Anda di halaman 1dari 42

Biologi Media Centre – Evolusi merupakan proses perubahan makhluk hidup secara

lambat dalam waktu yang sangat lama, sehingga berkembang menjadi berbagai spesies
baru yang lebih lengkap struktur tubuhnya. Menurut teori evolusi, makhluk hidup yang
sekarang berbeda dengan makhluk hidup jaman dahulu. Nenek moyang makhluk hidup
sekarang yang bentuk dan strukturnya (mungkin) berbeda mengalami perubahan-
perubahan baik struktur maupun genetis dalam waktu yang sangat lama, sehingga
bentuknya jauh menyimpang dari struktur aslinya dan akhirnyamenghasilkan berbagai
macam spesies yang ada sekarang. Jadi tumbuhan dan hewan yang ada sekarang
bukanlah makhluk hidup yang pertamakali berada di bumi, tetapi berasal dari makhluk
hidup di masa lampau.

Evolusi : Pemahaman teori dan bukti evolusi


Ada dua macam evolusi, yaitu evolusi progressif dan evolusi regressif. Evolusi
progressif merupakan proses evolusi yang menuju kemungkinan dapat bertahan hidup
sehingga menghasilkan spesies baru. Evolusi regressif merupakan evolusi menuju
kemungkinan mengalami kepunahan.

Teori Darwin dan Lamarck


Charles Darwin dianggap sebagai pencetus teori evolusi sekalipun telah banyak ahli
sebelum Darwin yang mengemukakan gagasannya mengenai evolusi, antara lain
Anaximander, Empeclodes, Erasmus Darwin, Count de Buffon, dan Lamarck. Hal itu
disebabkan karena dalam mengemukakan pendapatnya Darwin menyertakan bukti dan
alasan yang dapat diterima di dunia ilmiah.

Teori evolusi menurut Jean Baptiste de Lamarck


Menurut Lamarck, bagian tubuh makhluk hidup dapat
berubah baik ciri, sifat, dan karakternya karena pengaruh
lingkungan hidupnya. Jika bagian tubuh dari makhluk
hidup selalu atau sering digunakan, maka bagian tersebut
makin lama dapat berubah sehingga sesuai untuk
digunakan pada lingkungan tersebut. Sebaliknya bagian
tubuh yang tidak pernah atau jarang digunakan lagi makin
lama akan menghilang (rudimenter). Bagian tubuh yang
telah mengalami perubahan dan sudah sesuai dengan
lingkungannya dikatakan bagian yang telah beradaptasi
pada lingkungan. Bagian yang telah beradaptasi tersebut
memiliki ciri atau karakter yang berbeda dengan aslinya.
Bagian ini dinamakan ciri atau karakter atau sifat
perolehan. Sifat perolehan tersebut akan diwariskan
kepada keturunannya dari generasi ke generasi. Demikianlah seterusnya sehingga
suatu saat nanti muncul makhluk hidup yang lebih maju daripada moyangnya. Teori
yang dikemukakan Lamarck tersebut dikenal dengan ‘use and disuse’.
Pendapat Lamarck mengenai panjang leher jerapah

Lamarck mengambil contoh mengenai panjang leher jerapah. Menurutnya nenek


moyang jerapah dahulu berleher pendek. Pada suatu ketika terjadilah bencana
kekeringan sedemikian rupa sehingga jerapah hanya dapat memperoleh makanan
dengan mengambil daun-daun yang ada di pepohonan. Karena sering mengambil daun-
daun dipohon untuk dimakan, akibatnya leher jerapah tertarik, makin lama makin
panjang. Akhirnya sifat perolehan yang baru yaitu leher panjang diwariskan pada
generasi-generasi berikutnya sehingga jerapah sekarang berleher panjang.

Teori evolusi menurut Charles


Darwin
Charles Darwin adalah seorang naturalis berkebangsaan
Inggris. Ia menyatakan bahwa evolusi berlangsung karena
adanya proses seleksi alam (natural selection). Yang
dimaksud seleksi alam adalah: proses pemilihan yang
dilakukan oleh alam terhadap variasi makhluk hidup di
dalamnya. Hanya makhluk hidup yang memiliki variasi
sesuai dengan lingkungan yang bisa bertahan hidup,
sedang yang tidak sesuai akan punah. Organisme yang
bisa hidup inilah yang selanjutnya akan mewariskan sifat-
sifat yang sesuai dengan lingkungan pada generasi
berikutnya.

Pendapat Darwin mengenai penjang leher jerapah


Sebagai pembanding dengan teori Lamarck, panjang leher jerapah dapat dijelaskan
dengan teori Darwin sebagai berikut. Nenek moyang jerapah punya variasi panjang
leher, ada yang berleher pendek dan ada yang berleher panjang. Karena terjadi
bencana kekeringan, lingkunganpun berubah dan, berlangsunglah proses seleksi alam.
Jerapah berleher pendek tidak dapat mencari makan dengan menjangkau daun-daun di
pohon sehingga tidak bisa bertahan hidup. Sebaliknya jerapah berleher panjang tetap
dapat memperoleh makanan dari daun-daun di pohon sehingga dapat bertahan hidup.
Karena mampu bertahan hidup maka jerapah tersebut mampu berbiak dan mewariskan
sifat adaptif yaitu leher panjang pada generasi berikut. Itulah sebabnya semua jerapah
sekarang berleher panjang.

Teori yang di kemukakan Darwin sangat dipengaruhi oleh hal-hal berikut:

1. Ekspedisinya ke kepulauan Galapagos (Galapagos = kura-kura raksasa). Di


tempat ini Darwin menemukan berbagai macam bentuk paruh burung Finch.
Terjadinya keanekaragaman ini disebabkan oleh perbedaan jenis makanannya.
2. Pendapat Charles Lyell dalam bukunya “Principles of Geology“ yang
menyatakan bahwa batuan, pulau, dan benua selalu mengalami perubahan.
Menurut Darwin peristiwa ini kemungkinan dapat mempengaruhi makhluk hidup.
3. Pendapat Thomas Robert Malthus dalam bukunya “An Essay on the Principle
of Population” yang menyatakan adanya kecenderungan kenaikan jumlah
penduduk lebih cepat daripada kenaikan produksi pangan. Hal ini menurut
Darwin menimbulkan terjadinya suatu persaingan untuk kelangsungan hidup.

Berdasarkan tiga hal tersebut akhirnya Darwin menulis bukunya “On the Origin of
Species by Means of Natural Selection” yang berisi dua hal pokok:

 spesies yang ada sekarang ini berasal dari spesies yang hidup di masa lampau,
dan
 evolusi terjadi melalui proses seleksi alam

Contoh-contoh konsep yang mendukung teori Darwin


1. Percobaan August Weismann

Untuk membuktikan apakah lingkungan menyebabkan


perubahan sifat yang menurun (teori Lamarck) Weismann
melakukan percobaan dengan memotong ekor tikus, lalu
mereka dikawinkan. Ternyata anak tikus yang lahir tetap
berekor panjang. Lalu anak tikus tersebut dipotong lagi
ekornya dan dikawinkan lagi, ternyata keturunan
selanjutnya tetap berekor panjang. Langkah itu dilakukan
sampai dengan 21 generasi dan keturunan yang lahir
ternyata tetap berekor panjang.

Dari apa yang dilakukan, Weismann mengambil


kesimpulan bahwa perubahan sel tubuh karena pengaruh
lingkungan tidak akan diwariskan kepada keturunannya.
Evolusi adalah proses yang menyangkut seleksi alam
terhadap faktor genetika. Individu yang memiliki variasi
genetik yang sesuai dengan lingkungan yang akan lestari
dan memiliki kesempatan mewariskan gen yang adaptif pada generasi berikut.
2. Kupu-kupu Biston betularia

Ada 2 jenis Biston betularia: bersayap terang dan bersayap gelap

Perhatikan perubahan lingkungan yang terjadi. Gambar kiri sebelum Revolusi industri, kupu bersayap gelap lebih gampang
terlihat. Gambar kanan setelah Revolusi Industri, kupu bersayap terang yang lebih gampang terlihat. Ini mempengaruhi
pergeseran peluang predasi.

Sekitar tahun 1850 yaitu masa sebelum berkembangnya revolusi industri di Inggris,
kupu Biston berwarna cerah lebih banyak daripada yang berwarna gelap. Tetapi setelah
berlangsungnya revolusi industri, ternyata kupu yang berwarna gelap lebih banyak
daripada yang berwarna cerah. Hal ini dimungkinkan karena sebelum revolusi industri
pohon di habitatnya masih bersih, sehingga kupu berwarna cerah lebih adaptif,
akibatnya sulit untuk dilihat predator. Ketika berlangsung revolusi industri dan
sesudahnya, pohon dan daun habitat kupu tersebut tertutup oleh jelaga. Ini berakibat
kupu berwarna gelap lebih adaptif sehingga sulit dilihat predator.

3. Seleksi alam berdasarkan resistensi


Evolusi dan adaptasi tidak selamanya membutuhkan waktu yang relatif lama. Bakteri
yang resisten terhadap penicillin misalnya, dapat terbentuk dengan cepat. Kejadiannya
juga diterangkan berdasar konsep seleksi alam. Dimana dalam suatu koloni bakteri,
hanya sedikit bakteri yang bertahan hidup ketika penicillin diberikan. Namun beberapa
lama kemudian koloni bakteri yang resisten terhadap penicillin menjadi banyak. Pada
peristiwa ini penicillin hanya merupakan faktor pengarah terhadap perkembangan
populasi bakteri yang resisten terhadap antibiotik.

Bukti Tentang Adanya Evolusi


Evolusi dapat dilihat dari dua segi yaitu sebagai proses
historis dan cara bagaimana proses itu terjadi. Sebagai
proses historis evolusi itu telah dipastikan secara
menyeluruh dan lengkap sebagaimana yang telah
dipastikan oleh ilmu tentang suatu kenyataan mengenai
masa lalu yang tidak dapat disaksikan oleh mata. Hal ini
berarti bahwa evolusi itu ada dan merupakan suatu
kenyataan yang telah terjadi. Berikut ini merupakan bukti-
bukti evolusi yang ada.

1. Adanya variasi antar individu dalam satu


keturunan

Di dunia ini tidak pernah dijumpai dua individu yang identik


sama, bahkan anak kembar sekalipun pasti punya suatu perbedaan. Demikian pula
individu yang termasuk dalam satu spesies. Misalnya perbedaan warna, ukuran, berat,
kebiasaan, dan lain-lain. Jadi antar individu dalam satu spesies pun terdapat variasi.
Variasi adalah segala macam perbedaan yang terdapat antar individu dalam satu
spesies. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh berbagai faktor seperti suhu, tanah,
makanan, dan habitat.

Perhatikan bahwa dalam satu keturunan pun akan selalu memunculkan variasi. Ini disebabkan karena pada perkawinan selalu
terjadi rekombinasi gen.

Seleksi yang dilakukan bertahun-tahun terhadap suatu spesies akan menyebabkan


munculnya spesies baru yang berbeda dengan moyangnya. Oleh karena itu adanya
variasi merupakan bahan dasar terjadinya evolusi yang menuju ke arah terbentuknya
spesies baru.
2. Pengaruh penyebaran geografis

Makhluk hidup yang berasal dari satu spesies yang hidup pada satu tempat setelah
mengalami penyebaran ke tempat lain sifatnya dapat berubah. Perubahan itu terjadi
karena di tempat yang baru makhluk hidup tersebut harus beradaptasi demi
kelestariannya. Selanjutnya, adaptasi bertahun-tahun yang dilakukan akan
menyebabkan semakin banyaknya penyimpangan sifat bila dibandingkan dengan
makhluk hidup semula. Dua tempat yang dipisahkan oleh pegunungan yang tinggi atau
samudera yang luas mempunyai flora dan fauna yang berbeda sama sekali. Perbedaan
susunan flora dan fauna di kedua tempat itu antara lain disebabkan adanya isolasi
geografis.

Perkembangan variasi paruh burung Finch. Terjadi karena terseleksi secara alami oleh jenis makanan yang berbeda.

Contohnya adalah mengenai bentuk paruh burung Finch yang ditemukan Darwin di
kepulauan Galapagos. Dari pengamatannya tampak burung-burung Finch tersebut
memiliki bentuk paruh dan ukuran yang berbeda, dan menunjukkan mempunyai
hubungan dengan burung Finch yang ada di Amerika Selatan. Mungkin karena sesuatu
hal burung itu bermigrasi ke Galapagos. Mereka menemukan lingkungan yang baru
yang berbeda dengan lingkungan hidup moyangnya. Burung itu kemudian
berkembangbiak dan keturunannya yang mempunyai sifat sesuai dengan lingkungan
akan bertahan hidup, sedang yang tidak akan mati. Karena lingkungan yang berbeda,
burung-burung itu menyesuaikan diri dengan jenis makanan yang ada di Galapagos.
Akhirnya terbentuklah 14 spesies burung Finch yang berbeda dalam bentuk dan ukuran
paruhnya.

3. Ditemukannya fosil di berbagai lapisan batuan bumi

Fosil adalah sisa tumbuhan atau hewan yang telah membatu atau jejak-jejak yang
tercetak pada batuan. Darwin menyatakan bahwa fosil yang ditemukan pada lapisan
batuan muda berbeda dengan fosil yang terdapat pada lapisan batuan yang lebih tua,
dan menunjukkan suatu bentuk perkembangan.
Bagan yang menunjukkan perkembangan evolusi kuda

Dari sekian banyak fosil yang ditemukan, yang paling lengkap dan dapat digunakan
sebagai petunjuk adanya evolusi adalah fosil kuda yang ditemukan oleh Marsh dan
Osborn. Dari studi yang dilakukan dapat dicatat beberapa perubahan dari nenek
moyang kuda (Eohippus) yang hidup 58 juta tahun yang lalu menuju ke bentuk kuda
modern sekarang (Equus), yaitu:

 tubuh bertambah besar, dari sebesar kucing hingga sebesar kuda sekarang
 leher makin panjang, kepala makin besar, jarak antara ujung mulut hingga bagian
mata menjadi makin jauh
 perubahan dari geraham depan dan belakang dari bentuk yang sesuai untuk
makan daun menjadi bentuk yang sesuai untuk makan rumput
 bertambah panjangnya anggota tubuh hingga dapat dipakai untuk berlari cepat,
tetapi bersamaan dengan itu kemampuan rotasi tubuh menurun.
 adanya reduksi jari kaki dari lima menjadi satu, yaitu jari ketiga yang selanjutnya
memanjang, kemudian disokong teracak.

Untuk menetapkan umur fosil dapat dilakukan dengan dua cara : secara langsung dan
tak langsung. Secara langsung dengan menetapkan umur batuan tempat fosil
ditemukan. Cara yang ini kurang valid. Secara tak langsung dengan carbon dating
menggunakan isotop C14. Cara yang kedua ini lebih valid.
4. Adanya homologi organ pada berbagai jenis makhluk hidup

Organ-organ berbagai makhluk hidup yang mempunyai bentuk asal sama dan kemudian
berubah struktur sehingga fungsinya berbeda disebut organ yang homolog. Homologi
organ menunjukkan tingkat kekerabatan makhluk yang bersangkutan. Makin banyak
organ yang homolog kemungkinan kekerabatannya makin dekat, yang artinya nenek
moyangnya mungkin sama.

Homologi organ: perhatikan bahwa anggota gerak pada makhluk di atas memiliki bentuk berbeda, tetapi pada dasarnya
memiliki bagian yang sama. Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan fungsi.

Contohnya: tangan manusia berfungsi untuk memegang adalah homolog dengan sirip
depan paus yang digunakan untuk berenang, atau sayap kelelawar yang berguna untuk
terbang homolog dengan tungkai depan kucing yang berguna untuk berjalan.

Lawan dari homolog adalah organ yang analog, yaitu organ-organ dari berbagai
makhluk hidup yang fungsinya sama tanpa memperhatikan bentuk asalnya. Bisa juga
diartikan organ-organ tubuh dari berbagai makhluk hidup yang fungsinya sama tetapi
bentuk asalnya berbeda.

5. Studi perbandingan embriologi


Perkembangan embrio berbagai spesies yang termasuk kelas vertebrata menunjukkan
adanya persamaan pada fase tertentu yakni pada fase morulla, blastula, dan
gastrula/awal embrio. Hal ini menunjukkan adanya hubungan kekerabatan di antara
hewan-hewan sesama vertebrata, yang mungkin pula mereka memiliki satu nenek
moyang.

Perbandingan perkembangan embrio pada ikan, ayam, babi, dan manusia. Mirip

Ernst Haeckel menyatakan dalam hukum Rekapitulasi yang


dikemukakannya bahwa ontogeni suatu organisme merupakan
rekapitulasi (ulangan singkat) dari filogeni. Ontogeni adalah
sejarah perkembangan individu mulai zigot sampai dewasa.
Filogeni adalah sejarah perkembangan makhluk hidup dari
bentuk sederhana sampai dengan bentuk yang paling
sempurna (evolusi).

6. Studi perbandingan biokimia

Bila membandingkan makhluk hidup pada tingkat biokimia,


ternyata hasilnya mendukung teori evolusi. Sebagai contoh, Hb manusia lebih mirip
dengan simpanse atau gorilla daripada dengan anjing atau cacing tanah. Tingkat
kemiripan ini menunjukkan manusia lebih dekat kekerabatannya dengan simpanse atau
gorilla daripada dengan anjing atau cacing tanah.
Biologi Media Centre – Godfrey Harold Hardy seorang matematikawan Inggris dan
Wilhelm Weinberg seorang dokter dari Jerman secara terpisah menemukan suatu
hubungan matematik dari frekuensi gen dalam populasi, yang kemudian dikenal dengan
hukum Hardy-Weinberg. Hukum ini digunakan sebagai parameter untuk mengetahui
apakah dalam suatu populasi sedang berlangsung evolusi ataukah tidak.

Harold Hardy dan Wilhelm Weinberg

Hukum ini menyatakan bahwa dalam suatu kondisi tertentu yang stabil, frekuensi gen
dan frekuensi genotif akan tetap konstan dari satu generasi ke generasi dalam suatu
populasi yang berbiak seksual, bila syarat berikut dipenuhi:

1. Genotif yang ada memiliki viabilitas (kemampuan hidup) dan fertilitas (kesuburan)
yang sama
2. Perkawinan yang terjadi berlangsung secara acak
3. Tidak ada mutasi gen
4. Tidak terjadi migrasi
5. Tidak terjadi seleksi

Hukum Hardy-Weinberg ini berfungsi sebagai parameter evolusi dalam suatu populasi.
Bila frekuensi gen dalam suatu populasi selalu konstan dari generasi ke generasi, maka
populasi tersebut tidak mengalami evolusi. Bila salah satu saja syarat tidak dipenuhi
maka frekuensi gen berubah, artinya populasi tersebut telah dan sedang mengalami
evolusi.

Teori Evolusi (2) : Hukum Hardy–Weinberg


Bila frekuensi gen yang satu dinyatakan dengan simbol p dan alelnya dengan simbol q,
maka secara matematis hukum tersebut dapat ditulis sebagai berikut:

Contoh penggunaan hukum ini adalah sebagai berikut:

1. Bila dalam suatu populasi masyarakat terdapat perasa kertas PTC 64% sedangkan
bukan perasa PTC (tt) 36%,
a. Berapa frekuensi gen perasa (T) dan gen bukan perasa (t) dalam populasi
tersebut?

b. Berapakah rasio genotifnya?

2. Dalam masyarakat A yang berpenduduk 10.000 orang terdapat 4 orang albino.


Berapa orang pembawa sifat albino pada masyarakat tersebut?
TEORI EVOLUSI SEBELUM DAN SETELAH DARWIN

PERKEMBANGAN TEORI EVOLUS


Pada tahun 1859, Charles Darwin menerbitkan buku “On The Oringin of Species by Means of Natural
Selection”. Buku ini sempat mengguncangkan dunia ilmu pengetahuan karena isinya yang cukup
kontroversial untuk masa itu. Kontroversial muncul karena adanya kesalahan penapsiran atas
pernyataan yang dikeluarkannya. Sebenarnya, apakah isi buku tersebut menimbulkan kontroversi.
Dalam buku tersebut, Darwin menyatakan bahwa semua makhluk hidup yang ada di bumi ini
merupakan hasil dari moyang yang sama, yang mengalami modifikasi. Dengan kata lain, teori ini
menyatakan bahwa spesies bukanlah merupakan sesuatu yang kekal atau tidak mengalami
perubahan, melainkan berevolusi melalui proses perubahan bertahap dari berbagai spesies yang
telah ada.

Teori yang dikeluarkan Darwin merupakan hasil analisis data yang didapat dari proses observasinya
selama keikutsertaannya dalam ekspedisi-ekspedisi yang

diikutunya. Namun, ekspedisi paling penting yang pernah diikutinya adalah perjalanan dengan kapal
HMS Beagle. Meskipun Darwin membuat konsep evolusi yang dapat diterima, tetapi pemikiran
mengenai evolusi ini sudah sangat tua dan bertahun-tahun lebih tua dari Darwin. Berikut uraian
singkat tentang pendapat dari berbagai ahli yang masih berkaitan dengan konsep dasar evolusi.

1. Plato (428-348 sebelum masehi)

Ia membayangkan seorang pencipta yang menciptakan dunia dari kehancuran dan kemudian
menciptakan dewa-dewa yang lalu membuat manusia laki-laki. Wanita dan hewan timbul dari
reinkarnasi jiwa laki-laki. Makin cacad jiwa itu makin rendah reinkarnasinya.

2. Aristoteles (384-322 sebelum masehi)


Adalah seorang pengamat alam yang teliti dan melihat banyak bukti mengenai desain dan tujuan. Dia
mengatur semua organisme di dalam suatu ”skala alam” yang meliputi dari yang sederhana sampai
yang kompleks. Organisme yang ada dianggap tidak sempurna tetapi bergerak kearah keadaan yang
lebih baik. Hal ini kadang-kadang diartikan sebagai pemikiran evolusi, tetapi Aristoteles sangat
samar-samar mengenai sifat gerakan tersebut. Mungkin gerakan itu merupakan pendekatan yang
makin cocok dengan idealis penciptaan tiap spesies tertentu, yang pasti Aristoteles tidak merinci
suatu pemikiran mengenai transmutasi spesies.

Seorang bangsa Prancis, Pierre-Louis de Maupertius pada tahun 1745 mengemukakan bahwa
beberapa bangsa mungkin mulai timbul karena menyimpang secara kebetulan dari desain alami.
pemikiran mengenai evolusi yang cermat kemudian dikemukakan oleh Denis Diderot (1746), george
Louis LeClere, Comte de Buffon (1779), Erasmus Darwin (1794).

3. Anaximander (600-546 sebelum masehi)

Beliau dapat dipandang sebagai pelopor dari ajaran desendensi (ajaran penurunan) oleh karena ia
mengajarkan bahwa kosmos itu mungkin terbebtuk dari kekacoan (chaos), kehidupan itu timbul dari
zat mati, sedangkan makluk yang tinggi tingkatannya timbul dari makluk yang rendah tingkatannya.
Akan tetapi teori ini sama sekali tidak mempunyai pengaruh apa-apa terhadap alam pemikiran para
sarjana di zaman itu dan di zaman berikutnya. Baru setelah teori-teori evolusi ini berkembang dengan
pesat, maka dalam tulisan-tulisan sarjana itu dapat menemukan kembali petunjuk-petunjuk tentang
adanya pendapat-pendapat semacam itu.

Para ahli ilmu hewan dari abad 17 dan 18 setuju sekali akan pendapat-pendapat dari kitab suci injil
yang tertulis dalam buku genesis yang disebut dengan ”teori Penciptaan”. Salah satu ahli yang
sejalan dengan pikiran tadi adalah Carolus Linnaeus.

4. Carolus Linnaeus (1707-1778)

Carolus Linnaeus dilahirkan tanggal 23 Mei 1707 disebuah desa kecil di Swedia, sebagai anak
seorang pendeta. Dia mula-mula juga bekerja untuk menjadi pendeta, kemudian belajar untuk
menjadi tabib, tetapi kemudian dia lebih tertarik pada tumbuh-tumbuhan dan binatang. Pada umur 24
tahun ia sudah memberi kulaih-kuliah dan demonstrasi pada Universitas di Uppsala. Setelah
mengadakan perjalanan penyelidikan di Laplandia maka dia menikah setelah itu pergi ke Belanda.
Pada tahun 1735 ia telah lulus dari Universitas Harderwijk yang dibubarkan dalam abad 19.
Kemudian ia pergi ke Leiden dan mencetak buku ”systema Naturae”. Dalam buku ini pembagian
sistematiknya sudah dibentangkan secara skematis. Karangan-karangannya yang terkenal adalah :
Fundamenia Botanica, Classae Plantarum, Philosophia Botanica dan Genera Plantarum, Systema
Naturae, Spesies Plantarum dal lain-lainya. Setelah mengunjungi paris, Linnaeus kembali ke Swedia
untuk menjadi mahaguru di Uppsala. Disinilah ia menjadi salah satu dari mahaguru-mahaguru yang
terkenal di zaman itu, sehingga Raja Swedia mengangkat dia menjadi seorang bangsawan.

Pada tahun 1778 dia meninggal dunia dan mewariskan perpustakaannya. Selain itu juga mewariskan
kumpulan 19.000 tanaman kering, lebih dari 3000 ekor serangga, 1500 kulit-kulit berbagai kerang dan
kulit-kulit binatang, 1500 ekor ikan, beberapa ekor burung dan 2500 minerasl. Kumpulan-kumpulan itu
masih dapat dilihat digedung ”Linnean Society” di London, sebuah perkumpulan peneliti pengetahuan
alam yang memakai nama Linnaeus.

Linnaeus menyampaikan bahwa :

1. Semua tanaman dan binatang yang hidup sekarang ini dahulu dengan serentak diciptakan diatas
bumi oleh satu ciptaan saja.

2. Mereka diciptakan dalam bentuk seperti yang tampak sekarang ini.

3. Tidak pernah ada tanaman-tanaman dan binatang-binatang yang lain di bumu ini kecuali tanaman-
tanaman dan binatang-binatang yang hidup sampai sekarang.

Pembagian sistematika hewan menurut Linnaeus adalah sebagai berikut :

1. Binatang-binatang menyusui

2. Burung-burung

3. Ampibi-ampibi

4. Cacing-cacing

5. Serangga-serangga

Binatang-binatang menyusui ini dibagi lagi menjadi 8 golongan. Binatang yang termasuk salah satu
dari 8 golongan ini diantaranya ialah (1) Gajah ; (2) Sapi Laut; (3) Macan Loreng; (4) Pemakan
Semut; (5) Trenggiling. Pembagian ini jelas tidak didasrkan atas persamaan-persamaan cara hidup
dari binatang-binatang itu dan ia tetap tidak menyangsikan kebenaran teori penciptaan.

5. Cuvier (1769-1832)

Cuvier adalah anak dari seorang bangsa Prancis yang telah melarikan diri ke negeri Jerman, ia
akhirnya belajar di negeri ini. Pada tahun 1795 ia kembali ke paris. Disana ia menjadi seorang
sarjana yang terkenal. Mula-mula ia sebagai mahaguru pada Jardin des Plantes, kemudian sebagai
sekretaris dari Akedemi Pengetahuan di Paris. pada tahun 1831 ia diangkat menjadi bangsawan yang
tertinggi dari Prancis.

Ia menyampaikan bahwa sisa-sisa hewan yang telah mebatu itu adalah dari sisa hewan yang telah
mati di zaman dulu. Mammouth yang dikeluarkan dari timbunan es di Rusia dengan utuh itupun telah
diketahui oleh Cuvier.

Ilmu geologi yaitu ilmu yang mempelajari perubahan-perubahan bentuk dari kulit bumi. Lapisan-
lapisan tanah (yang merupakan kulit bumi) itu menandakan berbagai periode dalam sejarah bumi.
Dari hewan-hewan yang telah mati itupun dapat ditemukan jenis-jenisnya yang merupakan petunjuk
dari berbagai periode tersebut. Berdasarkan pertimbangan ini, Cuvier kemudian menyusun teori yang
terkenal dengan Teori Catalysma. Ia beranggapan bahwa tiap-tiap periode dalam sejarah bumi itu
mungkin selalu diakhiri dengan suatu bencana yaitu semacam kiamat. air bah yang diceritakan dalam
Kitab Injil, yang memusnahkan ataupun hampir melenyapkan semua makluk hidup. Sesudah itu oleh
Tuhan mingkin menciptakan lagi suatu tumbuhan dan hewan baru. Jadi teori Civiert ini pada
hakekatnya adalah sama saja dengan teori Linnaeus, akan tetapi penciptaan yang dimaksudnya
terjadi berulang-ulang.

Cuvier menambahkan bahwa mungkin sekali lenyapnya hewan-hewan itu bukannya dimana-mana,
dengan demikian ada kemungkinan juga bahwa hewan-hewan yang diciptakan dalam periode yang
sudah lamapau dari suatu daerh tertentu, kemudian pindah menempati daerah lain yang baru di bumi
ini. Hal ini berkaitan dengan sebaran hewan atau geografi hewan. Pendapat lain dari Cuvier yang
penting adalah bahwa semua hewan dapat dianggap sebagai suku-suku dari suatu deret yang mulai
dari hewan bersel satu yang sederhana sampai tingkat manusia. Hal ini dikenal dengan Tangga Dari
Alam.

6. Lammarck (1744-1829)

Sebelum Lammarck, ahli lain yang sejalan dengan pemikiran Lammarck adalh Buffon (1707-1788)
dan Erasmus Darwin (kakek dari Charles Darwin, 1731-1802) menulis syair yang dianggap sebagai
karangan berpengetahuan yang berjudul ”Zoonomia” ia berpendapat bahwa hewan-hewan mungkin
juga timbul dari hewan-hewan lain.

Nama lengkap Lammarck adalah Jean Baptist Pierre Antoine De Monet, Chavalier De Lammarck.
Sewaktu masih muda ia belajar untuk menjadi pendeta, kemudian ia menjadi tentara sampai ia dalam
pertempuran mendapat pujian karena keberaniannya. Ia meninggalkan angkatan perang, untuk
belajar ilmu ketabiban di Paris, akan tetapi kemudian ia malah lebih tertarik akan ilmu tumbuh-
tumbuhan. Sesudah bekerja keras selama 9 tahun, ia menerbitkan sebuah buku yang besar
mengenai tumbuh-tumbuhan yang hidup ditanah airnya. Bukunya itu menarik perhatian para sarjana,
sehingga ia mendapat tawaran untuk bekerja di Jardin du Roi. Setelah revolusi dai diangkat menjadi
mahaguru pada Jardin du Roi itu juga, yang kemudian berganti nama menjadi Jardin des Plantes
(semacam kebun raya). Ia menjadi mahaguru di bidang Evertebrata. Ia menyusun buku yang berjudul
”Philosophie Zoologioque”. Ia menjadi buta dihari tuanya dan terpaksa hidup miskin dan sengsara
sekali. Oleh rekan-rekannya di zaman itu tidak ada yang mengerti jasa-jasanya sebagaimana
mestinya.

Setelah ia meninggal, maka berkat kegiatan Darwin, ia dijungjung tinggi lagi dan sampai sekarang
pun ia masih dipandang sebagai salah satu seorang sarjana besar di zaman itu. Sayang sekali teori-
teorinya tidak dilengkapi dengan bukti-bukti dan kenyataan-kenyataan.

Teori Lammarck ialah :

1) Bahwa di bumi ini mula-mula timbul makluk hidup yang sederhana, yang mungkin berasal dari
benda-benda mati (dengan jalan Generatio Spontanea), akan tetapi dari makluk yang sederhana ini
kemudian dalam tempo yang panjang sekali timbulah jenis-jenis makluk yang hidup sampai sekarang,
tanpa ada penghentian jalannya kehidupan seperti yang dimaksudkan dalam cerita kiamat dari kitab
Injil ataupun teori bencana menurut Cuvier. Teori evolusi menganggap bahwa hewan bersela satu
sebagai permulaan evolusi dan menganggap manusia sebagai akhir evilusi.

2) Diantara sebab-sebab yang menyelenggarakan perubahan-perubahan dan penyempurnaan tubuh


makluk hidup, Lammarck mengemukakan bahwa pentingnya mempergunakan dan tidak
mempergunakan alat tubuh tertentu. Kalau sebuah alat tubuh sering digunakan maka ia akan tumbuh
sempurna dan bila ia jarang digunakan ataupun tidak digunakan sama sekali maka ia akan
terbelakang tumbuhnya, sedang tiap-tiap perubahan yang dialami oleh individu itu selama masa
hidupnya kelak akan diturunkan kepada keturunanya, sehingga kelak sifat itu tampak sempurna pada
keterunannya.

Lammarck memberi contoh Ular adalah binatang yang mempunyai kebiasaan untuk
merangkak/merayap dengan cepat masuk ke dalam tanah, kalau mereka mau bersembunyi. Kaki-
kaki yang panjang malah merugikan untuk merangkak dan bersembunyi di dalam tanah dan
keberadaan kaki tersebut justru merintangi gerakan. Jadi kebiasaan bergerak dari binatang itu
menyebabkan lenyapnya kaki-kaki pada tubuhnya sendiri.

Sedangkan jerapah memiliki leher yang panjang karena mereka mempunyai kebiasaan hidup untuk
mengambil daun-daunan dari pohon-pohon yang tinggi. Dan sebaliknya hewan yang hidup di gua-gua
gelap akan mempunyai mata ayang mundur ketajamannya. Hewan itu mempunyai kemampuan untuk
selalu mempertahankan sifat yang telahmereka miliki dalam usaha menyempurnakan organisasi alat-
alat tubuhnya, tetap dipertahankan terus hingga dengan demikian kelak pada suatu ketika berturut-
turut terjadilah makluk hidup dari berbagai kelas dan bangsa, yang disebabkan oleh karena keadaan
lingkungan hidupnya yang bermacam-macam.

7. Etienne Geoffroy ST. Hilaire (1722-1844)

Disamping Cuvier dan Lammarck, pada waktu itu di Paris hidup pula seorang ahli ilmu hewan
bernama Etienne Geoffroy ST. Hilaire yang mempunyai anggapan yang sama dengan Lammarck dan
Goethe. Ia berpendapat bahwa ada suatu hubungan antara hewan-hewan yang mempunyai bentuk
dasar dari tubuhnya.

8. Charles Lyell (1797-1875)

Lyell dilahirkan di skotlandia. Ia mula-mula belajar hukum di Oxford, kemidian ia menjadi pengacara
di London. Akan tetapi ia tertarik sekali akan ilmu geologi, sehingga dengan segera ia menjadi penulis
dari perkumpulan geologi. Pada tahun 1831 ia menjadi mahaguru dalam ilomu geologi. Ia diangkat
menjadi seorang bangsawan dan setelah meninggal dimakamkan dengan penghormatan besar di
Westminister abbey di London. Sebagai seorang sarjana besar.

Isi teori yang disampaikan oleh Lyell dalam bukunya ”An Enquiry How Far The Former Changes of
The Earth’s Surface are Referable to Causes Now in Operatiaon” (Suatu Penyelidikan Sampai
Kemanakah Perubahan-Perubahan yang terjadi Zaman Dahulu Dari Permukaan Bumi Ini Dapat Kita
Hubungkan Dengan Sebab Musabab Alam Yang Sampai Sekarang Masih Terjadi Terus). Lyell
membuktikan dengan contoh-contoh dari penyelidikan geologis bahwa untuk dapat menerangkan
struktur dari kulit bumi serta lapisan tanah dibawahnya, tidak perlu beranggapan bahwa di zaman
purba dulu terjadi kiamat berturut-turut. Tenaga-tenaga geologi yang samapi sekarang masih bekerja
terus, tentu sudah cukup untuk menerapkan struktur bumi tadi. Tenaga geologi itu misalnya ialah
daya erosi dari air, gerakan dari kulit bumi sendiri, daya gunung berapi dan lain-lainnya.

Lebih lanjut Charles Lyell pada awal abad 19 mengembangkan pandangan hutton yang lebih dahulu
kedalam prinsip geologi mengenai ”uniformitarianisme” yang diterbitkan dalam bukunya Principles of
geology (1830-1833). Lyell mengemukakan bahwa gunung dan lembah dan ciri-ciri fisik permukaan
bumi tidak diciptakan seperti bentuknya sekarangatau tidak dibentuk oleh bencana yang berturut-
berturut, tetapi terbentuk oleh berlanjutnya proses vulkanis, pergolakan, erosi, glasiasi dan
sebagainya dalam jangka waktu yang sangat lama dan masih berlangsung sampai sekarang.
Uniformitarianisme sangat penting bagi perkembangan lebih lanjut dari pengertian mengenai evolusi
organik. Pertama, evolusi organik pada satu pihak merupakan penerapan prinsip uniformitarianisme
pada dunia organik. Proses yang pada waktu ini berlangsung dan berlanjut selama periode waktu
yang lama dapat menjelaskan mengenai asal-usul spesies. Kedua, dari pemikiran Lyell dapat ditarik
kesimpulan bahwa bumi ini jauh lebih tua dari perkiraan Uskup Ussher, yang dibuat dalam tahun
1650 dengan menjumlahkan geneologi dalam buku Kejadian, sehingga ia mendapatkan bahwa bumi
ini diciptakan 4000 tahun sebelum masehi. Untuk perubahan organik yana lambat yang terlibat dalam
seleksi alam tersedia cukup banyak waktu.

9. Wilhelm Hofmeister (1824-1877)

Dalam bukunya yang terkenal mengenai sejarah perkembangan Kryptogamen (paku-pakuan dan
lumut) telah menulis : Perubahan dari Jungermanniaceae (suku dari Lumut Hati) yang tak berdaun ke
Jungermanniaceae yang berdaun adalah lambat sekali dan perubahan itu terjadi dengan jalan suatu
deret bentuk antara yang sedikit-sedikit bedanya, yang tak ada putus-putusnya.
Pernyataan itu adalah sangat berprinsip, yang boleh dikatakan benar-benar Darwinistis. Akan tetapi
aneh sekali pernyataan itu hanya ditulis sambil lalu saja.

10. Leopold Von Buch

Leopold Von Buch pada abad 19 telah menarik kesimpulan dari penyebaran tanaman-tanaman di
Kepulauan Canari, bahwa oleh karena proses evolusi, maka di dalam jurang-jurang yang dalam,
disitu terjadilah jenis-jenis tanaman yang baru dari jenis tertentu.

11. Robert Chambers (1802-1871)

Ia adalah seorang penerbit dan ahli filsalfat alam bangsa scot. Pada tahun 1844 terbit sebuah buku
tak berpenulis yang berjudul ”Vertiges of The Natural history of Creation” (Jejak Sejarah Kehidupan
Makluk Hidup), yang sangat laku dijual. Chambers-lah yang menerbitkannya. Oleh karenanya ia
berpendapat bahwa pikiran-pikiran yang dimuat dalam buku itu niscaya akan menjatuhkan mana baik
dari perusahannya. Dan memang ada protes-protes dan cemooh yang hebat mengenai isi buku itu.
Kelak Chambers mengaku bahwa ialah yang menulisnya. Di Eropa pun buku itu sangat laku dan
diterjemahkan kedalam berbagai bahasa. Terjemahan dalam Bahasa Belanda berjudul tambahan
”Penciptaan dan Kemajuan perkembangan dari tumbuh-tumbuhan dan Binatang-Binatang yang
Dipengaruhi dan Dikuasai oleh hukum-Hukum Alam.

Dalam buku ini Generatio Spontanae dibicarakan dengan mendalam sekali, misalnya diceritakan
tentang terjadinya kutu dengan pertolongan alira listrik didalam larutan garam yang jenuh. Disamping
itu Chambers juga menyetujui pendapat Lyell yang menyatakan bahwa perubahan kulit bumi yang
berlangsung secara perlahan-lahan karena pengaruh tenaga-tenaga alam itu adalah sesuai dengan
kemauan Tuhan. akan tetapi tenaga-tenaga alam itu pun bertanggungjawab atas segala perubahan
da pembentukan dari makluk hidup yang berkembang serasi dan bersama-sama dengan
perkembangan bumi ini.

Perubahan dari jenis-jenis makluk hidup dan penciptaan jenis baru yang terus menerus yang berasal
dari jenis yang rewndah tingkatannya bagi Chambers sudah pasti, seperti anggapn Lammarck, St.
Hilaire dan pengikut-pengikutnya. Akan tetapi Chambers tidak percaya bahwa perubahan-perubahan
jenis binatang itu disebabkan karena seringnya pemakaian dan tidak seringnya pemakaian dari alat-
alat tubuh, ataupun karena pengaruh yang berlangsung dari keadaan lingkungan hidupnya. Dia
berpendapat bahwa keinginan yang sewajarnya dari makluk-makluk itu sendirilah yang menjadi
sebab. Ia mengemukakan ”Theory of Organic Development” (Teori Perkembangan Organik).

Hal yang berkaitan dengan manusia, juga disinggung oleh Chambers dengan menyatakan bahwa
terjadinya manusia itu tidak lain ialah dari jenis-jenis binatang-binatang yang lain.

12. Weismann

Weismann, seorang ahli biologi berkebangsaan Jerman yang hidup pada tahun 1834-1912,
menyatakan bahwa evolusi terjadi karena adanya seleksi alam terhadap faktor ngenetis. Variasi yang
diwariskan dari induk kepada anaknya bukan diperoleh dari lingkungannya tetapi dengan perubahan
diatur oleh faktor genetik atau gen. Weismann memotong ekor tikus sampai 20 generasi, tetapi
anaknya tidak ada yang tidak berekor dan percobaan ini menyanggah teori evolusi Lamarck.

13. Charles Darwin

Dalam bukunya “On The Origin of Spesies by Means of Natural Selection”, Darwin mengeluarkan
teori evolusi yang intinya dapat dibagi menjadi beberapa pokok berikut ini

1. Variasi pada tumbuhan dan hewan merupakan suatu variasi karateristik yang muncul dalam
penampakan fenotip organisasi tersebut.

2. Rasio pertambahan terjadi secara geometrik, yaitu jumlah setiap spesies relatif tetap. Hai ini terjadi
karena banyak individu yang tersingkir oleh predator, perubahan iklink dan proses persaingan.

3. Struggle for existance (usaha yang keras untuk bertahan ) merupakan suatu usaha individu
organisme untuk bertahan hidup. Individu dengan variasi yang tidak sesuai untuk kondisi-kondisi
yang umum dialam,akan tersingkir. Adapun individu-individu dengan variasi menguntungkan dapat
melanjutkan kehidupannya dan memperbanyak diri dengan berproduksi.

4. Menghasilkan the survival of fittest kelestarian didapat dari organisasi yang memiliki kualitas paling
sesuai dengan lingkungan. Individu=individu yang dapat hidup akan mewariskan variasi-variasi
tersebut kepada generasi berikutnya.

Menurut Dawin terjadi evolusi karena adany seleksi alam (faktor alam yang mampu menyeksi
makhluk hidup. Adaptasi merupakan penyebab terjadinya seleksi alam (mekanisme seleksi alam).
Jerapah yang berleher panjang berasal dair yang berlehar panjang pula, sedangkan yang berleher
pendek musnah. Faktor yang menyebabkan evolusi (mekanisme evolusi) adalah seleksi alam.
Mekanisme Terjadinya Evolusi

Seleksi Alam

Seleksi alam menyatakan bahwa makhluk hidup yang lebih mampu menyesuaikan
diri (beradaptasi) dengan kondisi alam habitatnya akan mendominasi dengan cara
memiliki keturunan yang mampu bertahan hidup.

Sebaliknya, makhluk hidup yang tidak mampu beradaptasi akan punah. Sebagai
contoh sekelompok rusa yang hidup di bawah ancaman hewan pemangsa (seperti
macan, harimau, singa, dan citah), secara alamiah rusa-rusa yang mampu berlari
kencang dapat bertahan hidup dan berketurunan. Sebaliknya, rusa yang lemah,
sakit-sakitan, dan tidak dapat berlari kencang akan mati dan tidak melanjutkan
keturunan.

Seleksi alam sebenarnya merupakan proses alamiah yang telah dikenal ahli biologi
sebelum Darwin. Para ahli biologi waktu itu mendefinisikan seleksi alam sebagai
mekanisme yang menjaga agar spesies tidak berubah tanpa menjadi rusak. Namun,
Darwinlah orang pertama yang mengemukakan bahwa seleksi alam mempunyai
kekuatan evolusi. Selanjutnya, Darwinmengemas teori Evolusi melalui seleksi alam
dalam bukunya The Origin of Spesies, by Means of Natural Selection yang
diterbitkan pada tahun 1859.

Darwin menyatakan bahwa seleksi alam merupakan faktor pendorong terjadinya


evolusi. Pernyataannya itu didasarkan pada pengamatannya terhadap populasi alami
dunia. Dia mengamati adanya beberapa kecenderungan berikut: jumlah keturunan
yang terlalu besar (over reproduction), jumlah populasi yang selalu konstan (tetap),
adanya faktor pembatas pertumbuhan populasi, dan perbedaan keberhasilan
berkembang biak.

Setiap spesies mempunyai kemampuan untuk menghasilkan banyak keturunan


setelah dewasa. Melalui proses reproduksi, populasi makhluk hidup dapat meningkat
secara geometrik. Setiap individu hasil perkawinan memungkinkan mempunyai
variasi warna, bentuk, maupun kemampuan bertahan diri di lingkungan. Varian
yang adaptif akan tetap hidup dan berkembang, tetapi spesies yang tidak adaptif
akan punah.
Beberapa faktor pembatas di alam yang mempengaruhi populasi di antaranya adalah
makanan, air, cahaya, tempat hidup, dan sebagainya. Akibatnya, makhluk hidup
harus berkompetisi dengan makhluk hidup lain untuk mendapatkan sumber daya
yang terbatas tersebut. Beberapa faktor pembatas lainnya yang cukup serius
pengaruhnya terhadap pertumbuhan populasi yaitu predator, organisme penyebab
penyakit, dan cuaca yang tidak menguntungkan.

Tingkat kesuksesan perkembangbiakan juga menentukan pertumbuhan populasi


makhluk hidup dan merupakan kunci dalam seleksi alam. Makhluk hidup yang
paling adaptif adalah individu yang berhasil dalam perkembangbiakan. Sebaliknya,
yang tidak berhasil akan mati prematur atau menghasilkan sedikit keturunan.

Lebih jauh dalam bukunya itu, Darwin mengemukakan bahwa individu-individu


yang beradaptasi pada habitat mereka dengan baik akan mewariskan sifat-sifat
unggul kepada generasi berikutnya. Darwin menyatakan bahwa sifat-sifat unggul
atau menguntungkan ini lama-lama terakumulasi dan mengubah suatu kelompok
individu menjadi spesies yang sama sekali berbeda dengan nenek moyangnya.
Berdasarkan proses inilah akan terbentuk spesies baru.

Suatu contoh proses seleksi alam paling terkenal pada masa itu adalah mengenai
populasi ngengat (Biston betularia) selama revolusi industri di Inggris. Pada awal
revolusi industri di Inggris, kulit batang pohon di sekitar Manchester berwarna
cerah. Hal ini mengakibatkan ngengat (Biston betularia) berwarna cerah yang
hinggap pada kulit batang tidak mudah tertangkap burung pemangsa. Itulah
sebabnya pada awal revolusi industri, populasi ngengat berwarna cerah lebih banyak
daripada ngengat berwarna gelap. Keadaan itu berubah 180° setelah terjadi revolusi
industri. Mengapa terjadi demikian?

Lima puluh tahun kemudian, kulit batang pohon menjadi lebih gelap akibat polusi
udara. Keadaan itu sangat menguntungkan ngengat berwarna gelap karena saat
hinggap di pohon tidak terlihat oleh burung pemangsanya. Sebaliknya, ngengat
berwarna cerah mudah dilihat oleh burung pemangsa. Hal ini mengakibatkan
populasi ngengat berwarna gelap lebih besar daripada ngengat berwarna cerah.

Mutasi Gen

Peristiwa mutasi gen dapat tidak menyebabkan perubahan pembentukan asam


amino sehingga tidak menimbulkan efek yang berarti. Namun, jika mutasi gen
menyebabkan perubahan pembentukan asam amino maka fungsi gen tersebut juga
berubah. Perubahan fungsi ini dapat diamati melalui kelainankelainan yang terjadi
pada individu yang mengalami mutasi.

Bagaimana peristiwa mutasi dapat menyebabkan terjadinya evolusi? Setiap sel


makhluk hidup dapat mengalami mutasi setiap saat, tetapi tidak semua mutasi dapat
diwariskan pada keturunannya. Mutasi yang terjadi pada sel soma (sel tubuh) tidak
akan diwariskan. Setelah individu yang mengalami mutasi meninggal maka mutasi
yang terjadi juga akan menghilang bersamanya.

Sementara itu, mutasi yang terjadi pada sel-sel kelamin akan diwariskan pada
keturunannya. Adanya bahan-bahan mutagen dalam gonad dapat menyebabkan
terjadinya mutasi pada sel kelamin jantan (sperma) dan sel kelamin betina (ovum).
Dengan demikian, gen yang bermutasi akan selalu ada dalam setiap sel keturunan.

Setiap spesies makhluk hidup memiliki sifat genotip dan fenotip (fisik) yang berbeda.
Gen-gen yang menentukan fenotip individu tersimpan di kromosom dalam nukleus.
Gen-gen sendiri tersusun dalam DNA (asam deoksiribonukleat). Sementara itu, DNA
disusun oleh nukleotida yang terdiri dari basa nitrogen, gula deoksiribosa, dan fosfat.
Perubahan yang terjadi pada susunan kimia DNA dapat mengakibatkan perubahan
sifat individu. Perubahan ini disebut mutasi gen.

Sebagian besar mutasi bersifat merugikan karena mutasi dapat mengubah atau
merusak posisi nukleotida-nukleotida yang menyusun DNA. Perubahan-perubahan
akibat mutasi banyak menyebabkan kematian, cacat, dan abnormalitas, seperti yang
dialami penduduk Hiroshima, Nagasaki, dan Chernobyl.

Kadang-kadang mutasi pada sel kelamin dapat mengakibatkan timbulnya sifat baru
yang menguntungkan. Bila sifat baru tersebut dapat beradaptasi dengan
lingkungannya maka individu tersebut akan terus hidup dan mewariskan mutasi
yang dialaminya kepada keturunannya. Berdasarkan anggapan bahwa terdapat
mutasi yang menguntungkan, muncullah teori Evolusi baru yaitu Teori Evolusi
Sintetis Modern. Pada intinya teori ini memasukkan konsep mutasi pada teori
Seleksi Alam Darwin. Oleh karena itu, teori ini juga dikenal
sebagai Neodarwinisme. Teori ini berkembang pada 1930–1940.

Jika mutasi selalu terjadi pada sel kelamin dari generasi ke generasi dapat
menyebabkan susunan gen dalam kromosom generasi pendahulu sangat berbeda
dengan generasi berikutnya. Peristiwa itu memungkinkan timbulnya individu atau
spesies baru yang sangat berbeda dengan generasi pendahulunya. Menurut pendapat
beberapa ilmuwan (evolusionis), perubahan pada struktur kromosom yang bersifat
menguntungkan akan mengakibatkan munculnya spesies baru.

Kemunculan spesies baru yang lebih baik ini tergantung dari angka laju
mutasi. Angka laju mutasi adalah angka yang menunjukkan jumlah gen yang
bermutasi yang dihasilkan oleh suatu individu dari suatu spesies. Besarnya angka
laju mutasi sebuah alel gen sebesar 1–10 untuk setiap 100.000 pembelahan sel.

Frekuensi Gen dalam Populasi

Frekuensi gen adalah frekuensi kehadiran suatu gen pada suatu populasi dalam
hubungannya dengan frekuensi semua alelnya. Dalam genetika, populasi berarti
kelompok organisme yang dapat saling kawin dan menghasilkan keturunan yang
fertil.

Misalnya dalam suatu populasi terdapat gen dominan (A) dengan alel gen resesif a.
Perkawinan antara induk galur murni AA dengan aa, menghasilkan keturunan F1
dengan genotip Aa. Pada keturunan F2 menghasilkan perbandingan genotip atau
keseimbangan frekuensi gen dalam populasi (F2) = AA (homozigot dominan) : Aa
(heterozigot) : aa (homozigot resesif) = 25% : 50% : 25% atau 1 : 2 : 1. Pada
keturunan berikutnya (F3) ternyata menghasilkan perbandingan genotip seperti
keturunan F2, yaitu AA : Aa : aa = 1 : 2 : 1.
Jadi, apabila setiap individu dari berbagai kesempatan melakukan perkawinan yang
sama, yang berlangsung secara acak serta setiap genotip mempunyai viabilitas yang
sama, perbandingan antara genotip yang satu dengan yang lainnya dari generasi ke
generasi tetap sama.

Perbandingan frekuensi gen dapat mengalami perubahan sehingga perbandingan


frekuensi gen tidak dalam keadaan seimbang. Perubahan perbandingan frekuensi
gen di dalam suatu populasi dapat disebabkan oleh mutasi, seleksi alam, emigrasi
dan imigrasi, rekombinasi dan seleksi, isolasi reproduksi, dan domestikasi.

Variasi genetik dalam populasi alamiah sempat membingungkan Darwin. Hal ini
terjadi karena reproduksi sel belum dikenal. Akan tetapi, pada tahun 1908
kebingungan itu terjawab oleh G.H. Hardy seorang matematikawan Inggris dan G.
Weinberg seorang fisikawan Jerman. Hardy dan Wienberg menyatakan bahwa
dalam populasi besar di mana perkawinan terjadi secara random dan tidak adanya
kekuatan yang mengubah perbandingan alela dalam lokus, perbandingan genotip
alami selalu konstan dari generasi ke generasi.

Pernyataan tersebut dikenal dengan hukum Perbandingan Hardy-Weinberg. Adanya


perubahan keseimbangan frekuensi gen dalam suatu populasi memberi petunjuk
adanya evolusi. Hukum Hardy-Weinberg berlaku jika memenuhi beberapa
persyaratan berikut.

a. Tidak terjadi mutasi.


b. Terjadi perkawinan secara acak.
c. Tidak terjadi aliran gen baik imigrasi maupun emigrasi.
d. Populasi cukup besar.
e. Tidak ada seleksi alam

Secara matematis hukum Hardy-Weinberg dirumuskan sebagai berikut.

(p + q)2 = p2 + 2pq + q2 = 1

Sebagai contoh alela gen A dan a, maka menurut persamaan di atas:

p2 = frekuensi individu homozigot AA


2pq = frekuensi individu heterozigot Aa
q2 = frekuensi individu homozigot aa

Bagaimana penerapan persamaan tersebut dalam menjawab permasalah genetika


populasi? Perhatikan contoh berikut.

Misalnya dalam sebuah desa terdapat populasi 100 orang, 84% penduduk lidahnya
dapat menggulung dan 16% lidahnya tidak dapat menggulung. Tentukan berapa
jumlah penduduk yang heterozigot dan homozigot jika genotip penduduk yang
lidahnya dapat menggulung Rr atau RR dan lidah yang tidak dapat menggulung
bergenotip rr.

Penyelesaian:

RR = p2, Rr = 2pq, dan rr = q2


Frekuensi gen r
Rumus: p2 + 2pq + q2 = 1
r2 = q2 = 16% = 0,16

Oleh karena frekuensi untuk seluruh alela harus 1, maka p + q


= 1 sehingga frekuensi alela dominan (p) dapat dihitung:
p = 1 – 0,4 = 0,6 => p2 = 0,36
Selanjutnya 2pq = 2 × 0,6 × 0,4 = 0,48
Jadi, perbandingan antara genotip dominan homozigot (RR),
heterozigot (Rr), dan resesif homozigot (rr) adalah 36 : 48 : 16,
sedangkan frekuensi gen R = 0,6 dan gen r = 0,4.

Hubungan Waktu dengan Perubahan Sifat Organisme

Di depan telah dijelaskan bahwa evolusi terjadi melalui beberapa mekanisme, yaitu
seleksi alam dan mutasi gen. Menurut teori Evolusi, pada awalnya makhluk hidup
tercipta tidak sempurna atau dalam kondisi primitif. Seiring dengan berjalannya
waktu, makhluk hidup purba itu mengalami kemajuan-kemajuan. Kemajuan-
kemajuan itu diperoleh karena adanya variasi genetik dalam populasinya.

Variasi itu diperoleh melalui proses perkawinan. Individu-individu yang kebetulan


mewarisi sifat unggul dari induknya akan tetap hidup dan dapat melangsungkan
kehidupannya. Sebaliknya, individu yang tidak mewarisi sifat unggul akan tersisih
dalam persaingan. Akibat paling parah dari individu ini akan mati dan akhirnya
punah. Hal ini menunjukkan bahwa faktor seleksi alam sangat menentukan
keberlangsungan hidup suatu individu.

Umur bumi diperkirakan hingga saat ini berkisar 5.000-an juta tahun. Selama itu
pula di muka bumi terjadi perkembangan berbagai populasi dari berbagai jenis
makhluk hidup. Berbagai jenis makhluk hidup itu diperkirakan berasal dari satu
individu sebagai nenek moyang. Melalui proses evolusi, suatu populasi mengalami
perubahan sifat (misalnya variasi genetik dan mutasi) sehingga dicapai bentuk
makhluk hidup seperti sekarang.
Diagram filogeni Chordata
Berdasarkan Gambar disamping, di depan tampak bahwa Deuterostoma merupakan
nenek moyang Chordata yang diperkirakan muncul pada periode Cambrian di zaman
Paleozoikum (544 juta tahun yang lalu). Seperti telah Anda pelajari di kelas X, bahwa
filum Chordata memiliki ciri khas adanya notochord atau chorda dorsalis yang
memanjang di sepanjang tubuh sebagai sumbu tubuhnya.

Diperkirakan, pada awalnya Deurostoma berkembang menjadi Urochordata,


Cephalochordata, Agnatha, dan Placodermi (sekarang telah punah). Perkembangan
ini terjadi pada periode Cambrian dari tahun 544 sampai 505 juta tahun yang lalu.
Bahkan Urochordata tidak mengalami perkembangan sejak zaman Cambrian hingga
saat ini.
Klasifikasi Primata Ordo Primata dibedakan menjadi 13 familia berikut.1.
Cheirogaleidae2. Lemuridae (lemur)3. Indriidae4. Daubentoniidae5. Lorisidae6.
Galagidae7. Tarsiidae (Tarsius)8. Callitrichidae9. Cebidae (kera dunia baru)10.
Cercopithecidae (kera dunia lama)11. Hylobatidae (gibon)12. Pongoidae (orang
utan)13. Hominidae (gorila, simpanse, dan manusia)
Pada periode Ordovician masih di era Paleozoikum, garis perkembangan Chordata
bercabang menjadi dua yaitu menjadi ikan bertulang rawan (Chondrichthyes) dan
ikan bertulang sejati (Osteichthyes). Perubahan sifat yang mencolok pada kedua
kelompok ini adalah adanya insang atau derivat insang pada Osteichthyes.

Selanjutnya, pada akhir periode Silurian (438–408 juta tahun yang lalu), muncul
kelompok hewan yang mempunyai kaki yaitu kelompok Reptilia. Kelompok ini
berkembang dari garis ikan bertulang sejati (Osteichthyes). Pada akhir periode
Carboniferous dari garis Amphibia muncul hewan berambut yaitu kelompok
Mammalia.
Masih dari garis Mammalia, pada periode Jurassic muncul kelompok baru hewan
berbulu yaitu Aves. Hewan-hewan yang kita temui pada masa lampau (purba), tentu
saja berbeda dengan hewan-hewan yang kita jumpai sekarang, walaupun hewan-
hewan itu berasal dari kelompok yang sama. Perhatikan beberapa rekonstruksi
hewan-hewan Reptilia yang diperkirakan hidup pada periode Jurassic. Bandingkan
hewan-hewan tersebut dengan hewan-hewan modern.

Jadi, selama penciptaan makhluk hidup di bumi telah terjadi proses evolusi
dalam waktu yang lama. Proses itu menyebabkan terbentuknya spesies-
spesies baru yang berbeda sama sekali dengan nenek moyangnya, seperti yang
kita lihat pada saat ini. Diagram filogeni Chordata (lihat halaman sebelumnya)
belum menampakkan adanya spesies manusia, padahal manusia tersebar di
seluruh dunia sebagaimana hewan dan tumbuhan. Bagaimanakah spesies
manusia muncul? Manusia diperkirakan baru muncul sekitar 10 juta tahun
yang lalu. Nenek moyang manusia diduga merupakan kelompok Primata yang
muncul sekitar 60 juta tahun yang lalu. Perhatikan diagram filogeni Primata
berikut.

Berdasarkan gambar di samping, spesies manusia berada satu garis dengan


kemunculan orangutan sekitar 15 juta tahun yang lalu. Selanjutnya, sekitar 10
juta tahun yang lalu garis orang utan bercabang menjadi tiga yaitu kelompok
gorila, simpanse, dan manusia. Perlu diketahui bahwa gorila, simpanse, dan
manusia dikelompokkan dalam satu familia yaitu Hominidae.

Para ilmuwan mencoba mencari jawaban atas pertanyaan tersebut melalui


penggalian fosil dan analisis terhadap fosil-fosil yang ditemukan. Fosil-fosil
yang ditemukan dari beberapa lokasi penggalian diduga berasal dari salah
satu anggota Primata yaitu dari familia Hominidae. Berikut merupakan tabel
penemuan fosil-fosil yang diduga merupakan nenek moyang manusia.
Berdasarkan ciri-ciri fisik bangsa Indonesia, diperkirakan hasil pewarisan dari
bangsa Australomelanesid. Bangsa ini keturunan dari Homo wajakensis.
Penemuan Fosil yang Diduga Anggota Familia Homidae

No. Nama Fosil Umur/Rentang Hidup Tinggi Tubuh Lokasi


Penemuan
1 Australopithecus ramidus 4,4 juta tahun 1,30 – 1,55 m Ethiopia
2 Australopithecus afarensis 3,18 juta tahun 1,05 – 1,50 m Ethiopia
3 Australopithecus africanus 3 juta tahun 1,14 – 1,32 m Afrika Selatan
4 Australopithecus boisei 2,5 – 1,7 juta tahun Afrika
5 Australopithecus robustus 2,2 – 1,6 juta tahun Afrika
6 Homo habilis 2,5 – 1,4 juta tahun 1,17 – 1,32 m Afrika
7 Homo erectus 1,8 – 300 ribu tahun 1,60 – 1,78 m Afrika, Asia, Eropa
8 Homo sapiens neanderthal 120 – 35 ribu tahun 1,55 – 1,65 m Eropa, Asia Tengah
9 Homo sapien cro-magnon 30 ribu tahun 1,60 – 1,75 m Prancis

Berdasarkan hasil penelitian, fosil manusia dapat dibedakan menjadi dua,


yaitu manusia primitif dan manusia modern. Fosil Australopithecus sp. dan
Homo erectus merupakan jenis manusia primitif, sedangkan Homo sapiens
merupakan jenis manusia modern. Manusia modern merupakan hasil evolusi
dari manusia primitif, sedangkan manusia primitif sendiri merupakan hasil
evolusi dari simpanse.
Meganthropus palaeojavanicus merupakan manusia berukuran besar yang
hidup di Jawa pada zaman kuno. Meganthropus mempunyai ciri berahang
besar dan bergigi. Pakar Palaeontropologi, Prof. Dr. Teuku Jacob
berpendapat bahwa Meganthropus melakukan evolusi adaptasi agar bisa
tetap hidup di lingkungannya.
Manusia primitif umumnya mempunyai ciri-ciri berjalan menggunakan empat
kaki, (kecuali Homo erectus yang mulai berjalan tegak menggunakan dua
kaki), tengkorak lebih menyerupai kera, volume otak kecil (500–1.100 cc), dan
belum mampu berbicara. Sementara itu, manusia modern sudah berjalan
dengan dua kaki (bipedal), volume otak lebih besar (>1.200 cc), dapat
berbicara, dan memiliki seni dan budaya.
SPESIASI
1. Makna Spesies dan Proses Spesiasi

Spesies dalam bahasa latin berarti “jenis” atau “penampakan”. Spesies merupakan unit
dasar untuk memahami biodiversitas. Spesies adalah suatu kelompok organisme yang hidup
bersama di alam bebas, dapat mengadakan perkawinan secara bebas, dan dapat
menghasilkan anak yang fertil dan bervitalitas sama dengan induknya.

Munculnya keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh dua alasan


mendasar. Alasan pertama adanya perbedaan pemahaman tentang spesiasi yang merupakan
proses munculnya suatu spesies baru. Karena spesiasi bukan hanya menarik perhatian para
ahli evolusi, tetapi juga telah memikat perhatian dari berbagai disiplin bidang biologi lainnya
seperti morfologi, genetika, ekologi, fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan biologi
tingkah laku. Alasan kedua adalah karena spesies merupakan hasil dari proses evolusi yang
terus berjalan. Artinya bahwa konsep spesies yang dibuat berdasarkan proses spesiasi yang
masih sebagian berjalan akan berbeda dengan konsep spesies yang dibuat ketika spesies itu
benar-benar sudah sampai pada akhirnya.

Campbell (2003) mengemukakan ada beberapa konsep spesies antara lain:

a. Konsep spesies Biologis , spesies biologi adalah unit populasi terbesar dimana pertukaran
genetik mungkin terjadi dan terisolasi secara genetik dari populasi lain semacamnya.
Anggota suatu spesies biologis dipersatukan oleh ciri kesesuaian ciri reproduksi. Semua
manusia termasuk ke dalam spesies biologis yang sama. Sebaliknya manusia dan simpanse
tetap merupakan spesies biologis yang sangat jelas berbeda meskipun hidup di wilayah yang
sama karena kedua spesies itu tidak dapat saling mengawini.

b. Konsep spesies pengenalan menekankan pada adaptasi perkawinan yang telah tetap dalam
suatu populasi. Menurut konsep ini suatu spesies didefinisikan oleh suatu kumpulan sikap
dan ciri unik yang memaksimalkan keberhasilan perkawinan ciri molekuler morfologis
perilaku yang memungkinkan individu untuk mengenali pasangan kawinnya. Konsep ini
cenderung berfokus pada sifat dan ciri yang dipengaruhi oleh seleksi alam dan terbatas hanya
pada spesies yang bereproduksi secara seksual.

c. Konsep spesies kohesi berfokus pada mekanisme yang mempertahankan spesiesnya sebagai
bentuk fenotip tersendiri. Tergantung pada spesies, mekanisme ini meliputi sawar
reproduktif seleksi penstabilan dan tautan antara kumpulan gen yang membuat zigot
berkembang menjadi organisme dewasa dengan ciri khas yang spesifik.

d. Konsep spesies ekologis mendefinisikan spesies pada tempat dimana mereka hidup dan apa
yang mereka lakukan dan bukan dari penampakan mereka. Suatu spesies ekologis
didefinisikan oleh peranan unik yang dimainkannya atau posisi dan fungsi spesifiknya dalam
lingkungan. Contohnya dua populasi hewan yang tampak identik dapat dikatakan
merupakan dua spesies ekologis yang berbeda jika masing-masing hanya ditemukan dalam
jenis lingkungan spesifik (misalnya kolam air tawar dengan kumpulan keadaan kimia,
biologi, dan fisik yang khas).
e. Konsep spesies evolusioner mendefinisikan suatu spesies sebagai suatu urutan populasi tetua
dan keturunannya yang berkembang secara bebas dari kelompok lain. Masing-masing
spesies evolusioner memiliki peranan yang unik dan terpisah dalam lingkungan, setiap peran
tertentu melibatkan sekumpulan kekuatan seleksi alam yang spesifik (tekanan selektif).
Dengan demikian populasi yang membentuk suatu spesies dipengaruhi dan disatukan oleh
sekumpulan tekanan selektif yang unik.

Spesiasi adalah pembentukan spesies baru dan berbeda dari spesies sebelumnya
dalam kerangka evolusi. Spesiasi dapat berlangsung cepat, dapat pula berlangsung lama
hingga puluhan juta tahun. Setiap populasi terdiri atas kumpulan individu sejenis (satu
spesies) dan menempati suatu lokasi yang sama. Karena suatu sebab, populasi dapat terpisah
dan masing-masing mengembangkan adaptasinya sesuai dengan lingkungan baru.

2. Pengaruh Utama dalam Spesiasi

Spesiasi atau terbentuknya spesies baru dapat diakibatkan oleh adanya isolasi
geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan genetika (Campbell, 2003). Adapun proses
spesiasi ini dapat berlangsung secara cepat atau lama hingga berjuta-juta tahun.

a. Peran Isolasi Geografi


Mayoritas para ahli biologi berpandangan bahwa faktor awal dalam proses spesiasi adalah
pemisahan geografis, karena selama populasi dari spesies yang sama masih dalam hubungan
langsung maupun tidak langsung gene flow masih dapat terjadi, meskipun berbagai populasi
di dalam sistem dapat menyimpang di dalam beberapa sifat sehingga menyebabkan variasi
intraspesies. Hal serupa juga dikemukakan oleh Campbell dkk (2003) bahwa proses-proses
geologis dapat memisahkan suatu populasi menjadi dua atau lebih terisolasi. Suatu daerah
pegunungan bisa muncul dan secara perlahan-lahan memisahkan populasi organisme yang
hanya dapat menempati dataran rendah; atau suatu danau besar bisa surut sampai terbentuk
beberapa danau yang lebih kecil dengan populasi yang sekarang menjadi terisolasi. Jika
populasi yang semula kontinyu dipisahkan oleh geografis sehingga terbentuk hambatan bagi
penyebaran spesies, maka populasi yang demikian tidak akan lagi bertukar susunan gennya
dan evolusinya berlangsung secara sendiri-sendiri. Seiring dengan berjalannya waktu, kedua
populasi tersebut akan makin berbeda sebab masing-masing menjalani evolusi dengan
caranya masing-masing

b. Peran Isolasi Reproduksi


Pengaruh isolasi geografis dalam spesiasi dapat terjadi karena adanya
pencegahan gene flow antara dua sistem populasi yang berdekatan akibat faktor ekstrinsik
(geografis). Setelah kedua populasi berbeda terjadi pengumpulan perbedaan dalam rentang
waktu yang cukup lama sehingga dapat menjadi mekanisme isolasi instrinsik. Isolasi
instrinsik dapat mencegah bercampurnya dua populasi atau mencegah interbreeding jika
kedua populasi tersebut berkumpul kembali setelah batas pemisahan tidak ada.

Spesiasi dimulai dengan terdapatnya penghambat luar yang menjadikan kedua


populasi menjadi sama sekali alopatrik (mempunyai tempat yang berbeda) dan keadaan ini
belum sempurna sampai populasi mengalami proses instrinsik yang menjaga supaya supaya
mereka tetap alopatrik atau gene pool mereka tetap terpisah meskipun mereka dalam
keadaan simpatrik (mempunyai tempat yang sama).
Mekanisme isolasi intrinsik yang mungkin dapat timbul yaitu isolasi sebelum
perkawinan dan isolasi sesudah perkawinan.

1) Isolasi Sebelum Perkawinan (Pre-mating isolation/prezygotic barrier)


Isolasi sebelum perkawinan menghalangi perkawinan antara spesies atau merintangi
pembuahan telur jika anggota-anggota spesies yang berbeda berusaha untuk saling
mengawini. Isolasi ini terdiri dari:
· Isolasi Ekologi (ecological)
· Isolasi Tingkah laku (Behavioral)
· Isolasi Sementara (temporal)
· Isolasi Mekanik (mechanical)
· Isolasi Gametis (gametic)

2) Isolasi Setelah Perkawinan (Post-mating isolation/Postzigotic barrier)


Hal ini terjadi jika sel sperma dari satu spesies membuahi ovum dari spesies yang lain,
maka barier postzigot akan mencegah zigot hibrida itu untuk berkembang menjadi
organisme dewasa yang bertahan hidup dan fertil. Mekanisme ini dapat terjadi melalui:
· Kematian zigot (zygotic mortality)
· Perusakan hibrid (hybrid breakdown)
· Sterilitas hibrid

3. Model-Model Proses Spesiasi

Spesiasi pada tingkat populasi terdiri dari beberapa model yaitu spesiasi allopatrik simpatrik,
spesiasi parapatrik (semigeografi), dan spesiasi simpatrik.

a. Spesiasi Alopatrik (Allopatric Speciation)


Terjadinya spesiasi alopatrik banyak dibuktikan melalui studi variasi geografi. Spesies yang
beranekaragam secara geografis dari seluruh karakter dapat menghalangi pertukaran gen antara spesies
simpatrik. Populasi yang terpisah secara geografis dapat terisolasi oleh kemandulan atau perbedaan
perilaku dibandingkan dengan populasi yang berdekatan. Populasi yang terisolasi mungkin tidak dapat
melakukan interbreeding jika mereka bertemu, karena bentuknya sangat menyimpang (divergent) dan
kemudian masuk ke dalam simpatrik tetapi tidak terjadi interbreeding. Spesiasi alopatrik merupakan
mekanisme isolasi yang terjadi secara gradual.

b. Spesiasi parapatrik/ Semi geografik


Spesiasi Parapatrik merupakan spesiasi yang terjadi karena adanya variasi frekuensi kawin dalam
suatu populasi yang menempati wilayah yang sama. Pada model ini, spesies induk tinggal di habitat yang
kontinu tanpa ada isolasi geografi. Spesies baru terbentuk dari populasi yang berdekatan. Suatu populasi
yang berada di dalam wilayah tertentu harus berusaha untuk beradaptasi dengan baik untuk menjamin
kelangsungan hidupnya, dan usaha itu dimulai dengan memperluas daerah ke daerah lain yang masih
berdekatan dengan daerah asalnya. Apabila di area yang baru ini terjadi seleksi, maka perubahan gen akan
terakumulasi dan dua populasi akan berubah menjadi teradaptasikan dengan lingkungan barunya. Jika
kemudian mereka berubah menjadi spesies lain (spesies yang berbeda), maka perbatasan ini akan diakui
sebagai zona hibrid. Dengan demikian, dua populasi tersebut akan terpisah, namun secara geografis
letaknya berdekatan sepanjang gradient lingkungan.

Di dalam spesiasi parapatrik tidak ada barier ekstrinsik yang spesifik untuk gene flow. Populasi
berlanjut, tetapi populasi tidak kawin secara acak, individu lebih mudah kawin dengan tetangganya
secara geografis dari pada individu di dalam cakupan populasi yang berbeda. Artinya bahwa individu lebih
mungkin untuk kawin dengan tetangganya daripada dengan individu yang ada dalam cakupan Di dalam
gaya ini, penyimpangan boleh terjadi oleh karena arus gen dikurangi di dalam populasi dan bermacam-
macam tekanan pemilihan ke seberang cakupan populasi.
c. Spesiasi Simpatrik
Menurut Campbell, dkk (2003) dalam spesiasi simpatrik, spesies baru muncul di dalam
lingkungan hidup populasi tetua; isolasi genetik berkembang dengan berbagai cara, tanpa adanya isolasi
geografis. Model spesiasi simpatrik meliputi spesiasi gradual dan spontan. Sebagian besar model spesiasi
simpatrik masih dalam kontroversi, kecuali pada model spesiasi spontan dan spesiasi poliploidi yang
terjadi pada tumbuhan.

4. Model Spesiasi Alopatrik, Paratrik, dan Simpatrik

5. Contoh-Contoh Setiap Model Spesiasi

a. Spesiasi Alopatrik

Contoh bukti perbedaan alopatrik misalnya hewan air tawar menunjukkan keanekaragaman yang
besar di daerah pegunungan yang banyak terisolasi dengan sistem sungai. Pada suatu pulau suatu spesies
adalah homogen di atas rentang kontinen yang berbeda dalam hal penampilan, ekologi dan perilaku.

Contoh spesiasi alopatrik lainnya adalah pembentukan spesies burung finch di Kepulauan
Galapagos yang dikemukakan oleh Darwin. Menurut Darwin dalam Stearns and Hoekstra (2003) bahwa
burung finch berasal dari satu nenek moyang burung yang sama.
Spesiasi alopatrik juga dialami oleh tupai antelope di Grand Canyon. Di mana pada tebing selatan
hidup tupai antelope harris (Ammospermophillus harris). Beberapa mil dari daerah itu pada sisi tebing utara
hidup tupai antelope berekor putih harris (Ammospermophillus leucurus), yang berukuran sedikit lebih kecil
dan memiliki ekor yang lebih pendek dengan warna putih di bawah ekornya. Ternyata di situ semua
burung-burung dan organisme lain dapat dengan mudah menyebar melewati ngarai ini, tetapi tidak dapat
dilewati oleh kedua jenis tupai ini.

b. Spesiasi Paratrik

Contoh dari spesiasi parapatrik adalah spesiasi pada rumput jenis Anthoxanthum
odoratum. Model lain spesiasi parapatrik adalah model spesiasi stasipatrik dari White. White mengamati
belalang tanpa sayap, suatu populasi dengan rentang spesies yang luas berbeda dalam konfigurasi
kromosomnya. White mengusulkan bahwa suatu aberasi kromosom–mekanisme isolasi parsial-muncul
dalam suatu populasi dan memperluas cakupan/rentangannya membentuk suatu ever-expanding zona
bastar. Tetapi suatu mutasi chromosom yang menurunkan tingkat kesuburan cukup untuk
mempertimbangkan bahwa isolas reproduksi tidak dapat meningkatkan frekuensi kecuali oleh genetic
drift di dalam populasi yang sangat terbatas atau kecil, tetapi akhirya model spasipatrik tidak dapat
diterima secara luas.

c. Spesiasi Simpatrik

Hugo de Vries menyatakan bahwa spesiasi simpatrik dengan autopoliploidi yang terjadi pada
tumbuhan bunga primrose (Oenothera lamarckiana) yang merupakan suatu spesies diploid dengan 14
kromosom. Di mana suatu saat muncul varian baru yang tidak biasanya diantara tumbuhan itu dan
bersifat tetraploid dengan 28 kromosom. Selanjutnya bahwa tumbuhan itu tidak mampu kawin dengan
bunga mawar diploid, spesies baru itu kemudian dinamai Oenothera gigas. Mekanisme lain spesiasi
adalah alopoliploidyaitu kontribusi dua spesies yang berbeda terhadap suatu hibrid poliploid. Misalnya
rumput Spartina anglicayang berasal dari hibridisasi Spartina maritima dengan Spartina alternaflora. Spesiasi
simpatrik pada hewan contohnya serangga Rhagoletis sp.

Model-model spesiasi simpatrik didasarkan pada seleksi terpecah (distruptive selection), seperti
ketika dua homozigot pada satu atau lebih lokus teradaptasi dengan sumber yang berbeda dan hal itu
merupakan suatu multiple-niche polymorphism. Contohnya pada serangga herbivora bergenotip AA dan A’A’
teradaptasi dengan spesies tumbuhan 1 dan 2, dimana genotip AA’ tidak teradaptasi dengan baik. Masing-
masing homozigot ingin mempunyai fittes lebih tinggi jika dilakukan mating secara assortative dengan
genotip yang mirip dan tidak menghasilkan keturunan heterozigot yang tidak fit. Assortative
mating mungkin dipertimbangkan adanya lokus B yang dapat mempengaruhi perilaku kawin maupun
mendorong serangga untuk memilih inang spesifik, yang pada tempat tersebut dapat ditemukan pasangan
dan kemudian dapat bertelur. Jika BB dan Bb kawin hanya pada inang 2, perbedaan dalam pemilihan
inang dapat mendasari terjadinya pengasingan/ isolasi reproduktif. Banyak dari serangga herbivora yang
merupakan spesies yang berkerabat dekat dibatasi oleh perbedaan inang, terutama untuk pemenuhan
kebutuhan makan, mating/kawin.
Spesiasi jenis ini cukup kontroversial karena spesiasi terjadi pada habitat yg sama. Ernst Mayr
salah satu tokoh evolusi yg terkenal menolak hipotesis jenis ini. namun bukti2 empiris telah mematahkan
skeptis atas model ini.
Contoh yg paling mutakhir adalah cichlid fish di danau nikaragua.
Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies baru dan berbeda dari spesies sebelumnya melalui
proses perkembangbiakan secara natural dalam kerangka evolusi. Spesiasi sangat terkait dengan
evolusi, keduanya merupakan proses perubahan yang berangsur-angsur, sedikit demi sedikit, secara
gradual, perlahan tetapi pasti terjadi. Spesiasi lebih ditekankan pada perubahan yang terjadi pada
populasi jenis tertentu. Kecepatan spesiasi maupun kepunahan sebagian tergantung pada ukuran
kisaran geografis dari suatu daerah. Daerah yang luas cenderung meningkatkan kecepatan spesiasi
dan menurunkan kecepatan kepunahan. Jenis yang terdapat di daerah yang luas akan mengalami
spesiasi lebih cepat, sedangkan menurunnya luas area akan meningkatkan kepunahan suatu jenis,
jadi menurunkan jumlah jenis yang akan mengalami spesiasi. (Widodo, 2007).

Spesiasi atau terbentuknya spesies baru dapat diakibatkan oleh adanya isolasi geografi, isolasi
reproduksi, dan perubahan genetika (Campbell, 2003). Adapun proses spesiasi ini dapat berlangsung
secara cepat atau lama hingga berjuta-juta tahun.

1. Peran Isolasi Geografi

Mayoritas para ahli biologi berpandangan bahwa faktor awal dalam proses spesiasi adalah
pemisahan geografis, karena selama populasi dari spesies yang sama masih dalam hubungan
langsung maupun tidak langsung gene flow masih dapat terjadi, meskipun berbagai populasi di
dalam sistem dapat menyimpang di dalam beberapa sifat sehingga menyebabkan variasi
intraspesies. Hal serupa juga dikemukakan oleh Campbell dkk (2003) bahwa proses-proses geologis
dapat memisahkan suatu populasi menjadi dua atau lebih terisolasi. Suatu daerah pegunungan bisa
muncul dan secara perlahan-lahan memisahkan populasi organisme yang hanya dapat menempati
dataran rendah; suatu glasier yang yang bergeser secara perlahan-lahan bisa membagi suatu
populasi; atau suatu danau besar bisa surut sampai terbentuk beberapa danau yang lebih kecil
dengan populasi yang sekarang menjadi terisolasi. Jika populasi yang semula kontinyu dipisahkan
oleh geografis sehingga terbentuk hambatan bagi penyebaran spesies, maka populasi yang demikian
tidak akan lagi bertukar susunan gennya dan evolusinya berlangsung secara sendiri-sendiri. Seiring
dengan berjalannya waktu, kedua populasi tersebut akan makin berbeda sebab masing-masing
menjalani evolusi dengan caranya masing-masing (Widodo dkk, 2003).

Pada awalnya isolasi reproduksi muncul sebagai akibat adanya faktor geografis, yang sebenarnya
populasi tersebut masih memiliki potensi untuk melakukan interbreeding dan masih dapat dikatakan
sebagai satu spesies. Kemudian kedua populasi tersebut menjadi begitu berbeda secara genetis,
sehingga gene flow yang efektif tidak akan berlangsung lagi jika keduanya bercampur kembali. Jika
titik pemisahan tersebut dapat tercapai, maka kedua populasi telah menjadi dua spesies yang
terpisah (Widodo dkk, 2003). Isolasi geografi dari sistem populasi diprediksi akan mengalami
penyimpangan karena kedua sistem populasi yang terpisah itu mempunyai frekuensi gen awal yang
berbeda, terjadi mutasi, pengaruh tekanan seleksi dari lingkungan yang berbeda, serta adanya
pergeseran susunan genetis (genetic drift), ini memunculkan peluang untuk terbentuknya populasi
kecil dengan membentuk koloni baru.

Suatu penghalang (barier) adalah keadaaan fisis ekologis yang mencegah terjadinya perpindahan-
perpindahan spesies tertentu melewati batas ini dan suatu barier suatu spesies belum tentu
merupakan barier bagi spesies lain. Perubahan waktu yang terjadi pada isolasi geografis
menyebabkan terjadinya isolasi reproduktif sehingga menghasilkan dua spesies yang berbeda.

2. Peran Isolasi Reproduksi

Pengaruh isolasi geografis dalam spesiasi dapat terjadi karena adanya pencegahan gene flow antara
dua sistem populasi yang berdekatan akibat faktor ekstrinsik (geografis). Setelah kedua populasi
berbeda terjadi pengumpulan perbedaan dalam rentang waktu yang cukup lama sehingga dapat
menjadi mekanisme isolasi instrinsik. Isolasi instrinsik dapat mencegah bercampurnya dua populasi
atau mencegah interbreeding jika kedua populasi tersebut berkumpul kembali setelah batas
pemisahan tidak ada.

Spesiasi dimulai dengan terdapatnya penghambat luar yang menjadikan kedua populasi menjadi
sama sekali alopatrik (mempunyai tempat yang berbeda) dan keadaan ini belum sempurna sampai
populasi mengalami proses instrinsik yang menjaga supaya supaya mereka tetap alopatrik atau gene
pool mereka tetap terpisah meskipun mereka dalam keadaan simpatrik (mempunyai tempat yang
sama).

Mekanisme isolasi intrinsik yang mungkin dapat timbul yaitu isolasi sebelum perkawinan dan isolasi
sesudah perkawinan.

a. Isolasi Sebelum Perkawinan (Pre-mating isolation/prezygotic barrier)

Isolasi sebelum perkawinan menghalangi perkawinan antara spesies atau merintangi pembuahan
telur jika anggota-anggota spesies yang berbeda berusaha untuk saling mengawini. Isolasi ini terdiri
dari:

1) Isolasi Ekologi (ecological)


Dua sistem yang mula-mula dipisahkan oleh penghambat luar (eksternal barrier), suatu ketika
mempunyai karakteristik yang khusus untuk berbagai keadaan lingkungan meskipun penghambat
luar tersebut dihilangkan, keduanya tidak akan simpatrik. Setiap populasi tidak mampu hidup pada
tempat dimana populasi lain berada, mereka dapat mengalami perubahan pada perbedaan-
perbedaan genetik yang dapat tetap memisahkan mereka.

Setiap spesies beradaptasi dengan iklim setempat di dalam batas-batas daerah sendiri dan iklim dari
keduanya sangat berbeda, sehingga setiap spesies tidak mungkin hidup di tempat spesies yang lain.
Jadi, disini terdapat perbedaan-perbedaan genetik yang mencegah gene flow diantara spesies pada
keadaan yang alami. Contohnya pada pohon jenis Platanus occidentalis yang terdapat di bagian
timur Amerika Serikat dan Platanus orientalis yang terdapat di timur Laut Tengah, kedua spesies ini
dapat disilangkan dan menghasilkan hibrid yang kuat dan fertil. Kedua spesies ini terpisah tempat
yang berbeda dan fertilisasi alami tidak mungkin terjadi (Waluyo, 2005).

2) Isolasi Tingkah laku (Behavioral)

Tingkah laku berperan sangat penting dalam hal courtship (percumbuan) dan perkawinan (mating).
Tingkah laku juga berperan pada perkawinan acak antar spesies yang berbeda sehingga perkawinan
mendapat hambatan oleh terjadinya inkompatibilitas beberapa perilaku sebagai dasar bagi
suksesnya perkawinan tersebut. Contohnya pada hewan jantan spesies tertentu memiliki pola
perilaku yang spesifik dalam menarik, mendekati dan mengawini pasangannya. Kegagalan
perkawinan terjadi karena pasangan merasa asing dengan pola perilaku yang ditunjukkan oleh
pasangannya sehingga terjadi penolakan. Selain sekuen perilaku yang spesifik seperti yang
ditunjukkan oleh burung bower di mana hewan jantan harus mempersiapkan pelaminan yang penuh
dengan aksesoris tertentu agar burung betina mau dikawini. Isolasi perilaku sangat tergantung pada
produksi dan penerimaan stimulus oleh pasangan dari dua jenis kelamin yang berbeda. Jenis
stimulus yang dominan untuk mensukseskan perkawinan, stimulus tersebut diantaranya adalah:

a) Stimulus visual: Bentuk, warna, dan karakter morfologi lain dapat mempengaruhi stimulus visual.
Beberapa hewan seperti kelompok ikan, burung, dan insekta menunjukkan bahwa stimulus visual
dominan mempengaruhi ketertarikan pasangan seksualnya. Contohnya pada bebek liar Amerika
Serikat yang simpatrik mempunyai courtship display yang baik dan disertai dengan warna yang
mencolok pada bebek jantan. Fungsinya adalah untuk memperkecil kesempatan bebek betina
memilih pasangan yang salah (Waluyo, 2005).

b) Stimulus adaptif: Bunyi nyanyian atau suara lain yang spesifik berfungsi sebagai alat komunikasi
antar jenis kelamin yang mengarah pada proses terjadinya perkawinan intra maupun interspesies.
Suara-suara yang dikeluarkan oleh insekta, reptilia, burung, dan mamalia banyak yang spesifik untuk
tiap spesies.

c) Stimulus kimia/feromon: Parris (1999) menyatakan bahwa feromon merupakan signal kimia yang
bersifat intraspesifik yang penting dan digunakan untuk menarik dan membedakan pasangannya,
bahkan feromon dapat bertindak sebagai tanda bahaya. Molekul ini spesifik pada individu betina
yang dapat merangsang individu jantan dan atau sebaliknya sebagai molekul spesifik yang dihasilkan
oleh individu betina untuk menolak individu jantan. Misalnya pada Drosophila melanogaster
feromon mempunyai pengaruh pada tingkah laku perkawinan, di mana dengan adanya feromon
yang dilepaskan oleh individu betina membuat individu jantan melakuakn aktivitas sebagai wujud
responnya terhadap adanya feromon tersebut.

3) Isolasi Sementara (temporal)

Dua spesies yang kawin pada waktu yang berbeda (hari, musim, atau tahun), gametnya tidak akan
pernah mencampur. Misalnya hewan singung berbintik (Spilogale gracilis) yang sangat mirip dengan
S. putorius ini tidak akan saling mengawini karena S. gracilis kawin pada akhir musim panas dan S.
putorius kawin pada akhir musim dingin. Hal yang sama juga terjadi pada 3 spesies dari genus
anggrek Dendrobium yang hidup di musim tropis basah yang sama tidak terhibridisasi, karena ketige
spesies ini berbunga pada hari yang berbeda.

4) Isolasi Mekanik (mechanical)

Apabila perbedaan struktural diantara dua populasi yang sangat berdekatan menyebabkan
terhalangnya perkawinan antar spesies, maka diantara kedua populasi tersebut tidak terjadi gene
flow (Waluyo, 2005). Isolasi mekanik ditunjukkan oleh inkompatibilitas alat reproduksi antara dua
spesies yang berbeda sehingga pada saat terjadinya perkawinan salah satu pasangannya menderita.
Mekanisme ini sebagaimana terlihat pada Molusca sub-famili Polygyrinae, struktur genetalianya
menghalangi terjadinya perkawinan spesies dalam sub-famili yang sama. Pada tumbuhan isolasi ini
terlihat pada tanaman sage hitam yang memiliki bunga kecil yang hanya dapat diserbuki oelh lebah
kecil. Berbeda dengan tanaman sage putih yang memiliki struktur bunga yang besar yang hanya
dapat diserbuki oleh lebah yang besar.

5) Isolasi Gametis (gametic)


Isolasi gamet menghalangi terjadinya fertilisasi akibat susunan kimiawi dan molekul yang berbeda
antara dua sel gamet, seperti spermatozoa yang mengalami kerusakan di daerah traktus genital
organ betina karena adanya reaksi antigenik, menjadi immobilitas, dan mengalami kematian
sebelum mencapai atau bertemu sel telur. Contohnya pada persilangan Drosophila virilis dan D.
americana, sperma segera berhenti bergerak pada saat sampai pada alat kelamin betina, atau bila
tidak rusak maka sperma akan mengalami kematian. gambaran lain juga yang terjadi pada ikan, di
mana telur ikan yang dikeluarkan dari air tidak akan dibuahi oleh sperma dari spesies lain karena
selaput sel telurnya mengandung protein tertentu yang hanya dapat mengikat molekul sel sperma
dari spesies yang sama.

b. Isolasi Setelah Perkawinan (Post-mating isolation/Postzigotic barrier)

Hal ini terjadi jika sel sperma dari satu spesies membuahi ovum dari spesies yang lain, maka barier
postzigot akan mencegah zigot hibrida itu untuk berkembang menjadi organisme dewasa yang
bertahan hidup dan fertil. Mekanisme ini dapat terjadi melalui:

1) Kematian zigot (zygotic mortality)

Sel telur yang telah dibuahi oleh sperma spesies lain (zigot hibrid) seringkali tidak mengalami
perkembangan regular pada setiap stadianya, sehingga zigot tersebut mengalami abnormalitas dan
tidak mencapai tahapan maturitas yang baik atau mengalami kematian pada stadia awal
perkembangannya. Di antara banyak spesies katak yang termasuk dalam genus Rana, beberapa
diantaranya hidup pada daerah dan habitat yang sama, dan kadang-kadang mereka bisa
berhibridisasi. Akan tetapi keturunan yang dihasilkan umumnya tidak menyelesaikan
perkembangannya dan akan mengalami kematian.

2) Perusakan hibrid (hybrid breakdown)

Pada beberapa kasus ketika spesies berbeda melakuakn kawin silang, keturunan hibrid generasi
pertama dapat bertahan hidup dan fertil, tetapi ketika hibrid tersebut kawin satu sama lain atau
dengan spesies induknya, keturunan generasi berikutnya akan menjadi lemah dan mandul. Sebagai
contoh, spesies kapas yang berbeda dapat menghasilkan keturunan hibrid yang fertil, tetapi
kerusakan terjadi pada generasi berikutnya ketika keturunan hibrid itu mati pada saat berbentuk biji
atau tumbuh menjadi tumbuhan yang cacat dan lemah.

3) Sterilitas hibrid
Hibridisasi pada beberapa spesies dapat menghasilkan keturunan yang sehat dan hidup normal akan
tetapi hibrid tersebut mengalami sterilitas. Terjadinya sterilitas ini disebabkan oleh inkompatibilitas
genetik yang nyata sehingga tidak dapat menurunkan keturunannya. Contoh hibrid yang steril antara
lain: mule (hibrid antara keledai dan kuda), cama (hibrid antara onta dan ilama), tiglon (hibrid
anatara macan dan singa), zebroid (hibrid antara zebra dan kuda).
Bukti menyakinkan adanya proses evolusi yang lebih kompleks, kita memerlukan seuatu bukti
atau petunjuk yang dapat mendukung atau menambah fakta dari teori evolusi tersebut. Banyak
hal yang dapat dijadikan petunjuk adanya proses evolusi di permukaan bumi. Petunjuk tersebut
dapat diamati melalui adanya variasi dalam satu spesies, fosil, perbandingan anatomi (homologi
dan analogi), perbandingan embrio, perbandingan fisiologi, dan alat tubuh yang tersisa.

Validasi individu dalam satu spesies


Di dunia ini tidak pernah dijumbai dua individu yang identik sama. Bahkan anak kembar pun pasti
mempunyai suatu perbedaan. Jadi, antara individu dalam satu spesies pun terdapat variasi.
Variasi individu dalam satu spesies terjadi karena pengaruh beberaoa faktor, yaitu genetis dan
lingkungan. Seleksi terhadap jenis hewan dan tumbuhan selama bertahun-tahun menghasilkan
varian yang jauh berbeda dengan nenek moyangnya. Adanya variasi merupakan petunjuk adanya
evolusi yang menuju terbentuknya spesies-spesies baru.

Fosil
Fosil adalah sisa-sisa hewan dan tumbuhan yang ditemukan pada batuan sedimen yang daoat
memberikan informasi mengenai peristiwa yang terjadi di masa lampau. Fosil digunakan sebagai
petunjuk evolusi karena merupakan sisa-sisa hewan dan tumbuhan yang telah membatu yang
berada pada lapisan-lapisan bumi. Lapisan-lapisan bumi menunjukan tingkat usia bumi sehingga
dapat dijadikan petunjuk adanya hewan atau tumbuhan pada masa-masa tertentu.

Contoh-contoh fosil yang telah ditemukan sebagai berikut:


a. Fosil sejenis domba berusia 2500 tahun
b. Rayap berusia 30 juta tahun
c. Fosil Crinoidea berusia 250 juta tahun
d. Fosil tumbuhan paku berusia 265 juta tahun
e. Berbagai tumbuhan yang berusia 150 juta tahun
f. Fosil capung (protolinedea witei) berusia 150 juta tahun.
g. Fosil burung purba (Archeopteryx) 150-155 juta tahun
Umur fosil ditemukan berdasarkan lapisan bumi tempat fosil ditemukan. Dengan
membandingkan macam-macam fosil dari berbagau lapisan bumi diperoleh petunjuk bahwa
telah terjadi evolusi. Adanya perubahan bentuk-bentuk fosil dari lapisan bumi yang tua ke lapisan
yang muda, merupakan petunjuk mengenai adanya evolusi. Fosil paling lengkap yang telah
ditemukan dan pemjadi dasar penguat adanya proses evolusi pada makhluk hidup adalah kuda.

Perkembangan evolusi kuda ini dicatat oleh Marsh dan Osborn. Perubahan yang terjadi mulai
dari genus Eohippus hingga genus equus, sebagai berikut:
a. Tubuh bertumbuh besar
b. Kepala bagian depan semakin panjang
c. leher semakin panjang sehingga gerakannya semakin bebas
d. Perubahan geraham depan dan geraham besar sehingga sesuai untuk makan rumput.
e. Anggota tubuh yang lain semakin bertambah panjang sehingga sesuai dengan gerakan untuk
berlari cepat.
f. Jari kaki mereduksi dari lima menjadi satu, sehingga dapat mendukung gerakan ketika berlari
cepat.

Perbandingan anatomi (homologi dan analogi)


Jika anda perhatikan dengan seksama organ-organ hewan Vertebrata, organ-organ tersebut
memiliki struktur dasar yang sama, tetapi memiliki fungsi yang berbeda. Perbedaan fungsi ini
terjadi karena adaptasi terhada lingkungan yang berbeda. Contohnya, tangan manusia dengan
sayap burung. Tangan manusia lebih cocok untuk memegang, sedangkan sayap burung lebih
cocok untuk terbang.

Ahli evolusi berbendapat bahwa kedua organtersebut awalnya memiliki struktur yang sama.
Organ yang memiliki bentuk asal yang sama, namun memiliki fungsi yang berbeda
disebut homologi. Adaptasi juga menyebabkan adanya organ yang memiliki fungsi sama, tetapi
memiliki struktur dasar yang berbeda disebut analogi.

Perbandingan Embrio

Bukti evolusi juga dapat dilihat dari pekembangan dan pertumbuhan embrio. Zigot yang
merupakan hasil peleburan antara gamet jantan dengan gamet betina akan berkembang menjadi
embrio. Pada hewab vertebrata, ternyata perkembangan dan pertumbungan embrio tersebut
memperlihatkan bentuk yang sangat mirip satu sama lain. pada perkembangan lebih lanjut,
barulah embrio-embrio tersebut menunjukan adanya perbedaan.

Berdasarkan gambar-gambar diatas, awal perkembangan embrio ikan hiu, ayam dan simpanse
cukup mirip, meskipun hasil akhirnya berbeda. Pada prganisme dengan kekerabatan yang dekat,
umumnya memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan embrio yang mirip.

Berkaitan dengan hal ini, [ada akhir abad ke-19 seorang ahli biologi evolusionis Ernest
Haeckelmengemukakan teori Rekapitulasi. Teori ini menyatakan bahwa embrio-embrio
mengulangi proses evolusi yang telah dialami nenek moyang. Menurut Haeckel selama masa
perkembangan dalam rahim ibu, embrio manusia awalnya menjunjukkan karakteristik ikan,
kemudian reptil, dan akhirnya seperti manusia. Istilah Rekapituasi sendiri merupakan singkatan
dari pernyataan otogeni merekapitulasi filogeni. Otogeni adalah tahap-tahap pertumbuhan dan
perkembangan embrio, sedangkan filogeni adalah hubungan kekeraatan hewan menurut
perjalannya ecolusi (yang bisa digambarkan dalam bentuk diagram pohon besar berserta cabang-
cabangnya).

Perbandingan Fisiologi
Makhluk hidup mulai dari terendah hingga yang paling tinggi tersusun atas ssel. Walaupun
jumlah sel dan morfologi setelah dewasa berbeda-beda, namun fisiologi di dalam selnya memiliki
kemiripan, misalnya dalam hal sintesis protein, proses metabolisme, respirasi, eksresi, dan lain-
lain. Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari sifat-sifat tubuh, yaitu segala sesuatu yang
berhungan dengan mekanisme alat-alat tubuh, yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan
mekanisme alat-alat tubuh dalam menjalankan fungsinya.

Alat tubuh yang tersisa (vestigal)


Pada morfologi beberapa hewan vertebrata dan manusia dapat ditemukan adanya struktur
cestigal, yaitu suatu bentuk anatomi yang berkembang dan berfungsi sempurna dan akan
tereduksi. Alat-alat tersebut yang tersisa ini dianggap suatu perjalanan dari evolusi makhluk
hidup tersebut.
Beberapa struktur vestigal yang dapat diamati, antara lain:
a. umbai cacing dan tulang ekor manusia
b. sisa-sisa kaki pada ular
c. sisa-sisa sayap pada burung yang tidak berfungsi untuk terbang, seperti burung kasuari dan
burung unta.

Kemiripan susunan biokimia


Pada dasarnya, makhluk hidup di bumi serupa apabila dilihat dari struktur anatomi dasar dan
komposisi kimianya. Baik itu sel sederhana seperti protozoa maupun organisme dengan jutaan
sel. Semua makhluk hidup bermula dari sel tunggal yang bereproduksi sendiri dengan proses
pembelahan sel yang serupa. Dalam waktu hidup yang terbatas mereka juga tumbuh menua dan
mati.

Anda mungkin juga menyukai