Makalah Amenore Editan Fix
Makalah Amenore Editan Fix
PENDAHULUAN
Fisiologi reproduksi wanita jauh lebih rumit dari pada pria. Tidak seperti
pembentukan sperma yang berlangsung terus-menerus dan sekresi
testosteron yang relatif konstan, sedangkan pengeluaran ovum bersifat
intermiten dan sekresi hormon-hormon seks wanita memperlihatkan
pergeseran siklus yang lebar. Hormon-hormon reproduksi wanita meliputi
estrogen, progesteron, Gonadotropin-Releasing Hormone (GnRH),
Foliccle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH).
Hormon-hormon inilah yang membantu sistem reproduksi wanita dalam
pembentukan, pematangan sel telur dan pengeluaran ovum. Ketika
pengeluaran ovum dan tidak terjadi pembuahan maka akan terjadi
menstruasi.
1
Jika pada saat hipotalamus mengalami gangguan dalam memproduksi
GnRH maka proses pembentukan dan pematangan ovum tidak akan
terjadi. Karena GnRH berperan penting dalam merangsang pelepasan
FSH untuk pematangan folikel. Ketika sifat gangguan hipothalamus itu
sendiri bersipat keturunan maka tidak akan terjadi pembentukan sel telur
dan pematangan folikel yang menyebabkan tidak bisa mengeluarkan
darah menstruasi.
2
1. Masyarakat mengetahui tentang amenore hipotalamus.
2. Masyarakat mengetahui tentang tanda dan gejala amenore
hipotalamus.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Definisi
Amenorea adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada
seorang wanita. Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum
pubertas, kehamilan dan menyusui, dan setelah menopause.
Amenorea sendiri terbagi menjadi dua, yaitu amenorea primer dan
sekunder. Amenorea primer adalah keadaan tidak terjadinya
menstruasi pada wanita usia 18 tahun keatas, sedangkan amenorea
sekunder penderita pernah mendapatkan menstruasi, tetapi kemudian
tidak menstruasi lagi (Sarwono, 2009).
Amenorea Hipotalamus Fungsional adalah suatu kondisi yang
ditandai dengan tidak adanya menstruasi karena penindasan dari
3
sumbu hipotalamus-hipofisis-ovarium, di mana tidak ada penyakit
anatomis atau organik diidentifikasi. Remaja atau wanita muda dengan
kondisi ini biasanya hadir dengan amenore durasi 6 bulan atau lebih.
Pada remaja, kondisi ini mungkin sulit untuk membedakan dari
ketidakmatangan poros hipotalamus-hipofisis-ovarium selama tahun-
tahun postmenarchal awal. Namun siklus menstruasi pada remaja
biasanya tidak lebih dari 45 hari, bahkan selama postmenarchal tahun
pertama menstruasi.
Tiga jenis penyebab utama amenore hipotalamus fungsional yang
telah diakui, terkait dengan stres, penurunan berat badan dan
exercise. Terlepas dari pemicu spesifik, amenore hipotalamus
fungsional ditandai dengan penekanan Gonadotropin-Releasing
Hormone (GnRH) pulsatility. Tetapi wanita yang kurus atau berat badan
normal mungkin akan terkena, tetapi dalam banyak kasus, semua tiga
faktor yang hadir. Terlepas dari pemicu spesifik, amenore hipotalamus
fungsional ditandai dengan penekanan Gonadotropin-Releasing
Hormone (GnRH) pulsatility.
2.2 Etiologi
Amenorrhea hipotalamus mencerminkan keadaan defisiensi
estrogen, yang dapat membahayakan massa puncak pertumbuhan
tulang yang dicapai dalam masa remaja.
Penyebab paling umum amenorea hipotalamus
1. Penurunan berat badan
2. Gangguan makan
3. Berolahraga yang berlebihan
4. Stres psikososial yang hadir
5. Gangguan Mood dan gangguan kejiwaan kronis juga dapat
dikaitkan dengan amenore.
6. Penggunaan obat yang dapat mempengaruhi menstruasi
(misalnya pasien yang menerima obat-obatan antipsikotik,
kelainan menstruasi berkembang di sekitar 50%, dan amenore
berkembang di sekitar 12%). Obat antipsikotik memiliki efek pada
reseptor antagonis dopamin hipofisis, yang menghapus efek
4
penghambatan sekresi dopamin pada prolaktin, yang
hiperprolaktinemia dihasilkan kemudian menekan pelepasan
GnRH dengan berdenyut.
7. Wanita yang menggunakan pil kombinasi kontinyu kontrasepsi oral
atau suntikan depot medroksiprogesteron asetat.
2.4 Patofisiologi
Patofisiologi yang mendasari amenore hipotalamus tidak
sepenuhnya dipahami. Pengurangan latihan atau aktivitas dan
rehabilitasi gizi yang dianjurkan untuk memulihkan menstruasi.
5
sebelumnya sudah pernah mendapatkan menstruasi. Gejala lainnya
tergantung dari apa yang menyebabkan terjadinya amenorea.
Gejala bervariasi, tergantung kepada penyebabnya. Jika gejala
yang ada adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan
ditemukan tanda-tanda pubertas seperti pembesaran payudara,
pertumbuhan rambut kemaluan, rambut ketiak, serta perubahan
bentuk tubuh. Jika penyebabnya adalah kehamilan, akan ditemukan
pembesaran perut. Jika penyebabnya kadar hormon tiroid yang tinggi
maka gejalanya adalah denyut jantung yang cepat, kecemasan, kulit
yang hangat dan lembab.
Gejala lain yang biasa ditemukan adalah :
1. Pernah mengalami menstruasi.
2. Tidak mengalami menstruasi selama 6 bulan atau lebih.
3. Sakit kepala.
4. Peningkatan atau penurunan berat badan.
5. Vagina kering.
6. Penglihatan kabur atau kehilangan penglihatan (disebabkan oleh
tumor pituitari).
6
yang berat dan tidak terlalu stres maka amenorea hipotalamus
biasanya akan pulih kembali.
Bagi wanita dengan amenore hipotalamus yang menginginkan
kehamilan, pengobatan pilihan adalah ovulasi induksi dengan
GnRH berdenyut atau gonadotropin injeksi.
Pengobatan yang dilakukan sesuai dengan penyebab dari
amenorea yang dialami, apabila penyebabnya adalah obesitas,
maka diet dan olahraga adalah terapinya. Belajar untuk mengatasi
stress dan menurunkan aktivitas fisik yang berlebih juga dapat
membantu.
Terapi amenorea diklasifikasikan berdasarkan penyebab
saluran reproduksi atas dan bawah, penyebab indung telur, dan
penyebab susunan saraf pusat.
a. Saluran reproduksi
1. Aglutinasi labia (penggumpalan bibir labia) yang dapat
diterapi dengan krim estrogen.
2. Kelainan bawaan dari vagina, hymen imperforata (selaput
dara tidak memiliki lubang), septa vagina (vagina memiliki
pembatas diantaranya). Diterapi dengan insisi atau eksisi
(operasi kecil).
3. Sindrom Mayer-Rokitansky-Kuster-Hauser. Sindrom ini
terjadi pada wanita yang memiliki indung telur normal
namun tidak memiliki rahim dan vagina atau memiliki
keduanya namun kecil atau mengerut. Pemeriksaan dengan
MRI atau ultrasonografi (USG) dapat membantu melihat
kelainan ini. Terapi yang dilakukan berupa terapi non-bedah
berupa dilatasi (pelebaran) dari tonjolan di tempat
seharusnya vagina berada atau terapi bedah dengan
membuat vagina baru menggunakan skin graft.
4. Sindrom feminisasi testis. Terjadi pada pasien dengan
kromosom 46, XY kariotipe, dan memiliki dominan X-
linked sehingga menyebabkan gangguan dari hormon
testosteron. Pasien ini memiliki testis dengan fungsi normal
tanpa organ dalam reproduksi wanita (indung telur, rahim).
Secara fisik bervariasi dari wanita tanpa pertumbuhan
7
rambut ketiak dan pubis sampai penampakan seperti
layaknya pria namun infertil (tidak dapat memiliki anak).
5. Parut pada rahim. Parut pada endometrium (lapisan rahim)
atau perlekatan intrauterine (dalam rahim) yang disebut
sebagai sindrom Asherman dapat terjadi karena tindakan
kuret, operasi sesar, miomektomi (operasi pengambilan
mioma rahim), atau tuberkulosis. Kelainan ini dapat dilihat
dengan histerosalpingografi (melihat rahim dengan
menggunakan foto rontgen dengan kontras). Terapi yang
dilakukan mencakup operasi pengambilan jaringan parut.
Pemberian dosis estrogen setelah operasi terkadang
diberikan untuk optimalisasi penyembuhan lapisan dalam
rahim.
b. Gangguan Indung Telur
1. Disgenesis gonadal. Disgenesis gonadal adalah tidak
terdapatnya sel telur dengan indung telur yang digantikan
oleh jaringan parut. Terapi yang dilakukan dengan terapi
penggantian hormon pertumbuhan dan hormon seksual.
8
Pengobatan berupa penggantian hormon agonis dopamin
atau terapi bedah berupa pengangkatan tumor.
9
BAB III
ANALISIS JURNAL
10
Berarti tingkat serum hormon luteinizing (LH), follicle- stimulating
hormone (FSH), estradiol dan pada kelompok dengan amenore
hipotalamus adalah 4,1 ± 3,0 IU per liter , 6,7 ± 3,3 IU per liter , dan 39
± 25 pg per mililiter (143 ± 92 pmol perliter). Semua pasien memiliki
hasil yang normal pada neuroimaging, dan tidak memiliki gejala atau
tanda-tanda biokimia dari sindrom ovarium polikistik (hirsutisme,
jerawat, hyperandrogenemia, atau rasio LH dan FSH> 1). Sebuah
subkelompok pasien dilakukan penelitian sekresi LH menggunakan
sampel darah setiap 10 menit selama 24 jam dalam satu periode.
Dalam penelitian jurnal ini mengevaluasi 160 wanita dengan
hipogonadisme idiopatik. Semua memiliki data yang tidak lengkap
pada saat pubertas pada usia 18 tahun, kadar serum gonadotropin
rendah atau normal, estradiol serum rendah, hipofisis anterior
dinyatakan fungsinya normal, dan hasil yang normal pada
neuroimaging.
Studi Genetik
11
tujuh pasien telah berusaha untuk hamil, tiga dari upaya berhasil,
dengan satu pasien hamil tanpa bantuan pengobatan reproduksi. Dua
dari tujuh pasien terus menerima jangka panjang terapi hormon
pengganti. Lima pasien menghentikan terapi hormonal dan memiliki
pemulihan menstruasi.
12
Pembalikan hipogonadisme idiopatik hipogonadisme menunjukkan
plastisitas jaringan GnRH dan kepekaan terhadap nongenetik faktor.
13
hipogonadisme idiopatik hipogonadisme dan hipotalamus amenore
pada orang yang tidak memiliki gejala.
14
kecuali dalam kasus-kasus warisan keluarga yang jelas amenore
hipotalamus atau idiopatik hipogonadotropik hipogonadisme.
BAB IV
PEMBAHASAN
15
mungkin sulit untuk membedakan dari ketidakdewasaan dari sumbu
hipotalamus-hipofisis-ovarium selama postmenarchal awal tahun.
Namun, beberapa laporan menunjukkan bahwa siklus menstruasi pada
remaja biasanya tidak lebih dari 45 hari, bahkan selama
postmenarchal tahun pertama.
Tiga jenis utama amenore hipotalamus fungsional telah diakui,
berhubungan dengan stres, penurunan berat badan, atau exercise.
perbedaan ini mengakui bahwa perempuan yang baik berat badan
kurang atau berat badan normal mungkin akan terpengaruh, tetapi
dalam banyak kasus, ketiga faktor ini yang hadir. Terlepas dari pemicu
tertentu, amenore hipotalamus fungsional ditandai dengan penekanan
gonadotropin- releasing hormone (GnRH) pulsatility.
Teori yang ada di jurnal ini adalah dengan melakukan studi genetik
yang menyebabkan amenore hipotalamus. Dari hasil penelitian
tersebut didapatkan 25 % wanita mengalami amenore hipotalamus
yang disebabkan oleh mutasi gen atau cacat genetik yang
mengendalikan hipotalamus dalam memberikan rangsangan hormon-
hormon. Amenore hipotalamus ini disebabkan oleh olahraga atau
aktivitas fisik yang berlebihan dan penurunan berat badan yang
drastis. Penyebab ini menyebabkan penindasan atau pergeseran
sumbu hipofisis di hipotalamus, yang menyebabkan gangguan dari
rangsangan hormon seperti GnRH, FSH, LH dll.
Di Indonesia amenorea ini terjadi pada 0.1 – 2.5% wanita usia
reproduksi amenore biasanya disebabkan oleh gangguan hormon atau
masalah pertumbuhan dapat juga disebabkan oleh rendahnya
hormon pelepas gonadotropin (pengatur siklus menstruasi), stres,
anoreksia, penurunan berat badan yang ekstrim, gangguan tiroid,
olahraga berat, pil KB, dan kista ovarium.
Di Indonesia biasanya amenore ini terjadi pada atlet wanita, karena
melakukan aktivitas fisik yang berlebihan. Sebagai seorang atlet adalah hal
yang biasa bila mengalami berbagai gangguan fisik karena cedera. Tetapi,
khusus untuk atlet wanita seringkali mengalami gangguan kesehatan yang
tidak akan dialami oleh para atlet pria. Gangguan tersebut adalah gangguan
pada sistem reproduksi wanita yang meliputi delayed menarche,
16
oligomenorrhea, dan amenorrhea. Amenore lebih banyak dialami oleh wanita
atlet dari pada non atlet. Hal ini berhubungan dengan penggunaan energi yang
berlebihan oleh atlet pada saat latihan akan mengganggu fungsi sistem
reproduksi wanita yang normal. Oleh karenanya amenore pada atlet bisa
disebut exercise-associated amenorrhea.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
pemakaian energi yang berlebihan pada atlet wanita dengan timbulnya
gangguan fungsi reproduksi. Michelle P. Warren (1979) melakukan penelitian
terhadap para pebalet (ballet dancer) selama 4 tahun yaitu15 pebalet berusia
13-15 tahun dengan level latihan fisik yang tinggi sejak usia belia. Kelompok
pebalet ini mengalami delayed menarche (rata-rata menarche pada usia 15,4
tahun; normal kontrol menarche pada usia 12,5 tahun). Pada dua orang pebalet
berusia 18 tahun terjadi amenore primer. Pada kelompok wanita lain yang
berusia 15-18 tahun dengan riwayat diet dan penurunan berat badan
mengalami amenore sekunder.
Fungsional amenore hipotalamus adalah kondisi yang ditandai oleh
tidak adanya menstruasi akibat penindasan sumbu hipotalamus-
hipofisis-ovarium oleh aktivitas yang berlebihan, penurunan berat
badan yang drastis dan exescise seperti atlet. Diatas telah di jelaskan
jika aktivitas yang berlebihan akan membutuhkan energi yang
berlebihan pula maka pada hipotalamus akan terjadi penindasan atau
penekanan yang bisa mengganggu kerja hipotalamus.
Sedangkan peran hipotalamus dalam menstruasi ini sangat penting
dalam menghasilkan GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone). GnRH ini
merangsang hipofisis untuk mengeluarkan gonadotropin yaitu FSH (Follicle
Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone). FSH menyebabkan
perkembangan beberapa folikel di dalam ovarium. Hanya satu folikel yang
akan mengalami pematangan (Folikel de Graaf) dan berovulasi, sedangkan
sisanya akan mengalami atresia. Pada waktu ini LH juga akan meningkat
untuk membantu pembuatan estrogen di dalam folikel. Sejalan dengan
pematangan folikel, kadar estrogen semakin meningkat. Estrogen akan
menyebabkan proliferasi dari endometrium. Dan ketika kerja hipotalamus
17
dalam menghasilkan GnRH terganggu maka akan terjadi kelainan-kelainan
seperti amenore.
Amenorea ini merupakan keadaan tidak terjadinya menstruasi pada
seorang wanita. Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum
pubertas, kehamilan dan menyusui, dan setelah menopause.
Amenorea sendiri terbagi menjadi dua, yaitu amenorea primer dan
sekunder. Amenorea primer adalah keadaan tidak terjadinya
menstruasi pada wanita usia 18 tahun keatas, sedangkan amenorea
sekunder penderita pernah mendapatkan menstruasi, tetapi kemudian
tidak menstruasi lagi (Sarwono, 2009).
Amenorea sekunder adalah tidak datangnya menstruasi pada
setiap bulan selama 3 bulan berturut-turut. Amenorea sekunder
disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: pemakaian hormonal
pada KB suntik DMPA, ini disebabkan oleh progesteron yang
terkandung didalam kontrasepsi DMPA menimbulkan perubahan
histology endometrium sampai pada atrofi endometrium (Hartanto,
2004). Penyebab lain kemungkinan terjadinya amenorea sekunder
yaitu gangguan organik pusat, gangguan kejiwaan, gangguan kalenjar
suprarenalis, gangguan kalenjar tiroid, gangguan pancreas, gangguan
organik genitalia, terdapat penyakit umum, gangguan hormonal,
gangguan poros hipotalamus, hipofisis dan ovarium (Manuaba, 2008).
Jadi perkembangan jurnal di Indonesia dengan di luar negri
memang berbeda, tetapi di luar negeri dengan di Indonesia penyebab
dalam amenorea hipotalamus ini hampir sama yakni penurunan berat
badan yang drastis, aktivitas yang berlebihan dan exercise. Di
Indonesia banyak terjadi kelainan amenore ini terjadi pada wanita atlet
yang aktivitasnya berlebihan dan dalam pengeluaran energinya pun
berlebihan. Sedangkan dasar genetika yang menyebabkan
hipotalamus masih jarang terjadi karena dalam jurnal yang temukan di
Indonesia ini kebanyakan amenorea ini disebabkan oleh aktivitas fisik
yang berlebihan, penurunan berat badan yang berlebihan dan exercise
seperti atlet wanita.
18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Amenorea adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada
seorang wanita. Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum
pubertas, kehamilan dan menyusui, dan setelah menopause.
Amenorea sendiri terbagi menjadi dua, yaitu amenorea primer dan
sekunder. Amenorea primer adalah keadaan tidak terjadinya
menstruasi pada wanita usia 18 tahun keatas, sedangkan amenorea
sekunder penderita pernah mendapatkan menstruasi, tetapi kemudian
tidak menstruasi lagi.
Amenorea Hipotalamus Fungsional adalah suatu kondisi yang
ditandai dengan tidak adanya menstruasi karena penindasan dari
sumbu hipotalamus-hipofisis-ovarium, di mana tidak ada penyakit
anatomis atau organik diidentifikasi. Remaja atau wanita muda
dengan kondisi ini biasanya hadir dengan amenore durasi 6 bulan
atau lebih. Pada remaja, kondisi ini mungkin sulit untuk membedakan
19
dari ketidakmatangan poros hipotalamus-hipofisis-ovarium selama
tahun-tahun postmenarchal awal. Namun siklus menstruasi pada
remaja biasanya tidak lebih dari 45 hari, bahkan selama
postmenarchal tahun pertama menstruasi.
Dari hasil penelitian tersebut didapatkan 25 % wanita mengalami
amenore hipotalamus yang disebabkan oleh mutasi gen atau cacat
genetik yang mengendalikan hipotalamus dalam memberikan
rangsangan hormon-hormon. Amenore hipotalamus ini disebabkan
oleh olahraga atau aktivitas fisik yang berlebihan dan penurunan berat
badan yang drastis. Penyebab ini menyebabkan penindasan atau
pergeseran sumbu hipofisis di hipotalamus, yang menyebabkan
gangguan dari rangsangan hormon seperti GnRH, FSH, LH dll.
Dengan mengubah perilaku lama seperti memperbaiki pola makan
agar berat badan menjadi normal karena dengan peningkatan lemak
akan sedikit membantu pemulihan amenorea hipotalamus,
mengurangi olah raga yang terlalu berat atau aktivitas yang berat dan
tidak terlalu stres maka amenorea hipotalamus biasanya akan pulih
kembali.
Bagi wanita dengan amenore hipotalamus yang menginginkan
kehamilan, pengobatan pilihan adalah ovulasi induksi dengan GnRH
berdenyut atau gonadotropin injeksi.
Amenore hipotalamus termasuk amenore primer karena
merupakan hasil dari suatu kondisi genetik atau anatomi pada wanita
muda yang tidak pernah mengembangkan periode menstruasi (pada
usia 16) dan tidak hamil. Banyak kondisi genetik yang ditandai dengan
amenore adalah kondisi di mana beberapa atau semua organ normal
wanita internal yang baik gagal untuk membentuk normal selama
perkembangan janin atau gagal berfungsi dengan baik. Penyakit
kelenjar pituitary dan hipotalamus (suatu wilayah otak yang penting
untuk mengontrol produksi hormon) juga dapat menyebabkan
amenore primer sejak daerah ini memainkan peran penting dalam
regulasi hormon ovarium.
5.2 Saran
20
Diharapkan setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat
memahami tentang amenore hipotalamus dan penyebab amenore
hipotalamus.
Serta bagi instasi yang terkait proses pengobatan dapat
menyediakan fasilitas dan tenaga kesehatan yang kompeten sehingga
penderita amenore hipotalamus dapat ditangani dengan baik atau
diberi pengobatan dan terapi yang benar.
Penulis makalah ini mengharapkan kritik dan saran dari rekan-
rekan untuk memperbaiki penulisan makalah ini karena penulis sadar
bahwa penulisan makalah ini sangat jauh dari sempurna masih
banyak kekurangannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.nejm.org/search?q=amenorrhea&asug=ame
http://serbamakalah.blogspot.com/2013/01/amenore-hipotalomus.html
http://pendidikans1-keperawatan.blogspot.com/2013/05/amenorea.html
21