaman  hingga melaksanakan evaluasi dan perbaikan secara terus-menerus.
            Mind map / peta konsep berfungsi sebagai alat bantu untuk memudahkan otak
bekerja. Manfaat lain yang dapat diberikan anatara lain :
1.      Mempercepat pembelajaran
2.      Melihat koneksi antar topik yang berbeda
3.      Membantu brainstrorming
4.      Memudahkan ide mengalir
5.      melihat gambaran besar
6.      Memudahkan mengingat
7.      menyederhanakan struktur

B. Pengertian Minat Belajar


Minat adalah sebuah keinginan mendasar seseorang secara tulus dalam berbuat,
bertindak,menentukan atau melakukan pilihan sesuai dengan kriteria-kriteria yang dimiliki
oleh seseorang. Minat juga merupakan suatu kecenderungan hati yang tinggi terhadap
sesuatu, juga merupakan suatu gairah atau keinginan (Kamus Besar Bahasa Indonesia :
1989).
Jadi minat adalah suatu keinginan yang tulus dalam diri seseorang baik secara sadar
maupun tidak untuk melakukan sesuatu hal atau tindakan yang memberikan nilai kebaikan
atau kesenangan kepada dirinya
Menurut Winkel (1996:24) minat adalah “kecenderungan yang menetap dalam
subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung
dalam bidang itu. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan
mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus
yang disertai dengan rasa sayang.
Minat adalah sebuah pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang terlahir dengan
penuh kemauannya dan yang tergantung dari bakat dan lingkungan (Sujanto, Agus : 1981).
Motivasi adalah dorongan secara sugestif pada seseorang untuk melakukan sesuatu oleh
karena adanya stimulus/rangsangan akibat tindakan atau perlakuan seseorang baik secara
positif maupun negatif. Motivasi juga merupakan suatu dorongan yang timbul pada diri
seseorang  secara sadar/tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan
tertentu. Segala usaha yang dapat menyebabkan seseorang / kelompok orang tertentu
tergerak melakuakan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau
mendapat kepuasan dengan perbuatannya (Kamus Besar Bahasa Indonesia : 1989).
Pengaruh dalam belajar  minat belajar merupakan daya yang ada atau timbul dari
sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan
seseorang yang berusaha memperoleh kepandaian /ilmu dengan berlatih untuk mengubah
tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman  (Kamus Besar Bahasa
Indonesia : 1989 )
Dalam proses pembelajaran, guru menyampaikan materi atau bahan ajar yang harus
dipahami / dikuasai siswa, sehingga dalam hal ini siswa harus secara sadar masuk dalam
lingkungan proses pembelajaran di kelas. Oleh karena itu jika dalam diri siswa tidak tumbuh
minat untuk melakukan kegiatan pembelajaran, maka target pencapaian hasil belajar akan
sulit dilakukan siswa.
Konsep pembelajaran mind map adalah konsep pembelajaran dengan menggunakan
pemetaan berpikir dengan menguraikan tema-tema  ke dalam sub-sub tema hingga kepada
penjabaran yang lebih terperinci atau menjabarkan suatu konsep yang detail/ rumit menjadi
suatu konsep yang mudah dan sederhana.
Konsep pembelajaran yang mengemas materi/bahan ajar menjadi simpel atau
sederhana adalah langkah efektif untuk memberikan pemahaman kepada siswa agar
mendapatkan hasil yang optimal. Dengan demikian konsep pembelajaran mind map  adalah
model/konsep pembelajaran yang paling ideal untuk dapat meningkatkan minat belajar
siswa.

C. Hipotesis Tindakan
      Penerapan konsep pembelajaran mind map (pemetaan pikiran) / peta konsep diduga dapat
meningkatkan  minat dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA, terutama pada siswa
kelas 7A SMP Negeri 2 Maleber tahun pelajaran 2015-2016
  

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel


1. Populasi
      Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa SMP Negeri 2 Maleber tahun
pelajaran 2015-2016.
2. Sampel
      Sampel dalam penelitian ini adalah  siswa kelas 7A SMP Negeri 2 Maleber tahun
pelajaran 2015-2016, yang berjumlah 25 siswa sebagai respondennya.
B. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengambilan data dalam penelitian ini antara lain :
1. Random Sampling
Random sampling adalah teknik penentuan subjek penelitian yang dilakukan secara
acak.
2. Instrumen Penilaian
Instrumen penilaian yang digunanakan adalah tes/evaluasi. Instrumen ini
bertujuan  untuk pengambilan data penelitian sebagai alat ukur untuk mengetahui
kemampuan yang telah dicapai siswa dalam belajar. Instrumen penilaian ini
berbentuk soal pilihan ganda yang berjumlah 20 item soal yang berkaitan dengan
materi Besaran dan satuan
3. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data dilakukan dengan memasukan data hasil jawaban
responden atas pertanyaan/soal  yang telah diberikan dengan menggunakan rumus
sederhana  yaitu deskriptif persentase, yaitu :

                        Hasil yang dicapai   X 100%


                        Skor maksimal
Sehingga dapat diperoleh gambaran hasil pencapaian belajar antara siklus I yang
menggunakan konsep pembelajaran klasik dengan siklus II yang menggunakan konsep
pembelajaran mind map, dengan menggunakan jenis penilaian kuantitatif (angka) dengan
rentang nilai 0- 100. Pencapaian nilai menggambarkan kemampuan sebagai gambaran
kemampuan belajar yang dimiliki siswa sebagai subjek yang belajar.

C. Variabel  Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah :
1.      Upaya meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas 7A SMP Negeri 2 Maleber
tahun pelajaran 2015 - 2016.
2.      Penggunaan konsep  mind map (pemetaan pikiran) dalam pembelajaran.
D. Penerapan Konsep  Pembelajaran Mind Map
Konsep pembelajaran mind map menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
1.      Guru menuliskan masalah yang akan dipecahkan  dalam bentuk lingkaran atau
pohon, dibagian tengah kertas atau papan white board
2.     Guru membuat cabang-cabang atau kegiatan yang harus dilakukan untuk
memecahkan masalah tersebut.
3.     Guru membuat ranting – ranting yang mempengaruhi atau berhubungan dengan
cabang-cabang tersebut.
4.     Guru menugaskan kelompok kelas yang sudah terbentuk dengan membuat sebuah
konsep mind map untuk menguraikan sebuah masalah.
5.      Guru menetapkan waktu pembuatan peta konsep kepada masing-masing
keolmpok.
6.     Guru memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk
menyampaikan hasil pemetaan konsep.
7.     Guru melakukan monitoring terhadap terhadap masing-masing kelompok untuk
mengevaluasi hasil kinerja kelompok dengan menggunakan pemetaan konsep.
8.     Guru membuat simpulan atas hubungan-hubungan hasil kinerja setiap kelompok
dengan menggunakan konsep mind map tersebut.
9.      Guru memberikan pujian/aplaus/reward kepada kelompok terbaik dalam
pembuatan peta konsep maupun dalam penyajian peta konsep.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.   Kondisi Awal Responden
Keadaan subjek penelitian sebelum diadakan teratmen / perlakuan adalah sebagai
berikut :
1. Siswa mengalami kesulitan belajar, terutama dalam memahami konsep
pembelajaran. Hal ini terbukti dengan kemampuan menjawab pertanyaan guru pada
saat pelajaran yang relatif masih rendah.
2. Kemampuan memahami kompetensi dasar yang belum maksimal. Hal ini
menunjukkan bahwa kondisi pengajaran yang dilakukan guru kurang diminati anak
yang imbasnya pada hasil belajar yang tidak optimal. Kurangnya cara penyapaian
pengajaran yang lebih variatif  dan lebih kepada pemakaian metode klasik sehingga
siswa tidak tergerak untuk meningkatkan minatnya dalam pembelajaran.
3. Tugas-tugas yang diselesaikan siswa belum  dapat menjangkau esensi tugas yang
sebenarnya. Hal ini menunjukkan tingkat pemahaman siswa yang relatif masih
rendah karena baik kondisi minat siswa maupun konsep pembelajaran yang
dilakukan guru belum sesuai dengan   istuasi dan kondisi siswa yang sebenarnya.
4. Hasil pemerolehan tes belajar siswa yang relatif masih rendah. Hal ini dibuktikan
dengan hasil pencapaian nilai hasil belajar yang belum sesuai dengan standar 
ketuntasan minimal yang diharapkan yaitu 70.
5. Adanya minat atau motivasi belajar yang relatif masih rendah pada siswa. Hal ini
didasarkan atas semua data atau temuan di lapangan melalui pengamatan baik
secara langsung maupun tidak langsung tentang aktivitas atau kegiatan siswa yang
cenderung tidak sesuai atau mendukung dengan kegiatan belajar, padahal tanpa
minat, maka akan sullit bagi siswa untuk dapat memahami atau menguasai materi
pembelajaran yang disampaikan guru.

B. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas VII-A SMP Negeri 2 Maleber tahun pelajaran
2015/2016 dengan jumlah siswa 25. hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam 
siklus ini adalah sebagai berikut:
 Siklus I
Siklus pertama terdiri dari empat tahap sebagai berikut :
a. Perencanaan
Dalam tahap ini yang dilakukan antara lain
1.   Menyusun perangkat pembelajaran antara lain RPP dan sistem
penilaian.
2.    Menyusun lembar observasi untuk penilaian aktivitas siswa.
3.    Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis soal uji kompetensi siswa
mengenai materi besaran dan satuan.
b. Pelaksanaan tindakan
Guru menerapkan konsep pembelajaran mind map untuk mengajarkan
materi  Besaran dan Satuan , pada siswa kelas 7 A SMP Negeri 2 Maleber
tahun pelajaran 2015 - 2016. Langkah-langkah dalam  siklus I  ini antara lain 
sebagai berikut :
1.   Guru menyiapkan media pemebelajaran yang berupa bagan, skema
pohon faktor, pada sebuah kertas media, untuk menyampaikan  materi
pelajaran mengenai Besaran dan Satuan.
2.   Guru menyampaikan tujuan pembelajaran mengenai  materi Besaran
dan Satuan.
3.   Guru menerapkan konsep pembelajaran mind map, dengan prosedur
sebagai berikut :
 Menulis masalah (topik) pembahasan yakni tentang  Besaran dan
Satuan pada bagian tengah kertas dalam bentuk lingkaran atau
pohon.
 Membuat cabang-cabang masalah (topik) tentang Besaran dan
Satuan secara lebih terperinci.
 Membuat ranting-ranting yang berhubungan dengan cabang atau
berkaitan dengan topik yang sedang dibahas yakni Besaran dan
Satuan .

4.   Guru selanjutnya memberikan latihan terhadap setiap kelompok yang


sudah terbentuk dengan konsep pemetaan pikiran untuk menguraikan
masalah yang berkaitan dengan topik masalah yang sedang dibahas
yakni tentang Besaran dan Satuan, dengan memberikan batasan waktu
mengerjakan yakni 20 menit. Di akhir pembahasan guru menyimpulkan
materi pembahasan  melalui konsep mind map tersebut.
5.   Guru mengadakan tes/evaluasi untuk mengetahui kemampuan hasil
belajar siswa
6.   Guru melakukan refleksi terhadap efektifitas penerapan konsep
pembelajaran mind map ini.
Selanjutnya hasil tes diolah untuk mendapatkan  nilai kuantitatif (bentuk angka). Hasil
tes yang telah diperoleh kemudian dibandingkan hasilnya dengan pencapaian
sebelumnya. Hasil penerapan konsep pembelajaran mind map (pemetaan pikiran )
adalah sebagai berikut :
Pada awal dimulai pembelajaran dapat dilihat
1.   Siswa kurang bersemangat bekerja secara kelompok dalam pembalajaran.
2.   Siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar menggunakan model pembelajaran 
dengan metode Peta Konsep.
3.   Siswa malas menjawab pertanyaan  dan saling menunggu teman atau kelompok
lainnya.
4.   Aktivitas interaksi dalam kelompok, menyamakan persepsi, saling menanyakan
dalam kelompok masing kurang
5.   Kurang disiplin dan percaya diri dalam menjawab soal masih merupakan butir yang
lemah.
6.   Waktu tidak cukup karena peneliti harus menjelaskan terlebih dahulu model
pembelajaran dengan metode Peta Konsep kepada siswa tentang aturan-aturan
yang ada dalam Peta Konsep.
Untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan pada siklus I diatas dilakukan upaya
sebagai berikut:
1)   Memotivasi siswa dengan menunjukkan alat-alat peraga yang akan digunakan dalam
Metode Peta Konsep berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.
2)   Peneliti perlu mengelola waktu dengan baik.
3)  Memberikan peringatan kepada anggota kelompok untuk lebih disiplin dan percaya
diri sehingga mengetahui dan memahami pertanyaan agar dapat menjawab dengan
tepat.
4)   Perlu bimbingan yang intensif  melatihkan pentingnya berfikir bersama dalam
kelompoknya, dan memperhatikan materi yang ingin disampaikan.
Pada akhir siklus pertama dari hasil pengamatan setelah dilakukan tindakan-tindakan terjadi
perubahan suasana kelas, antara lain:
1)   Siswa mulai terbiasa dengan kondisi pembelajaran menggunakan model
pembelajaran dengan metode Peta Konsep dan mulai memahami langkah-
langkahnya.
2)    Siswa lebih termotivasi dalam pembelajaran..
3)   Siswa sudah bisa melakukan kegiatan sesuai petunjuk guru, dengan cepat
melaksanakan pembentukan kelompok dan bersemangat bekerja dalan
kelompoknya.
4)   Siswa mendengarkan soal yang dibacakan dengan penuh perhatian, menganalisia
setiap pertanyaan dan sangat antusias untuk menjawab pertanyaan.
5)   Suasana pembelajaran semakin menyenangkan saat masing-masing kelompok
berebut untuk menjawab pertanyaan dan mengemukakan alasan-alasan dari
jawaban dengan antusias mencari tahu jawaban yang benar melalui peragaan.

c. Pengamatan
Dalam penelitian tindakan kelas siklus pertama dilakukan observasi tentang aktifitas
siswa dan penilaian hasil belajar siswa dalam pembelajaran menggunakan dengan metode
Peta Konsep. Dalam observasi yang dilakukan untuk mengetahui aktifitas siswa yang
menjadi aspek penilaiannya meliputi aspek berkelompok, mengerjakan tugas-tugas, berfikir
bersama, dan menjawab pertanyaan. Sedangkan penilaian hasil belajar siswa melalui tes
tertulis berupa soal-soal uji kompetensi berkaitan dengan materi yang dipelajari, yaitu
besaran  dan satuan.
Hasil observasi siswa dan hasil belajar siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel
berikut:
Table 1  Hasil observasi siswa dan hasil belajar IPA Fisika siswa SMP Negeri 2 Maleber siklus
I[A2] 

KETERANGAN SIKLUS I

Prosentase rata-rata aktivitas siswa 72.79


Prosentase rata-rata hasil belajar siswa 68.64

Sedangkan grafik hasil observasi siswa dan hasil belajar siswa pada siklus I adalah sebagai
berikut:
Gambar 1  Grafik Hasil observasi siswa dan hasil belajar IPA Fisika siswa SMP Negeri 2
Maleber siklus I
D.       Refleksi
Keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus I adalah sebagai berikut:
1.    Siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar menggunakan model pembelajaran
dengan metode Peta Konsep. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran
tersebut masih baru bagi siswa.
2.    Hasil observasi pada siklus I menunjukkan prosentase rata-rata aktifitas siswa
mencapai 72,79%. Hasil ini telah memenuhi indikator keberhasilan yang telah
ditetapkan sebesar 70 % dan untuk analisis deskriptif aktifitas seluruh siswa masuk
dalam kriteria baik. Untuk hasil belajar siswa diperoleh dari nilai uji kompetensi yang
telah dianalisis dengan hasil nilai rata-rata seluruh siswa mencapai 68,64%, dan
ketuntasan klasikal mencapai 79,17 % dimana dari 40 siswa kelas VII-F sebanyak 32
siswa dinyatakan tuntas dan hanya 8 siswa yang tidak tuntas. Prosentase rata-rata
tersebut hampir memenuhi kriteria tuntas yang ditetapkan sebesar 80 %.
3.    Siswa menjadi lebih antusias dalam pembelajaran Peta Konsep di kelas,
bersemangat bekerja dalam kelompoknya, dan dengan antusias mencari tahu
jawaban pertanyaan yang benar melalui peragaan.
4.    Waktu pembelajaran masih tidak cukup karena peneliti harus menjelaskan terlebih
dahulu kepada siswa tentang aturan-aturan yang ada dalam Peta Konsep.
Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada
siklus I, maka dibuat perencanaan untuk pelaksanaan siklus II agar dapat dicapai hasil yang
lebih baik. Langkah-langkah yang ditempuh antara lain:
1)    Memberikan motivasi kepada para siswa agar lebih aktif dan percaya diri dalam
pembelajaran.
2)    Memberi penghargaan pada kelompok dan siswa yang berhasil menjawab soal yang
diberikan dengan tepat.
3)    Terus memberikan bimbingan intensif pada siswa untuk  melatihkan pentingnya
berfikir bersama dalam kelompoknya, dan memperhatikan materi yang ingin
disampaikan.
4)    Menjelaskan kembali materi yang belum dipahami siswa dan memberikan tugas
begi siswa yang belum tuntas.
5)    Menyusun kembali perangkat pembelajaran dengan metode Peta Konsep yang
mudah dipahami dan mengatur pengelolaan waktu dengan baik.
6)    Menyusun angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran dengan metode
Peta Konsep , untuk mengetahui respon siswa.

Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran dengan
metode Peta Konsep disebarkan pada masing-masing siswa setelah kegiatan pembelajaran
dengan metode Peta Konsep siklus I dilaksanakan. Angket berisi 10 item pernyataan yang berisi
respon siswa terhadap model pembelajaran dengan metode Peta Konsep. Item-item
pernyataan pada angket adalah sebagai berikut:
1. Pelajaran Fisika jadi tidak membosankan  dan menjenuhkan.
2. Saya jadi semangat ketika belajar dengan menggunakan model pembelajaran
dengan metode Peta Konsep
3. Suasana kelas menjadi lebih tenang dan lebih kondusif / mendukung proses
pembelajaran.
4. Mempermudah saya memahaman materi pelajaran dan saya merasa lebih
baik dalam menguasai IPA Fisika.
5. Menumbuhkan kretivitas dan daya pikir pada diri siswa.
6. Saya menjadi lebih berani dalam mengungkapkan pendapat atau jawaban
7. Saya senang mengerjakan tugas-tugas dari guru.
8. Siswa aktif dalam kelompok dan saling bekerja sama dalam menjawab kuis
9. Saya menjadi senang mengerjakan soal-soal IPA Fisika.
10. Dengan metode ini nilai IPA Fisika saya menjadi meningkat.
Selanjutnya untuk lebih jelas dan mudah dalam mengetahui respon siswa pada
setiap kategori respon siswa yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat
tidak setuju (STS) dianalisis secara deskriptif dalam bentuk persentase untuk tiap kategori.
Hasil prosentase respon siswa dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel . Prosentase tiap kategori angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran dengan
metode Peta Konsep [A3] 

Kategori Nomor Item Angket Prosentase


Jml
Respon
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 skor (%)
Siswa
Sangat
Setuju 24 23 24 25 23 23 24 25 25 23 240 59.85
(SS)

Setuju
14 16 14 14 14 14 15 14 14 15 144 35.91
(S)

Tidak
Setuju 2 1 1 1 2 2 1 2 1 1 14 3.49
(TS)
Sangat
Tidak
0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 3 0.75
Setuju
(STS)

Jumlah 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 400 100

Jika disajikan dalam bentuk grafik prosentase tiap kategori angket tanggapan siswa terhadap
model pembelajaran dengan metode Peta Konsep dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar  10  Grafik Prosentase tiap kategori angket tanggapan siswa terhadap model
pembelajaran dengan metode Peta Konsep

Siklus II
Mengacu pada refleksi pada siklus I dengan keberhasilan dan juga kegagalan yang terjadi
seperti yang telah disebutkan sebelumnya diantaranya adalah:
1)      Siswa belum terbiasa dengan kondisi belajar menggunakan model pembelajaran
dengan metode Peta Konsep.
2)      Hasil observasi pada siklus I menunjukkan prosentase rata-rata aktivitas siswa telah
memenuhi memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sebesar 70 % dan
masuk dalan kriteria baik. Untuk evaluasi hasil belajar dari nilai uji kompetensi diperoleh
hasil nilai rata-rata mencapai 68,64%, dengan ketuntasan klasikal mencapai 79,17 %
dimana dari siswa kelas VII A sebanyak 25 siswa dinyatakan tuntas dan hanya 10 siswa
yang tidak tuntas Prosentase rata-rata tersebut hampir memenuhi kriteria tuntas yang
ditetapkan sebesar 80 %.
3)      Siswa menjadi lebih antusias dalam pembelajaran Peta Konsep  di kelas dan lebih
bersemangat bekerja dalam kelompoknya.
4)      Waktu pembelajaran masih tidak cukup dimana bagian penutup belum terlaksana
dengan baik.
Maka untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang sudah
dicapai pada siklus I, dibuat perencanaan kembali untuk siklus II berdasarkan refleksi
tersebut. Sama seperti pada siklus I, siklus II ini juga terdiri dari empat tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
a)      Perencanaan
Perencanaan pada siklus II dilakukan berdasarkan perencanaan kembali yang disusun pada
akhir siklus I, yaitu:
1)      Memberikan motivasi kepada para siswa agar lebih aktif dan percaya diri dalam
pembelajaran.
2)      Memberi penghargaan pada kelompok dan siswa yang berhasil menjawab soal
pertanyaan yang diberikan dengan tepat.
3)      Terus memberikan bimbingan intensif pada siswa.
4)      Menyusun kembali perangkat pembelajaran dengan metode Peta Konsep yang mudah
dipahami dan mengatur pengelolaan waktu dengan baik.
5)      Menyusun angket tanggapan siswa terhadap tanggapan siswa terhadap model
pembelajaran dengan metode Peta Konsep. Angket disebar setelah pembelajaran siklus
II selesai.
b)      Pelaksanaan
Guru menerapkan konsep pembelajaran mind map untuk mengajarkan materi  Satuan
baku dan tidak baku , pada siswa kelas 7 A SMP Negeri 2 Maleber tahun pelajaran 2015 -
2016.
Langkah-langkah dalam  siklus II ( tindakan utama) ini antara lain  sebagai berikut :
1. Guru menyiapkan media pemebelajaran yang berupa slide power point , skema Peta
Konsep  dengan media powerpoint yang disajikan di depan kelas , untuk
menyampaikan  materi pelajaran mengenai Satuan baku dan tidak baku .
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran mengenai  materi Satuan baku dan tidak
baku .
3. Guru menerapkan konsep pembelajaran mind map, dengan prosedur sebagai berikut
:
 Menulis masalah (topik) pembahasan yakni tentang  Satuan baku dan tidak baku
,  pada slide powerpoint yang disediakan guru di depan kelas.
 Siswa bersama – sama diajak mengisi cabang-cabang masalah (topik) tentang
Satuan baku dan tidak baku ke dalam slide powerpoint yang telah disediakan
secara lebih terperinci.
 Siswa bersama dengan guru membuat ranting-ranting yang berhubungan
dengan cabang atau berkaitan dengan topik yang sedang dibahas yakni Satuan
baku dan tidak baku.
4. Guru selanjutnya memberikan latihan terhadap setiap kelompok yang sudah
terbentuk dengan konsep pemetaan pikiran untuk menguraikan masalah yang
berkaitan dengan topik masalah yang sedang dibahas yakni tentang Satuan baku dan
tidak baku , dengan memberikan batasan waktu mengerjakan yakni 20 menit. Di
akhir pembahasan guru menyimpulkan materi pembahasan  melalui konsep mind
map tersebut.
5. Guru mengadakan tes/evaluasi untuk mengetahui kemampuan hasil belajar siswa
6. Guru melakukan refleksi terhadap efektifitas penerapan konsep pembelajaran mind
map ini.
Selanjutnya hasil tes diolah untuk mendapatkan  nilai kuantitatif (bentuk angka). Hasil
tes yang telah diperoleh kemudian dibandingkan hasilnya dengan pencapaian  sebelaumnya.
Hasil penerapan konsep pembelajaran mind map (pemetaan pikiran ) adalah sebagai berikut
:
1. Kegiatan pembelajaran semakin mengarah pada pembelajaran dengan metode Peta
Konsep.
2. Siswa sudah terbiasa dengan kelompoknya dan bekerja sama dengan kelompok
dalam memecahkan soal-soal dari guru.
3. Siswa lebih berani dan percaya diri mengemukakan pendapatnya dalam
menyampaikan alasan-alasan dari jawaban yang diberikan mengenai peragaan yang
disajikan.
4. Siswa menjadi lebih antusias mencari tahu kebenaran jawaban dengan peragaan
langsung dan meyimak alasan yang tepat dari Guru yang menjadi kunci jawabannya.
5. Suasana pembelajaran lebih menyenangkan lagi saat masing-masing kelompok
berebut untuk menjawab pertanyaan dan mengemukakan alasan-alasan dari
jawaban dengan antusias.
6. Pengelolaan waktu sudah lebih baik dari siklus I, dapat menyelesaikan pembelajaran
hingga penilaian sampai pada penyebaran angket dengan tepat waktu.
7. Pada akhir pembelajaran siklus II angket disebarkan untuk mengetahui respon siswa
terhadap pembelajaran dengan metode Peta Konsep.
c)      Pengamatan
Hasil observasi aktifitas siswa dan evaluasi hasil belajar siswa pada siklus II  dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel  2  Hasil observasi siswa dan hasil belajar IPA Fisika siswa SMP Negeri 2 Maleber siklus
II

