Anda di halaman 1dari 21

UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR IPA FISIKA

DENGAN MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI PENERAPAN


METODE PETA KONSEP / MIND MAP (PEMETAAN PIKIRAN) PADA
PESERTA DIDIK KELAS 7 SMP NEGERI 55 KONAWE SELATAN

Oleh :

NAMA GURU : AD’HAN JHAYANGKARA, S.Pd

NIP. : 198608152019031011

PEMERINTAHAN KABUPATEN KONAWE SELATAN


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2021
UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR IPA FISIKA
DENGAN MATERI BESARAN DAN SATUAN MELALUI PENERAPAN
METODE PETA KONSEP / MIND MAP (PEMETAAN PIKIRAN) PADA
PESERTA DIDIK KELAS 7 SMP NEGERI 55 KONAWE SELATAN

ABSTRAK

Ad’han Jhayangkara, S.Pd . 2021. Upaya peningkatkan minat hasil belajar IPA Fisika pada pokok
bahasan Besaran dan Satuan melalui penerapan Metode Peta Konsep / Mind Map ( Pemetaan
Pikiran ) di SMP Negeri 55 Konawe Selatan Kelas VII

Latar Belakang dari penelitian tindakan kelas ini adalah sikap kurang bergairah, kurang aktif, kelas
kurang berpusat pada peserta didik, dan kadang-kadang ada yang bermain-main sendiri di dalam
kelas menjadi masalah yang dihadapi SMP Negeri 55 Konawe Selatan khususnya untuk mata
pelajaran fisika menyebabkan hasil belajar peserta didik rendah.
Permasalahan dari penelitian tindakan kelas ini adalah bagaimana aktifitas peserta didik dan hasil
belajar fisika serta respon peserta didik pada pokok bahasan Besaran dan Satuan melalui model
pembelajaran dengan Peta Konsep di kelas VII SMP Negeri 55 Konawe Selatan. Dan tujuan dari
penelitian tindakan kelas ini adalah mendeskripsikan aktifitas peserta didik, mengetahui hasil belajar
peserta didik, dan mengetahui respon peserta didik terhadap pembelajaran di kelas VII SMP Negeri
55 Konawe Selatan.
Melalui penelitian tindakan kelas (PTK) masalah ini dicoba untuk diatasi dengan model
pembelajarandengan Metode Peta Konsep. PTK dilakukan dalam 2 siklus. Subjek penelitian adalah
peserta didik kelas VII semester 1 SMP Negeri 55 Konawe Selatan yang berjumlah 40 peserta didik.
Data diperoleh melalui observasi, pemberian tes uji kompetensi, dan penyebaran angket. Kemudian
dianalisilis secara deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa aktifitas peserta didik meningkat dalam berkelompok,
mengerjakan tugas-tugas, berfikir bersama, dan menjawab soal - soal. Hasil belajar peserta didik
meningkat dan respon terhadap pembelajaran yang dilaksanakan positif. Dengan demikian dari
pelaksanaan penelitian tindakan kelas melalui model pembelajaran dengan metode peta
konsep siklus I dan siklus II, disimpulkan bahwa dapat meningkatkan hasil belajar fisika pada pokok
bahasan Besaran dan Satuan di SMP Negeri 55 Konawe Selatan dalam kegiatan pembelajaran
khususnya mata pelajaran fisika pada pokok bahasan Besaran dan Satuan.

Kata kunci: Hasil belajar , model pembelajaran dengan metode peta konsep
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Minat belajar merupakan bentuk ketertarikan , keinginan peserta didik untuk melakukan hal, tugas,
latihan, yang berkaitan dengan pembelajaran. Dengan meningkatnya minat peserta didik dalam
belajar maka secara signifikan prestasi hasil belajarpun secara otomatis akan baik. Dengan
demikian peranan minat menjadi sangat penting/dominan berkaitan dengan upaya peningkatan hasil
belajar peserta didik.
Kenyataan yang terjadi dalam pembelajaran sering dijumpai hal-hal yang tidak mendukung dalam
rangka pencapaian hasil belajar seperti minat atau keinginan peserta didik dalam belajar yang
relatif masih rendah, beberapa kompetensi dasar sebagai tujuan pembelajaran yang belum
mampu tercapai sesuai dengan standar kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang diharapkan dan
sebagainya, sehingga perlu dilakukan upaya atau langkah konkret untuk meningkatkan minat atau
motivasi belajar pada peserta didik. Minat belajar merupakan bentuk ketertarikan , keinginan peserta
didik untuk melakukan hal , tugas , latihan , yang berkaitan dengan pembelajaran. Dengan
meningkatnya minat peserta didik dalam belajar maka secara signifikan prestasi hasil belajarpun
secara otomatis akan baik. Dengan demikian peranan minat menjadi sangat penting / dominan
berkaitan dengan upaya peningkatan hasil belajar peserta didik.
Permasalahan yang sama juga terjadi pada peserta didik kelas VII SMP Negeri 55 Konawe Selatan
Kabupaten Kendal, khususnya kelas VII F (dibandingkan Enam kelas pararel lainnya). Setidaknya
hal ini tampak dari hasil tes materi Besaran dan satuan pada mata pelajaran IPA Fisika pada
semester Ganjil tahun 2021 - 2022 (ada 2 kali tes tertulis ). Dari data yang ada diperoleh kesimpulan
bahwa pada tes tertulis pertama hingga kedua, hanya ada 20% hingga 40% dari 40 peserta didik
yang mendapat nilai 70 ke atas (batas ketuntasan), sedangkan sebagian besar peserta didik
mendapat nilai di bawah 70, bahkan ada yang mendapat nilai 40.
Rendahnya kemampuan para peserta didik menjadi petunjuk adanya kelemahan sekaligus kesulitan
belajar, yang dalam hal ini berarti ada kelemahan dan kesulitan belajar memahami materi Besaran
dan Satuan. Mengenai masalah ini, guru IPA Terpadu kelas VII mengidentifikasi penyebab peserta
didik kelas VII F ‘gagal’ dalam belajar IPA Fisika berkaitan dengan kesulitan mengenali pikiran
utama atau ide pokok dalam materi Besaran dan Satuan selain rendahnya minat dan motivasi
mereka dalam belajar IPA Fisika. Dari wawancara dengan peserta didik diperoleh informasi
mengenai penyebab peserta didik sulit memahami isi dari materi Besaran dan Satuan,
Selama ini pembelajaran IPA Fisika dilakukan dengan prosedur sebagai berikut: (1) memberi
sebuah materi Besaran dan Satuan yang diambil guru dari berbagai sumber, bukan dari buku
pelajaran atau LKS (lembar kerja peserta didik) dengan alasan materi Besaran dan Satuan yang
ada pada buku sudah diisi soal-soalnya oleh peserta didik di rumah, (2) meminta peserta didik
membaca materi tersebut dalam waktu yang ditentukan guru, misalnya 15 menit, (3) meminta
peserta didik mencari kata-kata yang dirasa sulit untuk dibahas bersama, (4) menugasi beberapa
peserta didik untuk menyampaikan isi Materi Besaran dan Satuan, (5) menugasi peserta didik
mengerjakan soal (pilihan ganda atau isian singkat) yang telah disiapkan guru pada buku tugas
dengan waktu yang telah ditentukan, (7) mengumpulkan buku tugas, (8) membahas jawaban soal-
soal tersebut, serta (9) menilai hasil tes tertulis. Prosedur tersebut menunjukkan bahwa peserta didik
tidak diberi kesempatan untuk melakukan aktivitas Memahami materi melalui tahap Peta Konsep
lebih dahulu guna membangun skemanya tentang isi Materi .
Langkah yang dapat ditempuh untuk meningkatkan atau menumbuhkan minat dan hasil belajar
peserta didik salah satunya adalah dengan menggunakan konsep / model pembelajaran Peta
Konsep atau mind map (pemetaan pikiran). Penggunaan model pembelajaran Peta Konsep atau
mind map ini diduga dapat meningkatkan minat belajar peserta didik karena pembelajaran dengan
konsep ini lebih didasarkan pada kemudahan untuk menggali informasi yang akan menarik minat
peserta didik terutama dalam hal penyajian materi / bahan ajar yang lebih skematis, terperinci, dan
lebih konkret dengan berbagai variasi gambar / tulisan yang menarik perhatian peserta didik yang
belajar.
Menurut Tony Buzon (2007) mind map (pemetaan pikiran) adalah cara mudah menggali imformasi
dalam dan luar otak, cara baru untuk belajar dan berlatih yang cepat dan ampuh , cara membuat
catatan yang tidak membosankan dan cara terbaik untuk membuat ide-ide baru dalam
merencanakan proyek.
Merefleksi fenomena di atas, peneliti menetapkan untuk mengadakan mind map / Peta
Konsep pada kegiatan pemamahaman materi Besaran dan Satuan dalam bentuk penelitian tindakan
kelas. Adapun alasan pemilihan strategi tersebut sebagai berikut ini. Pertama, adanya mind map /
Peta Konsep dapat membantu peserta didik dalam mengatur fokus perhatiannya sehingga
menghindarkannya dari pemberian fokus berlebihan pada materi yang kurang penting, atau
sebaliknya kurang memberikan perhatian pada materi yang penting. Kedua, adanya mind map /
Peta Konsep memungkinkan peserta didik dapat melakukan kegiatan memahami materi Besaran
dan satuan dengan tujuan yang jelas, yakni menemukan informasi untuk menjawab materi Besaran
dan Satuan. Ketiga, dengan dilatihnya peserta didik melakukan mind map / Peta Konsepsebelum
kegiatan pembelajaran dimulai, berarti pembelajaran tidak hanya difokuskan pada hasil, tapi juga
pada proses panguasaan keterampilan mind map / Peta Konsep.
Langkah yang dapat ditempuh untuk dapat meningkatkan atau menumbuhkan minat dan
hasil belajar peserta didik salah satunya adalah dengan menggunakan konsep/model pembelajaran
mind map (pemetaan pikiran). Penggunaan model pembelajaran mind map ini diduga dapat
meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik karena pembelajaran dengan konsep ini lebih
didasarkan pada kemudahan untuk menggali informasi yang akan menarik minat peserta didik
terutama dalam hal penyajian materi / bahan ajar yang lebih skematis, terperinci, dan lebih konkret
dengan berbagai variasi gambar/tulisan yang menarik perhatian peserta didik yang belajar.
Konsep pembelajaran mind map / peta konsep ini merupakan solusi alternatif terbaik dan sangat
tepat jika diterapkan dalam proses pembelajaran karena memberikan berbagai kemudahan dalam
belajar, seperti pemahaman konsep, menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih menarik
karena konsep pengemasan yang lebih sederhana .

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang yang telah diuraikan, dirumuskan permasalahan-permasalahan penelitian
sebagai berikut.
1. Apakah dengan konsep pembelajaran mind map (pemetaan pikiran) / peta konsep dapat
meningkatkan minat belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA Terpadu ( Fisika ) , terutama
peserta didik kelas 7 SMP Negeri 55 Konawe Selatan tahun pelajaran 2021-2022
2. Apakah dengan konsep pembelajaran mind map (pemetaan pikiran) / peta konsep dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA Terpadu ( Fisika ) , terutama
peserta didik kelas 7 SMP Negeri 55 Konawe Selatan tahun pelajaran 2021-2022
Pembelajaran mind map / Peta Konsep materi Besaran dan Satuan IPA Terpadu di SMP
merupakan bagian dari kegiatan belajar pada mata pelajaran IPA Terpadu yang bertujuan untuk
menumbuhkembangkan keterampilan peserta didik dalam menyerap informasi yang terdapat dalam
materi diatas , sehingga tesnya difokuskan pada kemampuan memahami isi materi. Penggunaan
model pembelajaran Peta Konsep atau mind map ini lebih didasarkan pada kemudahan untuk
menggali informasi yang akan menarik minat peserta didik terutama dalam hal penyajian materi /
bahan ajar yang lebih skematis, terperinci, dan lebih konkret dengan berbagai variasi gambar /
tulisan yang menarik perhatian peserta didik yang belajar.. Kemampuan memahami materi adalah
kemampuan menangkap makna, baik yang tersurat mapun tersirat, dalam materi Besaran dan
Satuan pada Mata Pelajaran IPA Terpadu yang diukur dengan tes pilihan ganda maupun uraian
tentang isi materi Besaran dan Satuan .

1.3 Tujuan Penelitian


Sesuai dengan dengan latar belakang, identifikasi masalah dan rumusan masalah tersebut di atas
maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui dan mendiskripsikan apakah dengan konsep pembelajaran mind map (pemetaan
pikiran) / peta konsep dapat meningkatkan minat belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA
Terpadu ( Fisika ) , terutama peserta didik kelas 7 SMP Negeri 55 Konawe Selatan tahun pelajaran
2021-2022
2. Mengetahui dan mendiskripsikan apakah dengan konsep pembelajaran mind map (pemetaan
pikiran) / peta konsep dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA
Terpadu ( Fisika ) , terutama peserta didik kelas 7 SMP Negeri 55 Konawe Selatan tahun pelajaran
2021-2022

Untuk mengukur ketercapaian tujuan penelitian dirumuskan indikator-indikator sebagai berikut:


Pencapaia
n
Aspek Cara mengukur
siklus
terakhir
Diamati saat pembelajaran dan dihitung dari jumlah
Keaktifan peserta didik peserta didik yang menampakan keaktifan dalam
dalam Pembelajaran mind map / Peta kegiatan Pembelajaran mind map / Peta
Konsep materi Besaran dan Satuan 75% Konsep materi Besaran dan Satuan IPA Terpadu
IPA Terpadu ( Fisika ) ( Fisika )

Diamati saat pembelajaran dan dihitung dari jumlah


Motivasi peserta didik
peserta didik yang menampakkan kesungguh-annya
dalam Pembelajaran mind map / Peta
dalam membaca materi yang dibagikan guru,
Konsep materi Besaran dan Satuan 75% menjawab pertanyaan, juga dalam mengerjakan tes
IPA Terpadu ( Fisika )
tertulis.
Kemampuan peserta didik dalam Diamati saat pembelajaran dan dihitung dari jumlah
melakukan aktivitas Pembelajaran peserta didik yang melakukan
mind map / Peta Konsepmateri 75% aktivitas Pembelajaran mind map / Peta
Besaran dan Satuan IPA Terpadu Konsep materi Besaran dan Satuan IPA Terpadu
( Fisika ) secara benar ( Fisika )
Diukur dari hasil ulangan / tes d an dihitung dari
Kemampuan peserta didik dalam
75% jumlah peserta didik yang dapat menjawab dengan
memahami isi materi
benar minimal 70% soal pada tes
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian khususnya untuk perbaikan kualitas pendidikan
dan / atau pembelajaran diuraikan secara jelas. Yang perlu dikemukakan adalah
manfaatnya bagi peserta didik, guru, serta komponen pendidikan terkait di sekolah
sehingga Penelitian ini berguna :
Secara teoretis penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi/acuan tentang peranan
konsep pembelajaran mind map / peta konsep pada proses belajar mengajar kaitannya dengan
upaya meningkatkan minat belajar peserta didik disekolah pada mata pelajaran IPA Terpadu
( Fisika ), terutama pada peserta didik kelas 7 SMP Negeri 55 Konawe Selatantahun
pelajaran 2021-2022.
1. Secara praktis penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan / pertimbangan bagi guru
atau tenaga pengajar agar menggunakan konsep pembelajaran mind map / peta konsep ini dalam
mengajar, karena memiliki kelebihan dalam hal pemahaman konsep.
2. Secara aplikatif penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi sekolah untuk
menyiapkan media atau bahan pemebelajaran khususnya mengenai konsep pembelajaran mind
map / peta konsep .
3. Bagi para pemerhati pendidikan khususnya dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan,
penelitian ini berfungsi sebagai bahan masukan untuk menyempurnakan bahan ajar atau dapat
dijadikan sebagai tolok ukur untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai konsep pembelajaran
mind map / peta konsep ini.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Pengertian Mind Map / Peta Konsep


Sebagaimana diungkapkan DePorter, dkk. (2000) bahwa metode mencatat yang baik harus
membantu kita mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan pemahaman terhadap materi,
membantu mengorganisasi materi, dan memberikan wawasan baru. Peta konsep (Concept
Maps) memungkinkan terjadinya semua itu. Peta konsep dikembangkan Tony Buzan pada tahun
1970-an merupakan teknik memetakan konsep atau teknik mencatat informasi yang disesuaikan
dengan cara otak memproses informasi yang memfungsikan otak kanan dan otak kiri secara
sinergis (bersamaan dan saling melengkapi) sehingga informasi lebih banyak dan lebih mudah
diingat (DePorter, dkk. 2000 dan DePorter dan Hernacki, 2002). Svantesson (2004) mengatakan
teknik ini dapat digunakan untuk membuat ringkasan buku dan ringkasan kuliah ketika
membutuhkan struktur.
Peta konsep berbentuk suatu gambar keseluruhan dari suatu topik. Gagasan utama diletakkan di
tengah-tengah halaman dan sering dilengkapi dengan lingkaran, persegi, atau bentuk lain.Dari
gagasan utama, ditambahkan cabang-cabang untuk setiap point atau gagasan utama. Jumlahnya
bervariasi tergantung dari jumlah gagasan atau segmen. Tiap-tiap cabang dikembangkan untuk
detail dengan menuliskan kata kunci atau frase dan dapat pula berupa singkatan.Sedangkan simbol-
simbol dan ilustrasi-ilustrasi dapat ditambahkan untuk menambatkan ingatan yang lebih baik.
Ditambahkan pula bahwa peta konsep terbaik adalah peta konsep yang warna-warni dan
menggunakan banyak gambar dan simbol; biasanya tampak seperti karya seni (DePorter, dkk.
2000, DePorter dan Hernacki, 2002, Svantersson, 2004).
Pengertian Peta Konsep Menurut Hudojo, et al (2002) peta konsep adalah saling keterkaitan antara
konsep dan prinsip yang direpresentasikan bagai jaringan konsep yang perlu dikonstruk dan
jaringan konsep hasil konstruksi inilah yang disebut peta konsep. Sedangkan menurut Suparno
(dalam Basuki, 2000, h.9) peta konsep merupakan suatu bagan skematik untuk menggambarkan
suatu pengertian konseptual seseorang dalam suatu rangkaian pernyataan. Peta konsep bukan
hanya menggambarkan konsep-konsep yang penting, melainkan juga menghubungkan antara
konsep-konsep itu. Dalam menghubungkan konsep-konsep tersebut dapat digunakan dua prinsip
yaitu prinsip diferensial progresif dan prinsip penyesuaian integratif. Dahar (1989) mengemukakan
ciri-ciri peta konsep sebagai berikut :
1. Penyajian peta konsep adalah suatu cara untuk memperlihatkan konsep konsep dan proposisi-
proposisi dalam suatu topik pada bidang studi.
2. Peta konsep merupakan gambar yang menunjukkan hubungan konsep-konsep dari suatu topik
pada bidang studi.
3. Bila dua konsep atau lebih digambarkan dibawah suatu konsep lainnya, maka terbentuklah
suatu hirarki pada peta konsep itu. Martin (dalam Basuki, 2000) mengungkapkan bahwa peta
konsep merupakan petunjuk bagi guru, untuk menunjukkan hubungan antara ide-ide yang
penting dengan rencana pembelajaran. Sedangkan menurut Arends (dalam Basuki, 2000)
menuliskan bahwa penyajian peta konsep merupakan suatu cara yang baik bagi peserta didik untuk
memahami dan mengingat sejumlah informasi baru. Dengan penyajian peta konsep yang baik maka
peserta didik dapat mengingat suatu materi dengan lebih lama lagi.
Menurut Tony Buzon (2007) mind map (pemetaan pikiran) / peta konsep adalah cara mudah
menggali imformasi dalam dan luar otak, cara baru untuk belajar dan berlatih yang cepat dan
ampuh, cara membuat catatan yang tidak membosankan dan cara terbaik untuk membuat ide-ide
baru dalam merencanakan proyek.
Pemetaan pikiran peta konsep adalah suatu metode untuk membuat catatan untuk berpikir. Peta
pikiran / peta konsep juga digunakan untuk memecahkan masalah untuk mengingat (menghafal)
dan melakukan sesuatu pada saat kita sedang berpikir atau sewaktu pikiran memasuki otak kita
(Isworo, Yatno: 2008)
Sebuah pemetaan pikiran / peta konsep dapat dibuat dengan kata-kata, warna-warni, garis dan
gambar yang menarik. Adapun langkah-langkah pembuatan mind map (pemetaan pikiran) / peta
konsep adalah sebagai berikut;
1. Menuliskan masalah yang akan dipecahkan dalam bentuk lingkaran atau pohon, dibagian
tengah kertas.
2. Memuat cabang-cabang atau bagian kegiatan yang harus dilakukan untuk memecahkan
masalah tersebut.
3. Memuat ranting –ranting yang mempengaruhi atau berhubungan dengan cabang-cabang
tersebut

Mind map / peta konsep dalam proses pembelajaran dapat digunakan sebagai :
1. Topik atau cabang masalah yang dapat dibentuk dengan gambar dan warna yang menarik,
demikian pula dengan subtopik/rantingnya.
2. Dalam mind map / peta konsep banyak terdapat gambar karena nilai sebuah gambar adalah
lebih dari seribu kata-kata.
3. Hasil mind map / peta konsep dapat ditempelkan di dinding, buku, yang dapat dilihat secara
teratur atau berkala
4. Gambar adalah produk sisi otak kanan yang kreatif, rincian detailnya dibuat oleh otak kiri yang
logis analitis. Efektifitas mengingat gambar adalah 80% (Sandy MC Gregor, 2005)
Pengembangan pola pikir seseorang dapat dilakukan mulai dari menentukan tujuan
pengembangan diri secara jelas mengenali potensi pola pikir dirinya. Identifikasi faktor-faktor
internal dan eksternal , secara terus menerus berani mencoba belajar dari pengalaman hingga
melaksanakan evaluasi dan perbaikan secara terus-menerus.
Mind map / peta konsep berfungsi sebagai alat bantu untuk memudahkan otak bekerja.
Manfaat lain yang dapat diberikan anatara lain :
1. Mempercepat pembelajaran
2. Melihat koneksi antar topik yang berbeda
3. Membantu brainstrorming
4. Memudahkan ide mengalir
5. melihat gambaran besar
6. Memudahkan mengingat
7. menyederhanakan struktur

2.2 Pengertian Minat Belajar


Minat adalah sebuah keinginan mendasar seseorang secara tulus dalam berbuat,
bertindak,menentukan atau melakukan pilihan sesuai dengan kriteria-kriteria yang dimiliki
oleh seseorang. Minat juga merupakan suatu kecenderungan hati yang tinggi terhadap
sesuatu, juga merupakan suatu gairah atau keinginan (Kamus Besar Bahasa Indonesia :
1989).
Jadi minat adalah suatu keinginan yang tulus dalam diri seseorang baik secara sadar
maupun tidak untuk melakukan sesuatu hal atau tindakan yang memberikan nilai kebaikan
atau kesenangan kepada dirinya
Menurut Winkel (1996:24) minat adalah “kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk
merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang
itu. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa
kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan
rasa sayang.
Minat adalah sebuah pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang terlahir dengan penuh
kemauannya dan yang tergantung dari bakat dan lingkungan (Sujanto, Agus : 1981).
Motivasi adalah dorongan secara sugestif pada seseorang untuk melakukan sesuatu oleh
karena adanya stimulus/rangsangan akibat tindakan atau perlakuan seseorang baik secara
positif maupun negatif. Motivasi juga merupakan suatu dorongan yang timbul pada diri
seseorang secara sadar/tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan
tertentu. Segala usaha yang dapat menyebabkan seseorang / kelompok orang tertentu
tergerak melakuakan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau
mendapat kepuasan dengan perbuatannya (Kamus Besar Bahasa Indonesia : 1989).
Pengaruh dalam belajar minat belajar merupakan daya yang ada atau timbul dari sesuatu
(orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang yang
berusaha memperoleh kepandaian /ilmu dengan berlatih untuk mengubah tingkah laku atau
tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (Kamus Besar Bahasa Indonesia : 1989 )
Dalam proses pembelajaran, guru menyampaikan materi atau bahan ajar yang harus
dipahami / dikuasai peserta didik, sehingga dalam hal ini peserta didik harus secara sadar
masuk dalam lingkungan proses pembelajaran di kelas. Oleh karena itu jika dalam diri
peserta didik tidak tumbuh minat untuk melakukan kegiatan pembelajaran, maka target
pencapaian hasil belajar akan sulit dilakukan peserta didik.
Konsep pembelajaran mind map adalah konsep pembelajaran dengan menggunakan
pemetaan berpikir dengan menguraikan tema-tema ke dalam sub-sub tema hingga kepada
penjabaran yang lebih terperinci atau menjabarkan suatu konsep yang detail/ rumit menjadi
suatu konsep yang mudah dan sederhana.
Konsep pembelajaran yang mengemas materi/bahan ajar menjadi simpel atau sederhana
adalah langkah efektif untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik agar
mendapatkan hasil yang optimal. Dengan demikian konsep pembelajaran mind map adalah
model/konsep pembelajaran yang paling ideal untuk dapat meningkatkan minat belajar
peserta didik.

2.3 Hipotesis Tindakan


Penerapan konsep pembelajaran mind map (pemetaan pikiran) / peta konsep diduga
dapat meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran IPA Terpadu
( Fisika ), terutama pada peserta didik kelas 7F SMP Negeri 55 Konawe Selatan tahun
pelajaran 2021-2022
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel


3.1.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua peserta didik SMP Negeri 55
Konawe Selatan tahun pelajaran 2021-2022.

3.1.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas 7F SMP Negeri 55
Konawe Selatan tahun pelajaran 2021-2022, yang berjumlah 40 peserta didik
sebagai respondennya.

3.2 Teknik Pengambilan Data


Teknik pengambilan data dalam penelitian ini antara lain :
3.2.1 Random Sampling
Random sampling adalah teknik penentuan subjek penelitian yang dilakukan secara
acak.

3.2.2 Instrumen Penilaian


Instrumen penilaian yang digunanakan adalah tes/evaluasi. Instrumen ini bertujuan
untuk pengambilan data penelitian sebagai alat ukur untuk mengetahui kemampuan
yang telah dicapai peserta didik dalam belajar. Instrumen penilaian ini berbentuk soal
pilihan ganda yang berjumlah 20 item soal yang berkaitan dengan materi Besaran
dan satuan.

3.2 Teknik Pengolahan Data


Teknik pengolahan data dilakukan dengan memasukan data hasil jawaban responden atas
pertanyaan/soal yang telah diberikan dengan menggunakan rumus sederhana yaitu deskriptif
persentase, yaitu :

Hasil yang dicapai X 100%


Skor maksimal
Sehingga dapat diperoleh gambaran hasil pencapaian belajar antara siklus I yang menggunakan
konsep pembelajaran klasik dengan siklus II yang menggunakan konsep pembelajaran mind map,
dengan menggunakan jenis penilaian kuantitatif (angka) dengan rentang nilai 0- 100. Pencapaian
nilai menggambarkan kemampuan sebagai gambaran kemampuan belajar yang dimiliki peserta
didik sebagai subjek yang belajar.

3.3 Variabel Penelitian


Variabel dalam penelitian ini adalah :
1. Upaya meningkatkan minat dan hasil belajar peserta didik kelas 7 SMP Negeri 55 Konawe
Selatan tahun pelajaran 2021 - 2022.
2. Penggunaan konsep mind map (pemetaan pikiran) dalam pembelajaran.

3.4 Penerapan Konsep Pembelajaran Mind Map


Konsep pembelajaran mind map menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Guru menuliskan masalah yang akan dipecahkan dalam bentuk lingkaran atau pohon, dibagian
tengah kertas atau papan white board
2. Guru membuat cabang-cabang atau kegiatan yang harus dilakukan untuk memecahkan
masalah tersebut.
3. Guru membuat ranting – ranting yang mempengaruhi atau berhubungan dengan cabang-
cabang tersebut.
4. Guru menugaskan kelompok kelas yang sudah terbentuk dengan membuat sebuah konsep
mind map untuk menguraikan sebuah masalah.
5. Guru menetapkan waktu pembuatan peta konsep kepada masing-masing keolmpok.
6. Guru memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok untuk menyampaikan hasil
pemetaan konsep.
7. Guru melakukan monitoring terhadap terhadap masing-masing kelompok untuk mengevaluasi
hasil kinerja kelompok dengan menggunakan pemetaan konsep.
8. Guru membuat simpulan atas hubungan-hubungan hasil kinerja setiap kelompok dengan
menggunakan konsep mind map tersebut.
9. Guru memberikan pujian/aplaus/reward kepada kelompok terbaik dalam pembuatan peta
konsep maupun dalam penyajian peta konsep.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Awal Responden


Keadaan subjek penelitian sebelum diadakan teratmen / perlakuan adalah sebagai berikut :

1. peserta didik mengalami kesulitan belajar, terutama dalam memahami konsep


pembelajaran. Hal ini terbukti dengan kemampuan menjawab pertanyaan guru pada saat
pelajaran yang relatif masih rendah.
2. Kemampuan memahami kompetensi dasar yang belum maksimal. Hal ini menunjukkan
bahwa kondisi pengajaran yang dilakukan guru kurang diminati anak yang imbasnya pada
hasil belajar yang tidak optimal. Kurangnya cara penyapaian pengajaran yang lebih variatif
dan lebih kepada pemakaian metode klasik sehingga peserta didik tidak tergerak untuk
meningkatkan minatnya dalam pembelajaran.
3. Tugas-tugas yang diselesaikan peserta didik belum dapat menjangkau esensi tugas yang
sebenarnya. Hal ini menunjukkan tingkat pemahaman peserta didik yang relatif masih
rendah karena baik kondisi minat peserta didik maupun konsep pembelajaran yang
dilakukan guru belum sesuai dengan istuasi dan kondisi peserta didik yang sebenarnya.
4. Hasil pemerolehan tes belajar peserta didik yang relatif masih rendah. Hal ini dibuktikan
dengan hasil pencapaian nilai hasil belajar yang belum sesuai dengan standar ketuntasan
minimal yang diharapkan yaitu 60.
5. Adanya minat atau motivasi belajar yang relatif masih rendah pada peserta didik. Hal ini
didasarkan atas semua data atau temuan di lapangan melalui pengamatan baik secara
langsung maupun tidak langsung tentang aktivitas atau kegiatan peserta didik yang
cenderung tidak sesuai atau mendukung dengan kegiatan belajar, padahal tanpa minat,
maka akan sullit bagi peserta didik untuk dapat memahami atau menguasai materi
pembelajaran yang disampaikan guru.

2. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelas VII SMP Negeri 55 Konawe Selatan tahun pelajaran
2021/2022dengan jumlah peserta didik 20. hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam
siklus ini adalah sebagai berikut:
B.1. Siklus I
Siklus pertama terdiri dari empat tahap sebagai berikut :
A. Perencanaan
Dalam tahap ini yang dilakukan antara lain
1. Menyusun perangkat pembelajaran antara lain RPP dan sistem penilaian.
2. Menyusun lembar observasi untuk penilaian aktivitas peserta didik.
3. Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis soal uji kompetensi peserta didik mengenai materi
besaran dan satuan.
B. Pelaksanaan tindakan
Guru menerapkan konsep pembelajaran mind map untuk mengajarkan materi Besaran dan
Satuan , pada peserta didik kelas 7 SMP Negeri 55 Konawe Selatan tahun pelajaran 2021 -
2022. Langkah-langkah dalam siklus I ini antara lain sebagai berikut :
1. Guru menyiapkan media pemebelajaran yang berupa bagan, skema pohon faktor, pada sebuah
kertas media, untuk menyampaikan materi pelajaran mengenai Besaran dan Satuan.
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran mengenai materi Besaran dan Satuan.
3. Guru menerapkan konsep pembelajaran mind map, dengan prosedur sebagai berikut :
· Menulis masalah (topik) pembahasan yakni tentang Besaran dan Satuan , pada bagian tengah
kertas dalam bentuk lingkaran atau pohon.
· Membuat cabang-cabang masalah (topik) tentang Besaran dan Satuan secara lebih terperinci.
· Membuat ranting-ranting yang berhubungan dengan cabang atau berkaitan dengan topik yang
sedang dibahas yakni Besaran dan Satuan .

4. Guru selanjutnya memberikan latihan terhadap setiap kelompok yang sudah terbentuk dengan
konsep pemetaan pikiran untuk menguraikan masalah yang berkaitan dengan topik masalah
yang sedang dibahas yakni tentang Besaran dan Satuan, dengan memberikan batasan waktu
mengerjakan yakni 20 menit. Di akhir pembahasan guru menyimpulkan materi pembahasan
melalui konsep mind map tersebut.
5. Guru mengadakan tes/evaluasi untuk mengetahui kemampuan hasil belajar peserta didik
6. Guru melakukan refleksi terhadap efektifitas penerapan konsep pembelajaran mind map ini.
Selanjutnya hasil tes diolah untuk mendapatkan nilai kuantitatif (bentuk angka). Hasil tes yang
telah diperoleh kemudian dibandingkan hasilnya dengan pencapaian sebelumnya. Hasil
penerapan konsep pembelajaran mind map (pemetaan pikiran ) adalah sebagai berikut :
Pada awal dimulai pembelajaran dapat dilihat
1. peserta didik kurang bersemangat bekerja secara kelompok dalam pembalajaran.
2. peserta didik belum terbiasa dengan kondisi belajar menggunakan model pembelajaran dengan
metode Peta Konsep.
3. peserta didik malas menjawab pertanyaan dan saling menunggu teman atau kelompok lainnya.
4. Aktivitas interaksi dalam kelompok, menyamakan persepsi, saling menanyakan dalam kelompok
masing kurang
5. Kurang disiplin dan percaya diri dalam menjawab soal masih merupakan butir yang lemah.
6. Waktu tidak cukup karena peneliti harus menjelaskan terlebih dahulu model pembelajaran
dengan metode Peta Konsep kepada peserta didik tentang aturan-aturan yang ada dalam Peta
Konsep.
Untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan pada siklus I diatas dilakukan upaya sebagai
berikut:
1) Memotivasi peserta didik dengan menunjukkan alat-alat peraga yang akan digunakan dalam
Metode Peta Konsep berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.
2) Peneliti perlu mengelola waktu dengan baik.
3) Memberikan peringatan kepada anggota kelompok untuk lebih disiplin dan percaya diri sehingga
mengetahui dan memahami pertanyaan agar dapat menjawab dengan tepat.
4) Perlu bimbingan yang intensif melatihkan pentingnya berfikir bersama dalam kelompoknya, dan
memperhatikan materi yang ingin disampaikan.

Pada akhir siklus pertama dari hasil pengamatan setelah dilakukan tindakan-tindakan terjadi
perubahan suasana kelas, antara lain:
1) peserta didik mulai terbiasa dengan kondisi pembelajaran menggunakan model pembelajaran
dengan metode Peta Konsep dan mulai memahami langkah-langkahnya.
2) peserta didik lebih termotivasi dalam pembelajaran..
3) peserta didik sudah bisa melakukan kegiatan sesuai petunjuk guru, dengan cepat melaksanakan
pembentukan kelompok dan bersemangat bekerja dalan kelompoknya.
4) peserta didik mendengarkan soal yang dibacakan dengan penuh perhatian, menganalisia setiap
pertanyaan dan sangat antusias untuk menjawab pertanyaan.
5) Suasana pembelajaran semakin menyenangkan saat masing-masing kelompok berebut untuk
menjawab pertanyaan dan mengemukakan alasan-alasan dari jawaban dengan antusias
mencari tahu jawaban yang benar melalui peragaan.

C. Pengamatan
Dalam penelitian tindakan kelas siklus pertama dilakukan observasi tentang aktifitas peserta didik
dan penilaian hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran menggunakan dengan metode Peta
Konsep. Dalam observasi yang dilakukan untuk mengetahui aktifitas peserta didik yang menjadi
aspek penilaiannya meliputi aspek berkelompok, mengerjakan tugas-tugas, berfikir bersama, dan
menjawab pertanyaan. Sedangkan penilaian hasil belajar peserta didik melalui tes tertulis berupa
soal-soal uji kompetensi berkaitan dengan materi yang dipelajari, yaitu besaran dan satuan.
Hasil observasi peserta didik dan hasil belajar peserta didik pada siklus I dapat dilihat pada tabel
berikut:

Table 1 Hasil observasi peserta didik dan hasil belajar IPA Fisika peserta didik SMP Negeri 55
Konawe Selatan siklus I
KETERANGAN SIKLUS I
Prosentase rata-rata aktivitas peserta didik 72.79
Prosentase rata-rata hasil belajar peserta didik 68.64

Sedangkan grafik hasil observasi peserta didik dan hasil belajar peserta didik pada siklus I adalah
sebagai berikut:
Gambar 1 Grafik Hasil observasi peserta didik dan hasil belajar IPA Fisika peserta didik SMP
Negeri 55 Konawe Selatan siklus I

D. Refleksi
Keberhasilan dan kegagalan yang terjadi pada siklus I adalah sebagai berikut:
1. peserta didik belum terbiasa dengan kondisi belajar menggunakan model pembelajaran dengan
metode Peta Konsep. Hal ini disebabkan karena model pembelajaran tersebut masih baru bagi
peserta didik.
2. Hasil observasi pada siklus I menunjukkan prosentase rata-rata aktifitas peserta didik mencapai
72,79%. Hasil ini telah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sebesar 70 %
dan untuk analisis deskriptif aktifitas seluruh peserta didik masuk dalam kriteria baik. Untuk hasil
belajar peserta didik diperoleh dari nilai uji kompetensi yang telah dianalisis dengan hasil nilai
rata-rata seluruh peserta didik mencapai 68,64%, dan ketuntasan klasikal mencapai 79,17 %
dimana dari 20 peserta didik kelas VII sebanyak 22 peserta didik dinyatakan tuntas dan hanya 8
peserta didik yang tidak tuntas. Prosentase rata-rata tersebut hampir memenuhi kriteria tuntas
yang ditetapkan sebesar 80 %.
3. peserta didik menjadi lebih antusias dalam pembelajaran Peta Konsep di kelas, bersemangat
bekerja dalam kelompoknya, dan dengan antusias mencari tahu jawaban pertanyaan yang
benar melalui peragaan.
4. Waktu pembelajaran masih tidak cukup karena peneliti harus menjelaskan terlebih dahulu
kepada peserta didik tentang aturan-aturan yang ada dalam Peta Konsep.
Untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus I,
maka dibuat perencanaan untuk pelaksanaan siklus II agar dapat dicapai hasil yang lebih
baik. Langkah-langkah yang ditempuh antara lain:
1) Memberikan motivasi kepada para peserta didik agar lebih aktif dan percaya diri dalam
pembelajaran.
2) Memberi penghargaan pada kelompok dan peserta didik yang berhasil menjawab soal yang
diberikan dengan tepat.
3) Terus memberikan bimbingan intensif pada peserta didik untuk melatihkan pentingnya berfikir
bersama dalam kelompoknya, dan memperhatikan materi yang ingin disampaikan.
4) Menjelaskan kembali materi yang belum dipahami peserta didik dan memberikan tugas begi
peserta didik yang belum tuntas.
5) Menyusun kembali perangkat pembelajaran dengan metode Peta Konsep yang mudah dipahami
dan mengatur pengelolaan waktu dengan baik.
6) Menyusun angket tanggapan peserta didik terhadap model pembelajaran dengan metode Peta
Konsep , untuk mengetahui respon peserta didik.

Angket digunakan untuk mengetahui respon peserta didik terhadap model pembelajaran dengan
metode Peta Konsep disebarkan pada masing-masing peserta didik setelah kegiatan pembelajaran
dengan metode Peta Konsep siklus I dilaksanakan. Angket berisi 10 item pernyataan yang berisi
respon peserta didik terhadap model pembelajaran dengan metode Peta Konsep. Item-item
pernyataan pada angket adalah sebagai berikut:

1. Pelajaran Fisika jadi tidak membosankan dan menjenuhkan.


2. Saya jadi semangat ketika belajar dengan menggunakan model pembelajaran dengan
metode Peta Konsep
3. Suasana kelas menjadi lebih tenang dan lebih kondusif / mendukung proses pembelajaran.
4. Mempermudah saya memahaman materi pelajaran dan saya merasa lebih baik dalam
menguasai IPA Fisika.
5. Menumbuhkan kretivitas dan daya pikir pada diri peserta didik.
6. Saya menjadi lebih berani dalam mengungkapkan pendapat atau jawaban
7. Saya senang mengerjakan tugas-tugas dari guru.
8. peserta didik aktif dalam kelompok dan saling bekerja sama dalam menjawab kuis
9. Saya menjadi senang mengerjakan soal-soal IPA Fisika.
10. Dengan metode ini nilai IPA Fisika saya menjadi meningkat.

Selanjutnya untuk lebih jelas dan mudah dalam mengetahui respon peserta didik pada setiap
kategori respon peserta didik yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak
setuju (STS) dianalisis secara deskriptif dalam bentuk persentase untuk tiap kategori. Hasil
prosentase respon peserta didik dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel . Prosentase tiap kategori angket tanggapan peserta didik terhadap model pembelajaran dengan metode Peta Konsep

Nomor Item Angket Prosentase


Kategori Respon peserta didik Jml skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 (%)
Sangat Setuju (SS) 24 23 24 25 23 23 24 25 25 23 240 59.85
Setuju(S) 14 16 14 14 14 14 15 14 14 15 144 35.91
Tidak Setuju (TS) 2 1 1 1 2 2 1 2 1 1 14 3.49
Sangat Tidak Setuju (STS) 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 3 0.75

Jumlah 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 400 100

Jika disajikan dalam bentuk grafik prosentase tiap kategori angket tanggapan peserta didik terhadap model pembelajaran dengan metode
Peta Konsep dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 10 Grafik Prosentase tiap kategori angket tanggapan peserta didik terhadap model pembelajaran dengan metode Peta Konsep
Siklus II
Mengacu pada refleksi pada siklus I dengan keberhasilan dan juga kegagalan yang terjadi seperti
yang telah disebutkan sebelumnya diantaranya adalah:
1) peserta didik belum terbiasa dengan kondisi belajar menggunakan model pembelajaran dengan
metode Peta Konsep.
2) Hasil observasi pada siklus I menunjukkan prosentase rata-rata aktivitas peserta didik telah
memenuhi memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan sebesar 70 % dan masuk
dalan kriteria baik. Untuk evaluasi hasil belajar dari nilai uji kompetensi diperoleh hasil nilai rata-
rata mencapai 68,64%, dengan ketuntasan klasikal mencapai 79,17 % dimana dari 20 peserta
didik kelas VII sebanyak 22 peserta didik dinyatakan tuntas dan hanya 8 peserta didik yang
tidak tuntas Prosentase rata-rata tersebut hampir memenuhi kriteria tuntas yang ditetapkan
sebesar 80 %.
3) peserta didik menjadi lebih antusias dalam pembelajaran Peta Konsep di kelas dan lebih
bersemangat bekerja dalam kelompoknya.
4) Waktu pembelajaran masih tidak cukup dimana bagian penutup belum terlaksana dengan baik.
Maka untuk memperbaiki kelemahan dan mempertahankan keberhasilan yang sudah dicapai
pada siklus I, dibuat perencanaan kembali untuk siklus II berdasarkan refleksi tersebut. Sama
seperti pada siklus I, siklus II ini juga terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi.
a) Perencanaan
Perencanaan pada siklus II dilakukan berdasarkan perencanaan kembali yang disusun pada akhir
siklus I, yaitu:
1) Memberikan motivasi kepada para peserta didik agar lebih aktif dan percaya diri dalam
pembelajaran.
2) Memberi penghargaan pada kelompok dan peserta didik yang berhasil menjawab soal
pertanyaan yang diberikan dengan tepat.
3) Terus memberikan bimbingan intensif pada peserta didik.
4) Menyusun kembali perangkat pembelajaran dengan metode Peta Konsep yang mudah
dipahami dan mengatur pengelolaan waktu dengan baik.
5) Menyusun angket tanggapan peserta didik terhadap tanggapan peserta didik terhadap model
pembelajaran dengan metode Peta Konsep. Angket disebar setelah pembelajaran siklus II
selesai.
b) Pelaksanaan
Guru menerapkan konsep pembelajaran mind map untuk mengajarkan materi Satuan baku
dan tidak baku , pada peserta didik kelas 7 F SMP Negeri 55 Konawe Selatan tahun pelajaran
2021 - 2022. Langkah-langkah dalam siklus II ( tindakan utama) ini antara lain sebagai
berikut :
7. Guru menyiapkan media pemebelajaran yang berupa slide power point , skema Peta Konsep
dengan media powerpoint yang disajikan di depan kelas , untuk menyampaikan materi
pelajaran mengenai Satuan baku dan tidak baku .
8. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran mengenai materi Satuan baku dan tidak baku .
9. Guru menerapkan konsep pembelajaran mind map, dengan prosedur sebagai berikut :
· Menulis masalah (topik) pembahasan yakni tentang Satuan baku dan tidak baku , pada slide
powerpoint yang disediakan guru di depan kelas.
· peserta didik bersama – sama diajak mengisi cabang-cabang masalah (topik) tentang Satuan
baku dan tidak baku ke dalam slide powerpoint yang telah disediakan secara lebih terperinci.
· peserta didik bersama dengan guru membuat ranting-ranting yang berhubungan dengan cabang
atau berkaitan dengan topik yang sedang dibahas yakni Satuan baku dan tidak baku.

10. Guru selanjutnya memberikan latihan terhadap setiap kelompok yang sudah terbentuk dengan
konsep pemetaan pikiran untuk menguraikan masalah yang berkaitan dengan topik masalah
yang sedang dibahas yakni tentang Satuan baku dan tidak baku , dengan memberikan batasan
waktu mengerjakan yakni 20 menit. Di akhir pembahasan guru menyimpulkan materi
pembahasan melalui konsep mind map tersebut.
11. Guru mengadakan tes/evaluasi untuk mengetahui kemampuan hasil belajar peserta didik
12. Guru melakukan refleksi terhadap efektifitas penerapan konsep pembelajaran mind map ini.

Selanjutnya hasil tes diolah untuk mendapatkan nilai kuantitatif (bentuk angka). Hasil tes yang telah
diperoleh kemudian dibandingkan hasilnya dengan pencapaian sebelaumnya. Hasil penerapan
konsep pembelajaran mind map (pemetaan pikiran ) adalah sebagai berikut :

1) Kegiatan pembelajaran semakin mengarah pada pembelajaran dengan metode Peta Konsep.

2) peserta didik sudah terbiasa dengan kelompoknya dan bekerja sama dengan kelompok dalam
memecahkan soal-soal dari guru.
3) peserta didik lebih berani dan percaya diri mengemukakan pendapatnya dalam menyampaikan
alasan-alasan dari jawaban yang diberikan mengenai peragaan yang disajikan.
4) peserta didik menjadi lebih antusias mencari tahu kebenaran jawaban dengan peragaan
langsung dan meyimak alasan yang tepat dari Guru yang menjadi kunci jawabannya.
5) Suasana pembelajaran lebih menyenangkan lagi saat masing-masing kelompok berebut untuk
menjawab pertanyaan dan mengemukakan alasan-alasan dari jawaban dengan antusias.
6) Pengelolaan waktu sudah lebih baik dari siklus I, dapat menyelesaikan pembelajaran hingga
penilaian sampai pada penyebaran angket dengan tepat waktu.
7) Pada akhir pembelajaran siklus II angket disebarkan untuk mengetahui respon peserta didik
terhadap pembelajaran dengan metode Peta Konsep.
c) Pengamatan
1) Hasil observasi aktifitas peserta didik dan evaluasi hasil belajar peserta didik pada siklus II dapat
dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2 Hasil observasi peserta didik dan hasil belajar IPA Fisika peserta didik SMP Negeri 55
Konawe Selatan siklus II

KETERANGAN SIKLUS II
Prosentase rata-rata aktivitas peserta didik 83.13
Prosentase rata-rata hasil belajar peserta didik 79.33

Jika disajikan dalam bentuk grafik grafik hasil observasi peserta didik dan hasil belajar peserta didik
pada siklus II adalah sebagai berikut:

Gambar 9 Grafik Hasil observasi peserta didik dan hasil belajar IPA Fisika peserta didik SMP
Negeri 55 Konawe Selatan siklus II

2) Angket digunakan untuk mengetahui respon peserta didik terhadap model pembelajaran dengan
metode Peta Konsep disebarkan pada masing-masing peserta didik setelah kegiatan pembelajaran
Peta Konsep siklus II dilaksanakan. Angket berisi 10 item pernyataan yang berisi respon peserta
didik terhadap model pembelajaran dengan metode Peta Konsep. Item-item pernyataan pada
angket adalah sebagai berikut:
11. Pelajaran Fisika jadi tidak membosankan dan menjenuhkan.
12. Saya jadi semangat ketika belajar dengan menggunakan model pembelajaran dengan metode
Peta Konsep.
13. Suasana kelas menjadi lebih tenang dan lebih kondusif / mendukung proses pembelajaran.
14. Mempermudah saya memahaman materi pelajaran dan saya merasa lebih baik dalam menguasai IPA Fisika.
15. Menumbuhkan kretivitas dan daya pikir pada diri peserta didik.
16. Saya menjadi lebih berani dalam mengungkapkan pendapat atau jawaban
17. Saya senang mengerjakan tugas-tugas dari guru.
18. peserta didik aktif dalam kelompok dan saling bekerja sama dalam menjawab kuis
19. Saya menjadi senang mengerjakan soal-soal IPA Fisika.
20. Dengan metode ini nilai IPA Fisika saya menjadi meningkat.
Selanjutnya untuk lebih jelas dan mudah dalam mengetahui respon peserta didik pada setiap kategori respon peserta didik yaitu sangat
setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS) dianalisis secara deskriptif dalam bentuk persentase untuk tiap
kategori. Hasil prosentase respon peserta didik dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Prosentase tiap kategori angket tanggapan peserta didik terhadap model pembelajaran dengan metode Peta Konsep

Kategori Respon peserta Nomor Item Angket Prosentase


Jml skor
didik 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 (%)
Sangat Setuju (SS) 26 24 24 24 28 26 26 28 26 27 259 64.75
Setuju(S) 11 13 13 14 10 12 12 11 13 11 120 30.00
Tidak Setuju (TS) 3 3 3 2 2 1 1 1 1 1 18 4.5
Sangat Tidak Setuju (STS) 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 3 0.75

Jumlah 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 400 100


Jika
disajikan dalam bentuk grafik prosentase tiap kategori angket tanggapan peserta didik terhadap model pembelajaran dengan metode Peta
Konsep dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 10 Grafik Prosentase tiap kategori angket tanggapan peserta didik terhadap model pembelajaran dengan metode Peta Konsep
d) Refleksi
Keberhasilan yang diperoleh selama pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut:
1) Meningkatnya aktivitas peserta didik yang meliputi aspek berkelompok, mengerjakan tugas-
tugas, berpikir bersama, dan menjawab pertanyaan yang telah menunjukkan peningkatan
prosentase keaktifan peserta didik secara keseluruhan lebih dari 10%, yaitu pada siklus I
sebesar 72,79 % menjadi 83,11 % pada siklus II dan masuk kriteria baik pada siklus I menjadi
sangat baik pada siklus II.
2) Peningkatan hasil belajar peserta didik dari hasil analisis nilai uji kompetensi peserta didik
yang menunjukkan prosentase nilai rata-rata 68,64 % pada siklus I dan 79,27 % pada siklus II
dengan tingkat prosentase ketuntasan kelas siklus I sebesar 79,17 % dan siklus II sebesar
97,8 %. Prosentase nilai rata-rata dan prosentasi ketuntasan kelas mengalami peningkatan
lebih dari 10 %. Jumlah peserta didik yang tuntas, dari siklus I meningkat pada siklus II
dimana pada siklus II hanya satu peserta didik saja yang dinyatakan tidak tuntas. Ketuntasan
klasikal yang dicapai telah memenuhi indikator yang telah ditetapkan sebesar 80 %.
3) Respon peserta didik terhadap pembelajaran paling banyak adalah setuju (S) dengan
prosentase sebesar 61,3 % kemudian sangat setuju (SS) 28,7 %, tidak setuju (TS) 8,9 %,
dan sangat tidak setuju (STS) 1,1 %. Jumlah prosentase sangat setuju dan setuju mencapai
90 % lebih besar dari pada kategori tidak setuju dan sangat tidak setuju sekali.

Peningkatan aktifitas peserta didik dan hasil belajar peserta didik kelas VIII-A SMP Negeri 55
Konawe Selatan, jika dibuat dalam bentuk tabel dan grafik maka dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4 Peningkatan aktifitas peserta didik dan hasil belajar peserta didik kelas VIII-A SMP Negeri
55 Konawe Selatan
KETERANGAN SIKLUS I SIKLUS II
Prosentase rata-rata aktivitas peserta
72.79 83.13
didik
Prosentase rata-rata hasil belajar
68.64 79.33
peserta didik

Jika disajikan dalam bentuk grafik maka dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 11 Grafik peningkatan aktifitas peserta didik dan hasil belajar peserta didik kelas VIII-A
SMP Negeri 55 Konawe Selatan

6. Pembahasan Hasil Penelitian

Model pembelajaran dengan metode Peta Konsep ini menempatkan peserta didik untuk lebih
banyak mengembangkan keaktifan peserta didik dalam memecahkan masalah, ketepatan berfikir
ilmiah, berinteraksi dalam kelompok, dan pemahaman materi melalui peragaan langsung.
Berdasarkan analisis data hasil observasi siklus I, tidak terlaksananya bagian penutup disebabkan
masih belum terampil dalam pembelajaran Peta Konsep akibatnya waktu tidak cukup. Untuk itu
dilakukan perengelolaan waktu dengan baik pada siklus II.
Masih kurangnya aktivitas berfikir bersama pada siklus I, kemungkinan disebabkan peserta didik
belum terbiasa dengan pembelajaran yang menekankan pentingnya saling berinteraksi, meyakinkan
yang lain, dan menyamakan persepsi. Penyebab lainnya adalah kurangnya bimbingan guru dalam
mengajarkan pentingnya bekerja sama (keterampilan sosial) dalam kelompok. Guru hanya
membimbing melakukan peragaan dan menjawab kuis.
Hasil observasi pembelajaran siklus II berjalan jauh lebih baik dari siklus I. Bimbingan intensif baik
dari segi menganalisis dan menjawab setiap pertanyaan dalam Peta Konsep secara berkelompok
maupun mengajarkan keterampilan sosial (dengan cara mengingatkan untuk berfikir bersama),
menyebabkan aktivitas melakukan peragaan, berfikir bersama (berinteraksi, meyakinkan tiap
anggota, menyamakan persepsi), dan menjawab pertanyaan cukup menonjol. Kegiatan-kegiatan ini
merupakan butir-butir yang kuat pada aktivitas peserta didik. Sehingga kriteria aktivitas peserta didik
meningkat dari kriteria baik pada siklus I menjadi sangat baik pada siklus II. Ini berarti sudah di atas
indikator kinerja yang ditetapkan yaitu baik dan dampak positifnya adalah meningkatnya aktifitas
peserta didik dan hasil belajar peserta didik.
Ketidaktuntasan hasil belajar peserta didik pada siklus I ada hubungannya dengan masih ada
peserta didik yang bekerja sendiri dalam pembelajaran Peta Konsep atau menjawab pertanyaan
pertanyaan dan pengelompokan yang kurang heterogen. Sehingga ada kelompok lebih banyak
peserta didik yang lemah dari pada peserta didik yang pintar.
Bentuk pertanyaan yang dirancang peneliti berdasarkan peragaan yang berkaitan dengan deskripsi
suatu konsep, memotivasi peserta didik harus berkonsentrasi melihat peragaan dan mendengarkan
pertanyaan yang dibacakan agar tidak salah dalam menjawab dan memacu peserta didik untuk
berfikir ilmiah terhadap peragaan-peragaan yang disajikan agar peserta didik dapat menjawab soal
kuis secara kelompok kemudian mencari tahu jawabannya melalui pembuktian dari peragaan yang
ditampilkan sehingga pemahaman peserta didik pada materi yang diajarkan menjadi lebih
meningkat.
Pemahaman peserta didik yang meningkat berpengaruh langsung pada kemampuan peserta didik
mengerjakan soal-soal uji kompetensi yang diberikan sehingga akan meningkatkan hasil belajar
peserta didik. Ketidaktuntasan peserta didik pada siklus I disebabkan peserta didik masih kurang
mengerti dan belum terbiasa menggunakan model pembelajaran dengan metode Peta Konsep
sehingga kurang menguasai juga materi yang diajarkan. Pada siklus II peserta didik menjadi lebih
antusias terhadap pembelajaran sehingga terjadi peningkatan aktifitas peserta didik dan
meningkatkan pula hasil belajar peserta didik sehingga ketuntasan belajar meningkat. Peningkatan
terjadi pada aktifitas peserta didik dan hasil belajar peserta didik dari siklus I ke siklus II.
Angket yang digunakan untuk mengetahui respon peserta didik terhadap model pembelajaran
dengan metode Peta Konsep disebarkan pada masing-masing peserta didik setelah kegiatan
pembelajaran Peta Konsep siklus II dilaksanakan.
Dari respon yang diberikan peserta didik dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan
merupakan hal baru, peserta didik merasa senang mengikuti pelajaran, kuis lebih mudah dipahami,
memotivasi mengerjakan tugas, merasa siap untuk menjawab pertanyaan, memusatkan perhatian
dan berfikir kritis, serta lebih bergairah. Ini menunjukan bahwa pembelajaran fisika yang
menggunakan model pembelajaran dengan metode Peta Konsep mendapat respon positif dari
peserta didik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat ditarik simpulan bahwa pembelajaran dengan metode Peta Konsep
dapat meningkatkan hasil belajar IPA Fisika pada materi Besaran dan Satuan pada peserta didik
kelas VII F SMP Negeri 55 Konawe Selatan Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011. Rerata
ulangan harian sebelum tindakan 55,71 naik menjadi 68,64 pada siklus I dan 79,33 pada siklus II.
Prosentase rata rata aktivitas peserta didik sebelum PTK 60,43 menjadi 72,79 pada siklus I dan
83,13 pada siklus II.

B. Rekomendasi
Berdasarkan simpulan tersebut di atas, disarankan kepada rekan guru yang mempunyai
permasalahan dengan karakteristik kelas dan penyebab masalah yang (relatif) sama
direkomendasikan untuk :
1) Mengaplikasikan teknik pembelajaran ini sebagai salah satu alternatif pemecahan masalah
terhadap rendahnya motivasi, keterlibatan berproses dan prestasi belajar peserta didik
sekaligus sebagai upaya inovatif dalam kegiatan pembelajaran.
2) Menjadikan laporan hasil penelitian tindakan kelas ini sebagai wacana dan bahan diskusi
untuk meningkatkan pemahaman kita tentang pentingnya guru dalam menyusun skenario
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik melalui penggunaan strategi
yang tepat dan menarik.
3) Memberikan masukan dan koreksi demi kesempurnaan dan meningkatnya wawasan
penulis dalam karya-karya penelitian selanjutnya
C. Saran-saran
1) Mengingat pelaksanaan siklus pada penelitian ini baru berjalan dua kali, siklus penelitian
diharapkan tetap dilanjutkan untuk mendapat temuan yang lebih signifikan.
2) Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini masih merupakan instrumen yang tingkat
validitasnya belum memuaskan, siklus berikutnya dapat mencoba dengan intrumen yang
lebih standar.
3) Pada akhir siklus kedua, tingkat pencapaian ketiga indikator kinerja yang ditentukan
belum maksimal. Siklus berikutnya diharapkan dapat lebih meningkatkan keterlibatan
berproses peserta didik, prestasi hasil belajar dan respon positif peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA

DePorter, Bobbi. 2005 Readon, Mark., dan Nourie, Sarah Singer. Quantum
Teaching: Mempraktikan Quantum Learning di Ruang Kelas. Bandung: Kaifa
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Hatimah Ilhat, dkk. 2007. Pembelajaran berwawasan kemasyarakatan. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Nasution. 2000. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Poerwadarminta. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Poerwadarminta. 1984. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Syamsul Mappa, Anisah Basleman. 1994. Teori Belajar Orang Dewasa. Jakarta : Proyek pembinaan
dan Peningkatan mutu tenaga kependidikan dirjen dikti depdikbud.
Tim, Abdi Guru. 2006. IPA Terpadu Untuk SMP Kelas VIII. Jakarta: Erlangga
Widodo, Slamet. 2008. Bimbingan Pemantapan IPA –FISIKA. Bandung: Yrama Widya.

BIODATA PENULIS

1 Nama Lengkap Ad’han Jhayangkara, S.Pd


2 Tempat / Tgl. Lahir Kendari, 15 Agustus 1986
3 NIP 19860815 201903 1 011
4 Jenis Kelamin Laki - laki
5 Pangkat/Gol. Ruang Penata, III/a
6 Unit Kerja SMP Negeri 55 Konawe Selatan Kendal
7 Jabatan Guru
8 Mata Pelajaran IPA IPA
Poros Kendari - Andoolo Lrg. Mesikola, desa Lelekaa Kec. Wolasi
9 Alamat Sekolah
Kab. Konawe Selatan
1
Telepon Sekolah
0
1
Alamat Rumah Jl. DI. Panjaitan Lrg. Kehutanan No.3 Kec. Baruga Kota Kendari
1
1
HP 0823 3338 6115
2
1
ALamat E-mail zharazhima@gmail.com
3

Anda mungkin juga menyukai