lambat dalam waktu yang sangat lama, sehingga berkembang menjadi berbagai spesies
baru yang lebih lengkap struktur tubuhnya. Menurut teori evolusi, makhluk hidup yang
sekarang berbeda dengan makhluk hidup jaman dahulu. Nenek moyang makhluk hidup
sekarang yang bentuk dan strukturnya (mungkin) berbeda mengalami perubahan-
perubahan baik struktur maupun genetis dalam waktu yang sangat lama, sehingga
bentuknya jauh menyimpang dari struktur aslinya dan akhirnyamenghasilkan berbagai
macam spesies yang ada sekarang. Jadi tumbuhan dan hewan yang ada sekarang
bukanlah makhluk hidup yang pertamakali berada di bumi, tetapi berasal dari makhluk
hidup di masa lampau.
Berdasarkan tiga hal tersebut akhirnya Darwin menulis bukunya “On the Origin of
Species by Means of Natural Selection” yang berisi dua hal pokok:
spesies yang ada sekarang ini berasal dari spesies yang hidup di masa lampau,
dan
evolusi terjadi melalui proses seleksi alam
Perhatikan perubahan lingkungan yang terjadi. Gambar kiri sebelum Revolusi industri, kupu bersayap gelap lebih gampang
terlihat. Gambar kanan setelah Revolusi Industri, kupu bersayap terang yang lebih gampang terlihat. Ini mempengaruhi
pergeseran peluang predasi.
Sekitar tahun 1850 yaitu masa sebelum berkembangnya revolusi industri di Inggris,
kupu Biston berwarna cerah lebih banyak daripada yang berwarna gelap. Tetapi setelah
berlangsungnya revolusi industri, ternyata kupu yang berwarna gelap lebih banyak
daripada yang berwarna cerah. Hal ini dimungkinkan karena sebelum revolusi industri
pohon di habitatnya masih bersih, sehingga kupu berwarna cerah lebih adaptif,
akibatnya sulit untuk dilihat predator. Ketika berlangsung revolusi industri dan
sesudahnya, pohon dan daun habitat kupu tersebut tertutup oleh jelaga. Ini berakibat
kupu berwarna gelap lebih adaptif sehingga sulit dilihat predator.
Perhatikan bahwa dalam satu keturunan pun akan selalu memunculkan variasi. Ini disebabkan karena pada perkawinan selalu
terjadi rekombinasi gen.
Makhluk hidup yang berasal dari satu spesies yang hidup pada satu tempat setelah
mengalami penyebaran ke tempat lain sifatnya dapat berubah. Perubahan itu terjadi
karena di tempat yang baru makhluk hidup tersebut harus beradaptasi demi
kelestariannya. Selanjutnya, adaptasi bertahun-tahun yang dilakukan akan
menyebabkan semakin banyaknya penyimpangan sifat bila dibandingkan dengan
makhluk hidup semula. Dua tempat yang dipisahkan oleh pegunungan yang tinggi atau
samudera yang luas mempunyai flora dan fauna yang berbeda sama sekali. Perbedaan
susunan flora dan fauna di kedua tempat itu antara lain disebabkan adanya isolasi
geografis.
Perkembangan variasi paruh burung Finch. Terjadi karena terseleksi secara alami oleh jenis makanan yang berbeda.
Contohnya adalah mengenai bentuk paruh burung Finch yang ditemukan Darwin di
kepulauan Galapagos. Dari pengamatannya tampak burung-burung Finch tersebut
memiliki bentuk paruh dan ukuran yang berbeda, dan menunjukkan mempunyai
hubungan dengan burung Finch yang ada di Amerika Selatan. Mungkin karena sesuatu
hal burung itu bermigrasi ke Galapagos. Mereka menemukan lingkungan yang baru
yang berbeda dengan lingkungan hidup moyangnya. Burung itu kemudian
berkembangbiak dan keturunannya yang mempunyai sifat sesuai dengan lingkungan
akan bertahan hidup, sedang yang tidak akan mati. Karena lingkungan yang berbeda,
burung-burung itu menyesuaikan diri dengan jenis makanan yang ada di Galapagos.
Akhirnya terbentuklah 14 spesies burung Finch yang berbeda dalam bentuk dan ukuran
paruhnya.
Fosil adalah sisa tumbuhan atau hewan yang telah membatu atau jejak-jejak yang
tercetak pada batuan. Darwin menyatakan bahwa fosil yang ditemukan pada lapisan
batuan muda berbeda dengan fosil yang terdapat pada lapisan batuan yang lebih tua,
dan menunjukkan suatu bentuk perkembangan.
Bagan yang menunjukkan perkembangan evolusi kuda
Dari sekian banyak fosil yang ditemukan, yang paling lengkap dan dapat digunakan
sebagai petunjuk adanya evolusi adalah fosil kuda yang ditemukan oleh Marsh dan
Osborn. Dari studi yang dilakukan dapat dicatat beberapa perubahan dari nenek
moyang kuda (Eohippus) yang hidup 58 juta tahun yang lalu menuju ke bentuk kuda
modern sekarang (Equus), yaitu:
tubuh bertambah besar, dari sebesar kucing hingga sebesar kuda sekarang
leher makin panjang, kepala makin besar, jarak antara ujung mulut hingga bagian
mata menjadi makin jauh
perubahan dari geraham depan dan belakang dari bentuk yang sesuai untuk
makan daun menjadi bentuk yang sesuai untuk makan rumput
bertambah panjangnya anggota tubuh hingga dapat dipakai untuk berlari cepat,
tetapi bersamaan dengan itu kemampuan rotasi tubuh menurun.
adanya reduksi jari kaki dari lima menjadi satu, yaitu jari ketiga yang selanjutnya
memanjang, kemudian disokong teracak.
Untuk menetapkan umur fosil dapat dilakukan dengan dua cara : secara langsung dan
tak langsung. Secara langsung dengan menetapkan umur batuan tempat fosil
ditemukan. Cara yang ini kurang valid. Secara tak langsung dengan carbon dating
menggunakan isotop C14. Cara yang kedua ini lebih valid.
4. Adanya homologi organ pada berbagai jenis makhluk hidup
Organ-organ berbagai makhluk hidup yang mempunyai bentuk asal sama dan kemudian
berubah struktur sehingga fungsinya berbeda disebut organ yang homolog. Homologi
organ menunjukkan tingkat kekerabatan makhluk yang bersangkutan. Makin banyak
organ yang homolog kemungkinan kekerabatannya makin dekat, yang artinya nenek
moyangnya mungkin sama.
Homologi organ: perhatikan bahwa anggota gerak pada makhluk di atas memiliki bentuk berbeda, tetapi pada dasarnya
memiliki bagian yang sama. Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan fungsi.
Contohnya: tangan manusia berfungsi untuk memegang adalah homolog dengan sirip
depan paus yang digunakan untuk berenang, atau sayap kelelawar yang berguna untuk
terbang homolog dengan tungkai depan kucing yang berguna untuk berjalan.
Lawan dari homolog adalah organ yang analog, yaitu organ-organ dari berbagai
makhluk hidup yang fungsinya sama tanpa memperhatikan bentuk asalnya. Bisa juga
diartikan organ-organ tubuh dari berbagai makhluk hidup yang fungsinya sama tetapi
bentuk asalnya berbeda.
Perbandingan perkembangan embrio pada ikan, ayam, babi, dan manusia. Mirip
Hukum ini menyatakan bahwa dalam suatu kondisi tertentu yang stabil, frekuensi gen
dan frekuensi genotif akan tetap konstan dari satu generasi ke generasi dalam suatu
populasi yang berbiak seksual, bila syarat berikut dipenuhi:
1. Genotif yang ada memiliki viabilitas (kemampuan hidup) dan fertilitas (kesuburan)
yang sama
2. Perkawinan yang terjadi berlangsung secara acak
3. Tidak ada mutasi gen
4. Tidak terjadi migrasi
5. Tidak terjadi seleksi
Hukum Hardy-Weinberg ini berfungsi sebagai parameter evolusi dalam suatu populasi.
Bila frekuensi gen dalam suatu populasi selalu konstan dari generasi ke generasi, maka
populasi tersebut tidak mengalami evolusi. Bila salah satu saja syarat tidak dipenuhi
maka frekuensi gen berubah, artinya populasi tersebut telah dan sedang mengalami
evolusi.
1. Bila dalam suatu populasi masyarakat terdapat perasa kertas PTC 64% sedangkan
bukan perasa PTC (tt) 36%,
a. Berapa frekuensi gen perasa (T) dan gen bukan perasa (t) dalam populasi
tersebut?
Teori yang dikeluarkan Darwin merupakan hasil analisis data yang didapat dari proses observasinya
selama keikutsertaannya dalam ekspedisi-ekspedisi yang
diikutunya. Namun, ekspedisi paling penting yang pernah diikutinya adalah perjalanan dengan kapal
HMS Beagle. Meskipun Darwin membuat konsep evolusi yang dapat diterima, tetapi pemikiran
mengenai evolusi ini sudah sangat tua dan bertahun-tahun lebih tua dari Darwin. Berikut uraian
singkat tentang pendapat dari berbagai ahli yang masih berkaitan dengan konsep dasar evolusi.
Ia membayangkan seorang pencipta yang menciptakan dunia dari kehancuran dan kemudian
menciptakan dewa-dewa yang lalu membuat manusia laki-laki. Wanita dan hewan timbul dari
reinkarnasi jiwa laki-laki. Makin cacad jiwa itu makin rendah reinkarnasinya.
Seorang bangsa Prancis, Pierre-Louis de Maupertius pada tahun 1745 mengemukakan bahwa
beberapa bangsa mungkin mulai timbul karena menyimpang secara kebetulan dari desain alami.
pemikiran mengenai evolusi yang cermat kemudian dikemukakan oleh Denis Diderot (1746), george
Louis LeClere, Comte de Buffon (1779), Erasmus Darwin (1794).
Beliau dapat dipandang sebagai pelopor dari ajaran desendensi (ajaran penurunan) oleh karena ia
mengajarkan bahwa kosmos itu mungkin terbebtuk dari kekacoan (chaos), kehidupan itu timbul dari
zat mati, sedangkan makluk yang tinggi tingkatannya timbul dari makluk yang rendah tingkatannya.
Akan tetapi teori ini sama sekali tidak mempunyai pengaruh apa-apa terhadap alam pemikiran para
sarjana di zaman itu dan di zaman berikutnya. Baru setelah teori-teori evolusi ini berkembang dengan
pesat, maka dalam tulisan-tulisan sarjana itu dapat menemukan kembali petunjuk-petunjuk tentang
adanya pendapat-pendapat semacam itu.
Para ahli ilmu hewan dari abad 17 dan 18 setuju sekali akan pendapat-pendapat dari kitab suci injil
yang tertulis dalam buku genesis yang disebut dengan ”teori Penciptaan”. Salah satu ahli yang
sejalan dengan pikiran tadi adalah Carolus Linnaeus.
Carolus Linnaeus dilahirkan tanggal 23 Mei 1707 disebuah desa kecil di Swedia, sebagai anak
seorang pendeta. Dia mula-mula juga bekerja untuk menjadi pendeta, kemudian belajar untuk
menjadi tabib, tetapi kemudian dia lebih tertarik pada tumbuh-tumbuhan dan binatang. Pada umur 24
tahun ia sudah memberi kulaih-kuliah dan demonstrasi pada Universitas di Uppsala. Setelah
mengadakan perjalanan penyelidikan di Laplandia maka dia menikah setelah itu pergi ke Belanda.
Pada tahun 1735 ia telah lulus dari Universitas Harderwijk yang dibubarkan dalam abad 19.
Kemudian ia pergi ke Leiden dan mencetak buku ”systema Naturae”. Dalam buku ini pembagian
sistematiknya sudah dibentangkan secara skematis. Karangan-karangannya yang terkenal adalah :
Fundamenia Botanica, Classae Plantarum, Philosophia Botanica dan Genera Plantarum, Systema
Naturae, Spesies Plantarum dal lain-lainya. Setelah mengunjungi paris, Linnaeus kembali ke Swedia
untuk menjadi mahaguru di Uppsala. Disinilah ia menjadi salah satu dari mahaguru-mahaguru yang
terkenal di zaman itu, sehingga Raja Swedia mengangkat dia menjadi seorang bangsawan.
Pada tahun 1778 dia meninggal dunia dan mewariskan perpustakaannya. Selain itu juga mewariskan
kumpulan 19.000 tanaman kering, lebih dari 3000 ekor serangga, 1500 kulit-kulit berbagai kerang dan
kulit-kulit binatang, 1500 ekor ikan, beberapa ekor burung dan 2500 minerasl. Kumpulan-kumpulan itu
masih dapat dilihat digedung ”Linnean Society” di London, sebuah perkumpulan peneliti pengetahuan
alam yang memakai nama Linnaeus.
1. Semua tanaman dan binatang yang hidup sekarang ini dahulu dengan serentak diciptakan diatas
bumi oleh satu ciptaan saja.
3. Tidak pernah ada tanaman-tanaman dan binatang-binatang yang lain di bumu ini kecuali tanaman-
tanaman dan binatang-binatang yang hidup sampai sekarang.
1. Binatang-binatang menyusui
2. Burung-burung
3. Ampibi-ampibi
4. Cacing-cacing
5. Serangga-serangga
Binatang-binatang menyusui ini dibagi lagi menjadi 8 golongan. Binatang yang termasuk salah satu
dari 8 golongan ini diantaranya ialah (1) Gajah ; (2) Sapi Laut; (3) Macan Loreng; (4) Pemakan
Semut; (5) Trenggiling. Pembagian ini jelas tidak didasrkan atas persamaan-persamaan cara hidup
dari binatang-binatang itu dan ia tetap tidak menyangsikan kebenaran teori penciptaan.
5. Cuvier (1769-1832)
Cuvier adalah anak dari seorang bangsa Prancis yang telah melarikan diri ke negeri Jerman, ia
akhirnya belajar di negeri ini. Pada tahun 1795 ia kembali ke paris. Disana ia menjadi seorang
sarjana yang terkenal. Mula-mula ia sebagai mahaguru pada Jardin des Plantes, kemudian sebagai
sekretaris dari Akedemi Pengetahuan di Paris. pada tahun 1831 ia diangkat menjadi bangsawan yang
tertinggi dari Prancis.
Ia menyampaikan bahwa sisa-sisa hewan yang telah mebatu itu adalah dari sisa hewan yang telah
mati di zaman dulu. Mammouth yang dikeluarkan dari timbunan es di Rusia dengan utuh itupun telah
diketahui oleh Cuvier.
Ilmu geologi yaitu ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan bentuk dari kulit bumi. Lapisan-
lapisan tanah (yang merupakan kulit bumi) itu menandakan berbagai periode dalam sejarah bumi.
Dari hewan-hewan yang telah mati itupun dapat ditemukan jenis-jenisnya yang merupakan petunjuk
dari berbagai periode tersebut. Berdasarkan pertimbangan ini, Cuvier kemudian menyusun teori yang
terkenal dengan Teori Catalysma. Ia beranggapan bahwa tiap-tiap periode dalam sejarah bumi itu
mungkin selalu diakhiri dengan suatu bencana yaitu semacam kiamat. air bah yang diceritakan dalam
Kitab Injil, yang memusnahkan ataupun hampir melenyapkan semua makluk hidup. Sesudah itu oleh
Tuhan mingkin menciptakan lagi suatu tumbuhan dan hewan baru. Jadi teori Civiert ini pada
hakekatnya adalah sama saja dengan teori Linnaeus, akan tetapi penciptaan yang dimaksudnya
terjadi berulang-ulang.
Cuvier menambahkan bahwa mungkin sekali lenyapnya hewan-hewan itu bukannya dimana-mana,
dengan demikian ada kemungkinan juga bahwa hewan-hewan yang diciptakan dalam periode yang
sudah lamapau dari suatu daerh tertentu, kemudian pindah menempati daerah lain yang baru di bumi
ini. Hal ini berkaitan dengan sebaran hewan atau geografi hewan. Pendapat lain dari Cuvier yang
penting adalah bahwa semua hewan dapat dianggap sebagai suku-suku dari suatu deret yang mulai
dari hewan bersel satu yang sederhana sampai tingkat manusia. Hal ini dikenal dengan Tangga Dari
Alam.
6. Lammarck (1744-1829)
Sebelum Lammarck, ahli lain yang sejalan dengan pemikiran Lammarck adalh Buffon (1707-1788)
dan Erasmus Darwin (kakek dari Charles Darwin, 1731-1802) menulis syair yang dianggap sebagai
karangan berpengetahuan yang berjudul ”Zoonomia” ia berpendapat bahwa hewan-hewan mungkin
juga timbul dari hewan-hewan lain.
Nama lengkap Lammarck adalah Jean Baptist Pierre Antoine De Monet, Chavalier De Lammarck.
Sewaktu masih muda ia belajar untuk menjadi pendeta, kemudian ia menjadi tentara sampai ia dalam
pertempuran mendapat pujian karena keberaniannya. Ia meninggalkan angkatan perang, untuk
belajar ilmu ketabiban di Paris, akan tetapi kemudian ia malah lebih tertarik akan ilmu tumbuh-
tumbuhan. Sesudah bekerja keras selama 9 tahun, ia menerbitkan sebuah buku yang besar
mengenai tumbuh-tumbuhan yang hidup ditanah airnya. Bukunya itu menarik perhatian para sarjana,
sehingga ia mendapat tawaran untuk bekerja di Jardin du Roi. Setelah revolusi dai diangkat menjadi
mahaguru pada Jardin du Roi itu juga, yang kemudian berganti nama menjadi Jardin des Plantes
(semacam kebun raya). Ia menjadi mahaguru di bidang Evertebrata. Ia menyusun buku yang berjudul
”Philosophie Zoologioque”. Ia menjadi buta dihari tuanya dan terpaksa hidup miskin dan sengsara
sekali. Oleh rekan-rekannya di zaman itu tidak ada yang mengerti jasa-jasanya sebagaimana
mestinya.
Setelah ia meninggal, maka berkat kegiatan Darwin, ia dijungjung tinggi lagi dan sampai sekarang
pun ia masih dipandang sebagai salah satu seorang sarjana besar di zaman itu. Sayang sekali teori-
teorinya tidak dilengkapi dengan bukti-bukti dan kenyataan-kenyataan.
1) Bahwa di bumi ini mula-mula timbul makluk hidup yang sederhana, yang mungkin berasal dari
benda-benda mati (dengan jalan Generatio Spontanea), akan tetapi dari makluk yang sederhana ini
kemudian dalam tempo yang panjang sekali timbulah jenis-jenis makluk yang hidup sampai sekarang,
tanpa ada penghentian jalannya kehidupan seperti yang dimaksudkan dalam cerita kiamat dari kitab
Injil ataupun teori bencana menurut Cuvier. Teori evolusi menganggap bahwa hewan bersela satu
sebagai permulaan evolusi dan menganggap manusia sebagai akhir evilusi.
Lammarck memberi contoh Ular adalah binatang yang mempunyai kebiasaan untuk
merangkak/merayap dengan cepat masuk ke dalam tanah, kalau mereka mau bersembunyi. Kaki-
kaki yang panjang malah merugikan untuk merangkak dan bersembunyi di dalam tanah dan
keberadaan kaki tersebut justru merintangi gerakan. Jadi kebiasaan bergerak dari binatang itu
menyebabkan lenyapnya kaki-kaki pada tubuhnya sendiri.
Sedangkan jerapah memiliki leher yang panjang karena mereka mempunyai kebiasaan hidup untuk
mengambil daun-daunan dari pohon-pohon yang tinggi. Dan sebaliknya hewan yang hidup di gua-gua
gelap akan mempunyai mata ayang mundur ketajamannya. Hewan itu mempunyai kemampuan untuk
selalu mempertahankan sifat yang telahmereka miliki dalam usaha menyempurnakan organisasi alat-
alat tubuhnya, tetap dipertahankan terus hingga dengan demikian kelak pada suatu ketika berturut-
turut terjadilah makluk hidup dari berbagai kelas dan bangsa, yang disebabkan oleh karena keadaan
lingkungan hidupnya yang bermacam-macam.
Disamping Cuvier dan Lammarck, pada waktu itu di Paris hidup pula seorang ahli ilmu hewan
bernama Etienne Geoffroy ST. Hilaire yang mempunyai anggapan yang sama dengan Lammarck dan
Goethe. Ia berpendapat bahwa ada suatu hubungan antara hewan-hewan yang mempunyai bentuk
dasar dari tubuhnya.
Lyell dilahirkan di skotlandia. Ia mula-mula belajar hukum di Oxford, kemidian ia menjadi pengacara
di London. Akan tetapi ia tertarik sekali akan ilmu geologi, sehingga dengan segera ia menjadi penulis
dari perkumpulan geologi. Pada tahun 1831 ia menjadi mahaguru dalam ilomu geologi. Ia diangkat
menjadi seorang bangsawan dan setelah meninggal dimakamkan dengan penghormatan besar di
Westminister abbey di London. Sebagai seorang sarjana besar.
Isi teori yang disampaikan oleh Lyell dalam bukunya ”An Enquiry How Far The Former Changes of
The Earth’s Surface are Referable to Causes Now in Operatiaon” (Suatu Penyelidikan Sampai
Kemanakah Perubahan-Perubahan yang terjadi Zaman Dahulu Dari Permukaan Bumi Ini Dapat Kita
Hubungkan Dengan Sebab Musabab Alam Yang Sampai Sekarang Masih Terjadi Terus). Lyell
membuktikan dengan contoh-contoh dari penyelidikan geologis bahwa untuk dapat menerangkan
struktur dari kulit bumi serta lapisan tanah dibawahnya, tidak perlu beranggapan bahwa di zaman
purba dulu terjadi kiamat berturut-turut. Tenaga-tenaga geologi yang samapi sekarang masih bekerja
terus, tentu sudah cukup untuk menerapkan struktur bumi tadi. Tenaga geologi itu misalnya ialah
daya erosi dari air, gerakan dari kulit bumi sendiri, daya gunung berapi dan lain-lainnya.
Lebih lanjut Charles Lyell pada awal abad 19 mengembangkan pandangan hutton yang lebih dahulu
kedalam prinsip geologi mengenai ”uniformitarianisme” yang diterbitkan dalam bukunya Principles of
geology (1830-1833). Lyell mengemukakan bahwa gunung dan lembah dan ciri-ciri fisik permukaan
bumi tidak diciptakan seperti bentuknya sekarangatau tidak dibentuk oleh bencana yang berturut-
berturut, tetapi terbentuk oleh berlanjutnya proses vulkanis, pergolakan, erosi, glasiasi dan
sebagainya dalam jangka waktu yang sangat lama dan masih berlangsung sampai sekarang.
Uniformitarianisme sangat penting bagi perkembangan lebih lanjut dari pengertian mengenai evolusi
organik. Pertama, evolusi organik pada satu pihak merupakan penerapan prinsip uniformitarianisme
pada dunia organik. Proses yang pada waktu ini berlangsung dan berlanjut selama periode waktu
yang lama dapat menjelaskan mengenai asal-usul spesies. Kedua, dari pemikiran Lyell dapat ditarik
kesimpulan bahwa bumi ini jauh lebih tua dari perkiraan Uskup Ussher, yang dibuat dalam tahun
1650 dengan menjumlahkan geneologi dalam buku Kejadian, sehingga ia mendapatkan bahwa bumi
ini diciptakan 4000 tahun sebelum masehi. Untuk perubahan organik yana lambat yang terlibat dalam
seleksi alam tersedia cukup banyak waktu.
Dalam bukunya yang terkenal mengenai sejarah perkembangan Kryptogamen (paku-pakuan dan
lumut) telah menulis : Perubahan dari Jungermanniaceae (suku dari Lumut Hati) yang tak berdaun ke
Jungermanniaceae yang berdaun adalah lambat sekali dan perubahan itu terjadi dengan jalan suatu
deret bentuk antara yang sedikit-sedikit bedanya, yang tak ada putus-putusnya.
Pernyataan itu adalah sangat berprinsip, yang boleh dikatakan benar-benar Darwinistis. Akan tetapi
aneh sekali pernyataan itu hanya ditulis sambil lalu saja.
Leopold Von Buch pada abad 19 telah menarik kesimpulan dari penyebaran tanaman-tanaman di
Kepulauan Canari, bahwa oleh karena proses evolusi, maka di dalam jurang-jurang yang dalam,
disitu terjadilah jenis-jenis tanaman yang baru dari jenis tertentu.
Ia adalah seorang penerbit dan ahli filsalfat alam bangsa scot. Pada tahun 1844 terbit sebuah buku
tak berpenulis yang berjudul ”Vertiges of The Natural history of Creation” (Jejak Sejarah Kehidupan
Makluk Hidup), yang sangat laku dijual. Chambers-lah yang menerbitkannya. Oleh karenanya ia
berpendapat bahwa pikiran-pikiran yang dimuat dalam buku itu niscaya akan menjatuhkan mana baik
dari perusahannya. Dan memang ada protes-protes dan cemooh yang hebat mengenai isi buku itu.
Kelak Chambers mengaku bahwa ialah yang menulisnya. Di Eropa pun buku itu sangat laku dan
diterjemahkan kedalam berbagai bahasa. Terjemahan dalam Bahasa Belanda berjudul tambahan
”Penciptaan dan Kemajuan perkembangan dari tumbuh-tumbuhan dan Binatang-Binatang yang
Dipengaruhi dan Dikuasai oleh hukum-Hukum Alam.
Dalam buku ini Generatio Spontanae dibicarakan dengan mendalam sekali, misalnya diceritakan
tentang terjadinya kutu dengan pertolongan alira listrik didalam larutan garam yang jenuh. Disamping
itu Chambers juga menyetujui pendapat Lyell yang menyatakan bahwa perubahan kulit bumi yang
berlangsung secara perlahan-lahan karena pengaruh tenaga-tenaga alam itu adalah sesuai dengan
kemauan Tuhan. akan tetapi tenaga-tenaga alam itu pun bertanggungjawab atas segala perubahan
da pembentukan dari makluk hidup yang berkembang serasi dan bersama-sama dengan
perkembangan bumi ini.
Perubahan dari jenis-jenis makluk hidup dan penciptaan jenis baru yang terus menerus yang berasal
dari jenis yang rewndah tingkatannya bagi Chambers sudah pasti, seperti anggapn Lammarck, St.
Hilaire dan pengikut-pengikutnya. Akan tetapi Chambers tidak percaya bahwa perubahan-perubahan
jenis binatang itu disebabkan karena seringnya pemakaian dan tidak seringnya pemakaian dari alat-
alat tubuh, ataupun karena pengaruh yang berlangsung dari keadaan lingkungan hidupnya. Dia
berpendapat bahwa keinginan yang sewajarnya dari makluk-makluk itu sendirilah yang menjadi
sebab. Ia mengemukakan ”Theory of Organic Development” (Teori Perkembangan Organik).
Hal yang berkaitan dengan manusia, juga disinggung oleh Chambers dengan menyatakan bahwa
terjadinya manusia itu tidak lain ialah dari jenis-jenis binatang-binatang yang lain.
12. Weismann
Weismann, seorang ahli biologi berkebangsaan Jerman yang hidup pada tahun 1834-1912,
menyatakan bahwa evolusi terjadi karena adanya seleksi alam terhadap faktor ngenetis. Variasi yang
diwariskan dari induk kepada anaknya bukan diperoleh dari lingkungannya tetapi dengan perubahan
diatur oleh faktor genetik atau gen. Weismann memotong ekor tikus sampai 20 generasi, tetapi
anaknya tidak ada yang tidak berekor dan percobaan ini menyanggah teori evolusi Lamarck.
Dalam bukunya “On The Origin of Spesies by Means of Natural Selection”, Darwin mengeluarkan
teori evolusi yang intinya dapat dibagi menjadi beberapa pokok berikut ini
1. Variasi pada tumbuhan dan hewan merupakan suatu variasi karateristik yang muncul dalam
penampakan fenotip organisasi tersebut.
2. Rasio pertambahan terjadi secara geometrik, yaitu jumlah setiap spesies relatif tetap. Hai ini terjadi
karena banyak individu yang tersingkir oleh predator, perubahan iklink dan proses persaingan.
3. Struggle for existance (usaha yang keras untuk bertahan ) merupakan suatu usaha individu
organisme untuk bertahan hidup. Individu dengan variasi yang tidak sesuai untuk kondisi-kondisi
yang umum dialam,akan tersingkir. Adapun individu-individu dengan variasi menguntungkan dapat
melanjutkan kehidupannya dan memperbanyak diri dengan berproduksi.
4. Menghasilkan the survival of fittest kelestarian didapat dari organisasi yang memiliki kualitas paling
sesuai dengan lingkungan. Individu=individu yang dapat hidup akan mewariskan variasi-variasi
tersebut kepada generasi berikutnya.
Menurut Dawin terjadi evolusi karena adany seleksi alam (faktor alam yang mampu menyeksi
makhluk hidup. Adaptasi merupakan penyebab terjadinya seleksi alam (mekanisme seleksi alam).
Jerapah yang berleher panjang berasal dair yang berlehar panjang pula, sedangkan yang berleher
pendek musnah. Faktor yang menyebabkan evolusi (mekanisme evolusi) adalah seleksi alam.
Mekanisme Terjadinya Evolusi
Seleksi Alam
Seleksi alam menyatakan bahwa makhluk hidup yang lebih mampu menyesuaikan
diri (beradaptasi) dengan kondisi alam habitatnya akan mendominasi dengan cara
memiliki keturunan yang mampu bertahan hidup.
Sebaliknya, makhluk hidup yang tidak mampu beradaptasi akan punah. Sebagai
contoh sekelompok rusa yang hidup di bawah ancaman hewan pemangsa (seperti
macan, harimau, singa, dan citah), secara alamiah rusa-rusa yang mampu berlari
kencang dapat bertahan hidup dan berketurunan. Sebaliknya, rusa yang lemah,
sakit-sakitan, dan tidak dapat berlari kencang akan mati dan tidak melanjutkan
keturunan.
Seleksi alam sebenarnya merupakan proses alamiah yang telah dikenal ahli biologi
sebelum Darwin. Para ahli biologi waktu itu mendefinisikan seleksi alam sebagai
mekanisme yang menjaga agar spesies tidak berubah tanpa menjadi rusak. Namun,
Darwinlah orang pertama yang mengemukakan bahwa seleksi alam mempunyai
kekuatan evolusi. Selanjutnya, Darwinmengemas teori Evolusi melalui seleksi alam
dalam bukunya The Origin of Spesies, by Means of Natural Selection yang
diterbitkan pada tahun 1859.
Suatu contoh proses seleksi alam paling terkenal pada masa itu adalah mengenai
populasi ngengat (Biston betularia) selama revolusi industri di Inggris. Pada awal
revolusi industri di Inggris, kulit batang pohon di sekitar Manchester berwarna
cerah. Hal ini mengakibatkan ngengat (Biston betularia) berwarna cerah yang
hinggap pada kulit batang tidak mudah tertangkap burung pemangsa. Itulah
sebabnya pada awal revolusi industri, populasi ngengat berwarna cerah lebih banyak
daripada ngengat berwarna gelap. Keadaan itu berubah 180° setelah terjadi revolusi
industri. Mengapa terjadi demikian?
Lima puluh tahun kemudian, kulit batang pohon menjadi lebih gelap akibat polusi
udara. Keadaan itu sangat menguntungkan ngengat berwarna gelap karena saat
hinggap di pohon tidak terlihat oleh burung pemangsanya. Sebaliknya, ngengat
berwarna cerah mudah dilihat oleh burung pemangsa. Hal ini mengakibatkan
populasi ngengat berwarna gelap lebih besar daripada ngengat berwarna cerah.
Mutasi Gen
Sementara itu, mutasi yang terjadi pada sel-sel kelamin akan diwariskan pada
keturunannya. Adanya bahan-bahan mutagen dalam gonad dapat menyebabkan
terjadinya mutasi pada sel kelamin jantan (sperma) dan sel kelamin betina (ovum).
Dengan demikian, gen yang bermutasi akan selalu ada dalam setiap sel keturunan.
Setiap spesies makhluk hidup memiliki sifat genotip dan fenotip (fisik) yang berbeda.
Gen-gen yang menentukan fenotip individu tersimpan di kromosom dalam nukleus.
Gen-gen sendiri tersusun dalam DNA (asam deoksiribonukleat). Sementara itu, DNA
disusun oleh nukleotida yang terdiri dari basa nitrogen, gula deoksiribosa, dan fosfat.
Perubahan yang terjadi pada susunan kimia DNA dapat mengakibatkan perubahan
sifat individu. Perubahan ini disebut mutasi gen.
Sebagian besar mutasi bersifat merugikan karena mutasi dapat mengubah atau
merusak posisi nukleotida-nukleotida yang menyusun DNA. Perubahan-perubahan
akibat mutasi banyak menyebabkan kematian, cacat, dan abnormalitas, seperti yang
dialami penduduk Hiroshima, Nagasaki, dan Chernobyl.
Kadang-kadang mutasi pada sel kelamin dapat mengakibatkan timbulnya sifat baru
yang menguntungkan. Bila sifat baru tersebut dapat beradaptasi dengan
lingkungannya maka individu tersebut akan terus hidup dan mewariskan mutasi
yang dialaminya kepada keturunannya. Berdasarkan anggapan bahwa terdapat
mutasi yang menguntungkan, muncullah teori Evolusi baru yaitu Teori Evolusi
Sintetis Modern. Pada intinya teori ini memasukkan konsep mutasi pada teori
Seleksi Alam Darwin. Oleh karena itu, teori ini juga dikenal
sebagai Neodarwinisme. Teori ini berkembang pada 1930–1940.
Jika mutasi selalu terjadi pada sel kelamin dari generasi ke generasi dapat
menyebabkan susunan gen dalam kromosom generasi pendahulu sangat berbeda
dengan generasi berikutnya. Peristiwa itu memungkinkan timbulnya individu atau
spesies baru yang sangat berbeda dengan generasi pendahulunya. Menurut pendapat
beberapa ilmuwan (evolusionis), perubahan pada struktur kromosom yang bersifat
menguntungkan akan mengakibatkan munculnya spesies baru.
Kemunculan spesies baru yang lebih baik ini tergantung dari angka laju
mutasi. Angka laju mutasi adalah angka yang menunjukkan jumlah gen yang
bermutasi yang dihasilkan oleh suatu individu dari suatu spesies. Besarnya angka
laju mutasi sebuah alel gen sebesar 1–10 untuk setiap 100.000 pembelahan sel.
Frekuensi gen adalah frekuensi kehadiran suatu gen pada suatu populasi dalam
hubungannya dengan frekuensi semua alelnya. Dalam genetika, populasi berarti
kelompok organisme yang dapat saling kawin dan menghasilkan keturunan yang
fertil.
Misalnya dalam suatu populasi terdapat gen dominan (A) dengan alel gen resesif a.
Perkawinan antara induk galur murni AA dengan aa, menghasilkan keturunan F1
dengan genotip Aa. Pada keturunan F2 menghasilkan perbandingan genotip atau
keseimbangan frekuensi gen dalam populasi (F2) = AA (homozigot dominan) : Aa
(heterozigot) : aa (homozigot resesif) = 25% : 50% : 25% atau 1 : 2 : 1. Pada
keturunan berikutnya (F3) ternyata menghasilkan perbandingan genotip seperti
keturunan F2, yaitu AA : Aa : aa = 1 : 2 : 1.
Jadi, apabila setiap individu dari berbagai kesempatan melakukan perkawinan yang
sama, yang berlangsung secara acak serta setiap genotip mempunyai viabilitas yang
sama, perbandingan antara genotip yang satu dengan yang lainnya dari generasi ke
generasi tetap sama.
Variasi genetik dalam populasi alamiah sempat membingungkan Darwin. Hal ini
terjadi karena reproduksi sel belum dikenal. Akan tetapi, pada tahun 1908
kebingungan itu terjawab oleh G.H. Hardy seorang matematikawan Inggris dan G.
Weinberg seorang fisikawan Jerman. Hardy dan Wienberg menyatakan bahwa
dalam populasi besar di mana perkawinan terjadi secara random dan tidak adanya
kekuatan yang mengubah perbandingan alela dalam lokus, perbandingan genotip
alami selalu konstan dari generasi ke generasi.
(p + q)2 = p2 + 2pq + q2 = 1
Misalnya dalam sebuah desa terdapat populasi 100 orang, 84% penduduk lidahnya
dapat menggulung dan 16% lidahnya tidak dapat menggulung. Tentukan berapa
jumlah penduduk yang heterozigot dan homozigot jika genotip penduduk yang
lidahnya dapat menggulung Rr atau RR dan lidah yang tidak dapat menggulung
bergenotip rr.
Penyelesaian:
Di depan telah dijelaskan bahwa evolusi terjadi melalui beberapa mekanisme, yaitu
seleksi alam dan mutasi gen. Menurut teori Evolusi, pada awalnya makhluk hidup
tercipta tidak sempurna atau dalam kondisi primitif. Seiring dengan berjalannya
waktu, makhluk hidup purba itu mengalami kemajuan-kemajuan. Kemajuan-
kemajuan itu diperoleh karena adanya variasi genetik dalam populasinya.
Umur bumi diperkirakan hingga saat ini berkisar 5.000-an juta tahun. Selama itu
pula di muka bumi terjadi perkembangan berbagai populasi dari berbagai jenis
makhluk hidup. Berbagai jenis makhluk hidup itu diperkirakan berasal dari satu
individu sebagai nenek moyang. Melalui proses evolusi, suatu populasi mengalami
perubahan sifat (misalnya variasi genetik dan mutasi) sehingga dicapai bentuk
makhluk hidup seperti sekarang.
Diagram filogeni Chordata
Berdasarkan Gambar disamping, di depan tampak bahwa Deuterostoma merupakan
nenek moyang Chordata yang diperkirakan muncul pada periode Cambrian di zaman
Paleozoikum (544 juta tahun yang lalu). Seperti telah Anda pelajari di kelas X, bahwa
filum Chordata memiliki ciri khas adanya notochord atau chorda dorsalis yang
memanjang di sepanjang tubuh sebagai sumbu tubuhnya.
Selanjutnya, pada akhir periode Silurian (438–408 juta tahun yang lalu), muncul
kelompok hewan yang mempunyai kaki yaitu kelompok Reptilia. Kelompok ini
berkembang dari garis ikan bertulang sejati (Osteichthyes). Pada akhir periode
Carboniferous dari garis Amphibia muncul hewan berambut yaitu kelompok
Mammalia.
Masih dari garis Mammalia, pada periode Jurassic muncul kelompok baru hewan
berbulu yaitu Aves. Hewan-hewan yang kita temui pada masa lampau (purba), tentu
saja berbeda dengan hewan-hewan yang kita jumpai sekarang, walaupun hewan-
hewan itu berasal dari kelompok yang sama. Perhatikan beberapa rekonstruksi
hewan-hewan Reptilia yang diperkirakan hidup pada periode Jurassic. Bandingkan
hewan-hewan tersebut dengan hewan-hewan modern.
Jadi, selama penciptaan makhluk hidup di bumi telah terjadi proses evolusi
dalam waktu yang lama. Proses itu menyebabkan terbentuknya spesies-
spesies baru yang berbeda sama sekali dengan nenek moyangnya, seperti yang
kita lihat pada saat ini. Diagram filogeni Chordata (lihat halaman sebelumnya)
belum menampakkan adanya spesies manusia, padahal manusia tersebar di
seluruh dunia sebagaimana hewan dan tumbuhan. Bagaimanakah spesies
manusia muncul? Manusia diperkirakan baru muncul sekitar 10 juta tahun
yang lalu. Nenek moyang manusia diduga merupakan kelompok Primata yang
muncul sekitar 60 juta tahun yang lalu. Perhatikan diagram filogeni Primata
berikut.
Spesies dalam bahasa latin berarti “jenis” atau “penampakan”. Spesies merupakan unit
dasar untuk memahami biodiversitas. Spesies adalah suatu kelompok organisme yang hidup
bersama di alam bebas, dapat mengadakan perkawinan secara bebas, dan dapat
menghasilkan anak yang fertil dan bervitalitas sama dengan induknya.
a. Konsep spesies Biologis , spesies biologi adalah unit populasi terbesar dimana pertukaran
genetik mungkin terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi lain semacamnya.
Anggota suatu spesies biologis dipersatukan oleh ciri kesesuaian ciri reproduksi. Semua
manusia termasuk ke dalam spesies biologis yang sama. Sebaliknya manusia dan simpanse
tetap merupakan spesies biologis yang sangat jelas berbeda meskipun hidup di wilayah yang
sama karena kedua spesies itu tidak dapat saling mengawini.
b. Konsep spesies pengenalan menekankan pada adaptasi perkawinan yang telah tetap dalam
suatu populasi. Menurut konsep ini suatu spesies didefinisikan oleh suatu kumpulan sikap
dan ciri unik yang memaksimalkan keberhasilan perkawinan ciri molekuler morfologis
perilaku yang memungkinkan individu untuk mengenali pasangan kawinnya. Konsep ini
cenderung berfokus pada sifat dan ciri yang dipengaruhi oleh seleksi alam dan terbatas hanya
pada spesies yang bereproduksi secara seksual.
c. Konsep spesies kohesi berfokus pada mekanisme yang mempertahankan spesiesnya sebagai
bentuk fenotip tersendiri. Tergantung pada spesies, mekanisme ini meliputi sawar
reproduktif seleksi penstabilan dan tautan antara kumpulan gen yang membuat zigot
berkembang menjadi organisme dewasa dengan ciri khas yang spesifik.
d. Konsep spesies ekologis mendefinisikan spesies pada tempat dimana mereka hidup dan apa
yang mereka lakukan dan bukan dari penampakan mereka. Suatu spesies ekologis
didefinisikan oleh peranan unik yang dimainkannya atau posisi dan fungsi spesifiknya dalam
lingkungan. Contohnya dua populasi hewan yang tampak identik dapat dikatakan
merupakan dua spesies ekologis yang berbeda jika masing-masing hanya ditemukan dalam
jenis lingkungan spesifik (misalnya kolam air tawar dengan kumpulan keadaan kimia,
biologi, dan fisik yang khas).
e. Konsep spesies evolusioner mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu urutan populasi tetua
dan keturunannya yang berkembang secara bebas dari kelompok lain. Masing-masing
spesies evolusioner memiliki peranan yang unik dan terpisah dalam lingkungan, setiap peran
tertentu melibatkan sekumpulan kekuatan seleksi alam yang spesifik (tekanan selektif).
Dengan demikian populasi yang membentuk suatu spesies dipengaruhi dan disatukan oleh
sekumpulan tekanan selektif yang unik.
Spesiasi adalah pembentukan spesies baru dan berbeda dari spesies sebelumnya
dalam kerangka evolusi. Spesiasi dapat berlangsung cepat, dapat pula berlangsung lama
hingga puluhan juta tahun. Setiap populasi terdiri atas kumpulan individu sejenis (satu
spesies) dan menempati suatu lokasi yang sama. Karena suatu sebab, populasi dapat terpisah
dan masing-masing mengembangkan adaptasinya sesuai dengan lingkungan baru.
Spesiasi atau terbentuknya spesies baru dapat diakibatkan oleh adanya isolasi
geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan genetika (Campbell, 2003). Adapun proses
spesiasi ini dapat berlangsung secara cepat atau lama hingga berjuta-juta tahun.
Spesiasi pada tingkat populasi terdiri dari beberapa model yaitu spesiasi allopatrik simpatrik,
spesiasi parapatrik (semigeografi), dan spesiasi simpatrik.
Di dalam spesiasi parapatrik tidak ada barier ekstrinsik yang spesifik untuk gene flow. Populasi
berlanjut, tetapi populasi tidak kawin secara acak, individu lebih mudah kawin dengan tetangganya
secara geografis dari pada individu di dalam cakupan populasi yang berbeda. Artinya bahwa individu lebih
mungkin untuk kawin dengan tetangganya daripada dengan individu yang ada dalam cakupan Di dalam
gaya ini, penyimpangan boleh terjadi oleh karena arus gen dikurangi di dalam populasi dan bermacam-
macam tekanan pemilihan ke seberang cakupan populasi.
c. Spesiasi Simpatrik
Menurut Campbell, dkk (2003) dalam spesiasi simpatrik, spesies baru muncul di dalam
lingkungan hidup populasi tetua; isolasi genetik berkembang dengan berbagai cara, tanpa adanya isolasi
geografis. Model spesiasi simpatrik meliputi spesiasi gradual dan spontan. Sebagian besar model spesiasi
simpatrik masih dalam kontroversi, kecuali pada model spesiasi spontan dan spesiasi poliploidi yang
terjadi pada tumbuhan.
a. Spesiasi Alopatrik
Contoh bukti perbedaan alopatrik misalnya hewan air tawar menunjukkan keanekaragaman yang
besar di daerah pegunungan yang banyak terisolasi dengan sistem sungai. Pada suatu pulau suatu spesies
adalah homogen di atas rentang kontinen yang berbeda dalam hal penampilan, ekologi dan perilaku.
Contoh spesiasi alopatrik lainnya adalah pembentukan spesies burung finch di Kepulauan
Galapagos yang dikemukakan oleh Darwin. Menurut Darwin dalam Stearns and Hoekstra (2003) bahwa
burung finch berasal dari satu nenek moyang burung yang sama.
Spesiasi alopatrik juga dialami oleh tupai antelope di Grand Canyon. Di mana pada tebing selatan
hidup tupai antelope harris (Ammospermophillus harris). Beberapa mil dari daerah itu pada sisi tebing utara
hidup tupai antelope berekor putih harris (Ammospermophillus leucurus), yang berukuran sedikit lebih kecil
dan memiliki ekor yang lebih pendek dengan warna putih di bawah ekornya. Ternyata di situ semua
burung-burung dan organisme lain dapat dengan mudah menyebar melewati ngarai ini, tetapi tidak dapat
dilewati oleh kedua jenis tupai ini.
b. Spesiasi Paratrik
Contoh dari spesiasi parapatrik adalah spesiasi pada rumput jenis Anthoxanthum
odoratum. Model lain spesiasi parapatrik adalah model spesiasi stasipatrik dari White. White mengamati
belalang tanpa sayap, suatu populasi dengan rentang spesies yang luas berbeda dalam konfigurasi
kromosomnya. White mengusulkan bahwa suatu aberasi kromosom–mekanisme isolasi parsial-muncul
dalam suatu populasi dan memperluas cakupan/rentangannya membentuk suatu ever-expanding zona
bastar. Tetapi suatu mutasi chromosom yang menurunkan tingkat kesuburan cukup untuk
mempertimbangkan bahwa isolas reproduksi tidak dapat meningkatkan frekuensi kecuali oleh genetic
drift di dalam populasi yang sangat terbatas atau kecil, tetapi akhirya model spasipatrik tidak dapat
diterima secara luas.
c. Spesiasi Simpatrik
Hugo de Vries menyatakan bahwa spesiasi simpatrik dengan autopoliploidi yang terjadi pada
tumbuhan bunga primrose (Oenothera lamarckiana) yang merupakan suatu spesies diploid dengan 14
kromosom. Di mana suatu saat muncul varian baru yang tidak biasanya diantara tumbuhan itu dan
bersifat tetraploid dengan 28 kromosom. Selanjutnya bahwa tumbuhan itu tidak mampu kawin dengan
bunga mawar diploid, spesies baru itu kemudian dinamai Oenothera gigas. Mekanisme lain spesiasi
adalah alopoliploidyaitu kontribusi dua spesies yang berbeda terhadap suatu hibrid poliploid. Misalnya
rumput Spartina anglicayang berasal dari hibridisasi Spartina maritima dengan Spartina alternaflora. Spesiasi
simpatrik pada hewan contohnya serangga Rhagoletis sp.
Model-model spesiasi simpatrik didasarkan pada seleksi terpecah (distruptive selection), seperti
ketika dua homozigot pada satu atau lebih lokus teradaptasi dengan sumber yang berbeda dan hal itu
merupakan suatu multiple-niche polymorphism. Contohnya pada serangga herbivora bergenotip AA dan A’A’
teradaptasi dengan spesies tumbuhan 1 dan 2, dimana genotip AA’ tidak teradaptasi dengan baik. Masing-
masing homozigot ingin mempunyai fittes lebih tinggi jika dilakukan mating secara assortative dengan
genotip yang mirip dan tidak menghasilkan keturunan heterozigot yang tidak fit. Assortative
mating mungkin dipertimbangkan adanya lokus B yang dapat mempengaruhi perilaku kawin maupun
mendorong serangga untuk memilih inang spesifik, yang pada tempat tersebut dapat ditemukan pasangan
dan kemudian dapat bertelur. Jika BB dan Bb kawin hanya pada inang 2, perbedaan dalam pemilihan
inang dapat mendasari terjadinya pengasingan/ isolasi reproduktif. Banyak dari serangga herbivora yang
merupakan spesies yang berkerabat dekat dibatasi oleh perbedaan inang, terutama untuk pemenuhan
kebutuhan makan, mating/kawin.
Spesiasi jenis ini cukup kontroversial karena spesiasi terjadi pada habitat yg sama. Ernst Mayr
salah satu tokoh evolusi yg terkenal menolak hipotesis jenis ini. namun bukti2 empiris telah mematahkan
skeptis atas model ini.
Contoh yg paling mutakhir adalah cichlid fish di danau nikaragua.
Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies baru dan berbeda dari spesies sebelumnya melalui
proses perkembangbiakan secara natural dalam kerangka evolusi. Spesiasi sangat terkait dengan
evolusi, keduanya merupakan proses perubahan yang berangsur-angsur, sedikit demi sedikit, secara
gradual, perlahan tetapi pasti terjadi. Spesiasi lebih ditekankan pada perubahan yang terjadi pada
populasi jenis tertentu. Kecepatan spesiasi maupun kepunahan sebagian tergantung pada ukuran
kisaran geografis dari suatu daerah. Daerah yang luas cenderung meningkatkan kecepatan spesiasi
dan menurunkan kecepatan kepunahan. Jenis yang terdapat di daerah yang luas akan mengalami
spesiasi lebih cepat, sedangkan menurunnya luas area akan meningkatkan kepunahan suatu jenis,
jadi menurunkan jumlah jenis yang akan mengalami spesiasi. (Widodo, 2007).
Spesiasi atau terbentuknya spesies baru dapat diakibatkan oleh adanya isolasi geografi, isolasi
reproduksi, dan perubahan genetika (Campbell, 2003). Adapun proses spesiasi ini dapat berlangsung
secara cepat atau lama hingga berjuta-juta tahun.
Mayoritas para ahli biologi berpandangan bahwa faktor awal dalam proses spesiasi adalah
pemisahan geografis, karena selama populasi dari spesies yang sama masih dalam hubungan
langsung maupun tidak langsung gene flow masih dapat terjadi, meskipun berbagai populasi di
dalam sistem dapat menyimpang di dalam beberapa sifat sehingga menyebabkan variasi
intraspesies. Hal serupa juga dikemukakan oleh Campbell dkk (2003) bahwa proses-proses geologis
dapat memisahkan suatu populasi menjadi dua atau lebih terisolasi. Suatu daerah pegunungan bisa
muncul dan secara perlahan-lahan memisahkan populasi organisme yang hanya dapat menempati
dataran rendah; suatu glasier yang yang bergeser secara perlahan-lahan bisa membagi suatu
populasi; atau suatu danau besar bisa surut sampai terbentuk beberapa danau yang lebih kecil
dengan populasi yang sekarang menjadi terisolasi. Jika populasi yang semula kontinyu dipisahkan
oleh geografis sehingga terbentuk hambatan bagi penyebaran spesies, maka populasi yang demikian
tidak akan lagi bertukar susunan gennya dan evolusinya berlangsung secara sendiri-sendiri. Seiring
dengan berjalannya waktu, kedua populasi tersebut akan makin berbeda sebab masing-masing
menjalani evolusi dengan caranya masing-masing (Widodo dkk, 2003).
Pada awalnya isolasi reproduksi muncul sebagai akibat adanya faktor geografis, yang sebenarnya
populasi tersebut masih memiliki potensi untuk melakukan interbreeding dan masih dapat dikatakan
sebagai satu spesies. Kemudian kedua populasi tersebut menjadi begitu berbeda secara genetis,
sehingga gene flow yang efektif tidak akan berlangsung lagi jika keduanya bercampur kembali. Jika
titik pemisahan tersebut dapat tercapai, maka kedua populasi telah menjadi dua spesies yang
terpisah (Widodo dkk, 2003). Isolasi geografi dari sistem populasi diprediksi akan mengalami
penyimpangan karena kedua sistem populasi yang terpisah itu mempunyai frekuensi gen awal yang
berbeda, terjadi mutasi, pengaruh tekanan seleksi dari lingkungan yang berbeda, serta adanya
pergeseran susunan genetis (genetic drift), ini memunculkan peluang untuk terbentuknya populasi
kecil dengan membentuk koloni baru.
Suatu penghalang (barier) adalah keadaaan fisis ekologis yang mencegah terjadinya perpindahan-
perpindahan spesies tertentu melewati batas ini dan suatu barier suatu spesies belum tentu
merupakan barier bagi spesies lain. Perubahan waktu yang terjadi pada isolasi geografis
menyebabkan terjadinya isolasi reproduktif sehingga menghasilkan dua spesies yang berbeda.
Pengaruh isolasi geografis dalam spesiasi dapat terjadi karena adanya pencegahan gene flow antara
dua sistem populasi yang berdekatan akibat faktor ekstrinsik (geografis). Setelah kedua populasi
berbeda terjadi pengumpulan perbedaan dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga dapat
menjadi mekanisme isolasi instrinsik. Isolasi instrinsik dapat mencegah bercampurnya dua populasi
atau mencegah interbreeding jika kedua populasi tersebut berkumpul kembali setelah batas
pemisahan tidak ada.
Spesiasi dimulai dengan terdapatnya penghambat luar yang menjadikan kedua populasi menjadi
sama sekali alopatrik (mempunyai tempat yang berbeda) dan keadaan ini belum sempurna sampai
populasi mengalami proses instrinsik yang menjaga supaya supaya mereka tetap alopatrik atau gene
pool mereka tetap terpisah meskipun mereka dalam keadaan simpatrik (mempunyai tempat yang
sama).
Mekanisme isolasi intrinsik yang mungkin dapat timbul yaitu isolasi sebelum perkawinan dan isolasi
sesudah perkawinan.
Isolasi sebelum perkawinan menghalangi perkawinan antara spesies atau merintangi pembuahan
telur jika anggota-anggota spesies yang berbeda berusaha untuk saling mengawini. Isolasi ini terdiri
dari:
Setiap spesies beradaptasi dengan iklim setempat di dalam batas-batas daerah sendiri dan iklim dari
keduanya sangat berbeda, sehingga setiap spesies tidak mungkin hidup di tempat spesies yang lain.
Jadi, disini terdapat perbedaan-perbedaan genetik yang mencegah gene flow diantara spesies pada
keadaan yang alami. Contohnya pada pohon jenis Platanus occidentalis yang terdapat di bagian
timur Amerika Serikat dan Platanus orientalis yang terdapat di timur Laut Tengah, kedua spesies ini
dapat disilangkan dan menghasilkan hibrid yang kuat dan fertil. Kedua spesies ini terpisah tempat
yang berbeda dan fertilisasi alami tidak mungkin terjadi (Waluyo, 2005).
Tingkah laku berperan sangat penting dalam hal courtship (percumbuan) dan perkawinan (mating).
Tingkah laku juga berperan pada perkawinan acak antar spesies yang berbeda sehingga perkawinan
mendapat hambatan oleh terjadinya inkompatibilitas beberapa perilaku sebagai dasar bagi
suksesnya perkawinan tersebut. Contohnya pada hewan jantan spesies tertentu memiliki pola
perilaku yang spesifik dalam menarik, mendekati dan mengawini pasangannya. Kegagalan
perkawinan terjadi karena pasangan merasa asing dengan pola perilaku yang ditunjukkan oleh
pasangannya sehingga terjadi penolakan. Selain sekuen perilaku yang spesifik seperti yang
ditunjukkan oleh burung bower di mana hewan jantan harus mempersiapkan pelaminan yang penuh
dengan aksesoris tertentu agar burung betina mau dikawini. Isolasi perilaku sangat tergantung pada
produksi dan penerimaan stimulus oleh pasangan dari dua jenis kelamin yang berbeda. Jenis
stimulus yang dominan untuk mensukseskan perkawinan, stimulus tersebut diantaranya adalah:
a) Stimulus visual: Bentuk, warna, dan karakter morfologi lain dapat mempengaruhi stimulus visual.
Beberapa hewan seperti kelompok ikan, burung, dan insekta menunjukkan bahwa stimulus visual
dominan mempengaruhi ketertarikan pasangan seksualnya. Contohnya pada bebek liar Amerika
Serikat yang simpatrik mempunyai courtship display yang baik dan disertai dengan warna yang
mencolok pada bebek jantan. Fungsinya adalah untuk memperkecil kesempatan bebek betina
memilih pasangan yang salah (Waluyo, 2005).
b) Stimulus adaptif: Bunyi nyanyian atau suara lain yang spesifik berfungsi sebagai alat komunikasi
antar jenis kelamin yang mengarah pada proses terjadinya perkawinan intra maupun interspesies.
Suara-suara yang dikeluarkan oleh insekta, reptilia, burung, dan mamalia banyak yang spesifik untuk
tiap spesies.
c) Stimulus kimia/feromon: Parris (1999) menyatakan bahwa feromon merupakan signal kimia yang
bersifat intraspesifik yang penting dan digunakan untuk menarik dan membedakan pasangannya,
bahkan feromon dapat bertindak sebagai tanda bahaya. Molekul ini spesifik pada individu betina
yang dapat merangsang individu jantan dan atau sebaliknya sebagai molekul spesifik yang dihasilkan
oleh individu betina untuk menolak individu jantan. Misalnya pada Drosophila melanogaster
feromon mempunyai pengaruh pada tingkah laku perkawinan, di mana dengan adanya feromon
yang dilepaskan oleh individu betina membuat individu jantan melakuakn aktivitas sebagai wujud
responnya terhadap adanya feromon tersebut.
Dua spesies yang kawin pada waktu yang berbeda (hari, musim, atau tahun), gametnya tidak akan
pernah mencampur. Misalnya hewan singung berbintik (Spilogale gracilis) yang sangat mirip dengan
S. putorius ini tidak akan saling mengawini karena S. gracilis kawin pada akhir musim panas dan S.
putorius kawin pada akhir musim dingin. Hal yang sama juga terjadi pada 3 spesies dari genus
anggrek Dendrobium yang hidup di musim tropis basah yang sama tidak terhibridisasi, karena ketige
spesies ini berbunga pada hari yang berbeda.
Apabila perbedaan struktural diantara dua populasi yang sangat berdekatan menyebabkan
terhalangnya perkawinan antar spesies, maka diantara kedua populasi tersebut tidak terjadi gene
flow (Waluyo, 2005). Isolasi mekanik ditunjukkan oleh inkompatibilitas alat reproduksi antara dua
spesies yang berbeda sehingga pada saat terjadinya perkawinan salah satu pasangannya menderita.
Mekanisme ini sebagaimana terlihat pada Molusca sub-famili Polygyrinae, struktur genetalianya
menghalangi terjadinya perkawinan spesies dalam sub-famili yang sama. Pada tumbuhan isolasi ini
terlihat pada tanaman sage hitam yang memiliki bunga kecil yang hanya dapat diserbuki oelh lebah
kecil. Berbeda dengan tanaman sage putih yang memiliki struktur bunga yang besar yang hanya
dapat diserbuki oleh lebah yang besar.
Hal ini terjadi jika sel sperma dari satu spesies membuahi ovum dari spesies yang lain, maka barier
postzigot akan mencegah zigot hibrida itu untuk berkembang menjadi organisme dewasa yang
bertahan hidup dan fertil. Mekanisme ini dapat terjadi melalui:
Sel telur yang telah dibuahi oleh sperma spesies lain (zigot hibrid) seringkali tidak mengalami
perkembangan regular pada setiap stadianya, sehingga zigot tersebut mengalami abnormalitas dan
tidak mencapai tahapan maturitas yang baik atau mengalami kematian pada stadia awal
perkembangannya. Di antara banyak spesies katak yang termasuk dalam genus Rana, beberapa
diantaranya hidup pada daerah dan habitat yang sama, dan kadang-kadang mereka bisa
berhibridisasi. Akan tetapi keturunan yang dihasilkan umumnya tidak menyelesaikan
perkembangannya dan akan mengalami kematian.
Pada beberapa kasus ketika spesies berbeda melakuakn kawin silang, keturunan hibrid generasi
pertama dapat bertahan hidup dan fertil, tetapi ketika hibrid tersebut kawin satu sama lain atau
dengan spesies induknya, keturunan generasi berikutnya akan menjadi lemah dan mandul. Sebagai
contoh, spesies kapas yang berbeda dapat menghasilkan keturunan hibrid yang fertil, tetapi
kerusakan terjadi pada generasi berikutnya ketika keturunan hibrid itu mati pada saat berbentuk biji
atau tumbuh menjadi tumbuhan yang cacat dan lemah.
3) Sterilitas hibrid
Hibridisasi pada beberapa spesies dapat menghasilkan keturunan yang sehat dan hidup normal akan
tetapi hibrid tersebut mengalami sterilitas. Terjadinya sterilitas ini disebabkan oleh inkompatibilitas
genetik yang nyata sehingga tidak dapat menurunkan keturunannya. Contoh hibrid yang steril antara
lain: mule (hibrid antara keledai dan kuda), cama (hibrid antara onta dan ilama), tiglon (hibrid
anatara macan dan singa), zebroid (hibrid antara zebra dan kuda).
Bukti menyakinkan adanya proses evolusi yang lebih kompleks, kita memerlukan seuatu bukti
atau petunjuk yang dapat mendukung atau menambah fakta dari teori evolusi tersebut. Banyak
hal yang dapat dijadikan petunjuk adanya proses evolusi di permukaan bumi. Petunjuk tersebut
dapat diamati melalui adanya variasi dalam satu spesies, fosil, perbandingan anatomi (homologi
dan analogi), perbandingan embrio, perbandingan fisiologi, dan alat tubuh yang tersisa.
Fosil
Fosil adalah sisa-sisa hewan dan tumbuhan yang ditemukan pada batuan sedimen yang daoat
memberikan informasi mengenai peristiwa yang terjadi di masa lampau. Fosil digunakan sebagai
petunjuk evolusi karena merupakan sisa-sisa hewan dan tumbuhan yang telah membatu yang
berada pada lapisan-lapisan bumi. Lapisan-lapisan bumi menunjukan tingkat usia bumi sehingga
dapat dijadikan petunjuk adanya hewan atau tumbuhan pada masa-masa tertentu.
Perkembangan evolusi kuda ini dicatat oleh Marsh dan Osborn. Perubahan yang terjadi mulai
dari genus Eohippus hingga genus equus, sebagai berikut:
a. Tubuh bertumbuh besar
b. Kepala bagian depan semakin panjang
c. leher semakin panjang sehingga gerakannya semakin bebas
d. Perubahan geraham depan dan geraham besar sehingga sesuai untuk makan rumput.
e. Anggota tubuh yang lain semakin bertambah panjang sehingga sesuai dengan gerakan untuk
berlari cepat.
f. Jari kaki mereduksi dari lima menjadi satu, sehingga dapat mendukung gerakan ketika berlari
cepat.
Ahli evolusi berbendapat bahwa kedua organtersebut awalnya memiliki struktur yang sama.
Organ yang memiliki bentuk asal yang sama, namun memiliki fungsi yang berbeda
disebut homologi. Adaptasi juga menyebabkan adanya organ yang memiliki fungsi sama, tetapi
memiliki struktur dasar yang berbeda disebut analogi.
Perbandingan Embrio
Bukti evolusi juga dapat dilihat dari pekembangan dan pertumbuhan embrio. Zigot yang
merupakan hasil peleburan antara gamet jantan dengan gamet betina akan berkembang menjadi
embrio. Pada hewab vertebrata, ternyata perkembangan dan pertumbungan embrio tersebut
memperlihatkan bentuk yang sangat mirip satu sama lain. pada perkembangan lebih lanjut,
barulah embrio-embrio tersebut menunjukan adanya perbedaan.
Berdasarkan gambar-gambar diatas, awal perkembangan embrio ikan hiu, ayam dan simpanse
cukup mirip, meskipun hasil akhirnya berbeda. Pada prganisme dengan kekerabatan yang dekat,
umumnya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan embrio yang mirip.
Berkaitan dengan hal ini, [ada akhir abad ke-19 seorang ahli biologi evolusionis Ernest
Haeckelmengemukakan teori Rekapitulasi. Teori ini menyatakan bahwa embrio-embrio
mengulangi proses evolusi yang telah dialami nenek moyang. Menurut Haeckel selama masa
perkembangan dalam rahim ibu, embrio manusia awalnya menjunjukkan karakteristik ikan,
kemudian reptil, dan akhirnya seperti manusia. Istilah Rekapituasi sendiri merupakan singkatan
dari pernyataan otogeni merekapitulasi filogeni. Otogeni adalah tahap-tahap pertumbuhan dan
perkembangan embrio, sedangkan filogeni adalah hubungan kekeraatan hewan menurut
perjalannya ecolusi (yang bisa digambarkan dalam bentuk diagram pohon besar berserta cabang-
cabangnya).
Perbandingan Fisiologi
Makhluk hidup mulai dari terendah hingga yang paling tinggi tersusun atas ssel. Walaupun
jumlah sel dan morfologi setelah dewasa berbeda-beda, namun fisiologi di dalam selnya memiliki
kemiripan, misalnya dalam hal sintesis protein, proses metabolisme, respirasi, eksresi, dan lain-
lain. Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat tubuh, yaitu segala sesuatu yang
berhungan dengan mekanisme alat-alat tubuh, yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan
mekanisme alat-alat tubuh dalam menjalankan fungsinya.