KETERANGAN SIKLUS II
Prosentase rata-rata aktivitas siswa 83.13

Prosentase rata-rata hasil belajar siswa 79.33

Jika disajikan dalam bentuk grafik grafik hasil observasi siswa dan hasil belajar siswa pada
siklus II adalah sebagai berikut:

Gambar 9  Grafik Hasil observasi siswa dan hasil belajar IPA Fisika siswa SMP Negeri 2
Maleber siklus II
 

2)  Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap model pembelajaran
dengan metode Peta Konsep disebarkan pada masing-masing siswa setelah kegiatan
pembelajaran Peta Konsep siklus II dilaksanakan. Angket berisi 10 item pernyataan yang
berisi respon siswa terhadap model pembelajaran dengan metode Peta Konsep. Item-
item pernyataan pada angket adalah sebagai berikut:
1. Pelajaran Fisika jadi tidak membosankan  dan menjenuhkan.
2. Saya jadi semangat ketika belajar dengan menggunakan model pembelajaran
dengan metode Peta Konsep.
3. Suasana kelas menjadi lebih tenang dan lebih kondusif / mendukung proses
pembelajaran.
4. Mempermudah saya memahaman materi pelajaran dan saya merasa lebih baik
dalam menguasai IPA Fisika.
5. Menumbuhkan kretivitas dan daya pikir pada diri siswa.
6. Saya menjadi lebih berani dalam mengungkapkan pendapat atau jawaban
7. Saya senang mengerjakan tugas-tugas dari guru.
8. Siswa aktif dalam kelompok dan saling bekerja sama dalam menjawab kuis
9. Saya menjadi senang mengerjakan soal-soal IPA Fisika.
10. Dengan metode ini nilai IPA Fisika saya menjadi meningkat.
Selanjutnya untuk lebih jelas dan mudah dalam mengetahui respon siswa pada setiap
kategori respon siswa yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak
setuju (STS) dianalisis secara deskriptif dalam bentuk persentase untuk tiap kategori. Hasil
prosentase respon siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Prosentase tiap kategori angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran
dengan metode Peta Konsep [A4] 
Kategor Prosentas
Jml
i Nomor Item Angket e
sko
Respon 1
1 2 3 4 5 6 7 8 9 r (%)
Siswa 0
Sangat
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Setuju 259 64.75
6 4 4 4 8 6 6 8 6 7
(SS)

Setuju 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
120 30.00
(S) 1 3 3 4 0 2 2 1 3 1

Tidak
Setuju 3 3 3 2 2 1 1 1 1 1 18 4.5
(TS)
Sangat
Tidak
0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 3 0.75
Setuju
(STS)

