Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN KASUS

J Investig Allergol Clin Immunol2010; Vol. 20(1): 80-83

Edema Uvula: Etiologi, Faktor Risiko, Diagnosis, dan Tatalaksana

E Alcoceba, M Gonzalez, P Gaig, E Figuerola, T Auguet, M Olona

Abstrak
Edema uvula (EU) adalah keadaan yang jarang terjadi yang kadang dihubungkan dengan
angiodema, urtikaria dan anafilaksis. Kami menganalisis penyebab, faktor presdisposisi, dan
karakteristik EU pada sebuah kelompok yang berjumlah 58 pasien dengan rata-rata (SD) usia
48,2 (15,2) tahun selama satu tahun waktu penelitian. Dari 58 pasien yang diteliti, 49 (84,5%)
adalah laki-laki dan 44 (75,9%) datang dengan EU yang diisolasi. Tiga puluh dua pasien
(55,1%) dengan etiologi yang tidak jelas diklasifikasikan sebagai idiopatik. Mendengkur dan
tingginya indeks masa tubuh lebih sering terjadi pada pasien-pasien ini. Berbagai macam
kemungkinan penyebab diidentifikasikan pada 26 pasien (44,9%). Pada kelompok ini, EU
biasanya disertai dengan urtikaria, angioedema, dan anafilaksis serta terdapat prevalensi atopi
yang tinggi.
Kami menemukan bahwa EU bersifat idiopatik pada lebih dari setengan jumlah pasien yang
diteliti bahwa faktor predisposisi kelebihan berat badan memiliki kemungkinan untuk
mendengkur. Pasien dengan EU seharusnya dilakukan pengujian alergi untuk obat-obatan,
allergen yang beredar melalui udara, dan makanan.
Kata kunci: Alergi, Idiopatik, Obesitas, Edema uvula, Mendengkur.

1
Pendahuluan

Edema uvula (EU) biasanya bermanifestasi sebagai rasa penuh pada orofaring dan
kesulitan berbicara. EU dapat disertai dengan kesulitan bernafas dan, karena juga
mempengaruhi pita suara, maka dapat bermanifestasi sebagai disfonia [1]. Defek anatomis
konstitusional dan mekanis (seperti uvula yang panjang) telah dilaporkan sebagai faktor
predisposisi [2]. Ada beberapa penelitian yang membahas mengenai kondisi medis ini.
Sebagian besar EU dalam literatur adalah kasus klinis terisolasi yang menggambarkan
berbagai etiologi termasuk alergi dan konsumsi obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID),
penghambat angiotensin-converting enzyme (ACE), dan antagonis reseptor angiotensin II
(ARA II) [3 ]. Kondisi ini juga telah dikaitkan dengan konsumsi ganja dan kokain [4,5] dan
penggunaan topikal Ecballium elaterium [6-9], tanaman milik famili Cucurbitaceae dengan
sifat anti-inflamasi dan digunakan dalam pengobatan sinusitis dan rinitis. Penyebab lain dari
EU adalah infeksi saluran pernapasan atas, trauma (yang disebabkan oleh endoskopi, intubasi
orotrakeal, atau aspirasi orofaringeal), perubahan vaskular seperti sindroma Vena Cava
superior, ligasi Vena Jugularis interna, penurunan tekanan osmotik plasma (terjadi pada
insufisiensi ginjal), obstruksi aliran limfatik setelah ligasi duktus torasikus, dan peningkatan
permeabilitas kapiler terhadap protein, yang terjadi pada diabetes atau lupus. Diagnosis
banding harus dibedakan dengan epiglottitis, infiltrasi mixedematous pada hipotiroidisme,
dan infiltrasi granulomatosa pada sarkoidosis dan Merkelson-Rosenthal Sindrom.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis etiologi, faktor predisposisi, dan
karakteristik EU pada pasien yang dirawat di rumah sakit kami dan diikuti selama satu tahun.

Deskripsi Kasus

Sebuah penelitian prospektif dilakukan antara September 2005 dan April 2007
menggunakan protokol yang dibuat bersama oleh bagian alergi dan layanan telinga, hidung,
dan tenggorokan (THT) di Rumah Sakit Universitari Joan XXIII di Tarragona, Spanyol.
Protokol ini diterapkan pada pasien dengan EU yang mengunjungi bagian gawat darurat atau
dirujuk oleh dokter umum ke bagian alergi atau layanan THT. Setelah kunjungan awal, pasien
dinilai kira-kira setiap 3 bulan selama setahun.
Protokol ini melibatkan konfirmasi EU dengan pengamatan visual langsung dari
orofaring, diikuti dengan nasofibroskopi. Selama anamnesis, penekanan khusus ditempatkan

2
pada investigasi riwayat atopi pribadi dan keluarga dan angioedema. Suatu rekaman juga

dibuat dari Body   Mass   Index  (BMI/IMT) pasien, pengobatan reguler, dan penyakit yang
sedang dialami bersamaan dengan EU. Jika ada hubungan yang mungkin ditemukan dengan
agen penyebab dan terdapat relevansi, maka periode laten dan konsumsi selanjutnya akan
dinilai. Data lain yang dicatat adalah frekuensi serangan dan waktu terjadinya.
Semua pasien menjalani tes darah dan analisis biokimia dengan pengukuran tingkat
sedimentasi eritrosit, enzim hati, kadar kalsium dan fosfor, profil tiroid, antibodi antinuklear,
anti-DNA, antibodi antitiroid, profil protein, kadar komplemen (C3, C4, C1 inhibitor dan
C1q), serta serum tryptase dan kadar total dan imunoglobulin spesifik (Ig) E tergantung pada
hasil tes kulit.
Pemeriksaan lain termasuk tes tusukan kulit (skin prick test) untuk menguji kepekaan
terhadap makanan umum dan alergen di udara, tes tinja untuk parasit, sinar-X dada untuk
menyingkirkan penyakit paru atau tumor, sinar-X sinus, dan spirometri dengan pemeriksaan
dari kedua kurva inspirasi untuk memeriksa obstruksi ekstra toraks dan kurva ekspirasi.
Variabel kuantitatif dijelaskan dengan rata-rata (SD) dan variabel kategori dengan
frekuensi absolut dan relatif. Kelompok dibandingkan menggunakan tes Kruskal-Wallis non-
parametrik untuk variabel kontinyu dan tes χ² untuk variabel kategori. Analisis regresi
logistik berganda digunakan untuk mengevaluasi hubungan antara mendengkur dan etiologi

idiopatik yang disesuaikan dengan Body Mass Index (BMI/IMT) dan jenis kelamin. Hasilnya


disajikan sebagai odds ratio (OR) dengan interval kepercayaan 95% masing-masing (IK).
Tingkat signifikansi statistik ditetapkan pada P≤0,05. Data dianalisis menggunakan program
statistik SPSS 12.0 (SPSS Inc., Chicago, Illinois, USA).
Penelitian kami terdiri dari 58 pasien, 49 (84,5%) di antaranya adalah laki-laki, dengan
rata-rata (SD) usia 48,24 (15,2) tahun. UE yang terjadi tidak bersamaan dengan keluhan lain
terdapat pada 44 (75,9%) pasien dari kasus.
Para pasien dibagi menjadi 2 kelompok sesuai dengan etiologi EU. Kelompok 1 terdiri
dari pasien yang tidak jelas penyebabnya terdeteksi (n = 32, 55,1%) dan kelompok 2 yaitu
pasien yang penyebabnya mungkin dapat terdeteksi (n = 26, 44,9%). Mendengkur secara
signifikan lebih umum pada kelompok 1 daripada kelompok 2 (P <0,0001) dan regresi

logistik disesuaikan untuk Body   Mass   Index  (BMI/IMT) dan jenis kelamin untuk
mengungkapkan hubungan independen yang signifikan antara EU idiopatik dan mendengkur
(OR = 14.45, 95% IK, 3-67.4). Kelompok 1 juga memiliki BMI/IMT yang secara signifikan
lebih tinggi (P <0,005) dan frekuensi pengulangan episode (P <0,001) dari kelompok 2.

3
Pada kelompok 2, agen penyebab yang diduga adalah alergen di udara pada 8 pasien,
semuanya memiliki gejala rinitis alergi saat EU terjadi; alergen makanan pada 4 pasien
(makanan laut [n = 2], hazelnut [n = 1], dan kenari [1]); Anisakis simplex pada 1 pasien;
hipersensitivitas terhadap NSAID pada 3 pasien (2 di antaranya memiliki lebih dari 1 episode
dengan NSAID yang sama dan toleransi yang baik terhadap NSAID lainnya); glucosamine
sulphate pada 1 pasien (2 episode terpisah, tidak ada tes lanjut); dan ipratropium bromide
pada 1 pasien (tes kulit negatif; inhalation challenge test tidak dilakukan karena pasien
berusia 85 tahun). Delapan pasien ditemukan memiliki penyebab sekunder, termasuk
konsumsi ganja (1 pasien), ACE inhibitor (non-alergi) 2 pasien, intubasi orotrakeal baru (1
pasien), dan infeksi tonsilofaringeal (4 pasien). Dibandingkan dengan kelompok idiopatik,
EU dalam kelompok ini lebih sering disertai dengan manifestasi klinis lainnya seperti
urtikaria, angioedema, dan anafilaksis pada kasus alergi makanan (P <0,0001). Atopi juga
lebih umum (P <0,0001). Tidak ada perbedaan dalam kebiasaan merokok dari 2 kelompok.
Hanya 15 pasien (25,9%) yang bermanifestasi dalam satu episode, sementara 43 pasien
(74,1%) mempresentasikan episode berulang. Dua puluh tiga pasien memiliki uvula yang
lebih panjang dari biasanya. Pada 30 pasien, episode selalu terjadi di pagi hari. Pada 15
pasien, gastroesophageal reflux yang tidak pernah diobati atau telah diobati hanya kadang-
kadang dilaporkan. Nasofibroskopi normal pada 50 pasien. Pada 2 pasien, diamati adanya
hiperemia aritenoid, yang merupakan indikasi tidak langsung dari gastroesophageal reflux.
Pada 2 pasien lainnya, hiperemia band diamati (salah satu pasien memiliki kebiasaan
merokok dan yang lainnya memiliki fonasi yang buruk di tempat kerja). Pada 2 pasien lagi,
diamati adanya edema pita suara. Edema ini merupakan awal dari hipotiroidisme autoimun
pada 1 pasien (kemudian didiagnosis dengan rinitis alergi karena sensitivitas terhadap tungau
debu rumah dan serbuk sari Parietaria judaica). Yang lainnya disebabkan oleh fonasi yang
buruk. Pada 1 pasien, lesi papillomatous diamati di uvula dan laring, dengan temuan biopsi
sesuai dengan infeksi papilloma virus. Pada pasien lain baru-baru ini didiagnosis dengan
ataksia cerebellar akut, diamati adanya hipokinesia pita suara dan kemudaian dilakukan
trakeostomi.

4
Tabel 1. Analisis Statistik Komparatif antara Pasien dengan EU Idiopatik dan Pasien dengan EU yang
Penyebabnya dapat Diidentifikasi
Kelompok Idiopatik Kelompok dengan
(n=32) Kemungkinan Penyebab
(n=26)
Umur, tahun 50,81 47,28
Laki-laki/perempuan 30/2 19/7
Manifestasi klinis terkait
Urtikaria 1 8b
Angioedema 2 10b
Anafilaksis 0 3b
c
Episode tunggal/episode bervariasi 3/29 12/14
Atopi 7 16d
Kejadian pada pagi hari 19 11
Gastroesophageal reflux 10 5
Uvula yang panjang 14 9
Indeks masa tubuh, kg/cm2 28,81e 26,93
Mendengkur 28f 8
Tatalaksana awal
Medikamentosa 29 24
Imunoterapi 0 0
Pembedahan 3 1
a
Data dipresentasikan sebagai jumlah pasien terkecuali sebaliknya spesifik.
b
P = <0,001.
c
P = <0,001.
d
P = <0,0001.
e
P = <0,05.
f
P = 0,0001.

Para pasien diobati dengan antihistamin dan kortikosteroid. Salah satu diberikan
imunoterapi untuk monosensitisasi Parietaria judaicapollen. Eksisi uvula diindikasikan pada
pasien dengan serangan berulang, pasien dengan serangan akut yang resisten terhadap
pengobatan medis, dan pasien yang gejalanya berkembang dengan cepat.
Gejala terkait EU sepenuhnya dapat dikendalikan pada 26 dari 58 pasien. Pasien-pasien
ini termasuk mereka dengan alergi makanan (n = 4), sensitisasi Anisakis simplex (n = 1), EU
sekunder akibat intubasi orotrakeal (n = 1), infeksi tonsilofaringeal (n = 3), pasien yang
mengkonsumsi NSAID, ACE inhibitor, glukosamin sulfat, dan ipratropium bromida, 9 pasien
dari kelompok idiopatik, dan 1 pasien yang sensitif terhadap alergen udara yang menjalani
operasi karena serangan berulang.

Tabel 2. Etiologi EU pada Kelompok Penelitian (n=58)


Etiologi Jumlah Pasien
Tidak diketahui 32
Alergen di udara 8
Alergi makanan 4
Anisakis simplex 1
NSAID 3
Glucosamine sulphate 1
Ipatropium bromide 1
Ganja 1

5
ACE inhibitor (tidak alergi) 2
Intubasi orotrakeal 1
Infeksi tonsilofaringeal 4
Singkatan: ACE, angiotensin-converting enzyme; NSAID, nonsteroidal anti-infl ammatory drugs.

Diskusi

Beberapa laporan dalam literatur telah menganalisis penyebab dan faktor predisposisi
EU [2,10]. Dalam penelitian kami, EU bersifat idiopatik pada banyak kasus (55,1%), temuan
yang serupa dengan hasil penelitian lainnya. Pada kelompok idiopatik, EU dengan tanpa
gejala lain (urtikaria, angioedema, atau anafilaksis) lebih dominan, sedangkan pada kelompok
lain, EU biasanya disertai dengan manifestasi klinis lainnya seperti urtikaria, angioedema,
dan anafilaksis, dengan atopi juga menjadi lebih lazim. Terdapat juga perbedaan antara 2
kelompok dalam hal kekambuhan, dengan serangan yang lebih umum pada kelompok
idiopatik. Temuan yang didapati pada penelitian ini tidak mungkin dibandingkan dengan
hasil-hasil pada penelitian lain karena hanya kasus-kasus yang tersendiri dilaporkan dalam
literatur ini. Mendengkur lebih sering terjadi pada kelompok idiopatik, yang serupa dengan
pengamatan oleh Daschner dkk [10]. Analisis regresi logistik dari kelompok ini

mengungkapkan hubungan independen antara EU dan mendengkur setelah penyesuaian Body

Mass   Index  (BMI/IMT) dan jenis kelamin. Menjadi seseorang yang sering mendengkur
tampaknya menunjukkan peningkatan obstruksi saluran pernapasan bagian atas yang
bervariasi, tanpa adanya IMT yang tinggi [11].
Kami tidak menemukan perbedaan antara 2 kelompok dalam hal terjadinya episode
pada pagi hari, gastroesophageal reflux, atau uvula yang lebih panjang.
Kesimpulannya, EU bersifat idiopatik pada lebih dari setengah jumlah kasus yang
diteliti dan paling umum pada laki-laki paruh baya. Faktor-faktor tertentu, seperti kelebihan
berat badan dan mendengkur, merupakan faktor predisposisi. Pasien dengan EU idiopatik
lebih mungkin mengalami serangan berulang daripada mereka dengan penyebab yang
diketahui. Pasien dengan EU harus dilakukan pengujian alergi terhadap obat-obatan, alergen
udara, dan makanan, terutama ketika kondisi ini terkait dengan manifestasi klinis lainnya.

Anda mungkin juga menyukai