Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

REKAYASA LINGKUNGAN DAN BANGUNAN PERTANIAN


(TPT-2019)
PENDINGINAN UDARA RUANG DENGAN METODE EVAPORATIVE
COOLING

DISUSUN OLEH :
NAMA : FARIS IRMANDHARU
NIM : 16/400399/TP/11612
GOL : RABU B
CO ASS : PURBA ADI HAPSARA

LABORATORIUM TEKNIK LINGKUNGAN DAN BANGUNAN PERTANIAN


DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam rangkaian penanganan pasca panen hasil pertanian, terdapat
beberapa mata rantai yang perlu dilakukan pada suhu rendah. Sebagai contoh, pra-
pendinginan dan penyimpanan dingin produk holtikultura segera setelah panen
untuk menurunkan laju respirasi dan mempertahankan mutu produk selama
mungkin. Penanganan yang baik terhadap produk hortikultura akan memberikan
nilai tambah bagi para petani, pebisnis dan industri pengguna.
Setelah panen,komoditas hortikultura akan mengalami proses transpirasi
dan respirasi.Hal tersebut dapat menyebabkan penurunan susut bobot dan
kemunduran. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut biasanya dilakukan
pendinginan awal dengan maksud untuk menghilangkan panas produk setelah
pemanenan, sebelum penyimpanan produk dilakukan. Tujuan umum pendinginan
awal adalah untuk memperlambat respirasi, memperkecil kerentanan terhadap
serangan mikroorganisme, mengurangi kehilangan air, dan mengurangi beban
pendinginan pada kendaraan pengangkut maupun sistem penyimpanan. Maka dari
itu, dengan diadakannya praktikum acar 1 ini, kita dapat mengetahui tentang
bagian-bagian serta mengetahui karakter kondisi udara hasil pendinginan dengan
cara evaporative cooling.
B. Tujuan
1. Mengetahui bagian-bagian serta konstruksi peralatan evaporative cooling.
2. Mengoperasikan dan mengetahui karakter kondisi udara hasil pendinginan
dengan cara evaporative cooling.
3. Membudidayakan dan mengamati pertumbuhan jamur dalam ruangan dengan
evaporative cooling.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pengaturan suhu yang baik merupakan cara yang efektif untuk menurunkan
tingkat kehilangan hasil dan mempertahankan kualitas buah-buahan dan sayur-
sayuran. Suhu yang rendah, tetapi tidak terlalu rendah, dapat menyebabkan
terjadinya penurunan aktivitas fisiologi sehingga buah menjadi rusak. Suhu yang
rendah juga menurunkan laju pertumbuhan mikrobia dan laju pembusukan.
Pendinginan merupakan cara yang efektif untuk menjaga kualitas buah-buahan dan
sayur-sayuran.Produk yang dipanen dari kebun pada umumnya suhunya tinggi dan
masih memiliki laju respirasi yang tinggi. Mempercepat penurunan suhu produk
sangat efektif untuk menjaga kualitas buah-buahan dan sayur-sayuran. Oleh karena
itu teknologi pendinginan digunakan secara luas terutama untuk produk yang
mudah rusak dan membusuk (Santoso dan Madya,2013).
Suhu komoditas hortikultura pada saat dipanen pada umumnya tinggi.Hal
tersebut dapat menyebabkan laju respirasi menjadi tinggi.Laju respirasi yang tinggi
biasanya disertai umur simpan yang pendek.Hal tersebut dapat menyebabkan
penurunan mutu dan nilai jual komoditas hortikultura sebagai bahan
makanan.Proses pendinginan dapat memperlambat kecepatan reaksi-reaksi
metabolisme pada komoditas.Pada umumnya penurunan suhu 8°C dapat membuat
kecepatan reaksi metabolisme menjadi setengahnya(Winarno et al.,1982 cit.
Safaryani et al.,2007).
Pendinginan evaporasi (evaporative cooling) sudah digunakan untuk
mencapai kondisi lingkungan yang menguntungkan di rumah kaca. Prinsip dasar
pendinginan penguapan adalah mengkonversi panas sensible menjadi panas laten
penguapan air. Udara panas dan kering atau kelembaban relative rendah dan suhu
relative tinggi dialirkan melewati didinding berpori yang dibasahi yang berfungsi
sebagai medium pendingin. Maka udara yang melewati dinding berpori meningkat
kelembaban relatifnya udara menjadi basah akibat penguapan air dari medium
pendingin. Pada saat melakukan pendinginan,ruang penyimpanan dingin harus
secara aktif menampung dan melepaskan beban panas yang dihasilkan dari berbagai
sumber panas.Selama pendinginan,air dalam produk berubah dari cair menjadi gas
dan menyerap panas dalam produk.Uap air menguap dan mendinginkan
produk.Laju pendinginan ditentukan berdasarkan perbedaan suhu produk dan