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Jumlah 400 100
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Jika disajikan dalam bentuk grafik prosentase tiap kategori angket tanggapan siswa terhadap
model pembelajaran dengan metode Peta Konsep dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar  10  Grafik Prosentase tiap kategori angket tanggapan siswa terhadap model
pembelajaran dengan metode Peta Konsep
 

d)     Refleksi
Keberhasilan yang diperoleh selama pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut:
1) Meningkatnya aktivitas siswa yang meliputi aspek berkelompok, mengerjakan tugas-
tugas, berpikir bersama, dan menjawab pertanyaan yang telah menunjukkan
peningkatan prosentase keaktifan siswa secara keseluruhan lebih dari 10%, yaitu
pada siklus I sebesar 72,79 % menjadi 83,11 % pada siklus II dan masuk kriteria baik
pada siklus I menjadi sangat baik pada siklus II.
2) Peningkatan hasil belajar siswa dari hasil analisis nilai uji kompetensi siswa yang
menunjukkan prosentase nilai rata-rata 68,64 % pada siklus I dan 79,27 % pada siklus
II dengan tingkat prosentase ketuntasan kelas siklus I sebesar 79,17 % dan siklus II
sebesar 97,8 %. Prosentase nilai rata-rata dan prosentasi ketuntasan kelas
mengalami peningkatan lebih dari 10 %.  Jumlah siswa yang tuntas, dari siklus I 
meningkat pada siklus II dimana pada siklus II hanya satu siswa saja yang dinyatakan
tidak tuntas. Ketuntasan klasikal yang dicapai telah memenuhi indikator yang telah
ditetapkan sebesar 80 %.
3) Respon siswa terhadap pembelajaran paling banyak adalah setuju (S) dengan
prosentase sebesar 61,3 % kemudian sangat setuju (SS) 28,7 %, tidak setuju (TS) 8,9
%, dan sangat tidak setuju (STS) 1,1 %. Jumlah prosentase sangat setuju dan setuju
mencapai 90 % lebih besar dari pada kategori tidak setuju dan sangat tidak setuju
sekali.
Peningkatan aktifitas siswa dan hasil belajar siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Maleber, jika
dibuat dalam bentuk tabel dan grafik maka dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4  Peningkatan aktifitas siswa dan hasil belajar siswa kelas VII-A SMP Negeri
Maleber       
KETERANGAN SIKLUS I SIKLUS II

Prosentase rata-rata aktivitas


72.79 83.13
siswa

Prosentase rata-rata hasil belajar


68.64 79.33
siswa
                       
                                   
Jika disajikan dalam bentuk grafik maka dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar  11  Grafik peningkatan aktifitas siswa dan hasil belajar siswa kelas VIII-A SMP
Negeri 2 Kaliwungu
6. Pembahasan Hasil Penelitian

Model pembelajaran dengan metode Peta Konsep ini menempatkan siswa untuk lebih
banyak mengembangkan keaktifan siswa dalam memecahkan masalah, ketepatan berfikir
ilmiah, berinteraksi dalam kelompok, dan pemahaman materi melalui peragaan langsung.
Berdasarkan analisis data hasil observasi siklus I, tidak terlaksananya bagian penutup
disebabkan masih belum terampil dalam pembelajaran Peta Konsep akibatnya waktu tidak
cukup.  Untuk itu dilakukan perengelolaan waktu dengan baik pada siklus II.
Masih kurangnya aktivitas berfikir bersama pada siklus I, kemungkinan disebabkan
siswa belum terbiasa dengan pembelajaran yang menekankan pentingnya saling
berinteraksi, meyakinkan yang lain, dan menyamakan persepsi. Penyebab lainnya adalah
kurangnya bimbingan guru dalam mengajarkan pentingnya bekerja sama (keterampilan
sosial) dalam kelompok. Guru hanya membimbing melakukan peragaan dan menjawab kuis.
Hasil observasi pembelajaran siklus II  berjalan jauh lebih baik dari siklus I. Bimbingan
intensif baik dari segi menganalisis dan menjawab setiap pertanyaan dalam Peta Konsep
secara berkelompok maupun mengajarkan keterampilan sosial (dengan cara mengingatkan
untuk berfikir bersama), menyebabkan aktivitas melakukan peragaan, berfikir bersama
(berinteraksi, meyakinkan tiap anggota, menyamakan persepsi), dan menjawab pertanyaan
cukup menonjol. Kegiatan-kegiatan ini merupakan butir-butir yang kuat pada aktivitas siswa.
Sehingga kriteria aktivitas siswa meningkat dari kriteria baik pada siklus I menjadi sangat
baik pada siklus II. Ini berarti sudah di atas indikator kinerja yang ditetapkan yaitu baik dan
dampak positifnya adalah meningkatnya aktifitas siswa dan hasil belajar siswa.
Ketidaktuntasan hasil belajar  siswa pada siklus I  ada hubungannya dengan masih
ada siswa yang bekerja sendiri dalam pembelajaran Peta Konsep atau menjawab pertanyaan
pertanyaan dan pengelompokan yang kurang heterogen. Sehingga ada kelompok lebih
banyak siswa yang lemah dari pada siswa yang pintar.
Bentuk pertanyaan yang dirancang peneliti berdasarkan peragaan yang berkaitan
dengan deskripsi suatu konsep, memotivasi siswa harus berkonsentrasi melihat peragaan
dan mendengarkan  pertanyaan yang dibacakan agar tidak salah dalam menjawab dan
memacu siswa untuk berfikir ilmiah terhadap peragaan-peragaan yang disajikan agar siswa
dapat menjawab soal kuis secara kelompok kemudian mencari tahu jawabannya melalui
pembuktian dari peragaan yang ditampilkan sehingga pemahaman siswa pada materi yang
diajarkan menjadi lebih meningkat.
Pemahaman siswa yang meningkat berpengaruh langsung pada kemampuan siswa
mengerjakan soal-soal uji kompetensi yang diberikan sehingga akan meningkatkan hasil
belajar siswa. Ketidaktuntasan siswa pada siklus I disebabkan siswa masih kurang mengerti
dan belum terbiasa menggunakan model pembelajaran dengan metode Peta Konsep
sehingga kurang menguasai juga materi yang diajarkan. Pada siklus II siswa menjadi lebih
antusias terhadap pembelajaran sehingga terjadi peningkatan aktifitas siswa dan
meningkatkan pula hasil belajar siswa sehingga ketuntasan belajar meningkat. Peningkatan
terjadi pada aktifitas siswa dan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II.
Angket yang digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap model
pembelajaran dengan metode Peta Konsep disebarkan pada masing-masing siswa setelah
kegiatan pembelajaran Peta Konsep siklus II dilaksanakan.
Dari respon yang diberikan siswa dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang
dilaksanakan merupakan hal baru, siswa merasa senang mengikuti pelajaran, kuis lebih
mudah dipahami, memotivasi mengerjakan tugas, merasa siap untuk menjawab pertanyaan,
memusatkan perhatian dan berfikir kritis, serta lebih bergairah. Ini menunjukan bahwa
pembelajaran fisika yang menggunakan model pembelajaran dengan metode Peta Konsep
mendapat respon positif dari siswa.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat ditarik simpulan bahwa pembelajaran dengan metode
Peta Konsep  dapat meningkatkan hasil belajar IPA Fisika pada materi Besaran dan Satuan
pada siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Maleber Kabupaten Kendal  Tahun Pelajaran 2015/2016.
Rerata ulangan harian sebelum tindakan 55,71 naik menjadi 68,64 pada siklus I dan 79,33
pada siklus II. Prosentase rata rata aktivitas siswa sebelum PTK 60,43 menjadi 72,79 pada
siklus I dan 83,13 pada siklus II.

