Anda di halaman 1dari 10

2.

1 Sejarah
Tanaman gladiol yang ada sekarang merupakan keturunan dari jenis liar
yang berada di Afrika Selatan. Warna, bentuk, dan jenis bunga gladiol sangat
beragam. Di Amerika tanaman gladiol sudah menjadi komoditas penting sejak
tahun 1870-an. Gladiol merupakan salah satu marga dari famili Iridaceae yang
diusahakan sebagai bunga potong. Sebagai penghasil bunga potong, nilai ekspor
bunga potong Indonesia masih sangat kecil dibandingkan dengan peluang yang
ada. Nilai ekspor tanaman hias pada tahun 1993 hanya sebesar 2,6 juta dollar US,
padahal peluang ekspor dunia untuk tanaman hias pada tahun 2007 diperkirakan
mencapai 120 miliar dollar US. Volume pemasaran gladiol di kota besar mencapai
127.200 tangkai per minggu dan permintaan bunga potong rerata meningkat 10%
setiap tahun.

2.2 Klasifikasi Botani Tanaman Gladiol

Taksonomi Tanaman Gladiol


Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Ordo: Liliales
Famili: Iridaceae
Genus: Gladiolus
Spesies: Gladiolus hortulanus, G. tristis L, G. hybridus

Siklus hidup tanaman gladiol berlangsung selama 16-18 minggu. Pada


umur 3-5 minggu setelah bibit subang atau cormus ditanam, tunas baru akan
tumbuh setelah 7-9 minggu, tunas baru menjadi tanaman muda yang melekat di
atas cormus yang lama. Masa berbunga tanaman gladiol berumur 12-14 minggu.
Pada umur 16-18 minggu tanaman gladiol membentuk cormus-cormus baru
sebagai calon turunan atau generasi berikutnya, sedangkan cormus yang lama
akan layu atau mati.
2.2.1 Morfologi

Tanaman gladiol yang termasuk subkelas Monocotyledoneae, berakar


serabut, dan tanaman ini membentuk pula akar kontraktil yang tumbuh pada saat
pembentukan subang baru. Tanaman ini tumbuh dari cakram yang merupakan
modifikasi dari batang. Umbi yang masak atau tua tertekan ke dalam membentuk
bulatan seperti buah waluh yang ditutupi oleh daun-daun dan pelepah daun yang
telah kering. Sementara itu akar tanaman tumbuh disekitar lingkaran bawah umbi.
Mata tunasnya terletak pada bagian atas umbi. Tanaman ini mulai bertunas etelah
4-5 minggu sejak disemaikan. Pertumbuhan umbi baru sangat lambat dan
pertumbuhannya tampak cepat sesudah bunganya dipanen.

Dalam keadaan optimal, tinggi tanaman dapat mencapai 1,5 m. Daunnya


berbentuk lanset, meruncing. Jumlah daun tanaman berkisar antara 6-8 lembar.
Bunganya tersusun rapi pada satu sisi rangkaian, satu tangkai terdiri dari 8-16
kuntum. Warna bungga beragam, bunga tersebut melakukan penyerbukan sendiri.
Walaupun mampu menyerbuk sendiri namun menghasilkan keturunan yang
sangat beragam yang menunjukan bahwa tanaman gladiol sangat heterozigot.

Umbi yang baru tidak dapat ditanam karena harus mengalami istirahat
selama 2-4 bulan. Subang (corm) adalah pangkal batang yang membengkak dan
memadat yang mengandung cadangan makanan, berbentuk bulat pipih, terdapat
buku, ruas dan mata tunas (Ashari, 1995).

Batang herbaceus, berbentuk bulat, dengan permukaan rata berwarna


hijau, arah tumbuhnya tegak lurus denagn percabangan monopodial, berbentuk
amat pendek dan terletak pada bagian pangkal subang tidak tampak dari luar.
Batang yang muncul di permukaan tanah adalah batang semu. Batang semu
merupakan jaringan yang bentuknya pipih, mengandung buku (ruas), mata ruas,
dan ditutupi oleh daun-daun secara berselang-seling.

Daun tanaman gladiol merupakan daun yang tidak lengkap terdiri dari
pelepah daun, dan helaian daun (lamina), bangun daun berbentuk garis (linearis),
ujung daun runcing (auctus), berbentuk lanset. Tiap batang tanaman berdaun
antara 1-12 helai yang tersusun secara tumpang tindih. Bunga gladiol tersusun
tandan, setiap tandan bunga terdiri atas 8-20 kuntum bunga. Warna bunga
beragam, bunga tersebut melakukan penyerbukan sendiri, walaupun mampu
menyerbuk sendiri, namun menghasilkan keturunan yang sangat beragam, yang
menunjukkan bahwa tanaman gladiol sangat heterozigot (Ashari, 1995).

2.2.2 Varietas Gladiol

Keluarga gladiol yang menakjubkan ini telah meningkat hingga mencakup


lebih dari 2.000 varietas, dengan beraneka ragam warna, gradasi, dan tekstur yang
dapat dibayangkan. Di Indonesia yang bunga gladiol yang berasal dari Belanda
telah diidentifikasi ke dalam 20 varietas. Di antar abeberapa varietas tersebut
hanya ada 3 jenis gladiol yang bernilai ekonomi cukup tinggi, dinilai berdasarkan
bentuk fisik atau penampilannya yang paling indah dibandingkan denga varietas
lainnya, yaitu: Priscilla (berwarna putih), White Godness (berwarna putih), dan
Tradehorn (berwarna merah jingga). Darrah-daerah di Indonesia yang dijadikan
pusat budidaya bunga gladiol, antara lain Semarang (tepatnya di daerah
Bandungan), Cianjur (tepatnya didaerah Cipanas), Sukabumi (tepatnya di daerah
Salabintana), Bandung (tepatnya di daerah Parongpong), dan Malang (tepatnya di
dareh Batu).

2.2.3 Syarat Tumbuh

1. Iklim

Tanaman gladiol memberikan respon yang berbeda terhadap variasi


kondisi lingkungan terutama suhu, kelembaban dan cahaya. Tanaman gladiol
tumbuh baik pada suhu 10 – 250C. Suhu rata-rata yang kurang dari 100C akan
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman terhambat. Jika suhu
rendah berlangsung lama, pertumbuhan tanaman dapat terhenti. Suhu maksimum
untuk pertumbuhan gladiol adalah 270C, suhu berpengaruh pula terhadap periode
pembungaan.

1) Gladiol membutuhkan curah hujan rata-rata 2.000-2500 mm/tahun. Di


Indonesia gladiol dapat ditanam sepanjang tahun, baik pada musim kemarau
maupun musim hujan.
2) Tanaman gladiol membutuhkan sinar matahari penuh untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Keadaan kurang optimal akan menyebabkan bunga mengering
dan floret tidak terbentuk secara normal. Kekurangan cahaya terjadi pada waktu
pembentukan daun ke 5, 6, dan 7, yang menyebabkan kekeringan tampak pada
kuncup bunga saja. Kultifat Eurovision, Peter, Friendship, Jessica,
dan Mascagni kurang peka terhadap cahaya matahari.

3) Tanaman gladiol tumbuh baik pada suhu udara 10-250C. Suhu udara ratarata
kurang dari 100C akan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman
terhambat, jika berlangsung lama pertumbuhan tanaman dapat terhenti. Suhu
udara maksimum pertumbuhan gladiol adalah 270C, kadang-kadang dapat
menyesuaikan diri sampai suhu udara 400C, bila kelembaban tanah dan tanaman
relatif tinggi.

Tanaman gladiol dapat tumbuh sampai pada ketinggian 250 meter di atas
permukaan air laut. Pada lahan dataran rendah tanaman ini dapat pula berbunga,
namun kualitas bunganya kurang baik. Namun ada juga yang berpendapat bahwa
bunga Gladiol dapat tumbuh dengan baik di daerah pada ketinggian antara 600-
1400 m dpl, tanah lempung berpasir dengan pH berkisar antara 5,8 sampai 6,5,
suhu berkisar 10-250C, berdrainase baik dan mendapat sinar matahari penuh.

1) Jenis tanah yang cocok untuk tanaman gladiol adalah andosol dan latosol yang
subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik.

2) Tanaman bunga gladiol dapat tumbuh subur diatas tanah yang memiliki pH
5,5-5,9.

3) Ketinggian Tempat. Tanaman gladiol dapat tumbuh dengan baik di daerah


ketinggian 500-1500 m dpl dan beriklim sejuk.

2.3 Teknik Budidaya

Pembibitan gladiol dapat diperoleh dengan beberapa cara, antara lain:

1). Secara generatif, bibit gladiol diperoleh dari biji gladiol yang disemai di media
semai dan akan mulai berkecambah sekitar satu minggu. Biji gladiol dihasilkan
melalui penyerbukan yang dibantu manusia sehinggal lebih efektif dalam
menghasilkan biji.
2). Secara vegetatif, bibit gladiol diperoleh dengan cara memanfaatkan anak
subang (umbi) dari tanaman gladiol yang sudah dipanen sekitar 5 bulan.
Dari hasil penelitian Ekawanti (2007), menunjukkan bahwa pertumbuhan
vegetatif kultivar Ungu hasilnya lebih baik dibandingkan kultivar Clara dan Kaifa
yang ditunjukkan oleh tinggi tanaman. Adapun cara menanam yang baik yaitu,
untuk menanam bibit gladiol perlu membuat bedengan yang tingginya kurang
lebih 15 cm, lebar kurang lebih 130 cm, jarak antar bedengan kurang lebih 35 cm
dan panjang bedebngan disesuaikan dengan luas lahan yang tersedia. Buat lubang
tanam dengan ukuran diameter 2-4 cm dengan kedalaman 11-15 cm atau
disesuaikan. Masukan benih atau umbi gladiol, kemudian timbun dengan tanah.
Setelah itu lakukan penyiraman dan pemupukan secara teratur dengan dosis yang
tepat.
Pengolahan lahan, karakteristik tanah yang baik untuk budidaya gladiol
adalah tanah yang gembur dan subur, terutama jenis latosol dan andosol, dengan
pH antara 5,5-5,9. Dengan ketinggian 500-1500 meter dpl (di atas permukaan
laut). Ada beberapa tahap dalam pengolahan lahan antara lain:

a). Sebelum menanam bibit umbi gladiol, sebaiknya tanah telah diolah terlebih
dahulu dengan cara dicangkul atau dibajak selama kurang lebih 14 hari hingga
tanah menjadi gembur dan bebas dari gulma.

b). Setelah gembur, masukan pupuk kompos agar tanah menjaddi subur. Aduk
hingga menyatu dengan pupuk, jika tanah bersifat asam maka lakukan
pengapuran.

c). Sebaiknya tanah yang akan ditanami gladiol merupakan tanah kosong, tetapi
jika sudah pernah ditanami gladiol atau se-famili sebelumnya, maka sebaiknya
tanah tersebut didiamkan selama 12 bulan.

Tanaman gladiol memerlukan pupuk fosfat. Pupuk fosfat dapat


mempercepat pembentukan bunga di samping dapat memperbaiki mutu bunganya.
Pupuk fosfat tersebut 16% P2O5 diberikan dengan dosis 3-5 kg setiap 30-50 m2.
Selain itu, pupuk majemuk NPK (5:10:5) dengan dosis 0,5-1 kg setiap 10 m2
dapat diberikan pada saat tanaman menjelang berbunga. Kemudian pupuk lanjutan
diberikan dengan dosis 1-1,5 kg/10 m2 sesudah bunganya dipotong. Manfaat
pemupukan selain untuk meningkatkan ukuran umbi, juga untuk meningkatkan
ukuran bunga.

Perawatan gladiol tidak jauh berbeda dengan perawatan tanaman lainnya.


Ada beberapa cara perawatan gladiol, antara lain:

1. lakukan penyiangan sesering mungkin agar tidak ada tanaman lair/gulma.


2. buang tangkai-tangkai yang mati dan kering atau tangkai yang diserang hama
dan penyakit.
3. cabut tunas-tunas tanaman liar.
4. lakukan penyulaman, yiatu mengganti benih yang mati atau lambat
pertumbuhannya dengan benih yang baru, yang memeiliki kualitas yang baik.
5. lakukan pemupukan 2 kali, yaitu pada umur 20 hari dan terakhir pada umur 45
hari.
6. lakukan penyempotan pestisida jika ada hama.
7. lakukan penyiraman secara teratur dengan dosis yang tepat.

2.4 Panen

Bunga gladiol mulai berbunga saat berumur 2 atau 3 bulan setelah tanam.
Bunga gladiol tergolong bunga yang mudah kehilangan air (gladiol cepat layu).
Meskipun begitu, kondisi tersebut masih dapat disiasati. Tentunya, teknik
memanen yang benar juga harus diterapkan. Bunga potong sebaiknya tidak
dipanen ketika mentari sedang terik tetapi dipanen sebelum matahari terbit atau
menjelang petang. Saat memanen, batang bunga dipotong miring, menggunakan
pisau yang benar-benar tajam untuk menghindarkan infeksi pada tanaman.
Dengan begitu, tercipta penampang batang yang lebih luas untuk menyerap air.
Panen bunga dapat dilakukan setelah kuntum 1 dan kuntum 2 bunga terbawah
sudah menunjukkan warnanya, tetapi belum mekar. Bila panen dilakukan setelah
mekar, bunga gladiol akan mudah rusak pada saat pengangkutan. Tetapi
sebaliknya bila bunga dipanen terlalu awal, maka bunga tidak dapat mekar
sempurna. Bunga gladiol dapat dipanen setiap minggu jika pembudidaya dapat
mengaturnya dengan baik.

2.5 Pasca Panen

Setelah panen, bunga gladiol di simpan di tempat yang khusus sebelum


dipasarkan ke konsumen. Suhu yang baik di dalam tempat penyimpanaan bunga
gladiol adalah sekitar 0-50C. Fungsi dari tempat penyimpanaan ini adalah agar
bunga tetap segar dan tidak mudah layu setelah dipetik. Pengkelasan bunga
potong gladiol dilihat dari standar mutu yang tercantum di dalam Nasional
Indonesia SNI 01-4479-1998, sebagai berikut:

SNI untuk gladiol potong berdasarkan panjang tangkai, antara lain:

1. Kelas mini : panjang tangkai 30-50 cm.


2. kelas pendek (kelas C) : panjang tangkai 51-60 cm.
3. Kelas medium (kelas B) : panjang tangkai 61-75 cm.
4. kelas panjang (kelas A) : panjang tangkai 76-94 cm.
5. kelas super (kelas AA) : panjang tangkai > 95 cm.
SNI berdasarkan jumlah minimum floret untuk setiap tangkainya, antara
lain:
1. Kelas C jumlah minimum floret untuk setiap tangkainya 10.
2. kelas B jumlah minimum floret untuk setiap tangkainya 12.
3. Kelas A jumlah minimum floret untuk setiap tangkainya 14.
4. Kelas AA jumlah minimum floret untuk setiap tangkainya 16.

Jalur pemasaran hasil panen yang digunakan petani produsen untuk


menyalurkan produk bunga potong dari produsen sampai ke konsumen lembaga-
lembaga yang ikut aktif dalam saluran pemasaran adalah petani produsen,
pedagang pengumpul, pedagang besar, pengecer, dan konsumen.
Pengelompokan bunga gladiol berdasarkan penampilan dan kondisi fisik,
antara lain:

AA A B C

Panjang > 95 74- 95 61 - 75 51 - 60


Tangkai cm

Jumlah 16 14 12 10
Floret

Keseragaman 100 95 95 < 95


(%)

Warna 100 95 95 < 95


Spesifik (%)

Bebas H&P 100 95 95 < 95

Kelurusan lurus lurus sedang kurang


Tangkai

∑ Floret 1 - 2 1-2 2 -3 2-3


mulai mekar

Kerusakan 0 5 10 > 10
Mekanis %

% kotoran 0 1 2 3

2.6 Organisme pengganggu Tanaman

Penyakit merupakan hambatan utama dalam budidaya tanaman gladiol.


Sumber penyakit tersebut biasanya pada umbinya. Karena itu sebelum umbi
ditanam harus dipastikan bahwa telah terbebas dari organisme pengganggu
tersebut. Untuk mengamankan umbi dari gangguan hama dan penyakit
disarankan agar sebelum ditanam dicelupkan ke dalam larutan fungisida dan
insektisida.
Hama yang sering menyerang tanaman gladiol adalah tungau dan
Taeniothris simplex (Morison). Tungau meletakan telurnya di dalam jaringan
tanaman. Sesudah telur menetas larvanya keluar dan memakan daun. Tungau
yang masih muda senang bersembunyi disekitar daun atau masuk ke dalam
bagian bunga sehingga menyulitkan pemberantasaanya. Tungau dewasa
bersayap dan menyerang daun serta bunganya, sehingga tampak berbintik-bintik
pada daun dan menimbulkan pada bunga. Selain itu serangga penggerek pucuk
(Heliothis armigera atau H. punctigera) menyerang kuncup bunga. Hama
tersebut dapat diberantas dengan pemakaian insektisida.

Penyakit yang sering menyerang tanaman gladiol adalah penyakit layu


fusarium (Fusarium oxysporum). Di Queensland penyakit ini dapat mengurangi
produksi bunga dan umbi sampai 50%. Jamur Stromatinia gladioli sering
menyerang leher akar, sehingga menyebabkan kematian tanaman muda.
Kebanyakan jenis penyakit tersebut berasal dari bibit-bibit sehat, terutama bebas
dari hama dan penyakit yang mungkin menempel pada sisik subang.

Kerugian yang disebabkan oleh infeksi fusarium pada gladiol cukup


besar, di Florida Amerika Serikat bisa mencapai 1,5 juta dolar setiap musim
(Pirone 1978), sedangkan di Indonesia penyakit ini dapat mengakibatkan
kerugian sampai 100 %.

Salah satu masalah penting yang masih dihadapi dalam budidaya gladiol
adalah ketersediaan bibit atau subang gladiol sehat, yang sampai sekarang
masih sukar terpenuhi. Salah satu penyakit yang merusak subang gladiol dan
terbawa tanaman gladiol adalah penyakit layu fusarium, yang disebabkan oleh
jamur Fusarium oxysporum Schlecht f.sp. gladioli (Massey) Sneyder & Hansen.
Berdasarkan pengalaman membeli bibit gladiol dari petani di Jawa Barat,
diperoleh lebih dari 50% terinfeksi F. oxysporum f.sp. gladioli. Kerugian yang
ditimbulkan jika dihitung dengan proyeksi permintaan bunga gladiol di Jakarta,
sebesar Rp. 0,5-0,7 milyar per musim.

Kultivar gladiol yang tahan terhadap fusarium di Indonesia saat ini sangat
jarang ditemuka apalagi variasi karakter bunga yang terbatas. Sedangkan
permintaan bunga potong selalu menghendaki sesuatu yang baru dan lebih
beragam dari segi warna, bentuk, jumlah bunga, kuntum yang susun teratur dan
simetris, tangkai panjang, kesegaran yang lama dan mudah pengepakannya.
Dengan demikian diperlukan usaha yang terus menerus untuk merakit kultivar
baru.

Sumeru Ashari. 2006. Holtikultura Aspek Budidaya Edisi Revisi. Universitas


Indonesia Press: Jakarta. Hal 424-430.

Kemal Prihatman. 2000. Gladiol. Sistem Informasi Manajemen Pembangunan di


Perdesaan BAPPENAS. Kantor Deputi Menegristek Bidang
Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi:
Jakarta.

Agus Muharan, et al. 1995. Gladiol. Balai Penelitian Tanaman Hias (Badan
Penelitian dan Pengembangan): Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai