Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan kualitas sumber daya manusia semakin marak dilakukan


di Indonesia terlebih di bidang kesehatan. Hal ini dilakukan karena melihat
kondisi beberapa daerah di Indonesia dengan status kesehatan yang masih
rendah. Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah
satu hak dasar rakyat, dimana tercantum dalam pasal 28 H ayat 1 UUD 1945
yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Untuk memenuhi hal
tersebut, memerlukan pembangunan kesehatan yang lebih dinamis dan
produktif dengan melibatkan semua sector terkait termasuk swasta dan
masyarakat. Agar bisa mencapai tujuan yang optimal dalam meningkatkan
kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, perlu
diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, promosi
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan
penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang
diselenggarakan secara menyeluruh,terpadu, dan berkesinambungan. Dalam
rangka memajukan kesehatan masyarakat serta meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat maka diperlukan strategi promosi kesehatan baik
kepada pemerintah,tokoh masyarakat, dan khususnya kepada masyarakat.
Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah merupakan
pengembangan dari istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti :
Pendidikan Kesehatan, Penyuluhan Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi
dan Edukasi). Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang
dari ilmu kesehatan yang bergerak bukan hanya dalam proses penyadaran
masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi
dalam rangka perubahan perilaku masyarakat.

1
Promosi kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk
menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu.
Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut masyarakat, kelompok
atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih
baik. Oleh karena itu, pendidik atau petugas yang melakukan promosi
kesehatan memerlukan pengetahuan yang baik mengenai metode
penyampaian pesan-pesan kesehatan, alat bantu pendidikan kesehatan dan
juga teknik penyampaian serta media yang digunakan untuk menyampaikan
pesan-pesan kesehatan tersebut dengan harapan masyarakat dapat
memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik dan dapat
berpengaruh terhadap perilakunya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep promosi kesehatan ?
2. Apa Visi dan Misi promosi kesehatan ?
3. Bagaimana ruang lingkup promosi kesehatan ?
4. Bagaimana strategi promosi kesehatan ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep promosi kesehatan.
2. Untuk mengetahui Visi dan Misi promosi kesehatan.
3. Untuk mengetahui lingkup promosi kesehatan.
4. Untuk mengetahui strategi promosi kesehatan.
D. Manfaat Penulisan
1. Menambah wawasan bagi penulis tentang materi konsep promosi
kesehatan.
2. Menambah wawasan dan sebagai acuan bagi pembaca khususnya
mahasiswa dalam perkulihan promosi kesehatan.

2
BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

A. Konsep Promosi Kesehatan


Istilah Health Promotion (Promosi Kesehatan) sebenarnya sudah mulai
dicetuskan setidaknya pada era tahun 1986, ketika diselenggarakannya
konfrensi Internasional pertama tentang Health Promotion di Ottawa, Canada
pada tahun 1965. Pada waktu itu dicanangkan ”the Ottawa Charter”, yang
didalamnya memuat definisi serta prinsip-prinsip dasar Health Promotion.
Namun istilah tersebut pada waktu itu di Indonesia belum terlalu populer
seperti sekarang. Pada masa itu, istilah yang cukup terkenal hanyalah
penyuluhan kesehatan, dan disamping itu pula muncul dan populer istilah-
istilah lain seperti KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), Social
Marketing (Pemasaran Sosial), Mobilisasi Sosial dan lain sebagainya.

Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah merupakan


pengembangan dari istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti :
Pendidikan Kesehatan, Penyuluhan Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi
dan Edukasi). Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang
dari ilmu kesehatan yang bergerak bukan hanya dalam proses penyadaran
masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi
dalam rangka perubahan perilaku masyarakat. WHO merumuskan promosi
kesehatan sebagai proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam
memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu, untuk mencapai
derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial masyarakat
harus mampu mengenal, mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, serta
mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya. Promosi Kesehatan adalah
upya memberdayakan perorangan, kelompok, dan masyarakat agar
memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan

3
pengetahuan, kemauan, dan kemampuan serta mengembangkan iklim yang
mendukung, dilakukan dari, oleh, dan untuk masyarakat sesuai dengan faktor
budaya setempat. Yang ingin dicapai melalui pendekatan ini adalah
meningkatkan kesadaran, kemamuan, dan keterampilan untuk berperilaku
hidup bersih dan sehat (Depkes RI, 2006)
Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan adalah program-program
kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan), baik di
dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya.
B. Visi dan Misi Promosi Kesehatan
Dalam mempelajari promosi kesehatan sangat penting kita mengetahui
visi serta misi yang jelas. Dalam konteks promosi kesehatan “ Visi “
merupakan sesuatu atau apa yang ingin dicapai dalam promosi kesehatan
sebagai salah satu bentuk penunjang program-program kesehatan lainnya.
Tentunya akan mudah dipahami bahwa visi dari promosi kesehatan tidak akan
terlepas dari koridor Undang-Undang Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 serta
organisasi kesehatan dunia WHO (World Health Organization).
a. Visi Promosi Kesehatan
1. Meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga
produktif secara ekonomi maupun sosial.
2. Pendidikan kesehatan disemua program kesehatan, baik pemberantasan
penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan,
maupun program kesehatan lainnya dan bermuara pada kemampuan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan individu, kelompok, maupun
masyarakat.
b. Misi Promosi Kesehatan
1. Advokasi (Advocation)
Advokasi merupakan perangkat kegiatan yang terencana yang ditujukan
kepada para penentu kebijakan dalam rangka mendukung suatu isyu kebijakan
yang spesifik. Dalam hal ini kegiatan advokasi merupakan suatu upaya untuk

4
mempengaruhi para pembuat keputusan (decission maker) agar dapat
mempercayai dan meyakini bahwa program kesehatan yang ditawarkan perlu
mendapat dukungan melalui kebijakan atau keputusan-keputusan.
2. Menjembatani (Mediate)
Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu
kerjasama dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor
yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin suatu
kemitraan (partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor yang
memiliki kaitannya dengan kesehatan.
Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh sektor kesehatan
sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan
tersebut. Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki peran yang penting
dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.
3. Kemampuan/Keterampilan (Enable)
Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan
memelihara serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan
dari pemberian keterampilan kepada masyarakat adalah dalam rangka
meningkatkan pendapatan keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan
ekonomi keluarga, maka kemapuan dalam pemeliharaan dan peningkatan
kesehatan keluarga akan meningkat
C. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan

Ruang lingkup promosi kesehatan berdasarkan aspek pelayanan kesehatan


menurut Notoatmodjo (2007), meliputi :
a) Promosi kesehatan pada tingkat promotif.
Sasaran promosi kesehatan pada tingkat pelayanan promotif adalah pada
kelompok orang sehat, dengan tujuan agar mereka mampu meningkatkan
kesehatannya.

5
b) Promosi kesehatan pada tingkat preventif.
Sasaran promosi kesehatan pada tingkat ini selain pada orang yang sehat
juga bagi kelompok yang beresiko. Misalnya, ibu hamil, para perokok, para
pekerja seks, keturunan diabetes dan sebagainya. Tujuan utama dari promosi
kesehatan pada tingkat ini adalah untuk mencegah kelompok-kelompok
tersebut agar tidak jatuh sakit (primary prevention).
c) Promosi kesehatan pada tingkat kuratif.
Sasaran promosi kesehatan pada tingkat ini adalah para penderita
penyakit, terutama yang menderita penyakit kronis seperti asma, diabetes
mellitus, tuberculosis, hipertensi dan sebagainya. Tujuan dari promosi
kesehatan pada tingkat ini agar kelompok ini mampu mencegah penyakit
tersebut tidak menjadi lebih parah (secondary prevention).
d) Promosi kesehatan pada tingkat rehabilitatif.
Sasaran pokok pada promosi kesehatan tingkat ini adalah pada kelompok
penderita atau pasien yang baru sembuh dari suatu penyakit. Tujuan utama
promosi kesehatan pada tingkat ini adalah mengurangi kecacatan seminimal
mungkin. Dengan kata lain, promosi kesehatan pada tahap ini adalah
pemulihan dan mencegah kecacatan akibat dari suatu penyakit (tertiary
prevention) (Notoatmodjo, 2007).
D. Strategi Promosi Kesehatan

Berdasarkan rumusan WHO (1994) strategi promosi kesehatan secara global ini
terdiri dari 3 hal, yaitu :
1. Advokasi (Advocacy)
Advokasi adalah kegiatan untuk meyakinkan orang lain agar orang lain
tersebut membantu atau mendukung terhadap apa yang diinginkan. Dalam
konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan kepada para pembuat
keputusan atau penentu kebijakan di berbagai sektor, dan di berbagai tingkat,
sehingga para pejabat tersebut mau mendukung program kesehatan yang kita
inginkan. Dukungan dari para pejabat pembuat dari keputusan tersebut dapat

6
berupa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam undang-undang, peraturan
pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dan sebagainya.
Kegiatan advokasi ini ada bermacam-macam bentuk baik secara formal
maupun informal.
a. Secara formal. Misalnya penyajian atau presentasi dan seminar tentang issu
atau usulan program yang ingin dimintakan dukungan dari para pejabat yang
terkait.,
b. Secara informal. Misalnya sowan kepada para pejabat yang relevan dengan
program yang diusulkan secara informal untuk meminta dukungan, baik
dalam bentuk kebijakan, atau mungkin dalam bentuk dana atau fasilitas lain.
Dari uraian dapat disimpulkan bahwa sasaran advokasi adalah para pejabat baik
eksekutif maupun legislatif, di berbagai tingkat dan sektor, yang terkait dengan
masalah kesehatan (sasaran tertier).
2. Dukungan Sosial (Social support)
Strategi dukungan sosial ini adalah suatu kegiatan untuk mencari dukungan
sosial melalui tokoh-tokoh masyarakat, baik tokoh masyarakat formal maupun
informal. Tujuan utama kegiatan ini adalah agar para tokoh masyarakat, sebagai
jembatan antara sektor kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan dengan
masyarakat (penerima program) kesehatan. Dengan kegiatan mencari dukungan
sosial melalui toma pada dasarnya adalah mensosialisasikan program-program
kesehatan, agar masyarakat mau menerima dan mau berpartisipasi terhadap
program-program tersebut. Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan
sebagai upaya bina suasana, atau membina suasana yang kondusif terhadap
kesehatan.Bentuk kegiatan dukungan sosial ini antara lain: pelatihan pelatihan
paratoma, seminar,lokakarya, bimbingan kepadatoma, dan sebagainya. Dengan
demikian maka sasaran utama dukungan sosial atau bina suasana adalah
paratokoh masyarakat di berbagai tingkat. (sasaran sekunder)
3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)
Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan pada
masyarakat langsung. Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan

7
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka
sendiri (visi promosi kesehatan).Bentuk kegiatan pemberdayaanini dapat
diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antaralain: penyuluhan kesehatan,
pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam bentuk misalnya:
koperasi, pelatihan-pelatihan untuk kemampuan peningkatan pendapatan keluarga
(income generating skill). Dengan meningkatnya kemampuan ekonomi keluarga
akan berdampak terhadap kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan mereka,
misalnya: terbentuknya dana sehat,terbentuknya pos obat desa, berdirinya
polindes, dan sebagainya. Kegiatan- kegiatan semacam ini di masyarakat sering
disebut gerakan masyarakat untuk kesehatan. Dari uaraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa sasaran pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat.
Strategi Promosi Kesehatan menurut Piagam Ottawa adalah sebagai
berikut.
Konferensi Internasional Promosi Kesehatan di Ottawa, Canada pada tahun
1986 menghasilkan piagam Otawa (Ottawa Charter). Di dalam piagam Ottawa
tersebut dirumuskan pula strategi baru promosi kesehatan, yang mencakup 5 butir,
yaitu:
1. Kebijakan Berwawasan Kesehatan (Health Public Policy)
Adalah suatu strategi promosi kesehatan yang di tujukan kepada para penentu
atau pembuat kebijakan, agar mereka mengeluarkan kebijakan-kebijakan publik
yang mendukung atau menguntungkan kesehatan. Dengan kata lain, agar
kebijakan- kebijakan dalam bentuk peraturan, perundangan, surat-surat keputusan
dan sebagainya, selalu berwawasan atau berorientasi kepada kesahatan publik.
Misalnya, ada peraturan atau undang-undang yang mengatur adanya analisis
dampak lingkungan untuk mendirikan pabrik, perusahaan, rumah sakit, dan
sebagainya. Dengan kata lain, setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pejabat
publik, harus memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan (kesehatan
masyarakat).

8
2. Lingkungan yang mendukung (Supportive Environment)
Strategi ini ditujukan kepada para pengelola tempat umum,termasuk
pemerintah kota, agar mereka menyediakan sarana-prasarana atau fasilitas yang
mendukung terciptanya perilaku sehat bagi masyarakat, atau sekurang-kurangnya
pengunjung tempat-tempat umum tersebut. Lingkungan yang mendukung
kesehatan memiliki karateristik: tersedianya tempat samapah,tersedianya tempat
buang air besar/kecil, tersedianya air bersih, tersedianya ruangan bagi perokok
dan non-perokok, dan sebagainya. Dengan perkataan lain, para pengelola tempat-
tempat umum, pasar, terminal, stasiun kereta api, bandara, pelabuhan, mall dan
sebagainya, harus menyediakan sarana dan prasarana untuk mendukung perilaku
sehat bagi pengunjungnya.
3. Reorientasi Pelayanan Kesehatan (Reorient Health Service)
Sudah menjadi pemahaman masyarakat pada umumnya bahwa dalam
pelayanan kesehatan itu ada 3 provider dan 3 consumer. Penyelenggara
(penyedia) pelayanan kesehatan adalah pemerintah dan swasta, dan masyarakat
adalah sebagai pemakai atau pengguna pelayanan kesehatan. Pemahaman
semacam ini harus diubah, harus diorientasikan lagi, bahwa masyarakat bukan
sekedar pengguna atau penerima pelayanan kesehatan,tetapi sekaligus juga
sebagai penyelenggara, dalam batas-batas tertentu. Realisasi dari orientitas
pelayanan kesehatan ini, adalah para penyelenggara pelayanan kesehatan baik
pemerintah maupun swasta harus melibatkan, bahkan memberdayakan
masyarakat agar mereka juga dapat berperan bukan hanya sebagai penerima
pelayanan kesehatan,tetapi juga sekaligus sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan. Dalam meorientasikan pelayanan kesehatan ini peran promosi
kesehatan sangat penting.
4. Keterampilan Individu (Personnel Skill)
Kesehatan masyarakat adalah kesehatan agregat yangterdiri dari
individu,keluarga, dan kelompok-kelompok. Oleh sebab itu, kesehatan
masyarakat akan terwujud apabila kesehatan indivu-individu, keluarga-keluarga
dan kelompok kelompok tersebu. Oleh sebab itu, strategi untuk mewujudkan

9
keterampilan individu-individu (personnels kill) dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan adalah sangat penting. Langkah awal dari peningkatan
keterampilan dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan merekaini adalah
memberikan pemahaman - pemahaman kepada anggota masyarakat tentang cara-
cara memelihara kesehatan, mencegah penyakit, mengenal penyakit, mencari
pengobatan ke fasilitas kesehatan profesional, meningkatkan kesehatan, dan
sebagainya.Metode dan teknik pemberian pemahaman ini lebih bersifat individu
daripada massa.
5. Gerakan masyarakat (Community Action)
Untuk mendukung perwujudan masyarakat yang mau dan mampu memelihara
dan meningkatkan kesehatannya seperti tersebut dalam visi promosi kesehatan
ini, maka di dalam masyarakat itu sendiri harus ad gerakan atau kegiatan-kegiatan
untuk kesehatan. Oleh karena itu, promosi kesehatan harus mendorong dan
memacu kegiatan-kegiatan di masyarakat dalam mewujudkan kesehatan mereka.
Tanpa adanya kegiatan masyarakat di bidang kesehatan, niscaya terwujud
perilaku yang kondusif untuk kesehatan atau masyarakat yang mau dan mampu
memelihara serta meningkatkan kesehatan mereka.

10
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah merupakan
pengembangan dari istilah pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti :
Pendidikan Kesehatan, Penyuluhan Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi
dan Edukasi). Promosi kesehatan/pendidikan kesehatan merupakan cabang
dari ilmu kesehatan yang bergerak bukan hanya dalam proses penyadaran
masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi
dalam rangka perubahan perilaku masyarakat. Dalam mempelajari promosi
kesehatan sangat penting kita mengetahui visi serta misi yang jelas. Dalam
konteks promosi kesehatan “ Visi “ merupakan sesuatu atau apa yang ingin
dicapai dalam promosi kesehatan sebagai salah satu bentuk penunjang
program-program kesehatan lainnya. Tentunya akan mudah dipahami bahwa
visi dari promosi kesehatan tidak akan terlepas dari koridor Undang-Undang
Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 serta organisasi kesehatan dunia WHO
(World Health Organization). Strategi promosi kesehatan dirumuskan dari 2
sumber yaitu strategi promosi kesehatan menurut WHO dan menurut Piagam
Ottawa. Ruang lingkup promosi kesehatan adalah dapat dibedakan menjadi
empat yaitu promotif, preventif,kuratif dan rehabilitatif.
B. Saran
Disarankan mahasiswa untuk lebih mendalami materi tentang promosi
kesehatan guna untuk praktik ke depan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Heri D.J Maulana. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta:ECG


Soekidjo Notoatmodjo. 2007. Promosi Kesehatan Teori dan Ilmu Perilaku.
Jakarta: Rineka cipta.

12

Anda mungkin juga menyukai