pendingin,kontak yang dicapai antara produk dan pendingin,dan konduktivitas
termal dari produk dan pengemas (Utama,2002).
Setiap buah yang telaha dipanen pasti masih aktif melakukan proses
metabolisme termasuk respirasi di dalamnya ditandai dengan adanya kenaikan
temperatur dan timbulnya uap air di sekitar buah. Respirasi merupakan faktor
biologis yang menyebabkan terjadinya perpindahan kalor pada bahan. Sebagian
buah dan sayuran setelah pemanenan mempunyai laju respirasi tinggi dan kemudian
menurun selang beberapa hari. Menurut Winarno (1981) dalam Johanes(2012),
respirasi akan terus berlangsung sampai bahan menjadi mati dan kemudian
membusuk.
Pendinginan evaporasi adalah fenomena fisik dimana penguapan air dari
media (cooling pad) yang basah ke udara yang mengalir dan terjadi kontak
keduanya akan menyebabkan pendinginan pada media. Efek pendinginan ini akibat
dari kebutuhan panas penguapan air yang diambil dari kandungan panas media dan
udara agar proses penguapan air tetap berlangsung. Udara yang berperan dalam
proses penguapan mengalami perubahan secara psikhrometrik yaitu terjadi
perbedaan atau perubahan suhu bola kering (dry bulb temperature) dan suhu bola
basah (wet bulb temperature) udara sebelum dan sesudah kontak dengan media
basah. Besarnya perbedaan kedua suhu tersebut dari kondisi udara yang digunakan,
akan menentukan terhadap besarnya efek pendinginan yang terjadi (Walas, 1988).
DAFTAR PUSTAKA
Johanes, Susanto.2012. Kajian eksperimental terhadap konduktivitas dan
difusivitas termal buah semangka 5: 97-103.
Safaryani, Nurhayati., Sri Haryanti.,dan Endah Dwi Astuti. 2007. Pengaruh suhu
dan lama penyimpanan terhadap penurunan kadar vitamin c brokoli(Brassica
oleracea L). Buletin Anatomi dan Fisiologi 15: 39-46.
Santoso,M.B.dan Widyaiswara Madya. 2013. Penanganan Pasca Panen
Hortikultura.<http://bbppbinuang.info/news11-penanganan-pasca-panen
hortikultura.html>. Diakses pada hari Jumat 29 April 2018 pukul 17.14 WIB.
Utama,I Made S. 2002. Pengelolaan Pascapanen Produk Hortikultura. Postharvest
Handling Workshop, Manado.
Walas, Stanley M. 1988. Chemical Process Equipment. Butterworth Publisher
BAB III
METODOLOGI
A. Alat
Adapun alat yang diguankan dalam praktikum “Pendinginan Udara Dengan
Metode Evaporative Cooling” adalah:
a. Evaporative Cooler
b. Stopwatch
c. Thermohygrometer
d. Timbangan Digital
e. Rak atau meja
B. Bahan
Bahan yang digunakan untuk mendukung praktikum “Pendinginan Udara
dengan Metode Evaporative Cooling” adalah sebagai berikut:
a. Air bersih
b. Bibit Jamur Tiram
C. Cara Kerja
Dalam praktikum ini dilakukan serangkaian cara kerja untuk mendukung
praktikum. Adapun cara kerjanya adalah pertama, alat yang digunakan di dalam
praktikum dipastikan dalam keadaan bersih dan baik sesuai dengan prosedur
percobaan. Berikutnya, air yang sudah siap dialirkan ke dalam bak penampung
sampai penuh. Langkah berikutnya, bagian-bagian dari Evaporative Cooler diamati
dengan seksama kemudian dicatat semua bagian alat beserta fungsinya.
Pengamatan selanjutnya dilakukan pengamatan terhadap suhu dan kelmbaban
udara luar yang masuk ke dalam alat.
Berikutnya, ruangan yang diinginkan juga dicatat RH dan suhunya. Pengukuran
efek Evaporative Cooler dilakukan dengan dihidupkan tombol ON pada remote
setelah sebelumnya alat dihubungkan dengan sumber listrik. Kecepatan diatur pada
posisi kipas 1. Ruangan telah diberi efek Evaporative Cooler dicatat perubahan
suhu dan kelembaban sampai keduanya konstan 3 kali pengulangan. Setelah suhu
dan kelembaban konstan, kecepatan dinaikkan pada posisi kipas 2 dan ditunggu
sampai suhunya konstan pula. Langkah tersebut diulangi sampai posisi kipas 5.
Setelah 5 posisi kipas, kecepatan diturunkan kembali sampai posisi kipas 1. Untuk
pengetahuan tentang efek Evaporative Cooler maka digunakan jamur sebagai
analisis. Pertama baglog jamur ditimbang kemudian diletakkan pada 2 ruang yang
berbeda. Yaitu ruangan biasa dan runagan yang telah diberi Evaporative Cooler .
Setelah jamur mulai muncul, diamati pertumbuhan jamur yang meliputi jumlah
jmaur perbaglog, tinggi jamur, lebar jamur, dan suhu serta kelembababn ruangan.
Setelah jmaur cukup besar, maka jamur ditimbang bertanya perbaglog jamur.