B.     Rekomendasi
Berdasarkan simpulan tersebut di atas, disarankan kepada rekan guru yang mempunyai
permasalahan dengan karakteristik kelas dan penyebab masalah yang (relatif) sama
direkomendasikan untuk :
1) Mengaplikasikan  teknik pembelajaran ini sebagai salah satu alternatif pemecahan
masalah terhadap rendahnya  motivasi, keterlibatan berproses  dan prestasi belajar
siswa sekaligus sebagai upaya inovatif dalam kegiatan pembelajaran.
2) Menjadikan laporan hasil penelitian tindakan kelas ini sebagai wacana dan bahan
diskusi untuk meningkatkan pemahaman kita tentang pentingnya guru dalam
menyusun skenario pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa melalui
penggunaan strategi yang tepat dan menarik.
3) Memberikan masukan dan koreksi demi kesempurnaan dan meningkatnya wawasan
penulis dalam karya-karya penelitian selanjutnya
C.    Saran-saran
1) Mengingat pelaksanaan siklus pada penelitian ini baru berjalan dua kali, siklus
penelitian diharapkan tetap dilanjutkan untuk mendapat temuan yang lebih
signifikan.
2) Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini masih merupakan instrumen yang
tingkat validitasnya belum memuaskan, siklus berikutnya dapat mencoba dengan
intrumen yang lebih standar.
3) Pada akhir siklus kedua,  tingkat pencapaian ketiga indikator kinerja yang ditentukan
belum maksimal. Siklus berikutnya diharapkan dapat lebih meningkatkan
keterlibatan berproses siswa, prestasi hasil belajar dan respon positif siswa.
 

DAFTAR PUSTAKA

DePorter, Bobbi. 2005  Readon, Mark., dan Nourie, Sarah Singer. Quantum Teaching:
Mempraktikan Quantum Learning di Ruang Kelas. Bandung: Kaifa

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara

Hatimah Ilhat, dkk. 2007. Pembelajaran berwawasan kemasyarakatan. Jakarta:   Universitas


Terbuka.

Nasution. 2000. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Poerwadarminta. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Poerwadarminta. 1984. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Syamsul Mappa, Anisah Basleman. 1994. Teori Belajar Orang Dewasa. Jakarta : Proyek
pembinaan dan Peningkatan mutu tenaga kependidikan dirjen dikti depdikbud.

Tim, Abdi Guru. 2006. IPA Terpadu Untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga

Widodo, Slamet. 2008. Bimbingan Pemantapan IPA –FISIKA. Bandung: Yrama Widya.
BIODATA PENULIS

1 Nama Lengkap ONAH SAONAH, S.Pd


2 Tempat / Tgl. Lahir Kuningan, 16 September 1980
3 NIP 198009162008012006
4 Jenis Kelamin Perempuan
5 Pangkat/Gol. Ruang Penata/III c
6 Unit Kerja SMP Negeri 2 Maleber
7 Jabatan Guru
8 Mata Pelajaran IPA Fisika
Jl. Raya Desa Mekarsari Kec.
9 Alamat Sekolah
Maleber Kab. Kuningan
10 Telepon Sekolah -
Dusun Wage Rt 06 Rw 02
11 Alamat Rumah Desa Karangtengan
Kec. Maleber –Kuningan
12 HP 1.    087724468508
13 ALamat E-mail Bu.onah.saonah@gmail.com
Related Posts :

 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SD-SMP SATU ATAP


 KOMPARASI PEMBELAJARAN BERBANTUAN GEOMETERS’ SKETCHPAD ANTARA
DIRECT INSTRUCTION DAN STUDENT RESEARCH DALAM HAL PEMAHAMAN KONSEP
DAN GENERALISASI
 PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI PESANTREN SALAF
 PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATA PELAJARAN FISIKA MELALUI
PEMBELAJARAN SALINGTEMAS Di SMA NEGERI I TANAH JAWA
 PENGEMBANGAN STRATEGI PEMBELAJARAN SAINS BERBASIS KONTEKS DAN
ASESMEN AUTENTIK DI SMP/MTs PROVINSI MALUKU
 Pengaruh penerapan metode pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)
terhadap pembentukan karakter siswa dan motivasi belajar
 PENINGKATAN KINERJA GURU DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI
KOLABORASI BAHAN AJAR BERBASIS PMRI DAN PRESENTASI BERBANTUAN
KOMPUTER DI KELAS X SMA NEGERI 3 BENGKULU SELATAN
 MEMBANGUN KARAKTER MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH
LINGKUNGAN MELALUI PERKULIAHAN KIMIA LINGKUNGAN BERBASIS MASALAH
(PBM)
 IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU TERPADU DI MTs NEGERI 2 KOTA YOGYAKARTA
 MENINGKATKAN ETIKA PENYAMPAIAN PENDAPAT PADA KOMPETENSI
PELAKSANAAN DEMOKRASI DI KELAS VIII-A SMP NEGERI 3 MEDAN MELALUI METODE
CTL
 PENGEMBANGAN MODEL PENANGANAN TINDAKAN BULLYING PADA SISWA
SMA/SMK DI KOTA YOGYAKARTA
 STUDI IMPLEMENTASI PROGRAM ENGLISH SPEAKING MODEL (ESM) UNTUK
MENINGKATKAN DAYA SAING LULUSAN SMA PLUS NEGERI 17 PALEMBANG
 PEMETAAN KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH DAN PENGEMBANGAN
PROFESIONAISME GURU SECARA BERKELANJUTAN
 PEMBERDAYAAN KEHIDUPAN BERAGAMA ANAK JALANAN DI KOTA BOGOR
 Pembelajaran Karakter dalam Pendidikan Jasmani: Kaya Substansi Miskin
Implementasi

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook


Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

2 komentar:

1.

Anonim8 April 2016 22.03

izin copy untuk belajar membuat PTK. Terima kasih Pak.

Balas

2.

Bisnismu23 Agustus 2016 15.44

terima kasih gan atas sharing ilmunya...tapi sayang gambar2nya tdk tampil
salam blogger

Balas
Muat yang lain...

Links to this post

Buat sebuah Link

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

 Popular
 Tags
 Blog Archives

Related Posts

 Pengaruh penerapan metode pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)


terhadap pembentukan karakter siswa dan motivasi belajar
 PENINGKATAN KINERJA GURU DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI
KOLABORASI BAHAN AJAR BERBASIS PMRI DAN PRESENTASI BERBANTUAN
KOMPUTER DI KELAS X SMA NEGERI 3 BENGKULU SELATAN
 MEMBANGUN KARAKTER MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH
LINGKUNGAN MELALUI PERKULIAHAN KIMIA LINGKUNGAN BERBASIS MASALAH
(PBM)
 IMPLEMENTASI MANAJEMEN MUTU TERPADU DI MTs NEGERI 2 KOTA YOGYAKARTA
 MENINGKATKAN ETIKA PENYAMPAIAN PENDAPAT PADA KOMPETENSI
PELAKSANAAN DEMOKRASI DI KELAS VIII-A SMP NEGERI 3 MEDAN MELALUI METODE
CTL
 PENGEMBANGAN MODEL PENANGANAN TINDAKAN BULLYING PADA SISWA
SMA/SMK DI KOTA YOGYAKARTA
 STUDI IMPLEMENTASI PROGRAM ENGLISH SPEAKING MODEL (ESM) UNTUK
MENINGKATKAN DAYA SAING LULUSAN SMA PLUS NEGERI 17 PALEMBANG
 PEMETAAN KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH DAN PENGEMBANGAN
PROFESIONAISME GURU SECARA BERKELANJUTAN
 PEMBERDAYAAN KEHIDUPAN BERAGAMA ANAK JALANAN DI KOTA BOGOR
 Pembelajaran Karakter dalam Pendidikan Jasmani: Kaya Substansi Miskin
Implementasi
 IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SD-SMP SATU ATAP
 KOMPARASI PEMBELAJARAN BERBANTUAN GEOMETERS’ SKETCHPAD ANTARA
DIRECT INSTRUCTION DAN STUDENT RESEARCH DALAM HAL PEMAHAMAN KONSEP
DAN GENERALISASI
 PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI PESANTREN SALAF
 PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATA PELAJARAN FISIKA MELALUI
PEMBELAJARAN SALINGTEMAS Di SMA NEGERI I TANAH JAWA
 PENGEMBANGAN STRATEGI PEMBELAJARAN SAINS BERBASIS KONTEKS DAN
ASESMEN AUTENTIK DI SMP/MTs PROVINSI MALUKU

Blogger news

 Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa INGGRIS siswa SMA Negeri 10


Pekanbaru melalui tiga fase pengajaran

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSA KATA


BAHASA INGGRIS SISWA KELAS 2 SMA NEGERI 10 PEKANBARU MELALUI TIGA
PHASE...

 Motivating the Reluctant Language Learners

MOTIVATING THE RELUCTANT LANGUAGE LEARNER Presented By Drs. Abdullah


Hasan, M.Ed Drs. Aswir Astaman, M.Pd A. INTRODUCTION One can h...

 (PTK)UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR IPA FISIKA DENGAN


MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI PENERAPAN METODE PETA KONSEP /
MIND MAP (Pemetaan Pikiran) PADA SISWA KELAS 7 F SMP NEGERI 2 KALIWUNGU
TAHUN PELAJARAN 2010 - 2011

ABSTRAK [A1]   Sukasmo , S.Pd . 20 10 . Upaya peningkatkan minat hasil belajar IPA
Fisika pada pokok bahasan Besaran dan Satuan melal...
 PEMBANGUNAN KARAKTER DAN KEPRIBADIAN MAHASISWA PADA PEMBELAJARAN
DI PERGURUAN TINGGI

Oleh: Asep Mahpudz * * ABSTRACT * * Dr. H. Asep Mahpudz, M.Si , Dosen Mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan di Universita...

Pengikut

Semoga Bermanfaat buat kita semua. Dan selamat menikmati :)

Feedjit

Blogroll

 
Copyright © 2017 MENULIS BERSAMA ASWIR | Powered by Blogger
Design by NewWpThemes | Blogger Theme by Lasantha - Premium Blogger Themes
NewBloggerThemes.com

Anda mungkin juga menyukai