D. Skema alat
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN ANALISA DATA
A. Hasil Pengamatan
Bagian-bagian Evaporative Cooler:
1. Case berfungsi untuk melindungi seluruh bagian alat
2. Kipas berfungsi untuk meniup air dan menyedot udara
3. Filter berfungsi untuk menyaring udara
4. Pad berfungsi untuk mengalirkan udara menjadi embun dan disemprotkan
untuk menaikkan RH.
5. Pipa berfungsi untuk mengalirkan air
6. Tangki berfungsi untuk menampung air
7. Pompa berfungsi sebagai sumber tenaga
8. Alat control yang meliputi indikator tampungan air dan ventilasi angin.
Tdb1 = 28,6 oC
RH = 75 %
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan suhu dan kelmebaban
Kecepatan Kecepatan Kecepatan Kecepatan Kecepatan
t
Kipas 1 Kipas 2 Kipas 3 Kipas 4 Kipas 5
(detik)
T RH % T RH % T RH % T RH % T RH %
0 27.5 79 24.8 93.9 24.9 94 24.7 94 24.8 93.4
15 26.8 81.9 24.8 93.9 24.8 94 24.7 93.7 24.8 93.4
30 26.2 84 24.7 93.8 24.7 94.1 24.7 93.8 24.9 93.4
45 25.8 86 24.8 93.8 24.6 94.1 24.8 93.8 24.9 93.3
60 25.5 87.3 24.7 93.7 24.6 94.3 24.8 93.8 24.9 93.2
75 25.3 88 24.7 93.7 24.6 94.2 24.8 93.7 24.9 93.2
90 25.2 88.8 24.6 93.6 24.6 94.1 24.8 93.6 24.9 93.2
105 25.1 89.3 24.7 93.8 24.6 93.9 24.8 93.6
120 25.1 89.7 24.7 93.9 24.6 93.9 24.8 93.6
135 25.1 90.4 24.6 93.7 24.6 94.1
150 25 90.7 24.6 93.9 24.6 94.2
165 25 90.9 24.7 93.8 24.6 94.2
180 25 91.3 24.7 93.8 24.6 94.2
195 25 91.3 24.7 93.9
210 25 91.6 24.7 94
225 25 91.8 24.7 94
240 25 92 24.8 93.9
255 25 92 24.8 94.1
270 24.9 92 24.8 94.1
285 24.9 92.3 24.8 94
300 24.9 92.4 24.9 94.1
315 24.9 92.5 24.9 94.1
330 24.9 92.5 24.9 94.1
345 24.9 92.7
360 24.9 93

B. Analisa Data
a. Kurva Hubungan Antara Suhu/RH dan Waktu Evaporative Cooling
94 28
92 27.5
90
27
88
26.5
RH

Suhu
86
26
84
25.5
82
80 25

78 24.5 RH (Kipas 1)
0 100 200 300 400 T (Kipas 1)
waktu

Gambar 4.1 Grafik hubungan antara waktu vs T/RH pada Posisi Kipas 1
94.2 24.95

94.1 24.9
24.85
94
24.8
93.9
RH

suhu

24.75
93.8
24.7
93.7
24.65
93.6 24.6
RH (Kipas 2)
93.5 24.55
T (Kipas2)
0 100 200 300 400
waktu

Gambar 4.2 Grafik hubungan antara waktu vs T/RH pada Posisi Kipas 2
94.35 24.95
94.3 24.9
94.25
24.85
94.2
94.15 24.8

suhu
RH
94.1 24.75
94.05 24.7
94
24.65
93.95
93.9 24.6
RH (Kipas 3)
93.85 24.55
0 50 100 150 200 T (Kipas3)

waktu

Gambar 4.3 Grafik hubungan antara waktu vs T/RH pada Posisi Kipas 3

94.05 24.82
94
24.8
93.95
93.9 24.78
93.85 24.76

suhu
RH

93.8
93.75 24.74
93.7 24.72
93.65
24.7
93.6
93.55 24.68
0 50 100 150 RH (Kipas 4)

waktu T (Kipas4)

Gambar 4.4 Grafik hubungan antara waktu vs T/RH pada Posisi Kipas 4

93.45 24.92

93.4 24.9
24.88
93.35
24.86
suhu
RH

93.3
24.84
93.25
24.82
93.2 24.8
93.15 24.78
0 50 100 RH (Kipas 5)

waktu T (Kipas5)

Gambar 4.5 Grafik hubungan antara waktu vs T/RH pada Posisi Kipas 5
b. Pertumbuhan Jamur
Tabel 4.2 Pertumbuhan Jamur di Lingkungan
Perubahan berat Jamur di Lingkungan
Hari
Jamur 1 Jamur 2 Jamur 3 Jamur 4 Jamur 5
0 1351.54 1395.8 1355.64 1375.68 1340.68
1 1335.58 1383.17 1337.37 1365.8 1331.56
2 1330.39 1381.83 1333.06 1363.97 1329.06
3 1328.36 1380.73 1331.4 1362.54 1327.72
4 1325.67 1379.41 1329.33 1360.79 1325.99
5 1321.93 1376.87 1325.09 1357.53 1322.98
6 1420.64 1237.69 1197.78 1315.22 1257.79

1450
1400
Barat (gram)

y = 6.26x + 1326.1
1350 y = -7.1821x + 1378.9
y = -17.477x + 1414.6
1300
y = -9.6036x + 1348.2

1250 y = -17.924x + 1369.4

1200
1150
0 1 2 3 4 5 6 7
hari ke-

jamur 1 jamur 2 jamur 3


jamur 4 jamur 5 Linear (jamur 1)
Linear (jamur 1) Linear (jamur 2) Linear (jamur 3)
Linear (jamur 4) Linear (jamur 5)

Gambar 4.6 Grafik hubungan antara perubahan berat jamur terhadap


waktu (lingkungan)

Tabel 4.3 Pertumbuhan Jamur di Bangunan


Perubahan berat Jamur di Bangunan
Hari
Jamur 1 Jamur 2 Jamur 3 Jamur 4 Jamur 5
0 1497 1329.16 1280.59 1386.66 1352.14
1 1488.11 1307.43 1262.02 1375.5 1331.12
2 1482.29 1302.31 1257.91 1372.78 1328
3 1469.84 1291.04 1245.63 1363.09 1316.51
4 1455.49 1275.16 1229.26 1352.43 1302.53
5 1441.7 1263.37 1220.24 1340.73 1288.84
6 1309.66 1366.9 1310.25 1396.91 1313.37
1600
1400
1200
Barat (gram) 1000
800
600
400
200
0
0 1 2 3 4 5 6 7
hari ke-

jamur 1 jamur 2 jamur 3


jamur 4 jamur 5 Linear (jamur 2)
Power (jamur 2)

Gambar 4.67 Grafik hubungan antara perubahan berat jamur terhadap


waktu (Bangunan)

Tabel 4.4 Pengukuran RH dan Suhu


suhu ruangan RH ruangan Suhu RH
Hari jamur jamur lingkungan lingkumngan
30.3 70.5 30.3 75
0 30.4 75.4 30.2 75
30.5 70.3 30.1 75.8
26.6 79.8 27.1 76.2
1 26.8 79.8 27.2 78
26.8 79.6 27.3 76
25.9 88.3 27 83
2 25.9 88.7 27.6 78.7
26.1 87.5 27.7 78.9
30 70.3 29.4 54.7
3 30.1 70.8 29.3 54.8
30 70.3 29.2 56
30 72.4 29.5 71.8
4 30.1 73.3 29.4 71.8
30.1 72.5 29.4 71.7
29.2 74.6 29.1 74.8
5 29.2 74.8 29.1 75.1
29.2 74.7 29 75.5
26.9 88 27.2 86.2
6 26.8 88.8 27.1 85.6
26.9 88.2 27 85.9
c. Analisis Kerja Evaporative Cooling
1. Panas sensibel, panas laten dan panas total Evaporative Cooling
Tdb1= 28.6
RH1= 75
Dari pyschrometrichart Tdb 1 dan RH 1 diperoleh nilai H1= 76.4 kJ/kg
Kemudian dari titik 1 ditarik garis horizontal ke Tdb2 (24.9) sehingga
diperoleh H2=75 kJ/kg.
Dari titik kedua ditarik garis vertikal ke RH1 sehingga didapat H3=72.9 kJ/kg
Q sensibel = H1-H2
= 76.4 -75 = 1.4 kJ/kg
Q laten = H2- H3
= 75- 72.9 = 2.1 kJ/kg
Q total = Q sensibel + Q laten
= 1.4 + 2.1
= 3.5 kJ/kg
2. Efektivitas Proses Evaporative Cooling
𝑇𝑑𝑏1−𝑇𝑑𝑏2
E =𝑇𝑑𝑏1−𝑇𝑤𝑏1 𝑥 100%
28.6−24.9
= = 28.6−25 𝑥 100%

= 102.78%
3. Indeks Kenyamanan (THI)
a. THI untuk Manusia
TH1 = (0,15 x Tdb + 0,85 x Twb) x 1,8 +32
(Bianca, 1962)
TH1 = (0,15 x 24.9+ 0,85 x 24.1) x 1,8 +32
= 75.59
Jadi, berdasarkan lampiran menurut Amstrong (1994) THI 72-79 maka
termasuk zona yang stress sringan (mild stress).
b. THI untuk Hewan
TH1 = (0,35 x Tdb + 0,65 x Twb) x 1,8 +32
(Bianca, 1962)
TH1 = (0,35 x 24.9+ 0,65 x 24.1) x 1,8 +32
= 75.88
Jadi, berdasarkan lampiran menurut Amstrong (1994) THI 72-79 maka
termasuk zona yang stress sringan (mild stress).
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari praktikum “Pendinginan Udara Ruang Dengan Metode Evaporative
Cooling” yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Bagian-bagian dari peralatan Evaporative Cooling meliputi pad, fan, kipas,
filter, pipa, tangki, pompa dan alat control.
2. Adapun cara mengoperasikan peralatan Evaporative Cooler adalah dengan
menghidupkan mesin kemudian mengisi tampungan air dan mengatur
kecepatan kipas. Karakteristik udara hasil pendinginan dengan metode
Evaporative Cooling adalah menghasilkan suhu rendan dengan
Kelembaban yang tinggi akibat penguapan air.
3. Pertumbuhan jamur pada praktikum belum terlihat namun dapat diamati
dengan bertambahnya presentase warna putih pada baglog jamur tiram yang
menandakan jamur sudah mulai akan muncul.
B. Saran
Praktikum sudah berjalan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai